Aca Cuy.docx

  • Uploaded by: Iswandi Jimi
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Aca Cuy.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 13,955
  • Pages: 33
A. Aqidah Akhlak 1.

Defenisi akidah menurut bahasa dan istilah  Aqidah dari segi bahasa (etimologis) berasal dari bahasa Arab (AQad) yang bermakna 'ikatan' atau 'sangkutan' atau menyimpulkan sesuatu.  Menurut istilah (terminologis) 'aqidah' berarti 'kepercayaan', 'keyakinan' atau 'keimanan' yang mantap dan tidak mudah terurai oleh pengaruh mana pun sama ada dari dalam atau dari luar diri seseorang.

2.

Factor – factor yang menyebabkan penyimpangan akidah  Bodoh terhadap prinsip-prinsip aqidah yang benar. Hal ini bisa terjadi karena sikap tidak mau mempelajarinya, (tidak mau mengamalkannya), tidak mau mengajarkannya, atau karena begitu sedikitnya perhatian yang dicurahkan untuknya. Ini mengakibatkan tumbuhnya sebuah generasi yang tidak memahami aqidah yang benar dan tidak mengerti perkara-perkara yang bertentangan dengannya, sehingga yang benar dianggap batil dan yang batil pun dianggap benar  Ta’ashshub (fanatik) Yakni Ta’ash-shub kepada nenek moyang dan tetap mempertahankannya meskipun hal itu termasuk kebatilan, dan meninggalkan semua ajaran yang bertentangan dengan ajaran nenek moyang walaupun hal itu termasuk kebenaran  Taqlid Buta Hal ini terjadi dengan mengambil pendapat-pendapat orang dalam permasalahan aqidah tanpa mengetahui landasan dalil dan kebenarannya.  Ghuluw (berlebih-lebihan) Khususnya, ghuluw) dalam menghormati para wali dan orang-orang saleh. Mereka mengangkatnya melebihi kedudukannya sebagai manusia. Hal ini benar-benar terjadi hingga ada di antara mereka yang meyakini bahwa tokoh yang dikaguminya bisa mengetahui perkara gaib, padahal ilmu gaib hanya Allah yang mengetahuinya.  Lalai (Yakni) Lalai dari merenungkan ayat-ayat Allah, baik ayat kauniyah maupun qur’aniyah  Tidak adanya bimbingan agama yang benar  Tersibukkan dengan media informasi dan penyiaran

3.

Faedah yang akan diperoleh orang yang menguasai akidah islamiyah Faedah yang akan diperoleh orang yang menguasai Aqidah Islamiyah adalah: 

Membebaskan dirinya dari ubudiyah/ penghambaan kepada selain Allah, baik bentuknya menghamba kepada kekuasaan, harta, pimpinan maupun lainnya.



Membentuk pribadi yang seimbang yaitu selalu taat kepada Allah, baik dalam keadaan suka maupun duka.



Dia merasa aman dari berbagai macam rasa takut dan cemas. Takut kepada kurang rizki, terhadap jiwa, harta, keluarga, jin dan seluruh manusia termasuk takut mati. Sehingga dia penuh tawakkal kepad Allah.



Aqidah memberikan kekuatan kepada jiwa, sekokoh gunung. Dia hanya berharap kepada Allah dan ridha terhadap segala ketentuan Allah.



Aqidah Islamiyah adalah asas ukhuwah (persaudaraan) ukhuwah dan persamaan. Tidak berbeda antara miskin dan kaya, antara pejabat dan rakyat jelata, antara kulit putih dan hitam dan antara Arab dan bukan, kecuali takwanya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

4.

Ayat yang menjadi dasar beraqidah 1. Dalil Aqidah Islamiyah terdapat dalam ayat – ayat Al – Qur’an yang menyatakan tentang ke Esaan Allah, seperti dalam surat Al Baqarah yang berbunyi sbb:

Artinya : dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa, tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang.(Al-Baqarah 163) 2. Dalil naqli aqidah islam dalam surat Al-’araaf ayat 59 yang berbunyi :

Artinya : Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya (Al-raaf : 59) 3. dalil ke tiga

Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". Dalam Hadits Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan aqidah Islam dengan sabdanya yang berbunyi : ١‫ﺗﻕ‬١‫ﷲ ﺣﻴﺳﻣﺎﻛﻧﺕ ﻭ‬١‫ﺗﺑﻊ‬١‫ﻟﺳﺌﺔ‬١‫ﻟﺣﺳﻧﺔ ﺗﻤﺣﻬﺎﻭﺧﺎﻟﻖ‬ ١‫ﺮﻭ﴿ ﻟﻧﺎﺱ ﺑﺧﻟﻖ ﺣﺳﻥ‬١‫ﻩ‬١‫﴾ﻟﺗﺮﻣﺩﻯ‬ Artinya : “Bertaqwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada dan ikutillah perbuatan – perbuatan buruk dengan perbuatan yang baik,niscaya perbuatan – perbuatan baik itu akan menghapus perbuatan yang buruk dan bergaullah terhadap sesama manusia dengan akhlak yang baik”. (HR Tirmidzi).

5.

Tauhid rububiyah  Rububiyyah Allah adalah mengesakan Allah dalam tiga perkara yaitu penciptaan-Nya, kekuasaan-Nya, dan pengaturan-Nya  Yang dimaksud dengan Tauhid Rububiyyah adalah mentauhidkan Allah dengan amalan dan penyataan yang tegas bahwa Allah Ta’ala adalah Tuhan, Raja, Pencipta semua makhluk. Dan Allah-lah yang mengatur dan mengubah keadaan mereka  Meyakini rububiyah yaitu meyakini kekuasaan Allah dalam mencipta dan mengatur alam semesta,

6.

Hubungan antara iman dan islam Jawab : Hubungan antara Islam dengan Iman adalah laksana hubungan antara pohon dengan akarnya. Sebagaimana pohon tidak dapat tumbuh tanpa akarnya. Demikian pula, mustahil seseorang bisa menjadi Muslim tanpa memiliki kepercayaan. jelaslah bahwa iman merupakan masalah yang mendasar dalam Islam. Hal ini bisa kita simak dalam sejarah kemunculan Islam, bahwa Rasulullah saw. selalu memulai kegiatan dakwahnya dengan menanamkan soal keimanan/kepercayaan. Ayat-ayat Al Quran yang diturunkan di Mekah, sebelum Nabi saw. hijrah ke Madinah, hampir seluruhnya berkaitan dengan soal kepercayaan.

7.

Hakekat tobat Jawab : Hakikat taubat yaitu perasaan hati yang menyesali perbuatan maksiat yang sudah terjadi, lalu mengarahkan hati kepada Allâh Azza wa Jalla pada sisa usianya serta menahan diri dari dosa. Melakukan amal shaleh dan meninggalkan larangan adalah wujud nyata dari taubat. Taubat mencakup penyerahan diri seorang hamba kepada Rabbnya, inabah (kembali) kepada Allâh Azza wa Jalla dan konsisten menjalankan ketaatan kepada Allâh. Jadi, sekedar meninggalkan perbuatan dosa, namun tidak melaksanakan amalan yang dicintai Allâh Azza wa Jalla , maka itu belum dianggap bertaubat. Dianggap bertaubat jika ia kembali kepada Allâh Azza wa Jalla dan melepaskan diri dari belenggu yang membuatnya terus-menerus melakukan dosa. Ia tanamkan makna taubat dalam hatinya sebelum diucapkan lisannya, senantiasa mengingat apa yang disebutkan Allâh Azza wa Jalla berupa keterangan terperinci tentang surga yang dijanjikan bagi orang-orang yang taat, dan mengingat siksa neraka yang ancamkan bagi pendosa. Dia berusaha terus melakukan itu agar rasa takut dan optimismenya kepada Allâh semakin menguat dalam hatinya. Dengan demikian, ia berdoa senantiasa kepada Allâh Azza wa Jalla dengan penuh harap dan cemas agar Allâh Azza wa Jalla berkenan menerima taubatnya, menghapuskan dosa dan kesalahannya.

8.

Makna adil Jawab : Adil adalah salah satu sifat Allah yang Agung, dan termasuk “Asmaul Husna”. Di Atas keadilan bumi dan langit ditegakan, para Rasul di utus, kitab diturunkan dan hukum disyaratkan. Islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, sehingga tujuan syariat Islam adalah untuk menegakan dan mewujudkan keadilan di Muka Bumi. Tidak terhitung ayat-ayat Al-Qur’an maupun teks-tesk hadist yang memerintahkan manusia untuk berlaku adil dan sebaliknya, mengecam orang-orang yang berlaku zalim. Oleh karena itu, kata adil sering dilawankan dengan kata zalim, (berupa penindasan, penganiayaan, pemerasan, penekanan, dan perbuatanperbuatan munkar lainnyaa). Menurut Thabathaba’iy, hampir dua pertiga surah dalm Al-Qur’an membicarakan masalah-masalah kezhaliman. Ini menunjukan bahwa penegakan keadilan merupakan gagasan penting wacana ajaran Islam. Setidaknya, ada empat macam makna keadilan. Pertama Al-Musawat (Persamaan). Di antaranya ialah, persamaan di depan hukum. Islam menetapkan, bahwa setiap orang, sama kedudukannya di depan hukum, tanpa memandang tinggi rendahnya status sosial. Sekarang ini, nilai-nilai keadilan dalam wacana hukum selalu diabaikan. Pelanggaran ini dapat memicu kerusuhan sosial, sehingga stabilitas nasional bisa terganggu, merugikan pihak-pihak tertentu, sekaligus dapt menjatuhkan wibawa pengadilan itu sendiri. Kedua tawazun, inshaf dan wasth, (Keseimbangan, Fifty-fifty dan pertengahan). Misalnya, keseimbangan dalam memberikan jaatah tertentu secara seimbang (Fifty-fifty). Keseimbangan ini ditetapkan apabila memang kondisi menghendaki demikian. Termasuk pula dalam tataran ini, keseimbangan antara

pembangunan material dan spiritual, keseimbangan antara zikir dan fikir, pertengahan dalam menyikapi harta, tidak kikir dan tidak boros. Ketiga, meletakan sesuatu pada tempatnya secara proposional. Misalnya memeberikan uang kepada anak SD lima ratus rupiah, kepada anak SMP seribu rupiah sedangkan kepada Mahasiswa tiga ribu rupiah. Inilah makna adil. Jadi pemberian itu berdasarkan kebutuhan mereka msing-masing. Sekarang ini kita banyak menemukan kezhaliman, Al-Qur’an hanya dipajang dilemari hias, tanpa dibaca dan dipelajari, atau memang betul Al-Qur’an dibaca dan di musabaqahkan, tetapi tidak diamalkan sebagai pedoman hidup. Harta dan uang hanya dinikmati atau ditimbun secara pribadi/individu, tanpa dikeluarkan infaknya untuk mengentaskan kemiskinan. Iman dan takwa hanya sekedar dislogankan tetapi tidak dipraktekan dalam keseharian, waktu luang dan santai hanya digunakan untuk kegiatan yang sia-sia yang melalaikan diri dari Tuhan, bukan membaca-baca buku agama. Keempat, memberikan hak kepada pemiliknya. Melakukan ‘penyunatan’ keji dalam bantuan sosial, berarti zalim, karena tidak memberikan hak kepada pemiliknya. Menjatuhkan dan mengalahkan orang yang berprestasi dan berkualitas, serta mememenangkan atau meluluskan orang yang lemah SDM(tidak bermutu) lantaran ada materi pelican. Hal itu berarti melakukan kezhaliman. Meninggikan NEM seorang siswa yang tidak mampu, karena ada suap adalah kezhaliman , karena nilai tinggi bukan haknya, tetapi hak anak-anak pintar.

9.

Tokoh pakar akhlak Jawab :

a. Ibnu Maskawaih b. Abu Hamid Al Ghazali c. Ahmad Bin Mushthafa d. Muhammad Bin Ali Asy Syariif Al Jurjani e. Nurcholish Madjid f. Imam Al-Ghazali g. Ibrahim Anas h. Ahmad Amin 10. Sumber munculnya sifat sombong Jawab: Takabur (sombong) adalah penyakit hati yang sangat dibenci Allah. Rasulullah saw mengatakan bahwa orang yang memiliki sifat sombong sebesar zarah di dalam hatinya, maka diharamkan baginya untuk mencium bau sorga. Tidak hanya siksaan di akhirat, kesombongan juga akan mendatangkan kehinaan dan kesengsaraan di dunia. Orang sombong ibarat orang yang berada di atas bukit yang sedangmelihat kerumunan orang yang ada di bawah bukit. Dia melihat orang-orang tersebut begitu kecil, padahal dia pun di mata orang-orang tersebut terlihat kecil, bahkan diacuhkan. Kesombongan berawal dari sifat ujub terhadap diri sendiri, merasa diri lebih dibandingkan orang lain. Dan sifat ini muncul dari berbagai sumber, di antaranya :

1. Pangkat dan Kekuasaan, dalam sejarah ada sosok Fir’aun yang memiliki kekuasaan yang besar dan pada akhirnya menjadi sombong karena kekuasaan yang dimilikinya. Fir’aun akhirnya dicelakakan Allah swt dengan menenggelamkannya bersama bala tentaranya di dalam Laut Merah. 2. .Kekayaan, sombong karena kekayaan di dalam sejarah direpesentasikan oleh sosok Qarun yang pada akhirnya ditenggelamkan Allah swt beserta hartanya ke dalam perut bumi. 3. Ilmu, ilmu seharusnya membuat kita merasa begitu kecil di hadapan Allah. Akan tetapi ilmu juga juga mendatangkan pujian yang kalau tidak disikapi dengan arif akan menimbulkan benih kesombongan di dalam hati. Dalam sejarah ada sosok Bal’am bin Bauro’, seorang ulama yang sangat dikagumi di zaman Nabi Musa karena ilmunya yang sangat luas dan doanya yang selalu diijabah, akan tetapi sanjungan yang selalu dia dengar membuat dia sombong dan pada akhirnya mencelakakan dirinya. 4. Amal Ibadah. Ibadah bermakna menghambakan diri di hadapan Allah. Akan tetapi lupa dengan hakikat ibadah akan membuat diri merasa mulia dan akan menimbulkan benih ujub di dalam hati. Iblis awalnya adalah makhluk yang sangat taat, akan tetapi itu justru membuat ia merasa mulia sehingga menjadi makhluk yang sombong dan pada akhirnya diusir dari sorga. Ibnu Athaillah dalam al-Hikam mengatakan “orang yang merasa dirinya tawadhu’, pada hakikatnya dia adalah orang yang sombong”. 11. perbuatan yang dapat dianggap akhlak jawab : 1. Perbuatan-perbuatan itu dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sama, sehingga menjadi kebiasaan. 2.

Perbuatan-perbuatan itu dilakukan karena dorongan emosi-emosi jiwanya, bukan karena adanya tekanantekanan yang datang dari luar seperti paksaan dari orang lain sehingga menimbulkan ketakutan, atau bujukan dengan harapan-harapan yang indah-indah dan lain sebagainya.

12. Jaminan seseorang mempelajari ilmu akhlak Jawab : agar dapat meningkatkan derajat kehidupan manusia, menuntun kepada kebaikan, memenuhi kebutuhan keluarga, mengatur tata cara hidup bertetangga, mengatur adab pergaulan berbangsa dan bernegara, Ilmu akhlak juga akan Mensukseskan pembangunan negara, menyempurnakan iman, Memperoleh keutamaan di hari kemudian. 13. Ciri-ciri orang yang zuhud Jawab : 1. Memiliki etos kerja keras untuk mencukupi kebutuhan hidupnya agar tidak bergantung kepada orang lain. 2. Mampu menjaga diri dari godaan berlebih-lebihan dalam menikmati kenikmatan dunia. 3. Memandang dunia sebatas sarana untuk beribadah kepada Allah Swt. 4. Tidak enggan menginfakkan harta di jalan Allah Swt. 5. Harta dan kenikmatan dunia tidak melenakan dirinya dari Allah Swt. dan beribadah kepada-Nya. 6. Tidak merisaukan masa depan karena percaya pada janji Allah Swt. 7. Mampu menjadikan Allah Swt. sebagai tujuan utama hidupnya. 14.

Istilah orang yang selalu membicarakan orang lain  ghibah

15.

Hikmah sikap tawakkal :

- Dijamin Kemudahan dunia dan akhirat Firman Allah SWT:

“Barang siapa yang bertawakal kepada allah niscaya dia akan membukakan jalan keluarnya dan dia memberikan rejekinya dari arah yang tidak disangka sangka. dan barang siapa yang bertawakal kepadanya kepada allah niscaya allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya allah melaksanakan tugasnya, sungguh dia telah mengadakan ketentuan bagi setiap.” (Qs, Ath-thalaq:1-2) - Mudah beradaptasi dengan masalah apapun - Tawakal dapat mempertebal iman dan tidak mudah putus asa - Tawakal dapat membuat seseorang menjadi lebih mandiri - Allah akan mencukupkan rejeki Bertawakal setelah melaksanakan ihktiar kepada allah SWT adalah sesuatu yang disukai allah SWT dan akan dimasukkan dalam golongan orang orang yang sabar dan berkecukupan dalam keadaan apapun. Firman Allah menyebutkan: “Sesungguhnya allah itu mencintai dan menyayangi orang orang yang bertawakal.” (Qs.Ali imran :159) - Diberikan kenikmatan yang tiada hentinya B. Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir 1.

Definisi tafsir secara istilah dan bahasa

a.

Tafsir Menurut Bahasa (Etemologi). Para ulama berbeda pendapat dalam memberikan pengertian tafsir secara bahasa diantaranya adalah: 1. Dalam Kamus Al-Munjid Disebutkan. Tafsir adalah isim masdar yang berarti ta’wil, pengungkapan, penjelasan, keterangan, dan penyerahan. 2. Menurut Imam As-Suyuti. Tafsir mengikuti wazan taf’il berasal dari Al-Fasru artinya menerangkan dan menyingkap. 3. Menurut Al-Zarkasyi. Tafsir dari kata tafsirah yang berarti alat yang dipakai oleh para dokter untuk memeriksa orang sakit, yang berfungsi membuka dan menjelaskan, sehingga tafsir berarti penjelasan. Dari pengertian tafsir menurut bahasa di atas pada dasarnya sama, meskipun disampaikan dengan bahasa yang berbeda. Tafsir memiliki arti penjelasan atau keterangan terhadap maksud yang sukar difahami dari ayat-ayat Al-Qur’an. Dengan demikian, menafsirkan Al-Qur’an ialah menjelaskan atau menerangkan makna-makna yang sulit difahami dari ayat-ayat Al-Qur’an

b.

Tafsir Menurut Istilah (Etimonologi) Pengertian tafsir secara etimonologi, menurut sebagian dari ahli tafsir menyatakan bahwa tafsir tidak termasuk jajaran ilmu pengetahuan atau sains yang memiliki batasan tertentu. Pemikiran ini berdasarkan alasan bahwa tafsir tidak mempunyai kaidah dan batasan-batasan khusus, seperti yang terdapat pada ilmu sains yang diciptakan oleh akal manusia

2.

Ayat yang berisi perintah Allah kepada orang mukmin agar melaksanakan puasa

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orangorang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Q. S. Al-Baqarah : 183) 3.

Ayat yang berisi perintah Allah agar berwudhu sebelum mendirikan sholat

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak mengerjakan shalat, basuhlah wajah-wajah kalian dan tangan-tangan kalian sampai siku. Usaplah kepala-kepala kalian dan cucilah kaki-kaki kalian sampai mata kaki…” (Q.S Al-Maidah : 6) 4.

Ayat yang mengandung kemestian menghadap kiblat dalam mengerjakan sholat.

(Q.S Al-Baqarah : 144)

5.

Ayat yang menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari Allah SWT.

(Q.S. Al-Alaq : 1-5)

6.

Materi pendidikan keluarga yang wajib diberikan oleh ayah dan ibu kepada anaknya. Ilmu pengetahuan yang wajib diajarkan kepada anak, meliputi pokok-pokok ajaran agama Islam yang wajib dikaji oleh seluruh umat Islam karena wajib diyakini kebenarannya, dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Pokok-pokok ajaran Islam tersebut adalah meliputi tiga ajaran pokok, yaitu; Aqidah, Syari’ah dan Tasawuf. Hal ini didasarkan pada materi dialog antara Malaikat Jibril dengan Rasulullah SAW di hadapan para sahabat dengan tujuan untuk mengajarkan pokok-pokok ajaran Islam kepada mereka. Sebagaimana dikisahkan dalam hadits shohih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Sahabat Umar ibn al-Khattab yang artinya:

”Sahabat Umar ibn al-Khattab berkata; Suatu hari, kami (para sahabat) sedang duduk-duduk bersama Rasulullah SAW. Tiba-tiba datang seorang laki-laki yang berpakaian serba putih, rambut sangat hitam dan tidak ada tandatanda habis menempuh perjalanan jauh. Di antara kami tidak ada seorangpun yang mengenalinya, hingga ia duduk di hadapan Nabi Muhammad SAW. Kemudian ia menyandarkan lututnya kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas paha Nabi seraya bertanya; ‘Wahai Nabi Muhammad informasikanlah kepadaku tentang Islam! Nabi menjawab; Islam adalah engkau bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad adalah utusan Allah; engkau melaksanakan shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan menunaikan ibadah haji jika engkau mampu menempuh perjalanannya. Maka laki-laki itu membenarkannya. Kami-pun semakin heran, bagaimana mungkin dia bertanya, tetapi dia pun membenarkannya. Laki-laki itu melanjutkan pertanyaannya kepada Nabi; Informasikanlah kepadaku tentang Iman! Nabi menjawab; Iman adalah engkau percaya adanya Allah SWT, para malaikat, kitab-kitab, para rasul dan hari akhir (kiamat) dan engkau percaya adanya qadar baik dan qadar buruk. Laki-laki itupun membenarkannya dan melanjutkan pertanyaannya kepada Nabi; Informasikanlah kepadaku tentang Ihsan! Nabi menjawab; Ihsan adalah ketika engkau beribadah kepada Allah, seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak bisa melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihat kamu. Laki-laki itupun melanjutkan pertanyaannya kepada Nabi; Informasikanlah kepadaku tentang hari kiamat! Nabi menjawab; Tanda-tanda hari kiamat adalah ketika seorang hamba sahaya melahirkan tuannya (anak telah memperbudak orang tuanya); ketika engkau melihat orang-orang yang telanjang kaki dan dada karena miskin dan berprofesi sebagai pengembala hewan ternak, berubah menjadi orang-orang kaya yang mampu membangun rumah dan gedung-gedung bertingkat. Kemudian laki-laki itupun pergi meninggalkan kami dan kami pun diam sejenak, hingga Rasullullah SAW bertanya kepadaku; Wahai umar, tahukah kamu, siapakah laki-laki yang bertanya tadi? Aku pun menjawab; Allah dan Rasul-Nya lebih tau. Maka Nabi pun menjelaskan, bahwa laki-laki yang bertanya tadi adalah Malaikat Jibril yang sengaja datang di hadapan kalian untuk mengajarkan pokok-pokok ajaran agama kalian (agama Islam)’. (H.R. Muslim).[8] 7.

Defenisi Tafsir Menurut Imam al-Zarkasyi Menurut Al-Zarkasyi tafsir adalah ilmu yang digunakan untuk memahami dan menjelaskan makna-makna kitab yang diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad SAW, serta menyimpulkan kandungan hokum dan hikmahnya .

8.

Metode Tafsir yang Meafsirkan ayat-ayat al-Quran dengan cara mengemukakan makna global (METODE IJMALI) Metode ijmali adalah metode tafsir yang menafsirkan ayat al-Qur’an dengan cara mengemukakan makna global. Metode ijmali (Global) menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an secara ringkas tapi mencakup, dengan bahasa yang populer, mudah dimengerti dan enak dibaca. Sistematika penulisannya mengikuti susunan ayat-ayat di dalam mushaf. Penyajiannya tidak terlalu jauh dari gaya bahasa al-Qur’an. Dengan demikian ciri dan jenis tafsir ijmali ini mengikuti urutan ayat menurut tertib mushaf seperti halnya tafsir tahlili. Perbedaannya dengan tafsir tahlili adalah dalam tafsir ijmali makna ayatnya diungkapkan secara ringkas dan global tetapi cukup jelas, sedangkan tafsir tahlili, makna ayatnya diuraikan secara terperinci dengan tinjauan dari berbagai segi dan aspek yang diulas secara panjang lebar.

9.

Materi Pedidikan yang Diajarkan oleh Luqman kepada anakny

Sebagai ummat Islam pendidikan pertama yang harus diberikan kepada anak-anaknya adalah mengenalkan Allah ‫( تعالى و سبحانه‬Ilmu Tauhid). Ketika si anak sudah mengenal Allah, para orangtua yang bijak biasanya akan mengajarkan mereka cara-cara beribadat yang benar (Ilmu Fiqih). Selanjutnya diajarkan cara menjaga ibadat tersebut agar tidak sirna (Tasauf). Jika ketiga pendidikan ini sudah ada pada diri si anak, ketika beranjak masa remaja anak-anak kita akan menjadi pribadi yang kuat. Baik baik budi pekertinya, lembut tutur katanya. Karena ketiga pendidikan di atas sudah merepresentasi bagaimana cara berintereaksi dengan Allah ‫ تعالى و سبحانه‬dan cara berintereaksi dengan manusia. Pendidikan anak cara al-Quran Dalam al-Qur’an sudah tertera cara mendidik anak serta ilmu apa pertama kali yang harus ditanamkan oleh orangtua. Banyak kisah-kisah para pendahulu kita yang sukses mendidik anak dengan metode Alquran. Sebut saja Lukmanul Hakim. Lalu pelajaran apa saja yang beliau berikan kepada anaknya? Pertama, persoalan aqidah. Sebagaimana firman Allah,” Wahai anak ku jangan sekali-kali engkau sekutukan Allah” (QS: Al-Lukman:13). Kedua, rasa hormat kepada orangtua. Sebagai mana firman Allah; ‫ير‬ َّ ‫َو َو‬ ُ ‫ص‬ ِ ‫ي ْال َم‬ َ ‫اْلن‬ َ ِ‫سانَ ِب َوا ِلدَ ْي ِه َح َملَتْهُ أ ُ ُّمهُ َو ْهنا ً َعلَى َو ْه ٍن َوف‬ ِ ْ ‫ص ْينَا‬ َّ َ‫صالُهُ فِي َعا َمي ِْن أ َ ِن ا ْش ُك ْر ِلي َو ِل َوا ِلدَيْكَ إِل‬ ” Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapakya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepada ku dan ke dua ibu bapak mu, hanya kepada ku lah kembalimu.” (QS: Al-Lukman: 14). Ketiga, pendidikan moral. َّ ‫َّللاُ ِإ َّن‬ َّ ‫ت ِب َها‬ ‫يف َخ ِبي‬ ِ ْ ‫ض َيأ‬ ِ ‫س َم َاوا‬ َّ ‫ص ْخ َرةٍ أ َ ْو فِي ال‬ ٌ ‫َّللاَ لَ ِط‬ ِ ‫ت أَ ْو فِي ْاْل َ ْر‬ َ ‫ي ِإ َّن َها ِإن ت َكُ ِمثْقَا َل َحبَّ ٍة ِم ْن خ َْردَ ٍل فَت َ ُكن فِي‬ َّ َ‫َيا بُن‬ ” Wahai anakku bila ada kebaikan yang kamu kerjakan, kecil (tidak nampak oleh pandangan mata yang zahir), yang kecil itu tersembunyi dipuncak langit, di dasar bumi yang paling dalam atau di tengah-tengah batu hitam sekalipun, Allah pasti akan mengetahuinya dan pasti akan memberikan balasan yang sedail-adilnya” (QS: AlLukman: 16). Keempat, tatanan hidup si anak ‫ور‬ ِ ‫ص ََلة َ َوأْ ُم ْر بِ ْال َم ْع ُر‬ ْ ‫وف َوا ْنهَ َع ِن ْال ُمنك َِر َوا‬ َّ ‫ي أَقِ ِم ال‬ َ َ ‫صبِ ْر َعلَى َما أ‬ ِ ‫صابَكَ إِ َّن ذَلِكَ ِم ْن َع ْز ِم ْاْل ُ ُم‬ َّ َ‫يَا بُن‬ “Wahai anakku dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah” (QS: Al-Lukman: 17).

Inilah dasar-dasar agama dalam mendidik anak yang harus diaplikasikan oleh setiap orangtua sebelum memberikan berbagai disiplin ilmu lainnya. Mantapkan aqidah, tanamkan rasa hormat kepada orangtua, ajarkan ahklak dan tingkah laku yang baik, kemudian berikan tatanan hidup yang sesuai dengan Islam. Kalau metode pendidikan Lukmanul Hakim sudah menjadi prioritas orang-orangtua sekarang dalam mendidik anak, insya Allah anak-anak kita nantinya akan tumbuh sebagai remaja yang taat kepada Allah, patuh kepada orangtua, dan jauh dari tingkah laku yang tercela. Kita lihat saja. *

10. Kata yang menunjukkan kepada metode diskusi/debat pada ayat 125 surat al-Nahl ِۖ َ ‫ظ ِة ۡٱل َح‬ ۡ َ ‫سبِي ِل َربِكَ بِ ۡٱل ِح ۡك َم ِة َو ۡٱل َم ۡو ِع‬ ‫ض َّل‬ ُ ‫ٱ ۡد‬ َ ‫س ُۚنُ إِ َّن َربَّكَ ه َُو أ َ ۡعلَ ُم بِ َمن‬ َ ‫ِي أ َ ۡح‬ َ ‫ع إِلَ ٰى‬ َ ‫سنَ ِة َو ٰ َجدِل ُهم بِٱلَّتِي ه‬ َ‫س ِبي ِلِۦه َوه َُو أ َ ۡعلَ ُم ِب ۡٱل ُمهۡ تَدِين‬ َ ‫َعن‬ Artinya : (125) Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk

-

Penjelasan Makna Penting َ ‫َو ۡٱل َم ۡو ِع‬ ‫سنَ ِة‬ : Dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Maksudnya yaitu ketika mengajak manusia َ ‫ظ ِة ۡٱل َح‬ ke jalan Allah swt hendaknya dengan cara yang baik, lemah lembut, dan tidak menyinggung perasaan mereka

-

serta sesuai dengan porsinya. ۡ ُ‫سن‬ َ ‫ِي أَ ۡح‬ َ ‫ َو ٰ َجدِل ُهم بِٱلَّتِي ه‬: Bantahlah mereka dengan cara yang baik. Maksudnya yaitu ketika berdakwah dan mereka membantah dakwah yang diberikan. Maka balaslah bantahan mereka dengan bantahan yang tidak menyulut api kemarahan.

-

‫ض َّل‬ َ ‫أَ ۡعلَ ُم ِب َمن‬

: Mengetahui tentang siapa yang tersesat. Maksudnya Allah swt lebih mengetahui

tentang siapa orang yang tersesat dari jalan kebenaran.

11. Isi kandungan Firman Allah SWT dalam surat al-Tahrim ayat 6 Ayat di atas menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan harus bermula dari rumah. Walau secara redaksional ayat tersebut tertuju kepada kaum pria (ayah), tetapi itu bukan berarti hanya tertuju kepada mereka. Ayat ini tertuju kepada perempuan dan lelaki (Ibu dan Ayah) sebagaimana ayat-ayat yang serupa (misalnya ayat memerintahkan berpuasa) yang juga tertuju kepada lelaki dan perempuan. Ini berarti kedua orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga pasangan masing-masing sebagaimana masing-masing bertanggung jawab atas kelakuannya. Perintah kepada orang beriman agar menjaga keselamatan diri dan seisi rumah tangga dari api neraka. Caranya adalah dengan menjauhkan perbuatan maksiat, memperkuat diri dengan iman agar tidak mengikuti

hawa nafsu

dan senantiasa

taat

menjalankan perintah

Allah Swt.

Islam sangat memberi perhatian terhadap religiusitas keluarga inti (nuclear family), karenanya kepala keluarga diminta memberikan bimbingan, nasehat dan pendidikan kepada mereka secara baik. Diharapkan dari rumah tangga itulah dimulai menanamkan iman dan memupuk Islam. Karena dari rumah tangga itulah akan terbentuk umat dan selanjutnya akan tegak masyarakat Islam. Keluarga yang rapuh keimanannya, maka sendi-sendi bangunan masyarakat dan bangsa juga akan keropos dan rapuh.

12. Makna Kata “wa’ala junubuhum” dalam surat Ali ‘imran ayat 191 Artinya : (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka Berbaring ‫ُجنُ ْوبِ ِه ْم‬ 13. Hal-hal yang berkaitan dengan asbab al-nuzul Shubhi al-Shalih juga memberikan suatu definisi yang hampir sama tentang asbab al-nuzul. Yaitu: Sesuatu yang dengan sebabnya turun suatu ayat atau beberapa ayat yang yang mengandung sebab itu, atau memberi jawaban terhadap sebab itu, atau menerangkan hukumnya pada masa terjadinya sebab tersebut.[9] Definisi tersebut memberikan pengertian bahwa sebab turun suatu ayat adakalanya berbentuk peristiwa dan adakalanya berbentuk pertanyaan. Suatu ayat-ayat atau beberapa ayat turun untuk menerangkan hal yang berhubungan dengan peristiwa tertentu. Unsur-unsur yang sangat penting diketahui tentang asbab al-nuzul adalah adanya satu atau beberapa kasus yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat, dan ayat-ayat itu dimaksudkan untuk memberikan penjelasan terhadap kasus itu. Jadi ada beberapa unsur yang tidak boleh diabaikan dalam menganalisis asbab al-nuzul, yaitu adanya suatu kasus atau peristiwa[10], adanya pelaku peristiwa, adanya tempat peristiwa, dan adanya waktu peristiwa. Kualitas peristiwa, pelaku, tempat, dan waktu perlu diidentifikasi dengan cermat guna menerapkan ayat-ayat itu pada kasus lain dan ditempat dan waktu yang berbeda. Sebenarnya jika yang dimaksud asbab al-nuzul ialah hal-hal yang menyebabkan turunnya ayat-ayat alQur’an, semua ayat-ayat al-Qur’an mempunyai asbab al- nuzul[11]. Tujuan utama al-Qur’an adalah hendak mentransformasikan umat nabi Muhammad dari situasi yang lebih buruk ke situasi yang lebih baik menurut ukuran Tuhan. Kondisi objektif yang lebih buruk itulah yang menjadi sebab ayat-ayat al-Qur’an diturunkan bagaikan sebuah suatu paket, yang tak dapat dipisahkan antara satu ayat dengan lainnya.

14. Isi dan fungsi Al-Quran Fungsi Al-Qur’an 1. Petunjuk bagi Manusia. Allah swt menurunkan Al-Qur’ansebagai petujuk umar manusia,seperti yang dijelaskan dalam surat (Q.S ALBaqarah 2:185 (QS AL-Baqarah 2:2) dan (Q.S AL-Fusilat 41:44) 2. Sumber pokok ajaran islam. Fungsi AL-Qur’an sebagai sumber ajaran islam sudah diyakini dan diakui kebenarannya oleh segenap hukum islam.Adapun

ajarannya

meliputi

persoalan

kemanusiaan

secara

umum

seperti

hukum,ibadah,ekonomi,politik,social,budaya,pendidikan,ilmu pengethuan dan seni. 3. Peringatan dan pelajaran bagi manusia. Dalam AL-Qur’an banyak diterangkan tentang kisah para nabi dan umat terdahulu,baik umat yang taat melaksanakan perintah Allah maupun yang mereka yang menentang dan mengingkari ajaran Nya.Bagi kita,umat uyang akan datang kemudian rentu harus pandai mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah-kisah yang diterangkan dalam Al-Qur’an.

4. Sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw. Turunnya Al-Qur’an merupakan salah satu mukjizat yang dimilki oleh nabi Muhammad saw. Tujuan Pokok Al-Quran 1. Petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan Tuhan dan kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan. 2. Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara individual atau kolektif. 3. Petunjuk mengenal syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya. Atau dengan kata lain yang lebih singkat, “AlQuran adalah petunjuk bagi selunih manusia ke jalan yang harus ditempuh demi kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.”

Pokok Ajaran Dalam Isi Kandungan AlQur’an 1.Akidah akidah adalah keyakinan atau kepercayaan.Akidah islam adalah keyakinan atau kepercayaan yang diyakini kebenarannya dengan sepenuh hati oleh setiap muslim.Dalam islam,akidah bukan hanya sebagai konsep dasar yang ideal untuk diyakini dalam hati seorang muslim.Akan tetapi,akidah tau kepercayaan yang diyakini dalam hati seorang muslim itu harus mewujudkan dalam amal perbuatan dan tingkah laku sebagai seorang yang beriman. 2. Ibadah dan Muamalah. Kandungan penting dalam Al-Qur’an adalah ibadah dean muamallah.Menurut Al-ur’an tujuan diciptakannya jin dan manusia adalah agar mereka beribadah kepada Allah.Seperti yang dijelaskan dalam (Q.S

Az,zariyat

51:56)

Manusia selain sebagai makhluk pribadi juga sebagai makhluk sosial.manusia memerlukan berbagai kegiatan dan hubungan alat komunikasi .Komonikasi dengan Allah atau hablum minallah ,seperti shalat,membayar zakat dan lainnya.Hubungan manusia dengan manusia atau hablum minanas ,seperti silahturahmi,jual beli,transaksi dagang, dan kegiatan kemasyarakatan. Kegiatan seperti itu disebut kegiatan Muamallah,tata cara bermuamallah di jelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 82. 3.Hukum Secara garis besar Al-Qur’an mengatur beberapa ketentuan tentang hukum seperti hukum perkawinan,hukum waris,hukum perjanjian,hukum pidana,hukum musyawarah,hukum perang,hukum antar bangsa. 4.Akhlak Dalam bahasa Indonesia akhlak dikenal dengan istilah moral .Akhlak,di samping memiliki kedudukan penting bagi kehidupan manusia,juga menjadi barometer kesuksesan seseorang dalam melaksanakan tugasnya.Nabi Muhammad saw berhasil menjalankan tugasnya menyampaikan risalah islamiyah,anhtara lain di sebabkan memiliki komitmen yang tinggi terhadap ajhlak.ketinggian akhlak Beliau itu dinyatakan Allah dalam Al-Qur’an surat al-Qalam ayat 4. 5. Kisah-kisah umat terdahulu. Kisah merupakan kandungan lain dalam Al-Qur’an.Al-Qur’an menaruh perhatian penting terhadap keberadaan kisah di dalamnya.Bahkan,di dalamnya terdapat satu surat yang di namaksn alQasas.Bukti lain adalah hampir semua surat dalam Al-Qur’an memuat tentang kisah. Kisah para nabi dan umat terdahulu yang diterangkan dalam Al-Qur’an antara lain di jelaskan dalam surat al-Furqan ayat 37-39.

6. Isyarat pengemban ilmu pengetahuan dan teknologi. Al-Qur’an banyak mengimbau manusia untuk mengali dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.Seperti dalam surat ar-rad ayat 19 dan al zumar ayat 9.Selain kedua surat tersebut masih banyak lagi dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi seperti dalam kedokteran,farmasi,pertanian,dan astronomi yang bermanfaat bagi kemjuan dan kesejahteraan umat manusia. 15. Tafsir dan sumbernya Jawaban: 1.

Tafsir Bil Matsur Kata al-matsur adalah isim maf’ul dari kata atsara ya’tsiru/ ya’tsuru atsran wa atsaratanyang secara etimologi berarti menyebutkan atau mengutip (naqala) dan memuliakan atau menghormati (akrama). Al-Atsar juga berarti sunnah, hadist, jejak, bekas, pengaruh dan kesan. Secara istilah Tafsir bi Al-Matsur adalah penafsiran Al-Qur’an yang berdasarkan pada penjelasan Al-qur’an sendiri, penjelasan Nabi, penjelasan para sahabat melalui ijtihadnya dan pendapat tabi’in. jadi ada empat otoritas yang menjadi sumber penafsiran bi al-matsur.



Al-Qur’an yang dipandang sebagai penafsir terhadap Al-qur’an sendiri.



Otoritas hadist nabi yang memang berfungsi.



Otoritas penjelasan sahabat yang dipandang banyak mengetahui Al-Qur’an.



Otoritas penjelasan tabi’in yang dianggap orang yang bertemu langsung dengan sahabat. Dari penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa Tafsir Bil Matsur adalah tafsir yang dilakukan oleh mufassir dengan menggunakan Al-qur’an, hadist, ijtihad sahabat dan tabi’in untuk menafsirkan ayat itu sendiri.

2.

Tafsir Bil Ra’yi Berdasarkan pengertian etimologi ra’yi berarti keyakinan (I’tikad), analogi (qiyas), dan ijtihad. Dan ra’yi dalam terminologi tafsir adalah ijtihad. Sebagaimana didefinisikan Husen Adz-Zhabi adalah tafsir yang penjelasannya diambil berdasarkan ijtihad dan pemikiran mufassir setelah terlebih dahulu mengetahui bahasa arab dan metodenya. Dan adapun Al-Farmawi mendefinisikannya bahwa menafsirkan Al-Qur’an dengan ijtihad setelah terlebih dahulu si muffasir bersangkutan mengetahui metode digunakan orang arab ketika berbicara dan menggunakan kosa kata bahasa arab serta artinya. Dan si mufassir pun dibantu oleh Asbabul Nuzul, Nasikh Mansukh dan lainnya yang dibutuhkan oleh muffasir sebagaimana diutarakan syarat-syarat menjadi muffasir. Terhadap tafsir bil ra’yi para ulama berlaianan pendapat ada yang membolehkan ada pula yang mengharamkan. Sebetulnya hanya berlaku didalam menafsirkan ayat Al-Qur’an dengn Ra’yu itu tidak terdapat dasar sama sekali atau jika dilaksanakan tanpa pengetahuan kaidah bahasa arab, pokok-pokok hukum syariah dan lain sebagainya, atau penafsiran tersebut hanya untuk menguatkan hawa nafsu belaka. Contoh Tafsir Bil Ra’yi pada Surat An-Nahl ayat 68: Artinya: “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia". Mereka berpendapat bahawa diantara lebah-lebah itu ada yang diangkat sebagai nabi-nabi yang diberi wahyu oleh Allah. Dan mereka mengemukakan cerita bohon tentang kenabian lebah. Sementara itu, sebagian yang lain berpendapat bahwa ada tetesan lilin jatuh kepohon, kemudian tetesan itu dipindah kan oleh lebah yang dengannya ia membuat sarang-sarang dan madu.

3.

Tafsir Bil Isari

Kata al-isyarah adalah sinonim muradif dengan kata al-dalil yang berarti tanda, petunjuk, isyarat, signal, perintah, panggilan, nasehat dan saran. Sedangkan yang dimaksud dengan tafsir bil isyari adalah mentakwilkan Al-Qur’an dengan mengesampingkan makna lahirnya karena ada isyarat tersembunyi yang bisa disimak oleh orang-orang

yang

memiliki

ilmu

tasawwuf.

Diantara

kelompok sufi ada

yang

mendakwakan

bahwa riyadah (latihan) rohani yang dilakukan oleh seorang sufi bagi dirinya akan menyampaikannya kesuatu tingkatan dimana ia dapat menyingkapkan isyarat-isyarat kudus yang terdapat dibalik ungkapan-ungkapan qur’an, dan akan tercurah pula kedalam hatinya dari limpahan ghaib, pengetahuan subhani yang dibawa ayatayat. Itulah yang disebut Tafsir isyari. Contoh Tafsir Isyari pada Surat Al-Baqarah ayat 67: Artinnya: “ Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina." mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan Kami buah ejekan?" Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil". Pada ayat di atas terdapat makna zahir, yaitu: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina." Tetapi dalam Tafsir Isyari diberi makna dengan"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih nafsu hewaniah."

C. Hadist dan Ilmu Hadist 1.

Pengertian hadist Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam. Hadits dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur'an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an.

2.

Unsur pokok hadist 1. Rawi ialah orang yang menyampaikan atau menuliskan dalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang (gurunya). Contoh: HR. Bukhori, HR. Muslim, HR. Abu Dawud 2. Matan hadits adalah pembicaraan atau materi berita yang terdapat di dalam sanad terakhir. isinya itu berupa sabda Rasulullah saw, ungkapan sahabat tentang Rasulullah saw, ataupun tabi’in yang menceritakan tentang perbuatan sahabat atau Nabi. Ringkasnya, matan itu adalah isi dari teks hadits tersebut. Misalnya, Al Hakim meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda : “Penghulu syuhada adalah hamzah dan orang yang berdiri di hadapan penguasa untuk menasihatinya lantas ia dibunuh karenanya.” Pernyataan demikian merupakan matan dari hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Hakim tersebut. 3. Sanad atau thariq ialah jalan yang dapat menghubungkan matnu’l hadits kepada junjungan kita Nabi Muhammad s.a.w. Misalnya seperti kata Al-Bukhari: “Telah memberitakan kepadaku Muhammad bin a]Mutsanna, ujarnya: “‘Abdul-Wabhab ats-Tsaqafy telah mengabarkan kepadaku, ujarnya:” telah bercerita kepadaku Ayyub atas pemberitaan Abi Qilabah dan Anas dari Nabi Muhammad s.a. w., sabdanya: “Tiga perkara, yang barangsiapa mengamalkannya niscaya memperoleh keledzatan iman yakni: (1) Allah dan Rasui-Nya hendaknya lebih dicintai daripada selainnya. (2) Kecintaannya kepada seseorang, tak lain karena

Allah semata-mata dan (3) Keengganannya kembali kepada kekufuran, seperti keengganannya dicampakkan ke neraka”.

3.

Kedudukan dan fungsi hadist Kedudukan Hadits Sebagai Sumber Hukum Islam. Kedudukan Hadits atau Sunnah sebagai Sumber Hukum Islam Sebagai sumber hukum Islam, hadits berada satu tingkat di bawah Al-Qur’an. Artinya, jika sebuah perkara hukumnya tidak terdapat di dalam Al-Qur’an, yang harus dijadikan sandaran berikutnya adalah hadits tersebut. Fungsi-fungsi hadist dalam islam adalah sebagai berikut: 1. Bayan Al- Taqrir (memperjelas isi Al Quran) Fungsi Hadist sebagai bayan al- taqrir berarti memperkuat isi dari Al-Quran. 2. Bayan At-Tafsir (menafsirkan isi Al Quran) Fungsi hadist sebagai bayan at-tafsir berarti memberikan tafsiran (perincian) terhadap isi al quran yang masih bersifat umum (mujmal) serta memberikan batasan-batasan (persyaratan) pada ayat-ayat yang bersifat mutlak (taqyid). 3. Bayan at-Tasyri’ (memberi kepastian hukum islam yang tidak ada di Al Quran) Hadist sebagai bayan At tasyri’ ialah sebagai pemberi kepastian hukum atau ajaran-ajaran islam yang tidak dijelaskan dalam Al-Quran. 4. Bayan Nasakh (mengganti ketentuan terdahulu) Secara etimologi, An-Nasakh memiliki banyak arti diantaranya at-taqyir (mengubah), al-itbal (membatalkan), at-tahwil (memindahkan), atau ijalah (menghilangkan). Para ulama mendefinisikan Bayan An-nasakh berarti ketentuan yang datang kemudian dapat menghapuskan ketentuan yang terdahulu, sebab ketentuan yang baru dianggap lebih cocok dengan lingkungannya dan lebih luas.

4.

Klasifikasi hadis dari segi kuantitas Maksud tinjauan hadis dari segi kuantitasnya, adalah kuantitas hadist disini yaitu dari segi jumlah orang yang meriwayatkan suatu hadist atau dari segi jumlah sanadnya.. Ditinjau dari segi sedikit atau banyaknya rawi yang menjadi sumber berita, hadis terbagi menjadi dua macam, yaitu hadis mutawatir dan hadis ahad. a. Hadis mutawatir Setiap hadis pasti mempunyai rawi yang banyak dari berbagai tingkatan. Jika sejumlah sahabat yang menjadi rawi pertama suatu hadis itu banyak sekali, rawi yang kedua (tabi’in), ketiga (tabi’it – tabi’in) dan seterusnya sampai pada rawi yang mendewankan (membukukan) dalam keadaan yang sama, seimbang atau bahkan lebih banyak jumlahnya, maka termasuk Hadis mutawatir. b. Hadis Ahad Kata ahad (‫ )احاد‬merupakan bentuk jamak dari kata ahad (‫ )أحد‬yang berarti tunggal (mufrad) yang menunjukkan makna sedikit. Hadis ahad (‫ )حديث اﻵحاد‬adalah hadis yang diriwayatkan oleh satu orang, dua atau tiga orang atau bahkan oleh sejumlah orang tetapi tidak mencapai jumlah bilangan kemutawatiran (‘adad at-tawatur), selanjutnya masing-masing perawi menyampaikan hadisnya kepada seorang atau dua orang saja atau sejumlah perawi tetapi dalam setiap tahapnya jumlah perawi tersebut tidak menjadikan hadisnya terkenal sebagaimana jenis lainnya.

5.

Klasifikasi dari segi kualitas

a. Hadis Shahih Menurut bahasa, sahih berarti sehat, bersih dari cacat, sah, atau benar, sehingga hadist sahih menurut bahasa berarti hadist yang bersih dari cacat, atau hadist yang benar berasal dari Rasulullah SAW. Hadis shahih adalah hadis yang sanadnya bersambung proses periwayatan oleh orang yang adil, dan kuat daya ingatnya dari orang yang serupa sifatnya serta terbebas dari keganjilan dan cacat) b. Hadis Hasan Menurut bahasa berarti hadist yang baik. Para ulama menjelaskan bahwa hadist hasan tidak mengandung illat dan tidak mengandung kejanggalan. Kekurangan hadist hasan dari hadist sahih adalah pada keadaan rawi yang kurang dhabith, yakni kurang kuat hafalannya. Semua syarat hadist sahih dapat dipenuhi dhabithnya rawi (cermatnya rawi). Menurut istilah hadis hasan adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, sanadnya bersambung, tidak mengandung ilat, dan tidak janggal, namun rawinya kurang dhabit (kurang baik tingkat hapalannya). Hadis hasan adalah hadis yang bersambung sanadnya dan diriwayatkan oleh orang yang kurang sempurna kredilitasnya. Hadis hasan adalah hadis yang memenuhi semua syarat-syarat hadis shahih, hanya saja seluruh atau sebagian perawinya kurang dhabit. c. Hadis Dha’if Dha’if artinya “lemah”. Adapun yang disebut hadis dha’if adalah hadis yang kehilangan satu atau lebih syarat-syarat hadis shahih atau hadis hasan. Hadis dla’if adalah hadis yang tidak memiliki syarat sebagai hadis hasan karena hilangnya sebagian syarat). 6.

Gak tau

7.

Gak tau juga

8.

Maksud kalimat “latadho’u ajnihataha” dalam hadist diatas adalah … Jawab : Dan sesungguhnya para malaikat nescahya meletakkan (yakni, menghamparkan) sayap mereka, dan ridha (yakni, suka mereka) pada orang yang menuntut ilmu.

9.

Makna kalimat “litholibil ‘ilmi” dalam lanjutan hadist diatas… Jawab : Menuntut ilmu

10. Keutamaan orang berilmu Jawab : Allah SWT. telah menjelaskan keutamaan orang-orang yang berilmu dalam Islam melalui ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits sebagai sumber pokok ajaran Islam. Dan diantara keutamaan-keutamaan berilmu tersebut, berikut ada delapan keutamaan berilmu menurut Islam : 1. Orang berilmu akan dimudahkan jalan menuju surga Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW. bersabda : “Barang siapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka akan Allah mudahkan jalannya menuju surga.” (HR. Muslim) Maksud dari hadits tersebut adalah, orang-orang muslim yang berilmu akan dimudahkan oleh Allah dalam menuju surga dikarenakan dengan Ilmu orang muslim dapat beribadah dengan benar dan sesuai dasar hukum

Islam. Dari hadits tersebut dapat kita lihat, bahwa ilmu sangatlah penting bagi umat muslim dan memiliki manfaat dalam kehidupan dunia akhirat. 2. Orang berilmu akan memiliki pahala yang mengalir Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW. bersabda : “Jika seseorang meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya, kecuali tiga hal. Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan do’a anak yang sholeh atau sholehah.” (HR. Muslim) Maksud dari hadits tersebut adalah, ilmu yang mengandung kebaikan yang diajarkan oleh seseorang kepada orang lain, kelak ilmu itu akan memberikan pahala yang mengalir kepada orang yang mengajarkan ketika ia sudah meninggal dunia. 3. Orang yang paling takut kepada Allah SWT. adalah orang yang berilmu Dalam (QS. Fathir : 28), Allah berfirman : “Dan demikian pula diantara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya dan jenisnya. Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun.” Yang dimaksud ulama dalam ayat tersebut adalah mereka yang mengetahui dan mengakui kebesaran Allah dan kekuasaan-Nya. Dengan ilmu seseorang akan lebih memahami hakikat diciptakannya kehidupan ini dan dari pengetahuan tersebut seseorang akan melihat kuasa dan kebesaran Allah sebagai zat yang maha pencipta,, dan orang berilmu akan merasa takut karena dia memiliki pengetahuan akan kuasa dan kebesaran Allah SWT. 4. Allah SWT. akan mengangkat derajat orang yang berilmu Di dalam (QS. Al-Mujadilah[11] : 58), Allah SWT. berfirman : “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelismajelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.” Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa Allah telah menjanjikan akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu. Dan derajat orang yang berilmu akan terangkat, baik di hadapan Allah SWT. ataupun dimata manusia. 5. Orang yang berilmu adalah orang yang diberi kebaikan dan karunia oleh Allah Dalam (HR. Bukhari dan Muslim) dari Mu’awiyah, Rasulullah SAW. bersabda : “Barang siapa yang Allah kehendaki mendapatkan semua kebaikan, niscaya Allah akan memahamkan dia tentang ilmu agama.” Dan dalam (QS. Al-Baqarah[2] : 269), Allah SWT. berfirman : “Allah berikan Al-Hikmah (Ilmu pengetahuan, hukum, filsafat dan kearifan) kepada siapa saja yang dia kehendaki. Dan barang siapa yang di anugerahi Al-Hikmah itu, sungguh ia telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang berakallah yang dapat mengambil pelajaran(berdzikir) dari firman-firman Allah.” 6. Orang berilmu mewarisi kekayaan Nabi Dalam Shahihul Jam Al Albani dikatakan : “Ilmu adalah warisan para Nabi, dan para Nabi tidaklah mewariskan dirham ataupun emas, akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Barang siapa yang mengambilnya

maka

ia

telah

mengambil

bagian

yang

banyak.”

Maksudnya adalah, ilmu merupakan warisan Nabi dan barangsiapa yang mecari ilmu dan menjadi orang yang berilmu maka kita telah mewarisi apa yang para Nabi berikan. 7. Orang yang berilmu disejajarkan dengan para Malaikat Dalam (QS. Ali Imran : 18), Allah berfirman : “Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan (yangberhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu).” Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa kedudukan orang yang berilmu setara dengan para Malaikat yang bersaksi bahwa tiada Tuhan yang layakk disembah selain Allah SWT. 8. Orang yang berilmu berbeda dengan orang yang tidak berilmu Dalam (QS. Az-Zumar : 9), Allah berfirman : “Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada azab akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran. 11. Keutamaan dan kedudukan ulama sangat tinggi dalam Islam Jawab : 1. Ahlul ilmi adalah orang yang berkedudukan tinggi di dunia dan akhirat. 2. Ahlul ilmi adalah ahlul khasyyah (orang-orang yang takut) dan ahlut taqwa (orang yang bertakwa). 3. Ahlul ilmi adalah orang yang paling peduli terhadap umat. 4. Asingnya ahlul ilmi di kalangan umat merupakan alamat kebinasaan umat. 5. Ahlul ilmi adalah ahlul bashirah (orang yang memiliki ilmu yang mantap). 6. Ahlul ilmi adalah rujukan umat dan pembimbing mereka ke jalan yang benar. Ulama memiliki kedudukan disisi Allah subhanahu wata’ala. Banyak ayat al qur’an yang menjelaskan kedudukan para ulama, baik secara tegas atau secara tersirat. Diantaranya adalah firman Allah subhanahu wata’ala, Allah ta’ala berfirman, َّ َ‫ش ِهد‬ ُۚ ‫ْط‬ َ ِ ‫َّللاُ أَنَّهُ ََل إِ ٰلَهَ إِ ََّل ه َُو َو ْال َم ََلئِ َكةُ َوأُولُو ْال ِع ْل ِم قَائِ ًما بِ ْال ِقس‬ “Allah bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah, melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu) [QS. Ali Imran: 18]

Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata: “Di dalam ayat ini terdapat dalil tentang keutamaan ilmu, kemuliaan para ulama, dan keutamaan mereka. Karena kalau ada seorang yang lebih utama dari para ulama, tentu Allah akan menyertakan mereka dengan nama Nya dan nama para malaikat, sebagaimana Allah menyertakan nama para ulama” [Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an (4/41)] Jelas kan bagaimana para ulama punya kedudukan disisi Allah. Namun tentu ulama yang diinginkan disini adalah ulama rabbani yaitu ulama yang membimbing ummat dengan al qur’an dan sunnah Rasulullah.

Allah ta’ala berfirman, َ‫َاب َو ِب َما ُك ْنت ُ ْم تَد ُْرسُون‬ َ ‫َولَ ِك ْن ُكونُوا َربَّانِ ِيينَ ِب َما ُك ْنت ُ ْم تُ َع ِل ُمونَ ْال ِكت‬ “Akan tetapi hendaklah kamu menjadi ulama rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya” [QS. Ali Imran: 79] Kedudukan yang lain dari para ulama adalah apa yang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmdzi dari Abu Umamah al Bahiliy’ bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ‫علَى أ َدْنَا ُك ْم‬ ْ َ‫ض ُل ال َعا ِل ِم َعلَى ال َعا ِب ِد َكف‬ ْ َ‫ف‬ َ ‫ض ِلي‬ “Keutamaan Ulama atas Ahli ibadah seperti keutamaanku atas orang yang paling rendah keutamanya diantara kalian (wahai sahabatku)” Jelas ini adalah kedudukan yang tinggi yang Nabi sematkan kepada para ulama. Maka kewajiban kita adalah menghormati dan menghargai ulama. 12. Hadist tentang kewajiban belajar dan mengajar Jawab : َ )‫ْضةٌ َعلَى ُك ِل ُم ْس ِل ٍم َو ُم ْس ِل َم ٍة )رواه إبن عبد البر‬ ِ ‫طلَبُ اْل ِع ْل َم فَ ِري‬ Artinya : Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi muslimin dan muslimat”(HR. Ibnu Abdil Bari) ْ ُ‫أ‬ (‫طلُبُ ْال ِع ْل َم ِمنَ ْال َمحْ ِد إِلَى اللَّ ْهد)رواه مسلم‬ Artinya:“Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat”(HR. Muslim). )‫كل مولود يولد على الفطرة فأبوه يهودا نه او ينصرانه واويمجسانه (رواه مسلم‬ Artinya:“Setiap bayi itu lahir atas kesucian, maka kedua orangtuanya lah yang akan menjadikannya yahudi, nasrani, atau majusi”. (H.R. Muslim). ‫ عليكم بالئلم قبل ان يرفع ور فعه موت رءاته فوالذي نفس بيده ليعدن رجا ل قتلوا في سبيل هللا شهداء انتبشهم هللا‬: ‫وقال ابن مسعود رضي هللا عنه‬ )‫ (رواه الترمذ‬.‫علماء لما يرون من كرا مثهم فان احدا لم يعلد عا لما وانما الئلم باالتعلم‬ Artinya:“Ibnu Mas’ud RA berkata: kalian mesti berilmu (menguasai ilmu) sebelum mati menjemput. Maka demi “dzat” yang menguasai diri yang menyayangi seseorang yang meninggal di jalan Allah dengan mati syahid. Sesungguhnya Allah akan membangkitkannya (ulama) karena kemuliaannya. Sesungguhnya seorang dilahirkan tanpa ilmu dan ilmu bisa di dapat melalui dipelajari”. (H.R. Tirmidzi) )‫ من خرج فى طلب العلم فهو فى سبيل هللا حتى ير جع (رواه الترمذي‬،‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬:‫وعن انس رضي هللا عنه قال‬ Artinya: “Dari Anas RA ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa yang keluar dengan tujuan menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah hingga sampai pulang”. (H.R. Tirmidzi). ‫ ان المَل ئكة‬،‫ فان طلب العلم فريضة على كل مسلم‬،‫ اطلب العلم ولو باالصين‬:‫عن انس بن مالك رضي هللا عنه ان النبي صلى هللا عليه وسلم قال‬ )‫تضع اجنتها الطا لب العلم رضا بما يطلب (رواه ابن عبد البر‬ Artinya: “Dari Anas bin Malik RA sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: carilah ilmu meskipun di negeri Cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu adalah fardu / wajib bagi setiap muslim, sesungguhnya malaikat meletakkan sayap-sayapnya bagi orang yang menuntut ilmu karena rela terhadap apa yang ia tuntut”. (H.R. Ibnu Abdil Bar)

)‫ق‬ ً ‫َام‬ ِ ‫ ُك ْن َعا ِل ًما ا َ ْو ُمت َ َع ِل ًما اَ ْو ُم ْست َِمعًا اَ ْو ُم ِحبًا َو ََل تَ ُك ْن خ‬:‫سلَّم‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ َ‫سا فَت ُ ْهلِك‬ َ ‫ي‬ ِ ‫(ر َواهُ ْالبَ ْي َه‬ ُّ ‫قَا َل النَّ ِب‬ Telah bersabda Rasulullah SAW :”Jadilah engkau orang yang berilmu (pandai) atau orang yang belajar, atau orang yang mendengarkan ilmu atau yang mencintai ilmu. Dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka” (H.R Baehaqi). َّ ‫(ر َواُه ال‬ )‫ى‬ ُ ‫قَا َل َر‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫ ََل يَتْبَغِ ِل ْل َجا ِه ِل اَ ْن يَ ْس ُكنَ َعلَى َج ْه ِل ِه َو ََل ِل ْل َعا ِل ِم ا َ ْن يَ ْس ُكنَ َعلَى ِع ْل ِم ِه‬: ‫سلَّ َم‬ َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ ُّ ِ‫طب َْران‬ Rasulullah SAW bersabda: “Tidak pantas bagi orang yang bodoh itu mendiamkan kebodohannya dan tidak pantas pula orang yang berilmu mendiamkan ilmunya” (H.R Ath-Thabrani). (‫ْاﻵخ َرةِ فَعَلَ ْي ِه بِا ْل ِع ْل ِم َو َم ْن أ َ َرادَ ُه َما فَعَلَ ْي ِه بِاْل ِع ْل ِم )رواه الطبراني‬ ِ َ‫َم ْن أ َ َرادَ الدُّ ْنيَا فَعَلَ ْي ِه بِاْل ِع ْل ِم َو َم ْن أ َ َراد‬ Artinya: “Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia, mak ia harus memiliki ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kehidupan akhirat maka itupun harus dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya maka itupun harus dengan ilmu” (HR. Thabrani).

Dalam sunan Al-Tirmizi disebutkan sebagai berikut: َ ‫ضا ًء ِل‬ َ ‫َّللاُ بِ ِه‬ َ َ‫سلَك‬ َّ َ‫سلَك‬ ‫ت‬ ِ ‫س َم َوا‬ َّ ‫ب ْال ِع ْل ِم َوإِ َّن ْالعَا ِل َم لَيَ ْستَ ْغ ِف ُر لَهُ َم ْن فِي ال‬ ِ ‫طا ِل‬ َ ‫ض ُع أَجْ نِ َحت َ َها ِر‬ َ َ ‫ط ِريقًا إِلَى ْال َجنَّ ِة َوإِ َّن ْال َم ََلئِ َكةَ لَت‬ َ ‫ط ِريقًا يَ ْبت َ ِغي فِي ِه ِع ْل ًما‬ َ ‫ َم ْن‬... ‫اء إِ َّن ْاْل َ ْن ِبيَا َء لَ ْم ي َُو ِرثُوا‬ ْ َ‫ض ُل ْالعَا ِل ِم َعلَى ْالعَابِ ِد َكف‬ ْ َ‫اء َوف‬ ِ َ‫ب إِ َّن ْالعُلَ َما َء َو َرثَةُ ْاْل َ ْنبِي‬ ِ ‫ض َحتَّى ْال ِحيت َانُ ِفي ْال َم‬ ِ ‫َو َم ْن فِي ْاْل َ ْر‬ ِ ‫سائِ ِر ْالك ََوا ِك‬ َ ‫ض ِل ْالقَ َم ِر َعلَى‬ ‫َارا َو ََل د ِْر َه ًما ِإنَّ َما َو َّرثُوا ْال ِع ْل َم فَ َم ْن أَ َخذَ ِب ِه أ َ َخذَ ِب َح ٍظ َوا ِف ٍر‬ ً ‫دِين‬ Artinya:...'Siapa saja yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka Allah akan membuka jalan baginya menuju surga. Sesungguhnya para malaikat akan membentangkan sayapnya karena keridhaan mereka terhadap orang yang menuntut ilmu. Sesugguhnya orang yang alim akan dimintakan ampunan baginya oleh makhluk yang ada di langit dan di bumi, hingga ikan paus yang ada di lautan. Keistimewaan orang yang berilmu atas orang yang ahli ibadah seperti keistimewaan bulan atas semua bintang. Sesungguhnya ulama itu adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak pernah mewariskan dinar ataupun dirham, akan tetapi mereka hanya mewariskan ilmu. Siapa saja yang mengambil ilmu itu, maka sesungguhnya dia telah mengambil bagian yang banyak .(H.R. tirmizy No. 2682). “Berjalan menuntut ilmu” mempunyai dua makna: Pertama : Menempuh jalan dengan artian yang sebenarnya, yaitu berjalan kaki menuju majelis-majelis para ulama. Kedua: Menempuh jalan (cara) yang mengantarkan seseorang untuk mendapatkan ilmu seperti menghafal, belajar (sungguh-sungguh), membaca, menela’ah kitabkitab (para ulama), menulis, dan berusaha untuk memahami (apa-apa yang dipelajari). Dan cara-cara lain yang dapat mengantarkan seseorang untuk mendapatkan ilmu syar’i. ْ ُ ‫ ا‬: ‫سلَّ َم‬ َ ‫االصي ِْن فَا َِّن‬ ‫ضةٌ َعلَى ُك ِل ُم ْس ِل ٍم َو ُم ْس ِل َم ٍة ا َِّن‬ ُ ‫ قَا َل َر‬: ‫ي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬ ٍ ‫َع ْن اِب ِْن َعب‬ َ ‫ب ْال ِع ْل َم فَ ِر ْي‬ َ َ‫طل‬ ِ ِ‫طلُبُ ْال ِعلُ َم َولَ ْو ب‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ِ ‫َّاس َر‬ َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ َ ‫ض‬ ْ َ‫ضاعًا بِ َما ي‬ َ ‫ض ُع اَجْ نِ َحتِ َها ِل‬ ) ‫طلُبُ ( َر َواهُ اِب ِْن َع ْب ِد ْالبَ ِر‬ ٍ ‫طا ِل‬ َ ‫ب ِر‬ َ َ ‫ْال َم ََلئِ َكةَ ت‬ Dari Ibnu Abbas R.A Ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Carilah ilmu sekalipun di negeri Cina, karena sesungguhnya mencari ilmu itu wajib bagi seorang muslim laki-laki dan perempuan. Dan sesungguhnya para malaikat menaungkan sayapnya kepada orang yang menuntut ilmu karena ridho terhadap amal perbuatannya”. (H.R Ibnu Abdul Barr). 13. Hadist tentang konsep pendidik dan peserta didik

Jawab : A.

Keutamaan pendidik

1)

Terbebas dari Kutukan Allah ٌ ُ‫إن الد ْنيا َ َم ْلعُونَةٌ َم ْلع‬ َّ َ‫سلَّ َم يَقُو ُل أﻵ‬ َّ ‫ون ما َ فِيها َ إِﻵَّ ِذ ْك ُر‬ َّ ‫صلَّي‬ َّ ‫سو َل‬ ‫َّللا َوما َ َواﻵَهُ َوعا َ ِل ٌم أَ ْو ُمتَعَ ِل ٌم‬ ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬ َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫َع ْن أَبي ِ ه َُري َْرةَ يَقُو ُل‬ َ ِ‫َّللا‬ Abu hurairah meriwayatkan bahwa ia mendengar Rasullah bersabda, “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya dunia dan segala isinya terkutuk, kecuali dzikir kepada Allah dan apa yang terlibat didialamnya, orang yang tahu (guru) atau orang yang belaja.” (HR. At-Tirmidzi) Dalam hadis ini ditegaskan bahwa orang yag tahu (guru atau pendidik) adalah orang yang selamat dari kutukan Allah. Ini merupakan keutamaan yang sangat berharga. Dari hadis ini dapat dipahami bahwa tidak semua yang berpredikat guru, dijamin Rasulullah selamat dari kutukan. Guru yang beliau maksudkan adalah guru yang berilmu, mengamalkan ilmunya, dan mengajarkannya dengan ikhlas untuk mendapat keridhaan Allah. 2)

Didoakan oleh Penduduk Bumi

Berkaitan dengan hal ini, terdapat hadis berikut. َّ ‫صلَّى‬ َّ ‫صلَّى‬ َّ ‫سو ِل‬ ‫سلَّ َم‬ ُ ‫سلَّ َم َر ُجَلَ ِن أَ َحدُ ُه َما َعا ِبد ٌ َواَلَخ َُر َعا ِل ٌم فَقَا َل َر‬ ُ ‫َع ْن أ َ ِبي أ ُ َما َمةَ ْال َبا ِه ِلي ِ قَا َل ذ ُ ِك َر ِل َر‬ َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫سو ُل اللَّ ِه‬ َ ِ‫َّللا‬ ْ َ‫ع َلى ا ْلعَابِ ُِد َكف‬ ْ َ‫ف‬ ‫ت َو ْاْل َ َر ِضينَُ حَتى ال‬ ُِ ‫سل َُم إِنُ الله ََو َمالَئِ َكتَهُ َوأَ ْه َُل الس َم َوا‬ َ ُ‫ّللاِ صَلى ّللا‬ ُ ُ‫علَى أ َ ْدنَاك ُْم ثمُ َقا َُل َرسول‬ َ ‫ض ِلي‬ َ ‫ضلُ ا ْلعَا ِل ُِم‬ َ ‫علَ ْي ُِه َو‬ ‫رواه الترمذى‬.‫اس ا ْل َخي َُْر‬ ُ ِ ‫ع َلى معَ ِل ُِم الن‬ َ َُ‫صلُّون‬ َ ‫ن ْملَ ُةَ فِي جحْ ِر َها َوحَتى ا ْلحوتَُ لَي‬ Artinya: “Abu Umamah alBahiliy berkata:diceritakan kepada Rasulullah saw. dua orang lakilaki, yang satu 'abid (orang yang banyak beribadah) dan yang satu lagi 'alim (orang yang banyak ilmu). Maka Rasulullah saw. bersabda: ke lebihan seorang alim daripada orang yang beribadah adalahbagaikan kelebihanku daripada seorang kamu yang paling rendah. Kemudian Rasulullah saw. berkata (lagi): Sesungguhnya Allah, malaikatNya, penduduk langit d an bumi sampai semut yang berada dalam sarangnya serta ikan berselawat (memohon rahmat) untuk orang yan g mengajarkan kebaikan kepada manusia (pendidik, guru).”(HR. At-Tirmidzi) Informasi dalam hadis diatas mencakup bahwa Allah memberikan rahmat dan berkah kepada guru. Selain itu, malaikat juga penduduk langit dan bumi termasuk semut yang berada dalam sarang ikan yang berada dalam laut mendoakan kebaikan untuk guru yang mengajar orang lain. Ini semua adalah keutamaan yang diberikan olehNya kepada guru. 3)

Mendapat Pahala yang Berkelanjutan

Sehubungan dengan keutamaan ini ditemukan hadis sebagai berikut: َ َ‫سانُ ا ْنق‬ َّ ‫صلَّى‬ َّ ‫سو َل‬ ‫اريَ ٍة َو ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع ِب ِه َو َولَ ٍد‬ ُ ‫َع ْن أ َ ِبي ه َُري َْرة َ أ َ َّن َر‬ َ ‫سلَّ َم قَا َل ِإذَا َماتَ ا َِل ْن‬ َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫ط َع َع َملُهُ ِإَلَّ ِم ْن ثََلَث َ ٍة ِم ْن‬ َ ِ‫َّللا‬ ِ ‫صدَقَ ٍة َج‬ ‫رواه مسلم وأحمد النسائي والترمذى والبيهقى‬. ُ‫صا ِلحٍ َيدْعُو لَه‬ َ Artinya: “Abu Hurairah meriwatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Apabila manusia telah meninggal dunia terputusl ah amalannya kecuali tiga hal, yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakanny a”. (HR.Muslim, Ahmad, An-Nasa’i, At-Tirmidzi, dan Al-Baihaqi) Dalam hadis diatas terdapat informasi bahwa ada tiga hal yang selalu diberi pahala oleh Allah pada seseorang, kendatipun ia sudah meninggal dunia. Tiga hal tersebut, yaitu (a) sedekah jariah (wakaf yang lma kegunaanya), (b) ilmu yang bermanfaat, dan (c) doa yang dimohonkan oleh anak yang sholeh untuk orang tuanya. Sehubungan dengan pembahasan ini adalah ilmu yang bermanfaat. Artinya ilmu yang diajarkan oleh seseorang (alim atau

guru) kepada orang lain dan tulisan (karangan) yang dimanfaatkan orang lain. Pahala yang berkelanjutan merupakan salah satu keutamaan yang akan diperoleh oleh pendidik (guru). Keutamaan ini diberikan kepada guru karena ia sudah memberikan sesuatu yang sangat vital dalam kehidupan manusia. Al-Ghazali mengemukakan bahwa Hasan Al-Bashri berkata, “Kalau sekiranya orang-orang berilmu tidak ada, niscaya manusia akan bodoh seperti hewan. Karena hanya dengan mengajar, para ulama dapat menaikkan orang banyak dari tingkat kehewanan ke tingkat kemanusiaan.

B.

Keutamaan Peserta Didik

1)

Terhindar dari Kutukan Allah

Sehubung dengan keutamaan peserta didik, ditemukan beberapa hadits sebagai berikut. ٌ ُ‫َّللاِ ِذ ْك ُر ِإَلَّ فِي َها َما َم ْلع‬ َّ ‫صلَّى‬ َّ ‫سلَّ َم َعلَ ْي ِه‬ َّ ‫ ُمت َ َع ِل ٌم أ َ ْو َو َعا ِل ٌم َواَلَهُ َو َما‬. ‫رواه‬ ‫س ِم ْعتُ يَقُو ُل ه َُري َْرةَ أبى عن‬ ُ ‫َّللاِ َر‬ َ ‫سو َل‬ َ ‫ون َم ْلعُونَةٌ الدُّ ْنيَا ِإ َّن أََلَ يَقُو ُل َو‬ َ ُ‫َّللا‬ ‫الترمذى‬ Dari Abu Hurairah, ia berkata:Saya mendengar Rasulullah saw. Bersabda: Sesungguhnnya dunia dan isinya terkutuk, kecuali zikrullah dan hal-hal terkait dengannya, alim (guru), dan peserta didik. 2)

Menempati Posisi Terbaik َّ ‫صلَّى‬ َّ ‫سو ُل‬ ‫سائِ ِر النَّا‬ ُ ‫َع ْن أَبِي أ ُ َما َمةَ قَا َل قَا َل َر‬ َ ‫َان فِي اَلَجْ ِر َوَلَ َخي َْر فِي‬ َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫َّللا‬ ِ ‫سلَّ َم َعلَ ْي ُك ْم بِ َهذَا ْال ِع ْل ِم … ْالعَا ِل ُم َو ْال ُمتَعَ ِل ُم ش َِريك‬ ‫رواه الطبرانى‬. ‫ِس‬

Dari Abi Umamah, ia berkata: Rasulullah saw. Bersabda hendaklah kamu ambil ilmu ini. ... Orang alim (pendidik) dan muta'allim (peserta didik) berserikat dalam pahala dan tidak ada manusia yang lebih baik daripadanya.(HR.Ath-Tabrani) Terdapat juga dalam hadis lain, yaitu: َّ ‫صلَّى‬ ُ ‫علَّ َمه‬ ُ ‫َع ْن‬ َ ‫ضلَ ُك ْم َم ْن تَعَلَّ َم ْالقُ ْرآنَ َو‬ َ ‫سلَّ َم ِإ َّن أ َ ْف‬ َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫ي‬ ُّ ‫عثْ َمانَ ب ِْن َعفَّانَ قَا َل قَا َل النَّ ِب‬ (‫)رواه البخارى‬ Usman ibn Affan berkata, Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya orang yang paling utama di antara kamu adalah orang yang mempelajari Alquran dan mengajarkannya.(HR.AlBukhari) َّ ‫صلَّى‬ َّ ‫سلَّ ْم َعلَ ْي ِه‬ َّ ‫ِجئْتُ ِإنِي‬ ‫ص ْف َوانُ عن‬ ٌ ‫ ب ُْر ٍد َعلَى ْال َمس ِْج ِد فِي ُمت َّ ِك‬،ُ‫لَهُ فَقُ ْلتُ لَه‬: ‫سو َل يَا‬ ُ ‫َّللاِ َر‬ ُ ‫ َر‬،ِ‫َّللا‬ َ ‫ئ َوه َُو َو‬ َ ‫ َعسَّا ٍل بن‬،‫ي‬ َ ُ‫َّللا‬ ُّ ‫قَا َل ْال ُم َرا ِد‬: ُ‫سو َل أَتَيْت‬ ْ َ‫ أ‬،‫فَقَا َل ْال ِع ْل َم‬:"‫ب َم ْر َحبًا‬ َ ‫ َوت ُ ِظلُّهُ ْال َمَلئِ َكةُ لَتَ ُحفُّهُ ْال ِع ْل ِم‬،‫ضهُ َي ْر َكبُ ث ُ َّم ِبأَجْ نِ َح ِت َها‬ ُ‫طلُب‬ ُ ‫س َما َء َي ْبلُغُوا َحتَّى َب ْعضًا َب ْع‬ َّ ‫ِل َما ُح ِب ِه ْم ِم ْن الدُّ ْن َيا ال‬ ِ ‫ بطال‬،‫طالِبُ ْال ِع ْل ِم‬ ْ ‫ت َْطلُبُ ؟ ِجئْتَ فَ َما َي‬. ‫الطبرانى رواه‬ ، ُ‫طلُب‬ Shafwan ibn 'Assal al-Muradiy berkata, Saya datang kepada Rasulullah saw., waktu itu, ia sedang berada di masjid. Saya berkata kepadanya: Ya Rasulullah! Saya datang untuk menuntut ilmu. Beliau berkata: Selamat datang penuntut ilmu. Penuntut ilmu dihargai dan dis anjung oleh malaikat dan dilindunginya dengan sayapnya. Kemudian mereka berlomba-lomba untuk mencapai langit dunia karena senang kepada apa yang ia tuntut. Maka kapan kamu belajar?(HR. Ath – Tabrani) Sambutan hangat yang diberikan oleh Rasulullah kepada Shafwan bin Assal menunjukkan betapa beliau menghargai peserta didiknya. Beliau memberikan sambutan yang hangat, sanjungan, serta motivasi yang menarik.

14. Hadist tentang tujuan pendidikan Islam Jawab : Dibawah ini beberapa hadis yang menerangkan tentang tujuan pendidikan: 1.

Mencari ridho Allah SWT َ‫ َم ْن تَعَلَّ َم ِع ْل ًما ِم َّما يُ ْبتَغَى بِ ِه َوجْ هُ هللاِ َع َّز َو َج َّل َل‬: ‫سلَّ َم‬ ُ ‫قا َ َل َر‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ ،‫ ِر ْي َح َها‬: ‫ يَ ْعنِي‬،‫ف ْال َجنَّ ِة يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة‬ َ ‫ُصي‬ ِ ‫يَتَعَلَّ ُمهُ اَِلَّ ِلي‬ َ ‫ْب بِ ِه عرضا ً ِمنَ الدُّ ْنيَا لَ ْم يَ ِج ِد َع ْر‬ .) ٍ‫ص ِحيْح‬ َ ‫( َر َواهُ أَب ُْو دَ ُاودَ ِبإ ِ ْسنَا ٍد‬

Artinya : Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata Rasulullah SAW bersabda : “ Barang siapa yang mempelajari ilmu pengetahuan yang semistinya bertujuan untuk mencari ridho Allah ‘Azza wa Jalla. Kemudian ia mempelajarinya dengan tujuan hanya untuk mendapatkan kedudukan / kekayaan duniawi, maka ia tidak akan mendapatkan baunya syurga kelak pada hari kiamat.” (HR. Abu Daud) Sanad Hadist ini Shohih 2.

Agar menjadi orang yang memiliki ilmu pengetahuan َُ‫ساُفَت ْه ِلك‬ ِ ‫اُو ََلُتَك ْنُ َخ‬ ْ ‫ُك ْنُعَا ِل ًماُاَوُمتَعَ ِل ًماُاَوُم‬:‫قَالَُالنبِ ُّيُصلىُهللاُعليهُوسلم‬ ً ‫ام‬ َ ًّ‫ست َ ِمعًاُاَوُم ِحب‬ )‫(رواهُالبيهقي‬

Artinya : Rasulullah saw bersabda “ jadilah engkau orang yang berilmu (pandai) atau orang yang belajar, atau orang yang mendengarkan ilmu atau yang mencintai ilmu. Dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima, maka kamu akan celaka,”. (HR.Baihaqi) 3.

Agar bahagia dunia dan akhirat ْ ‫ُو َم ْنُا َ َراد‬ )‫ُو َم ْنُا َ َرادَه َماُفَعَلَ ْي ِهُبِا ْل ِع ْل ِمُ(رواهُالبخارىُوُمسلم‬ َ ‫َُاَلَ ِخ َرةَُفَعَلَ ْي ِهُبِا ْل ِع ْل ِم‬ َ ‫َم ْنُا َ َرادَُال ُّد ْنيَاُفَ َعلَ ْي ِهُبِال ِع ْل ِم‬

Artinya; Barangsiapa yang menghendaki kebaikan didunia maka dengan ilmu, barangsiapa yang menghendaki kebahagiaan di akhirat maka dengan ilmu, barangsiapa yang menghendaki keduanya maka dengan ilmu. (HR.Bukhori-muslim) 15. Hadis tentang pengaruh lingkungan dalam pendidikan Jawab : 1. Pengaruh Lingkungan Keluarga Orang tua adalah orang yang paling berpeluang mempengaruhi peserta didik. Hal itu dimungkinkan karena merekalah yang paling awal bergaul dengan anaknya, paling dekat dalam berkomunikasi, dan paling banyak menyediakan waktu untuk anak terutama ketika ia masih kecil. Tidak sulit dipahami bila orang tua memiliki pengaruh yang besar dalam perkembangan anaknya. Peluang besar mempengaruhi anak seperti di atas perlu dimanfaatkan oleh setiap orang tua secara maksimal. Ia harus menciptakan kondisi yang kondusif agar semua potensi anak dapat berkembang optimal. Bila orang tua tidak mendidik anaknya atau melaksanakan pendidikan anak tidak dengan sungguh-sungguh, maka akibatnya anak tidak akan berkembang sesuai dengan harapan. Bahkan, potensi anak yang paling asasi (fitrah diniyah) dapat bergeser. Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah saw. dalam hadisnya: ْ ‫َص َرانِ ِه أَ ْو يُ َه ِودَانِ ِه فَأ َ َب َواهُ ْال ِف‬ ‫ط َر ِة َعلَى يُولَدُ َم ْولُو ٍد ُك ُّل‬ ِ ‫سانِ ِه أَ ْو يُن‬ َ ‫ ْال َب ِه ْي َمةَ ت ُ ْنت َ ُج ْال َب ِه ْي َم ِة َك َمث َ ِل يُ َم ِج‬، ‫َجدْ َعا َء فِ ْي َها ت ََرى ه َْل‬ Setiap anak dilahirkan menurut fitrah (potensi beragama Islam). Selanjutnya, kedua orang tuanyalah yang membelokkannya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi bagaikan binatang melahirkan binatang, apakah kamu melihat kekurangan padanya? (HR Bukhari dari Abu Hurairah).

Kata-kata abawāh yang berarti kedua orang tua dalam hadis di atas tidak berarti menafikan pengaruh pihak lain. Dalam kenyataannya, masih banyak komponen lingkungan yang dapat mempengaruhinya. Disebut kedua orang tua untuk mewakili lingkungan dapat dipahami karena dominasi peran dan pengaruh orang tua terhadap perkembangan anak. Kata yuhawwidānih dalam hadis di atas berarti kedua orang tua mengajar dan menggiringnya menjadi orang Yahudi. Kata-kata “yunaşşirānih” berarti bahwa kedua orang tua pula yang mengajar dan menggiring anak menjadi Nasrani (Al-Asqalani, 1993: 619). Dengan demikian, terlihatlah betapa pentingnya peran keluarga atau orang tua dalam perkembangan anak. Orang tua harus melaksanakan proses pendidikan terhadap anak-anak dan begitu juga anggota keluarga yang lain. Pendidikan yang dilaksanakan harus sesuai dengan tuntunan ajaran Islam, yang disebut pendidikan Islam. Menurut Al-Djamaly, “Pendidikan Islam adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan yang mengangkat derajat kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar) (Al-Jamaly, 1996: 17). Selain orang tua, anggota keluarga yang tinggal setempat dengan seseorang juga mempunyai pengaruh yang besar. Mereka itu adalah suami/istri, saudara, nenek, kakek, paman, dan bibi. Besar atau kecilnya pengaruh masing-masing tergantung kepada kadar komunikasi dan kualitas pengaruh yang diberikan kepada peserta didik. 2. Pengaruh Teman Teman sangat berarti bagi setiap manusia. Dari anak-anak sampai orangtua, baik kali-laki maupun perempuan, baik yang kaya maupun yang miskin, baik orang-orang baik maupun orang-orang yang tidak baik, semuanya membutuhkan teman. Rasanya, kebahagiaan ini tidak lengkap bila tidak memiliki teman. Buktinya, ketika gembira, orang membutuhkan teman dan pada waktu sedih, orang juga membutuhkan sahabat. Teman itu bervariasi. Kadang-kadang, teman membawa berkah, rezeki, dan kebahagiaan. Akan tetapi, perlu juga hati-hati karena banyak juga orang yang rusak bahkan sengsara karena teman. Dengan demikian, teman itu ada yang baik dan ada pula yang jelek. Teman yang baik inilah yang diidam-idamkan karena ia mendatangkan kebaikan. Sebaliknya, teman yang jelek perlu dihindari karena sering membawa malapetaka. Teman sangat berpengaruh dalam kehidupan seseorang. Ada orang yang jelek berubah menjadi baik setelah berteman dengan orang baik. Sebaliknya, tidak sedikit pula orang yang pada awalnya baik, tetapi kemudian berubah menjadi jelek setelah bergaul dengan teman yang jelek. Ada orang tua yang telah berusaha membimbing anak di rumah dengan sebaik-baiknya, tetapi anak terpengaruh oleh temannya yang berperilaku jelek sehingga ia mempertunjukkan perilaku jelek di depan orang tua. Jangan kaget. Teman dapat mewarnai, bahkan dapat mengubah agama seorang anak. Hal itu telah diperingatkan oleh Rasulullah saw. : ‫يس َمثَ ُل‬ ِ ‫ص‬ ِ ‫ ْال ِمس‬، ‫ير‬ ِ ‫ص‬ ِ ‫ ت َ ْشت َِري ِه ِإ َّما ْال ِمس‬، ‫ ِري َحهُ ت َِجد ُ أ َ ْو‬، ‫ير‬ َّ ‫يس ال‬ ُ ‫ْال َحدَّا ِد َو ِك‬ ِ ‫صا ِلحِ ْال َج ِل‬ ِ ‫ب َك َمث َ ِل الس َّْو ِء َو ْال َج ِل‬ ِ ‫اح‬ ِ ‫اح‬ َ ‫ْك‬ َ ‫ْك‬ ِ ‫ ْال َحدَّا ِد َو ِك‬، َ‫ب ِم ْن َي ْعدَ ُمكَ َل‬ ‫ َخ ِبيثَةً ِري ًحا ِم ْنهُ ت َِجدُ أَ ْو ثَ ْو َبكَ أَ ْو َبدَنَكَ يُحْ ِر ُق‬. Perumpamaan teman yang baik dan teman yang jelek bagaikan pemilik minyak wangi dan tukang besi. Terhadap pemilik minyak wangi, kamu dapat menikmati minyak wangi dengan cara membeli kepadanya atau minimal mencium aromanya yang bagus. Sedangkan terhadap tukang besi, mungkin badan atau pakaianmu terbakar atau kamu mencium bau yang tidak sedap. (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Musa). ُ ‫ يُخَا ِل ُل َم ْن أَ َحدُ ُك ْم فَ ْل َي ْن‬. ‫الر ُج ُل‬ َّ ‫علَى‬ َ ‫ِين‬ ِ ‫ظ ْر َخ ِلي ِل ِه د‬ Seseorang itu mengikuti agama temannya. Oleh sebab itu, kamu harus hati-hati terhadap temanmu (HR Tirmizi dan Abu Daud dari Abu Hurairah). 3. Pengaruh Syetan

Dalam Alquran dikemukakan bahwa setan telah banyak menghancurkan kehidupan manusia, mulai dari manusia pertama sampai sekarang, bahkan sampai manusia di akhir zaman. Paling tidak terdapat 113 kata yang berarti setan dalam Alquran di antaranya adalah: 1. Menggoda Adam dan Hawa sehingga keduanya dikeluarkan dari sorga (QS Al-Baqarah/2: 36). 2. Musuh yang nyata bagi manusia (Al-Baqarah/2: 168). 3. Menyuruh manusia berbuat jahat dan keji (Al-Baqarah/2: 169) 4. Mengeluarkan manusia dari cahaya kepada kegelapan (Al-Baqarah/2: 257) 5. Menakut-nakuti manusia …. Ali Imran/3: 175). 6. Menyesatkan manusia sejauh-jauhnya (An-Nisak/: 60). 7. Mendorong manusia agar bermusuh-musuhan (Al-Maidah/: 91) 8. Membisikkan pikiran jahat kepada manusia (Al-A’raf/: 20) 9. Menipu manusia (Al-A’raf/: 27) Dalam hadis juga ditemukan penjelasan tentang tipu daya setan terhadap manusia. Di antaranya dalam hadis qudsi berikut ini: َّ ‫ت ِدي ِن ِه ْم َع ْن فَاجْ تَالَتْ ُه ْم ال‬ ْ ‫… ِبى يُ ْش ِر ُكوا أ َ ْن َوأ َ َم َرتْ ُه ْم لَ ُه ْم أَحْ َل ْلتُ َما َعلَ ْي ِه ْم َو َح َّر َم‬ …‫اطينُ أَتَتْ ُه ُم َو ِإنَّ ُه ْم ُكلَّ ُه ْم ُحنَفَا َء ِع َبادِى َخلَ ْقتُ َو ِإ ِنى‬ ِ ‫ش َي‬ … Aku telah menciptakan hamba-Ku menjadi orang yang lurus semuanya. Akan tetapi syetan memalingkan mereka dari agamanya, mengharamkan apa yang Aku halalkan dan menyuruh mereka mempersyerikatkan-Ku…( HR Muslim, Ahmad, Nasa’i dari ‘Iyad). Agar terpelihara dari gangguan setan, manusia diperintahkan agar selalu mendekatkan diri dan memohon pertolongan Allah (Al-A’raf/: 200, Al-Falaq/113: 1- 5, An-Nas/114: 1- 6). D. Fiqh 1.

Definisi ilmu fiqh menurut perspektif ulama fiqh Jawab : Fiqih berasal dari bahasa Arab dalam bentuk masdar fiilnya (kata kerjanya) ‫فقه يفقه فقها‬yang berarti faham atau mengerti. Dari sinilah ditarik perkataan fiqih yang memberi pengertian kepahaman dalam hukum syari’at. Menurut M. Hasbi Assidieqy, Abu Hamid al-Ghazali fiqih adalah : ‫الفقه هوا لفهم والعلم‬Fiqih itu bermakna faham dan ilmu. Sedangkan menurut Zarkasi Abdul Salam, fiqih adalah: Artinya : “Pemahaman yang mendalam lagi tuntas yang dapat menunjukkan tujuan dari perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan”.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fiqih menurut bahasa dapat diartikan sebagai pemahaman, pengertian

dan

pengetahuan

terhadap

sesuatu

secara

mendalam.

Menurut istilah menurut J. Suyuthi Pulungan, fiqih adalah pengetahuan tentang hukum-hukum yang sesuai dengan syara’ mengenai amal perbuatan yang diperoleh dari dalil-dalil yang tafshili (terinci) yakni dalil-dalil dalam hukum khusus yang diambil dari dasar-dasarnya al-Qur’an dan Sunnah.

Definisi fiqih mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zamannya. Fiqih pada masa Rosul dan shahabat (abad 1 Hijriyah) mempunyai arti yang sangat luas karena mencakup beberapa aspek yakni aqidah,

muamalah, dan akhlak. Hal ini hanya bisa diketahui oleh orang yang mempunyai ilmu agama yang mendalam. Sebagaimana hadis Nabi Artinya : “Dari Muawiyah RA berkata, Rosulullah telah bersabda “Barang siapa yang dikehendaki Allah akan diberikan kebaikan dan keutamaan, niscaya diberikan kepadanya faham yang mendalam dalam agama”.(HR. Bukhari

Muslim).

Pada abad dua hijriyah telah lahir para pemuka-pemuka mujtahid yang mendirikan madzhab-madzhab terbesar di kalangan umat Islam. Pengertian atau definisi fiqih menurut ulama Hanafiyah adalah : Artinya: “Ilmu yang menerangkan segala hak dan kewajiban yang berhubungan dengan perbuatan para mukallaf”. Sedangkan fiqih menurut pengikut Imam Syafi’i adalah: Artinya: “Ilmu yang menerangkan segala hukum agama yang berhubungan dengan perbuatan para mukallaf yang digali

(di

istinbat)

dari

dalil-dalil

yang

jelas

(tafshily)”.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa fiqih adalah ilmu yang mempelajari bermacam-macam hukum Islam (syara’) yang berhubungan dengan aturan hidup manusia (mukallaf) yang diperoleh dari dalil-dalil terperinci (tafshily). 2.

Sumber hukum yang menjadi sanaran ulama fiqh dalam berijtihad yaitu: Para ulama sepakat bahwa, Sumber Hukum Islam ada tiga, yaitu; al Quran, Sunnah, dan al Rayu ( akal ).Landasannya adalah :

3.

Hukum yang lima (al-ahkam al khamsah) yang dikenal dalam ilmu fiqh Al Ahkam Al Khamsah disebut juga hukum taklifi Lima macam kaidah atau lima kategori penilaian mengenai benda dan tingkah laku manusia dalam Islam: ◦

Wajib



Sunnat

◦ Ja’iz atau mubah

4.



Makruh



Haram Mazhab Fiqh dari golongan Sunni yang masih berkembang hingga saat ini



Imam Hanafi



Imam Maliki

5.



Imam Syafi’i



Imam Ahmad Bin Hambali

Ruang Lingkup Fiqh Islam Fiqih menurut bahasa berarti ‘paham’/ pemahaman. Fiqih Secara Istilah Mengandung Dua Arti: Pertama, artinya pengetahuan tentang hukum-hukum syari’at yang berkaitan dengan perbuatan dan perkataan mukallaf (mereka yang sudah terbebani menjalankan syari’at agama), yang diambil dari dalil-dalilnya yang bersifat terperinci, berupa nash-nash al Qur’an dan As sunnah serta yang bercabang dari keduanya yang berupa ijma’ dan ijtihad. Dalam pengertian ini fiqih digunakan untuk mengetahui hukum-hukum (seperti seseorang ingin mengetahui apakah suatu perbuatan itu wajib atau sunnah, haram atau makruh, ataukah mubah, ditinjau dari dalil-dalil yang ada). Kedua, artinya hukum-hukum syari’at, yaitu hukum apa saja yang terkandung dalam shalat, zakat, puasa, haji, dan lainnya berupa syarat-syarat, rukun-rukun, kewajiban-kewajiban, atau sunnah-sunnahnya). Fiqh Islam Mencakup Seluruh Perbuatan Manusia, karena kehidupan manusia meliputi segala aspek. Fiqih Islam adalah ungkapan tentang hukum-hukum yang Allah syari’atkan kepada para hamba-Nya, demi mengayomi seluruh kemaslahatan mereka dan mencegah timbulnya kerusakan ditengah-tengah mereka, maka fiqih Islam datang memperhatikan aspek tersebut dan mengatur seluruh kebutuhan manusia beserta hukum-hukumnya. Untuk

memudahkan

pembahasan

maka

hukum

fiqih

diuraikan

menjadi

beberapa

bagian

:

Fiqih Ibadah, yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan ibadah kepada Allah. Seperti wudhu, shalat, zakat, puasa, haji dan yang lainnya. 

Fiqih Al Ahwal As Sakhsiyah, yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan masalah kekeluargaan, seperti pernikahan, talaq, nasab, persusuan, nafkah, warisan dan yang lainya.



Fiqih Muamalah, yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan perbuatan manusia dan hubungan diantara sesama manusia, seperti jual beli, jaminan, sewa menyewa, pengadilan dan yang lainnya.



Fiqih Siasah Syar’iyyah, yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan kewajiban-kewajiban pemimpin (kepala negara), seperti menegakan keadilan, memberantas kedzaliman dan menerapkan hukum-hukum syari’at, serta yang berkaitan dengan kewajiban-kewajiban rakyat yang dipimpin, seperti kewajiban taat dalam hal yang bukan ma’siat, dan yang lainnya.



Fiqih Al ‘Uqubat, yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan hukuman terhadap pelaku-pelaku kejahatan, serta penjagaan keamanan dan ketertiban, seperti hukuman terhadap pembunuh, pencuri, pemabuk, dan yang lainnya.



Fiqih As Siyar, yaitu hukum-hukum yang mengatur hubungan negeri Islam dengan negeri lainnya, biasanya berkaitan dengan pembahasan tentang perang atau damai dan yang lainnya.



Fiqih Akhlak atau Adab, yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan akhlak dan prilaku, yang baik maupun yang buruk.

6.

Pembagian Ibadah Dilihat Dari Maksud Disyariatkan

Ibadah merupakan taat kepada Allah dengan melaksankan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya. Sedangkan arti lainnya mengartikan ibadah yaitu merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk tertinggi yang disertai rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi. Arti lainnya menyebutkan ibadah merupakan sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhoi oleh Allah SWT. baik berupa ucapan maupun perbuatan, yang zhahir maupun bathin. Ibadah terbagi menjadi tiga, yaitu ibadah hati, lisan, dan anggota badan/fisik 1. Ibadah hati (qalbiyah), memiliki rasa khauf (takut), raja’ (mengharap) , mahabbah (cinta), tawakal , dan senang, merupakan ibadah yang berkaitan dengan hati (qalbiyah). 2. Ibadah lisan dan hati (Lisaniyah wa qalbiyah), tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur merupakan ibadah yang berkaitan dengan lisan dan dilakukan dari hati. 3. Ibadah anggota badan/fisik dan hati (badaniyah qalbiyah), serti zakat, sholat, haji, jihad merupakan ibadah yang berkaitan langsung dengan fisik dan hati. Syarat diterimanya suatu ibadah merupakan perkara tauqifiyah,yaitu tidak terdapat satu bentuk ibadah yang disyariatkan kecuali berdasarkan Al-Quran dan As-sunnah, dan apa yang tidak di syariatkan berarti bid’ah mardudah (bid’ah yang ditolak) . Seperti sabda nabi SAW yang berarti : “Barang siapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami, maka amalan tersebut tertolak”. Agar ibadah yang kita lalukan senatiasa diterima, maka ibadah disyaratkan harus benar. Ibadah dikatakan benar jika dikerjaan karena Ikhlas semata hanya untuk mendpat Ridho Allah, bebas dari syirik besar dan kecil serta ittiba’ yaitu sesuai dengan tuntunan yang telah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. 7.

Tanda - Tanda Najis Mukhaffafah Najis Mukhaffafah (Najis Ringan). Yang termasuk najis ringan ini adalah air seni atau air kencing bayi laki-laki yang hanya diberi minum asi (air susu ibu) tanpa makanan lain dan belum berumur 2 tahun. Untuk mensucikan najis mukhafafah ini yaitu dengan memercikkan air bersih pada bagian yang kena najis.

8.

Pekerjaan Yang Disunnahkan Sebelum Berwudhu Di antara kesempurnaan wudhu adalah disunnahkan untuk memulai dengan mencuci anggota wudhu yang sebelah kanan sebelum yang kiri, yakni pada kedua telapak tangan, tangan sampai siku, dan kedua kaki. Hanya saja berhubung hukumnya sunnah, maka barangsiapa yang memulai dengan yang kiri maka sungguh dia telah menyelisihi sunnah walaupun dia tidak berdosa dan wudhunya tidak makruh apalagi batal. Dan syariat memulai dengan yang kanan ini berlaku pada semua jenis amalan dan tindakan, berdasarkan hadits Aisyah di atas. Kemudian, sebelum wudhu, seseorang juga disunnahkan untuk bersiwak. Siwak secara bahasa mempunyai dua makna: 1. Akar kayu yang sudah ma’ruf (diketahui bersama) yang digunakan untuk membersihkan gigi. 2. Pekerjaan membersihkan gigi.

Karenanya semua pekerjaan membersihkan gigi itu dinamakan bersiwak walaupun tidak menggunakan kayu siwak, menurut pendapat yang paling kuat. Maka jika seseorang tidak mempunyai kayu siwak, dia tetap bisa mengerjakan sunnah yang mulia ini dengan cara membersihkan giginya dengan pasta gigi, atau sekedar dengan

sikat gigi atau dengan menggosok giginya dengan kain atau jari, dan seterusnya dari bentuk pekerjaan membersihkan gigi. Walaupun demikian, tentu saja lebih utama seseorang itu bersiwak dengan kayu siwak, karena inilah yang datang dalam nukilan perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau bersiwak dengan menggunakan kayu siwak. Hadits Abu Hurairah tentang siwak di atas juga sebagai sanggahan kepada sebagian ulama yang memakruhkan atau melarang seseorang yang berpuasa untuk bersiwak/menggosok gigi setelah zuhur. Hal itu karena hadits di atas datang dalam bentuk umum ‘setiap kali wudhu’, tanpa ada pembedaan dari Nabi alaihishshalatu wassalam- antara sedang puasa dengan tidak puasa. Karenanya tetap disunnahkan seseorang yang berpuasa untuk bersiwak, dan bagi yang menggunakan pasta gigi harus tetap menjaga jangan sampai ada pasta yang tertelan olehnya. Kemudian, sunnah terakhir yang tersebut dalam dalil-dalil di atas adalah sunnahnya berdoa setelah wudhu dengan doa yang ma`tsur di atas, dan Nabi -alaihishshalatu wassalam- telah menjanjikan pahala masuk surga bagi siapa saja yang mengucapkannya. 9.

Makna Shalat Jama' Dan Qashar 

Meringan/memudahkan umat Islam utk menunaikan solat dalam perjalanan.



Tanda kasih sayang Allah kepada manusia.



Supaya solat fardhu dapat dilaksanakan dlm apa kedaan sekalipun.



Menggalakkan umat Islam bermusafir/melancong/ziarah-menziarahi bagi menambahkan keimanan dan mengeratkan tali persaudaraan

10. Kandungan makna zakat Pertama, zakat bermakna At-Thohuru yang berarti membersihkan atau mensucikan. Allah SWT akan membersikan dan menyucikan harta serta jiwa orang-orang yang senantiasa berzakat karena ridho-Nya, seperti firman Allah dalam Surat At-Taubah Ayat 103: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka dan berdoalah untuk mereka, …” Kedua, zakat bermakna Al-Barakatu yang memiliki arti berkah. Selain untuk memperoleh materi demi mencukupi kebutuhan hidup, tentu kita ingin mendapat keberkahan pada harta yang diperoleh dari kerja keras kita. Keberkahan yang ada dalam harta kita akan turut serta membawa keberkahan dalam hidup. Dengan mensucikan harta kita melalui zakat, Allah akan melimpahkan berkah kepada kita. Diantara keberkahan hidup yang kita peroleh adalah ketenangan jiwa, kesehatan, terbebas dari berbagai masalah dan lain sebagainya. Ketiga, zakat bermakna An-Numuw yang artinya tumbuh dan berkembang. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang jatuh miskin karena berderma, yang ada adalah sebaliknya, rezeki mereka akan terus mengalir bahkan semakin banyak (atas izin Allah). Bagi orang-orang yang selalu berzakat karena Allah hartanya akan dilipat gandakan oleh Allah SWT Allah berfirman dalam Surat Ar-Rum Ayat 39:

“Dan sesuatu riba yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka itulah orang-orang yang melipat gandakan.” Keempat, zakat bermakna As-Sholahu yang artinya keberesan (beres) Harta yang suci akan mendatangkan keberkahan hidup dan menjauhkan pemiliknya dari berbagai masalah. Orang-orang yang senantiasa berzakat karena Allah, insyaallah akan dijauhkan dari segala macam permasalahan harta seperti kesempitan rezeki, kebangkrutan usaha, kehilangan, pencurian, dan lain sebagainya. Jika diantara kita merasa sering memiliki masalah tersebut, boleh jadi karena kelalaian kita dalam menunaikan zakat. 11. Waktu-waktu yang termasuk waktu yang di sahkan untuk mengelarkan zakat fitrah 1- Waktu utama (afdhol) yaitu mulai dari terbit fajar pada hari ‘idul fithri hingga dekat waktu pelaksanaan shalat ‘ied. 2- Waktu yang dibolehkan yaitu satu atau dua hari sebelum ‘ied sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Ibnu Umar. (Lihat Fatawal Aqidah wa Arkanil Islam, 640 & Minhajul Muslim, 231) 12. Hukuman bagi orang yang meninggalkan sholat Adapun 6 macam siksaan yang akan Allah berikan pada orang yang meninggalkan sholat atau melalaikan sholat ketika masih hidup di dunia yaitu sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Allah akan menghilangkan keberkahan dari umurnya; Tanda kesholehannya akan dihapus oleh Allah dari keningnya; Semua amalnya tidak akan diberi pahala oleh Allah SWT; Allah SWT tidak akan mengangakat doanya ke langit; Semua makhluk di dunia akan menyepelekannya; Dia tidak akan mendaapatkan bagian doanya orang-orang sholeh. 3 Macam siksaan Ketika Sakarotul Maut Adapun 3 macam siksaan yang akan Allah berikan pada orang-orang yang suka meninggalkan sholat ketika sakaratul maut yaitu sebagai berikut :

1. Bahwasanya orang yang meninggalkan sholat dia akan mati dalam keadaan hina; 2. Bahwasanya orang yang meninggalkan sholat dia akan mati dalam keadaan lapar; 3. Bahwasanya orang yang meninggalkan sholat dia akan mati dalam keadaan haus, walau air lautan di dunia diminumkan kepadanya, maka tetap tidak akan pernah menghilangkan rasa haus dahaganya. 3 Macam Siksaan Ketika Berada Di Alam Kubur Adapun 3 Macam siksaan yang akan diberikan Allah kepada orang yang meninggalkan sholat atau melalaikannya ketika sudah berada di alam kubur yaitu : 1. Kuburnya akan disempitkan oleh Allah dan dihimpitnya sampai tulang rusuknya hancur berantakan; 2. Didalam kuburnya akan dinyalakan api neraka, kemudian orang yang meninggalkan sholat siang malam, ia akan dipanggang dan dibolak-balikan diatas bara api tersebut; 3. Ular yang bernama Syuja’al-Aqro’ akan datang pada orang-orang yang meninggalkan sholat. Ular syuja’al aqro’ itu tercipta dari api neraka, kukunya terbuat dari besi, dan setiap kuku panjangnya seperti ukuran perjalanan satu hari. Ular itu akan berkata kepadanya : “Aku ini Syuja’al-Aqro’, suaranya bagaikan petir yang menyambar, dan ular itu berkata: “Tuhanku menyuruhku agar memukulmu karena telah menyia-nyiakan sholat

shubuh dari shubuh sampai dzuhur, dan agar memukulmu karena telah menyia-nyiakan sholat dzuhur dari dzuhur sampai asar, dan agar memukulmu karena menyia-nyiakan sholat asar dari asar sampai magrib, dan agar memukulmu karena menyia-nyiakan sholat magrib dari magrib sampai isya, dan agar memukulmu karena menyia-nyiakan sholat isya dari isya sampai shubuh. Ketika ular itu memukulnya satu kali pukulan, maka yang dipukulnya masuk kedalam tanah sedalam ukuran 70 hasta, lalu ular Syuja’al-Aqro’ memasukkan kuku-kukunya kebawah tanah dan kemudian mengeluarkannya kembali, dan siksaan itu tiada henti-hentinya sampai hari kiamat, maka kita mohon perlindungan kepada Allah dari siksa kubur.” (Qurtubi (Qurratul ‘uyun; hlm.4)). 3 Macam Siksaan Pada Hari Kiamat Adapun 3 macam siksaan yang Allah berikan kepada orang yang meninggalkan sholat pada hari akhir atau kiamat yaitu : 1. Allah akan menggabungkan bersama orang-orang yang diseret mukanya ke neraka Jahannam; 2. Allah akan melihatnya dengan pandangan yang benci atau murka pada waktu dihisab, sehingga daging mukanya meleleh berjatuhan; 3. Allah akan menghisabnya dengan hisaban yang sangat berat dan tiada guna atasnya dari kelebihan apapun untuk selama-lamanya, dan Allah ‘Azza wa jalla memerintahkannya ke neraka sejelek-jelek tempat menetap. Selain itupun kita dapat temukan ayat Allah dalam Q.S Al-Ma’un ayat: 4-5 yang artinya “Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya“. Begitu banyak ancaman, siksaan, kehinaan yang Allah berikan bagi orang-orang yang tidak mau bersujud kepada Allah dan termasuk orang-orang yang lalai dalam sholatnya. Masih banyak ilmu Allah yang belum kita ketahui secara luasnya. Namun, dengan beberapa ilmu yang telah disampaikan kepada kita hendaknya membuat hati greget dan iman semakin kuat, sehingga takutlah jika kita sudah mengetahuinya. Karena dunia itu merupakan nerakanya bagi orang mukmin dan surganya bagi orang-orang kafir. Adapun bahaya bagi yang meninggalkan sholat lima waktu yakni: Jika meninggalkan sholat: Shubuh : Maka Allah akan menenggelamkannya kedalam Neraka Jahannam selama 60 tahun. Jadi kurang lebih 60.000 tahun jika mengikuti hitungan di dunia. Karena 1000 tahun di dunia sama seperti 1 hari di akhirat. Dzuhur : Yang meninggalkan sholat dzuhur sama seperti dosanya orang yang membunuh 1000 muslim. Ashar : Seperti dosanya orang yang menghancurkan ka’bah. Magrib : Sama seperti dosanya orang yang berzina dengan orangtuanya sendiri Isya : Sesungguhnya Allah ta’ala berseru: “Hai orang yang meninggalkan sholat isya, bahwa Aku tidak ridho jika kamu tinggal dibumiKu dan menggunakan segala nikmat-nikmatKu, segala yang dikerjakan dan digunakan ialah berdosa kepada Allah SWT“. 13. Rukun Haji Rukun haji ada 6 yaitu niat ihram, thawaf, sa'i, wuquf, tahalul, tertib 14. Indikator Haji Mabrur Indikator Saat Ibadah Haji 1. Motivasi atau niat Ibadah Haji, ikhlas semata-mata mengharap ridha Allah SWT.

2. Proses pelaksanaan sesuai dengan contoh ibadah Rasulullah saw. dimana syarat, rukun wajib (bahkan sunat) ibadah tersebut terpenuhi. 3. Biaya untuk ibadah tersebut diperoleh dengan cara yang halal. 4. Dampak dari ibadah haji positif bagi pelakunya, yaitu adanya perubahan kualitas perilaku ke arah yang lebih baik dan lebih terpuji. B. Indikator Setelah Ibadah Haji 1. Patuh melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT, patuh melaksanakan sholat, konsekuen membayar zakat, sungguh-sungguh membangun keluarga sakinah mawaddah dan wa rahmah, selalu rukun dengan sesama umat manusia, sayang kepada sesama makhluk Allah SWT. 2. Konsekuen meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah SWT, terutama dosa-dosa besar, seperti syirik, riba, judi, zina, khamr, korupsi, membunuh orang, bunuh diri, bertengkar, menyakiti orang lain, khurafat, bid’ah dsb. 3. Gemar melakukan ibadah wajib, sunat dan amal shalih lainnya serta berusaha meninggalkan perbuatan yang makruh dan tidak bermanfaat. 4. Aktif berkiprah dalam memperjuangkan, menda’wahkan Islam dan istiqamah serta sungguh-sungguh dalam melaksanakan amar ma’ruf dengan cara yang ma’ruf, melaksanakan nahi munkar tidak dengan cara munkar. 5. Memiliki sifat dan sikap terpuji seperti sabar, syukur, tawakkal, tasamuh, pemaaf, tawadlu dsb. 6. Malu kepada Allah SWT utk melakukan perbuatan yang dilarang-Nya. 7. Semangat dan sungguh-sungguh dalam menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan terutama ilmuilmu Islam. 8. Bekerja keras dan tekun untuk memenuhi keperluan hidup dirinya, keluarganya dan dalam rangka membantu orang lain serta berusaha untuk tidak membebani dan menyulitkan orang lain. 9. Cepat melakukan taubat apabila terlanjur melakukan kesalahan dan dosa, tidak membiasakan diri proaktif dengan perbuatan dosa, tidak mempertontonkan dosa dan tidak betah dalam setiap aktivitas berdosa. 10. Sungguh-sungguh memanfaatkan segala potensi yang ada pada dirinya untuk menolong orang lain dan menegakkan “Izzul Islam wal Muslimin”.

15. Makna Puasa Khusus Puasa khusus. Tingkat puasa yang lebih tinggi daripada puasa umum di mana puasanya tidak hanya menahan diri dari lapar, haus dan nafsu syahwat saja tetapi juga menahan panca indra pendengaran, penglihatan, lidah, tangan, kaki serta seluruh anggota badan dari melakukan sesuatu yang mendatangkan dosa. Puasa ini adalah puasanya orang shaleh. Yang menjadi dalil puasa tingkat ini antara lain adalah hadits-hadits Rasulullah SAW sbb : "Barangsiapa tidak mau meninggalkan omongan bohong dan memperbuatnya, maka tidak ada kebutuhan bagi Allah dalam diri orangyang berpuasa meninggalkan makanan dan minumannya". (HR. Bukhari) "Apabila ada hari puasa salah seorang diantara kalian maka janganlah ia berkata kotor dan gaduh. Jika seseorang memakinya atau memusuhinya hendaklah ia mengatakan :"Sesungguhnya aku sedang berpuasa". (HR. Bukhari, Muslim). E. Sejarah Kebudayaan Islam

1.

Tanggal nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama Tanggal 17 ramadhan

2.

Usia nabi Muhammad SAW. Diberi gelar Al-amin oleh masyarakatnya Kurang dari 40 tahun (ga nemu yang pastinya)

Related Documents

Aca
June 2020 18
Aca
May 2020 11
Aca
November 2019 18
Aca 1
June 2020 12
Aca Cuy.docx
May 2020 13
Aca Punya.docx
May 2020 11

More Documents from "sherenrumopa"

Mc Hari Guru(2).docx
May 2020 17
Aca Cuy.docx
May 2020 13
October 2019 17
Tugas Regresi
April 2020 30