Abd.docx

  • Uploaded by: Zha Zha Nurul Zahra
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Abd.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,599
  • Pages: 33
BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL

REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

Januari 2019

UNIVERSITAS TADULAKO

ALAT BANTU DENGAR

Disusun Oleh: Lilis Endah Sulistiyawati Paneo N 111 17 044

Pembimbing Klinik: KOMPOL dr. Benyamin F. L Sitio, M.Sc, Sp.THT-KL

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2019

BAB I PENDAHULUAN

Komponen panca indra pada manusia sangat penting dalam kelangsungan hidup manusia itu sendiri, termasuk telinga dengan fungsi pendengaran dan keseimbangan. Pendengaran yang baik merupakan salah satu kebutuhan hidup yang sangat penting bagi kita. Jika kita mengalami gangguan pendengaranmaka hal itu akan sangat berdampak buruk dalam kehidupan sehari-hari. Pemenuhan kualitas hidup adalah hal penting bagi orang yang menderita gangguan pendengaran beserta keluarganya.1 Gangguan pendengaran dapat disebabkan faktor seperti genetik, penuaan, terpapar suara keras, infeksi, kelainan kongenital, trauma pada telinga dan juga paparan toksin. Pada seseorang dengan gangguan pendengaran yang berat, suara yang cukup keras tidak dapat terdengar atau yang biasanya terjadi adalah orang tersebut sangat sulit mengerti kata-kata yang diucapkan. 2 Ancaman gangguan pendengaran ini tidak hanya dialami oleh orang tua dan anak-anak saja, tetapi remaja pun memiliki peluang untuk terkena gangguan pendengaran.3 Sekitar 1,1 miliar dewasa muda di seluruh dunia diperkirakan memiliki risiko penurunan pendengaran akibat kebiasaan yang tidak sehat bagi pendengarannya. Sebuah analisis data yang dilakukan oleh The National Health and Nutrition Examination Survey di Amerika Serikat menunjukkan prevalensi gangguan pendengaran pada remajausia 12-19 tahun meningkat dari 3,5% menjadi 5,3%.4 Dalam kasus-kasus tersebut beberapa jenis suara atau percakapan sulit untuk didengar, terutama di lingkungan suara yang bising. Saat ini sudah tersedia teknik penanganan gangguan pendengaran yang baru dan lebih baik. Penanganan gangguan pendengaran yang efektif telah terbukti menghasilkan efek positif terhadap kualitas hidup.2 Pemasangan alat bantu dengar (ABD) merupakan upaya pertama dalam habilitasi pendengaran. ABD adalah suatu perangkat elektronik yang berguna

1

untuk memperkeras suara yang masuk ke dalam telinga sehingga si pemakai dapat mendengar lebih jelas suara yang ada disekitarnya.3

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Anatomi dan Fisiologi Telinga

2.1.1. Telinga Luar Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus.1,2 Gambar 1. Pembagian telinga(1)

Gambar 2. Anatomi telinga1 Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua

3

pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani.1,2 Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.3

2.1.2. Telinga Tengah Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen. Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal.1,2

Gambar 2. Membran Timpani2

4

Gambar 3. Tulang-tulang Pendengaran, Kanal semisirkularis, dan Potongan Koklea2 Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara. 1 Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. Anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.2 Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.1,2

5

2.1.3. Telinga Dalam Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan dengan keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan arah dan gerakan seseorang. 2 Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak sempurna mengisinya,Labirin membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis. 1,2 Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organan Corti. Labirin membranosa memegang cairan yang dina¬makan endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe danendolimfe dalam telinga dalam; banyak kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu. Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam cairan telinga dalam di dalam kanalis dan merangsang sel-sel rambut labirin membranosa. Akibatnya terja¬di aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang vesti-bular nervus kranialis VIII ke otak. 1,3 Perubahan posisi kepala dan percepatan linear merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII. Di dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis (akus-dk), yang muncul dari koklea, bergabung dengan nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius internus adalah nervus fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus membawa nervus tersebut dan asupan darah ke batang otak.1,5

6

Fisiologi fungsional jendela oval dan bulat memegang peran yang penting. Jendela oval dibatasi oleh anulare fieksibel dari stapes dan membran yang sangat lentur, memungkinkan gerakan penting,dan berlawanan selama stimulasi bunyi, getaran stapes menerima impuls dari membrana timpani bulat yang membuka pada sisi berlawanan duktus koklearis dilindungi dari gelombang bunyi oleh menbran timpani yang utuh, jadi memungkinkan gerakan cairan telinga dalam oleh stimulasi gelombang suara. 5 Pada membran timpani utuh yang normal, suara merangsang jendela oval dulu, dan terjadi jedai sebelum efek terminal stimulasi mencapai jendela bulat. Namun waktu jeda akan berubah bila ada perforasi pada membran timpani yang cukup besar yang memungkinkan gelombang bunyi merangsang kedua jendela oval dan bulat bersamaan. Ini mengakibatkan hilangnya jeda dan menghambat gerakan maksimal motilitas cairan telinga dalam dan rangsangan terhadap sel-sel rambut

pada

organ

Corti.

Akibatnya

terjadi

penurunan

kemampuan

pendengaran.1,4 Gelombang bunyi dihantarkan oleh membrana timpani ke osikuius telinga tengah yang akan dipindahkan ke koklea, organ pendengaran, yang terletak dalam labirin di telinga dalam. Osikel yang penting, stapes, yang menggo dan memulai getaran (gelombang) dalam cairan yang berada dalam telinga dalam. Gelombang cairan ini, pada gilirannya, mengakibatkan terjadinya gerakan membrana basilaris yang akan merangsang sel-sel rambut organ Corti, dalam koklea, bergerak seperti gelombang. Gerakan membrana akan menimbulkan arus listrik yang akan merangsang berbagai daerah koklea. Sel rambut akan memulai impuls saraf yang telah dikode dan kemudian dihantarkan ke korteks auditorius dalam otak, dan kernudian didekode menjadi pesan bunyi.1,4

7

Gambar 4. Organ Corti1

Pendengaran dapat terjadi dalam dua cara. Bunyi yang dihantarkan melalui telinga luar dan tengah yang terisi udara berjalan melalui konduksi udara. Suara yang dihantararkan melalui tulang secara langsung ke telinga dalam dengan cara konduksi tulang. Normalnya, konduksi udara merupakan jalur yang lebih efisien; namun adanya defek pada membrana timpani atau terputusnya rantai osikulus akan memutuskan konduksi udara normal dan mengakibatkan hilangnya rasio tekanan-suara dan kehilangan pendengaran konduktif.1,2,3,6

2.2.

Fisiologi Pendengaran Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun

telinga (pinna) dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaranyang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan oval window. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan oval window sehingga perilimf pada skala vestibuli bergerak. 1

8

Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimf, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area broadmann 39-40) di lobus temporalis.2

2.3.

Gangguan Pendengaran Tuli dibagi atas tuli konduktif, tuli sensorineural serta tuli campur (mixed

deafness). Gangguan telinga luar dan telinga tengah dapat menyebabkan tuli konduktif, sedangkan gangguan telinga dalam menyebabkan tuli sensorineural, yang terbagi atas tuli koklea dan tuli retrokoklea.3 World

Health

Organization

(WHO)

mengenai

angka

gangguan

pendengaran dan ketulian menunjukkan peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2000 terdapat 250 juta (4,2%) dari total penduduk dunia, tahun 2005 sekitar 278 juta (4,2%) dan mengalami peningkatan pada tahun 2013 menjadi sekitar 360 juta (5,3%) penduduk dunia, 328 juta penduduk (91%) merupakan orang dewasa dan 32 juta (9%) adalah anak-anak.2

2.3.1. Etiologi gangguan Pendengaran Pada tuli konduktif terdapat gangguan hantaran suara, disebabkan oleh kelainan atau penyakit di telinga luar atau telinga tengah. Telinga luar yang menyebabkan tuli konduktif adalah atresia liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna sirkumskripta, osteoma liang telinga. Kelaina di telinga tengah yang menyebabkan tuli konduktif adalah tuba katar/sumbatan tuba eustachius, otitis media, otoskletrosis, hemotimpanum dan dislokasi ulang pendengaran.3 Pada tuli sensorineural kelainan terdapat pada koklea karena sedikitnya jumlah hair cell, nervus VIII atau di pusat pendengaran. Tuli sensorineural koklea

9

disebabkan oleh aplasia (kongenital), labirintis (oleh bakteri maupun virus), intoksikasi obat streptomisin, kanamisisn, garamisin, neomisin, kina, asetosal atau alkohol. Selain itu juga dapat disebabkan oleh mendadak (sudden deafness), trauma kapitis, trauma akustik serta pajanan bising. Tuli sensorineural retrokoklea disebabkan oleh trauma akustik, tumor sudut pons serebelum, mieloma multipel, cedera otak, perdarahan otak dan kelainan otak lainnya.3 Sedangkan tuli campur disebabkan oleh kombinasi tuli konduktif dan tuli saraf. Tuli campur dapat merupakan satu penyakit, misalnya tumor nervus VIII (tuli saraf) dengan radang telinga tengah (tuli konduktif).3 Derajat Gangguan Pendengaran / Ketulian Menurut ISO(1) Derajat Pendengaran

Kehilangan Pendengaran

Normal

0-25 dB

Ringan

26 – 40 dB

Sedang

41 – 55 dB

Sedang Berat

56 – 70 dB

Berat

71 – 90 dB

Sangat berat

2.4.

>90 dB

Pemeriksaan Pendengaran Untuk memeriksa pendengaran diperlukan pemeriksan hantaran melalui

udara dan melalui tulang dengan memakai garpu tala atau audiometri nada murni. Kelainan hantaran melalui udara menyebabkan tuli koduktif, bererti ada kelainan di telinga luar atau tengah sednagkan kelainan ditelinga dalam menyebabkan tuli sensorineural 3 Secara fisiologik telinga dapat mendengar nada antara 20 sampai 18.000 Hz. Untuk pendengaran sehari-hari yang paling efektif antara 500-2000 Hz. Pemeriksaan pendengaran dilakukan secara kualitatif dengan mempergunakan garpu tala dan kuantitatif menggunakan audiometri. 3

10

2.4.1

Tes Penala Pemeriksaan ini merupakan tes kualitatif dengan menggunakan garpu tala

512 Hz. Terdapat beberapa macam tes penala, seperti tes Rinne, tes Weber dan tes Schwabach.3 2.4.1.1 Tes Rinne Tujuan : membandingkan hantaran melalui udara dengan hantaran melalui tulang pada satu telinga penderita. Cara kerja : garpu tala digetarkan, letakkan tangkainya tegak lurus pada prosesus mastoid penderita sampai penderita tidak mendengar, kemudian cepat pindahkan ke depan liang telinga penderita kira-kira 2,5 cm. Interpretasi: Bila penderita masih mendengar disebut Rinne positif, bila penderita tidak mendengar disebut Rinne negatif . Pada tuli campuran, Tes Rinne positif tetapi kadang juga negatif.3 2.4.1.2 Tes Weber Tujuan : Membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga penderita. Cara kerja : Garpu tala digetarkan, letakkan di garis tengah kepala (verteks, dahi, pangkal hidung, di tengah-tengah gigi seri atau di dagu). Apabila bunyi garpu tala terdengar keras padasalah satu telinga disebut weber lateralisasi ke telinga tersebut. Bila tidak dapat dibedakan, kearah mana bunyi terdengar lebih keras disebut weber tidak ada leteralisasi. Pada tuli campuran, lateralisasi kearah telinga yang sehat.3 2.4.1.3 Tes Schwabach Tujuan : Membandingkan hantaran tulang penderita denganpemeriksa yang pendengarannya normal. Cara kerja : Garpu tala digetarkan, letakkan garpu tala pada prosesus mastoideus penderita sampai tidak terdengar bunyi. Kemudian tangkai penala segera dipindahkan pada prosesus mastoideus pemeriksa. Interpretasi : Bila pemeriksa masih mendengar getaran garpu tala, disebut schwabach memendek. Ini mempunyai arti klinis tuli semsorineural. Bila pemeriksa tidak mendengar getaran garpu tala, maka pemeriksaan diulangi dengan garpu tala diletakkan terlebih dahulu di prosesus mastoideus pemeriksa.

11

Jika penderita masih dapat mendengar disebut schwabach memanjang (tuli konduktif) dan jika penderita tidak mendengar disebut schwabach normal.3 2.4.1.4 Tes Bing (tes oklusi) Tes bing ialah aplikasi dari apa yang disebut sebagai efek oklusi, dimana garpu tala terdengar lebih keras dari telinga normal ditutup. Bila liang telinga ditutup dan dibuka bergantian saat penala yang bergetar ditempelkan dimastoid, maka telinga normal akan menangkap bunyi yang mengeras dan melemah (bing positif). Cara pemeriksaan: tragus telinga yang diperiksa ditekan smapai menutup liang telinga, sehingga terdapat tuli konduktif kira-kira 30dB. Penala digetarkan dan diletakkan pada pertengahan kepala (seperti pada tes Weber). Penilaian: bila terdapat lateralisasi ketelingan yang ditutup, berarti telinga tersebut normal. Bila bunyi pada telinga yang ditutup tidak bertambah keras berarti telinga tersebut menderita tuli konduktif.3 2.4.1.5 Tes Stenger Tes ini digunakan pada pemeriksaan tuli anorganik (simulasi atau pura-pura tuli). Cara pemeriksaan: menggunakan prinsip masking. Misalnya pada seseorang yang berpura-pura tuli pada telinga kiri. Dua buah penala yang identik digetarkan dan masing-masing diletakan didepan telinga kiri dan kanan, dengan cara tidak kelihatan oleh yang diperiksa. Penala pertama digetarkan dan diletakkan didepan telinga kanan (yang normal) sehingga jelas terdengar. Kemudian penala yang kedua digetarkan lebih keras dan diletakkan didepan telinga kiri (yang pura-pura tuli). Apabila kedua telinga normal karena efek masking, hanya telinga kiri yang mendengar bunyi; jadi telinga kanan tidak akan mendengar bunyi. Tetapi bila telinga kiri tuli, telinga kanan tetap mendengar bunyi.3

2.4.2

Tes Berbisik Pemeriksan ini bersifat semi-kuantitatif, menentukan derajat ketulian

secara kasar. Hal yang perlu diperhatikan ialah ruangan cukup tenang, dengan panjang minimal 6 meter. Pada nilai normal tes berbisik: 5/6 – 6/6.3

12

2.4.3

Audiometri Pada pemeriksaan audiometri, dibuat grafik (audigram) yang merupakan

ambang pendengaran penderitalewat hantaran tulang (bone conduction = BC) dan hantaran udara (air condation = AC) dan pemeriksaan audiometri ini bersifat kuantitatif dengan frekuensi suara 125, 500, 1000, 2000, 4000, dan 8000 Hz. 3 Pada Tuli campur, dari penilaian audiogram didapatkan : AC dan BC lebih dari 25 Db. AC dan BC terdapat gap.

Gambar 5. Audigram3 Selain dapat menentukan jenis tuli yang diderita, dengan audiogram kita juga menentukan derajat ketulian, yang dihitung hanya dengan ambang dengar (AD) hantaran udaranya (AC) saja. Ambang dengar (AD) : AD 500 Hz + AD 1000 Hz + AD 2000 Hz + AD 4000 Hz Interpretasi derajat ketulian menurut ISO : 0 – 25 dB : normal >25 – 40 dB : tuli ringan >40 – 55 dB : tuli sedang >55 – 70 dB : tuli sedang berat >70 – 90 dB : tuli berat >90 dB : tuli sangat berat

13

2.5.

Definisi Alat Bantu Dengar (Hearing Aid) Alat bantu dengar (ABD) adalah suatu perangkat elektronik yang berguna

untuk memperkeras (amplifikasi) suara yang masuk ke dalam telinga sehingga si pemakai dapat mendengar lebih jelas suara yang ada di sekitarnya. Berdasarkan hasil tes fungsi pendengaran, seorang audiologis bisa menentukan apakah penderita sudah memerlukan alat bantu dengar atau belum. Alat bantu dengar sangat membantu proses pendengaran dan pemahaman percakapan pada penderita penurunan fungsi pendengaran sensorineural. 3

2.6.

Komponen Alat Bantu Dengar Alat bantu dengar merupakan suatu alat elektronik yang dioperasikan

dengan batere, yang berfungsi memperkuat dan merubah suara sehingga komunikasi bisa berjalan dengan lancar. Alat bantu dengar terdiri dari: a.

Microphone, bagian yang berperan menerima suara dari luar dan mengubah sinyal suara menjadi energi listrik, kemudian meneruskannya ke amplifier.

b.

Amplifier, berfungsi memperkeras suara dengan cara memperbesar energi listrik yang selanjutnya mengirimkannya ke receiver.

c.

Receiver atau loudspeaker, mengubah energi listrik yang telah diperbesar amplifier menjadi energi bunyi kembali dan meneruskannya ke liang telinga

d.

Batere, sebagai sumber tenaga.7,8

Gambar 6. Komponen Alat Bantu Dengar11

14

Berdasarkan hasil tes fungsi pendengaran, seorang audiologis bisa menentukan apakah penderita sudah memerlukan alat bantu dengar atau belum (audiologis adalah seorang profesional kesehatan yang ahli dalam mengenali dan menentukan beratnya gangguan fungsi pendengaran). Alat bantu dengar sangat membantu proses pendengaran dan pemahaman percakapan pada penderita penurunan fungsi pendengaran sensorineural. Dalam menentukan suatu alat bantu dengar, seorang audiologis biasanya akan mempertimbangkan hal-hal berikut: a.

Kemampuan mendengar penderita

b.

Aktivitas di rumah maupun di tempat bekerja

c.

Keterbatasan fisik

d.

Keadaan medis

e.

Penampilan

f.

Harga.8,9

2.7.

Prinsip Kerja Alat Bantu Dengar Alat Bantu Dengar bekerja seperti mic dan speaker. Mic berfungsi untuk

menangkap suara dari sekitar yang kemudian akan diubah menjadi gelombang listrik, lalu diamplifikasi dengan menggunakan speaker, sehingga bunyi menjadi lebih keras dan bisa didengar oleh penderita. 8

Gambar 7. Cara Kerja Alat Bantu Dengar8

15

2.8.

Indikasi Pemakaian Alat Bantu Dengar Setiap orang dengan kesulitan mendengar atau memahami pembicaraan

harus mempertimbangkan penggunaan alat amplifikasi pendengaran. Hal ini terutama sangat dianjurkan untuk anak-anak dengan gangguan pendengaran, dimana intervensi harus dianjurkan sedini mungkin. Gangguan pendengaran dapat secara umum dikelompokkan menjadi: a.

Mild Hearing Loss (20-40 dB) Penggunaan alat bantu dengar dapat membantu kemampuan komunikasi pasien. Beberapa pasien dapat mempertimbangkan pemakaian alat bantu dengar paruh waktu / pada kondisi-kondisi tertentu saja

b.

Moderate Hearing Loss (45-65 dB) Penggunaan alat bantu dengar sudah menjadi kebutuhan bagi pasien dalam kategori ini. Pada umumnya alat bantu dengar memberikan hasil yang baik bila dipakai dengan strategi pemakaian yang sesuai

c.

Severe Hearing Loss (70-85 dB) Alat bantu dengar harus digunakan bila pasien masih ingin berkomunikasi dengan suara sebagai media penerimaan primernya. Pada beberapa kasus pasien dengan tingkat gangguan pendengaran ini membutuhkan implantasi koklea.

d.

Profound Hearing Loss (>85 dB) Keberhasilan penggunaan alat bantu dengar pada pasien ini berbeda-beda tergantung umur dan berbagai faktor lainnya. Pada kasus yang baik, kemampuan komunikasi pasien dapat membaik, dan pada kasus terburuk pun, setidaknya alat bantu dengar masih dapat membantu sebagai warning device. Pasien dengan gangguan pendengaran jenis ini merupakan kandidat kuat untuk implantasi koklea. Selain tipe dan derajat ketulian, ada beberapa faktor lainnya yang perlu

diperhitungkan mengenai apakah seorang pasien membutuhkan alat bantu dengar, antara lain: a.

Umur dan kondisi kesehatan mental dan fisik pasien secara umum

b.

Motivasi pasien (Bukan keluarga atau pihak lain)

16

c.

Kondisi keuangan pasien

d.

Pertimbangan kosmetis

e.

Kebutuhan pasien akan komunikasi, terutama dalam kehidupan serta pekerjaan1,12,14

2.9.

Kontraindikasi Pemakaian Alat Bantu dengar Bila terdapat penyakit di telinga bagian luar, bagian tengah dan bagian

dalam serta nervus pendengaran dan jalur pendengaran secara sentral harus diterapi dengan tepat sebelum menerima izin medis untuk menggunakan alat bantu dengar. Beberapa kondisi memerlukan tes tambahan untuk menyingkirkan penyakit yang signifikan, misalnya neuroma akustik pada pasien dengan gangguan pendengaran asimetris yang signifikan dan gangguan pendengaran sensorineural yang tidak dapat dijelaskan, gangguan telinga bagian dalam autoimun aktif dan Meniere’s disease. Namun kondisi ini tidak selalu menjadi kontraindikasi untuk penggunaan alat bantu dengar.10 Otorrhea dan otitis media supuratif kronik dapat mengganggu kemampuan pasien yang memakai alat bantu dengar. Kondisi tersebut harus ditangani. Kadang-kadang kondisi ini terus bertahan hingga tidak mungkin bagi beberapa penderita memakai alat bantu dengar dan membutuhkan pengobatan alternatif (misalnya, bone-anchored hearing aids) atau modalitas amplifikasi.10

2.10. Klasifikasi 2.10.1. Menurut sistim kerjanya Cara kerja alat bantu dengar berbeda-beda tergantung pada elektronik yang dipakai. Ada 2 tipe utama yaitu analog dan digital. 2.10.1.1. Analog Alat bantu dengar analog mengubah gelombang suara menjadi sinyal listrik, yang kemudian diperkuat. Alat bantu dengar analog / disesuaikan dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan setiap pengguna. Alat bantu dengar diprogram oleh produsen sesuai dengan spesifikasi yang direkomendasikan oleh audiolog. 3

17

Alat bantu dengar analog memiliki lebih dari satu program atau setting. Seorang audiologis dapat memprogram bantuan menggunakan komputer, dan dapat mengubah program sesuai dengan lingkungan yang berbeda-beda, dari sebuah ruangan kecil yang sepi, restoran yang ramai, hingga area terbuka yang luas, seperti teater atau stadion. Sirkuit analog dapat digunakan di semua jenis alat bantu dengar. Alat bantu analog biasanya lebih murah daripada alat bantu digital.3 2.10.1.2. Digital Alat bantu dengar digital mengubah gelombang suara menjadi kode numerik, mirip dengan kode biner komputer, sebelum memperkuatnya. Karena kode tersebut juga mencakup informasi tentang nada atau kenyaringan suara, bantuan tersebut dapat diprogram secara khusus untuk memperkuat beberapa frekuensi lebih banyak daripada yang lain. Sirkuit digital memberi audiolog lebih banyak fleksibilitas dalam menyesuaikan bantuan dengan kebutuhan pengguna dan lingkungan mendengarkan tertentu. Alat bantu ini juga bisa diprogram untuk fokus pada suara yang datang dari arah tertentu.ABD Sistim digital menjadi sangat fleksibel karena secara otomatis dapat beradaptasi dengan suara yang keras atau halus, sehingga tidak terjadi perkerasan yang berlebihan Sirkuit digital dapat digunakan di semua jenis alat bantu dengar.Saat ini sebagian besar alat bantu dengar sudah memakai teknologi digital.15

Gambar 8. Alat Bantu Dengar Analog dan Digital8

18

2.10.2. Menurut Hantarannya Berdasarkan jenis hantaran suaranya, ABD dapat dibedakan menjadi 2 macam:3 2.10.2.1. ABD Jenis hantaran tulang Bone conduction aid digunakan pada gangguan pendengaran jenis hantaran (konduktif). Biasanya dimanfaatkan pada kasus atresia liang telinga. Selain itu, jenis ini juga digunakan pada kasus dimana sewaktu-waktu liang telinga terisi cairan yang berasal dari infeksi telinga tengah. ABD jenis hantaran tulang dibedakan menjadi: a.

ABD hantaran tulang konvensional Suara dari luar akan yang ditangkap akan mengaktifkan bone vibrator. Getaran tulang dihasilkan oleh bone vibrator yang ditempelkan pada tulang mastoid dengan bantuan ikat kepala khusus, kaca mata, atau plastik mirip bando. Kerugian ABD jenis ini adalah tidak praktis, penampulan kurang menarik (kosmetik), butuh amplifikasi besar dan timbul lecet pada kulit yang menempel dengan bone vibrator. Pilihan model ABD pada sistim ini adalah jenis saku atau BTE.6

b.

ABD jenis BAHA (Bone Anchored Hearing AID) Bone Anchored Hearing Aid (BAHA) merupakan suatu alat bantu dengar yang ditanam perkutaneus di daerah post auricular yang berfungsi menghantarkan gelombang melalui tulang, kemudian dilanjutkan langsung ke telinga dalam tanpa melalui telinga luar maupun liang telinga tengah.12

Gambar 9. BAHA ((Bone Anchored Hearing AID)12

19

Komponen BAHA 1) Implan titanium: berbentuk seperti mur kecil, merupakan alat yang ditanam pada tulang tengkorak dan tidak menyentuh lapisan otak atau organ lainnya dikepala, implan titanium ini nantinya akan menyatu (osseointegrasi) dengan tulang. 2) Abunment: dari bahan titanium sebagai penghubung, seperti topi terbalik, ukuranya kecil, merupakan alat yang menghubungkan dengan implant dan soundprocessor. 3) Sound processor: alat untuk menagkap, memprose dan merubah suara menjadi vibrasi yang akan dihantarkan melalui abunment11. Cara kerja BAHA Suara ditangkap oleh processor eksternal melalui mikrofon merubahnya menjadi getaran. Getaran suara tersebut kemudian dikirim melalui tulang tengkorak dan rahang menuju ke telinga bagian dalam. Gerakan ini menyebabkan cairan didalam telinga dalam (koklea) menggerakan sel-sel rambut koklea. Kemudian implus listrik dikirim ke saraf pendengaran menuju ke otak dan diproses sehingga pengguna dapat mendengar.11 Indikasi Audiologi 1) BAHA dapat digunakan pada semua kasus gangguan pendengaran konduktif, gangguan pendengaran sensorineural hingga 45 dB HL. 2) Maksimal SDS (speech discrimination scor) lebih 60 %. 3) Untuk tuli pada satu sisi dengan ambang dengar nada murni konduksi udara harus ≥20-25 dB HL. 4) Gunakan test band/rod untuk mengevaluasi kualitas suara dan kemungkinan yang didapatkan dari BAHA sebelum implantasi11 Indikasi otologi 1) Malformasi kongenital dengan agenesis atau atresia telinga tengah atau telinga luar. 2) Pengaliran telinga yang kronis yang tidak memungkinkan untuk menggunakan alat bantu dengar konduksi udara, seperti kasus mastoidectomy dengan transmisi suara yang tidak baik dan masalah

20

kelembaban, discharge atau infeksi pada kasus oklusi dengan alat bantu dengar otitis eksterna yang berulang. 3) Pasien dengan gangguan pendengaran konduktif unilateral atau tidak dapat dibantu dengan alat dengar konduksi udara kovensional. 4) Tuli total kongeniytal atau tuli yang didapat.11 Kontra indikasi 1) Nilai rata-rata konduksi tulang < 60 dB HL. 2) Retarasi mental atau pasien yang tidak kooperatif. 3) Anak < 2 tahun. 11 Komplikasi 1) Komplikasi yang sering didapatkan pada penggunaan BAHA adalah inflamasi atau infeksi disekitar implan. Akan tetapi ini didapatkan <1 % dan biasanya disebabkan oleh pembersihan yang tidak benar pada tempat skin flap.11

2.10.2.2. ABD Jenis hantaran udara ABD jenis hantaran udara merupakan ABD yang lebih lazim ditemukan dan tersedia dalam berbagai bentuk. ABD jenis ini bekerja dengan prinsip mengurangi jarak dari sumber suara dengan cara meletakkan loudspeaker di telinga penderita.7

2.10.3. Menurut bentuknya Setiap bentuk ABD memiliki keuntungan dan kerugiannya masingmasing. Berikut adalah pembahasan beberapa jenis ABD yang ada saat ini: 2.10.3.1. ABD Jenis Saku (Pocket / Body Worn Type) ABD jenis ini dapat dianggap sebagai ABD jenis terbesar. Mikrofon dan amplifier berada dalam satu unit berbentuk kotak; sedangkan receiver terpisah dan berada di liang telinga. Antara kotak (mikrofon, amplifier, dan baterai) dengan receiver dihubungkan melalui kabel. Biasanya kotak ditempatkan pada saku baju atau kantung khusus yang digantungkan pada dada. Pada ABD jenis saku

21

penempatan terpisah ini dimaksudkan agar pengguna dapat leluasa memperbesar output tanpa khawatir timbulnya bunyi feedback. 15 Jadi ABD jenis saku ini diperlukan oleh penderita tuli berat atau sangat berat yang membutuhkan perkerasan bunyi atau output yang besar. Hal ini dianggap sebagai faktor yang menguntungkan untuk ABD jenis saku. Keuntungan lain adalah dapat menggunakan baterai silinder biasa (ukuran AAA) yang selain murah juga mudah didapat. Selain itu, tombol pengatur juga mudah disesuaikan.15 Faktor yang merugikan dari ABD jenis saku: a.

Penampilan kosmetik kurang baik

b.

Kemampuan mikrofon melokalisir bunyi dari belakang terhalang oleh tubuh

c.

Tidak praktis karena ukuran relatif besar

d.

Kabel dapat putus

e.

Dapat timbul bunyi gesekan antara ABD dengan kain saku3

Gambar 10. Jenis Saku ( Pocket type, Body Worn Type)12

2.10.3.2. ABD jenis Belakang Telinga (BT) / Behind The Ear (BTE) ABD ini dipasang pada lekukan daun telinga bagian belakang, dengan mikrofon mengarah ke depan. Posisi ini cukup baik karena selain selalu mengikuti gerakan kepala juga menghadap lawan bicara. Suara yang telah diperkeras

22

(output) disalurkan melalui pipa plastik (tubing) yang terhubung dengan ear mould di concha daun telinga, untuk selanjutnya diteruskan ke liang telinga.15 Kemampuan amplifikasinya cukup besar, juga tersedia jenis super power. Dalam hal mencegah bunyi feedback masih sedikit dibawah jenis saku. Sumber tenaga berupa batere yang bentuknya pipih dan tipis (disc). Penyetelan tombol pengatur juga relatif lebih mudah dibandingkan ABD jenis lain yang lebih kecil.15

Gambar 11. Behind the Ear (BTE)8

2.10.3.3. Open-fit mini BTE ABD jenis ini merupakan ABD yang paling baru dikembangkan. ABD jenis ini mengkombinasikan kelebihan akustik dari ABD berukuran besar dan kelebihan kosmetik dari ABD berukuran kecil. Open-fit mini BTE terdiri dari alat BTE yang kecil, tuba kurus tersembunyi yang berfungsi sebagai pengait daun telinga, dan receiver yang halus dan tidak sampai menutupi liang telinga. Hasilnya, efek oklusi yang dialami pasien berkurang, baterai dan amplifier yang lebih baik dibandingkan tipe yang lebih kecil, tampilan kosmetik yang lebih baik dibanding ABD tipe besar lainnya, dan pemakaian yang lebih singkat karena tidak

23

memerlukan cetakan personal yang presisi sebagaimana ABD tipe BTE dan ITE butuhkan.13 2.10.3.4. ABD Jenis Dalam Telinga (DT) / In The Ear (ITE) ABD jenis ITE ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan BTE. Dipasang pada bagian concha daun telinga. Komponen ABD menyatu dengan ear mould. Karena ukurannya yang relatif kecil berarti jarak antara mikrofon dengan receiver juga lebih pendek, akibatnya kemampuan amplifikasinya terbatas sehingga hanya cocok untuk ketulian derajat sedang.13

Gambar 12. In The Ear (ITE)14

2.10.3.5. ABD tipe kanalis / In The Canal (ITC) & Completely In Canal (CIC) ABD jenis ini dibedakan menjadi dua macam: ITC dan CIC. ABD jenis ITC ukurannya lebih kecil lagi daripada jenis ITE. Pemasangan sampai setengah bagian luar liang telinga. Amplifikasi suara baik untuk frekuensi tinggi, karena dipasang cukup dalam pada liang telinga. Akan tetapi karena keterbatasan ukuran, hanya bermanfaat untuk tuli derajat sedang. 14

24

Gambar 13. In The Canal (ITC)9 Selain itu juga terdapat jenis CIC yang merupakan ABD terkecil dan dipasang pada sisi dalam liang telinga, jadi lebih dekat dengan gendang telinga. Permukaan luar dilengkapi dengan tangkai plastik untuk mempermudah memasang dan melepaskan ABD. Sebagaimana halnyadengan jenis ITC, pengaturan secara manual lebih sulit. Namun hal ini dapat diatasi pada model terbaru yang telah dilengkapi dengan remote control.14

Gambar 14. Completly In the Canal (CIC)14

2.10.3.6. ABD jenis kacamata / Spectacle Aid ABD ditempatkan pada tangkai kaca mata bagian belakang. Umumnya jenis BTE, namun dapat juga jenis bone conduction, meskipun emanfaatan cara 25

ini untuk ABD jenis hantaran tulang kurang efektif karena tekanan bone vibrator tidak stabil.10

Gambar 15. Jenis Kacamata / Spectacle Aid10

2.10.4. Jenis lain Untuk pasien dengan gangguan pendengaran unilateral, diberlakukan penanganan yang berbeda. Bila ketulian unilateral tidak melampaui kehilangan sebesar 60-70 dB, atau bila diskriminasi bicara relatif baik dan jika bunyi yang diperbesar ditoleransi dengan baik, maka dapat dilakukan amplifikasi pada telinga yang terganggu. Akan tetapi bila telinga yang terganggu tidak memenuhi kriteria diatas, dapat digunakan alat bantu dengar CROS (Contralateral Routing Of Signals = Pengalihan sinyal kontralateral). 15 Mikrofon diletakkan pada satu alat bantu sementara amplifier dan penerima ditempatkan pada alat bantu kedua. Penataan seperti ini dapat pula diterapkan pada kacamata. Maka sinyal akan dihantarkan dari telinga yang terganggu ke telinga dengan pendengaran normal. Suatu sirkuit frekuensi radio dapat digunakan untuk menghantarkan bunyi dari satu sisi ke sisi lainnya. Meskipun alat bantu dengar CROS hanya sedikit membantu dalam memperbaiki lokalisasi, namun alat ini kadang-kadang terbukti bermanfaat pada beberapa kondisi mendengar suara bising dan juga meminimalkan efek bayangan kepala. 11

26

Gambar 16. Cros dan Bicros10

2.11. Keuntungan dan Kerugian Alat Bantu Dengar Berikut tabel ringkas keuntungan dan kerugian macam-macam ABD:11,13,15 Jenis alat bantu pendengaran

Keuntungan Harga murah

Body Worn Type

Kerugian Bentuk besar

Baterai tahan lama dan Ada kabel mudah didapat Bunyi gesekan dengan Feedback tidak ada kain Amplifikasi lebih kuat Pengaturan mudah

manual

Selit menangkap suara dari belakang Dapat rusak oleh sekret telinga pasien

Amplifikasi kuat

Membutuhkan ear mould

Feedback minimal

Memberikan efek oklusi

Pengaturan manual relatif

Dapat rusak oleh sekresi telinga pasien

Sulit terlihat

Amplifikasi terbatas

Behind-the-ear type

In-the-ear type

27

Membutuhkan ear mould Sulit terlihat In-the-canal type

Completely-in-canal

Rentan terhadap feedback

Amplifikasi cukup baik Pengaturan manual sulit karena terpasang dalam

Tidak terlihat kecuali melihat langsung ke liang telinga pemakai

Pengaturan manual sulit Rentan feedback Fitur tertentu tidak dapat digunakan

Spectacle aid

Secara kosmetik dapat diterima

lebih Letak receiver menjadi relatif tidak stabil

Baterai relatif lebih tahan

Harga mahal

Amplifikasi kuat

Ketersediaan masih terbatas karena merupakan teknologi baru

Feedback minimal Pengaturan mudah Open-fit mini BTE

Sulit terlihat Tidak perlu ear mould Tidak menimbulkan efek oklusi Memungkinkan keluarnya sekret telinga pasien

28

BAB III PENUTUP

3.1. Ringkasan Alat Bantu Dengar (ABD) adalah Alat suatu perangkat elektronik yang berguna untuk memperkeras (mengamplifikasi) suara yang masuk ke dalam telinga, sehingga si pemakai dapat mendengar lebih jelas suara yang ada di sekitarnya. Pada umumnya, mekanisme kerja ABD berupa masuknya suara melalui mikrofon, pengerasan suara oleh amplifier, dan penyampaian ulang suara oleh receiver / loudspeaker yang mana keseluruhan sistemnya diperdayai oleh suatu komponen baterai. Terdapat berbagai macam jenis ABD: Menurut sistem kerjanya, Menurut jenis hantarannya, dan Menurut bentuknya yang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Untuk pemakaian alat bantu pendengaran, pertama-tama klinisi harus mengidentifikasi derajat ketulian penderita, mengenali jenis ketuliannya, menentukan jumlah alat bantu dengar yang sebaiknya digunakan oleh pasien, baru kemudian bersama pasien mempertimbangkan bentuk ABD yang akan digunakan beserta kelebihan, kekurangan, dan faktor-faktor lain dari diri pasien.

29

DAFTAR PUSTAKA 1.

Evelyn C. Pearce. Anatomi dan Fisiologi untuk Medis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2008.

2.

Sherwood Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 2nd Ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012.

3.

Efiaty Arsyat S, et al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher. 6th Ed. Jakarta FKUI; 2007.

4.

Elfiza R, Marliyawati D. Hubungan Antara Lamanya Paparan Bising Dengan

Gangguan Fisiologis Dan Pendengaran Pada Pekerja Industri Tekstil. Jurnal Kedokteran Diponegoro. 2017;6(2):1196-1207. 5.

Dhillon R, East C. Ear, Nose and Throat and Head and Neck Surgery. Second edition. London: Harcourt Publishers Limited; 2008.

6.

John Jacob Ballanger et al. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan Leher. Jilid 2 Tanggerang; Binarupa Aksara; 2002.

7.

Lawani A. Current Diagnosis & Treatment Otolaryngology Head and Neck Surgery. Second edition. New York: MC Graw Hill;2008.

8.

George Adams, Boies, Hillger. Boies: Buku Ajar Penyakit THT. 6th Ed. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama: 1994.

9.

Ahmad Asdie et al. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. 13th Ed. Yogyakart: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.

10. Water T, Steacker H. Otolaryngology Basic Science and Clinical Review. New York; Thieme Medical Publisger; 2008. 11. Ludman H, Bradley P. ABC Of Ear, Nose and Throat. Fifth edition. USA: Blackwell Publishing; 2008. 12. Forton G, Heyning P, Bone Anchored Hearing Aids (BAHA). E.N.T department, Heiling Hart General Hospital, Roeselare; university E.N.T departemnt, university Hospital, Antwerp; 2007. 13. Johnston PM, Yeager K. Open-Fit Domes and Children with Bilateral HighFrequency Sensorineural Hearing Loss: Benefits and Outcomes. The American Journal of Maternal and Child Nurising. 2017;1-9.

30

14. Doldouras S. Hearing Aid Technology. Global Journal of Otolaryngology. 2018;6(1):1-8. 15. Hay-McCutcheon MJ, Hyams A, Parton J, Yang X. Hearing Loss and Social Support in Urban and ural Communities. International Journal of Audiology. 2018;1-8.

31

ALGORITMA PEMKAIAN ALAT BANTU DENGAR Gangguan pendengaran Pemeriksaan Gangguan Pendengaran Tes penala

Audiometri

Tes berbisik

Derajat ketulian

Tuli konduktif

Tuli campuran

Tuli sensorineural

Mikrotia & atresia

Deaf child

Alat Bantu Dengar

Indikasi

Kontraindikasi

Klasifikasi Alat Bantu Dengar

Sistem kerjanya

Hantarannya

a. Analog

a. Hantaran

b. Digital

tulang b. Hantaran udara

Bentuknya

Jenis lain

b. Jenis saku

a. Cros

c. Belakang telinga

b. Bicros

d. Open fit mini BTE e. Dalam telinga f. Tipe kanalis g. Jenis kacamata 32

More Documents from "Zha Zha Nurul Zahra"