DISUSUN OLEH : Silvia Wahyuni (F1C114008) Liza Sri Marningsih (F1C114024) Zulfia Afifah (F1C114027)
Bioaktif : senyawa kimia yang menghasilkan aktivitas biologis dalam tubuh Bioaktifitas : aktifitas senyawa kimia di dalam tubuh manusia
Antioksidan Antibakteri Antikanker Antiinflamasi Sitotoksik Antimalaria
Antioksidan adalah substansi yang diperlukan tubuh menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan o/ radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektrolit yg dimiliki radikal bebas dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas yg dpt menimbulkan stres oksidatif
Radikal bebas merupakan jenis oksigen yg memiliki tingkat reaktif yg tinggi dan scr alami ada didlm tubuh sebagai hasil dari reaksi biokimia tubuh Radikal bebas juga terdapat di lingkungan sekitar kita yg berasal dari polusi udara, asap tembakau, penguapan alkohol yg berlebihan, bahan pengawet dan pupuk, sinar ultr violet, x-rays dan ozon
Uji DPPH (1,1-difenil-2-pikril hidrazil) DPPH merupakan radikal nitrogen organik yang stabil berwarna ungu tua. Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh Brand-williams (Prior et al., 2005). Metode DPPH adalah sebuah metode yang dapat digunakan untuk menguji kemampuan antioksidan yang terkandung dalam makanan.
Dimana elektron tidak berpasangan pada molekul DPPH memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang maksimum yaitu 515-520nm yang berwarna ungu. Warna ini akan berubah dari ungu menjadi kuning lemah apabila elektron ganjil tersebut berpasangan dengan atom hidrogen yang disumbangkan senyawa antioksidan.
Parameter yang dipakai untuk menunjukan aktivitas antioksidan adalah harga konsentrasi efektif atau Effective Concentration (EC50) yaitu konsentrasi senyawa uji yang menyebabkan penangkapan terhadap radikal bebas sebesar 50%. Inhibitory Concentration (IC50) yaitu konsentrasi suatu zat antioksidan yang dapat memberikan 50% efek penghambatan radikal bebas. Zat yang mempunyai aktivitas antioksidan tinggi, akan mempunyai harga EC50 atau IC50 yang rendah.
Metode ini dikenalkan oleh Benzie dan Strain (1996) Prinsip metode ini adalah adanya reduksi ion ferri menjadi ion ferro oleh senyawa antioksidan. Metode ini menggunakan 2,4,6-trypyridyls-triazine yang akan membuat ion ferro menjadi senyawa kompleks berwarna biru. Reagen lain yang juga dapat memberikan warna spesifik pada ion ferri adalah 1,10fenantrolin
ABTS : substrat peroksida yang stabil dan larut air, apabila dioksidasi oleh H2O2 akan membentuk senyawa radikal kation yang tidak stabil Prinsip : menggunakan antioksidan dalam jumlah tertentu untuk menghambat ABTS Kemampun antioksidan diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 734 nm.
Ozygen M.,Reese, Neil R., Artemio z ., et al. 2006 modified ABTS method to measure antioxidant capasity of selected small fruits and comparison to feric reducing antioxidant power (FRAP) and DPPH methods. Journal of Agricultural and food chemistry: 1151-1157. Prior,R.L., Wu X., Schaich,K.2005. Standarized methods for determination of anioksidant capassity and phenolic in foods and dietary supplements. J. Agri. Food Chem. 53 : 49204303
Bakteri
AKTIVITAS ANTIBAKTERI
Metode difusi Metode dilusi Metode turbidimetri Metode bioautografi
Metode disc diffusion (tes Kirby dan Bauer) untuk menentukan aktivitas agen antimikroba. Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba permukaan media agar.
Metode ini mengukur MIC dan MBC (minimum inhibitory concentration atau kadar bunuh minimum,KBM). Cara yang dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan uji agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun agen antimikroba, dan diunkubasi selama 18-24 jam . media cair yang tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM.
Uji bioautografi merupakan metode spesifik untuk mendeteksi bercak pada kromatogram hasil KLT ( kromatografi lapis tipis ) yang memiliki aktifitas antibakteri, antifungi dan antivirus, sehingga mendekatkan metode separasi dengan uji biologis.
Bioautografi langsung Dengan menyemprot plat KLT dengan suspensi mikroorganisme ataupun dengan menyentuhkan plat KLT pada mermukaan media agar yang telah ditanami mikroorganisme. Setelah inkubasi pada waktu tertentu, letak senyawa aktif tampak sebagai area jernih dengan latar belakang keruh. Bioautografi overlay Dengan menuangkan media agar yang telah dicampur dengan mikrioorganisme diatas permukaan plat KLT, media ditunggu hingga padat, kemudian diinkubasi. Area hambatan dilihat dengan penyemprotan menggunakan tetrazolium klorida. Senyawa yang aktif sebagai antimikroba akan tampak sebagai area jernih dengan latar belakang ungu.
Dwijoseputro. 1994. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djembatan. Harborne, JB. 1987. Metode Fitokimia, Penuntun
Cara Modern Menganalisa Tumbuhan, terjemahan K. Padmawinata. Edisi II. Bandung :
ITB Press. Pelczar, M.J.
Chan. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 1. Jakarta : UI Press. Pratiwi, T., dan Sylvia. 2008. Mikrobiologi farmasi. Jakarta : Erlangga. dan
Inflamasi adalah respon dari suatu organisme terhadap pathogen dan alterasi mekanis dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan yang mengalami cedera, seperti karena terbakar, atau terinfeksi. Radang atau inflamasi adalah satu dari respon utama system kekebalan terhadap infeksi dan iritasi. Radang terjadi saat suatu mediator inflamasi (misal terdapat luka) terdeteksi oleh tubuh kita.
Gejala inflamasi dapat disertai dengan gejala panas, kemerahan, bengkak, nyeri/sakit, fungsinya terganggu. Proses inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskuler, meningkatnya permeabilitas vaskuler dan migrasi leukosit ke jaringan radang, dengan gejala panas, kemerahan, bengkak, nyeri/sakit, fungsinya terganggu. Radang sendiri dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Inflamasi non imunologis : tidak melibatkan system imun (tidak ada reaksi alergi) misalnya karena luka, cederafisik, dsb. 2. Inflamasi imunologis : Melibatkan system imun, terjadi reaksi antigen antibodi. Misalnya pada asma.
Gejala-gejala terjadinya respons peradangan 1. Kemerahan (Rubor) 2. Panas (kalor) 3. Rasa sakit (dolor) 4. Pembengkakan (tumor) 5. Perubahan fungsi (fungsio laesa) Jenis-jenis radang Radang akut Radang akut adalah respon yang cepat dan segera terhadap cedera yang didesain untuk mengirimkan leukosit ke daerah cedera Radang kronis
Radang kronis dapat diartikan sebagai inflamasi yang berdurasi panjang (berminggu-minggu hingga bertahun-tahun) dan terjadi proses secara simultan dari inflamasi aktif, cedera jaringan, dan penyembuhan.
Anti inflamasi adalah obat yang dapat menghilangkan radang yang disebabkan bukan karena mikroorganisme (non infeksi). Pengujian aktivitas antiinflamasi terdiri dari beberapa metode, yaitu: metode paw edema (menggunakan induktor karagenan), metode permeabilitas vaskular (menggunakan induktor evan’s blue), metodeoxazolone induced ear oedema in mice (menggunakan induktor oxazolone), metode pleurisy test (menggunakan induktor histamine, bradikinin,prostaglandin, mast sel degranulator, dexstran,enzim, antigen, mikroba dan non spesifik iritan terpenting dan karagenan), metode kantung granuloma (menggunakan induktor croton oil).
Uji aktivitas antiinflamasi dapat dilakukan secara in vitro atau in vivo. Penentuan secara in vitro didasarkan pada mekanisme biokimia spesifik dan digunakan untuk skrIning awal senyawa antiinflamasi, misalnya peng-hambatan siklooksigenase dan lipooksigenase, penghambatan makropag dan penghambatan protease. Penentuan secara in vivo yang sering digunakan adalah edema terinduksi karagenan pada tikus, eritema ultra violet, dan artritis terinduksi ajuvan. Tehnik yang banyak di- gunakan dalam pengembangan obat AINS adalah dengan mengukur kemampuannya untuk menghambat edema pada kaki tikus yang disebabkan oleh injeksi senyawa flogistik (Susilowati, 2000).
Chan, E dan Daly J. 2009. Patofisiologi : Aplikasi EGC : Jakarta. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia,
Pada Praktik
Edisi III. Depkes RI : Jakarta.
Dirjen POM. 2007. Pelayanan Informasi Obat.
Depkes : Jakarta.
Price, S. A dan Wilson. 2005. Patofisiologi ; Konsep penyakit. EGC : Jakarta. Tambayong J. 2000. Patofisiologi Untuk Tjay. T. H dan Raharja. K. 2007. Obat-Obat Jakarta.
Keperawatan.
Klinis Proses-Proses
Keperawatan. EGC : Jakarta. Penting.
Gramedia
Susilowati, S. S., 2000, Hubungan Struktur – Aktivitas Analgetika dan Antiinflamasi Senyawa N-Asil-p-Aminofenol, Tesis, Program Pasca Sarjana, UGM, Yogyakarta
:
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit yang bernama Plasmodium. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit tersebut. didalam tubuh manusia, parasit Plasmodium akan berkembang biak di organ hati kemudian menginfeksi sel darah merah. Pasien yang terinfeksi oleh malaria akan menunjukan gejala awal menyerupai influenza, namun bila tidak diobati maka dapat terjadi komplikasi yang berujung pada kematian. Penyakit ini paling banyak terjadi di daerah tropis dan subtropics dimana parasit Plasmodium dapat berkembang baik begitu pula dengan vektor nyamuk Anopheles, setidaknya ada empat tipe plasmodium yang dapat menginfeksi manusia ; –Plasmodiumfalcifarum, –Plasmodiumvivax, – Plasmodium ovale, – Plasmodium malariae
Anti malaria adalah obat – obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit yang disebabkan oleh parasit bersel tunggul (Protozoa) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang menggigit pada malam hari dengan posisi menjungkit.
Secara invitro
Metode uji antimalaria Secara invivo
www.themegallery.com
Metode ini ddilakukan dengan mengukur inkorparasi dari hipoksantin oleh parasit. Pertumbuhan parasit diamati dari pemakain isotop hipoksantin oleh metabolisme parasit yang tumbuh didalam kultur
Metode up take 3Hhipoksantin
Metoe ini dilakukan dengan mengukur kadar laktat dehidrogenasi plasmodium (pLDH) LDH dapat diukur dengan menggunakan substrat 3-asetilpiridin adenin dinukleotida (APAD), yang merupakan analog dari NAD
Metode pLDH
Primary biological assesment
Prinsip pengujuiannya: Hari ke- 0 Diambil darah mencit dengan parasitemia 30%
Diambil darah mencit dengan parasitemia 30%
Dicampur dalam larutan fisiologis yang mengandung 108 P.berghei eritrosit/ml
0,2 ml suspensi disuntik ke hewan uji
2-4 jam setelah infeksi diberikan obat dengan dosis tunggal
Pada hari ke-1-4 (pada 48 dan 72 jam setelah infeksi)
Hari ke-0,1,2,3, dan 4
diberikan senyawa uji dengan dosis yang sama pada hari ke-0
Dilakukan pemeriksaan parasitemia untuk setiap 1000 eritrosit selama 4 hari
Dose ranging test Onset ranging test Prophylactic test
• Digunakan untuk mencari ED50 dan Ed 90 • Mengunnakan dosis 3, 10, 30 dan 100 mg/kg secara oral
• Diberikan dosis tunggal 100 mg/kg selama 3 hari setelah infeksi secara suntik.
• Hari Ke-33 diambil darah ujung ekor hewan uji • Dilakukan pemeriksaan dengan pewarnaan giemsa
• Hewan uji diberikan senyawa uji dengan dosis 100 mg/kg pada 72, 48 dan 0 jam pada waktu infeksi • Diiuji parasitemia dengan pemeriksaan sediaan apus darah
Digunakan untuk menguji antimalaria baru dengan target kerja yang sama dengan obat antimalaria yang ada guna mengetahui adanya resistensi silang.
Dipiro, Joseph T. 2008. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach Seventh Edition. Harijanto PN. Malaria. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, edisi IV. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta Mansyor A dkk. Malaria. 2001. Dalam: kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, Jilid I, Jakarta, Fakultas Kedokteran UI Nugroho A & Tumewu WM. 2000. Siklus Hidup Plasmodium Malaria. Dalam Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC.
uji sitotoksik adalah kemampuan sel untuk bertahan hidup karena adanya senyawa toksik. Kemampuan sel untuk bertahan hidup dapat diartikan sebagai tidak hilangya metabolik atau proliferasi dan dapat diukur dari bertambahnya jumlah sel, naiknya jumlah protein, atau DNA yang disintesis. Metode yang digunakan untuk mengukur kemampuan bertahan hidup dan proliferasi adalah plating efficiency dengan parameter pengujian perbedaan konsentrasi sampel, perbedaan waktu paparan dan kerapatan sel.
Nilai IC50
Nilai IC50 menunjukkan nilai konsentrasi yang menghasilkan hambatan proliferasi sel sebesar 50% dan menunjukkan potensi ketoksikan suatu senyawa terhadap sel
metode BSLT merupakan uji toksisitas akut dimana efek toksik dari suatu senyawa ditentukan dalam waktu singkat, yaitu rentang waktu selama 24 jam setelah pemberian dosis uji. Prosedurnya dengan menentukan nilai LC50 dari aktivitas komponen aktif tanaman terhadap larva Artemia salina Leach. Suatu
ekstrak dikatakan toksik berdasarkan metode BSLT jika harga LC <1000 μg/ ml (ppm)
Uji MTT assay Metode Perhitungan langsung
menggunakan biru tripan (trypan blue)
pereaksi MTT ini merupakan garam tetrazolium yang dapat dipecah menjadi kristal formazan oleh sistem suksinat tetrazolium reduktase yang terdapat dalam jalur respirasi sel pada mitokondria yang aktif pada sel yang masih hidup.
www.themegallery.com
Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya sel kanker dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian. Para peneliti kanker menyimpulkan bahwa 70-90% kanker pada manusia dapat pula disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan, makanan, konsumsi alkohol, rokok, polusi udara, air, bahan kimia di tempat kerja
Anti kanker adalah obat untuk mencegah dan mengobati pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Obat anti-kanker terutama bekerja pada DNA yang merupakan komponen utama gen yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel.
antikanker adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan tumor yang membahayakan Kehidupan (kanker). Berdasarkan kerjanya pada siklus sel, obat anti kanker (kemoterapi)
Obat anti kanker CCDD (Cell Cycle Depending Drugs)
CCDD Specific Phase
CID (Cell Cycle Independing Drugs)
CCDD Non Specific Phase
Burgess, G.W., 1995, Teknologi ELISA dalam Diagnosis dan Penelitian, diterjemahkan oleh Wayan, T.A., Gadjah Mada University Press, King, R.J.B., 2000, Cancer Biology, Pearson Education, London. Mulyadi, 1997, Kanker (Karsinogen, Karsinogenesia dan Antikanker), Tiara Wacana, Jogjakarta. Yogyakarta.
www.themegallery.com