Acara 3.docx

  • Uploaded by: ajeng
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Acara 3.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,171
  • Pages: 6
LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR TEKNOLOGI PERTANIAN

Disusun Oleh : Kelompok 5 1. 2. 3. 4.

Ajeng Hastari Ali Zainal Aliza Kholifah Annisa Dwi Lestari

(H0918006) (H0918007) (H0918008) (H0918009)

ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2018

ACARA III PENGELOMPOKAN KOMODITAS HASIL PERTANIAN BERDASARKAN FUNGSINYA

A. TUJUAN Tujuan Acara III Pengelompokan Komoditas Hasil Pertanian Berdasarkan

Fungsinya

adalah

memahami

dan

menganalisis

pengelompokkan komoditas pertanian berdasarkan fungsinya menjadi bahan pangan dan bahan non pangan.

B. METODOLOGI 1. Bahan a. Daging Ikan Cakalang b. Jeroan Ikan Cakalang c. Tulang Ikan Cakalang 2. Cara Kerja Studi Literatur Mahasiswa membuat pohon industri dari komoditas hasil pertanian serta menganalisis ketersediaannya di pasaran berdasarkan studi literatur.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ikan Cakalang

Daging

Abon

Tulang

Gelatin

Jeroan

Pupuk Organik

Industri Pangan Industri Pangan

Industri Pertania n Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan mampu memelihara tubuhnya serta berkembang biak. Manusia memerlukan bahan pangan untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Pada

umumnya terdiri atas zat-zat kimia, yang sudah tersedia secara alami atau yang dibuat secara sintetis, dalam berbagai bentuk kombinasinya. Komponen utama yang terkandung dalam bahan pangan yaitu air, karbohidrat, protein, lemak, dan senyawa kombinasinya atau turunanturunannya. Bahan pangan juga tersusun dari komponen anorganik dalam bentuk kandungan mineral, dan komponen organik lainnya dalam jumlah sangat kecil, misalnya vitamin, enzim, emulsifier, asam, antioksidan, pigmen, dan komponen-komponen cita rasa (flavor). Komponen utama bahan pangan sangat berpengaruh terhadap mutu atau nilai bahan pangan (Simanjuntak, 2014). Abon ikan adalah daging ikan yang dicincang dan dikeringkan dengan penambahan bumbu-bumbu tertentu. Jenis olahan abon ikan merupakan salah satu usaha diversifikasi pengolahan hasil perikanan. Dibandingkan dengan bentuk pengolahan tradisional lainnya, abon ikan mempunyai daya awet yang relatif lama, yaitu masih bisa direrima pada penyimpanan selama 50 hari pada suhu kamar (Ismail dan Dhanang, 2017). Dalam membuat abon ikan cakalang bahan baku yang digunakan adalah ikan cakalang dan beberapa bumbu berupa rernpah-rempah. Sedangkan bahan pembantu yang digunakan anrara lain : santan, rempah-rempah, garam dan gula. Proses pembuatannya adalah ikan cakalang disiangi, dicuci, direbus, dikukus, pembuatau suat. campur bumbu, pengalengan, pengepresan (Purwaningsih, 1999). Komposisi protein pada daging ikan terdiri dari 65–75% miofibril, 20–30% sarkoplasma dan 1–10% stroma Protein stroma terdapat pada bagian tulang, sisik, kulit, sirip ikan dan itu merupakan limbah padat yang belum dimanfaatkan dengan baik oleh industri pengolahan hasil perikanan (Amiruldin, 2007). Menurut Marsaid dan Atmaja (2011) proporsi tulang ikan terhadap tubuh ikan mencapai 12,4%. Sehingga, limbah padat berupa tulang dari hasil pengolahan diperkirakan sebanyak ±7.460 ton. Apabila limbah-limbah tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik, maka dapat mencemari lingkungan yang dapat mengganggu kesehatan bagi masyarakat

di sekitarnya. Limbah tulang ikan bisa dimanfaatkan menjadi gelatin sebagai bahan tambahan makan (food additive) yang bernilai ekonomis tinggi. Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan gelatin dari tulang ikan cakalang antara lain water bath, alumunium foil, erlenmeyer, baker glass, pipet, kertas saring, gelas ukur, termometer, kain blacu, oven, blender, panci, kompor, kertas label, timbangan dan penggaris. Bahan yang digunakan pada pembuatan gelatin dari tulang ikan cakalang. Tulang ikan cakalang dibersihkan dengan air mengalir. Kemudian tulang ikan direbus dengan menggunakan suhu 80ºC selama 30 menit. Lalu Tulang ikan dikeringkan menggunakan oven/sinar matahari. Tulang ikan yang telah kering akan dikecilkan ukurannya menjadi 2–3 cm. Setelah itu, direndam dalam larutan HCl dengan konsentrasi 1, 3 dan 5% (1:4, proses perendaman selama 36 jam. Setelah perendaman tulang akan dibersihkan dengan air mengalir sampai pH netral dan dicuci kembali dengan akuades, lalu tulang ikan (ossein) diekstraksi (1:3) menggunakan water bath dengan suhu ±85ºC selama 6 jam. Sesudah ekstraksi, gelatin cair yang telah dihasilkan akan disaring menggunakan kain blacu/kain saring, lalu dilakukan proses pengeringan menggunakan oven pada suhu 50ºC selama ±8 jam (Singkuku dkk, 2017). Pupuk terbagi menjadi dua yaitu pupuk anorganik dan pupuk organik. Pupuk anorganik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisika dan biologis yang merupakan hasil industri dari pabrik pembuat pupuk, sedangkan pupuk organik merupakan pupuk yang terbuat dari bahan alam

seperti

pelapukan

tanaman,

kotoran

hewan

atau

manusia

(Mazaya, dkk., 2013). Salah satu bahan untuk membuat pupuk organik cair adalah limbah dari ikan. Limbah ikan bagian dalam dan luar yang tersisa pada pengolahan ikan memiliki potensi untuk diolah menjadi pupuk. Secara umum limbah ikan mengandung banyak nutrien yaitu N (nitrogen), P (posforus) dan K (kalium) yang merupakan komponen penyusun pupuk organik (Hapsari & Welasi, 2013). Salah satu limbah yang terdapat pada ikan yaitu jeroan atau isi perut ikan. Ikan cakalang banyak ditemukan di

wilayah laut Indonesia dan makanan dari ikan ini antara lain ikan kecil, udang, cumi-cumi, dan moluska. Cumi-cumi dan udang mengandung kalium, fosforus, natrium, magnesium, dan kalsium (Santoso, dkk., 2008) sedangkan pertumbuhan tanaman memerlukan tiga unsur hara penting, yaitu nitrogen (N), posforus (P), dan kalium (K) (Suprihatin, 2011). Sehingga jeroan ikan cakalang diharapkan dapat meningkatkan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam pupuk organik cair. ertama-tama jeroan ikan cakalang dibersihkan dari darah dan kotoran yang menempel pada perut ikan cakalang dengan cara mencuci jeroan ikan cakalang kemudian jeroan ikan cakalang dipotong-potong. Pembuatan pupuk organik cair dilakukan dengan menggunakan metode pembuatan bakasang. Bakasang adalah produk fermentasi tradisional yang terbuat dari isi perut ikan cakalang (katsuwonus pelamis L) serta telur ikan dan ikan kecil lainnya (Lawalata & Satiman, 2015). Pembuatan bakasang biasa dilakukan dengan penambahan garam, namun pada penelitian ini tidak menggunakan garam karena tidak akan digunakan sebagai bahan makan yang dibutuhkan untuk penyendap atau pengawetan. Proses fermentasi dilakukan selama 5 hari dan 10 hari di bawah sinar matahari (Suartini dkk, 2018).

D. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Amiruldin M. 2007. Pembuatan dan Analisis Karakteristik Gelatin Dari Tulang Ikan Tuna (Thunnus albacares). Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Hapsari, N. & Welasi, T. 2013. Pemanfaatan limbah ikan menjadi pupuk organik. Jurnal Teknik Lingkungan 2(1): 1-6. Ismail, Andi Muhammad., dan Dhanang Eka Putra. 2017. Inovasi Pembuatan Abon Ikang Cakalang dengan Penambahan Jantung Pisang. Agritech. XXI (1): 45-54. Lawalata, H. J. & Satiman, U. 2015. Identification of lactic acid bacteria proteolytic isolated from an indonesian traditional fermented fish sauce bakasang by amplified ribosomal DNA restriction analysis (ARDRA). International Journal of ChemTech Research 8(12): 630-636. Marsaid dan Atmaja L. 2011. Karakterisasi Sifat Kimia, Fisik dan Termal Ekstrak Gelatin Dari Tulang Ikan Tuna (Thunnus sp) Pada Variasi Larutan Asam Untuk Perendaman. Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia III. Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan FKIP. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Mazaya, M., Susatyo, E. B. & Prasetya, A. T. 2013. Pemanfaatan tulang ikan kakap untuk meningkatkan kadar fosfor pupuk cair limbah tempe. Indonesian Journal of Chemical Science 2(1): 7-11. Purwaningsih, Sri. 1999. Studi Pembuatan Abon Ikan Cakalang. Buletin THP VI(2): 13-16. Santoso, J., Nurjanah & Irawan, A. 2008. Kandungan dan kelarutan mineral pada cumi-cumi dan udang vannamei(litopenaeus vannamei). Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia 1(15): 7-12. Simanjuntak, Tiurma PT. 2014. Komponen Gizi dan Terapi Pangan Ala Papua. Yogyakarta: Deepublish. Singkuku, Febri Triani., Hens Onibala, dan Agnes T. Agustin. 2017. Ekstraksi Kolagen Tulang Ikan Cakalang Menjadi Gelatin dengan Asam Klorida. Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan 5(3): 163-166. Suartini, Komang., Paulus H. Abraham, dan Minarni Rama Jura. 2018. Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Limbah Jeroan Ikan Cakalang. J.Akademika.Kim 7(2): 70-74. Suprihatin. 2011. Proses pembuatan pupuk cair dari batang pohon pisang. Jurnal Teknik Kimia 5(2): 429-433.

Related Documents

Berita Acara
October 2019 75
Acara I.docx
May 2020 31
Susunan Acara
August 2019 60
Acara Olahraga.xlsx
April 2020 16
Berita Acara
June 2020 42
Acara I.docx
October 2019 22

More Documents from "Rizca Febry Tiana"

Jurnal 2.pdf
May 2020 36
Tragedi Bhopal.docx
July 2020 25
Analisa Data.docx
May 2020 24
Tugas 1.docx
July 2020 14
Tragedi Bhopal.docx
July 2020 29