Abnormalitas Seksual

  • Uploaded by: prabowo1987
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Abnormalitas Seksual as PDF for free.

More details

  • Words: 1,648
  • Pages: 15
Abnormalitas Seksual Parafilia Psikologi Abnormal

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Abnormal Yang diampu oleh Ibu Fajar Kawuryan, S.Psi Msi

Disusun Oleh: JOKO PRABOWO NIM. 2008-60-019

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MURIA KUDUS Kampus: Gondangmanis Bae Kudus PO.BOX.53 Telp. (0291) 438229 Fax. (0291) 437198 (i)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Psikologi Abnormal ”Abnormalitas Seksual Parafilia” tanpa halangan. Tugas ini dimaksudkan agar Mahasiswa Psikologi dapat mengerti dan memahami tentang kelainan seksual Parafilia. Dalam penyelesaian tugas ini penulis dapat dukungan dari berbagai pihak sehingga dapat terlaksana sebagaimana semestinya. Sehubungan atas partisipasi dan dukungannya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1.

Ibu Fajar Kawuryan, S.Psi Msi. selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Abnormal.

2.

Bapak, Ibu dan saudara-saudara ku yang selalu memberi semangat.

3.

Rekan-rekan kuliah yang memberikan masukan kepada penulis.

Penulis menyadari penyusunan makalah ini ada hal-hal yang kurang sempurna, maka kritik dan saran yang membangun, penulis harapkan.

Kudus,

Oktober 2009

Penulis

Joko Prabowo

(ii)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………………

i

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..

ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………

iii

BAB I : Pendahuluan……………………………..……………………………………..

1

A. Latar Belakang Permasalahan …..…………………………………….…

1

B. Tujuan ………………………………..……………………………………...

1

C. Manfaat …………………………………..………………………………....

1

BAB II : Tinjauan Kepustakaan………………………………………………………...

2

A. Teori Masalah Yang Diteliti ….…..………………………………………..

2

B. Dinamika Psikologi Tentang Masalah Yang Diteliti……………………..

8

BAB III : Metode Penelitian……………………………………………………………..

9

A. Responden ………………………..…………………………………………

9

B. Metode Pengumpulan Data ………………………………………………..

9

BAB IV : Hasil Dan Pembahasan ……………………………………………………… 10 A. Hasil Penelitian ……………………………………………………………… 10 B. Pembahasan ………………………………………………………………… 10 BAB V : Kesimpulan..……………………………………………………………………. 11 DAFTAR PUSAKA………………………………………………………………………... 11

(iii)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan Dalam dunia psikologi abnormal, gangguan abnormalitas seksual merupakan ruang lingkup didalamnya. Berdasar DSM IV TR (dari Asosiasi Psikiatrik Amerika) diklasifikasi menjadi tiga garis besar yaitu Disfungsi seksual, Parafilia dan Gangguan Identitas Gender. Seiring

dengan

perkembangan

zaman

yang

modern,

kebebasan

demokrasi dan human right, salah satu jenis dari gangguan abnormal seksual parafilia, yaitu Homoseksual mulai dihapus dari DSM IV TR dan dinyatakan bukan merupakan gangguan abnormal seksual lagi bahkan Saat ini di luar negeri sudah melegalkan perkawinan sejenis. Sedangkan gangguan abnormal seksual Parafilia jenis Pedofilia yaitu kondisi orang yang mempunyai ketertarikan atau hasrat seksual terhadap anakanak yang belum memasuki masa remaja. Penderita gangguan tersebut dapat dikenakan pelangaran hukum perlindungan anak. B. Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu guna mengetahui jenis-jenis gangguan abnormalitas seksual di masyarakat. C. Manfaat Penulisan makalah ini bermanfaat memberikan pengertian kepada pembaca tentang jenis-jenis gangguan abnormalitas seksual di masyarakat

(1)

BAB II TINJAUAN KEPEPUSTAKAAN

A. Teori Masalah Yang Diteliti ABNORMAL SEKSUAL Tingkah laku normal ialah tingkah laku yang adekwat (serasi, tepat) yang bisa diterima oleh masyarakat pada umumnya. Tingkah laku pribadi yang normal ialah perilaku yang sesuai dengan pola kelompok masyarakat tempat dimana ia berada; sesuai pula dengan norma-norma sosial yang berlaku pada saat dan tempat itu, sehingga tercapai relasi personal dan interpersonal yang memuaskan. Tingkah laku abnormal/menyimpang adalah tingkah laku yang tidak serasi/tepat, tidak bisa diterima oleh masyarakat pada umumnya, dan tidak sesuai norma sosial yang ada. Kegiatan Seks dikatakan normal yaitu? Baik pria maupun wanita harus menyadari, relasi seksual itu sebaiknya dilakukan dalam batas-batas norma etis/ susila, sesuai dengan normanorma masyarakat dan agama , demi menjamin kebahagiaan pribadi dan ketentraman masyarakat. Kegiatan Seks dikatakan abnormal yaitu? Bentuk perilaku seks yang menyimpang dengan tindakan yang tidak bertanggung jawab, didorong oleh kompulsi-kompulsi (tekanan paksaan) dan didorong oleh impuls-impuls abnormal.

(2)

DSM IV TR (dari Asosiasi Psikiatrik Amerika) Pada DSM IV ini terdapat beberapa modifikasi dalam terminologi sebelumnya dan skema rating yang digunakan pada beberapa axis. Sekarang ini telah diterbitkan DSM IV-TR (Text Revised). Sampai saat ini DSM IV dan DSM IV-TR digunakan sebagai pedoman klinisi dan profesional terkait untuk menentukan diagnostik.

Gangguan abnormal seksualitas diklasifikasi menjadi tiga garis besar yaitu Disfungsi seksual, Parafilia dan Gangguan Identitas Gender. 1.

2.

Disfungsi Seksual a.

Gangguan nafsu seksual

b.

Gangguan nafsu seksual Hipoaktif

c.

Gangguan keenganan seksual

d.

Gangguan gairah seksual wanita

e.

Gangguan ereksi / orgasme pria

f.

Gangguan Orgasme pada Wanita

g.

Ejakulasi Dini/Gangguan Nyeri Seksual

h.

Dispareunia Vaginismus

i.

Disfungsi Seksual Akibat Kondisi Medis Tertentu

j.

Disfungsi Seksual Akibat Penggunaan zat

Parafilia a.

Eksibisionisme

b.

Fethisisme

c.

Froteurisme

d.

Pedofilia

e.

Masokisme Seksual

f.

Sadisme Seksual

g.

Voyeurisme

h

Fethisisme Transvestik

g.

Parafilia yang tidak tergolongkan (3)

3.

Gangguan Identitas Gender a.

Gangguan Identitas Gender pada Kanak-kanak

b.

Gangguan Identitas Gender pada Remaja

c.

Gangguan Identitas Gender pada Orang Dewasa

PARAFILIA Istilah parafilia (kelainan seksual) pertama kali disebut oleh seorang psikoterapis bernama Wilhelm Stekel dalam bukunya berjudul Sexual Aberrations pada tahun 1925. Parafilia berasal dari bahasa Yunani, para berarti "di samping" dan philia berarti "cinta". Parafilia (penyimpangan gairah) dalam bentuk yang sangat berat merupakan penyimpangan dari norma-norma yang secara sosial tidak dapat diterima. ciri utama dari parafilia adalah: -

khayalan atau perilaku yang merangsang seksual yang dilakukan secara berulang-ulang dan sangat kuat, yang melibatkan obyek tertentu (misalnya sepatu, baju dalam, bahan kulit atau karet)

-

menimbulkan

penderitaan

dan

nyeri

pada

seseorang

atau

pasangannya -

melakukan

hubungan

seksual

dengan

orang

yang

tidak

menginginkannya (anak-anak, orang yang tidak berdaya atau pemerkosaan). biasanya mulai timbul pada akhir masa kanak-kanak atau mendekati masa pubertas, dan sekali muncul, biasanya akan terus menetap seumur hidup. parafilia bisa terjadi dalam bentuk fetihisme, transvestisme, pedofilia, eksibisionisme, voyeurisme, masokisme atau sadisme. sebagian besar penderita adalah pria, dan banyak yang menderita lebih dari 1 jenis parafilia. (4)

Jenis-jenis Parafilia: 1.

Ekhibisionisme •

Adanya khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual, atau perilaku yang berulang dan kuat untuk memamerkan alat kelaminnya kepada orang yang tidak dikenal atau tidak menduga

2.

Fetihisme •

Adanya khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual, atau perilaku yang berulang dan kuat berupa pemakaian

benda-benda

mati

(mis.

Pakaian dalam wanita) •

Objeknya bukan perlengkapan pakaian wanita yang digunakan pada “cross dressing” (berpakaian lawab jenis)

3.

Frotteurisme •

Adanya khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual, atau perilaku yang berulang dan kuat untuk menyentuh atau bersenggolan dengan orang yang tidak menyetujuinya

4.

Pedofilia •

Adanya khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual, atau perilaku yang berulang dan kuat berupa aktivitas

seksual

dengan

anak

prapuberitas atau anak-anak (biasanya berusia 13 tahun atau kurang)

5.

Masokisme Seksual •

Mendapat kesenangan seksual karena disiksa atau didominasi



Adanya khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual, atau perilaku yang berulang dan kuat berupa tindakan (nyata atau distimulasi) sedang dihina, dipukuli, diikat, atau hal lain yang membuat menderita

(5)

6.

Sadisme Seksual •

Adanya khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual, atau perilaku yang berulang dan kuat berupa tindakan (nyata atau distimulasi) di mana penderitaan korban secara fisik atau psikologis (termasuk penghinaan) adalah mengembirakan pelaku secara seksual

7.

Veyourisme •

Adanya khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual, atau perilaku yang berulang dan kuat berupa mengamati orang yang telanjang yang tidak menaruh curiga, sedang membuka pakaian, atau melakukan hubungan seksual

8.

Fetihisme Transvestik



Adanya khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual, atau perilaku yang berulang dan kuat berupa “cross dressing”

9.

Parafilia yang tidak tergolongkan •

Bestially Bestially adalah manusia yang suka melakukan

hubungan

seks

dengan

binatang seperti kambing, kerbau, sapi, kuda, ayam, bebek, anjing, kucing, dan lain sebagainya. •

Incest Adalah hubungan seks dengan sesama anggota keluarga sendiri non suami istri seperti

antara

ayah

dan

anak

perempuan dan ibu dengna anak cowok

(6)



Necrophilia/Necrofil Adalah orang yang suka melakukan hubungan seks dengan orang yang sudah menjadi mayat / orang mati.



Zoophilia Zoofilia adalah orang yang senang dan terangsang melihat hewan melakukan hubungan seks dengan hewan.



Sodomi Sodomi

adalah

berhubungan

pria

seks

yang

melalui

suka dubur

pasangan seks baik pasangan sesama jenis (homo) maupun dengan pasangan perempuan. •

Gerontopilia adalah suatu perilaku penyimpangan seksual dimana sang pelaku jatuh cinta dan mencari kepuasan seksual kepada orang yang sudah berusia lanjut (neneknenek atau kakek-kakek).

(7)

B. Dinamika Psikologi Yang Diteliti

Tentang

Masalah

(8)

BAB III METODE PENELITIAN

Foto Responden Pujiono Cahyo

Foto Korban Pedofilia Lutfiana Ulfa

Responden

Nama

:

Pujiono Cahyo Widianto alias Syekh Puji

Umur

:

44 tahun

Alamat

:

Ds. Bedono Ungaran Kota Semarang

Pekerjaan

:

Wiraswasata

A. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini sangat memerlukan adanya data-data yakni sebagai bahan yang akan dipelajari. 1.

Metode Pengumpulan Data : Adalah suatu cara yang digunakan oleh penulis untuk meneliti responden dengan mengumpulkan berbagai berita baik cetak maupun elektronik mendapatkan data untuk membahas permasalahan.

2.

Metode Studi Pustaka : Adalah suatu metode yang digunakan dalam mencari data awal mengenai referensi dari buku berkaitan dengan masalah yang diteliti. (9)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian Pujiono Cahyo Widianto alias Syekh Puji menikahi bocah-bocah di bawah umur. Menurut keterangan warga dan kalangan dekat Syekh Puji, saat ini baru Lutfiana Ulfa yang sudah dinikahi. Gadis berusia 12 tahun tersebut telah dinikah siri pada 8 Agustus 2008. Sementara dua bocah lainnya, akan dinikahi dalam minggu-minggu ini. Nantinya, istri-istrinya tersebut akan dikumpulkan Syekh Puji di lingkungan ponpes Miftahul Jannah, miliknya. Di lingkungan ponpes setiap istri akan punya tugas masing-masing. Misalnya istri pertamanya, Ummi Hani (26), yang ditugasi mengurus ponpes. Sedangkan Ulfa, sejak 19 Oktober 2008 diserahi tugas mengelola PT Silenter, yang bergerak dalam bidang pembuatan kaligrafi dari kuningan. Di perusahaan tersebut Ulfa duduk sebagai general manager B. Pembahasan Dari ciri-ciri tersebut Syekh Puji telah melanggar UU Perlindungan Anak bisa dibilang masuk dalam kriteria pedofilia. Sebut saja selisih usianya dengan Ummu Hani, istri pertamanya. Usia Syekh Puji saat ini menginjak 43 tahun. Sedangkan Ummu Hani baru berusia 26 tahun. Jadi usia Syekh Puji dan Ummu Hani berjarak 17 tahun. Dan sekarang ia ingin menikahi gadis berusia 12, 9, dan 7 tahun.

(10)

BAB V KESIMPULAN Kesimpulan

1. Gangguan abnormal seksualitas diklasifikasi menjadi tiga garis besar yaitu Disfungsi seksual, Parafilia dan Gangguan Identitas Gender. 2. Pedofilia merupan jenis dari gangguan abnormaliatas seksual Parafilia. 3. Tindakan Pedofilia merupakan abnormal seksual yang melanggar hukum UU Perlindungan Anak antara lain.

Daftar Pusaka



Terjemah DSM IV Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder TR,1990



Dr A.N. Farag, Dasar-dasar seksologi, Galeri Wacana, 2003

(11)

Related Documents


More Documents from "ainil mardiah"