Aborsi.docx

  • Uploaded by: Elly
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Aborsi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,028
  • Pages: 16
Tinjauan Umum Tentang Aborsi 1. Pengertian Aborsi dan Jenis - jenisnya Secara umum istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja maupun tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan ke empat masa kehamilan).Secara medis, aborsi adalah berakhir atau gugurnya kehamilan sebelum kandungan mencapai usia 20 minggu, yaitu sebelum janin dapat hidup di luar kandungan secara mandiri. Istilah aborsi atau abortus secara kebahasaan berarti keguguran kandungan, pengguguran kandungan, atau membuang janin. Dalam istilah hukum, berarti pengeluaran hasil konsepsi dari rahim sebelum waktunya (sebelum dapat lahir secara alamiah). Tindakan aborsi mengandung risiko yang cukup tinggi, apabila dilakukan tidak sesuai standar profesi medis. Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah abortus. Berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh. Dari segi medis menurut Sofoewan aborsi atas indikasi medis disebut juga aborsi terapeutik, yaitu aborsi yang dilakukan sebelum janin mampu hidup demi untuk kesehatan ibu: 1) untuk menyelamatkan jiwa ibu 2) melindungi kesehatan ibu 3) janin cacat berat sehingga tidak mampu hidup 4) kehamilan yang tidak mampu hidup 5) pengurangan janin pada kehamilan ganda 6) kehamilan sangat merugikan kesehatan fisik dan mental ibu 7) bayi yang akan dilahirkan akan menderita kelainan fisik dan mental, atau

8) kehamilan sebagai akibat dari perkosaan dan incest. Aborsi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitua bortus spontaneous dan abortus provocatus. Abortus spontaneous (yang tidak disengaja) terjadi apabila ibu mengalami trauma berat akibat penyakit menahun, kelainan saluran reproduksi, atau kondisi patologis lainnya. Abortus provocatus (buatan) ialah pengguguran kandungan yang dilakukan secara sengaja. Abortus provocatus ini terdiri dari dua jenis, yaitu abortus artificalis Therapicus dan abortus provocatus criminalis. Abortus artificalis therapicus adalah abortus yang dilakukan oleh dokter atas dasar indikasi medis, yakni apabia tindakan abortus tidak diambil bisa membahayakan jiwa ibu. Sedangkan abortus provocatus criminalisadalah abortus yang dilakukan untuk melenyapkan janin dalam kandungan akibat hubungan seksual di luar pernikahan atau mengakhiri kehamilan yang tidak dikehendaki.

Faktor Penyebab Melakukan Aborsi Adapun yang menjadi alasan seorang wanita memilih terminasi kehamilan atau melakukan aborsi yaitu antara lain: 1. Faktor ekonomi Telah cukup anak dan tidak mungkin dapat membesarkan seorang anak lagi. Dimana dari pihak pasangan suami istri yang sudah tidak mau menambah anak lagi karena kesulitan biaya hidup, namun tidak memasang kontrasepsi, atau dapat juga karena kontrasepsi yang gagal. Atau ingin konsentrasi pada pekerjaan untuk menunjang kehidupan dengan anaknya. 2. Faktor penyakit herediter

Janin ternyata telah terekspos oleh substansi teratogenik, di mana ternyata pada ibu hamil yang sudah melakukan pemeriksaan kehamilan mendapat kenyataan bahwa bayi yang dikandungnya cacat secara fisik, atau wanita yang hamil menderita penyakit jantung yang berat(kronik), serta karena ingin mencegah lahirnya bayi dengan cacat bawaan. 3. Faktor psikologis Seseorang yang hamil diluar pernikahan, dimana pada para perempuan korban pemerkosaan yang hamil harus menanggung akibatnya. Dapat juga menimpa para perempuan korban hasil hubungan saudara sedarah (incest), atau anak- anak perempuan oleh ayah kandung, ayah tiri ataupun anggota keluarga dalam lingkup rumah tangganya. Atau ayah anak yang dikandungnya bukan suaminya. Dapat juga karena ada masalah dengan suami. 4. Faktor usia Dimana para pasangan muda-mudi yang masih muda yang masih belum dewasa & matang secara psikologis karena pihak perempuannya terlanjur hamil, harus membangun suatu keluarga yang prematur. Atau ayah anak yang dikandung bukan pria/suami yang diidamkan untuk perkawinannya. Atau juga karena ingin menyelesaikan pendidikan. Atau merasa trerlalu tua/muda untuk mempunyai anak. 5. Faktor penyakit ibu Dimana dalam perjalanan kehamilan ternyata berkembang menjadi pencetus, seperti penyakit preeklampsia atau eklampsia yang mengancam nyawa ibu. Atau sang ibu terinfeksi HIV. 6. Faktor lainnya Seperti para pekerja seks komersial, pasangan yang belum menikah dengan kehidupan seks bebas atau pasangan yang salah satu/keduanya sudah bersuami/beristri (perselingkuhan) yang terlanjur hamil. atau gagal metode kontrasepsi. Penyebab lain karena suami menginginkan aborsi.

Tinjauan tentang Dekriminalisasi Aborsi dalam Undang-Undang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi Dekriminalisasi adalah suatu proses penghapusan sama sekali sifat dapat dipidananya suatu perbuatan yang semula merupakan tindak pidana dan juga penghapusan sanksinya berupa pidana. Masalah dekriminalisasi atas suatu perbuatan haruslah sesuai dengan politik kriminal yang dianut oleh bangsa Indonesia, yaitu sejumlah mana perbuatan tersebut bertentangan atau tidak bertentangan dengan nilai-nilai fundamental yang berlaku dalam masyarakat dan oleh masyarakat dianggap patut atau tidak patut dihukum dalam menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat. Suatu proses dekriminalisasi dapat terjadi karena beberapa sebab, seperti, contoh ini tidak bersifat limitatif,: 1.Suatu sanksi secara sosiologis merupakan persetujuan (sanksi positif) atau penolakan terhadap pola perilaku tertentu (sanksi negatif). Ada kemungkinan bahwa nilai-nilai masyarakat mengenai sanksi negatif tertentu terhadap perilaku mengalami perubahan, sehingga perilaku yang terkena sanksi-sanksi tersebut tidak lagi ditolak. 2.Timbulnya keragu-raguan yang sangat kuat akan tujuan yang ingin dicapai dengan penetapan sanksi-sanksi negatif tertentu. 3.Adanya keyakinan yang kuat, bahwa biaya sosial untuk menerapkan sanksi-sanksi negatif tertentu sangat besar. 4.Sangat terbatasnya evektivitas dari sanksi-sanksi negatif tertentu sehingga penerapannnya akan menimbulkan kepudaran kewibawaan hukum. Pembangunan hukum yang mencakup upaya-upaya pembaruan tatanan hukum di Indonesia haruslah dilakukan secara terus menerus agar hukum dapat memainkan peran dan fungsinya

sebagai pedoman bertingkah laku (fungsi ketertiban) dalam hidup bersama yang Imperative dan efektif sebagai penjamin keadilan di dalam masyarakat. Upaya pembangunan tatanan hukum yang terus menerus ini diperlukan sebagai pelayan bagi masyarakat. Karena hukum itu tidak berada pada kevakuman, maka hukum harus senantiasa disesuaikan dengan perkembangan masyarakat yang dilayaninya juga senantiasa berkembang sebagai alat pendorong kemajuan masyarakat. Secara realistis di Indonesia saat ini fungsi hukum tidak bekerja secara efektif , sering dimanipulasi, bahkan jadi alat (instrumen efektif) bagi penimbunan kekuasaan. Dalam Undang – Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan terdapat peraturan yang diperbolehkannya seseorang melakukan aborsi dengan dua syarat yaitu karena adanya indikasi kedaruratan medis dan kehamilan akibat perkosaan yang dapat menimbulkan trauma psikologis bagi korban perkosaan. Yang menjadi sorotan mengenai dekriminalisasi aborsi disini adalah Pasal 75 UndangUndang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, bahwa pada dasarnya aborsi dilarang, akan tetapi terdapat pengecualian, yang mana salah satunya adalah jika kehamilan tersebut akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan. Pasal 75 UU Kesehatan: (1)Setiap orang dilarang melakukan aborsi. (2)Larangan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan: a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau

b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan. (3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) dan Ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Selain dalam Undang - Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 75, dalam Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi juga menyatakan bahwa tindakan aborsi diperbolehkan bagi kehamilan akibat korban perkosaan. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi telah disahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 21 Juli 2014. Peraturan ini merupakan pelaksanaan dari Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan khususnya Pasal 75, Pasal 126, dan Pasal 127. Bagian yang menjadi sorotan adalah legalisasi aborsi dalam Peraturan Pemerintah tersebut, yang berbunyi: Pasal 31Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 : (1)Tindakan aborsi hanya dapat dilakukan berdasarkan: a. indikasi kedaruratan medis; atau b. kehamilan akibat perkosaan. (2)Tindakan aborsi akibat perkosaan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf b hanya dapat dilakukanapabila usia kehamilan paling lama berusia 40 (empat puluh) hari dihitung sejak hari pertama haid terakhir. Pasal 34 Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 :

(1) Kehamilan akibat perkosaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 Ayat (1) huruf b merupakan kehamilan hasil hubungan seksual tanpa adanya persetujuan dari pihak perempuan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan. (2) Kehamilan akibat perkosaan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dibuktikan dengan: a. usia kehamilan sesuai dengan kejadian perkosaan, yang dinyatakan oleh surat keterangan dokter; dan b. keterangan penyidik, psikolog, dan/atau ahli lain mengenai adanya dugaan perkosaan. Mengenai kehamilan akibat korban perkosaan, hal tersebut dapat dilakukan apabila usia kehamilan paling lama berusia 40 (empat puluh) hari dihitung sejak hari pertama haid terakhir. Sementara yang dimaksud indikasi kedaruratan medis adalah: a. Kehamilan yang mengancam nyawa dan kesehatan ibu; dan/atau b. Kesehatan yang mengancam nyawa dan kesehatan janin, termasuk yang menderita penyakit genetic berat dan atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan. Penilaian atas indikasi medis dilakukan oleh paling sedikit terdiri dari 2 orang tenaga kesehatan, yang diketuai dokter yang memiliki kompetensi dan kewenangan. Berdasarkan uraian di atas, jika aborsi tersebut dilakukan atas indikasi keadaruratan medis dan kehamilan akibat perkosaan yang menyebabkan trauma psikologis, maka pelaku aborsi tidak dapat dituntut pidana. Akan tetapi jika aborsi tersebut bukan termasuk ke dalam pengecualian dalam Pasal 75 Ayat (2) Undang-Undang Kesehatan, maka pelaku aborsi dapat dituntut pidana sebagaimana terdapat dalam Pasal 194 Undang-UndangKesehatan: “Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp 1 miliar.”

Pengaturan Aborsi dalam Kitab Undang - Undang Hukum Pidana (KUHP) Selain dalam Undang – Undang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi, pengaturan tentang aborsi juga terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang berlaku sebagai hukum pidana umum (Lex Generalie), regulasi tentang pengguguran kandungan yang disengaja (abortus provocatus) dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) diatur dalam buku kedua Bab XIV tentang Kejahatan Kesusilaan khususnya Pasal 299, Bab XIX Pasal 346 sampai dengan Pasal 349, dan digolongkan ke dalam kejahatan terhadap nyawa. Berikut ini adalah uraian tentang pengaturan abortus provocatus yang terdapat dalam masing-masing pasal tersebut: Pasal 299 : (1)

Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak empat puluh lima ribu rupiah.

(2)

Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru-obat, pidananya dapat ditambah seper tiga.

(3)

Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencarian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.

Pasal 346 : “Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun. “

Pasal 347 : (1)

Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

(2)

Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Pasal 348: (1)

Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.

(2)

Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

Pasal 349 : Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut Pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam Pasal 347 dan Pasal 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.

Sumber : bdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, cet. I (Jakarta: PT. Ikhtisar Baru Van Hoev, 1996), hlm. 7. Mahrus Ali. Dasar-Dasar Hukum Pidana. Jakarta. Sinar Grafika. 2012. Hlm. 245 Soerjono Soekanto dkk. Kriminologi, Suatu Pengantar. Jakarta. Ghalia Indonesia. 1986. Hlm. 47-48. Barda Nawawi Arief.Bunga Rampai Kebijakan Pidana. Bandung. Citra Aditya Bakti. 1996. hlm. 56 http://digilib.unila.ac.id/7573/12/BAB%20II.pdf

a. Pandangan Agama Islam

Dalam Hukum Islam, aborsi dikatagorikan sebagai masalah yang kilafiah yang artinya tidak ada kesatuan pendapat dikalangan ulama mazhab sendiri tentang boleh tidaknya aborsi. Adanya perbedaan pendapat itu secara logika hukum (Islam) menunjukkan bukti bahwa tidak ada dalil yang benarbenar kuat tentang aborsi. Dan untuk sebuah tindakan dimana hukumnya makin hilafiah tindakan itu tidak dianggap sebagai sebuah kemungkaran (sesuatu yang wajib dihindari). Pandangan yang menghararnkan aborsi dapat dilihat dari hasil Munas MUI (Majelis Ulama Islam Indonesia) tahun 1983 yang mengatakan bahwa Kehidupan dalam konsep Islam adalah suatu proses yang sudah dimulai sejak terjadinya pembuahan oleh sebab itu pengguguran sejak adanya pembuahan adalah haram. Al Quran menyebutkan : "Janganlah membunuh anak-anakmu karena takut melarat kamilah akan memberi rejeki kepada mereka dan kepadamu juga sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar”. Larangan aborsi sebenarnya berpangkal dari larangan membunuh manusia sampai dengan membinasakan kehidupan dan itu merupakan dosa besar. Para ulama dari berbagai mazhab sepakat bahwa janin telah dianggap sama dengan manusia setelah janin berumur di atas 120 hari sejak pembuahan. Dalam Quran sendiri disebut nafkah al-ruh "peniupan ruh". Atas dasar itu, pengguguran yang dilakukan setelah peniupanruh itu sama dengan pembunuhan. Menurut Imam Hanafi dalam tulisannya yang berjudul Aborsi dan Agama menyatakan membolehkan pengguguran jika dilakukan sebelum 4 bulan. Hal yang sama disuarakan oleh Imam Romli yaitu salah seorang imam yang ada dalam tradisi Syafii. Sementara itu Ibnu Hajar, juga dari tradisi Syafii membolehkannya sebelum kehamilan berumur 40 hari. Pendapat Imam Ghazali (juga dari tradisi Syafii menyatakan pembuahan telah terjadi sejak pertemuan ovum dan sperma dari karenanya pengguguran yang dilakukan setelah masa pembuahan sama dengan membunuh manusia . Larangan aborsi ini diungkapkan oleh Imam Gazali dalam konteks pembahasan Ilmu Tasauf. Satusatunya mazhab yang dengan tegas melarang aborsi adalah Imam Malik. Mazhab Imam Malik sebenarnya tidak populer di Indonesia. Berdasarkan uraian diatas clapatdicamt ada berbagai ragam pandangan tentang aborsi dan pangkal dari beragam pendapat itu didasarkan pada kapan terjadinya awal kehidupan.

b. Pandangan Agama Khatolik

Romo Subhaga menyatakan bahwa sejak pembuahan, janin sudah berpotensi menjadi manusia, oleh sebab itu segala bentuk usaha pengguguran

kandungan dilarang, karena Allah mencintai manusia itu sendiri, Allah membuat hidup, tidak pernah membuat kematian. Yesus memperjuangkan dengan menguasai maut untuk menjaga kehidupan. Allah mencintai hidupnya, maut adalah penderitaan yang paling dasar bagi manusia tetapi Allah selalu mengampuninya . Sebagaimana disebutkan dalam Kitab Kejadian 2.7 "Utusan Allah membentuk manusia itu dari debu dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidung-Nya, demikianlah manusia itu menjadi mahluk yang hidup. Perkembang biakan untuk melanjutkan hidup, tidak pernah Allah membuat perintah mati”.Berdasarkan sumber di atas bahwa Tuhan mencintai hidup oleh karena itu aborsi yang mematikan dilarang (termasuk pembunuhan bayi dalam kandungan yang dilakukan oleh remaja putri).

c. Pandangan Agama Protestan

Lukas 10:27 menyebutkan : "Tuhan memberikan dua buah perintah utama kepada umat-Nya" yaitu : Kasihanilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwanya dan dengan segenap akal budimu, dan Kasihanilah sesamamu manusia seperti dirimua sendiri. Pasal di atas mengandung pes an agar umat manusia mengasihi kehidupan bukan hanya terhadap orang-orang di sekitarnya tetapi juga kepada bayibayi dalam kandungan yang telah diberi kehidupan oleh Tuhan. Perjuangan membela kehidupan adalah perbuatan yang dikehendaki oleh Tuhan. Manusia tidak boleh berdiam diri melihat kekejian terjadi di sekitamya. Pandangan yang senada juga disebutkan dalam Alkitab yaitu : Alkitab Kej1 : 26 menyebutkan : “Harga terpenting manusia sebagai perorangan adalah "Imago dei" (gambar Allah). menyebutkan : Ada tiga kali disebutkan perkataan "diciptakan" berarti: a. Manusia bisa berinteraksi dengan Allah . Hal ini merupakan suatu kemampuan dari ciptaan atas . “ gambar Allah " ( suratan Allah ) dapat menyalurkan kehendak Allah. b. Pribadi/gambar Allah bukan salah satu aspek, tetapi itulah sifat manusia yang mempunyai ciri aspek intelektual, komunikasi dan moral. c. Martabat manusia adalah sepola dengan Allah yaitu kelimpahan anugrah. Tuhan mengasihi manusia dan memberi keselamatan. Kehamilan adalah kemauan Tuhan yang tidak dapat diminta oleh manusia. Kalau Tuhan tidak menghendaki seorang wanita hamil , walaupun dengan berbagai usaha telah dilakukan, wanita tersebut tetap tidak bisa hamil. Aborsi adalah sebagai salah satu akibat dari hubungan free sex pranikah. Perbuatan aborsi adalah perbuatan yang merampas nyawa suatu insan yang tidak berdosa, kebebasan untuk memilih bukan hak mutlak manusia, terlebih lagi kebebasan untuk membunuh.

Orang percaya manusia selalu berada dalam keterikatan kepada Tuhan. Dasar pandangan agama Protestan menolak aborsi karena : a). Kehidupan (sejak ovum dibuahi) bernilai dihadapan Tuhan, yang ternyata adalah kudus dan harus diselamatkan dengan harga apapun, b). Kematian dan kehidupan harus ditinjau dari sudut rohani, c). Aborsi mempunyai dampak emosional, spiritual dan jasmani, d). Aborsi bertentangan dengan pandangan AIkitab.

d. Pandangan Agama Buddha Dalam Parita Suci dijelaskan bahwa ajaran agama Buddha yang bersumber dari Pancasila Buddhis disebutk an bahwa melakukan pembunuhan atau aborsi merupakan perbuatan dosa . Ajaran- ajaran agama Buddha menyatakan segala pembunuhan merupakan perbuatan yang membawa akibat buruk yang akan masuk ke alam Apaya (neraka) termasuk kriteria sebagai berikut : a). Adanya suatu mahluk hidup tidak saja manusia juga yang lain-lain, b). Dilakukan dengan sadar, c) Dilakukan dengan niat, d).Diikuti dengan langkah-langkah dan, e). Diikuti dengan akibat kematian. Wanita yang melakukan pengguguran kandungan telah memenuhi kriteria di atas yang berakibat si pelaku masuk ke alam apaya ( neraka). Biku Titaketuko menyatakan bahwa bayi dalam kandungan dianggap sudah berpotensi menjadi manusia sejak saat roh kehidupan dihembuskan ke dalam rahim seorang wanita yaitu sejak bertemunya sel telur wanita dengan sperma laki-laki. Sejak saat itu, pengguguran kandungan dilarang karena tergolong perbuatan pembunuhan terhadap bayi dalam kandungan. Ajaran agama Budha menentang segala pembunuhan dalam bentuk apapun, apalagi pembunuhan terhadap janin yang tidak berdosa, karena dalam ajaran Budha dikenal ada nya teori karma, yaitu suatu teori sebab akibat. Setiap tindakan yang didasarkan pada kemauan sendiri akan menghasilkan efek atau akibat. Apabila perbuatan baik akan menghasilkan akibat yang baik dan perbuatan yang buruk berakibat buruk, hal itu dikarenakan oleh alam dan hukum itu sendiri. Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ajaran agama Buddha yang bersumber dari Pancasila Buddhis menentang tindakan pembunuhan dalam bentuk apapun, apalagi perbuatan aborsi yang dilakukan akibat hubungan free sex pranikah yang dilakukan oleh remaja putri, ajaran Buddhis memandang perbuatan

melakukan aborsi yang dilakukan oleh remaja putri tersebut menurut ajaran karma akan berdampak pada kelahiran dan kehidupannya dimasa yang akan datang. http://unmasmataram.ac.id/wp/wp-content/uploads/18.-Wayan-Rasmini.pdf

Jenis-jenis Aborsi Proses abortus dapat berlangsung dengan cara: a. Spontan/alamiah (terjadi secara alami, tanpa tindakan apapun); b. Buatan/sengaja (aborsi yang dilakukan secara sengaja); c. Terapeutik/medis (aborsi yang dilakukan atas indikasi medis karena terdapatnya suatu permasalahan/komplikasi) Abortus secara medis dapat dibagi menjadi dua macam: a. Abortus spontaneous Abortus spontaneous adalah aborsi yang terjadi dengan tidak didahului faktor faktor mekanis ataupun medicinalis semata-mata disebabkan oleh faktor alamiah. Rustam Mochtar dalam Muhdiono menyebutkan macam-macam aborsi spontan: 1) Abortus completes, (keguguran lengkap) artinya seluruh hasil konsepsi dikeluarkan sehingga rongga rahim kosong. 2) Abortus inkopletus, (keguguran bersisa) artinya hanya ada sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan yang tertinggal adalah deci dua dan plasenta 3) Abortus iminen, yaitu keguguran yang membakat dan akan terjadi dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan anti pasmodica 4) Missed abortion, keadan di mana janin sudah mati tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama dua bulan atau lebih. 5) Abortus habitulis atau keguguran berulang adalah keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih. 6) Abortus infeksious dan abortus septic, adalah abortus yang disertai infeksi genital Kehilangan janin tidak disengaja biasanya terjadi pada kehamilan usia muda (satu sampai dengan tiga bulan). Ini dapat terjadi karena penyakit antara lain: demam; panas tinggi; ginjal TBC, Sipilis atau karena kesalahan genetik. Pada aborsi sepontan tidak jarang janin keluar dalam keadaan utuh.

Kadangkala kehamilan seorang wanita dapat gugur dengan sendirinya tanpa adanya suatu tindakan ataupun perbuatan yang disengaja. Hal ini sering disebut dengan “keguguran” atau aborsi spontan. Ini sering terjadi pada ibu-ibu yang masih hamil muda, dikarenakan suatu akibat yang tidak disengaja dan diinginkan atupun karena suatu penyakit yang dideritanya. Dalam usia yang sangat muda keguguran dapatsaja terjadi, misalnya karena aktivitas ibu yang mengandung terlalu berlebihan, stress berat, berolahraga yang membahayakan keselamatan janin seperti bersepeda dan sebagainya.

b. Abortus provokatus Abortus provokatus adalah aborsi yang disengaja baik dengan memakai obat obatan maupun alatalat. Aborsi provocatus merupakan istilah lain yang secara resmi dipakai dalam kalangan kedokteran dan hukum. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh. Menurut Fact Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute For Social, Studies anda Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan” aborsi didefenisikan sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi rahim (uterus), sebelum janin (fetus) mencapai 20 minggu.” Di Indonesia belum ada batasan resmi mengenai pengguguran kandungan (aborsi). ”aborsi didefenisikan sebagai terjadinya keguguran janin; melakukan aborsi sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tidak mengiginkan bakal bayi yang dikandung itu)” Ada beberapa istilah untuk menyebut keluarnya konsepsi atau pembuahan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang biasa disebut aborsi (abortion), di antaranya: Abortion criminalis, yaitu pengguguran kandungan secara bertentangan dengan hukum; Abortion Eugenic, yaitu pengguguran kandungan untuk mendapat keturunan yang baik; Abortion induced/ provoked/ provocatus, yaitu pengguguran kandungan karena disengaja; Abortion Natural, yaitu pengguguran kandungan secara alamiah; Abortion Spontaneous, yaitu pengguguran kandungan secara tidak disengaja; dan Abortion Therapeutic, yaitu pengguguran kandungan dengan tujuan untuk menjaga kesehatan sang ibu. Aborsi yang dilakukan secara sengaja (abortus provocatus) ini terbagi menjadi dua: 1) Abortus provocatus medicinalis Adalah aborsi yang dilakukan oleh dokter atas dasar indikasi medis, yaitu apabila tindakan aborsi tidak diambil akan membahayakan jiwa ibu. Abortus provokatus medisinalis/artificialis/therapeuticus adalah aborsi yang dilakukan dengan disertai indikasi medis. Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medis adalah demi menyelamatkan nyawa ibu. Adapun syarat-syarat yang ditentukan sebagai indikasi medis adalah:

a) Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi. b) Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum, psikologi) c) Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga terdekat. d) Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah. e) Prosedur tidak dirahasiakan. f) Dokumen medik harus lengkap.

Pada praktek di dunia kedokteran, abortus provocatus medicinalis juga dapat dilakukan jika anak yang akan lahir diperkirakan mengalami cacat berat dan harapan hidupnya tipis, misalnya janin menderita kelainan ectopia kordis (janin akan dilahirkan tanpa dinding dada, sehingga terlihat jantungnya), rakiskisis (janin akan dilahirkan dengan tulang punggung terbuka tanpa ditutupi kulit kulit maupun anensefalus (janin akan dilahirkan tanpa otak besar). 2) Abortus provocatus criminalis Adalah aborsi yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis, sebagai contoh aborsi yang dilakukan dalam rangka melenyapkan janin sebagai akibat hubungan seksual di luar perkawinan. Secara umum pengertian abortus provokatus kriminalis adalah suatu kelahiran dini sebelum bayi itu pada waktunya dapat hidup sendiri di luar kandungan. Pada umumnya janin yang keluar itu sudah tidak bernyawa lagi. Sedangkan secara yuridis abortus provokatus kriminalis adalah setiap penghentian kehamilan sebelum hasil konsepsi dilahirkan, tanpa memperhitungkan umur bayi dalam kandungan dan janin dilahirkan dalam keadaan mati atau hidup. Bertolak pada pengertian di atas, dapatlah diketahui bahwa pada abortus provocatus ini ada unsur kesengajaan. Artinya, suatu perbuatan atau tindakan yang dilakukan agar kandungan lahir sebelum tiba waktunya. Menurut kebiasaan maka bayi dalam kandungan seorang wanita akan lahir setelah jangka waktu 9 bulan 10 hari. Hanya dalam hal tertentu saja seorang bayi dalam kandungan dapat lahir pada saat usia kandungan baru mencapai 7 bulan atupun 8 bulan. Dalam hal ini perbuatan aborsi ini biasanya dilakukan sebelum kandungan berusia 7 bulan. Menurut pengertian kedokteran yang dikemukakan oleh Lilien Eka Chandra, aborsi (baik keguguran maupun pengguguran kandungan) berarti terhentinya kehamilan yang terjadi di antara saat tertanamnya sel telur yang sudah (blastosit) dirahim sampai kehamilan 28 minggu. Batas 28 minggu dihitung sejak haid terakhir itu diambil karena sebelum 28 minggu, janin belum dapat

hidup (viable di luar rahim). Frekuensi terjadinya aborsi di Indonesia sangat sulit dihitung secara akurat karena banyaknya kasus aborsi buatan/sengaja yang tidak dilaporkan. Berdasarkan perkiraan dari BKBN, ada sekitar 2 juta kasus aborsi yang terjadi setiap tahunnya. Pada penelitian di Amerika Serikat terdapat 1,2-1,6 juta aborsi yang disengaja dalam 10 tahun terakhir dan merupakan pilihan wanita Amerika untuk kehamilan yang tidak diinginkan. Secara keseluruhan, di seluruh dunia, aborsi adalah penyebab kematian yang paling utama dibandingkan kanker maupun penyakit jantung.

sumber : Muhdiono, Aborsi Menurut Hukum Islam (Perbandingan Madzab Syafi’i dan Hanafi, Skripsi, UIN, Yogyakarta, 2002, hlm. 211. Yayasan Pengembangan Pedesaan, Kesehatan Reproduksi, cet. 1, Danar Wijaya, Malang, 1997, hlm. 141 Lukman Hakim Nainggolan, Aspek Hukum terhadap Abortus Provocatus dalam Perundangundangan di Indonesia, Jurnal Equality, Vol.11 No. 2, Agustus 2006,hlm. 96-97. Njowito Hamdani, Ilmu Kedokteran Kehakiman, Edisi Kedua, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992, hlm. 215 Sri Setyowati, Masalah Abortus Kriminalis di Indonesia dan Hubungannya dengan Keluarga Berencana Ditinjau dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, TP, Jakarta, 2002, hlm. 99

More Documents from "Elly"