Acara 6 Irma.doc

  • Uploaded by: irma aprilia wibowo
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Acara 6 Irma.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 3,137
  • Pages: 16
I.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Suatu tempat hidup pasti teradapat makhluk hidup yang bertempat tinggal di dalamanya, misal suatu komunitas tumbuhan, hewan, ataupun manusia. Bab ini akan membahas mengenai komunitas tumbuhan yang ada dalam suatu lahan dan klasifikasinya,mengetahui kepadatan, frekuensi, dan dominasi dari organisme penyusun dalam suatu komunitas dan menganalisisnya. Komunitas itu disebut juga vegetasi. Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari tetumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Beraneka tipe hutan, kebun, padang rumput, dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi. Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Praktikum kali ini yaitu mengamati dan mengidentifikasi vegetasi pada lahan tegalan dan lahan sawah yang mana dua lahan tersebut adalah tempat tinggalnya suatu vegetasi. Tujuan Berdasarkan latar belakang di atas tujuan praktikum acara VI ini adalah TINJAUAN PUSTAKA Vegetasi adalah kumpulan dari tumbuh-tumbuhan yang hidup bersama-sama pada suatu tempat, biasanya terdiri dari beberapa jenis berbeda. Kumpulan dari berbagai jenis tumbuhan yang

masing-masing tergabung dalam populasi yang hidup dalam suatu habitat dan berinteraksi antara satu dengan yang lain yang dinamakan komunitas (Gem, 1996). Distribusi tumbuhan pada suatu komunitas tertentu dibatasi oleh kondisi lingkungan dalam arti luas. Beberapa jenis dalam hutan tropika teradaptasi dengan kondisi di bawah kanopi, tengah, dan di atas kanopi yang intensitas cahayanya berbeda-beda (Balakrishnan, 1994). Keberhasil-an setiap jenis untuk mengokupasi suatu area dipengaruhi oleh kemampuannya beradaptasi secara optimal terhadap seluruh faktor lingkungan fisik (temperatur, cahaya, struktur tanah, kelembaban, dan lain-lain), faktor biotik (interaksi antar spesies, kompetisi, parasitisme, dan lain-lain) dan faktor kimia yang meliputi ketersediaan air, oksigen, pH, nutrisi dalam tanah, dan lain-lain (Krebs, 1994). Salah satu faktor yang mempengaruhi periode kritis tanaman akibat persaingan gulma adalah cara budidaya tanaman. Untuk memenuhi kebutuhan beras nasional dewasa ini dilakukan perubahan sistem tanam padi sawah dari sistem tanam konvensional menjadi System of Rice Intensification (SRI), SRI adalah teknik budidaya tanaman padi sawah dengan pola tanam tunggal, dangkal, dan bibitnya muda. Umur persemaian 8-10 hari dengan jarak tanam lebih dari 25 x 25 cm yang dapat meningkatkan hasil panen, yaitu dengan mengubah pola tanam, lahan, pengelolaan air, dan pemupukan. Penyiangan sangat penting dilakukan dalam metode SRI karena produksi gabah akan berkurang 1-2 ton untuk setiap kali kelalaian penyiangan. Penyiangan dilakukan setiap 2 pekan sekali. Pengendalian gulma pada sistem tanam SRI, untuk mendapatkan komponen hasil yang baik sebaiknya dilakukan pada saat yang tepat paling tidak sampai umur tanaman 42 HST.( Mercado, 1979)

Gulma dan tanaman padi bersaing memperebutkan cahaya matahari, unsur hara dan air. Apabila satu saja dari ketiga unsur ini kurang maka yang lainnya tidak dapat digunakan secara efektif walaupun tersedia dalam jumlah besar. Persaingan ini akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman kurang baik, sehingga hasil gabah akan berkurang. Semakin lama keberadaan gulma pada pertanaman, semakin berkurang hasil gabah. Ketersediaan unsur N lebih menguntungkan pertumbuhan gulma daripada tanaman padi, sehingga sampai tanaman berumur 30 hari perlu dijaga agar pertanaman bebas dari gulma ( Vergara, 1990). Teknik sampling kuadrat merupakan salah satu teknik survey vegetasi yang sering digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan. Petak contoh yang dapat dibuat dalam teknik sampling ini dapat berupa petak tunggal atau beberapa petak. Petak tunggal ini memberikan informasi yang baik bila komunitas vegetasi yang diteliti bersifat homogen. Petak-petak contoh yang dibuat dapat diletakkan secara random ataupun beraturan sesuai dengan prinsip-prinsip teknik sampling. Bentuk dari petak contoh yang dibuat tergantung pada bentuk morfologi vegetasi dan efisiensi sampling pola penyebarannya (Prawiradiputra, 2008). Struktur vegetasi adalah suatu pengorganisasian ruang dari individu-individu yang menyusun suatu tegakan. Dalam hal ini, elemen struktur yang utama adalah growth form, stratifikasi dan penutupan tajuk (coverage). Dalam pengertian yang luas, struktur vegetasi mencakup tentang pola-pola penyebaran, banyaknya jenis, dan diversitas jenis. Menurut Odum (1993), struktur alamiah tergantung pada cara dimana tumbuhan tersebar atau terpencar di dalamnya. (MuellerDombois dan Ellenberg, 1974) Etiolasi dipengaruhi oleh produksi dan distribusi auksin yang sangat tinggi pada bagian pucukpucuk tanaman sehingga tanaman tumbuh memanjang. Jenis dan kerapatan gulma tidak

berinteraksi dalam mempengaruhi bobot kering akar kedelai pada 6 MST . Bobot kering akar kedelai pada perlakuan Cyperus rotunduslebih rendah dibandingkan pada perlakuan Asystasia gangetica dan Rottboellia exaltata. Bobot kering akar kedelai pada kerapatan 20 gulma/m2 lebih tinggi dibandingkan pada kerapatan 10 gulma/m2, tetapi bobot kering akar kedelai pada kerapatan 0, 10, 20 ,80 gulma/m2 dan pada kerapatan 0,20, 40,80 gulma/m2 tidak berbeda. Jenis dan kerapatan gulma tidak berinteraksi dalam mempengaruhi bobot kering tajuk kedelai 6 MST. Jenis gulma mempengaruhi bobot kering tajuk kedelai, sedangkan kerapatan gulma tidak mempengaruhi bobot kering tajuk kedelai. Bobot kering tajuk kedelai pada perlakuan Rottboellia exaltata lebih rendah dibandingkan pada perlakuan gulma Asystasia gangetica dan Cyperus rotundus (Sugito, 1999 dalam Susanto, 2010). Hal ini tidak sependapat dengan Dalimoenthe (1995) dalam Widayat (2010) yang menyatakan bahwa semakin tinggi kerapatan gulma maka penekanan gulma terhadap pertumbuhan tanaman pokok semakin tinggi. Metode luas minimum dapat dilakukan dengan cara menentukan luas daerah contoh vegetasi yang akan diambil dan di dalamnya terdapat berbagai jenis vegetasi tumbuhan. Syarat untuk pengambilan contoh haruslah representative bagi seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat dikembalikan kepada sifat umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang dibentuk oleh beragam jenis populasi. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan-keadaan individu dalam populasi, dengan begitu peranan individu suatu jenis tumbuhan sangat penting. (Surasana, 1990). Umumnya metode kuadrat dilakukan jika hanya vegetasi tingkat pohon saja yang menjadi bahan penelitian. Metode ini mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya. Keragaman spesies dapat diambil untuk menandai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara

jumlah total individu dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapat dinyatakan secara numerik sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting (Rahardjanto, 2001). Faktor gulma yang mempengaruhi tingkat persaingan adalah jenis gulma, tingkat kepadatan, pola pertumbuhan dan umur gulma. Perbedaan kerapatan gulma akan menentukan besarnya gangguan gulma. Pada tingkat kerapatan gulma yang rendah persaingan gulma dengan tanaman belum terjadi sehingga penurunan atau kehilangan hasil belum terlihat.(Sastroutomo. 1990). Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Indriyanto, 2006). Setiap populasi memilik kekhasan yang tidak dimiliki oleh individu-individu yang membangun populasi tersebut. Kekhasan dasar suatu populasi yang menarik bagi seorang ekolog adalah ukuran dan kerapatannya. Jumlah individu dalam populasi memcirikan ukurannya dan jumlah individu populasi dalam suatu daerah atau satuan volume adalah rapatannya. Kekhasan lain dari pupulasi yang penting dari segi ekologi adalah keragaman morfologi dalam suatu populasi alam sebaran umur, komposisi genetik, dan penyebaran individu dalam populasi (Odum, 1993).

METODE PRAKTIKUM

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum analisis vegetasi adalah empat buah petak contoh, alat tulit, kamera handphone, oven dan timbangan. Sementara bahan yang digunakan pada praktikum analisis vegetasi adalah gulma hasil pengamatan di dalam petak contoh, plastik, serta amplop.

Prosedur Kerja

Empat buah petak contoh diamati Petak contoh dibagi menjadi dua, dua untuk sawah dan dua untuk tegalan Petak contoh dilempar secara bebas pada lahan sawah dan lahan tegalan Gulma yang terdapat di dalam petak contoh diambil dan dimasukkan ke dalam plastik Semua gulma dihitung jumlahnya Semua gulma dicuci hingga bersih Gulma dimasukkan ke dalam amplop dan dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam Setelah pengovenan selesai, gulma ditimbang Hasil penimbangan dicatat pada tabel

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil B. Pembahasan Vegetasi menurut pendapat saya adalah suatu kumpulan atau komunitas suatu tumbuhan yang tinggal di suatu ekosistem. Komunitas tumbuhan itu terdiri dari bermacam-macam varietas dan hidup berkelompok juga menyebar serta saling berdampingan dengan varietas lain. komunitas tumbuhan yang tumbuh dalam suatu ekosistem ada bermacam-macam, seperti gulma, rumputrumputan, dan lain sebagainya. Nah, analasis vegetasi sendiri adalah mempelajari struktur jenis tumbuhan atau komposisi tumbuhan yang ada pada suatu ekosistem. Tujuannya untuk mengetahui kepadatan, frekuensi, dan dominasi dari organisme penyusun dalam suatu komunitas dan menganalisisnya.

Keberadaan vegetasi terdapat di berbagai lahan tegalan sawah atau juga di hutan. Menurut undang-undang No 41 tahun 1999, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Ginting, 2017). Hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai oleh pohon-pohon yang menempati suatu tempat dimana terdapat hubungan timbal balik antara tumbuhan tersebut dengan lingkunganya. Pepohonan yang tinggi sebagai komponen dasar dari hutan memegang peranan penting dalam menjaga kesuburan tanah dengan menghasilka serasah sebagai sumber hara penting bagi vegetasi hutan (Ewusie,1980) Analisis vegetasi terhadap hutan perlu dilakukan untuk mengetahui keanekaragaman hayati yang terdapat di hutan tersebut sehingga mempermudah didalam melakukan pemeliharaan dan pemberdayaan hutan. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data jenis tumbuhan, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. (smith dkk, 1983) Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan

dapat mengalami perubahan drastik karena pengaruh anthropogenik (Setiadi, 1984; Sundarapandian dan Swamy, 2000) Kehadiran vegetasi pada suatu landskap akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi tanah, tetapi besarnya tergantung struktur dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah tersebut. Adanya perbedaan pengaruh tipe vegetasi terhadap sistem tata air pada suatu area antara lain disebabkan karena setiap jenis tumbuhan memiliki model arsitektur yang berbeda-beda. Model arsitektur biasanya diterapkan untuk tumbuhan berhabitus pohon yang merupakan gambaran morfologi pada suatu waktu dimana merupakan salah satu fase dari rangkaian pertumbuhan pohon tersebut. Model arsitektur pohon tertentu mempengaruhi translokasi air hujan menjadi laju aliran batang, air tembus tajuk, infiltrasi dan laju aliran permukaan pada suatu area yang terkait dengan peranan vegetasi dalam mengurangi laju erosi pada daerah tersebut. (Arrijani dkk,2006) Jenis lahan pertanian sawah, ditinjau dari sisi penyediaan air untuk irigasi, sawah tadah hujan tidak mempunyai kendala ... Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Analisis komunitas dilakukan untuk mengetahui komposisi spesies dan struktur komunitas pada suatu wilayah yang dipelajari (Indriyanto, 2005). Struktur

komunitas tumbuhan memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif. Deskripsi struktur komunitas tumbuhan dapat dilakukan secara kualitatif dengan parameter kualitatif atau secara kuantitatif dengan parameter kuantitatif. Parameter kualitatif dalam analisis komunitas tumbuhan antara lain: fisiognomi, fenologi, stratifikasi, kelimpahan, penyebaran, daya hidup, bentuk pertumbuhan dan periodisitas (Gopal dan Bhardwaj, 1979). Kepentingan deskripsi suatu komunitas tumbuhan diperlukan minimal tiga parameter kuantitatif antara lain : densitas, frekuensi dan dominansi. 1. Densitas Adalah jumlah individu per unit luas atau per unit volume. Dengan karta lain, densitas merupakan jumlah individu organisme per satuan ruang dan sering digunakan istilah kerapatan diberi notasi K (Indriyanto, 2005). K= Jumlah individu / luas seluruh petak contoh. Densitas spesies ke- i dapat dihitung sebagai K-i, dan densitas relatif spesies ke-i terhadap kerapatan total dapat dihitung sebagai KR-i. K= jumlah individu untuk species ke-i / luas seluruh petak contoh KR- i = Kerapatan species ke 1 / kerapatan seluruh species x 100% 2. Frekuensi Frekuensi digunakan untuk menyatakan proporsi antara jumlah sampel yang berisi suatu jenis tertentu terhadap jumlah total sampel. Frekuensitumbuhan adalah jumlah petak contoh tempat ditemukannya suatu spesies dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Frekuensi merupakan besarnya intensitas diketemukannya suatu spesies organisme dalam pengamatan keberadaan organisme pada komunitas atau ekosistem (Indriyanto, 2005). Untuk kepentingan analisis

komunitas tumbuhan, frekuensi spesies (F), frekuensi spesies ke-i (F-i) dan frekuensi relatif spesies ke-i (FR-i) dapat dihitung dengan rumus : F = Jumlah petak contoh ditemukannya suatu species / jumlah seluruh petak contoh F-i = Jumlah petak contoh ditemukannya suatu species ke-i /jumlah seluruh petak contoh FR-i = Frekuensi suatu spesies ke-i / frekuensi seluruh spesies x 100% 3. Luas Penutupan Luas penutupan adalah proporsi antara luas tempat yang ditutupi oleh spesies tumbuhan dengan luas total habitat.Luas penutupan dapat dinyatakan dengan menggunakan luas penutupan tajuk ataupun luas bidang dasar (luas basal area). Dapat dikatakan dengan istilah dominansi karena parameter ini digunakan untuk menunjukkan spesies tumbuhan yang dominan dalam suatu komunitas. Untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan, luas penutupan/dominansi spesies (D), dominansi spesies ke-i (D-i) dan dominansi relatif spesies ke-i (DR-i) dapat dihitung dengan rumus : 1. Jika berdasarkan luas penutupan tajuk, maka : C = luas penutupan tajuk / luas seluruh petak contoh C-i = total luas penutupan tajuk spesies ke-i / luas seluruh petak contoh 2. Jika berdasarkan luas basal area atau luas bidang dasar, maka : D = luas basal area / luas seluruh petak contoh D-i = total luas basal area spesies ke-i / luas seluruh petak contoh

DR-i = penutupan spesies ke-i / penutupan seluruh spesies x 100% 4. Indeks Nilai Penting Parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi (tingkat penguasaan) spesies-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan (Soegianto, 1994). Indeks nilai penting dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut : INP=KR+FR+CR INP-i= KR-i+FR-i+CR-i . (Gopal dan Bhardwaj,1979) Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh di suatu tempat dalam waktu tertentu yang tidak dikehendaki oleh manusia. Adanya gulma dapat menimbulkan persaingan antara tanaman dengan gulma untuk mendapatkan satu atau lebih faktor tumbuh yang terbatas (cahaya, hara, dan air), sehingga dapat mengurangi kemampuan tanaman untuk tumbuh normal.

Kerugian yang

ditimbulkan akibat gulma di pertanaman kedelai dapat mencapai 80%.(Moenandir, 1993). Faktor gulma yang mempengaruhi tingkat persaingan adalah jenis gulma, tingkat kepadatan, pola pertumbuhan dan umur gulma. Perbedaan kerapatan gulma akan menentukan besarnya gangguan gulma. Pada tingkat kerapatan gulma yang rendah persaingan gulma dengan tanaman belum terjadi sehingga penurunan atau kehilangan hasil belum terlihat.(Sastroutomo. 1990). Pada saat kerapatan gulma melebihi ambangkerusakan tanaman maka kerapatan tanaman akan menurun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis gulma terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai, pengaruh kerapatan gulma terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai, dan pengaruh interaksi antara jenis dan kerapatan gulma terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai. (Sembodo, 2010) Pengklasifikasian gulma dapat digunakan manusia untuk membantu dalam mengenali dan mengetahui jenis-jenis gulma. Penggolongan gulma didasarkan pada aspek yang berbeda-

beda sesuai dengan kebutuhannya. Berikut merupakan klasifikasi gulma berdasarkan segi morfologinya. 1. Gulma rumput-rumputan (grasses) Gulma golongan rumput termasuk dalam famili Graminiae/Poaceae dengan ciri-ciri batang bulat atau agak pipih, kebanyakan berongga. Daun-daun soliter pada buku-buku, tersusun dalam dua deret, umumnya bertulang daun sejajar, terdiri atas dua bagian yaitu pelepah daun dan helaian daun. Daun biasanya berbentuk garis (linier, tepi daun rata. Lidah-lidah daun sering terlihat jelas pada batas antara pelepah daun dan helaian daun. Gulma dalam kelompok ini berdaun sempit seperti teki tetapi menghasilkan stolon. Stolon ini dalam tanah berbentuk jaringan rumit yang sulit diatasi secara mekanik. Contoh gulma rumput-rumputan adalah Imperata cyliindrica, Echinochloa crusgalli, Cynodon dactylon, Panicum repens. (Prawoto et al., 2008) 2. Gulma teki-tekian (sedges) Gulma golongan teki termasuk dalam familia Cyperaceae. Gulma ini menjalankan jalur fotosintesis C4 yang menjadikannya sangat efisien dalam menguasai areal pertanian secara cepat. Ciri dari gulma ini adalah batang umumnya berbentuk segitiga, kadang-kadang juga bulat dan biasanya tidak berongga. Daun tersusun dalam tiga deretan, tidak memiliki lidah-lidah daun (ligula). Ibu tangkai karangan bunga tidak berbuku-buku. Bunga sering dalam bulir (spica) atau anak bulir, biasanya dilindungi oleh suatu daun pelindung. Buahnya tidak membuka. Gulma ini memiliki daya tahan yang luar biasa terhadap pengendalian mekanik karena memiliki umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan. Contohnya Cyperus rotundus, Fimbristylis littoralis, Scripus juncoides (Barus, 2003).

3. Gulma berdaun lebar (broad leaves) Gulma berdaun lebar umumnya termasuk Dicotyledoneae dan Pteridophyta. Gulma ini biasanya tumbuh pada akhir masa budidaya. Kompetisi terhadap tanaman utama berupa kompetisi cahaya. Ciri dari gulma ini adalah daun lebar dengan tulang daun berbentuk jala. Contohnya Monocharia vaginalis, Limnocharis flava, Eichornia crassipes, Amaranthus spinosus, Portulaca olerace, Lindernia sp. (Prawoto et al., 2008). 4. Gulma pakis-pakisan (ferns) Gulma jenis pakis-pakisan pada umumnya berkembang biak dengan spora dan berbatang tegak atau menjalar. Contoh gulma jenis pakis-pakisan adalah Dicrapnoteris linearis, Phymethasorus scolondendria, Stenochlaena palutris. (Barus, 2003). Imperata cylindrica merupakan tanaman semak tahunan dengan tinggi sekitar 1-1,5 m. Batang berbentuk lunak, pendek, beruas-ruas dan di setiap bukunya terdapat rambut berwarna putih keunguan. Daun tunggal, bentuk lanset, tepi rata, ujung runcing, pangkal menyempit, panjang sekitar 100 cm, lebar 1,5 cm, warna hijau. Bunga majemuk, bentuk malai, panjang 16-30 cm, memiliki dua benang sari, kepala sari berwarna putih atau ungu. Memiliki dua tangkai putik dengan kepala putik yang panjang. Buah buni, bentuk bulat telur, berbulu, dan berwarna kuning. Biji berbentuk bulat dan berwarna coklat. Sistem perakarannya adalah serabut dan berwarna putih kotor (Adi, 2008). Klasifikasi dari Imperata cylindrica adalah sebagai berikut : Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Liliopsida

Ordo

: Poales

Famili

: Poaceae

Genus

: Imperata

Spesies

: Imperata cylindrica L. Beau

DAFTAR PUSTAKA Ginting. 2017. Analisis Vegetasi Pada Kawasan Hutan Desa di Desa Nanga Yen Kecamatan Hulu Gurung Kabupaten Kapuas Hulu. Jurnal Hutan Lestari. Ewusie. 1980. Pengantar Ekologi Tropika. Tanuwidjaya Usman. ITB Press. Bandung. Greig-Smith, P. 1983. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology. Blackwell Scientific Publications. Oxford. Sundarapandian, SM. and P.S. Swamy. 2000. Forest ecosystem structure and composition along an altitudinal gradient in the Western Ghats, South India. Journal of Tropical Forest Science 12 (1):104-123. Arrijani,dkk. 2006. Analisis vegetasi hulu DAS Cianjur. Jurnal Biologi Fmipa. Balakrishnan, M., R. Borgstrom and S.W.Bie. 1994. Tropical Ecosystem, a Synthesis of Tropical Ecology and Conservation. New York: International Science Publisher USA.

Krebs, C.J. 1994. Ecology, the Experimental Analysis of Distribution and Abundance. New York: Addison-Wesley Educational Publishers. Gopal, B. dan N. Bhardwaj. 1979. Elements of Ecology. Departement of Botany. Rajasthan University Jaipur. India. Indriyanto. 2005. Ekologi Hutan. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara. Sembodo, D. R. J. 2010. Gulma dan Pengolahannya. Penerbit Erlangga. Jakarta. Moenandir, J. 1998. Gulma dalam sistem pertanian. Rajawali Press. Jakarta. Sastroutomo, S. S. 1990. Ekologi Gulma. Gramedia. Jakarta. Mercado, L. B.. 1979. Introduction to Weed Science. Publish Sout Asian Regional Centre for Graduate Study and Research. Vergara, B.S. 1990. Bercocok Tanam Padi. Penerbit Erlangga. Jakarta. Barus, Emanuel. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan. Kanisius, Yogyakarta Prawoto, A. A et al. 2008. Panduan Lengkap Kakao. Penebar Swadaya, Jakarta Surasana, Eden. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB, Bandung Rahardjanto, A. K. 2001. Buku Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. UMM Press, Malang Adi, Lukar Tersono. 2008. Tanaman Obat dan Jus Untuk Mengatasi Penyakit Jantung, Hipertensi, Kolesterol dan Stroke. Agromedia Pustaka, Jakarta

Related Documents


More Documents from "feri ardiyanti"

Acara 6 Irma.doc
May 2020 11
To Liong To - Tamat
December 2019 31
Kenari.docx
July 2020 23