A I.docx

  • Uploaded by: Heribertus Alwianus Gisi Logo
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View A I.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,831
  • Pages: 28
PERENCANAAN AUDIT

TAHAPAN PERENCANAAN AUDIT

A. Mendapatkan Pemahaman Tentang Bisnis dan Bidang Usaha Klien Agar dapat membuat perencanaan audit secara memadai, auditor harus memiliki pengetahuan tentang bisnis kliennya agar memahami kejadian, transaksi, dan praktik yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap laporan keuangan. Auditor harus mengetahui hal– hal berikut : a) Siklus Bisnis Klien. b) Manajemen Senior. c) Tujuan dan Sasaran Manajemen. d) Sumber Daya Organisasi. e) Produk dan Jasa, Pasar, Pelanggan dan Pesaing. f) Proses Inti Entitas dan Siklus Operasional. g) Keputusan Investasi dan Financing Entitas

B. Melaksanakan prosedur analitis Prosedur analitis merupakan evaluasi informasi keuangan yang dilakukan dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan data nonkeuangan. Dengan melakukan analisis ini sangat penting karena dengan melakukan prosedur analitis seluruh kegiatan pemeriksaan dapat tergambar.

C. Membuat pertimbangan awal tentang tingkat materialitas Tahap ini sering disebut dengan materialitas perencanaan dimana sedikit berbeda dengan tingkat materialitas yang digunakan dalam penyelesaian audit dalam mengevaluasi temuan audit karena situasi yang ada disekitarnya mungkin akan berubah dan informasi tambahan klien akan diperoleh selama masa pelaksanaan audit. Dalam merencanakan suatu audit, auditor harus menilai materialitas pada dua tingkat berikut :

a) Tingkat laporan keuangan kerena pendapat auditor mengenai kewajaran meluas sampai laporan keuangan secara keseluruhan. b) Tingkat saldo akun karena auditor menguji saldo akun dalam memperoleh kesimpulan keseluruhan atas kewajaran laporan keuangan.

D. Mempertimbangkan risiko audit Konsep risiko audit sangat penting sebagai dasar mengekspresikan konsep keyakinan yang memadahi. Dalam tahap ini auditor harus membuat penilaian megenai berbagai komponen risiko audit yaitu risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko deteksi. Hai ini diperlukan untuk mengarahkan keputusan tentang sifat, waktu, dan luas prosedur audit dan keputusan mengenai penetapan staf audit. Resiko bawaan adalah kerentanan suatu asersi terhadap salah saji material, dengan mengasumsikan tidak terdapat pengendalian. Prosedur yang dilaksanakan untuk mendukung penilaian risiko bawaan biasanya serupa dengan untuk memperoleh pemahaman mengenai bisnis dan industri. Risiko pengendalian adalah risiko bahwa salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak akan sapat dicegah atau dideteksi dengan tepat waktu oleh pengendalian intern entitas. Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji material yang ada dalam suatu asersi. Risiko deteksi dapat dinyatakan sebagai suatu kombinasi dari risiko prosedur analitis dan risiko pengujian terinci. Dalam menentukan risiko deteksi auditor juga harus mempertimbangkan kemungkinan akan membuat suatu kekeliruan.

E. Mengembangkan Strategi Audit Awal Untuk Asersi yang Signifikan Auditor kadang membuat keputusan pendahuluan tentang komponen model resiko audit dan mengembangkan strategi awal untuk mengumpulkan bukti – bukti. Setelah memperbaharui pengetahuan perubahan – perubahan dalam entitas dan lingkungan, dan menjalankan sedikit prosedur rencana audit awal, auditor mungkin harus memulai untuk mengembangkan harapan apakah pengendalian internal berfungsi sesuai yang diharapkan. Auditor mengembangkan strategi audit awal untuk mengaudit asersi. Mengembangkan strategi audit awal untuk asersi yang signifikan bertujuan agar auditor dalam perencanaan dan pelaksanaan audit dapat menurunkan risiko audit pada tingkat serendah

mungkin untuk mendukung pendapat auditor mengenai kewajaran laporan keuangan. Terdapat dua alternatif strategi audit yaitu: a.Primarily Substantive Approach Strategi ini biasa digunakan dalam audit klien yang pertama kali daripada audit atas klien lama. Strategi ini lebih mengutamakan pengujian substantif dari pada pengujian pengendalian. Auditor relatif

lebih

sedikit

melakukan

prosedur

untuk

memperoleh

pemahaman

mengenai

struktur pengendalian intern klien.

b.Lower Assessed of Control Risk Approach Ini merupakan kebalikan dari strategi yang pertama, dimana yang lebih diutamakan dalam strategi ini adalah pengujian pengendalian daripada pengujian substantif. Tetapi auditor dalam hal ini auditor bukan berarti tidak melakukan pengujian substantif tapi tidak se-ektensif pada pendekatan yang pertama. Auditor lebih banyak melakukan prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian intern klien. Strategi ini sering digunakan dalam audit klien lama.

F. Pemahaman Atas Pengendalian Intern Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan yaitu keandalan pelaporan keuangan,kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku,dan efektivitas dan efisiensi operasi. Secara umum, auditor perlu memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern kliennya untuk perencanaan auditnya. Secara khusus pemahaman auditor tentang pengendalian intern yang berkaitan dengan suatu asersi digunakan dalam kegiatan: kemungkinan dapat atau tidaknya audit dilaksanakan, salah saji material yang potensialdapat terjadi, risiko deteksi, dan perancangan pengujian substantive.

TAHAP PROGRAM KERJA

A. Pendahuluan Program audit operasional ditulis untuk meninjau kembali kegiatan yang dipilih sebagaimana ditentukan dalam tahap perencanaan. Hal ini menjadi jembatan antara tahap perencanaan dan tahap kerja lapangan. Program audit operasional adalah rencana tindakan untuk melakukan audit operasional. Tim audit operasional mempertimbangkan setiap bidang material yang telah diidentifikasi dalam tahap perencanaan untuk penelaahan lebih lanjut dan mengembangkan langkah-langkah kerja audit spesifik yang mereka yakini akan sangat jelas menunjukkan sejauh mana dan penyebab defisiensi operasional dan mengarah pada rekomendasi untuk perbaikan. Program audit penting untuk auditor operasional sebagai peta yang untuk navigator.

B. Manfaat Program Audit Operasional Manfaat penyusunan program kerja: 1. Merupakan suatu rencana yang sistematis tentang setiap tahap kegiatan yang bisa dikomunikasikan kepada semua anggota tim audit. 2. Merupakan landasan yang sistematis dalam memeberikan tugas kepada para auditor dan supervisornya. 3. Sebagai dasar untuk membandingkan pelaksanaan kegiatan dengan rencana yang telah disetujui dan dengan standar serta persyaratan yang terlah ditetapkan. 4. Dapat membantu auditor yang belum berpengalaman dan membiasakan mereka dengan ruang lingkup, tujuan, serta langkah-langkah audit. 5. Dapat membantu auditor untuk mengenali sifat pekerjaan yang telah dikerjakan sebelumnya. 6. Dapat mengurangi kegiatan pengawasan langsung oleh supervisor.

C. Standar Program Audit Operasional Dalam mempersiapkan program audit operasional, auditor harus mempertimbangkan standar tertentu, seperti berikut: 1. Program audit operasional harus dirancang khusus agar sesuai dengan spesifik tugas audit operasional untuk jenis organisasi, karyawan terkait, sistem dan prosedur yang ada dalam pengaruh, tingkat kecanggihan, dan sebagainya 2. Setiap program audit langkah kerja harus secara jelas diatur untuk pekerjaan yang akan dilakukan dan alasan untuk melakukannya. Termasuk penjelasan tentang alasan untuk setiap langkah audit sangat membantu karena: a. Anggota staf audit yang melakukan pekerjaan harus tahu mengapa langkah audit yang dilakukan. Dengan informasi ini, auditor dapat diharapkan untuk melakukan pekerjaan yang jauh lebih baik daripada jika ia diminta untuk melakukan langkah audit tanpa latar belakang yang memadai b. Ini meminimalkan masuknya langkah-langkah pekerjaan tidak diperlukan. Terkadang ketidakmampuan untuk menyebutkan alasan yang baik untuk melakukan sesuatu menuntun penulis program audit berkesimpulan bahwa langkah kerja tidak benar-benar diperlukan. c. Ini memungkinkan ulasan yang lebih cerdas dari program audit untuk mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dan review postaudit atas pekerjaan yang dilakukan 3. Program audit harus fleksibel dan memungkinkan penerapan inisiatif dalam penyimpangan dari prosedur yang ditentukan. Sebagai program audit benar-benar suatu rencana yang berdasarkan pada langkah-langkah pekerjaan audit yang tim audit operasional yakini akan mencapai hasil terbaik, setelah hasil aktual ditentukan, auditor mungkin ingin mengubah rencana. 4. Program audit harus secara khusus menyediakan untuk pengembangan temuan perorangan. Dalam hal ini, ini akan membantu untuk:

a. Menentukan hasil dan kondisi yang ditemukan adalah sebagaimana mereka, bukan hanya bagaimana mereka. Kinerja dianalisa, tidak hanya dilaporkan. b. Mengarahkan perhatian dengan bukti masalah untuk mendukung kesimpulan. c. Mengevaluasi kinerja dan bukti dalam perbandingan dengan standar yang relevan dan norma kinerja. Perhatikan bahwa keterkaitan adalah faktor pertimbangan tergantung pada pada imajinasi, pengalaman, dan akal sehat auditor operasional.

D. Siapakah Yang Mengembangkan Program Audit? Tidak ada alasan baik bahwa manajer audit harus bertanggung jawab untuk pengembangan program audit. Bahkan, masukan yang lebih dalam pengembangan program, semakin baik hasil akhirnya. Seperti dalam ketentuan umum, semua anggota tim audit operasional harus dilibatkan dalam pengembangan program audit, khususnya anggota staf mereka yang terlibat dalam tahap perencanaan. Selain itu, orang lain mungkin dapat diperimbangkan untuk memberikan masukan proses pengembangan program audit, seperti: • Anggota staf audit Audit yang memiliki keahlian dalam bidang yang sedang diperiksa atau yang telah berpartisipasi dalam audit yang sama di masa lalu, • Karyawan kilen yang bekerja di daerah yang sedang ditinjau, yang memiliki beberapa masukan khusus untuk memberikan (menjaga bahwa karyawan klien seperti menjaga obyektivitas mereka), • konsultan luar atau ahli yang memiliki keahlian khusus di daerah yang sedang ditinjau atau dalam proses audit operasional, dan • karyawan dari organisasi yang sama atau fungsi yang mungkin mampu memberikan perspektif lain.

E. Langkah Kerja Program Audit Setelah menentukan susunan tim program audit operasional, langkah berikutnya adalah mengembangkan langkah-langkah audit yang harus dilaksanakan untuk setiap wilayah yang diidentifikasi sebagai bagian penting dalam tahap perencanaan. Setiap program audit operasional

adalah unik, hal ini tidak menghalangi auditor dari penggunaan langkah-langkah audit kerja yang spesifik dari audit operasional sebelumnya tetapi mereka harus berhati-hati dalam menggunakannya hanya jika mereka memenuhi persyaratan dari audit operasional ini . Sebaliknya, langkah-langkah audit kerja yang baru memerlukan dikembangkan. Untuk membantu dalam mengembangkan langkah-langkah kerja, auditor harus menyadari beberapa teknik yang lebih umum yang dapat digunakan dalam pelaksanaan audit operasional dalam tahap pekerjaan lapangan, seperti berikut: 1. Meninau kembali terhadap dokumentasi yang ada, seperti kebijakan dan prosedur manual. 2. Penyusunan bagan organisasi dan deskripsi pekerjaan fungsional terkait. 3. Analisis terhadap kebijakan karyawan dan prosedur yang berkaitan dengan perekrutan, orientasi, pelatihan, promosi evaluasi, dan pemecatan. 4. Analisis terhadap kebijakan organisasi dan sistem dan prosedur yang terkait, baik administratif dan operasional. 5. Wawancara dengan jajaran manajemen dan operasi. 6. Mempersiapkan diagram alir: a. diagram alur sistem, menunjukkan proses dari area fungsional b. susunan diagram alir, memperlihatkan susunan fisik dari area kerja dan alur kerja yang terkait. 7. rasio, perubahan, dan analisis trend. 8. Kuesioner, untuk digunakan oleh auditor atau karyawan klien. 9. Survei, melalui telepon atau dalam bentuk tertulis, untuk pelanggan, pemasok dan sebagainya untuk merespon. 10. Pertanyaan dalam program audit. 11. Tinjauan transaksi, di mana berbagai jenis transaksi yang normal dan abnormal dipertimbangkan. 12. Tinjauan operasi dengan teknik seperti pengamatan, pengukuran kerja, studi waktu, bentuk kinerja atau log, dan seterusnya. 13. Formulir analisis. 14. Analisis terhadap hasil. 15. meninjau dan menganalisis sistem manajemen informasi dan laporan yang terkait

16. Meninjau kembali kepatuhan, mengenai kepatuhan terhadap hukum, peraturan, kebijakan, prosedur, tujuan, sasaran dan sebagainya. 17. Meggunakan pengolah data, dengan menggunakan audit komputer "melalui komputer " teknik atau tinjauan dan analisis komputer menghasilkan informasi.

F. Prosedur Pengembangan Program Audit Dalam pengembangan program audit operasional, tim audit perlu mengingat langkah-langkah prosedur berikut: 1. Identifikasi terhadap wilayah operasional yang penting dan kontrol yang berhubungan dan area beresiko 2. Pengembangan pertanyaan utama dan langkah-langkah kerja untuk memvalidasi dan menghitung area resiko yang dirasakan. 3. Identifikasi langkah kerja yang diperlukan untuk memberikan jawaban ke daerah yang dirasakan berisiko dan pertanyaan penting. 4. Pengembangan rencana kerja audit untuk daerah masing-masing untuk ditinjau kembali, termasuk penugasan karyawan, jadwal waktu dan anggaran audit. Dalam pengembangan program audit operasional, tim audit perlu mengingat langkah-langkah prosedural berikut: 1. Memilih sejumlah departemen operasi atau unit, dimana auditor akan mewawancarai dan meninjau bersama manajemen departemen dan karyawan operasional dengan cara permintaan pembelian mereka berada di bawah pengendalian dan diproses; 2. Mengidentifikasi kebutuhan bahan yang dipilih, peralatan atau jasa untuk tujuan, rencana dan program yang telah ditentukan. 3. Menentukan kewenangan untuk persetujuan permintaan pembelian, termasuk tujuan dan kebutuhan anggaran dalam departemen operasi. 4. Menganalisis penetapan waktu tenggang pembelian dan mengintegrasikan mereka bersama rencana dan kegiatan departemen.

5. Diagram alur proses permintaan pembelian untuk menentukan bahwa apakah ada kontrol yang memadai dan prosedur pengolahan untuk memastikan rekaman yang akurat dari semua permintaan pembelian dan pengolahan selanjutnya oleh fungsi pembelian. 6. Menelaah dan menganalisa spesifikasi pembelian dan prosedur pengendalian mutu untuk menjamin bahwa barang yang tepat tersebut dipesandengan harga yang paling ekonomis.

G. Contoh Progran Audit Dalam pelaksanaan audit operasional, banyaknya area akan ditinjau akan didasarkan pada penetapan prioritas yang terkait dengan signifikansi dan kegawatan pada operasi keseluruhan dan jumlah waktu audit anggaran dialokasikan untuk audit operasional tertentu. Area operasional berikut ini dipilih untuk diperiksa: 1. Kebijakan perusahaan dan organisasi, termasuk keadaan organisasi departemen pembelian, tanggung jawab untuk pembelian, kewenangan untuk pembelian dan pembelian yang terdesentralisasi. 2. Pembelian departemen operasi, termasuk prosedur departemen, bentuk departemen, fasilitas fisik, program nilai analisis, dan jaminan operasi. 3. Tinjauan transaksi pembelian, termasuk pemilihan transaksi untuk memasukkan berbagai jenis transaksi yang auditor telah diidentifikasi sebagai area yang mungkin kekurangan, dan pemeriksaan transaksi pembelian yang dipilih. 4. Catatan dan informasi laporan-manajemen dan pengendalian yang dilaporkan, serta mereka yang sebaiknya tidak dilaporkan.

H. Anggaran Perjanjian Audit Operasional Pada point ini, tim audit operasional telah menyelesaikan program audit awal. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi langkah-langkah kerja tertentu audit dan teknik yang akan digunakan untuk daerah operasional yang signifikan yang dipilih untuk ditinjau. Jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap langkah kerja harus ditentukan untuk mencapai anggaran perikatan keseluruhan. Untuk langkah-langkah kerja audit dan teknik yang telah digunakan pada audit operasional sebelumnya, ada beberapa pengalaman yang mendasari perkiraan anggaran.

Perlu diingat bahwa anggaran operasional audit harus fleksibel dan dapat berubah, tidak seperti anggaran audit keuangan, yang lebih statis. Fleksibilitas dalam penganggaran tersebut diperlukan karena kemungkinan besar perubahan anggaran. fleksibilitas dalam penganggaran tersebut diperlukan karena kemungkinan besar perubahan anggaran. Hasil perubahan dari kegiatan yang dilakukan dalam kerja lapangan baik fase waktu tambahan untuk area yang memerlukan perhatian lebih atau sedikit waktu untuk area ditemukan tidak kritis dari yang diharapkan. Sebagai contoh, kerja lapangan tambahan mungkin diperlukan ketika area di bawah pengawasan memerlukan analisis yang lebih untuk mengidentifikasi temuan dan recommendasi untuk perbaikan operasional; atau tambahan kekurangan operasional yang signifikan dapat diidentifikasi yang tidak termasuk dalam ruang lingkup program audit awal, yang memerlukan jam tambahan anggaran atau realokasi jam anggaran yang ada. Hal ini juga bisa terjadi bahwa suatu daerah di bawah review tidak menghasilkan temuan yang signifikan audit operasional untuk tingkat dugaan semula. Jika itu terjadi, auditor harus, menghentikan upaya audit operasional segera setelah situasi ini telah ditetapkan dan realokasi setiap jam tersisa dalam anggaran untuk langkah-langkah pekerjaan yang direncanakan untuk langkah-langkah pekerjaan lain.

I. Pengalihan Staf Banyak dari langkah-langkah audit melakukan pengulangan audit keuangan lainnya dan bahkan dari audit yang sama dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya. Tapi tidak begitu dalam audit operasional. Pertama, beberapa langkah-langkah audit yang diperlukan untuk audit operasional tertentu mungkin hanya satu kali kegiatan, dimana mereka sedang dilakukan untuk pertama kalinya dan mungkin atau tidak mungkin dilakukan lagi. Kedua, langkah-langkah kerja audit tertentu mungkin memerlukan keahlian khusus spesifik, seperti kemampuan analitis, ketrampilan komunikasi, pengetahuan sistem dan prosedur tertentu, kemampuan perseptual, kemampuan struktur organisasi dan personil, dan kemampuan teknis spesifik.

Dengan demikian, hal ini sangat penting dalam pelaksanaan audit operasi, banyak keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan secara efektif langkah audit dengan keahlian anggota staf dalam melakukan langkah kerja tertentu. J. Manajement Operasional Audit Staf manajer audit operasional harus bertanggung jawab atas isi teknis dan penyelesaian tepat waktu dari langkah-langkah kerja audit operasional, sementara staf klien harus bertanggung jawab untuk memastikan kerjasama manajemen departemen dan karyawan operasional, serta menghubungkan, mengkoordinasikan, dan mengintegrasikan antara karyawan operasional dan staf audit operasional. Mereka harus dipilih sangat hati-hati, mengingat hal-hal berikut seperti: 1. Kinerja masa lalu pada audit operasional 2. Pengetahuan dan pengalaman yang relatif terhadap daerah yang sedang ditinjau 3. Kemampuan untuk secara efektif mengatur atas Hasil penelitian. 4. Kemampuan untuk mengetahui kelemahan operasional, mengidentifikasi penyebab dan merekomendasikan perbaikan yang realistis. 5. Keterampilan berkomunikasi dengan anggota staf audit operasional, manajemen klien dan karyawan operasional, dan mengambil keputusan organisasi. 6. Keahlian atau pemahaman dalam keahlian teknis yang diperlukan seperti wawancara, diagram alur dan sebagainya 7. Kemampuan untuk bekerja sama dengan tim audit operasional dan karyawan klien. 8. Fleksibel untuk mengubah pada area yang penting diidentifikasi, langkah kerja audit dan tugas staf audit. 9. Dibutuhkan persuasi untuk meyakinkan manajemen klien untuk melaksanakan rekomendasi yang dikembangkan. 10. Keterampilan organisasi untuk menjaga berbagai bagian audit operasional bersama dalam kerangka kohesif dan dapat dimengerti.

TAHAP KERJA LAPANGAN

A. Proses dan Tujuan Field work / Pekerjaan Lapangan Field work / pekerjaan lapangan adalah suatu proses yang dilakukan secara sistematis dalam mengumpulkan bukti audit yang objektif mengenai operasi/kegiatan yang diaudit, kemudian mengevaluasinya untuk: (1) memastikan bahwa operasi/kegiatan tersebut sesuai dengan standar/kriteria yang dapat diterima dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, serta ; (2) menyediakan informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan oleh manajemen. Tujuan pekerjaan lapangan adalah untuk membantu pemberian keyakinan prosedur-prosedur audit yang ada di program audit, sesuai tujuan audit. Tujuan audit tidak sama dengan tujuan operasi, tetapi tujuan audit terkait dengan tujuan operasional.

B. Pembuatan Strategi untuk Melakukan Pekerjaan Lapangan Persiapan pekerjaan lapangan membutuhkan perhatian dan perencanaan yang sama seperti saat persipan audit keseluruhan. Pekerjaan lapangan dilakukan setelah survey pendahuluan diselesaikan dan program audit disiapkan. Seluruh bukti audit yang diperoleh selama pekerjaan lapangan didokumentasikan dalam kertas kerja audit. Bagian-bagian dari rencana strategis akan mencakup : 1. Kebutuhan dan Persyaratan Pegawai Untuk menentukan jumlah dan kualifikasi pegawai yang akan melaksanakan audit. 2. Kebutuhan sumber daya luar Jika pegawai intern tidak ada yang memiliki keahlian yang special, maka harus menggunakan sumber daya luar. 3. Pengelolaan staf audit Pengelolaan staf audit tergantung dari kompleksitas pekerjaan dan kebutuhan rentang atas kontrol.

4. Wewenang dan tanggung jawab Terkait dengan struktur perintah dalam tim audit. 5. Struktur pekerjaan lapangan Disini program audit direncanakan sebagai berurutan. Rangkaian aktifitas terkait satu sama lain dalam menjamin alur pekerjaan 6. Waktu pelaksanaan pekerjaan lapangan Penentuan waktu kerja lapanganm dan estimasinya harus mempertimbangkan aspek administrative. Estimasi tersebut didasarkan pada pengalaman dan standar operasional dari tipe audit. 7. Metode pekerjaan lapangan Metode yang umum digunakan (sebagai prosedur audit) / teknik pengujian dalam melaksanakan pekerjaan lapangan ada 6 yaitu : (1) Observasi (2) Konfirmasi (pada teknik pengujian digunakan kuesioner/interview) (3) Verifikasi (4) Investigasi (5) Analysis (6) Evaluasi 8. Metode pendokumentasian Akumulasi bukti dan persiapan kertas kerja. 9. Penyiapan laporan Rancangan laporan audit biasanya ditentukan pada awal proses audit 10. Rencana Kontijensi Ada kemungkinan sangat sedikit kegiatan yang dilanjutkan seperti yang direncanakan, Maka dari itu perlu ada rencana kontijensi, bahakan untuk kemungkinan yang terburuk. Strategi audit merupakan bagian integral dari proses perencanaan, berlaku untuk semua organisasi audit apapun ukurannya. Pada organisasi berskala kecil, aspek yang berhubungan

dengan staf seperti pengorganisasian staf, wewenang dan tanggung jawab, serta kebutuhan pegawai penerapan yang minimum.

C. Bagian-bagian Pekerjaan Lapangan Tujuan-tujuan Audit : 

Tujuan operasi adalah hasil dicari oleh manajer operasi.



tujuan audit yang kunci untuk tujuan operasi, tetapi mereka memiliki tujuan yang berbeda.



prosedur operasi yang dirancang untuk melihat bahwa tujuan operasi akan dicapai prosedur audit adalah sarana yang auditor memenuhi tujuan audit.

D. Bukti Audit Sebagian besar pekerjaan auditor independen dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan terdiri dari usaha untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit. Ukuran keabsahan (validity) bukti tersebut untuk tujuan audit tergantung pada pertimbangan auditor independen, dalam hal ini bukti audit (audit evidence) berbeda dengan bukti hukum (legal evidence) yang diatur secara tegas oleh peraturan yang ketat. Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor independen dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. Relevansi, objektivitas, ketepatan waktu, dan keberadaan bukti audit lain yang menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh terhadap kompetensi bukti. Standar dari audit evidence atau bukti audit harus memenuhi kriteria: 1. Sufficiency/Kecukupan Kecukupan bukti audit lebih berkaitan dengan kuantitas bukti audit. Faktor yang mempengaruhi kecukupan bukti audit terdiri dari:  Materialitas Auditor harus membuat pendapat pendahuluan atas tingkat materialitas laporan keuangan. Ada hubungan terbalik antara tingkat materialitas dan kuantitas bukti audit yang diperlukan. Semakin rendah tingkat materialitas, semakin banyak kuantitas bukti

yang diperlukan.Tingkat materialitas yang ditentukan rendah berarti torelable missunderstatement rendah. Rendahnya salah saji dapat ditoleransi menuntut auditor untuk menghimpun lebih banyak bukti sehingga auditor yakin tidak ada salah saji material yang terjadi.  Risiko audit Ada hubungan terbalik antara risiko audit dengan jumlah bukti yang diperlukan untuk mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan. Rendahnya risiko audit berarti tingginya tingkat kepastian yang diyakini auditor mengenai ketepatan pendapatnya. Tingginya tingkat kepastian tersebut menuntut auditor untuk menghimpun bukti yang lebih banyak. Semakin rendah tingkat risiko audit yang dapat diterima auditor, semakin banyak bukti audit yang diperlukan.  Faktor-Faktor Ekonomi

Auditor memilih keterbatasan sumber daya yang digunakan untuk memperoleh bukti yang digunakan sebagai dasar yang memadai untuk memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan. Pelaksanaan audit menghadapi kendala waktu dan biaya dalam menghimpun bukti. Auditor harus memperhitungkan apakah setiap tambahan biaya dan waktu untuk menghimpun bukti seimbang dengan keuntungan atau manfaat yang diperoleh melalui kuantitas dan kuliatas bukti yang dihimpun.  Ukuran dan Karakteristik Populasi Auditor tidak mungkin menghimpun dan mengevaluasi seluruh bukti yang ada untuk mendukung pendapatnya. Hal tersebut sangat tidak efisien. Pengumpulan bukti audit pemeriksaan terhadap bukti audit dilakukan atas dasar sampling. Ada hubungan searah antara besarnya populasi dengan besar sampling yang harus diambil dari populasi tersebut. Semakin besar populasinya, semakin besar jumlah sampel bukti audit yang harus diambil dari populasinya.

Karakteristik populasi berkaitan dengan homogenitas atau variabilitas item individual yang menjadi anggota populasi. Auditor memerlukan lebih banyak sampel atau informasi yang lebih kuat atau mendukung atas populasi yang bervariasi anggotanya daripada populasi yang seragam.

2. Competence/Kompetensi Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti audit, terlepas bentuknya, harus sah dan relevan. Keabsahan sangat tergantung atas keadaan yang berkaitan dengan pemerolehan bukti tersebut. Dengan demikian penarikan kesimpulan secara umum mengenai dapat diandalkannya berbagai macam bukti audit, tergantung pada pengecualian penting yang ada. Namun, jika pengecualian yang penting dapat diketahui, anggapan berikut ini mengenai keabsahan bukti audit dalam audit, meskipun satu sama lain tidak bersifat saling meniadakan, dapat bermanfaat.  Apabila bukti dapat diperoleh dari pihak independen di luar perusahaan, untuk tujuan audit auditor independen, bukti tersebut memberikan jaminan keandalan yang lebih daripada bukti yang diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri.  Semakin efektif pengendalian intern, semakin besar jaminan yang diberikan mengenai keandalan data akuntansi dan laporan keuangan.  Pengetahuan auditor secara pribadi dan langsung yang diperoleh melalui inspeksi fisik, pengamatan, perhitungan, dan inspeksi lebih bersifat menyimpulkan dibandingkan dengan yang diperoleh secara tidak langsung. Kompetensi atau reliabilitas bahan bukti yang berupa catatan akuntansi berkaitan erat dengan efektivitas pengendalian internal klien. Semakin efektif pengendalian intern klien, semakin kompeten catatan akuntansi yang dihasilkan. Kompetensi bukti yang berupa informasi penguat tergantung pada beberapa faktor, yaitu:  Sumber Bukti yang diperoleh auditor secara langsung dari pihak luar perusahaan yang independen merupakan bukti yang paling dapat dipercaya. Bukti semacam ini memberikan tingkat keyakinan keandalan yang lebih besar daripada yang dihasilkan dan diperoleh dari dalam perusahaan.

 Ketepatan waktu Kriteria ini berhubungan dengan tanggal pemakaian bukti tersebut. Ketepatan waktu sangat penting terutama dalam verifikasi aktiva lancar, utang lancar, dan rekening laporan rugi laba terkait karena hasilnya digunakan untuk mengetahui apakah cutoff telah dilakukan secara tepat.  Objektifitas Bukti yang objektif lebih dapat dipercaya dan kompeten daripada bukti subjektif. Dalam menelaah bukti subjektif, seperti estimasi manajemen, auditor harus mempertimbangkan kualifikasi dan integritas individu pembuat estimasi, dan menentukan ketepatan proses pembuatan keputusan dalam membuat judgement.

3. Relevance/ Relevansi Bukti yang relevan adalah bukti yang tepat digunakan untuk suatu maksud tertentu.Sebagai contoh pengamatan fisik persediaan yang di auditor relevan digunakan untuk menentukan keberadaan persediaan.Namun, pengamatan fisik persediaan tidak relevan digunakan untuk menentukan apakah persediaan tersebut benar-benar dimiliki perusahaan.

Jenis Bukti Audit Bukti audit terdiri dari 7 jenis bukti: 1. Bukti Fisik (Physical Examination) Bukti fisik banyak dipakai dalam verifikasi saldo berwujud terutama kas dan persediaan. Bukti ini banyak diperoleh dalam perhitungan aktiva berwujud. Pemeriksaan langsung auditor secara fisik terhadap aktiva merupakan cara yang paling objektif dalam menentukan kualitas aktiva yang bersangkutan. Oleh karena itu, bukti fisik merupakan jenis bukti yang paling bisa dipercaya.

2. Konfirmasi (Confirmation)

Konfirmasi merupakan proses pemerolehan dan penilaian suatu komunikasi langsung dari pihak ketiga sebagai jawaban atas permintaan informasi tentang unsur tertentu yang berdampak terhadap asersi laporan keuangan. Konfirmasi merupakan bukti yang sangat tinggi reliabilitasnya karena berisi informasi yang berasal dari pihak ketiga secara langsung dan tertulis. Konfirmasi sangat banyak menghabiskan waktu dan biaya. Ada tiga jenis konfirmasi yaitu:  Konfirmasi positif, merupakan konfirmasi yang respondennya diminta untuk menyatakan persetujuan atau penolakan terhadap informasi yang ditanyakan.  Blank confirmation, merupakan konfirmasi yang respondenya diminta untuk mengisikan saldo atau informasi lain sebagai jawaban atas suatu hal yang ditanyakan.  Konfirmasi negatif, merupakan konfirmasi yang respondenya diminta untuk memberikan jawaban hanya jika ia menyatakan ketidaksetujuannya terhadap informasi yang ditanyakan.

3. Dokumentasi (Documentation) Bukti dokumenter merupakan bukti yang penting dalam audit. Menurut sumber dan tingkat kepercayaan bukti, bukti dokumenter dapat dikelompokkan sebagai berikut:  Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar dan dikirim kepada auditor secara langsung.  Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar dan dikirim kepada auditor melalui klien.  Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan oleh klien.

Bukti dokumenter antara lain meliputi notulen rapat, faktur penjualan, rekening koran bank, dan bermacam-macam kontrak. Reliabilitas bukti dokumenter tergantung sumber dokumen, cara memperoleh bukti, dan sifat dokumen itu sendiri. Sifat dokumen mengacu tingkat kemungkinan terjadinya kesalahan atau kekeliruan yang mengakibatkan kecacatan dokumen.

4. Prosedur Analitis (Analytical Procedures)

Bukti analitis mencakup penggunaan rasio dan perbandingan data klien dengan anggaran atau standar prestasi, trend industri dan kondisi ekonomi umum. Bukti analitis menghasilkan dasar untuk menentukan kewajaran suatu pos tertentu dalam laporan keuangan. Keandalan bukti analitis sangat tergantung pada relevansi data pembanding. Bukti analitis meliputi juga perbandingan atas pos-pos tertentu antara laporan keuangan tahun berjalan dengan laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya. Perbandingan ini dilakukan untuk meneliti adanya perubahan yang terjadi, dan untuk menilai penyebabnya. Bukti-bukti ini dikumpulkan pada awal audit untuk menentukan objek pemeriksaan yang memerlukan pemeriksaan yang lebih mendalam.

5. Hitung Uji (Repeformance) Bukti matematis diperoleh auditor melalui penghitungan kembali oleh auditor. Penghitungan yang di auditor merupakan bukti audit yang bersifat kuantitatif dan matematis. Bukti ini dapat digunakan untuk membuktikan ketelitian catatan akuntansi klien.

6. Wawancara Kepada Klien (Inquiries) Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak berhubungan dengan manusia sehingga ia mempunyai kesempatan untuk mengadakan pengajuan pertanyaan lisan. Masalah yang dapat ditanyakan antara lain meliputi kebijakan akuntansi, lokasi dokumen dan catatan, pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim, kemungkinan adanya utang bersyarat maupun piutang yang sudah lama tidak ditagih. Jawaban atas pertanyaan yang dinyatakan merupakan bukti lisan. Bukti lisan harus dicatat dalam kertas kerja audit.

7. Observasi (Observation) Penggunaan panca indra untuk menilai aktivitas tertentu. Bukti audit ini jarang dipenuhi karena terdapat suatu resiko bahwa para karyawan klien yang terlibat dalam aktivitas itu telah menyadari kehadiran auditor.

TAHAP PENGEMBANGAN DAN TELAAH TEMUAN

A. Defenisi Hasil dari tahap pengujian substantif adalah temuan. Temuan audit berdasar pada perbandingan kondisi (apa yang sebenarnya terjadi) dengan kriteria (apa yang seharusnya terjadi), mengungkap akibat yang ditimbulkan dari perbedaan kondisi dan kriteria tersebut serta mencari penyebabnya. Pengembangan temuan setelah pengujian substantif sangat menentukan keberhasilan tugas audit. Untuk itu, auditor perlu memahami unsur-unsur temuan, sehingga pengembangan temuan menjadi lebih efektif. B. Jenis - Jenis Kriteria  Akibat Dalam mengembangkan rekomendasi dapat pula digunakan pendekatan antara lain penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan dengan tujuh langkah, yaitu: 

Identifikasi masalah



Menguraikan masalah. Seberapa besar? Dimana? Kapan? Apakah sering terjadi?



Mencari kemungkinan penyebabnya. Apakah penyebab menggambarkan situasi keseluruhan atau hanya sebagian?



Buatlah alternatif-alternatif tindakan untuk menyelesaikan masalah



Analisis setiap alternatif, apa kebaikan dan kelemahan apabila suatu alternatif dipilih untuk dilakukan.



Pilihlah alternatif tindakan yang paling baik.



Buatlah rekomendasi untuk dapat mengimplementasikan alternatif tindakan yang paling baik tersebut. Yakinkan kepada pihak manajemen, bagaimana prosedurnya dan bagaimana mengendalikannya

Kriteria ini dapat digolongkan menjadi:



Kriteria input adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur input apakah diperoleh input yang diinginkan dengan harga yang murah.



Kriteria proses adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur setiap proses kegiatan auditi dalam menggunakan input tersedia. Dalam menetapkan kriteria proses, auditor hendaknya memperhatikan kegiatan auditi. Dalam setiap proses kegiatan yang dilaksanakan harus diidentifikasi alat ukurnya sehingga dapat dinilai efisiensinya.



Kriteria hasil adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur setiap hasil kegiatan, apakah hasil kegiatan sudah sesuai dengan yang diharapkan atau tujuan yang ditetapkan semula, serta apakah hasil kegiatan dapat dimanfaatkan sesuai dengan yang dikehendaki



Kondisi (kekurangan atau kelemahan apa yang sebenarnya terjadi)



Kriteria (apa yang seharusnya terjadi)



Sebab (mengapa terjadi perbedaan antara kondisi dan kriteria)



Akibat dan dampak (apa akibat dan dampak yang ditimbulkan dariadanya perbedaan antara kondisi dan kriteria)



Rekomendasi (apa yang dapat dilakukan untuk memperbaikinya)

Ciri suatu penyebab antara lain: 

Kegiatan yang tidak/ kurang dilaksanakan, ketentuan yang belum ada atau ketentuan yang tidak dilaksanakan dengan semestinya yang mengakibatkan timbulnya suatu penyimpangan.



Dapat diidentifikasikan pihak yang bertanggung jawab atas kelemahan pelaksanaan kegiatan suatu organisasi. Pada dasarnya materi penyebab ini mengungkap tentang mengapa terjadi ketidaksesuaian antara kondisi dan kriteria.

Dalam menentukan materi penyebab, dari pengalaman dalam praktik masih terdapat kelemahankelemahan antara lain: 

Sebab yang diungkap tidak/kurang jelas



Sebab yang diungkap belum menjadi sebab yang hakiki atau utama/ material. Kunci penting untuk menentukan penyebab yaitu menelusuri berbagai rangkaian kejadian yang saling berhubungan atau terkait sampai kita mencapai suatu simpulan bahwa kita dapat merumuskan rekomendasi yang akan memperbaiki masalah yang ditemukan

C. Temuan Audit Dalam memberikan/ merumuskan rekomendasi, auditor harus memperhatikan: 

Biaya yang akan terjadi dalam mengimplementasikan rekomendasi harus tidak melebihi manfaat yang akan diperolehnya.



Jika terdapat beberapa alternatif rekomendasi dengan biaya yang terkait, harus diusulkan.



Rekomendasi harus dapat dilaksanakan.

Kriteria yang diperoleh harus diuji dan dianalisis secara tepat dan setelah itu barulah dapat digunakan sebagai tolok ukur atau pembanding dengan kondisi yang dijumpai. Kriteria antara lain berupa: 

Peraturan perundang-undangan yang berlaku.



Ketentuan manajemen yang harus ditaati/ dilaksanakan.



Pengendalian manajemen yang andal.



Tolok ukur keberhasilan, efisiensi dan kehematan.



Standar dan norma/kaidah.

Secara teoritis penetapan kriteria yang jelas merupakan salah satu tanggung jawab auditi. Apabila kriteria tidak tersedia auditor dapat melakukan beberapa hal antara lain: 

Melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga (misalnya dalam hal harga barang/jasa)



Bersama dengan auditi melakukan formulasi kriteria yang akandipakai sebagai tolok ukur



Norma standar yang sama atau sejenis dengan kegiatan auditi sehingga tersebut dapat digunakan sebagai pembanding



Menggunakan keterangan tenaga ahli

Aspek politis yang perlu dipertimbangkan antara lain 

Pemantapan ideologi negara; kegiatan ini dalam rangka meningkatkan kesadaran berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.



Peningkatan kestabilan politik dan keamanan



Peningkatan kesejahteraan masyarakat



Penyediaan lapangan kerja



Pembukaan teritorial

Dalam menilai program yang bersifat politis, audit akan lebih menitik beratkan pada ketaatan pada peraturan perundang-undangan dan kewajaran pertanggungjawaban. Program ini pada umumnya mengabaikan aspek-aspek efisiensi dan ekonomis. Sedangkan efektivitas diukur berdasarkan pada kriteria efektivitas yang tercantum pada peraturan perundang-undangan yang berlaku 

Kriteria Politisi, merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai program dan atau kegiatan yang bersifat politis. Auditor hendaknya secara cermat mempertimbangkan aspek politiknya sebelum menentukan suatu program atau kegiatan dapat digolongkan sebagai program atau kegiatan yang bersifat politis.



Kriteria Ekonomis, merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai kegiatan-kegiatan dengan menggunakan kaidah ekonomi.

D. Pengembangan Temuan Langkah - Langkah Pengembangan Temuan 

Kesulitan memperoleh kriteria yang tepat



Auditi kurang tanggap bahkan tidak sepakat dengan kriteria yang diperoleh



Belum tersedia patokan harga yang memadai



Kondisi pasar yang tidak menentu



Kenali secara khusus apa yang kurang dalam hubungan dengan kriteria/tolok ukur yang lazim.



Auditor perlu meyakini kelayakan kriteria/ tolok ukur yang dipergunakan.



Kenali batas wewenang dan tanggung jawab pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan, program dan fungsi yang diaudit.



Pastikan sebab kelemahannya.



Tentukan apakah kelemahan tersebut merupakan kasus yang berdiri sendiri atau tersebar luas.



Tentukan akibat atau arti pentingnya kelemahan.



Mintakan komentar pejabat yang kompeten



Mintakan kesediaan untuk menindaklanjuti.

Dalam penentuan unsur akibat suatu temuan masih terdapat pula beberapa kelemahan antara lain: 

Akibat yang diungkap tidak jelas atau tidak didukung oleh bukti yang memadai.



Akibat yang diungkap justru lebih tepat aapabila dijadikan kondisi.



Akibat yang diungkap ternyata mengulang kondisi dengan susunankalimat yang berbeda.



Akibat yang diungkap bersifat umum.



Akibat yang diungkap masih bersifat potensial, belum pasti, atau masih dapat dipertanyakan terjadinya dimasa datang.

Dari kelemahan tersebut dapat dikatakan bahwa pengungkapan buktipendukung temuan pada tahap pengujian substantif masih kurangmemadai.a Kriteria 

Akibat yang ditimbulkan dari ketidaksesuaian antara kondisi dan kriteria juga menentukan arti penting atau bobot temuan audit. Oleh karena itu materialitas dari akibat harus diuji dan didukung oleh fakta pembuktian yang cukup.



Materi unsur “akibat” antara lain berupa ketidakekonomisan, ketidakefisienan dan ketidakefektifan serta ketidaklancaran pelayanan kepada masyarakat, ketidaklancaran pembangunan dan terjadi pencemaran lingkungan

Ciri akibat antara lain: 

Ada pihak yang jelas dirugikan.



Kerugian material yang timbul dapat dikuantifikasikan jumlahnya.



Kinerja yang dicapai dapat dibandingkan secara langsung dengantujuan yang diharapkan.



Dampak lingkungan yang timbul dan bentuknya jelas atau dapatdibuktikan secara ilmiah.

TAHAP PELAPORAN

A. Pengertian laporan audit Laporan

audit adalah

media

formal

yang

digunakan

oleh

auditor

dalam

mengkomunikasikan kepada pihak yang berkepentingan tentang kesimpulan atas laporan keuangan yang di audit. Dalam menerbitkan laporan audit, auditor harus memenuhi empat standar pelaporan yang ditetapkan dalam standar auditing yang berlaku umum.( Laporan audit adalah suatu media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya. Dalam laporan tersebut auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan.(Mulyadi) Laporan hasil audit adalah merupakan salah satu tahap paling penting dan akhir dari suatu pekerjaan audit. Dalam setiap tahap audit akan selalu terdapat dampak psikologis bagi auditor maupun auditee. Dampak psikologis dalam tahapan persiapan audit dan pelaksanaan audit dapat ditanggulangi pada waktu berlangsungnya audit. Tetapi dampak psikologis dari laporan hasil audit, penanggulangannya akan lebih sulit karena: 1) Waktu audit sudah selesai 2) Laporan merupakan salah satu bentuk komunikasi tertulis, formal, sehingga auditor tidak dapat mengetahui reaksi auditee secara langsung 3) Laporan telah didistribusikan kepada berbagai pihak sehingga semakin banyak pihak yang terlibat.

B. Karakteristik yang harus dipenuhi oleh suatu laporan hasil audit yang baik ialah: 1. Arti Penting Hal – hal yang dikemukan dalam laporan hasil audit harus merupakan hal yang menurut pertimbangan auditor cukup penting untuk dilaporkan. Hal ini perlu ditekankan agar ada jaminan bahwa penerima laporan yang waktunya sangat terbatas akan menyempatkan diri untuk membaca laporan tersebut. 2. Tepat-waktu dan kegunaan laporan Kegunaan laporan merupakan hal yang sangat penting. Untuk itu, laporan harus tepat waktu dan disusun sesuai dengan minat serta kebutuhan penerimaan laporan,

terlepas dari maksud apakah laporan ditujukan untuk memberikan informasi atau guna merangsang dilakukannya tindakan konstruktif. 3. Ketepatan dan kecukupan bukti pendukung Ketepatan laporan diperlukan untuk menjaga kewajaran dan sikap tidak memihak sehingga memberikan jaminan bahwa laporan dapat diandalkan kebenarannya. Laporan harus bebas dari kekeliruan fakta maupun penalaran. Semua fakta yang disajikan dalam laporan harus didukung dengan bukti–bukti objektif dan cukup, guna membuktikan ketepatan dan kelayakan hal-hal yang dilaporkan. 4. Sifat menyakinkan Temuan, kesimpulan dan rekomendasi harus disajikan secara menyakinkan dan dijabarkan secara logis dari fakta–fakta yang ditemukan. Informasi yang disertakan dalam laporan harus mencukupi agar menyakinkan pihak penerima laporan tentang pentingnya temuan–temuan, kelayakan kesimpulan serta perlunya menerima rekomendasi yang diusulkan. 5. Objektif Laporan hasil audit harus menyajikan temuan–temuan secara objektif tanpa prasangka, sehingga memberikan gambaran (perspektif) yang tepat. 6. Jelas dan sederhana Agar dapat melaksanakan fungsi komunikasi secara efektif, pelaporan harus disajikan sejelas dan sesederhana mungkin. Ungkapan dan gaya bahasa yang berlebihan harus dihindari. Apabila terpaksa menggunakan istilah–istilah teknis atau singkatan–singkatan yang tidak begitu lazim, harus didefinisikan secara jelas. 7. Ringkas Laporan hasil audit tidak boleh lebih panjang dari pada yang diperlukan, tidak boleh terlalu banyak dibebani rincian (kata-kata, kalimat, pasal atau bagianbagian) yang tidak secara jelas berhubungan dengan pesan yang ingin disampaikan, karena hal ini dapat mengalihkan perhatian pembaca, menutupi pesan yang sesungguhnya, membingungkan atau melenyapkan minat pembaca laporan.

8. Lengkap Walaupun laporan sedapat mungkin harus ringkas namun kelengkapannya harus tetap dijaga, karena keringkasan yang tidak informative bukan suatu hal yang baik. Laporan harus mengandung informasi yang cukup guna mendukung diperolehnya pengertian yang tepat mengenai hal-hal yang dilaporkan. Untuk itu perlu diserahkan informasi mengenai latar belakang dai pokok-pokok persoalan yang dikemukakan dan memberikan tanggapan positif terhadap pandanganpandangan pihak objek audit atau pihak lain yang terkait. Dalam bahasa yang lain, dapat

dinyatakan

bahwa

laporan

hasil

audit

seyogyanya

mempunyai

karakteristik: accurate, clear and concise, complete, objective, constructive, dan prompt. 9. Nada yang konstruktif Sejalan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pelaksanaan kegiatan dari objek audit, maka laporan hasil audit harus disusun dengan nada konstruktif sehingga membangkitkan reaksi positif terhadap temuan dan rekomendasi yang diajukan.

Related Documents

A A A A A A A
October 2019 96
A A A A A A A
December 2019 91
A A A A A A A
November 2019 64

More Documents from ""

A I.docx
December 2019 4
Kepemimpinan Bab 16.docx
December 2019 10
Audit Inter.jur.docx
December 2019 6
Bab 1 Pengamen.docx
December 2019 6
Argus Catalogue 2009
December 2019 7