Acara 3 Paleon.docx

  • Uploaded by: Sarjan Djalil
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Acara 3 Paleon.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,409
  • Pages: 18
UNIVERSITAS TADULAKO FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI Lembar Pengamatan Praktikum Geologi

Nama : Sarjan Djalil NIM

: F 121 17 003

Acara 3 : Filum Porifera

D

V

S

Keterangan : 1. Test 2. Endoderm 3. Eksoderm 4. Oskulum 5. Ostia

No. Sampel

: 01

Filum

: PORIFERA

Kelas

: HEXACTINELLIDA

Ordo

: DYICTIONINA

Family

: LAOCAETISIDAE

Genus

: Laocaetis

Spesies

: Laocaetis pertusa (Goldfuss)

Proses Pemfosilan

: Petrifikasi (permineralisasi)

Bentuk

: Tabular

Komposisi Kimia

: Kalsium karbonat (CaCO3)

Umur

: Jura Atas (± 180-135 juta tahun lalu)

Lingkungan Pengendapan

: Laut dangkal (Neritik luar, 100 ─ 300 m) Klasifikasi Tipsword, 1966.

Keterangan

:

Fosil ini bernama spesies Laocaetis pertusa, genus Laocaetis, family LAOCAETISIDAE, ordo DYICTIONINA, kelas HEXCTINELLIDA, filum PORIFERA.

Setelah organisme ini mati, akan mengalami transportasi oleh media geologi berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama tranportasi, material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersaman dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah material akan terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dari tekanan tersebut akan mengakibatkan material terkompaksi mengakibatkan pori-pori akan mengecil, air yang terkandung di antara material-material akan keluar, masuklah material sementasi yang halus. Setelah itu material mengalami sementasi dan terjadi proses leaching (proses pencucian fosil). Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan mterial sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini adalah permineralisasi. Permineralisasi adalah proses pengawetan dimana rongga dalam cangkang terisi oleh mineral yang diendapkan oleh air tanah yang memasukinya, sehingga terbentuk cetakan bagian dalam dari cangkang. Proses munculnya fosil ini di pengaruhi oleh tenaga enndogen berupa tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa erosi air, angin, atau es sehingga tampak di permukaan. Jenis fosil yang diamati adalah body utuh. Jika ditetesi dgn larutan HCl 0,1 M maka fosil ini akan beraksi membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini mengandung kalsium karbonat (CaCO3) hal ini menandakan bahwa lingkungan pengendapannya di daerah laut dangkal. Berdasrkan skala waktu geologi umur fosil ini adalah Jura Atas yaitu antara 180-135 juta tahun yang lalu. Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah Tabular, yaitu fosil yang menyerupai tabung, dan bagian fosil yang masih dapat dijumpai seperti, ostia lubang kecil tempat masuknya air, oskulum yaitu saluran penyebar air dari tubuh, eksoderm lapisan luar, dan endoderm yaitu lapisan dalam fosil.

Kegunaan fosil ini adalah penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu lingkungan pengendapan, untuk mengkorelasi batuan, dan penentu iklim pada saat terjadinya sedimentasi.

PRAKTIKAN

ASISTEN

Muhammad Sarjan Djalil F 121 17 003

Meltini Pakiding F 121 16 071

UNIVERSITAS TADULAKO FAKULTAS TEKNIK

Nama : Sarjan

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

Djalil

Lembar Pengamatan Praktikum Geologi

NIM 003

Acara 3 : Filum Porifera

D

V

: F 121 17

Keterangan : 1. Test 2. Endoderm 3. Eksoderm 4. Oskulum 5. Ostia 6. Spongocoel

S

No. Sampel

: 02

Filum

: PORIFERA

Kelas

: CALCAREA

Ordo

: HETEROCOELA

Family

: CNEMIDIASTRIUMIDAE

Genus

: Cnemidiastrium

Spesies

: Cnemidiastrium rimulosum

Proses Pemfosilan

: Petrifikasi (permineralisasi)

Bentuk

: Konikal

Komposisi Kimia

: Kalsium karbonat (CaCO3)

Umur

: Jura Atas ( ± 180-135 juta tahun lalu)

Lingkungan Pengendapan

: Laut dangkal (Neritik luar, 100 ─ 300 m) Klasifikasi Tipsword, 1966.

Keterangan Fosil

: ini

bernama

spesies

Cnemidiastrium

rimulosum,

genus

Cnemidiastrium, family CNEMIDIASTRIUMIDAE, ordo HETEROCOELA, kelas CALCAREA, Filum PORIFERA.

Setelah organisme ini mati, akan mengalami transportasi oleh media geologi berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama tranportasi, material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersaman dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah material akan terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dari tekanan tersebut akan mengakibatkan material terkompaksi mengakibatkan pori-pori akan mengecil, air yang terkandung di antara material-material akan keluar, masuklah material sementasi yang halus. Setelah itu material mengalami sementasi dan terjadi proses leaching (proses pencucian fosil). Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan mterial sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini adalah permineralisasi. Permineralisasi adalah proses pengawetan dimana rongga dalam cangkang terisi oleh mineral yang diendapkan oleh air tanah yang memasukinya, sehingga terbentuk cetakan bagian dalam dari cangkang. Proses munculnya fosil ini di pengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa erosi air, angin, atau es sehingga tampak di permukaan. Jika ditetesi dgn larutan HCl 0,1 M maka fosil ini akan beraksi membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini mengandung kalsium karbonat (CaCO3) hal ini menandakan bahwa lingkungan pengendapannya ada di laut dangkal.Berdasarkan skala waktu geologi, umur fosil ini adalah Jura Atas yaitu antara 180-135 juta tahun yang lalu. Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah konikal, yaitu fosil yang membentuk seperti kerucut, dan bagian fosil yang masih dapat dijumpai seperti, spongocoel yaitu saluran bagian tengah tubuh, ostia lubang kecil tempat masuknya air, oskulum yaitu saluran penyebar air dari tubuh, eksoderm lapisan luar, dan endoderm yaitu lapisan dalam fosil.

Kegunaan fosil ini adalah penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu lingkungan pengendapan, untuk mengkorelasi batuan, dan penentu iklim pada saat terjadinya sedimentasi.

PRAKTIKAN

ASISTEN

Muhammad Sarjan Djalil F 121 17 003

Meltini Pakiding F 121 16 071

UNIVERSITAS TADULAKO FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI Lembar Pengamatan Praktikum Geologi

Nama : Sarjan Djalil NIM

: F 121 17 003

Acara 3 : Filum Porifera

D

V

S

Keterangan : 1. Test 2. Endoderm 3. Eksoderm 4. Oskulum 5. Ostia 6. Spongocoel

No. Sampel

: 03

Filum

: PORIFERA

Kelas

: CALCAREA

Ordo

: PLEOSPOLARES

Family

: VERRUCULINANIDAE

Genus

: Verruculina

Spesies

: Verruculina tenuis

Proses Pemfosilan

: Petrifikasi (mineralisasi)

Bentuk

: Konikal

Komposisi Kimia

: Kalsium karbonat (CaCO3)

Umur

: Kapur Atas (± 100-70 juta tahun yang lalu )

Lingkungan Pengendapan

: Laut dangkal (Neritik luar, 100 ─ 300 m) Klasifikasi Tipsword, 1966.

Keterangan

:

Fosil ini bernama spesies Verruculina tenuis, genus verruculina, family VERRUCULINANIDAE, ordo PLEOSPOLARES, kelas CALCREA, PORIFERA.

filum

Setelah organisme ini mati, akan mengalami transportasi oleh media geologi berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama tranportasi, material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersaman dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah material akan terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dari tekanan tersebut akan mengakibatkan material terkompaksi mengakibatkan pori-pori akan mengecil, air yang terkandung di antara material-material akan keluar, masuklah material sementasi yang halus. Setelah itu material mengalami sementasi dan terjadi proses leaching (proses pencucian fosil). Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini adalah permineralisasi. Mineralisasi adalah proses pengawetan dimana rongga dalam cangkang terisi oleh mineral yang diendapkan oleh air tanah yang memasukinya, sehingga terbentuk cetakan bagian dalam dari cangkang hingga seluruh tubuh fosil. Proses munculnya fosil ini di pengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa erosi air, angin, atau es sehingga tampak di permukaan. Jika ditetesi dgn larutan HCl 0,1 M maka fosil ini akan beraksi membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini mengandung kalsium karbonat (CaCO3) hal ini menandakan bahwa lingkungan pengendapannya di laut dangkal.Berdasarkan skala waktu geologi, umur fosil ini adalah Kapur Atas yaitu antara 100-70 juta tahun yang lalu. Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah Konikal, yaitu fosil yang membentuk seperti kerucut. Dan bagian fosil yang masih dapat dijumpai seperti, endoderm yaitu spongocoel, oskulum yaitu saluran penyebaran air, ostia yaitu lubang masuknya air, endoderm lapisan dalam, dan eksoderm yaitu lapisan luar fosil atau organisasi.

Adapun kegunaan fosil ini diantaranya adalah penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu lingkungan pengendapan, untuk mengkorelasi batuan, dan penentu iklim pada saat terjadinya sedimentasi.

PRAKTIKAN

ASISTEN

Muhammad Sarjan Djalil F 121 17 003

Septhian Dwi Cipto F 121 16 089

UNIVERSITAS TADULAKO FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI Lembar Pengamatan Praktikum Geologi

Nama : Sarjan Djalil NIM

: F 121 17 003

Acara 3 : Filum Porifera

V

D

S

Keterangan : 1.Test 2. Spongocoel 3. Holdast 4. Oskulum 5. Ostia 6. Eksoderm

No. Sampel

: 04

Filum

: PORIFERA

Kelas

: HEXACTINELLIDA

Ordo

: LYCHNISCOSA

Family

: PACHYTEICHISMANIDAE

Genus

: Pachyteichisma

Spesies

: Pachyteichisma lopas.

Proses Pemfosilan

: Petrifikasi (permineralisasi)

Bentuk

: Conical

Komposisi Kimia

: Kalsium karbonat (CaCO3)

Umur

: Jura Atas (±180-135 juta tahun yang lalu.)

Lingkungan Pengendapan

: Laut dangkal (Neritik luar, 100 ─ 300 m) Klasifikasi Tipsword, 1966.

Keterangan

:

Fosil ini bernama spesies Pachyteichisma lopas, genus Pachyteichisma, family PACHYTEICHISMANIDAE, ordo LYCHNISCOSA, kelas HEXACTINELLIDA, filum PORIFERA.

Setelah organisme ini mati, akan mengalami transportasi oleh media geologi berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama transportasi, material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersaman dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah material akan terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dari tekanan tersebut akan mengakibatkan material terkompaksi mengakibatkan pori-pori akan mengecil, air yang terkandung di antara material-material akan keluar, masuklah material sementasi yang halus. Setelah itu material mengalami sementasi dan terjadi proses leaching (proses pencucian fosil). Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan mterial sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini adalah permineralisasi. Permineralisasi adalah proses pengawetan dimana rongga dalam cangkang terisi oleh mineral yang diendapkan oleh air tanah yang memasukinya, sehingga terbentuk cetakan bagian dalam dari cangkang. Proses munculnya fosil ini di pengaruhi oleh tenaga ondogen berupa tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa erosi air, angin, atau es sehingga tampak di permukaan. Jika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M maka fosil ini akan beraksi membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini mengandung kalsium karbonat (CaCO3). Adapun umur fosil ini adalah Jura Atas yaitu antara 180-135 juta tahun yang lalu. Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah Conical, yaitu fosil yang berbentuk kerucut . Dan bagian fosil yang masih dapat dijumpai seperti, ostia, yaitu lubang kecil tempat maasuknya air ke dalam tubuh, oskulum yaitu saluran penyabar air dari tubuh, eksoderm yaitu lapisan luar, dan endoderm yaitu lapisan dalam.

Kegunaan fosil ini adalah penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu lingkungan pengendapan, untuk mengkorelasi batuan, dan penentu iklim pada saat terjadinya sedimentasi.

PRAKTIKAN

ASISTEN

Muhammad Sarjan Djalil F 121 17 003

Meltini Pakiding F 121 16 071

UNIVERSITAS TADULAKO FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI Lembar Pengamatan Praktikum Geologi

Nama : Sarjan Djalil NIM

: F 121 17 003

Acara 3 : Filum Porifera

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Porifera Porifera (latin : porus = pori-pori, fer = membawa), tubuhnya berpori, dipoblastik, simetris radial, tersusun atas sel-sel yang bekerja secara mandiri (belum ada kordinasi antar sel yang satu dengan sel sel-sel yang lainnya). Fase dewasa bersifat sesil (menetap pada suatu tempat tanpa mengadakan perpindahan), dan berkoloni. Habitat umumnya air laut dan ada yang air tawar (Familli Spongilidae). Bentuk tubuh: kipas, jambangan bunga, batang, globular, genta, terompet, dan lainlain. Warna tubuh: kelabu, kuning, merah, biru, hitam, putih keruh, coklat, jingga (sering berubah tergantung tempat sinar). Mempunyai rongga sentral (spongocoel), (Rusyana,2013). Di dalam fillum porifera ini terdapat berbagai macam spesies yang dibagi berdasarkan bahan kerangka tubuhnya serta spikula yang disitu terdiri atas tiga kelas yaitu kelas Calcarea, Hexantinellida, dan Demospongiae. Porifera juga dibedakan berdasarkan tempat proses terjadinya pengambilan zat-zat makanan atau sistem saluran air yang dibagi menjadi tiga tipe yaitu Ascon, Sycon, dan Rhagon, (Suhardi, 2007). B. Ciri – ciri Filum Porifera Dalam membedakan spesies dari filum porifera, maka perlunya anda mengetahui ciri-ciri porifera secara umum. Ciri-ciri porifera adalah sebagai berikut. 

Hewan yang bersel banyak (metazoa) yang paling sederhana atau primitif



Sebagian besar hidup di laut dangkal dengan kedalaman sekitar 3,5 meter



Bentuk tubuh porifera menyerupai vas bunga/piala dan melekat pada dasar perairan.



Tubuhnya terdiri dua lapisan sel (diploblastik) dengan lapisan luarnya (epidermis) yang tersusun atas sel-sel yang memiliki bentuk pipih, disebut dengan pinakosit.



Pada epidermis yang terdapat porus/lubang kecil yang disebut dengan ostia yang dihubungkan oleh saluran ke rongga tubuh (spongocoel)



Lapisan dalamnya tersusun dari sel-sel yang berleher dan berflagel yang disebut dengan koanosit yang berfungsi untuk mencernakan makanan



Di dalam mesoglea terdapat juga beberapa jenis sel, yaitu sel amubosit, sel skleroblas, sel arkheosit.



Di antara epidermis dan koanosit memiliki lapisan tengah yang berupa bahan kental yang disebut dengan mesoglea atau mesenkin



Sel amubosit atau amuboid yang berfungsi untuk mengambil makanan yang telah dicerna di dalam koanosit. Sel skleroblasnya berfungsi dengan membentuk duri (spikula) atau spongin. Spikula terbuat dari kalsium karbonat atau silikat



Spongin tersusun dari serabut-serabut spongin yang lunakm berongga dengan membentuk seperti spon.



Sel arkheosit berfungsi sebagai sel reproduktif, misalnya pembentuk tunas, pembentukan gamet, pembentukan bagian-bagian yang rusak dan regenerasi.

C. Klasifikasi Filum Porifera Berdasarkan bahan pembentuk kerangka tubuhnya serta spikula, Porifera terdiri dari tiga kelas yaitu : 1. Calcarea (Calcipsongiae) Hidup di laut (pantai dangkal), bentuk tubuhnya sederhana, kerangka tubuh tersusun atas CaCO3, dan koanositnya besar. Adapun ordonya yaitu Asconosa yang spesiesnya Leucosolenia, dan Syconosa yang spesiesnya Scypha, (Rusyana, 2011). 2. Hexactinellida (Hyalospongiae) Hidup di laut dalam, kerangka tubuhnya tersusun atas bahan kersik/silikat (H2S13O7), spikula berduri 6 (heksason), memiliki saluran air

sederhana. Adapun ordonya yaitu Hexasterophora dan Amphidiscophora sedangkan spesiesnya yaitu Euplectella dan Hyalonema, (Rusyana, 2011). 3. Demospongiae Umumnya hidup di laut, beberapa spesies hidup diair tawar. Pada umunya tidak mempunyai rangka dan kalau ada rangka terbuat dari kersik, sponging atau campuran dari keduanya. Ordo dari kelas ini yaitu Carnosa yang spesiesnya Chondrosia, Choristida yang spesiesnya Geodia, dan Epipolasida yang spesiesnya Tethya, (Rusyana, 2011).

Umumnya hidup di laut, beberapa spesies hidup diair tawar. Pada umunya tidak mempunyai rangka dan kalau ada rangka terbuat dari kersik, sponging atau campuran dari keduanya. Ordo dari kelas ini yaitu Carnosa

yang spesiesnya Chondrosia, Choristida yang spesiesnya Geodia, dan Epipolasida yang spesiesnya Tethya, (Rusyana, 2011).

TINJAUAN PUSTAKA https://en.wikipedia.org/wiki/Raphidonema_(sponge)

http://www.algaebase.org/search/genus/detail/?genus_id=43513 https://utex.org/products/utex-sno-0058 https://artikelbermutu.com/2014/04/filum-porifera-karang-ciri-ciri-dan.html https://dosenbiologi.com/hewan/klasifikasi-filum-porifera

PRAKTIKAN

ASISTEN

Muhammad Sarjan Djalil F 121 17 003

Meltini Pakiding F 121 16 071

Related Documents

Acara 3
August 2019 33
Acara 3.docx
May 2020 59
Acara 3.docx
November 2019 42
Acara 3-2.docx
April 2020 7
Acara 3 Paleon.docx
April 2020 5

More Documents from "Sarjan Djalil"