Acara_1_sungai.docx

  • Uploaded by: Naila Fira
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Acara_1_sungai.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,443
  • Pages: 11
EKOSISTEM SUNGAI Syahra Baina 16/394301/PN/14540 Manajemen Sumberdaya Perikanan INTISARI Sungai merupakan salah satu ekosistem perairan air tawar yang memiliki aliran yang searah dari hulu menuju hilir, setiap sungai dipengaruhi beberapa faktor yaitu kecuraman sungai, kedalaman sungai, luas sungai, tinggi dan rendah serta halus atau kasar dasar sungai serta kecepatan aliran sungai bisa berbeda beda dibeberapa titik. Tujuan dari praktikum ini adalah mempelajari karakteristik sungai dan faktor-faktor pembatasnya, mempelajari cara-cara pengambilan data tolak ukur (parameter) fisika, kimia, dan biologi suatu perairan, mempelajari korelasi antara beberapa tolok ukur lingkungan dengan komunitas biota perairan (plankton), mempelajari kualitas perairan sungai berdasarkan indeks diversitas biota perairan (plankton). Praktikum ekosistem sungai golongan A4 ini dilaksanakan pada hari kamis, 02 Maret 2017 pukul 14.00 WIB sampai selesai di sungai Tambak Bayan Sleman Yogyakarta. Parameter yang digunakan praktikum ini yaitu fisika (suhu udara, suhu air, kecepatan arus, dan debit), kimia (DO, CO2 bebas, alkalinitas serta pH), biologi (densitas dan deversitas biota perairan seperti plankton). Metode pengukuran suhu menggunakan termometer, kecepatan arus menggunakan bola yang hanyut terbawa arus dengan mengambil data jarak yang ditentukan dan waktu yang tercatat, Metode untuk pengukuran debit adalah embody’s float method, yaitu metode yang mengandalkan kecepatan bola pingpong mengikuti arus air. Kandungan O2 terlarut (DO atau Dissolved Oxygen) menggunakan metode winkler, pengukuran CO2 bebas dengan alkalimetri, dan pengukuran Alkalinitas dengan menggunakan metode Alkalimetri. Dalam praktikum ini dibagi menjadi 3 stasiun dan berdasarkan data yang didapat diperolehdata diversitas plankton pada stasiun1 sebesar 2,52; stasiun 2 sebesar 3,45; dan stasiun 3 sebesar 3,625. Dari data tersebut dapat disimpulkan perairan terbaik adalah stasiun 3. Kata kunci: diversitas, ekosistem, faktor-faktor, komunitas, parameter, plankton, sungai Tambak Bayan

PENDAHULUAN Ekosistem adalah unit fungsional dasar dalam ekologi yang di dalamnya tercakup organisme dan lingkungannya (lingkungan biotik dan abiotik) dan di antara keduanya saling memengaruhi (Odum ,1993). Ekosistem dikatakan sebagai suatu unit fungsional dasar dalam ekologi karena merupakan satuan terkecil yang memiliki komponen secara lengkap, memiliki relung ekologi secara lengkap, serta terdapat proses ekologi secara lengkap, sehingga dalam unit ini siklus materi dan arus energi terjadi sesuai dengan kondisi ekosistemnya. Interaksi dalam suatu ekosistem dapat berupa simbioses mutualisme, parasitisme, komensalisme, predatorisme, dan kompetisi. Secara umum ada tiga tipe ekosistem, yaitu ekosistem air (akuatik), ekosistem darat (terestrial), dan ekosistem buatan (Aryulina, 2004). Namun pada praktikum ini, ekosistem airlah yang paling banyak dibahas.Terutama tentang ekosistem air tawar, lebih spesifik lagi tentang ekosistem air sungai (perairan lotik). Ekosistem air tawar lotik memiliki ciri airnua berarus.Contoh ekosistem ini adalah sungai. Organisme yang hidup pada ekosistem ini dapat menyesuaikan diri dengan dengan arus air, contohnya adalah ikan belida, serangga air dan diatom yang dapat menempel pada 1

batu. Produsen utama pada ekosistem ini adalah ganggang. Akan tetapi, umumnya organise lotik memakan detritus yang berasal dari ekosistem darat di sekitarnya. Sungai di Indonesia umumnya memiliki sifat multiguna, mulai dari keperluan rumah tangga, keperluan hewan, transportasi perairan dan lain sebagainya. Kebanyakan fungsi sungai di Indonesia mengalami penurunan yang diakibatkan oleh aktifitas manusia yang cenderung bersifat merusak. Pemanfaatan sungai sebagai tempat pembuangan air limbah merupakan dampak dari aktifitas masyarakat terhadap lingkungan yang dapat menyebabkan perubahan faktor lingkungan sehingga akan berakibat buruk bagi organisme air (Widanengroem, 2010) Praktikum ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mempelajari karakteristik sungai dan faktor-faktor pembatasnya, mempelajari cara-cara pengambilan data tolak ukur (parameter) fisika, kimia, dan biologi suatu perairan, mempelajari korelasi antara beberapa tolok ukur lingkungan dengan komunitas biota perairan (plankton), mempelajari kualitas perairan sungai berdasarkan indeks diversitas biota perairan (plankton). METODE Praktikum ekosistem sungai ini dilaksanakan pada hari Kamis, 02 Maret 2017 di sungai Tambak Bayan, Sleman. Pada praktikum ini lokasi dibagi menjadi tiga stasiun berbeda. Pada stasiun 1 berlokasi dipaling atas (hulu sungai), kondisi bagian sungai yaitu dengan substrat berbatu, serta vegetasi yang ada yaitu rimbunan bambu yang menutipi sinar matahari dan terdapas banyak semak-semak. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tenis meja, stop-watch atau arloji, roll-meter, penggaris, ember plastik, topless, thermometer, botol oksigen, erlenmeyer, gelas ukur, pipet ukur, pipet tetes, kempot (untuk mentitrasi), plankton-net, mikroskop, kertas label, dan alat tulis. Dan bahan-bahan yang digunakan adalah pH meter,larutan MnSO4, larutan reagen oksigen, larutan H₂SO₄ pekat, larutan 1/80 N Na2S2O3, larutan 1/44 N NaOH, larutan 1/50 N H2SO4,larutan indikator amilum, indikator Phenolphphtalein (PP), indikatot Methyl Orange,dan formalin 4 %. Pada setiap stasiun, dilakukan pengambilan data parameter lingkungan berupa parameter fisik, kimia, maupun biologi. Pengukuran parameter fisik meliputi suhu udara dan air sungai, kecepatan aliran air sungai (menggunakan bola tenis meja) dan pengukuran debit air. Pada parameter fisika untuk menentukan suhu udara dan suhu air sungai adalah menggunakan termometer, untuk menghitung kecepatan yaitu menggunakan bola tenis meja yang dialirkan dengan jarak 10 meter, dihitung pula berapa waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak 10 meter. Pada penentuan Kecepatan aliran air dapat dihitung dengan Kecepatan arus (V) = jarak yg ditempuh (s) / waktu (t). Metode untuk pengukuran debit yaitu dengan mengalirkan benda yg bisa mengapung kemudian menghitung jarak tempuh,waktu tempuh, kedalaman, lebar, dan subtrat dasar perairan, metode ini dinamakan dengan embody’s float method. Untuk stasiun 1 konstantanya adalah 0,8 karena dasarnya terdiri dari bebatuan, jika dasar perairan tersebut berlumpur maka konstantanya adalah 0,9. Rumus yang digunakan adalah Debit = lebar (w) x kedalaman (D) x konstanta(A) x panjang(l) / waktu (t). Pada parameter kimia Pada parameter kimia, dilakukan pengukuran DO , kadar CO₂, dan alkalinitas. Metode Winkler digunakan untuk menentukan kadar oksigen terlarut (DO) 2

dengan rumus perhitungan kandungan O2 terlarut = 1000/50 . A . 0,1 mg/l . dimana A adalah vol titrasi dari awal hingga akhir. Pada penentuan kadar CO₂, digunakan metode alkalimetri dengan rumus perhitungan Kandungan CO₂ = 1000/50 . Y . 1 mg/l . Dimana Y adalah volume titrasi 1/44 N NaOH yang digunakan. Dan pada Alkalinitas dilakukan dengan metode alkalimetri dan rumus perhitungan Kandungan CO₃⁻ = 1000/5 . C . 1 mg/l untuk (X), Kandungan HCO₃⁻ = 1000/5. D. 1 mg/l sebagai (Y) dan Alkalinitas total = X+Y (mg/L). Dimana C dan D adalah banyaknya 1/50 N H₂SO₄ yang diperlukan pada proses titrasi. Dan pada parameter biologi, dihitung indeks densitas dan indeks keanekaragaman (diversitas) plankton. Untuk menghitung indeks Diversitas plankton 𝑛𝑖

𝑛𝑖

digunakan rumus 𝐻 = − ∑ 𝑁 2𝑙𝑜𝑔 𝑁 . H adalah indeks diversitas, (ni) adalah cacah individu suatu genus dan (N) adalah cacah individu Suatu genera, untuk rumus Densitas plankton adalah =

𝑐𝑎𝑐𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑠𝑚𝑒 𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑖𝑟

𝑥

𝑉 𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙 𝑉 𝑆𝑅

𝑖𝑛𝑑𝑣/𝐿.

HASIL DAN PEMBAHASAN Dari paraktikum yang telah dilaksanakan di sungai Tambak Bayan, Yogyakarta. Kemudian dari sungai ini ditentukan letak masing-masing stasiun untuk penelitian praktikum dan diperoleh data setiap parameter sebagai berikut: Tabel 1. Hasil perhitungan dari parameter lingkungan pada setiap stasiun. Parameter Suhu Udara (°C) Suhu Air (°C) Arus air (m/s) Debit air (m3/s) DO (ppm) Alkalinitas(ppm) CO2 (ppm) pH Diversitas plankton Densitas plankton Vegetasi

1

Stasiun 2

3

28.6 27.6 1.1 2.43 7.4 8 97 6.95 2.52

29.5 27 0.832 3.028 5.705 6.8 93 7.1 3.45

30 28 0.86 2.516 6 5 48 6.95 3.625

2410 Pohon pisang, Bambu, dan Semak-semakan.

2651 Pohon Pisang, Semak-semakan tumbuhan hijau

3856 Pohon pisang, Bambu, rumput hijau

Berdasarkna Tabel 1. Hasil perhitungan dari parameter ligkungan pada setiap stasiun. Adanya perbedaan hasil tolak ukur yang diperoleh. Kondisi sungai sangat dipengaruhi oleh parameter-parameter lingkungan, baik parameter fisika, kimia, dan biologi. Parameter lingkungan tersebut memiliki hubungan yang sangat erat dengan keanekaragaman biota perairan. Pada praktikum Ekosistem Sungai parameter Fisika yang diamati adalah suhu udara, suhu air, kecepatan arus, dan debit air sungai. Parameter Kimia meliputi DO, kandungan CO2 bebas, dan parameter Biologi yaitu menentukan diversitas dan densitas plankton. Dari 3

masing-masing stasiun didapatkan hasil yang berbeda-beda, seperti yang akan diperjelas menggunakan grafik. Berikut adalah sajian grafik untuk perbedaan setiap parameter dan antar stasiunnya : 1. Parameter Fisika SUHU (°C)

32 30

28

30

29.5

28.6 27.6

28

27

26 24 1

2

3

STASIUN PENGAMATAN Suhu Udara (°C)

Suhu Air (°C)

Grafik 1: Suhu Suhu merupakan parameter fisik yang sangat mempengaruhi pola kehidupan organisme perairan, seperti distribusi, komposisi, kelimpahan dan mortalitas. Suhu juga akan menyebabkan kenaikan metabolisme organisme perairan, sehingga kebutuhan oksigen terlarut menjadi meningkat (Nybakken, 1988). Faktor yang mempengaruhi suhu yaitu; (1) Musim, musim mempengaruhi angin yang berhembus saat itu, sehingga menyebabkan penutupan daratan oleh awan; garis lintang, pada daerah tropis yang memiliki asupan cahaya matahari cukup tinggi, memiliki suhu yang relatif stabil dibanding pada daerah sub tropis (utara/selatan garis ekuator); (2) Tinggi rendahnya tempat, semakin tinggi kedudukan suatu tempat, temperatur udara di tempat tersebut akan semakin rendah, begitu juga sebaliknya semakin rendah kedudukan suatu tempat, temperatur udara akan semakin tinggi; (3) Lamanya penyinaran, lamanya penyinaran matahari pada suatu tempat tergantung dari letak garis lintangnya. Semakin rendah letak garis lintangnya maka semakin lama daerah tersebut mendapatkan sinar matahari dan suhu udaranya semakin tinggi.Sebaliknya, semakin tinggi letak garis lintang maka intensitas penyinaran matahari semakin kecil sehingga suhu udaranya semakin rendah; (4) Angin dan arus laut, angin dan arus laut mempunyai pengaruh terhadap temperatur udara. Misalnya, angin dan arus dari daerah yang dingin, akan menyebabkan daerah yang dilalui angin tersebut juga akan menjadi dingin; (5) Awan, angin merupakan penghalang pancaran sinar matahari ke bumi. Jika suatu daerah terjadi awan (mendung) maka panas yang diterima bumi relatif sedikit, hal ini disebabkan sinar matahari tertutup oleh awan dan kemampuan awan menyerap panas matahari. Dari hasil ketiga stasiun, stasiun 1 yang memperoleh suhu yang paling rendah, hal ini sudah sesuai dengan teori yang ada yaitu semakin tinggi suatu tempat maka semakin rendah suhu udaranya (Sastrodinata, 1986). Perolehan suhu pada stasiun 1 yaitu 27,6°C untuk suhu air dan 28,6°C untuk suhu udara, stasiun 2 dengan 27°C untuk suhu air dan 29,5°C untuk 4

suhu udara, dan stasiun 3 dengan 28°C untuk suhu air dan 30°C untuk udara. Stasiun 1 adalah bagian hulu sungai dengan daerah yang lebih tinggi dibandingkan stasiun 3 adalah bagian hilir sungai yang terletak lebih rendah hal ini juga dikarenakan stasiun 1 memiliki vegetasi yang rimbun yang menutupi badan sungai dari cahaya matahari. 1.2 1.1

ARUS AIR (m/s)

1 0.8

0.832

0.86

2

3

0.6

0.4 0.2 0 1

STASIUN PENGAMATAN

Grafik 2 : Arus air

DEBIT AIR (M/S3)

Kecepatan arus ditentukan oleh kecuraman dari sungai itu sendiri yang disebabkan oleh tinggi rendah dan halus kasar dasar sungai, kedalaman serta luas badan air. Kecepatan arus air juga merupakan salah satu parameter fisika yang mana dengan mengetahui kecepatan arus air, kita akan dapat mengetahui jenis organisme yang hidup pada ekosistem sungai tersebut. Misalnya pada sungai dengan kecepatan arus yang tinggi, organisme yang dapat hidup biasanya dapat melekat pada substrat dengan kuat.Perbedaan kecepatan aliran air tersebut dapat terlihat adaptasi organisme yang hidup di sungai (Michael, 1994).Dari grafik di atas didapatkan tercatat bahwa kecepatan arus sungai stasiun 1 sebesar 1,1 m/s, stasiun 2 0,832 m/s dan stasiun 0,86. Stasiun 1 memiliki kecepatan arus air yang besar dari stasiun lain nya dikarenakan letak dari stasiun ini yang berada lebih atas. Stasiun 2 memiliki kecepatan arus yang lebih rendah, meskipun stasiun 2 berada lebih atas dibanding stasiun 3 tetapi pada kedua stasiun tersebut memiliki perbedaan substrat dan faktor ang mempengaruhi mungkin adanya bentuk aliran yang dapat memperlambat kecepatan arusnya

3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0

3.028 2.516

2.43

1

2 STASIUN PENGAMATAN

3

Grafik 3: Debit Air 5

Debit air sungai adalah laju aliran air yang melewati suatu penampang melintang dengan persatuan waktu.Besaarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/detik) (Sastrodinata,1980). Debit air sungai pada stasiun 1 adalah 2,43 m3/s. Debit air sungai pada stasiun 2 adalah 3,028 m3/s. Dan debit air sungai pada stasiun 3 adalah 2,519 m3/s. Faktor yang mempengaruhi debit air sungai adalah kedalaman, lebar sungai, substrat, panjang sungai dan bentuk sungai. Kecepatan aliran di tengah alur tidak sama dengan aliran di tepi alur. Serta kecepatan aliran dekat permukaan air tidak sama dengankecepatan pada dasar alur. Intensitas hujan dapat menjadi salah satu faktor utama yang memiliki komponen musiman yang dapat secara cepat mempengaruhi debit air, dan siklus hujan tahunan. 2. Parameter Kimia

DO (ppm)

8

7.4

6

5.705

6

2

3

4 2 0 1

STASIUN PENGAMATAN

Grafik 4: Oksigen terlarut (DO) Oksigen terlarut merupakan variabel kimia yang mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan biota air sekaligus menjadi faktor pembatas bagi kehidupan biota. Daya larut oksigen dapat berkurang disebabkan naiknya suhu air dan meningkatnya salinitas. Konsentrasi oksigen terlarut dipengaruhi oleh proses respirasi biota air dan proses dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Pengaruh ekologi lain yang menyebabkan konsentrasi oksigen terlarut menurun adalah penambahan zat organik (buangan organik) (Connel & Miller, 1995). Kadar oksigen terlarut yang tinggi menandakan bahwa proses fotosintesis pada ekosistem sungai tersebut berjalan dengan baik. Air harus mengandung DO sekurangnya 5 ppm. Jika tidak, maka ikan akan mati, dan bakteri yang membutuhkan oksigen kurang dari 5 ppm akan berkembang. Ketika air banyak mengandung bahan organik, maka bakteri aerob akan berkembang dan kadar oksigen terlarut berkurang. Sementara bakteri anaerob (tak memerlukan oksigen bebas) membantu penguraian sampah organik. Makin besar DO, kualitas air makin baik. Oksigen yang banyak akan mendukung kehidupan organisme diperairan tersebut sehingga densitas plankton akan meningkat. Pada grafik diatas, hasil pengukuran DO yaitu pada stasiun 1 sebesar 7,4 ppm , stasiun 2 sebesar 5,705 ppm, dan stasiun 3 sebesar 6 ppm. Kandungan DO paling tinggi yaitu pada stasiun 1 dan kadar DO paling rendah adalah stasiun 3.

6

STASIUN PENGAMATAN 10

C02(ppm)

8

8 6.8

6

5

4 2 0 1

2

3

Grafik 5 : CO2 Bebas

ALKALINITAS

Karbondioksida bebas (CO2) merupakan salah satu gas respirasi yang penting bagi sistem perairan, kandungan karbondioksida bebas dipengaruhi oleh kandungan bahan organik terurai, agilasi suhu, pH, dan aktivitas fotosintesis. Sumber CO2 bebas berasal dari proses pembangunan bahan organik oleh jasad renik dan respirasi organisme (Soesono 1974).Dari data grafik diatas, diperoleh hasil pada stasiun 1 kadar CO2 sebesar 8 ppm, stasiun 2 sebesar 6,8 ppm dan stasiun 3 sebesar 5 ppm. Dengan demikian stasiun yang mempunyai kadar CO2 paling banyak adalah stasiun 1 dan yang paling sedikit adalah stasiun 3. 120 100 80 60 40 20 0

97

93 48

1

2

3

STASIUN PENGAMATAN

Grafik 6 : Alkalinitas Alkalinitas merupakan sebuah parameter kimia yang menunjukan seberapa besar konsentrasi basa dan bahan yang mampu menetralisir pH. apabila alkalinitas suatu perairan tinggi maka daya produksinya secara hayati bisa besar, dan apabila alkalinitas perairan rendah maka perairan itu kurang baik daya penyangganya (Soeseno, 1974). Dalam praktikum ekosistem sungai pengukuran alkalinitas juga diperlukan karena alkalinitas sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH perairan (Effendi, 2003). Perairan mengandung alkalinitas ≥20 ppm menunjukkan bahwa perairan tersebut relatif stabil terhadap perubahan asam/basa sehingga kapasitas buffer atau basa lebih stabil. Selain bergantung pada pH, alkalinitas juga dipengaruhi oleh komposisi mineral, suhu, dan kekuatan ion. Nilai alkalinitas alami tidak pernah melebihi 500 mg/liter CaCO3. Perairan dengan nilai alkalinitas yang terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh organisme akuatik karena biasanya diikuti dengan nilai kesadahan yang tinggi atau kadar garam natrium yang tinggi (Hanum, 2002). 7

pH

Tingkat alkalinitas yang tinggi menandakan banyaknya unsur kimia seperti kation NH4, Ca, Mg, K, Na, dan Fe yang pada umumnya bersenyawa dengan anion karbonat dan bikarbonat, asam lemah dan hidroksida. (Soeseno,1974). Berdasarkan pada grafik diatas alkalinitas pada stasiun 1 yaitu sebesar 97 ppm, pada stasiun 2 sebesar 93 ppm dan pada stasiun 3 sebesar 48 ppm. Dari data tersebut, stasiun dengan alkalinitas paling kecil yaitu stasiun 3 dan stasiun dengan alkalinitas paling tinggi yaitu stasiun 1, dari data ini membuktikan tingkat alkalinitas pada stasiun 1 adalah yang paling tinggi dan hal ini membuat satsiun 1 memiliki diversitas plankton yang lebih rendah, karena perairan dengan nilai alkalinitas ang terlalu tinggi kurang disukai oleh organisme termasuk plankton. 7.15 7.1 7.05 7 6.95 6.9 6.85

7.1

6.95

6.95

1

2

3

STASIUN PENGAMATAN

Grafik 7 : pH air Nilai pH (power of Hydrogen) adalah nilai dari hasil pengukuran ion Hidrogen (H2) didalam air, Derajat keasaman (pH) merupakan faktor pembatas bagi organisme yang hidup di suatu perairan. Perairan dengan pH yang terlalu tinggi atau rendah akan mempengaruhi ketahanan hidup organisme yang hidup didalamnya (Odum, 1993). Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai kisaran pH sekitar 7 – 8,5. Nilai pH < 5 dan > 9 menciptakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi kebanyakan organisme. Grafik diatas menunjukkan nilai pH air dari semua stasiun perairan sungai Tambak Bayan, stasiun 1 mengandung pH senilai 6,95, stasiun 2 mengandung pH sebesar 7 dan stasiun 3 mengandung pH senilai 6,95.

DIVERSITAS PLANKTON

3. Parameter Biologi 4 3

3.45

3.625

2

3

2.52 2 1 0 1

STASIUN PENGAMATAN

Grafik 8: Diversitas Plankton

8

Diversitas merupakan keanekaragaman suatu organisme yang menempati suatu ekosistem bersama. Jadi diversitas plankton adalah banyaknya jenis plankton yang hidup pada ekosistem sungai tersebut. Semakin banyak diversitas menandakan semakin baik perairan tersebut, (Nugroho, 2006). Diversitas ini dapat dijadikan sebagai tolokukur apakah perairan sungai masih alami atau sudah tercemar. Pada stasiun 1, diversitas plankton sebesar 2,52 , pada stasiun 2 sebesar 3,45 dan stasiun 3 sebesar 3,625. Dan pada klasifikasi kualitas perairan berdasarkan indeks diversitas Shannon-Wiener, stasiun 1 masuk dalam kategori baik, sementara stasiun lainnya masuk dalam kategori sangat baik. Hal tersebut berdasarkan tabel klasifikasi kualitas perairan berdasarkan indeks diversitas Shannon-Wiener berikut : Tabel 2. Indeks Diversitas untuk uji kualitas perairan menurut Shannon-Wiener

Tolok ukur Indeks diversitas

DENSITAS PLANKTON (ind/L)

2

Kualitas perairan 3

4

Buruk

Sedang

Baik

0,81-1,60

1,61-2,40

2,41-3,20

1 Sangat buruk ≤0,80

5 Sangat baik ≥3,21

5000 4000

3856

3000 2000

2410

2651

1000 0 1

2

3

STASIUN PENGAMATAN

Grafik 9 : Densitas Plankton Densitas plankton merupakan kepadatan populasi plankton yang terdapat pada ekosistem. Semakin padat populasi plankton suatu perairan, maka semakin baik perairan tersebut.Dari grafik diatas, dapat kita lihat bahwa diversitas plankton paling tinggi adalah pada stasiun 3 dan yang paling rendah adalah stasiun 1. Stasiun 1 dengan 2410, stasiun 2 adalah 2651, dan stasiun 3 adalah 3856. Faktor yang menyebabkan tingginya makroorganisme pada stasiun IV adalah kandungan unsur-unsur hara yang terdapat pada perairan tersebut. Unsur hara atau nutrien tersebut dapat berasal dari kikisan tanah dari hulu hingga hilir. Masukan bahan organik dan unsur hara akan mempengaruhi senyawa kimia yang terkandung dalam air sungai. Masukan yang terus-menerus ke dalam air sungai akan menentukan jenis biota yang mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan perairan tersebut (Asdak, 2004). Yang terakhir adalah parameter biologi dari masing-masing stasiun adalah vegetasi. Vegetasi adalah komonitas rumbuhan yang ada di sekitar pengamatan Ekosistem Sungai. 9

Pada stasiun 1, vegetasinya yaitu berupa Pohon pisang, bambu, dan semak - rerumputan, pada stasiun 2 berupa Pohon pisang, semak-semak, dan tumbuhan hijau. Pada stasiun 3 berupa Pohon pisang, pohon bambu dan rumput hijau. Dalam hasil yang diperoleh setelah melakukan analisa praktikum dapat disimpulkan bahwa stasiun terbaik berdasarkan diversitas plankton adalah stasiun 3 yaitu dengan indeks keanekaragaman 3.625. Hubungan Diversitas plankton yaitu sebagai faktor penentu kualitas air sungai di Tambak Bayan. Keragaman jenis merupakan parameter yang digunakan alam mengetahui suatu komunitas. Parameter ini mencirikan kekayaan jenis dan keseimbangan dalam suatu komunitas Ekosistem dengan keragaman rendah adalah tidak stabil dan rentan terhadap pengaruh tekanan dari luar dibandingkan dengan ekosistem yang memiliki keragaman tinggi (Boyd, 1999). KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah : 1. Karakteristik ekosistem sungai dipengaruhi faktor-faktor pembatasnyaberupa parameter fisik (suhu,kesepatan dan debit), parameter kimia (DO, CO₂, pH, dan alkalinitas) dan parameter biologi (plankton dan vegetasi) 2. Pengambilan data tolak ukur (parameter) fisik, kimia, dan biologi suatu perairan aitu menggunakan pengukur secara langsung dengan alat ukur, dan titrasi (metode winkler dan alkalimetri) 3. Korelasi atau hubungan dari semua parameter atau tolokukur sangatlah erat dengan komunitas boita didalamnya, semakin baik parameter suatu ekosistem sungai, maka biota yang ada semakin beragam.korelasi antara satu parameter dengan parameter yang lain sangat kuat dan berkaitan. Ada yang jika parameter yang satu tinggi, maka yang lain rendah. Ada pula yang jika parameter satu tinggi, parameter yang ikut tinggi. 4. Kualitas sungai dapat ditentukan dari indeks diversitas sungai tersebut, pada sungai tambak bayan, Stasiun 1 masuk pada kategori baik dan stasiun lainnya dikatakan sangat baik berdasarkan indeks diversitas Shannon-Wiener.

DAFTAR PUSTAKA Aryulina, Dyah. 2004. Biologi I. Jakarta: Erlangga Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. UGM Press. Yogyakarta Boyd, C.E. 1999. Code of Practice for Responsible Shrimp Farming. St. Louis, MO.: Global Aquaculture Alliance. Connel DW, Miller GJ. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Koestoer Y, Sehati, penerjemah. Jakarta (ID): UIPr. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. Hanum, F. 2002. Proses Pengolahan Air Sungai Untuk Keperluan Air Minum. Penerbit Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara. 10

Michael. 1994. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang Dan Laboratorium. Universitas Indonesia. Jakarta. Nugroho, A. 2006. Bioindikator Kualitas Air. Universitas Trisakti, Jakarta. Nybakken JW. 1988. Marine Biology: An Ecological Approach. Jakarta (ID): PT. Gramedia. Odum PE. 1993. Fundamentals of Ecology. 3rd Edition. Philadelphia: Sounders Company. Sastrodinata, S. 1980. Biologi Umum II. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Soeseno, S. 1974. Limnologi Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Perikanan. Jakarta. Widanengroem, Retno. 2010. Pengertian, Konsep, dan Jenis Sumberdaya Perikanan.UGM. Yogyakarta (Bahan Ajar Pegantar Ilmu Perikanan)

11

More Documents from "Naila Fira"