Agens Infeksius2-1.docx

  • Uploaded by: Intan agustin
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Agens Infeksius2-1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,092
  • Pages: 18
1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme dalam atau pada jaringaan tubuh yang akan menghasilkan tanda dan gejala selain respon imun (Kowalak et al, 2003). Pada jaman modern seperti ini, kemajuan teknologi semakin pesat dalam penanganan dan pencegahan infeksi, seperti penemuan antibiotik yang ampuh, vaksin imunisasi yang kompleks, serta peralatan sanitasi yang modern. Akan tetapi, infeksi akan tetap menjadi penyebab penyakit yang paling sering terjadi pada manusia. Bahkan pada negara-negara dengan pelayanan medis yang sangat maju sekalipun, penyakit infeksi masih menjadi topik yang serius. Terutama di negara berkembang, infeksi merupakan peyebab utama permasalahan kesehatan yang kritis. Contohnya saja AIDS. AIDS merupakan penyakit kerusakan sistem imun yang disebabkan oleh virus HIV. Kasus HIV sudah menyerang hampir semua negara, termasuk negara maju sekalipun. Reproduksi mikroorganisme seperti ini akan mencederai tubuh pejamu dengan menumbulkan kerusakan sel akibat toksin yang dihasilkan oleh mirkoorganisme atau akibat multiplikasi intrasel (Kowalak, 2003). Agar infeksi bisa ditularkan harus terdapat agens infeksius, seperti : virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan klamidia. Agens infeksius bisa didapat melalui lingkungan maupun agen yang ditularkan melalui organisme perantara (vektor).

1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana cara mikroba berinteraksi dengan tubuh? 2. Bagaiana mikroorganisme menyebabkan penyakit?

1.3.Tujuan Penelitian 1. Agar mengetahui bagaimana cara mikroba berinteraksi dengan tubuh. 2. Agar dapat mengetahui bagaimana mikroorganisme dapat menyebabkan penyakit.

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Infeksi Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit. Infeksi juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme gagal dan menyebabkan cedera yang seiurs terhadap sel atau jaringan. Penyakit akan timbul jika patogen berkembang biak dan menyebabkan perubahan pada jaringan normal (Potter & Perry, 2005). Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit. Penyakit ini menular dari satu orang ke orang yang lainnya orang sehat harus dihindarkan dari orang-orang yang menderita penyakit dari golongan ini (Werner et al, 1980).

2.2. Tahap Proses Infeksi 1. Masa Inkubasi Adalah masa pertama kali masuknya mikroorganisme kedalam tubuh sampai muncul gejala. Menurut J.M Gibson (1990), selama masa ini, orang tersebut dapat menularkan penyakit, dapat memindahkan mikroorganisme ke orang lain, misalnya infeksi dengan streptokokus atau virus dapat ditularkan ke orang lain pada saat berbicara, batuk, tertawa, dan bersin. 2. Masa Prodromal Masa munculnya gejala yang umum, seperti demam, keletihan, dan malaise sampai muncul gejala yang spesifik. 3. Masa Sakit Pada masa ini, penderita merasakan sakit. Penyakit dapat akut (berlangsung untuk beberapa hari atau minggu) atau kronik (berlangsung untuk beberapa bulan atau tahun). Sesuai dengan jenis infeksinya, maka penderita dapat mengeluarkan mikroorganisme yang berbahaya melalui hidung, mulut, telinga, mata, urin, feses, sekret dari ulku, luka, kulit, dan organ-organ dalam (Gibson, 1990).

3

4. Masa Konvolensi (Penyembuhan) Menurut Kowalak et al (2003), mulai terjadi ketika mekanisme pertahanan tubuh mengisolasi mikroba yang menginvasinya dan proses kesembuhan terjadi pada jaringan yang rusak. 2.3.Tanda-tanda Infeksi 1. Rubor atau kemerahan 2. Kalor, perubahan suhu pada daerah sekitar infeksi 3. Dolor atau nyeri 4. Bengkak atau tumor 5. Perubahan atau penurunan fungsi (fungsiolaesa) 2.4. Rantai Infeksi Infeksi hanya dapat terjadi jika terdapat komponen ranai infeksi di bawah ini. Maka, jika menghilangkan satu mata rantai dari rantai infeksi akan mecegah terjadinya infeksi (Kowalak, 2003). Agen Penyebab Hospes yang Rentan

Reservoir

INFEKSI Portal Keluar

Portal Masuk Cara Penularan

a. Agens Penyebab Agens penyebab infeksi adalah setiap mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit. Contohnya bakteri, virus, jamur, klamidia, parasit, dan riketsia. Agwn infeksius secara umum dapat dikelompokkan dalam 2 golongan, yaitu : 1. Flora Residen (menetap), disebut sebagai flora normal dalam tubuh, terdiri atas mokroorganisme yang jenisnya relatif stabil, non patogen, dan biasa ditemukan pada area tertentu dalam

4

tubuh. Seperti neonatus yang mendapat mikroorganisme dari ibunya untuk beradaptasi. 2. Flora Trasien (sementara), terdiri atas mikroorganisme non patogen atau potensial patogen. b. Reservoir Merupakan lingkungkan atau objek (benda mati maupun makhluk hidup) mikroorganisme bisa hidup dan memperbanyak diri. c. Portal Keluar Lintasan yang digunakan agen infeksi untuk keluar meninggalkan reservoarnya. Biasanya portal ini merupakan tempat tumbuhnya mikoorganisme. Portal kelluar yang lazim adalah traktus respiratorius, genitourinarius, dan GI, kulit serta membran mukosa. Darah, sputum, muntaha, dan feses juga bisa menjadi portal keluar. d. Cara Penularan Adalah cara yang digunakan agen infeksius untuk melintasi dari portal keluar dari reservoir ke hospes yang rentan. Infeksi dapat ditularkan melalui kontak fisik, udara, enterik, dan melalui vektor (makhluk hidup yang dapat menularkan penyakit). e. Portal Masuk Portal atau pintu gerbang yang digunakan agen infeksius untuk menginvasi hospes yang rentan. f. Hospes yang Rentan Apabila sistem kekebalan pada tubuh manusia rendah, mikroba patogen akan dengan mudah masuk dan menginvasinya.

5

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Definisi Agen infeksius terdiri atas beberapa jenis dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam menimbulkan infeksi, penyakit, dan cedera. Agen infeksius sendiri adalah organisme hidup yang dapat menyebabkan infeksi dan penakit menular, seperti virus, jamur, klamidia, bakteri, riketsia, dan parasit. 3.2. Karekteristik Mikroorganisme Patogen Mikroba harus terdapat dalam jumlah yang cukup untuk bsa menimbulkan penyakit pada manusia yang sehat. Jumlah yang diperlukan mikroba untuk bisa menimbulkan penyait atau infeksi pun berbeda-beda satu dengan yang lainnya, pun dengan pejamu satu dengan yang lainnya, dan dapat dipengaruhi pula cara penularannya. Berat infeksi bergantung pada beberapa faktor, yang mencakup patogenesis mikroba, yaitu kemungkinan mikroba menyebabkan perubahan patogenik atau penyakit (Kowalak, 2003). Faktor-faktor yang mempengaruhi patogenesis meliputi spesifitas mikroba, kemampuan invasi, kuantitas virulensi, toksigenesitas, adhesiveness (daya lekat), antigenesitas, dan viabilitas mikroba tersebut. a. Spesifitas adalah perkiraan kemampuan pejamu untuk membuat mikroba tertarik untuk menginvasinya. b. Kemampuan invasi adalah kemampuan mikroba untuk menginvasi dan memperbanyak diri pada tubuh pejamu. Sebagian mikroba dapat masuk melalui kulit, sebagian lagi masuk melalui membran mukosa yang terluka, dan sebagian lagi menghasilkan enzim untuk meningkatkan kemampuan invasinya. c. Kuantitas megacu kepada jumlah mikroba yang berhasil mengnvasi dan bereproduksi pada tubuh pejamu (Kowalak, 2003). d. Virulensi

keparahan

penyakit

yang

ditimbulkan

oleh

invasi

mikroorganisme patogen. Virulensi bisa bervariasi menurut sistem imun si pejamu. Infeksi oleh mikroorganisme patogen yang diketahui bersifat virulen, memerlukan tindakan diagnosis dan penanganan dini.

6

e. Toksogenisitas kemampuan mikroorganisme patogen untuk merusak tubuh pejamu dengan memproduksi dan menyebarkan toksin. f. Adhesiveness (daya lekat) adalah kemampuan mikroorganisme untuk melekat pada tubuh pejamu. g. Antigenesitas kemampuan mikroorganisme untuk merangsang antibodi pada tubuh pejamu. h. Viabilitas kemampuan mikroorganisme patogen hidup di luar tubuh si pejamu. 3.3. Cara Mikroba Berinteraksi dengan Tubuh Mikroba berinteraksi dengan hospesnya (pejamu) melalui berbagai cara. 3.3.1. Manfaat Ganda Sebagian mikroorganisme berinteraksi dengan tubuh manusia melalui cara yang memberi manfaat bagi keduanya (simbiosis mutualisme). Misalnya saja bakteri Escherichia Coli yang mendapat nutrisi di dalam tubuh pejamu, sebaliknya mikroorganisme tersebut menyekresi vitamin K yang dibutuhkan manusia untuk pembekuan darah. 3.3.2. Manfaat Tunggal Interaksi mikroorganisme dengan tubuh manusia yang bermanfaat bagi satu pihak tanpa merugikan pihak lain (simbiosis komensalisme). 3.3.3. Interaksi Parasitik Sebagian mikroba seperti cacing (helmintes) merupakan parasit. Ini berarti bahwa mikroorganisme tersebut berbahaya bagi tubuh manusia sebagai pejamu, sedangkan mikroorganisme ersebut mendapat keuntungan dari tubuh si pejamu (simbiosis parasitisme). 3.4. Cara Mikroorganisme Menyebabkan Penyakit Agen penyebab infeksi merusak jaringan tubuh dengan : 1. Memasuki sel dan secara langsung menyebabkan kematian sel 2. Melepaskan toksin yang membunuh sel-sel tubuh pada tempat yang jauh 3. Melepaskan enim yang menguraikan komponen jaringan atau merusak pembuluh darah

7

4. Menimbulkan respon imflamasi sel hospes yang secara langsung dapat ikut menyebabkan kerusakan jaringan yang meliputi supurasi, pembentukan jaringan parut, serta reaksi hipersensitivitas. 3.5. Agen Infeksius Mikroorganisme yang mnyebabkan penyakit infeksi meliputi bakteri, virus, klamidia, riketsia, jamur, dan parasit. 3.5.1. Bakteri Adalah mikroorganisme yang tidak mempunyai inti sel (prokariotik), tidak mengandung klorofil, dan hanya bisa dilihat menggunakan mikroskop. Meskipun tidak memiliki inti sel, bakteri mempunyai semua mekanisme yang diperlukan untuk bertahan hidup dan memperbanyak diri. Bakteri dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuknya, yaitu kokus yang berbentuk bulat, basilus yang berbentuk batang, dan spirila yang berbentuk spiral. Gambar bentuk-bentuk bakteri bisa dilihat di bawah ini.

Gambar 3.2. Bentuk-bentuk Bakteri (Wikipedia, 2006)

8

Bakteri dapat pula diklasifikasin menurut kebutuhannya akan oksigen (aerob dan anaerob), mobilitasnya (motil atau nonmotil), dan kecenderungannya membentu spora (spora atau tidak berspora) (Kowalak, 2003). Bakteri merusak jaringan tubuh dengan mengganggu fungsi sel yang esensial atau dengan melepaskan eksotoksin atau endotoksin yang menyebabkan kerusakan sel. Untuk menginfeksi hospes, pertama-tama bakteri harus masuk ke dalam tubuh hospes. Bakteri melakukan ini dengan melekat pada permukaan mukosa dan menginvasi langsung sel hospes atau dengan melekat pada sel epitel dan memproduksi toksin yang menginvasi sel hospes. Untuk bertahan hidup dan memperbanyak diri dalam tubuh hospes, bakteri atau toksinnya memberi pengaruh yang merugikan pada berbagai reaksi kimia di dalam sel (lihat ilustrasi gambar di bawah ini). Sebagai akibatnya, akan terjadi gangguan fungsi pada sel bahkan kematian. Sebagai contoh, toksin difteri akan merusak otot jantung dengan menghambat sistesis protein.

Gambar 3.3 Kematian Sel Oleh Toksin Bakteri (Kowalak, 2003)

Beberapa toksin menyebabkan darah membeku di pembuluh darah. Jaringan yang dipasok oleh pembuluh darah itu akan menderita kekurangan darah dan mengalami kerusakan (lihat ilustrasi di bawah ini).

9

Gambar 3.4 Pembekuan Darah Oleh Toksin Bakteri (Kowalak, 2003)

Toksin lain dapat merusak dinding sel pada pembuluh sarah halus sehingga tejadi kebocoran. Kehilangan cairan ini dapat mengakibatkan penurunan tekanan darah yang selanjutnya akan mengganggu kemampuan jantun untuk memompa cukup darah ke organ-organ vital (lihat ilustrasi gambar di bawah ini).

Gambar 3.5 Kebocoran Dinding Pembuluh Darah Oleh Toksin Bakteri (Kowalak, 2003)

10

Penularan infeksi melalui kontak langsung maupun tidak langsung, seperti perantara, baju, alat makan, dan lainnya. Kontak langsung juga bisa disebabkan karena hubungan seksual. Contohnya penyakit Sifilis yang disebabkan oleh bakteri Treponema Pollidium. Selain itu, bakteri juga dapat menginfeksi tubuh kita melalui luka, contohnya penyakit Tetanus yang disebabkan oleh bakteri Clostridium Tetani. Dan juga infeksi penularan melalui udara, seperti bersin, batuk, nafas, dan meludah. Contohnya seperti penyakit TBC (Tuberculosis) yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. 3.5.2. Virus a. Definisi Merupakan mikroorganisme yang tersusun hanya dari nukleus RNA atau nukleus DNA yang terbungkus oleh protein dan masih diperdebatkan statusnya, apakah termasuk makhluk hidup atau benda mati. Virus dianggap benda mati karena dapat dikristalkan, sedangkan

virus

dikatana

makhluk

hidup

karena

dapat

memperbanyak diri (replikasi) dalam sel inangnya. Virus dikenal sebagai

organisme

terkecil,

sehingga

hanya

dapat

dilihat

menggunakan mikroskop elektron. b. Ukuran Virus Ukuran virus lebih kecil daripada bakteri, yaitu berkisar dari 0,02 mikrometer sampai 0,3 mikrometer (1 µm = 1/1000 mm). Partikel virus bervariasi dari segi ukuran, bentuk maupun komposisi kimiawinya. Virus yang lebih kecil memiliki ukuran kurang lebih 20nm (lebih kecil darri ribosom), misalnya Polivirus yang menyerang saraf pusat, dan Coxscakie B virus yang menyerang jantung. Sementara itu, virus yang berukura besar memiliki ukuran tubuh 150-300nm atau lebih, misalnya Parainfluenza virus yang menyerang

saluran

pernapasan,

menyebabkan penyakit gondong.

dan

Paramyxovirus

yang

11

c. Bentuk dan Struktur Virus Bentuk-bentuk virus yang sudah diketahui ada yang serupa bola, berbentuk kotak, berbentuk batang, dan ada yang seperti hurut T. Struktur utama virus adalah asam nukleat yang dapat berupa RNA (Ribonucleic Acid) atau DNA (Deoxyribonucleic Acid). Asam nukleat ini dikelilingi oleh subunit protein yang disebut Kapsomer. Susunan kapsomer-kapsomer tersebut membentuk mantel dinamakan Kapsid. Kapsid dan asam nukleat virus dinamakan Nukleokapsid.

Gambar 3.6 Bentuk dan Ukuran Relatif Dari Beberapa Famili Virus

Beberapa virus memiliki struktur yang lebih kompleks seperti adanya pembungkus khusus berupa membran. Membran yang menyusun virus ini merupakan membran lipid bilayer dan protein, biasanya glikoprotein. Virus yang strukturnya paling rumit adalah virus Bakteriofage yang menyerang bakteri Escherichia Coli, memiliki ekor yang merupakan struktur kompleks. Virus tidak dapat melakukan replikasi bila tidak ada hospes (sel inang), jadi selama virus tidak menempel pada sel inang, virus

12

mengkristal menunggu untuk menempel pada sel inang. Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit, dimana virus memasuki sel dan menyebabkan perubahan yang membahayakan bagi sel dan akhirnya merusak bahkan menyebabkan kematian. Dan juga virus bertindak sebagai agen pewaris sifat, dimana virus memasuki sel dan tinggal di dalam sel secara permanen. Setelah masuk ke dalam sel, virus melepaskan RNA dan mulai menginvasi/menyerang inti sel tubuh dan mengambil alih. RNA virus menggunakan host sel untuk membuat RNA baru dan berkumpul untuk membentuk partikel virus yang lebih banyak, lalu melepaskan diri untuk menyebar di dalam tubuh manusia dan tidak jarang mereka juga merusak sel di dalam prosesnya. d. Proses virus menyerang manusia: 1. Tahap Pelekatan Adalah tahap dimana virus menempel pada sel inang (hospes) 2. Tahap Penetrasi Adalah tahap masuknya RNA virus berupa asam nukleat ke dalam sitoplasma sel inang 3. Tahap Replikasi Adalah tahap penggandaan materi genetik virus di dalam sel inang. Pada tahap ini, sel inang telah diambil alih oleh virus dengan membajak proses repliasi dan translali sel kemudian mengganti struktur DNA pada inti sel inang. Struktur DNA tersebut akan melakukan transkripsi menjadi mRNA dan mempengaruhi kinerja ribosom. 4. Tahap Sintesis Adalah tahap pembentukan komponen yang dibutuhkan virus untuk berkembang biak, meliputi asam nukleat dan protein yang akan digunakan untuk kapsid (selubung protein virus). Proses ini dibantu oleh nukleus yang sudah diambil alih oleh virus. Virus juga memanfaatkan proses metabolisme sel inang untuk mengembangbiakan bakal virus baru.

13

5. Tahap Pematangan adalah tahap perakitan komponen-komponen virus yang berupa protein dan asam nukleat sehingga menjadi virus 6. Tahap Pelepasan adalah tahap dimana virus keluar dari sel inang dengan cara memecahkan sel tersebut. Akibatnya, sel inang mati. Satu virus yang menyerang sel inang dapat menghasilkan beberapa virus.

3.5.3. Jamur (Fungus) a. Definisi Jamur atau fungus dapat didefinisikan sebagai organisme eukariotik yang mempunyai inti dan organel. Jamur tersusun dari hifa yang merupakan benangbenang sel tunggal panjang, sedangkan kumpulan hifa disebut dengan miselium. Miselium merupakan massa benang yang cukup besar dibentuk dari hifa yang saling membelit pada saat jamur tumbuh. Jamur mudah dikenal dengan melihat warna miseliumnya. Menurut Kowalak et al (2003), jamur (fungus) memiliki dinding yang kaku dan nukleus yang terbungkus membran nukleus. Mikroorganisme ini bisa terdapat sebagai ragi (organisme berbentuk oval dan bersel tunggal) atau kapang (organisme dengan hyphae dan filamen bercabang). Fungi merupakan eukariota dengan dinding sel yang tebal dan mengandung kitin. Organisme ini tumbuh di dalam tubuh manusia sebagai sel ragi bertunas da struktur silinder yang ramping (hifa) (Mitchell et al, 2006). b. Infeksi Jamur Infeksi jamur biasanya disebut dengan mikosis. Sebagian besar jamur patogen bersifat eksogen dan habitat alaminya adalah air, tanah, dan debris organik. Mikosis yang mempunyai insiden paling tinggi adalah kandidiasis dan dermatofitosis disebabkan oleh jamur yang merupakan anggota flora mikroba normal atau yang dapat

14

bertahan hidup pada pejamu manusia. Infeksi jamur terutama parah pada pasien dengangangguan kekebalan, sering menyebar melalui aliran darah (fungimea). Jika lapisan pelindung kulit rusak, maka spora-spora jamur akan dengan mudah mengakibatkan infeksi, terutama kulit yang lembab. Penularan terjadi oleh spora-spora ygn dilepaskan oleh pnderita mikosis bersama dengan serpihan kulit (terdapat di debu, tanah dan di udara, lingkungan yang hangat dan lembab). Setelah infeksi, spoa tumbuh menjadi misellium dengan menggunakan serpihan kulit sebagai makanan. Benang-benangnya menyebar ke seluruh arah sehingga lokasi infeksi meluas, enzimnya masuk kedalam kulit dan mengakibatkan suatu reaksi peradangan.

c. Respon Imun Terhadap Jamur 1. Imunitas Spesifik IgM dan IgG di dalam sirkulasi diproduksi sebagai respon terhadap infeksi jamur. Respon imun seluler dilakukan olehsel T CD4 dan CD8 yang bekerja sama untuk mengeliminasi jamur. 2. Imunitas Non-Spesifik Sawar (barrier) fisik dan membran muosa merupakan faktor kimiawi dalam serum dan sekresi kulit berperan dalam imunitas non spesifik. Efektor utamanya yaitu Neutrofil dan Makrofag. Neutrofil dapat melepas bahan fungisidal seperti enzim lisosom, serta memakan jamur untuk dibunuh di intrasel. Contoh penyebaran jamur yaitu terjadinya keputihan pada wanita. Hal tersebut disebabkan karena kkurang bersihnya area reproduksi luar seperti jarang mengganti celana dalam sehingga kelembabannya tidak

terjaga.

Untuk

pengobatannya

dengan

menggunakan

fungisidal atau obat anti jamur yang biasa berbentuk salep dan obat melalui oral.

15

3.5.4. Parasit a. Definisi Bakteri parasit merupakan bakteri yang hidupnya membutuhkan hospes dan dalam prosesnya menyebabkan kerusakan pada hospes. Beberapa bakteri patogen bersifat oportunis, artinya bakteri ini hidup di dalam hospes dan dapat menyebabkan penyakit ketika sistem imunitas hospes melemah (Madigan, 2006). Merupakan mirkoorganisme uniseluler tau multiseluler yang hidup pada atau di dalam tubuh organisme lain dan memperoleh nutrisi dari pejamunya. Parasit hanya mengambil nutrien yang diperlukan saja dan biasanya tidak mematikan pejamunya (Kowalak et al, 2003). Sebagai parasit dikelompokkan dalam protista yaitu :

Gambar 3.7 Parasit dalam kelompok protista (Agnes, 2015)

16

Terdapat 2 kelompok parasit, yaitu : 1. Endoparasit yaitu parasit yang hidup dalam tubuh host. Contohnya : Plasmodium parasit dalam darah 2. Ektoparasit yaitu parasit yang hidup menempel pada bagian luar permukaan atau jaringan bawah kulit. Contohnya : Sarcoptes Scabiei (Agnes et al, 2015) b. Sifat Parasit Parasit memiliki sifat-sifat seperti : 1. Parasit Fakulatif organisme yang sebenarnya dan hidup bebas, tetapi karena kondisi tertentu organisme ini hidup sebagai parasit sehingga sifat hidup itu tidak mutlak. Sebagai contoh stadium larvanya normalnya hidup di dalam kotoran ternak, tetapi karena tidak ada kotoran ternak, terpaksa lalat betina bertelur di tubuh yang luka sehingga waktu menetas larva dan biasanya dijumpai di sela-sela jari atau bagian belakang kuku. 2. Parasit obligat (parasit sejati) adalah semua organisme yang bersifat patogen dalam kelangsungan hidup dan eksistensinya mutlak memerlukan hospes. Contohnya bunga Rafflesia Arnoldi 3. Parasit insidentil atau parasit sporadis adalah suatu parasit yang karena sesuatu sebab berada pada hospes yang tidak sewajarnya. Contoh : Dipylidium caninum (cacing pita pada anjing yang dikenal dengan cacing pita biji ketimun) tetapi karena kebetulan atau karena sesuatu terdapat pada manusia. Oleh karena, kedekatan antara anjing dan manusia tersebut termakan olehnya maka didalam saluran pencernaan manusia tersebut dapat ditemukan cacing biji ketimun. 4. Parasit eratika dalah parasit yang terdapat pada hospes yang wajar tetapi lokasinya pada daerah yang tidak sewajarnya. Contoh parasit eratika : Ascaris lurnbricoides. Parasit ini termasuk cacing nematoda yang normalnya berlokasi di dalam duodenum manusia dan babi. Namun demikian karena

17

pengaruh sesuatu hal seperti misalnya kelaparan atau karena pengaruh gerakan antiperistaltik dinding usus, cacing tersebut terdorong masuk ke lambung atau memasuki kandung empedu lewat saluran empedu c. Karakteristik Penyakit Parasit 1. Gejala umumnya setara dengan beban parasit dan mungkin lebih parah apabila pasienn tela tersentisisasi terhadap komponenkomponen parasit. 2. Dapat terjadi reinfeksi. Otoinfeksi (reinfeksi pejamu tanpa parasit berkembang di daerah lain) sering terjadi pada Strongyloides Enterobius. 3. Infeksi kronik dapat terjadi (misal penyakit Chagas), dengan atau tanpa penyakit yang jelas. Beberapa parasit dapat bertahan hidup dalam tubuh manusia untuk jangka panjang, dan beberapa kasus sampai seumur hidup pasien, dan menimbulkan gejala penyakit periodik. 4. Keadaan-keadaan yang melemahkan kekebalah menyebabkan reaktivasi infeksi laten (seperti toksoplasmosis), peningkatan kerentanan, dan sering penyakit yang lebih parah. 5. Eosinofilia

kadang-kadang

merupakan

petunjuk

adanya

penyakit parasit, walaupun secara umum hanya terjadi selama migrasi larva cacing melewati pembuluh darah atau jaringan. d. Cara Parasit Menginfeksi Tubuh Contohnya penyebaran parasit melalui vektor nyamuk Anopheles. Pembiakan aseksual dimulai ketika Anopheles betina menggigit manusia lalu memasukkan sporozoit yang terdapat dalam air liurnya ke aliran darah manusia. Dalam waktu 30 menit hingga 1 jam, sporozoit masuk dalam sel parenkim hati dan berkembang biak membentuk skizon hati yang mengandung ribuan merozoit. Proses ini disebut Skizogoni Eksoeritrosit, karena parasit belum masuk ke dalam eritrosit.

18

3.5.5. Klamidia

Related Documents


More Documents from "Ron Sidwell"