8. Bab 2 Geomorfologi (done).docx

  • Uploaded by: M Babesilver
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 8. Bab 2 Geomorfologi (done).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,846
  • Pages: 9
9 Pemetaan Geologi 2018 Daerah Jekawal dan sekitarnya, Kecamatan Jenar dan Tangen, Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah, Indonesia BAB II GEOMORFOLOGI

II.1. Geomorfologi Regional Zona Kendeng meliputi deretan pegunungan dengan arah memanjang timur - barat (T-B) yang terletak langsung di sebelah utara Subzona Ngawi. Pegunungan ini tersusun oleh batuan sedimen laut yang telah mengalami deformasi secara intensif membentuk suatu antiklinorium yaitu rangkaian perbukitan antiklin kecil yang tersusun secara paralel dan membentuk struktur antiklin lebih besar. Pegunungan ini mempunyai panjang 250 km dan lebar maksimum 40 km (de Genevraye & Samuel, 1972) membentang dari Gunungapi Ungaran di bagian barat ke timur melalui Ngawi hingga daerah Mojokerto. Di bawah permukaan, kelanjutan zona ini masih dapat diikuti hingga di Selat Madura. Ciri morfologi Zona Kendeng berupa rangkaian perbukitan rendah dengan morfologi bergelombang, dengan ketinggian berkisar antara 50 hingga 200 meter. Morfologi perbukitan yang berarah barat-timur ini mencerminkan adanya perlipatan dan sesar naik yang berarah barat-timur pula. Intensitas perlipatan dan anjakan yang mengikutinya mempunyai intensitas yang sangat besar di bagian barat dan berangsur melemah di bagian timur. Akibat adanya anjakan tersebut, batas dari satuan batuan yang bersebelahan sering merupakan batas sesar. Lipatan dan anjakan yang disebabkan oleh gaya kompresi juga berakibat terbentuknya retakan, sesar dan zona lemah lainnya pada arah tenggara - baratlaut (Tg-BL), barat daya-timur laut (BD-TL) dan utara- selatan (U-S). Di bagian tengah Zona Kendeng, yaitu di baratlaut Nganjuk, sabuk Antiklinorium Kendeng diterobos oleh tubuh Gunungapi Pandan yang berumur Pleistosen Awal (Lunt et al., 1998). Meski demikian, pola struktur perlipatan Kendeng di sekitar Gunung Pandan yang mengalami pembelokan relatif simetris terhadap tubuh gunungapi tersebut mengindikasikan bila volkanismenya terjadi bersamaan dengan proses pengangkatan tektonis Kendeng (Pliosen Akhir). Ditinjau dari jarak relatif terhadap deretan busur gunungapi dan palung subduksi, Gunungapi

BAB II GEOMORFOLOGI

10 Pemetaan Geologi 2018 Daerah Jekawal dan sekitarnya, Kecamatan Jenar dan Tangen, Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah, Indonesia Pandan berada satu deretan dengan Gunungapi Ungaran, yaitu menempati posisi volkanisme belakang busur dekat (near back-arc). Gunungapi Ungaran juga mulai aktif pada waktu bersamaan dengan Gunungapi Pandan, yaitu Pleistosen Awal (Van Bemmelen, 1949). Fisiografi Pulau Jawa bagian tengah digambarkan Van Bemmelen dalam sebuah peta fisiografi (Gambar 2.1).

Gambar 2.1 Fisiografi Pulau Jawa Tengah (Van Bemmelen, 1949)

Proses eksogenik yang berupa pelapukan dan erosi pada daerah ini berjalan sangat intensif, selain karena iklim tropis juga karena sebagian besar litologi penyusun Zona Kendeng adalah batulempung-napal-batupasir yang mempunyai kompaksitas rendah, misalnya pada Formasi Pelang, Formasi Kerek dan Formasi Kalibeng yang total ketebalan ketiganya mencapai lebih dari 2000 meter. Proses eksogenik yang intensif juga mampu membalik topografi struktural yang ada (inversed topography), misalkan bukit antiklin menjadi lembah antiklin dan lembah sinklin menjadi bukit sinklin. Karena proses pengangkatan tektonik yang terus berjalan mulai dari akhir zaman Tersier hingga sekarang (Husein dkk., 2008), banyak dijumpai teras-teras sungai di Zona Kendeng yang menunjukkan adanya perubahan temporary base level. Sungai utama yang mengalir melalui Zona Kendeng adalah Bengawan Solo yang sebelumnya mengaliri Subzona Ngawi dengan arah aliran barat - timur. Di Kota Ngawi Bengawan Solo berbelok ke utara, memotong sabuk antiklinorium Kendeng yang lebarnya 15 km seraya tetap mempertahankan arah alirannya.

BAB II GEOMORFOLOGI

11 Pemetaan Geologi 2018 Daerah Jekawal dan sekitarnya, Kecamatan Jenar dan Tangen, Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah, Indonesia Fenomena bertahannya Bengawan Solo terhadap proses pengangkatan tektonik Kendeng menyebabkannya dapat dikelompokkan sebagai sungai anteseden. II.2. Pola Penyaluran Pola penyaluran terdiri dari kumpulan aliran sungai baik itu sungai kecil yakni sungai yang bersifat musiman atau intermitten maupun sungai besar permanen yang mengalir sepanjang tahun atau sungai perenial. Pola penyaluran sendiri sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi suatu daerah, baik itu jenis litologi maupun struktur geologi yang berkembang pada suatu daerah. Maka dari itu pola penyaluran dapat menjadi indikasi aspek morfogenesa yang bekerja pada suatu daerah. Sungai-sungai yang berkembang pada daerah pemetaan didominasi oleh jenis sungai intermitten yang mengalir ke hilir menuju aliran utama yakni sungai perenial. Namun saat melakukan pemetaan, pada sungai intermitten tidak banyak ditemukan aliran air karena kering. Berdasarkan jejaring sungai yang tampak pada peta pola penyaluran (Gambar 2.2) daerah pemetaan geologi dibagi menjadi 2 jenis pola penyaluran yakni pola penyaluran subdendritik dan trellis.

Gambar 2. 2 Peta Pola Penyaluran Daerah Jekawal dan sekitarnya

BAB II GEOMORFOLOGI

12 Pemetaan Geologi 2018 Daerah Jekawal dan sekitarnya, Kecamatan Jenar dan Tangen, Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah, Indonesia Berdasarkan penyebarannya, pola subdendritik menempati ± 75% dari luas wilayah pemetaan di sebelah barat. Pola penyaluran subdendritik berkembang di daerah sungai intermitten yang memiliki relief cukup tinggi di daerah pemetaan. Pola trellis menempati sekitar 25 % dari luas wilayah pemetaan di sebelah timur. Pola penyaluran trellis berkembang di daerah yang banyak terdapat struktur geologi terutama lipatan dan sesar geser.

II.3. Geomorfologi Daerah Pemetaan Geomorfologi daerah pemetaan dapat diklasifikasikan menjadi 3 satuan geomorfologi (Lampiran 1) berdasarkan aspek morfogenesis. Aspek morfogenesis merupakan aspek yang meliputi analisa dari proses geologi yang berpengaruh pada pembentukan morfologi tersebut dan mengaitkan penamaan satuan geomorfologi dengan aspek morfologi. Aspek penentu morfogenesis dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel II.1) Tabel II.1 Bentuk permukaan berdasarkan morfogenesis (Van Zuidam, 1968, 1975)

Aspek Utama

Kriteria

Morfostruktur pasif

Lithologi / jenis batuan dan struktur batuan dihubungkan dengan proses pengikisan, seperti cuesta, hogback dan kubah. Aktivitas proses endogen seperti vulaknisma, patahan dan lipatan, seperti gunungapi, pegunungan antiklin, lereng patahan. Proses eksogen yang berhubungan dengan gerakan angin, air atau es, seperti gumuk pasir, dataran fluvial, sedimentasi atau gurun.

Morfostruktur aktif

Morfodinamik

Daerah penelitian yang merupakan bagian dari fisiografi Zona Kendeng termasuk ke dalam suatu antiklinorium yang menyebabkan daerah penelitian memiliki banyak bentukan struktur geologi. Seperti diketahui jika di daerah Kendeng ditemukan banyak perbukitan berbentuk suatu lipatan yang memiliki sumbu relatif Barat-Timur serta banyak struktur minor lain yang menyertai pembentukan lipatan tersebut seperti sesar geser, sesar turun, dan sesar naik.

BAB II GEOMORFOLOGI

13 Pemetaan Geologi 2018 Daerah Jekawal dan sekitarnya, Kecamatan Jenar dan Tangen, Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah, Indonesia Berdasarkan aspek yang disebutkan diatas, maka terdapat 3 satuan geomorfologi di daerah pemetaan ini yang tergambarkan dalam kolom geomorfologi daerah pemetaan (Lampiran 2), yang meliputi : 1. Satuan perbukitan lipatan 2. Satuan perbukitan lipatan tersesarkan 3. Satuan perbukitan denudasional Berikut adalah deskripsi detail dari masing-masing satuan geomorfologi yang berkembang pada daerah pemetaan.

II.2.1. Satuan perbukitan lipatan Satuan geomorfologi ini memiliki pelamparan yang tidak terlalu luas yaitu sekitar 8.5%. Satuan berada di Utara daerah pemetaan. Satuan geomorfologi ini disebut sebagai perbukitan lipatan karena memiliki struktur berupa lipatan dengan ketinggian kontur 114 – 64 m dengan beda tinggi 50 m sehingga membentuk kelerengan 3.5-5 %. Satuan ini meliputi Desa Jekawal dan Desa Jenar. Litologi yang menyusun satuan ini berupa barupasir karbonatan dan napal berseling dengan arah dip Utara dan Selatan membentuk suatu lipatan. Morfostruktur lipatan tersebut menjadi salah satu parameter dalam penamaan satuan ini. Daerah ini memiliki sungai-sungai dengan pola trellis dan sub-dendritik. Potensi sumber daya geologi yang bisa dimanfaatkan yaitu adanya daerah yang cukup datar dimanfaatkan warga sekitar menjadi pemukiman warga dan daerah yang berbukit-bukit digunakan untuk perkebunan tebu. Kenampakan morfologi pada satuan perbukitan lipatan ditunjukkan dari STA 42 (Gambar 2.3).

Gambar 2.3. Kenampakan morfologi pada satuan perbukitan lipatan (STA 42 )

BAB II GEOMORFOLOGI

14 Pemetaan Geologi 2018 Daerah Jekawal dan sekitarnya, Kecamatan Jenar dan Tangen, Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah, Indonesia II.2.2. Satuan perbukitan lipatan tersesarkan Satuan geomorfologi ini memiliki pelamparan yang cukup luas yaitu sekitar 61.5%. Satuan berada di area tengah daerah pemetaan yang terlapar dari Timur hingga Barat. Satuan geomorfologi ini disebut sebagai perbukitan lipatan tersesarkan dengan ketinggian kontur 122 – 72 m berlereng sangat landai yang membentuk antiklin dan sinklin terpotong sesar geser. Satuan ini meliputi sebagian desa Ngrombo bagian Barat dan desa Jenar di bagian Timur. Litologi yang menyusun satuan ini batupasir karbonatan perselingan napal dan batugamping. Pada satuan ini banyak ditemukan struktur geologi berupa lipatan dan sesar geser yang dominan mempengaruhi bentukan morfologi di daerah penelitian. Selain itu di daerah penelitian ini juga terdapat sungai-sungai musiman yang pada saat dilakukannya pemetaan tidak terdapat air pada sungainya. Sungaisungai ini membentuk pola penyaluran subdendritik. Terdapat pula pola penyaluran trellis yang memiliki orientasi aliran Utara-Selatan membagi dari ujung utara kavling pemetaan hingga ujung selatan. Proses eksogenik yang terjadi di satuan ini antara lain pelapukan dan erosi. Potensi sumber daya geologi yang bisa dimanfaatkan yaitu dengan adanya daerah yang berbukit-bukit dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan dan sebagai permukiman. Kenampakan satuan perbukitan lipatan tersesarkan ditunjukkan pada STA 17 (Gambar 2.4).

Gambar 2.4. Kenampakan satuan perbukitan lipatan tersesarkan dari STA 17

BAB II GEOMORFOLOGI

15 Pemetaan Geologi 2018 Daerah Jekawal dan sekitarnya, Kecamatan Jenar dan Tangen, Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah, Indonesia II.2.3. Satuan perbukitan denudasional Satuan geomorfologi ini memiliki pelamparan yang tidak terlalu luas yaitu sekitar 30% dari keseluruhan daerah pemetaan. Satuan tersebar di sebelah Selatan daerah pemetaan. Satuan geomorfologi ini disebut sebagai perbukitan denudasional dengan ketinggian kontur 105 – 81 m dan beda tinggi 24 m membentuk kelerengan 3% yang tergolong sangat landai. Satuan ini meliputi sebagian Desa Japoh, Desa Mlale, dan Desa Dawung. Litologi yang menyusun satuan ini berupa batulanau karbonatan dengan sisipan batupasir, napal tufan, dan batugamping berlapis. Litologi tersebut menjadi salah satu parameter dalam penamaan satuan denudasional karena batulanau karbonatan tersebut mudah mengalami erosi dan menyebabkan gerakan massa. Selain itu area ini juga merupakan area hilir dari sungai-sungai intermitten yang mengalir dari hulu sungai yang berada di perbukitan. Sungai-sungai ini membentuk pola penyaluran dominan subdendritik dan sedikit pola trellis. Potensi sumber daya geologi yang bisa dimanfaatkan dengan adanya daerah yang cukup miring dapat berupa perkebunan tebu, dan hutan jati. Kenampakan satuan perbukitan denudasional ditunjukkan oleh STA 113 (Gambar 2.5).

B

Gambar 2.5. Kenampakan satuan perbukitan denudasional (STA 113)

BAB II GEOMORFOLOGI

16 Pemetaan Geologi 2018 Daerah Jekawal dan sekitarnya, Kecamatan Jenar dan Tangen, Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah, Indonesia II.3. Stadia Daerah Menentukan stadia daerah memiliki tujuan untuk menunjukkan intensitas proses geologi yang mengontrol pembentukan morfologi suatu daerah, khususnya proses eksogenik yang bekerja pada suatu daerah. William Morris Davis menggambarkan ilustrasi stadia menjadi 3 jenis (Gambar 2.6). Menurut Lobeck (1939), stadia daerah ada 3 dan mempunyai ciri tersendiri yaitu stadia muda di cirikan oleh dataran yang masih tinggi dengan lembah sungai yang relatif curam dimana erosi vertikal lebih dominan dan kondisi geologi masih orisinil. Stadia dewasa dicirikan oleh adanya bukit sisa erosi dan erosi lateral lebih dominan, sungai memiliki point bar, pola pengaliran berkembang baik, kondisi geologi mengalami pembalikan topografi seperti punggung sinklin atau lembah antiklin. Stadia tua dicirikan permukaan relatif datar, aliran sungai tidak berpola, sungai berkelok dan menghasilkan endapan di kanan kiri sungai kemudian litologi relatif seragam. Pembentukan stadia daerah juga dipengaruhi oleh iklim daerah tersebut. Stadia daerah pada daerah yang beriklim humid / basah berbeda dengan stadia pada daerah arid /kering.

Gambar 2. 6 Perbedaan bentuk daerah masing – masing stadia

BAB II GEOMORFOLOGI

17 Pemetaan Geologi 2018 Daerah Jekawal dan sekitarnya, Kecamatan Jenar dan Tangen, Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah, Indonesia Dengan melihat data dari di lapangan dan bentuk bukit pada daerah pemetaan, maka daerah pemetaan berada pada stadia dewasa. Hal itu dikarenakan pada daerah pemetaan terbentuk perbukitan yang tererosi secara lateral. Hal lain yang membuat peneliti meyakini daerah pemetaan berada di stadia dewasa karena bentukan permukaan di daerah pemetaan tidak rata. Hal ini menandakan proses eksogenik masih terjadi pada saat ini.

BAB II GEOMORFOLOGI

Related Documents

Geomorfologi
December 2019 25
8. Bab 2.pdf
May 2020 5
Geomorfologi Pantai.docx
November 2019 30
Pkn Kelas 8 Bab 2
December 2019 10

More Documents from "Istania Variannisa"