77-85-125-1-10-20180403.pdf

  • Uploaded by: Franky Pesoa
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 77-85-125-1-10-20180403.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 3,124
  • Pages: 10
SAINS Vol. XIII No. 1 Januari 2017

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BERE-BERE KECAMATAN MOROTAI UTARA KABUPATEN PULAU MOROTAI TAHUN 2015 Rosmila Tuharea 1 Abdi Abdullah 2

Abstrak Penyakit Rabies disebabkan oleh virus rabies yang menyerang susunan saraf pusat sehingga dapat menyebabkan kematian pada penderitanya. Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pulau Morotai, Kejadian kasus gigitan Anjing tersangka rabies pada tahun 2015 terdapat 99 kasus gigitan dengan 2 penderita meninggal di duga rabies. Sedangkan di Puskesmas BereBere pada tahun 2015 sebanyak 46 Kasus gigitan. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan menggunakan desain case control. Sampel dalam penelitian ini adalah penderita Gigitan Hewan Penular Rabies (kasus) sebanyak 30 orang dan bukan penderita Gigitan Hewan Penular Rabies (kontrol) sebanyak 30 orang. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan rumus uji statistik Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 60 responden yang diwawancarai, responden berjenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu 32 orang (53,3%). Sedangkan untuk umur, terbanyak pada golongan umur 25-49 tahun yaitu 32 orang (53,3%) sedangkan paling rendah pada golongan umur ≥ 50 tahun sebanyak 6 orang (10%). Pada analisis bivariat menunjukkan bahwa semua Variabel memiliki hubungan dengan kejadian gigitan hewan penular rabies yaitu Variabel Pengetahuan (p=0,039), Sikap (p=0,0001), Perawatan HPR (p=0,0002), dan Vaksinasi HPR (p=0,0001). Berdasarkan Hasil Penelitian disarankan Kepada Dinas Kesehatan agar rutin melakukan kegiatan penyuluhan terkait penyakit rabies dan kepada pihak Dinas Pertanian agar melakukan pendataan, pengawasan khususnya kepada para pemilik anjing dan rutin melakukan vaksinasi kepada hewan penular rabies. Kata Kunci : Faktor-faktor, Hewan Penular, dan Rabies.

1, 2

Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan UMMU Ternate

54

SAINS Vol. XIII No. 1 Januari 2017

PENDAHULUAN

S

alah

satu

meninggal karena rabies. (Dinkes Provinsi Maluku Utara, 2014). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pulau Morotai, Kejadian kasus gigitan Anjing tersangka rabies yaitu pada tahun 2013 terdapat 53 kasus gigitan, pada tahun 2014 terdapat 90 kasus gigitan anjing tersangka rabies dengan 2 orang meninggal karena rabies, sedangkan pada tahun 2015 terdapat 99 kasus gigitan dengan dua penderita meninggal di duga rabies. (Dinkes Kabupaten Pulau Morotai, 2015). Tingginya kejadian gigitan hewan penular rabies di kabupaten Pulau Morotai tidak terlepas dari banyaknya populasi anjing yang ada di Kabupaten Pulau Morotai dan rendahnya realisasi vaksinasi hewan penular rabies di daerah ini. Jumlah populasi anjing peliharaan di kabupaten Pulau Morotai adalah 2.156 ekor, sedangkan yang rutin divaksin hanya 547 ekor anjing. Selain jumlah tersebut kemungkinan masih adanya anjing – anjing liar yang tidak terdata. (Dinas Pertanian Provinsi Maluku Utara, 2014). Adapun data yang di peroleh dari pemegang program P2 Rabies Puskesmas Perawatan Bere-Bere, dalam beberapa tahun terakhir kasus gigitan hewan penular rabies (GHPR) di wilayah Kerja Puskesmas Bere-Bere yaitu pada tahun 2011 terdapat 139 kasus gigitan dengan satu kematian, pada tahun 2012 ditemukan 20 kasus gigitan, pada tahun 2013 terdapat 22 kasus gigitan, tahun 2014 yaitu 28 kasus gigitan dan tahun 2015 sebanyak

masalah

kesehatan yang masih meresahkan masyarakat yaitu rabies. Rabies adalah penyakit yang disebabkan oleh virus rabies, virus ini menyerang susunan saraf pusat sehingga dapat menyebabkan kematian pada penderitanya. Rabies dikenal sebagai penyakit yang mematikan karena Case Fatality Rate (CFR) yang mencapai 100%, tetapi hal ini dapat dicegah dengan pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) atau Serum Anti Rabies (SAR) sesuai dengan tipe gigitan pada luka (WHO, 2005). Di beberapa Negara di Asia, yaitu tertinggi di India dengan ratarata 20.000 kasus/tahun, di Vietnam 9.000 kasus/tahun, China 2.500 kasus/tahun, Fhilipina 200 – 300 kasus/tahun, dan di Indonesia rata-rata 168 kasus/tahun (5 tahun terakhir). (Direktorat PPBB Ditjen PP-PL Kemenkes RI, 2014) Di Indonesia, situasi gigitan hewan penular rabies (GHPR) dan kematian akibat rabies (Lyssa) setiap tahun masih sangat tinggi., Tahun 2012 sebanyak 84.750 kasus gigitan dengan kematian 137 orang, dan pada tahun 2013 sebanyak 69.136 kasus gigitan dengan jumlah kematian sebanyak 119 orang. (Subdit Pengendaliaan Zoonosis Kemenkes RI, 2014) Di Provinsi Maluku Utara sendiri untuk tiga tahun terakhir yaitu di tahun 2011 ada enam orang yag meninggal karena rabies, 2012 dengan tiga kematian dan 2013 ada lima orang yang

55

SAINS Vol. XIII No. 1 Januari 2017

46 Kasus gigitan. (Puskesmas Bere-Bere, 2015). Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa walaupun upaya pemerintah pusat dan daerah begitu gencar dalam memberantas rabies, seperti melaksanakan usaha pengendalian penyakit berupa pencegahan, pemberantasan dan penanggulangan yang dilaksanakan secara lintas sektoral yang terkait dalam hal ini dinas pertanian dan dinas kesehatan, diantaranya : a) Tidak memberikan izin untuk memasukkan atau menurunkan anjing, kucing, kera dan hewan sebangsanya di daerah bebas rabies. b) Memusnahkan anjing, kucing, kera atau hewan sebangsanya yang masuk tanpa izin ke daerah bebas rabies. c) Dilarang melakukan vaksinasi atau memasukkan vaksin rabies kedaerah daerah bebas rabies. d) Melaksanakan vaksinasi terhadap setiap anjing, kucing dan kera, 70% populasi yang ada dalam jarak minimum 10 km disekitar lokasi kasus. e) kesehatan dalam bentuk pelatihan tentang tatalaksana kasus rabies f) Membuat dasar hukum tentang pelaksanaan pemberatasan penyakit rabies. g. dan lain-lain Walaupun beberapa upayaupaya di atas telah dilaksanakan, tetapi penyakit ini masih menyebabkan keresahan di masyarakat karena kasus gigitan hewan penular rabies masih tinggi dan telah beberapa kali menyebabkan korban jiwa. Oleh karena itu dengan penelitian ini peneliti ingin mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian

gigitan hewan penular rabies di wilayah kerja Puskesmas BereBere Kecamatan Morotai Utara Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2015. Tujuan Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian gigitan hewan penular rabies di wilayah kerja Puskesmas BereBere Kec. Morotai Utara Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2015. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan responden dengan kejadian gigitan hewan penular rabies di wilayah kerja Puskesmas Bere-Bere Kecamatan Morotai Utara Kabupaten Pulau Morotai tahun 2015. b. Untuk mengetahui hubungan sikap dengan kejadian gigitan hewan penular rabies di wilayah kerja Puskesmas Bere-Bere Kecamatan Morotai Utara Kabupaten Pulau Morotai tahun 2015. c. Untuk mengetahui hubungan perawatan HPR dengan kejadian gigitan HPR di wilayah kerja Puskesmas Bere-Bere Kecamatan Morotai Utara Kabupaten Pulau Morotai tahun 2015. d. Untuk mengetahui hubungan status vaksinasi HPR dengan kejadian gigitan HPR di wilayah kerja Puskesmas Bere-Bere Kecamatan Morotai Utara Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2015.

56

SAINS Vol. XIII No. 1 Januari 2017

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan Desain Case Control, dimana pengumpulan data dimulai dari efek atau akibat yang telah terjadi, kemudian ditelusuri penyebabnya atau variabel – variabel yang mempengaruhi akibat tersebut. Waktu Dan Lokasi Penelitian Pengumpulan data dilaksanakan pada Tanggal 08 - 29 April Tahun 2016 dengan lokasi penelitian adalah desa–desa di wilayah kerja Puskesmas Bere – Bere Kecamatan Morotai Utara Kabupaten Pulau Morotai. Populasi Dan Sampel Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita gigitan hewan penular rabies selama tahun 2015 di Wilayah kerja Puskesmas BereBere Kecamatan Morotai Utara Kabupaten Pulau Morotai yang tersebar di tujuh desa yaitu desa Sakita, Yao, Korago, Loleo Jaya, Bido, Tawakali dan Lusuo . Sampel dalam penelitian ini adalah penderita dewasa atau penderita gigitan dengan kelompok umur ≥ 15 Tahun yaitu sebanyak 30 penderita. Adapun 30 sampel kasus tersebar di desa Sakita sebanyak 9 orang, desa Yao 6 orang, Bido 5 orang, Tawakali 4 orang, Korago 3 orang, Loleo Jaya 2 orang dan Lusuo 1 orang.

saat penelitian dilakukan. kontrol diambil pada satu wilayah yang sama dengan penderita (kasus) dengan jumlah sampel kontrol yaitu 1:1 dengan kasus, artinya jumlah sampel kontrol pada penelitian ini adalah sebanyak 30 responden. Adapun teknik pengambilan sampel untuk kontrol yaitu mengambil orang-orang yang berada dekat dengan rumah kasus (tetangga penderita) yang mempunyai kemiripan karakteristik dengan kasus diantaranya dari segi umur maupun jenis kelamin. Sehingga total sampel pada penelitian ini adalah 60 orang responden yang terdiri dari 30 sampel kasus dan 30 sampel kontrol. Pengumpulan Data Data primer Wawancara dengan kuesioner untuk mengetahui pengetahuan, sikap, cara perawatan HPR dan status vaksinasi HPR. Data sekunder Data sekunder diperoleh melalui instansi terkait yaitu Dinas Kesehatan Kabupaten Pulau Morotai, Puskesmas Bere-Bere, Dinas Pertanian Kabupaten Pulau Morotai. Analisa data Data dianalisis dengan menggunakan analisis inferensial sebagai berikut berikut : Univariat Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi dan proporsi dari tiap variabel bebas dengan variabel terikat. Bivariat Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan variabel bebas dengan variabel terikat Karena rancangan penelitian ini

Kontrol Kontrol dalam penelitian ini yaitu orang yang tidak pernah terigigit HPR dalam kurun waktu bulan Januari 2015 sampai pada

57

SAINS Vol. XIII No. 1 Januari 2017

Pendidikan Tabel 3 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Pada Kejadian Gigitan Hewan Penular Rabies di Puskesmas Bere-Bere Tahun 2015

adalah case control, jadi untuk mengetahui hubungan antara variabel independent dengan variabel dependen digunakan uji Chi Square (x²) tabel kontigensi 2x2 dengan tingkat kepercayaan 95 % (α = 0,05).

Tingkat Pendidikan

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Analisis Univariat Jenis Kelamin Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :

SD Tidak Sekolah Lainnya Jumlah

Kejadian Gigitan Kasus Kontrol n % N % 14 46,7 17 56,7 1 3,3 0 0 15 50 13 43,3 30 50 30 50

Total n 31 1 28 60

% 51,7 1,7 46,6 100

Sumber : Data Penelitian

Tabel 1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Pada Kejadian Gigitan Hewan Penular Rabies di Puskesmas Bere-Bere Tahun 2015 Jenis Kelamin Laki-Laki Peremuan Jumlah

Kejadian Gigitan Kasus Kontrol n % n % 14 46,7 14 46,7 16 53,3 16 53,3 30 50 30 50

Pekerjaan Tabel 4 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Pada Total Kejadian Gigitan Hewan Penular n % Rabies di Puskesmas Bere-Bere 28 46,7 Tahun 2015 32 53,3 60

100

Sumber : Data Penelitian Pekerjaan Tidak Bekerja PNS Lainnya Jumlah

Umur Tabel 2 Distribusi Responden Menurut Umur Pada Kejadian Gigitan Hewan Penular Rabies di Puskesmas Bere-Bere Tahun 2015 Umur 15-24 (Orang Muda) 25-49 (Orang Dewasa) ≥ 50 (Orang Tua) Jumlah

Kejadian Gigitan Kasus Kontrol N % n % 10 33,3 12 40 1 3,3 1 3,3 19 63,4 17 56,7 30 50 30 50

Sumber : Data Penelitian

Kejadian Gigitan Kasus Kontrol n % N %

n

%

11

36,7

11

36,7

22

36,7

16

53,3

16

53,3

32

53,3

3

10

3

10

6

10

30

50

30

50

60

100

Total

Sumber : Data Penelitian

58

Total n 22 2 36 60

% 36,7 3,3 60 100

SAINS Vol. XIII No. 1 Januari 2017

Variabel Penelitian Tabel 5 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Pada Kejadian Gigitan Hewan Penular Rabies di Puskesmas Bere-Bere Tahun 2015 Kejadian Gigitan Kasus Kontrol N % n % 11 36,7 19 63,3

Tingkat Pengetahuan Tinggi Rendah

19

63,3

11

36,7

Jumlah

30

50,0

30

50,0

Total

Tabel 8 Distribusi Responden Menurut Status Vaksinasi Pada 30 50 Kejadian Gigitan Hewan Penular Rabies di 60 100 Puskesmas Bere-Bere Tahun 2015 n 30

Sumber : Data Penelitian

Tabel 6 Distribusi Responden Menurut Kalifikasi Sikap Pada Kejadian Gigitan Hewan Penular Rabies di Puskesmas Bere-Bere Tahun 2015

% 50

Status Vaksin asi Ya

Kejadian Gigitan Kasus Kontrol n % N % 36,7 21 70,0 11

Tidak

19

63,3

9

Jumlah

30

50,0

30

Kejadian Gigitan Kasus Kontrol N % n % 8 26,7 23 76,7

n 31

% 51,7

Kurang

22

73,3

7

23,3

29

48,3

Jumlah

30

50,0

30

50,0

60

100

Sikap Baik

n 32

% 53,3

30,0

28

46,7

50,0

60

100

Total

Sumber : Data Penelitian

Tabel 7 Distribusi Responden Menurut cara Perawatan HPR Pada Kejadian Gigitan Hewan Penular Rabies di Puskesmas Bere-Bere Tahun 2015

Efektif

Kejadian Gigitan Kasus Kontrol n % n % 0 0 11 36,7

n 11

% 18,3

Kurang

30

100

19

63,3

49

81,7

Jumlah

30

50,0

30

50,0

60

100

Perawatan HPR

Total

Total

Sumber : Data Penelitian

59

Hasil Analisis Bivariat Untuk menguji variabel bebas dan variabel terikat digunakan uji Chi-Square dengan tabel kontigensi 2x2 dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) yaitu sebagai berikut :

SAINS Vol. XIII No. 1 Januari 2017

Tabel 9 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Kejadian Gigitan Hewan Penular Rabies Tahun 2015 Kejadian Gigitan Jumlah Nilai p Tingkat Kasus Kontrol Pengetahuan n % n % n % Tinggi

11

36,7

19

63,3

30

50

Rendah

19

63,3

11

36,7

30

50

Jumlah

30

50,0

30

50,0

60

100

p = 0.039

Tabel 10 Hubungan Antara Sikap Responden Dengan Kejadian Gigitan Hewan Penular Rabies Di Wilayah Kerja Puskesmas Bere-Bere Tahun 2015 Kejadian Gigitan Jumlah Nilai p Sikap Kasus Kontrol n

%

N

%

n

%

Baik

8

26,7

23

76,7

31

51,7

Kurang

22

73,3

7

23,3

29

48,3

Jumlah

30

50,0

30

50,0

60

100

p = 0.0001

Tabel 11 hubungan antara perawatan hewan Penular dengan Kejadian Gigitan Hewan Penular Rabies Di Wilayah Kerja Puskesmas Bere-Bere Tahun 2015 Kejadian Gigitan Jumlah Nilai p Perawatan HPR Kasus Kontrol N

%

N

%

n

%

Efektif

0

0

11

36,7

11

18,3

Kurang

30

100

19

63,3

49

81,7

Jumlah

30

50,0

30

50,0

60

100

Dari hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0.0001 karena p value <0.05 maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara variabel sikap dengan kejadian gigitan hewan penular rabies yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Bere-Bere Tahun 2015.

p = 0.0002

Dari hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0.0002 karena p value <0.05 maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara variabel perawatan HPR dengan kejadian gigitan hewan penular rabies yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Bere-Bere Tahun 2015.

60

SAINS Vol. XIII No. 1 Januari 2017

Tabel 12 Hubungan Antara Vaksinasi HPR Dengan Kejadian Gigitan Hewan Penular Rabies Di Wilayah Kerja Puskesmas BereBere Tahun 2015 Kejadian Gigitan Vaksinasi HPR

Kasus

Kontrol

N

%

n

%

Ya

11

36,7

21

70,0

Tidak

19

63,3

9

30,0

Jumlah

30

50,0

30

50,0

Dari hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0.0001 karena p value <0.05 maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara variabel Vaksinasi HPR dengan kejadian gigitan hewan penular rabies yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Bere-Bere Tahun 2015. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari variabel bebas berupa pengetahuan, sikap, perawatan HPR dan vaksinasi HPR dengan kejadian gigitan hewan penular rabies sebagai variabel terikat maka akan diuraikan sebagai berikut : 1. Hubungan antara pengetahuan dengan kejadian gigitan hewan penular rabies. Dari hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0.039 karena p value <0.05 maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara variabel tingkat pengetahuan dengan kejadian gigitan hewan

penular rabies yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas BereBere Tahun 2015. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa tindakan Jumlah Nilai p seseorang terhadap masalah n % kesehatan, yang p= 32 53,3 dalam hal ini 0.0001 pengetahuan 28 46,7 responden tentang 60 100 penyakit rabies, pada dasarnya akan dipengaruhi oleh pengetahuan seseorang tentang masalah tersebut. Begitu juga pendapat Andersen yang dikutip Notoadmojo (2003) yang mengatakan bahwa pengetahuan sedikit banyaknya akan mempengaruhi seseorang dalam akibat tertentu dari konsekuensi tindakan yang dilakukan. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan responden yang sebagian besar hanya lulusan sekolah dasar. Hal ini sejalan dengan pendapat Darwin (1996) yang menyatakan bahwa kecenderungan makin tinggi tingkat pendidikan responden, maka tingkat pengetahuannya juga semakin tinggi. Untuk itu perlu dilakukan upaya promosi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit rabies sehingga dapat mengetahui bahaya dari penyakit rabies. 2. Hubungan antara sikap dengan kejadian gigitan hewan penular rabies.mDari hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0.0001 karena p value <0.05 maka Ho ditolak,

61

SAINS Vol. XIII No. 1 Januari 2017

artinya ada hubungan antara variabel sikap dengan kejadian gigitan hewan penular rabies yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Bere-Bere Tahun 2015. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Notoadmodjo (2003), Effelina (2007) yang menyatakan bahwa ada perbedaan tindakan masyarakat dalam melakukan tindakan pencegahan penyakit rabies berdasarkan sikap. Untuk itu, pihak terkait dalam hal ini dinas kesehatan dan dinas pertanian harus senantiasa melukan kegiatan penyuluhan yang lebih menekankan pada upaya pencegahan agar terhindar dari gigitan hewan penular rabies. Selain itu pemerintah setempat baik ditingkat daerah maupun ditingkat kecamatan/desa harus membuat aturan agar bisa mengontrol populasi anjing sehingga bisa mengurangi kasus gigitan. 3. Hubungan antara perawatan HPR dengan kejadian gigitan hewan penular rabies Dari hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0.0002 karena p value <0.05 maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara variabel perawatan HPR dengan kejadian gigitan hewan penular rabies yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas BereBere Tahun 2015. Ditemukan fakta bahwa pemilik anjing cenderung tidak merawat peliharaannya dengan baik karena beberapa faktor. Untuk pemberian makan dan minum

pada hewan peliharaan tidak dilakukan secara rutin karena pemilik anjing rata-rata memiliki tingkat ekonomi yang rendah sehingga memiliki keterbatasan untuk memberi makanan secara rutin pada anjingnya. Hasil wawancara dilapangan menunjukkan bahwa pada umumnya responden tidak setuju anjingnya diikat seharihari karena akan mengakibatkan anjing tidak bebas bergerak. Sedangkan alasan responden tidak memberangus moncong anjing peliharaannya karena akan merepotkan saja dan menyita waktu. 4. Hubungan antara vaksinasi HPR dengan kejadian gigitan hewan penular rabies. Dari hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0.0001 karena p value <0.05 maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara variabel Vaksinasi HPR dengan kejadian gigitan hewan penular rabies. Untuk itu harus diberikan pemahaman kepada para pemilik anjing bahwa suntikan vaksin rabies pada hewan tidak akan membuat anjing peliharaan mati, tetapi sebaliknya memberikan perlindungan kepada anjing dari penyakit rabies maupun penyakit lainnya. Selain itu harus diatur jadwal pemberian vaksinasi kepada anjing setiap bulannya, sehingga masyarakat terutama pemilik anjing bisa berada di tempat saat kegiatan vaksinasi anjing dilakukan.

62

SAINS Vol. XIII No. 1 Januari 2017

KESIMPULAN 1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian gigitan hewan penular rabies . 2. Ada hubungan antara sikap dengan kejadian gigitan hewan penular rabies . 3. Ada hubungan antara perawatan HPR dengan kejadian gigitan hewan penular rabies. 4. Ada hubungan antara vaksinasi HPR dengan kejadian gigitan hewan penular rabies

Direktorat jenderal PP & PL, Jakarta, 2011 Departemen Pertanian RI, Kebijakan Nasional Pemberantasan Rabies, Direktorat Kesehatan Hewan, Jakarta, 2006 Dinas Kesehatan Kabupaten Pulau Morotai, Profil Kesehatan Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2015, Daruba ; 2015 Dinas Kesehatan Kabupaten Pulau Morotai, Laporan Tahunan P2 Rabies Dinas Kesehatan Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2015, Daruba ; 2015 Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara, P2 Rabies, Sofifi, 2015 Kementrian Kesehatan RI, Penyakit Zoonosa, Majalah Mediakom, (Eds XVI September 2015), hlm 3-12 Noor Nasry Nur, Pengantar Epidemiologi penyakit menular, Jakarta: PT Rineka Cipta ; 2006 Pengelola Skripsi, Buku Bimbingan Skripsi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, Ternate; 2015 Puskesmas Bere-Bere, Profil Puskesmas Bere-Bere Tahun 2015, Bere-Bere ; 2015 UPTD Dinas Pertanian Kecamatan Morotai Utara, Data Kepemilikan Anjing dan Jumlah Vaksinasi Hewan, Bere-Bere, 2015 World Health Organization, Emerging Infectious Diseases (EIDS) and Zoonosos, WHO; 2014

SARAN 1. Kepada pihak Dinas Kesehatan dan Dinas Pertanian dan Puskesmas serta aparat desa dan pemda Kab. Morotai, Bere Bere agar rutin melakukan kegiatan penyuluhan dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait penyakit rabies. 2. Kepada masyarakat Kecamatan Morotai Utara agar senantiasa merawat anjing peliharaannya dengan baik, dengan dikandangkan, rutin memberi makan dan minum, serta mengikatnya setiap dibawa keluar rumah agar tidak menggigit orang lain. DAFTAR PUSTAKA Candra, Budiman., Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, EGC; 2008 Departemen Kesehatan RI, Pedoman Pelaksanaan Program Penanggulangan Rabies di Indonesia,

63

More Documents from "Franky Pesoa"