I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi sendiri dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol seperti embun dan kabut). Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan. Tidak semua air hujan sampai ke permukaan bumi karena sebagian menguap ketika jatuh melalui udara kering. Hujan jenis ini disebut virga. Hujan memainkan peran penting dalam siklus hidrologi. Lembaban dari laut mnguap, berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendung, lalu turun kembali ke bumi, dan akhirnya kambali ke laut melalui sungai untuk menanggulangi daur ulang itu semua. Jumlah air hujan di ukur menggunakan pengukur hujan atau omborometer. Ia dinyatakan sebagai kedalaman air yang terkumpul pada permukaan datar, dan diukur kurang lebih 0,25mm. Satuan curah hujan menurt SI adalah millimeter, yang merupakan penyingkatan dari liter per meter persegi. Air hujan sering digambarkan sebagai berbentuk “lonjong”, lebar di bawah dan menciut di atas, tetapi ini tidaklah tepat. Air hujan kecil hampi bulat. Air hujan yang besar menjadi semakin leper, seperti roti hamburger; air hujan yang lebih besar berbentuk payung terjun. Air hujan yang besar jatuh lebih cepat di banding air hujan yang lebih kecil. Biasanya hujan memiliki kadar asam pH 6. Airhujan dengan pH di bawah 5,6 dianggap hujan asam. Banyak orang yang menganggap bahwa bau yang tercium pada saat hujan dianggap wangi atau menyenangkan. Sumber dari bau ini adalah petrichor, minyak atsiri yang di produksi oleh tumbuhan, kemudian diserap oleh batuan dan tanah, dan kemudian di lepas ke udara pada saat hujan. Jenis-jenis hujan berdasarkan terjadinya: hujan siklonal, yaitu hujan yang terjadi kerena udara panas yang naik disetai dengan angin berputar. Hujan zenihal, yaitu hujan yang sering terjadi di daerah sekitar ekuator akibat pertemuan angin pasat timur laut dengan air pasat tenggara. Kemudian angin tersebut naik dan membentuk gumpalan-gumpalan awan di sekitar ekuator yang berakibat awan menjadi jenuh dan turunlah hujan. Hujan orografis, yaitu hujan yang terjadi keren angin yang menagandung uap air bergerak horizontal. Angin tersebut naik menuju pegunungan, suhu udara menjadi dingin sehingga terjadi kondensasi. Terjadilah hujan di sekitar pegunungan. Hujan frontal, yaitu hujan yang terjadi apabila massa udara yang dingin bertemu dengan massa udara yang panas. Tempat pertemuan antara kedua massa itu disebut sebagai bidang front karena lebih berat massa udara dingin lebih berada
dibawah. Di sekitar bidang front inilah sering terjadi hujan lebat yang disebut hujan frontal.hujan muson atau hujan musiman, yaitu hujan yang terjai karena angun musim (angin muson). Penyebab terjadinya angin muson adalah karena adanya pergerakan semu tahunan matahari antara garis balik utara dan garis balik selatan. Di Indonesia, hujan muson terjadi bulan oktober sampai april. Sementara di kawasan asia timur terjadi bulan mei sampai agustus. Siklus muson inilah yang menyebabkan adanya musim penghujan dan musim kemarau. Jenis-jenis hujan berdasarkan ukuran butirnya: huajn gerimis/drizzle, diameter butirannya kurang dari 0,5mm. Hujan salju terdiri dari Kristal-kristal es yang suhunya berada dibawah 0o celsisus. Hujan batu es, curahan batu es yang turun dalam cuaca panas dari awan yang suhunya dibawah 0o celsisus. Hujan deras/rain,curahan air yang turun dari awan dengan suhu diatas 0o celsisus dengan diemeter 7mm. B.
Tujuan 1. Untuk mengenal alat yang digunakan untuk mengukur curah hujan serta mengenal bagian-bagian dari alat tersebut. 2. Untuk mengetahui cara pengmbilan data serta penetapan curah hujan dari alat tersebut alat di suatu daerah.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, terjadinya peredaran dan agihannya, sifat-sifat kimia dan fisiknya, dan reaksi dengan lingkungannya, termasuk hubungannya
dengan
makhluk
hidup
(internatia
Glossary
of
hidrology,
1974)
[EsinSeyhan,1990]. Karena perkembangan yang ada maka ilmu hidrologi telah berkembang menjadi ilmu yang mempelajari siklus air. Jadi dapat dikatakan, hidrologi adalah ilmu yang mempelajari: presipitsai (precipitation), evaporasi (evaporation), aliran permukaan (surface stream flow), dan air tanah (groun water). Hujan adalah kebasahan yang jatuh ke bumi dalam bentuk cair. Butir-butir hujan mempunyai garis tengah 0,08 – 6 mm. Hujan terdapat dalam beberapa macam yaitu hujan halus, hujan rintik-rintik dan hujan lebat. Perbedaan terutama pada besarnya butir-butir. Hujan lebat biasanya turun sebentar saja jatuh dari awan cumulonimbus. Hujan semacam ini dapat amat kuat dengan intensitas yang besar (Karim,1985). Air hujan sebagian mengalir meresap ke dalam kedalam tanah atau yang sering disebut dengan infiltrasi, dan bergerak terus kebawah. Air hujan yang jatuh ke bumi sebagian menguap (evaporasi dan transpirasi) dan membentuk uap air. Sebagian lagi mengalir masuk kedalam tanah (infiltrasi, perkolasi, kapiler). Air tanah adalah air yang bergerak didalam tanah yang terdapat didalam ruang-ruang antara butir-butir tanah dan di dalam retak-retak dari batuan. Dahulu disebut air lapisan dan yang terakhir disebut air celah (fissure water). Aliran air tanah dapat dibedakan menjadi aliran tanah dangkal, aliran tanah antara dan aliran dasar (base flow). Disebut aliran dasar karena aliran ini merupakan aliran yang mengisi system jaringan sungai. Hal ini dapat dilihat pada musim kemarau, ketika hujan tidak turun untuk beberapa waktu, pada suatu system sungai tertentu aliran masih tetap dan kontinyu. Sebagian air yang tersimpan sebagai air tanah (groundwater) yang akan keluar ke permukaan tanah sebagai limpasan permukaan (surface runoff) yang terkumpul di sungai yang akhirnya akan mengalir ke laut kembali terjadi penguapan dan begitu seterusnya mengikuti siklus hidrologi. (Anonim,2011) Sifat hujan adalah perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat. Sifat hujan dibagi menjadi 3 kriteria, yaitu: 1.
Atas normal (A) yaitu, Jika nilai perbandingan terhadap rata-rata lebih besar dari 115%.
2.
Normal (N) yaitu, Jika nilai perbandingan terhadap rata-rata antara 85%-115%.
3.
Bawah normal (BN) yaitu, Jika nilai perbandingan terhadap rata-rata kurang dari 85%. (Anonim,2011).
F.
Normal curah hujan
1.
Rata-rata Curah Hujan Bulanan Rata-rata Curah Hujan Bulanan adalah nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.
2.
Normal Curah Hujan Bulanan Normal Curah Hujan Bulanan adalah nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun.
3.
Standar Normal Curah Hujan Bulanan Standar Normal Curah Hujan Bulanan adalah nilai rata-rata curah hujan pada masingmasing bulan selama periode 30 tahun, dimulai dari tahun 1901 s/d 1930, 1931 s/d 1960, 1961 s/d 1990 dan seterusnya. Curah hujan di hitung harian, mingguan, hingga tahunan, sesuai dengan kebuuhan. Pembangunan saluran drainase, selokan, irigasi, serta pengendalian banjir selalu menggunakan data curah hujan ini, untuk mengetahui berapa jumlah hujan yang pernah terjadi di suau tempat, sebagai perkiraan pembuatan besarnya saluran atau sarana pendukung lainnya saat hujan sebesar itu akan datang lagi dimasa mendatang(Bocah,2008). Curah hujan dapat diukur dengan alat pengukur curah hujan otomatis atau yang manual. Alat-alat pengukur tersebut harus diletakkan pada daerah yang masih alamiah, sehingga curah hujan yang terukur dapat mewakili wilayah yang luas. Salah satu tipe pengukur hujan manual yang paling banyak dipakai adalah tipe observatorium (obs) atau sering disebut ombrometer. Curah hujan dari pengukuran alat ini dihitung dari volume air hujan dibagi dengan luas mulut penakar. Alat tipe observatorium ini merupakan alat baku dengan mulut penakar seluas 100 cm2 dan dipasang dengan ketinggian mulut penakar 1,2 meter dari permukaan tanah (Jumin, 2002) Alat pengukur hujan otomatis biasanya memakai prinsip pelampung, timbangan dan jungkitan. Keuntungan menggunakan alat ukur otomatis ini antara lain seperti, waktu terjadinya hujan dapat diketahui, intensitas setiap terjadinya hujan dapat dihitung, pada beberapa tipe alat, pengukuran tidak harus dilakukan tiap hari karena periode pencatatannya lebih dari sehari, dan beberapa keuntungan lain (Sutedjo, Mul Suryani dan Kartasapoetra. 2005).
Curah hujan dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk atau unsur-unsur presipitasi yakni pertama,hujan. Hujan adalah butir-butir air yang jatuh ke bumi dalam bentuk cair. Butir-butir hujan mempunyai garis tengah 0,08 – 6 mm. Macam hujan yaitu hujan halus, hujan rintik-rintik dan hujan lebat. Perbedaan terutama pada besarnya butir-butir. Hujan lebat biasanya turun sebentar saja dari awan cumulonimbus. Hujan semacam ini dapat amat kuat dengan intensitas yang besar. Kedua salju, terjadi karena sublimasi uap air pada suhu dibawah titik beku. Bentuk dasar dari slju adalah hexagonal akan tetapi hal ini tergantung dari suhu dan cepatnya sublimasi. Dan yang ketiga, hujan ES. Hujan es jatuh pada waktu hujan guntur dari awan cumulonimbus. Didalam awan terdapat konveksi dari udara panas dan lembab. Dalam udara panas dan lembab yang naik secara konvektif, dan terjadilah sublimasi. Bilamana aliran menjadi lemah, butir-butir air akan turun sehingga sampai pada bahagian bawah, disini mengisap air sehingga sebagian membeku oleh inti yang sangat dingin itu (Handoko, 1986). Informasi curah hujan diperlukan mengenai jumlah hujan, jumlah hari hujan dan sebarannya menurut waktu. Kelembaban berkaitan dengan pertumbuhan hama dan penyakit tertentu pada berbagai tanaman. Suhu berkatan dengan umur tanaman, pertumbuhan generatif, pembentukan biji, buah dan gangguan fisiologis lainnya. Angin diperlukan untuk penguapan, penyerbukan, keseimbangan kandungan udara, bahkan tenaga angin dapat dipakai untuk menggerakan berbagai alat mekanik pertanian. Yoshida and Parao (1976) menyatakan suhu, radiasi surya dan curah hujan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil padi melalui dua cara. Pertama secara langsung, iklim mempengaruhi proses fisiologis tanaman, seperti pertumbuhan vegetatif, susunan organ-organ penyimpanan dan pengisian gabah. Kedua secara tidak langsung mempengaruhi hasil gabah melalui kerusakan oleh hama dan penyakit yang menyerang tanaman.
III. METODOLOGI A.
Waktu dan Tempat Adapun Praktikum Agroklimatologi Acara III. Penyajian dan interpretasi data meteorologi curah hujan dilaksanakan pada Hari Jumat, 7 Desember 2018 s/d Selasa, 21 Desember 2018 di Lingkungan kampus dan Lab Tanah Agroteknologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
B. Bahan Dan Alat Bahan : 1.
Alat Pengukur Curah Hujan ( Barometer tipe Biasa )
2.
Data mentah dari pengamatan Alat
:
1.
Kertas Milimeter
2.
Gelas Ukur
3.
Tali Rapia
4.
Gunting
5.
Kayu / Bambu ( Panjang 1 meter )
6.
Lem / Perekat
7.
Alat Tulis
C.
Cara Kerja
1.
Menyiapkan alat pengukur curah hujan dan perlengkapan tambahan.
2.
Mencari tempat / lapangan luas yang tidak ternaungi dan dataran yang tidak bergelombang.
3.
Memasang alat pengukur curah hujan ( Ombrometer ) tipe biasa dengan ketinggian 1,5 meter dari permukaan tanah.
4.
Memasang bambu atau kayu untuk menjadi tingang penyangga Ombrometer.
5.
Menancapkan Bambu atau kayu penyangga yang telah dipasang dengan Ombrometer kedalam tanah + 20-30 cm.
6.
Mencoba perlakuan pertama dengan mengisi air kedalam ombrometer lalu di keluarkan melalui kran untuk mengetahui apakan Ombrometer dapat bekerja dengan baik atau tidak.
7.
Setelah pengecekan selesai maka tinggal mengamati Curah hujan setiap hari pada pukul 08.00 WIB s/d Selesai.
8.
Mencatat hasil pengamatan jika hari sebelumnya telah turun hujan dan membuat tabel pengamatan.
9.
Menganalisa Hasil pengamatan dan membuat laporan praktikum.
IV. A.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Praktikum
Tabel. 1 Pengamatan Intensitas Curah Hujan Harian bulan Desember 2018 Tinggi No
Curah
Hujan
Hari / Tanggal
Keterangan
(mm ) 1
Jumat, 7 Des 2018
-
-
2
Sabtu , 8 Des 2018
-
-
Minggu , 9 Des 3
2018
-
-
Senin , 10 Des 4
2018 Selasa,
11
98
Curah Hujan Sedang
Des
5
2018
-
-
6
Rabu, 12 Des 2018
32
Curah hujan rendah
75
Curah hujan Sedang
Kamis , 13 Des 7
2018 Jumat , 14 Des
8
2018
-
-
Sabtu , 15 Des 9
2018
20
Curah Hujan Rendah
120
Curah Hujan Tinggi
115
Curah Hujan Tinggi
Minggu ,16 Des 10
2018 Senin , 17
11
Des
2018 Selasa,
18
Des
12
2018
13
Rabu , 19 Des 2018 Kamis,
14
2018
20
Des
Jumat , 21 Des 15
2018 Rata-rata Harian
B.
Pembahasan Hujan merupakan unsur fisik lingkungan yang paling beragam baik menurut waktu maupun tempat dan hujan juga merupakan faktor penentu serta faktor pembatas bagi kegiatan pertanian secara umum, oleh karena itu klasifikasi iklim untuk wilayah Indonesia (Asia Tenggara umumnya) seluruhnya dikembangkan dengan menggunakan curah hujan sebagai kriteria utama. Dengan adanya hubungan sistematik antara unsur iklim dengan pola tanam dunia telah melahirkan pemahaman baru tentang klasifikasi iklim, dimana dengan adanya korelasi antara tanaman dan unsur suhu atau presipitasi menyebabkan indeks suhu atau presipitasi dipakai sebagai kriteria dalam pengklasifikasian iklim. Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu. Alat untuk mengukur banyaknya curah hujan disebut Rain gauge. Curah hujan diukur dalam harian, bulanan, dan tahunan. Curah hujan yang jatuh di wilayah Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah bentuk medan/topografi, arah lereng medan, arah angin yang sejajar dengan garis pantai dan jarak perjalanan angina diatas medan datar. Hujan merupakan peristiwa sampainya air dalam bentuk cair maupun padat yang dicurahkan dari atmosfer ke permukaan bumi. Jumlah curah hujan yang jatuh di permukaan tanah dinyatakan dalam satuan millimeter. Jumlah curah hujan 1 mm menunjukkan tebal air hujan yang jatuh di permukaan tanah 1 mm, jika ir tersebut meresap ke dalam tanah atau menguap ke atmosfer. Sifat hujan adalah perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat. Sifat hujan dibagi menjadi 3 kriteria, yaitu:
1.
Atas normal (A) yaitu, Jika nilai perbandingan terhadap rata-rata lebih besar dari 115%.
2.
Normal (N) yaitu, Jika nilai perbandingan terhadap rata-rata antara 85%-115%.
3.
Bawah normal (BN) yaitu, Jika nilai perbandingan terhadap rata-rata kurang dari 85%.(Anonim,2011). Normal curah hujan
1.
Rata-rata Curah Hujan Bulanan
Rata-rata Curah Hujan Bulanan adalah nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun. 2.
Normal Curah Hujan Bulanan Normal Curah Hujan Bulanan adalah nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun.
3.
Standar Normal Curah Hujan Bulanan Standar Normal Curah Hujan Bulanan adalah nilai rata-rata curah hujan pada masingmasing bulan selama periode 30 tahun, dimulai dari tahun 1901 s/d 1930, 1931 s/d 1960, 1961 s/d 1990 dan seterusnya. Dari hasil pengamatan curah hujan harian selama 2 minggu didapatkan hasil bahwa ada beberapa hari hujan dengan intensitas tinggi, sedang dan rendah. Ini menunjukan bahwa ada faktor yang menyebabkan hal itu bisa terjadi, jika melihat dari teori yang ada menurut ( handoko,2003 ) bahwa Faktor yang menyebabkan terjadinya hujan adalah Letak geografi, ketinggian tempat dan arah angin. Namun jika di lihat dari hasil pengamatan adapun faktor lain seperti Perubahan Suhu yang drastis, Temperatur, kelembaban yang rendah dan Arah angin yang membuat terbentuk dan terbawanya awan yang diawali dengan terjadinya evaporasi kemudian membentuk molekul dan terbentuk uap sehingga menjadi gumpalan awan kemudian terbawa oleh angin dan karna pengaruh suhu yang tinggi mengakibatkan terjadinya hujan. Tinggi dan rendahnya hujan tergantung dari Berat massa dari uap yang terkumpul menjadi awan. Alat untuk mengkur curah hujan dalam praktikum ini adalah menggunakan Ombrometer tipe standar ( Manual ). Pengamatan dilakukan secara manual pada pukul 08.00 pagi setiap harinya. Di dapatkan hasil rata-rata pengukuran sebesar 134, 36 mm, Hal ini menunjukkan bahwa hujan merupakan salah satu siklus hidrologi, dimana terjadi terus menerus selama perputaran siklus. Air menguap keatas lalu turun ke permukaan lagi dan menguap lagi. Hujan memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi. Lembaban dari laut menguap, berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendung, lalu turun kembali ke bumi, dan akhirnya kembali ke laut melalui sungai dan anak sungai untuk mengulangi daur ulang itu semula. Namun data ini tidak dapat menjadi suatu acuan untuk menyatakan bahwa didaerah tempat praktikum Agroklimatologi pengamatan Curah Hujan tinggkat dari curah hujan adalah normal. Tetapi data ini dapat dijadikan sebagai bukti bahwa ada keterkaitan antara Curah Hujan dan faktor iklim lainnya dan sebagai dasar perkiraan untuk menentukan apakah curah hujan selanjutnya akan lebih banyak atau sebaliknya.
V. A.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dan berdasarkan pengamatan dalam praktikum agroklimatologi tentang curah hujan ini, maka didapatkan kesimpulan yaitu: 1. Hujan merupakan jatuhnya air ke permukaan bumi yang memiliki satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan 2. Dengan adanya hujan maka persediaan air di permukaan tanah akan bertambah sehingga kebutuhan air akan terpenuhi. 3. Jumlah curah hujan yang jatuh di permukaan tanah dinyatakan dalam satuan millimeter 4. Curah hujan tertinggi yang didapat dalam pengamatan yaitu sebesar 120 mm 5. Adapun alat yang digunakan untuk mengukur curah hujan adalah obrometer
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2010. Cuaca Iklim, www.wikipedia/cuacaiklim.menlh.co.id. Diakses pada tanggal ( 10 Januari 2018 ). Anonim, 2008. Curah Hujan , www.wikipedia/hujan.menlh.go.id. Diakses pada tanggal ( 9 Januari 2018 ). Asnawi Marjuki,. (1993). Hidrologi Teknik. Jakarta: Erlangga. Handoko, 2003, Klimatologi Dasar, Bogor: FMIPA-IPB. Ismail, Gazali, 1989, Ekologi Tumbuhan dan Tanaman Pertanian. Padang: Angkasa Raya. Jumin, Hasan Basri, 2002, Dasar-Dasar Agronomi, Jakarta: PT. Rajagrafindo. Karim, K. 1985. Diktat Kuliah Dasar-Dasar Klimatologi. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Sutedjo, Mul Suryani dan Kartasapoetra. 2005. Pengantar Ilmu Tanah. PT RINEKA CIPTA, Jakarta. Wahyuningsih, Utami. 2004. Geografi. Pabelan. Jakarta