A.
Kata/kalimat kunci 1. Perempuan 45 tahun 2. Gigi taring sakit 3. Sering masuk makanan 4. Terasa asin dan mudah berdarah 5. 6 bulan sebelumnya telah dilakukan perawatan 6. Mengomsumsi amoksisilin (Rekuren) 7. Pernah bengkak 8. Pembengkakan difuus 9. Poket 6mm regio 23 10. PI= 2,1 KI= 3 PBI=2,5
B.
Pertanyaan penting 1. Pemeriksaan apa yang dapat dilakukan? 2. Bagaimana interpretasi pada gambaran radiografi? 3. Apa diagnosis (gambaran klinis) dan diagnosis banding? 4. Etiologi dari kasus di skenario? 5. Bagaimana perawatan pada kasus di skenario? 6. Apa indikasi kan kontra indikasi perawatan? 7. Bagaiaman Prognosis kasus tersebut? 8. Apa pengaruh antibiotik pada kasus di skenario?
C.
Jawaban 1. Pemeriksaan Klinis.1 a. Data umum Nama pasien Jenis Kelamin Umur Pekerjaan Alamat b. Anamnesa Keluhan utama Keluhan tambahan Riwayat medik dental Riwayat medik umum c. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan ekstraoral Untuk melihat apakah ada pembengkakan atau tidak pada pasien. Misalkan pada kasus pembengkakan limfadenopati.
Pemeriksaan intraoral Beberapa metode sederhana dan dapat dipercaya tersedia untuk membantu dokter gigi dan peneliti mengukur status periodontal seseorang. Pemeriksaan kondisi jaringan periodontal harus dilakukan untuk menentukan derajat keparahan suatu penyakit periodontal. Terdapat pelbagai macam pemeriksaan seperti pengukuran probing depth, pengukuran clinical attachment loss, pemeriksaan bleeding on probing, dan lain-lain.
Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan radiografi Adapun salah satu pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan radiograf. Pemeriksaan radiograf merupakan salah satu pemeriksaan yang penting dalam mendiagnosis penyakit periodontal, menentukan keparahan dan prognosis serta evaluasi hasil perawatan. Namun, pemeriksaan radiograf hanya digunakan sebagai pemeriksaan penunjang bukan sebagai pemeriksaan pengganti dalam mendiagnosis penyakit periodontal. Gambaran radiograf menyediakan informasi yang penting dalam mendiagnosis penyakit periodontal karena radiograf dapat menampilkan gambaran yang tidak terlihat pada pemeriksaan klinis seperti panjang akar dan tinggi tulang yang tinggal. 2. Gambaran radiografi pada skenario menunjukkan area radiolusensi diskrit sepanjang aspek lateral akar. Kerusakan tulang yang meluas dan perubahan-perubahan morfologi dari tulang. Letak difuus di dalam dinding jaringan lunak poket periodontal atau pada jaringan periodonsium.2,3 3. Pada skenario pemeriksaan klinis yang dilakukan didapatkan pembengkakan difuus dan terdapat poket dengan gambar radiografi adanya radiolusensi sepanjang aspek lateral akar, maka dapat dikatakan penyakit yang diderita pasian adalah abses periodontal. Abses periodontal adalah inflamasi purulent terlokalisasi pada jaringan periodontal. sering juga disebut sebagai abses lateral atau abses parietal. Abses eriodontal merupakan lesi akut yang menghasilkan destruksi sangat cepat pada jaringan periodontal. biasanya terjadi pada pasien dengan periodontitis yang tidak dirawat namun bisa juga terjadi pada pasien selama fase pemeliharaan atau setelah scaling dan root planning poket yang dalam. Abses periodontal juga dapat terjadi tanpa adanya
periodontitis atau akibat masalah endodontic.simptom klinis yang biasanya muncul pada abses periodontal biasanya sakit, terjadi pembengkakan, supurasi, bleeding on probing dan mobilitas pada gigi yang terlibat. Tanda keterlibatan sistemik juga biasanya muncul, termasuk cervical liymphadenopathy dan peningkatan jumlah leukosit.,4,6 Abses periodontal dapat terbentuk lewat cara berikut ini:5 1. Perluasan infeksi dari poket periodontal yang dalam hingga jaringan periodontal pendukung dan lokalisasi proses inflamasi supuratif di sepanjang aspek lateral akar 2. Perluasan lateral inflamasi dari permukaan dalam poket periodontal hingga jaringan penyokong dinding poket. Pembentukan abses merupakan hasil ketika drainase menuju poket mengalami gangguan 3. Pengangkatan kalkulus yang tidak tuntas selama perawatan poket periodontal 4. Setelah trauma pada gigi atau perforasi dinding lateral akar saat perawatan endodontic. Pada situasi ini, abses periodontal terjadi tanpa adanya penyakit periodontal Secara mikroskopik, abses adalah akumulasi PMN dalam dinding poket periodontal. PMN melepaskan enzim yang dapat mencerna sel dan struktur jaringan lain, membentuk produk liquid yang dikenal dengan nama pus, yang mana menjadi pusat abses. Reaksi inflamasi akut mengelilinngi area purulent dan epithelium di atasnya memperlihatkan edema intraseluler dan ekstraseluler dan invasi leukosit. Abses akut terlokalisasi menjadi abses kronik ketika kandungan purulent mengalir lewat fistula ke permkaan luar gingiva atau ke poket periodontal dan infeksi menyebabkan abses tidak terselesaikan. Invasi bakteri pada jaringan yang mengalami abses biasanya teridentifikasi sebagai bakteri coccus gram negative diplococcus, fusiform dan spirochete. Invasi fungi juga ditemukan dan di interpretasi sebagai “opportunistic invaders” mikroorganisme yang berkolonisasi pada abses periodontal yang utama adalah bakteri batang gram negative. Mikroorganisme yang terlibat diantaranya F.nucleatum, P. intermedia, P. gingivalis, Parviromonas micra. 1. Abses Periodontal dan Abses Gingiva Abses gingiva adalah abses yang terlokalisasi pada gingiva disebabkan karena adanya luka pada permukaan luar gingiva dan tidak melibatkan struktur pendukung. abses gingiva biasanya terbatas pada margin gingiva atau papilla interdental. Pada tahap
awal, terlihat pembengkakan merah dengan permukaan halus dan berkilat. Prinsip perbedaan antara abses periodontal dan abses gingiva terletak pada lokasi dan riwayat penyakit. Abses gingiva terbatas pada margin giniva dan biasanya terjadi pada area yang sebelumnya bebas penyakit. Biasanya merupakan respon akut inflamasi terhadap material asing yang masuk ke gingiva. sedangkan pad a abses periodontal melibatkan struktur pendukung periodontal dan biasanya terjadi akibat destruksi periodontitis kronis. 2. Abses Peridontal dengan Abses Periapikal Beberapa karakteristik dapat digunakan untk membedakan abses periodontal dengan abses periapikal. Jika gigi nonvital, biasanya merupakan lesi periapikal. Namun, sebelum gigi nonvital biasanya gigi tersebut telah mengalami poket periodontal yang dalam yang dapat menimbulkan abses. Abses apical biasanya menyebar di sepanjang aspek lateral akar hinga margin gingiva. namun, ketika apeks dan permukaan akar lateral terlibat oleh lesi tunggal yang dapat di probing secara langsung dari margin gingiva, lesi biasanya bersumber dari abses periodontal. Temuan radiograf membantu dalam mendiferensiasi diantara lesi periodontal dan periapikal. Periodontal akut awal dan abses periapikal biasanya belum menunjukkan perubahan radiograf. Biasanya, area radiolusen di sepanjang permukaan lateral akar menunjukkan adanya abses periodontal, dimana rarefaksi apical menunjukkan adanya abses periapikal. 4. Etiologi abses periodontal adalah :6 1. perluasan infeksi dari poket ke jaringan periodontal. 2. pendukung terlokalisirnya proses inflammatory supuratif sepanjang lateral akar. 3. perluasan inflamasi dari permukaan dalam poket ke lateral. 4. dinding saku → abses bila obstruksi 5. complex poket 6. skeling yang tidak sempurna 7. perforasi pada dinding lateral akar sewaktu perawatan endodontik. 8. Obstruksi orifisium yang dalam. 9. Kerusakan gingiva akibat benda asing 10. Akibat penyakit pulpa 11. Perubahan respon hospes Abses ini kemungkinan dibentuk dari oklusi atau trauma pada rongga periodontal pocket menyebabkan perluasan infeksi dari pocket ke dalam jaringan sekitar. Hal ini disebabkan
masuknya makanan di sela-sela gigi seperti tulang ikan, lepasnya bulu sikat gigi, atau penekanan dinding pocket akibat tindakan terapi orthodentik atau kekuatan mengunyah yang tidak wajar. Normalnya sisa abses berada pada jaringan periodontal, kemudian perkembangannya tergantung pada: - virulensi, tipe dan jumlah organisme penyebab - kesehatan jaringan periodontal pasien - efisiensi dari mekanisme pertahanan tubuh host yang spesifik dan non spesifik 5. Pada pengobatan periodontal abses ada beberapa langkah yaitu :6,7 1. Langkah pertama adalah mengurangi abses dan radang yang akut itu. Drainase harus dengan kuret pada pocket atau insisi abses. Terapi antibiotic adalah indikasi dimana demam atau lymphadenopathy servical terjadi. 2. Langkah kedua yaitu pengurangan pocket untuk mengangkat penyebab dan abses. Hal ini dapat menyelesaikan secara efisien pada perawatan periodontal. Perawatan yang dilakukan terdiri dari perawatan periodontal inisial, dimana pasien diberi edukasi dan motivasi mengenai cara menjaga kebersihan rongga mulut, skeling supragingiva dan subgingiva dilakukan untuk mengurangi patogen periodontal yang dijumpai pada plak gigi. Pemberian antibiotika sistemik (amoxicillin dan metronidazole) selama 8 hari. Pasien dievaluasi untuk melihat sejauh mana terjadi perbaikan setelah perawatan inisial selesai dilakukan. Perawatan bedah dilakukan sebulan kemudian setelah tidak terlihat adanya pengurangan kedalaman poket. Pada pasien dilakukan bedah flap periodontal dengan teknik insisi sulkular. Flap direfleksikan sehingga daerah yang akan dibersihkan terlihat dengan jelas. Jaringan granulasi dibersihkan menggunakan kuret Gracey’s 3 dan 4 dan dilakukan skeling serta penyerutan akar pada permukaan akar yang terekspos sehingga permukaan akar gigi licin, rata dan keras. Decalcified freeze-dried bone allograft (DFDBA) yang mempunyai sifat osteostimulasi/ osteoinduksi ditempatkan pada daerah tulang alveolar yang mengalami kerusakan serta distabilkan dengan menggunakan membran GTR. Flap kemudian ditutup dan dijahit menggunakan monosof nonresorbable (4-0) dengan teknik interrupted suture. Setelah pembedahan pasien diinstruksikan untuk menjaga kebersihan mulutnya dengan baik dan berkumur dengan chlorhexidine 0,12% dua kali sehari selama 2 minggu. Jahitan dibuka setelah 10 hari. Tujuan utama dari tindakan bedah flap adalah untuk mendapatkan akses dan visibilitas pada daerah permukaan akar gigi sehingga instrumentasi dan debridemen mudah dilakukan.
Flap insisi sulkular atau flap preservasi papila merupakan teknik yang ideal untuk meminimalkan resesi pada daerah anterior.
6. Indikasi dan kontra indikasi perawatan abses periodontal :5 1. Jika absesnya kecil dan akses tidak sulit, maka dapat dilakukan skeling dan root planing. 2. Terapi yang biasa dilakukan pada abses kronis adalah skeling dan root planing atau terapi bedah. Perawatan bedah disarankan ketika terdapat defek vertikal yang dalam atau defek furkasi yang berada di luar kemampuan terapeutik dari instrumentasi non bedah. Terapi antibiotik merupakan indikasi, seperti pada abses akut. 3. Adanya poket yag dangkal,kontur gingiva yang relativ baik merupakan indikasi dari perawatan kuretase. Kuretase dapat dilakukan sebagai bagian dari prosedur perlekatan baru pada poket infraboni dengan kedalaman sedang yang berada pada sisi yang aksesibel. Dan kontra indikasi dari kuretase adalah adanya dinding poket fibrotik, poket yag dalam, serta adaya keterlibatan percabangan akar. 7.
Pada kondisi kronis dilakukan perawatan awal dan dilanjutkan dengan drainase dan menghilangkan faktor etiologi, setelah itu dievaluasi kembali dan dilanjutkan dengan perawatan definitif. Pada kondisi akut keadaan umum pasien harus diperiksa. Jika kondisi infeksi mengancam jiwa , sebaiknya dilakukan perawatan penunjang dengan antimikroba dan segera di rujuk ke rumah sakit. Jika kondisi akut tidak mengancam jiwa pasien dapat dilakukan perawatan awal dan perawatan yang sama dengan abses kronis. Diagnosis dini dan perawatan yang tepat sangat menentukan untuk merawat abses periodontal dengan hasil yang baik. Adapun tipe dari prognosis adalah : a. Good prognsosis Kemungkinan untuk mengontrol faktor penyebabnya dan dukungan periodontal yang adekuat, pasien yang kooperatif sehingga memudahkan proses perawatan. b. Fair Prognosis Kehilangan perlekatan sekitar 25% dan atau furcation involvement klas I (lokasi dan kedalamannya masih memungkinkan untuk dilakukan perawatan dengan sikap pasien yang kooperatif) c. Poor prognosis Kehilangan perlekatan sekitar 50%, furcation involvement klas II (lokasi dan kedalamannya membuat perawatan mungkin dilakukan namun sulit)
d. Questionable prognosis Kehilangan perlekatan lebih dari 50%, rasio mahkota dan akar tidak sesuai, keadaan akar tidak baik, furcation involvement klas II atau III (lokasi dan kedalamannya membuat akses menjadi sulit), mobilitas lebih dari 2+.
8. Pemberian antibiotik secara sistemik mutlak diperlukan karena bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans dan Porphyromonas gingivalis yang dijumpai pada penderita periodontitis agresif dapat berinvasi ke dalam jaringan sehingga terapi secara mekanis saja tidak cukup untuk mengurangi jumlah bakteri. Pengobatan abses periodontal meliputi dua fase: mengatasi lesi akut, diikuti dengan pengelolaan kondisi kronis yang ditimbulkan. Terapi abses akut bertujuan untuk meringankan gejala, kontrol penyebaran infeksi, dan membuat drainase. Sebelum pengobatan perlu dilakukan evaluasi tentang riwayat medis pasien, riwayat perawatan gigi, dan kondisi sitemik untuk membantu diagnosa serta menentukan perlunya penggunaan antibiotik sistemik.,6,8
Daftar Pustaka 1. Patel, Punit Vaibhav. Kumar G, Sheela. Patel, Amrita. Periodontal Abscess: A Review. Journal of Clinical and Diagnostic Research.2011.vol.5(2):404-409 2. White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology: Principles and Interpretation. 5th ed. St. Louis, Missouri: Mosby; 2004:314-24. 3. Tetradis S, Carranza FA, Fazio RC, Takei HH. Radiographic Aids in the Diagnosis of Periodontal Disease. In: Carranza's Clinical Periodontology. St. Louis Missouri: Elsevier Saunders; 2015:378-86. 4. Patel, Punit Vaibhav. Kumar G, Sheela. Patel, Amrita. Periodontal Abscess: A Review. Journal of Clinical and Diagnostic Research.2011.vol.5(2):404-409 5. Yadav.R.A , Mani M.A, Marawar. Periodontal Abscess: A Review. International Journal of Health and Medical Sciences. 2013.vol.1(1):14-5 6. Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA. Carranza’s Clinical Periodontology. 11th ed. St. Louis: Elsevier; 2012. 437-47, Ch 17. 7. Askarie.A.N, Faizah.A. Perawatan Kuratase Gingiva Pada Gigi Incisivus Lateral Rahang Bawah. Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi.2017.p.65-9. 8. Griffiths GS, Ayob R, Guerrero. Amoxicillin and metronidazole as an adjunctive treatment in generalized aggressive periodontitis at initial therapy or re-treatment: a randomized controlled clinical trial. Journal of Clinical Periodontology 2011; 38(1):43–49.