7 Contoh Sikap Toleransi Antar Umat Beragama Di Masyarakat.docx

  • Uploaded by: Tika Wresthi
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 7 Contoh Sikap Toleransi Antar Umat Beragama Di Masyarakat.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,223
  • Pages: 11
7 Contoh Sikap Toleransi Antar Umat Beragama di Masyarakat Toleransi dalam Beragama Ada berbagai bentuk toleransi di dunia ini, sesuai dengan berbagai bentuk keragaman yang ada. Ada toleransi beragama, toleransi antar suku, toleransi dalam berpolitik, dan lain-lain. Sesuai judul dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang toleransi beragama. Toleransi contoh sikap tolerasi antar umat beragama ialah sikap diri kita sebagai individu atau sebagai kelompok yang dengan keyakinannya kepada Tuhan Yang Maha Esa terhadap individu atau kelompok yang berbeda. Toleransi tersebut dikembangkan dalam bentuk saling menghormati dan saling menghargai atar sesame umat beragama. Toleransi yang tidak mengijinkan perbuatan diskriminatif terhadap pemeluk agama lain. Yosef Lalu, pada tahun 2010 mengemukakan bahwa toleransi beragama terbagi atas 3 jenis, sebagai berikut: 1. Toleransi Negatif Toleransi individu atau kelompok terhadap keyakinan individu atau kelompok lain yang berbeda, di mana isi atau ajaran serta penganutnya tidak dihargai namun dibiarkan saja. Berbeda dengan masyarakat yang tidak menghargai isi dan umat yang berkeyakinan berbeda karena tidak sesuai dengan aturan negara dan norma. Pada keyakinan yang tidak sesuai dengan aturan dan norma, biasanya akan ditegakkan dengan pembubaran atau pengusiran terhadap umat yang meyakininya. Sedangkan pada toleransi negatif, isi dan umatnya tidak dihargai namun dibiarkan selama masih menguntungkan kelompok agama lain yang ada. Contoh tpleransi negative ini adalah masyarakat Indonesia membiarkan komunis dan ajarannya di zaman baru merdeka. Karena dianggap pada saat itu, komunis menguntungkan posisi Indonesia yang saat itu bersebrangan dengan Barat atau anti Amerika, dengan berdirinya poros Indonesia – Peking. 2. Toleransi Positif Contoh sikap toleransi antar umat beragama yang banyak diimplementasikan oleh berbagai agama dan berbagai masyarakat di dunia. Toleransi ini tidak menghargai isi atau ajaran agama lain yang berbeda, namun menghargai pemeluk atau penganutnya. Contoh pelaksanaan toleransi ini ada di hampir setiap agama yaitu meyakini hanya agama yang dianutnya saja yang paling benar. Namun, dalam hubungannya dengan penganut agama lain tetap saling menghargai dan saling mengormati, karena agama adalah sifat-sifat hak asasi manusia. 3. Toleransi Ekumenis Toleransi yang menghargai semua bentuk perbedaan, baik toleransi terhadap isi/ajaran keyakinan individu lain dan toleransi pada setiap umat yang memeluknya. Toleransi jenis ini umumnya meyakini bahwa agama dan keyakinan yang berbeda, sama-sama benar, dan mempunyai tujuan yang sama. Contoh toleransi jenis ini adalah toleransi terhadap sesame pemeluk agama yang sama dengan aliran atau paham yang berbeda. Toleransi dalam Beragama di Indonesia Indonesia mengakui adanya 5 agama yang dianut masyarakatnya, yaitu Islam, Kristen, Katholik, Budha dan Hindu dan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sungguh suatu keberagaman yang cukup banyak. Apalagi bila ditambah dengan berbagai agama lain yang dianut oleh warga negara asing yang tinggal di Indonesia. Agama yang dianut warga negara asing selama sesuai dengan aturan yang berlaku di Indonesia juga harus dihargai. Sesuai dengan nilai-nilai luhur Bangsa Indonesia yang menjadi dasar negara, yaitu Pancasila, maka toleransi beragama di Indonesia dikembangkan.

Nilai-nilai luhur pancasila tersebut sesuai dengan sila yang tercantum dalam Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa. UUD 1945 pasal 29 ayat 2, menguatkan tentang perlunya toleransi beragama yang harus dilaksanakan di Indonesia “negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”. Tidak mudah menjalankan toleransi dalam beragama di Indonesia yang bercampur dengan perbedaan suku, dan perbedaan-perbedaan lain yang menjadikannya semakin beragam. Beberapa kali terdengar pergesekan antar umat beragama di Indonesia. Yang dengan semangat persatuan dan kesatuan masih bisa diatasi. Beberapa penyebab munculnya pergesekan dan ketegangan antar umat beragama antara lain, sebagai berikut:  







Kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh pemeluk agama tentang agamanya sendiri dan agama orang lain, sehingga yang sering adalah salah mengambil sikap. Tidak adanya pemahaman yang jelas tentang memegang teguh keyakinan beragama dan toleransi. Misalnya, pemahaman toleransi dalam beribadah adalah membiarkan orang ayng beragama berbeda menjalankan ibdahnya, tidak termasuk ikut serta dalam ibadah satu perayaan agama orang lain. Sifat dari setiap agama yang mengandung misi dakwah dan tugas dakwah, berarti dapat mengajak orang lain atau menasehatinya untuk memeluk agama yang dianutnya. Selama hal tersebut tidak dilakukan dengan memaksa dan tidak dengan menghina agama lain dan penjelasan yang sesuai logika, maka tidak akan menimbulkan ketegangan. Kurangnya saling menghargai dalam perbedaan pendapat, sehingga terkadang emosi ikut terbawa dalam perdebatan yang tidak sehat. Saling mencurigai antar contoh sikap toleransi antar umat beragama yang berlebihan. Para pemeluk agama yang tidak dapat mengontrol diri sehingga dapat memandang rendah agama orang lain. Misalnya, ketidaksetujuan atas ajaran agama orang lain yang dilakukan dengan cara mencaci maki. Untuk menghindari hal-hal di atas maka wujud toleransi harus lebih nyata dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Setiap umat beragama hendaknya dapat memahami agamanya lebih baik, sehingga akan lebih baik pula bersikap terhadap orang yang berbeda agama. Persatuan di atas perbedaaan atau pluralitas hanya dapat tercapai jika masing- masing kelompok yang berbeda dapat saling berlapang dada. Manfaatnya pun untuk kehidupan diri kita sendiri. Manfaat tersebut antara lain: Setelah secara rinci kita memahami makna toleransi, sebab-sebab terjadinya pergesekan antar contoh sikap toleransi antar umat beragama di Indonesia, dan manfaat toleransi beragama secara umum, sebaiknya kita mengetahui wujud nyata toleransi dalam beragama. Hal ini diperlukan, agar kita lebih mengetahui dan dapat melaksanakan toleransi beragama dengan lebih mudah. Wujud nyata tersebut tercermin dalam contoh sikap toleransi dalam beragama di masyarakat. Contoh-contohnya, sebagai berikut:

1. Menghormati Hak dan Kewajiban Antar Umat Beragama Hak dan kewajiban umat beragama di Indonesia pada dasarnya sama, yaitu hak dan kewajiban warga negara Indonesia. Oleh karena itu, saling menghormati merupakan contoh pertama sikap toleransi beragama. Artikel Lainnya: 

Contoh Konflik Sosial dalam Masyarakat – Norma-norma DalamMasyarakat

2. Membangun dan Memperbaiki Sarana Umum

Membangun jembatan di suatu desa, memperbaiki jalan kampung bersama-sama dapat dilakukan bersama-sama tanpa membedakan perbedaan agama yang dianut. 3. Membantu Korban Kecelakaan dan Bencana Alam Membantu korban bencana alam dan korban kecelakaan juga merupakan bentuk toleransi dalam beragama. Ketika membantu dan menolong sesama, seseorang tidak ditanyakan apa agamanya terlebih dahulu baru dibantu. Atau sebaliknya, orang yang mau membantu tidak akan ditanyakan apa agama yang dianutnya. 4. Gotong Royong Membersihkan Kampung Secara bersama-sama masyarakat dapat membersihkan kampung atau desanya. Kampung adalah milik bersama yang harus dipelihara kebersihannya tanpa membedakan agama dan kepercayaan yang diyakini seseorang. 5. Menghormati Ibadah Orang Lain

Saling menghormati orang yang sedang melakukan ibadah menjadi faktor yang penting toleransi beragama. Contohnya, jika hari raya Nyepi di Bali, maka seluruh masyarakatnya ikut menghormati dengan berdiam diri di rumah masing-masing tanpa membedakan agamanya. Begitu pula jika hari Raya Idul Fitri, ummat Islam tidak diganggu kegiatan ibadah sholat Iednya yang memang akan lebih ramai dari sholat biasa. 6. Tidak Memaksakan Agama Kepada Orang Lain Meskipun tiap agama pada dasarnya mempunyai misi dakwah atau mengajak orang lain, tetap perlu disadari misi dakwah tidak bersifat memaksa. Apalagi orang tersebut sudah memiliki agama yang diyakininya. 7. Saling Menyayangi Meskipun berbeda agama, dengan tetangga atau teman tetap saling menyayangi. Karena kita sama Bangsa Indonesia. Dengan saling menyayangi, kita juga dapat memperluas pergaulan dan pengetahuan dengan tidak terbatas ruang dan waktu. Selama teman tersebut tidak bertentangan dengan aturan di negara Indonesia.

Pemeliharaan kerukunan umat beragama baik di tingkat Daerah, Provinsi, maupun Negara pusat merupakan kewajiban seluruh warga Negara beserta instansi pemerinth lainnya. Lingkup ketentraman dan ketertiban termasuk memfalisitasi terwujudnya kerukunan umat beragama, mengkoordinasi kegiatan instnsi vertical, menumbuh kembangkan keharmonisan saling pengertian, saling menghormati, saling percaya diantara umat beragama, bahkan menerbitkan rumah ibadah. 2. Kerjasama Sesama Muslim

Kamus Besar Bahasa Indonesia, kerja sama adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama merupakan suatu bentuk proses sosial yang didalamnya terdapat persekutuan antara orang per orang atau kelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama dapat juga terjadi karena orientasi individu terhadap kelompoknya sendiri atau kelompok lain. Kerja sama akan timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian diri sendiri untuk memenuhi kepentingan itu. Ruang lingkup kerja sama dalam masyarakat yang biasa disebut tasamuh. Islam membolehkan umatnya untuk bekerja sama dengan penganut agama lain diluar kegiatan Spiritual, misalnya menjalin hubungan ekonomi dan perdagangan, politik, sosial, dan budaya sepanjang dapat menjalin kemurnian akidahnya. Sedangkan kerja sama dalam urusan ritual atau ibadah tidak diperkenankan sama sekali. Tetapi umat Islam tetap wajib menghormati dan memberikan kebebasan kepada mereka untuk menjalan agamanya.

TANTANGAN UNTUK RUKUN DAN HIDUP BERDAMPINGAN Secara normatif, kewajiban untuk saling menghormati antar sesama, senantiasa diajarkan dan diperintah oleh agama. Bisa dipastikan agama-agama (khususnya) di Indonesia tidak ada satupun yang memerintahkan kepada umatnya untuk saling memusuhi dan berbuat kejahatan kepada lainnya. Dalam ke-Tauhidan Islam, konsekuensi ke-imanan seorang muslim ditetapkan dalam dua ranah. Pertama, kewajiban untuk melaksanakan amal-perbuatan vertikal berupa ibadah bersifat transenden (ubuddiyah mahdhah) kepada Allah SWT. Kedua, kewajiban berbuat baik kepada sesama yang bersifat horizontal. Di dalam kaidah Islam ‘ala ahlus sunnah wal jama’ah hubungan sesama manusia secara horizontal, diatur dalam hubungan sebagai sesama muslim, hubungan sesama bangsa, serta hubungan sama-sama sebagai umat manusia. Dalam membangun kerukunan umat beragama dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, maka berlaku kaidah hubungan sebagai sesama manusia dan hubungan sebagai sesama bangsa Indonesia. Dalam hubungan sebagai sesama manusia maka berlaku hak-hak sebagai mahluk Allah SWT (haq al adamy), yaitu tidak boleh mendengki, menyakiti, menumpahkan darah, mengambil hak milik tanpa sebab yang diperbolehkan hukum dan lain-lain. Intinya terletak pada kewajiban saling menghormati. Al-Qur’an menjaminkan bahwa semua manusia dihadapan Allah SWT adalah sama, tidak ada perbedaan di antara mereka, yang terbaik amal-ibadahnya dan ketaqwa-annya dihadapan Allah SWT.

Sedangkan dalam urusan sesama bangsa, berlaku kaidah bahwa setiap muslim wajib melindungi, memelihara wilayah suatu negeri dimana terdapat hak beribadat di dalamnya. Melindungi, memelihara serta menghormati suatu negeri termasuk di dalamnya adalah warga negeri serta adat dan harta kekayaannya. Para ulama salafus shalihin menegaskan bahwa mencintai negeri adalah sebagian dari iman. Pada awal keberadaan NKRI, para ulama telah bersepakat untuk mengakui keberadaan NKRI secara sah berdasarkan syari’at karena hukum ad-dhururi bi al-syaukah. NKRI juga ditetapkan sebagai negeri Daarus salam yang harus dipertahankan dan dipelihara karena dasar adanya akad perjanjian dengan ditetapkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai dasar Negara, dimana umat Islam dan umat agama lainnya saling menghormati agama masing-masing serta kebebasan menjalankan (ibadah) sesuai keyakinan masing-masing (UUD’45). Kesimpulannya, bagi umat Islam di Indonesia sudah tidak ada lagi perselisihan terkait hubungan antara Islam dan bangsa dan Negara, yang di dalamnya mengandung masing-masing hak dan kewajiban. Bagaimana dengan umat agama selain Islam? Di dalam iman Kristiani, terdapat ajaran untuk kasih kepada sesama. Pengertian sesama tentu saja bukan dalam pengertian sesama umat Kristiani, namun sesama adalah sesama manusia. Dalam ajaran agama Budha, setiap umat Budha diwajibkan melakukan dharma, sebagai amal perbuatan yang baik. Dharma harus dijalankan kepada sesama manusia, Dharma kepada mahluk Tuhan lainnya seperti binatang, tumbuhan bahkan alam semesta. Demikian juga ajaran Agama Hindu, tentu tidak ada perbedaan dalam ajaran normatifnya. Menukil salah satu bagian di dalam kitab suci umat Kristiani, Yesus mengatakan bahwa guru-guru agama (kristiani) harus dinilai sesuai dengan kualitas hasil ajarannya…………. “bahwa pohon yang baik itu bisa dibedakan dengan pohon yang buruk dilihat dari kualitas buah yang dihasilkannya”…… Dalam bahasa lain bisa dikatakan bahwa dalam iman kristiani melihat seseorang baik atau buruk juga dilihat dari amal perbuatannya. Seorang Kristiani dengan demikian tidak mengatakan dirinya lebih baik dari seorang Muslim, hanya lantaran dirinya seorang Kristiani. Demikian juga ajaran Katholik, Hindu atau Budha pastilah tidak berbeda. Secara normatif, agamaagama ini memiliki titik persetujuan yang sama bahwa buah sebagai amal perbuatan itulah yang membedakan baik-buruknya seseorang dalam beragama. Jika tiap-tiap ajaran agama dijalankan oleh masing-masing umat beragama, maka keharmonisan hidup sesama manusia pastilah terbangun. Namun bagaimana kita menjelaskan adanya berbagai konflik sosial yang melibatkan dimensi agama? Bagaimana bisa terjadi pertumpaan darah di Poso, Ambon dll dimana masing-masing kelompok saling bunuh dengan mulut menyebut kebesaran Tuhan masing-masing, dan mengklaim tindakan masing-masing untuk memperjuangkan agama. Atau contoh lain tentang kesulitan bagi umat minoritas mendirikan rumah ibadat. Di Jawa orang Kristiani (mungkin) mengalami kesulitan memperoleh izin mendirikan Gereja. Demikian juga umat Islam di NTT (mungkin) mengalami kesulitan memperoleh izin mendirikan Masjid. Di Jawa berkembang istilah Kristenisasi, sedangkan di daerah Papua atau Flores berkembang istilah Islamisasi. Merujuk pada gambaran di atas, jelas menandakan perilaku yang tidak baik tersebut bukanlah ajaran agama. Mungkin berbagai konflik bermuatan agama tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor non agama, seperti ketimpangan ekonomi, ketersinggungan sosial, perselisihan politik atau sebab-sebab lainnya. Namun dalam kepentingan membangun kerukunan umat beragama, bagaimana konsep agama mencari jalan keluar berbagai konflik tersebut. Pengertian Toleransi Antar Umat Beragama

Apakah yang dimaksud dengan toleransi antar umat beragama itu? Sebelumnya, ada baiknya jika kita mengetahui arti kata toleransi. 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), toleransi berasal dari kata toleran yang artinya batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan.



Ditinjau dari etimologinya, toleransi adalah suatu bentuk kesabaran, ketahanan emosional, serta kelapangan dada yang dimiliki seseorang.



Menurut istilah (terminologi), toleransi diartikan sebagai sikap atau sifat menghargai, membiarkan, membolehkan pendirian seseorang baik itu pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dsb yang berbeda atau yang bertentangan dengan pendiriannya.



Menurut pengertian yang lebih luas, toleransi didefinisikan sebagai sikap atau perilaku seseorang yang sesuai dengan aturan yang berlaku, di mana orang tersebut selalu berusaha untuk menghormati serta menghargai setiap tindakan atau perilaku yang dilakuakan oleh orang lain. Jadi dengan demikian jika dilihat dari konteks kehidupan beragama, toleransi merupakan sikap dan tingkah laku yang tidak mendiskriminasikan golongan atau kelompok yang memiliki perbedaan keyakinan. Dan selanjutnya toleransi tersebut dikenal dengan toleransi antar umat beragama. Toleransi beragama juga dapat diartikan sebagai sikap menghormati serta menghargai adanya keyakinan atau kepercayaan seseorang atau kelompok lainnya yang mana keyakinan dan kepercayaan tersebut berbeda kelompok satu dengan lainnya berbeda-beda. Toleransi juga dapat diartikan sebagai sikap yang dimiliki manusia sebagai umat beragama dan mempunyai keyakinan, untuk menghormati serta menghargai manusia yang beragama lain. Lalu apa saja manfaat toleransi antar umat beragama? Banyak manfaat yang bisa didapatkan dari toleransi antar umat beragama, di mana ini merupakan salah satu hal yang berperan penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Akan tetapi dalam melakukannya harus dengan sewajarnya dan tidak boleh berlebih-lebihan, karena hal itu dapat mengganggu kepentingan maupun hak orang lain, dapat menyinggung perasaan orang lain, dan justru dapat merugikan diri kita sendiri, seperti ibadah maupun pekerjaan kita. Adapun manfaat yang bisa didapatkan dari toleransi antar umat beragama di antaranya adalah :

1. Dapat terhindar dari adanya perpecahan antar umat beragama Setiap orang sudah sepatutnya untuk menanamkan di dalam dirinya sifat toleran, serta menerapkannya di dalam kehidupan bersosial masyarakat, terutama di daerah yang di dalamnya terdapat berbagai jenis kepercayaan atau agama. Sikap toleransi antar umat beragama merupakan salah satu solusi untuk mengatasi terjadinya perpecahan di antara umat dalam mengamalkan agamanya. Sebagai contoh sikap toleransi antar umat beragama bisa kita lihat di negara kita ini, yaitu Indonesia yang memiliki lebih dari satu agama dan kepercayaan. Jika toleransi antar umat beragama tidak tertanam di dalam pribadi masing-masing warga negara Indonesia, maka kemungkinan besar negara ini akan terpecah belah dan tidak akan bertahan lama. 2. Dapat mempererat tali silaturahmi

Manfaat toleransi antar umat beragama berikutnya adalah terjalinnya tali silaturahmi. Pada umumnya, adanya suatu perbedaan selalu menjadi alasan terjadinya pertentangan antara orang (golongan) yang satu dengan lainnya, khususnya bagi mereka yang tidak bisa menerima adanya perbedaan tersebut. Salah satu contoh adalah adanya perbedaan agama yang menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya berbagai konflik serta pertikaian di antara sesama manusia, seperti tindakan terorisme, pembantaian pemuka agama, dan lain sebagainya yang pada akhirnya akan mengakibatkan dampak pada timbulnya kesengsaraan bagi manusia lainnya. Lalu bagaimanakah solusi agar itu semua dapat dihindari? Solusinya adalah menumbuhkan kesadaran dalam diri masing-masing orang tentang pentingnya rasa saling menghormati dan menghargai guna merajut hubungan damai antar penganut agama. Dan jika hubungan damai telah terwujud maka tali silaturahmi antar pemeluk agama pun dapat terjalin dengan baik, bahkan lebih erat. Jika sudah begitu maka cita-cita bangsa untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan di tengah-tengah banyaknya perbedaan akan dapat terwujud, dan itu akan menjadikan sebuah negara yang lebih kuat dan kokoh dalam menghadapi ancaman apapun. (baca juga: pengertian ukhuwah islamiyah insaniyah dan wathaniyah) 3. Pembangunan Negara akan lebih terjamin dalam pelaksanaannya Faktor keamanan, ketertiban, persatuan dan kesatuan dari sebuah negara merupakan salah satu kunci sukses menuju keberhasilan program-program pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintahan di negara tersebut. Terjadinya kerusuhan, pertikaian, dan segala bentuk bencana baik bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah. Kejadian-kejadian tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap jalannya program pembangunan yang dicanangkan oleh negara. 4. Terciptanya ketentraman dalah hidup bermasyarakat Kehidupan masyarakat yang meskipun di dalamnya terdapat berbagai perbedaan seperti perbedaan beragama akan tetapi ada sikap saling toleransi yang tertanam di dalam hati warga masyarakat tersebut, maka tentunya hal itu akan menciptakan suasana yang aman, tentram, dan damai di dalam lingkungan tersebut. Tidak akan ada sikap saling mengejek, mengolok, menghina, serta merendahkan di antara para pemeluk agama, meskipun keyakinan yang mereka miliki sangat jauh berbeda. 5. Lebih mempertebal keimanan Setiap agama tentu mengajarkan perihal kebaikan kepada umatnya. Tidak ada agama yang mengajarkan umatnya untuk hidup bermusuhan dengan sesama manusia.

Hal ini sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an surat Ali- Imron ayat 103, yang artinya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” Jadi dengan menjaga kerukunan antar sesama manusia dan menghindari dari perbuatan bercerai berai akan dapat menambah nikmat yang diberikan oleh Allah SWT, dan hal itu tentu saja akan semakin mempertebal keimanan yang dimiliki oleh seseorang. Tentunya dalam agama islam manfaat beriman kepada Allah akan membuat hamba tersebut semakin dekat dengan Allah dan tentunya jaminan atas Surga firdaus atas ketaatannya tersebut. Pengertian Toleransi Antar Umat Beragama Apakah yang dimaksud dengan toleransi antar umat beragama itu? Sebelumnya, ada baiknya jika kita mengetahui arti kata toleransi.



Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), toleransi berasal dari kata toleran yang artinya batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan.



Ditinjau dari etimologinya, toleransi adalah suatu bentuk kesabaran, ketahanan emosional, serta kelapangan dada yang dimiliki seseorang.



Menurut istilah (terminologi), toleransi diartikan sebagai sikap atau sifat menghargai, membiarkan, membolehkan pendirian seseorang baik itu pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dsb yang berbeda atau yang bertentangan dengan pendiriannya.



Menurut pengertian yang lebih luas, toleransi didefinisikan sebagai sikap atau perilaku seseorang yang sesuai dengan aturan yang berlaku, di mana orang tersebut selalu berusaha untuk menghormati serta menghargai setiap tindakan atau perilaku yang dilakuakan oleh orang lain. Jadi dengan demikian jika dilihat dari konteks kehidupan beragama, toleransi merupakan sikap dan tingkah laku yang tidak mendiskriminasikan golongan atau kelompok yang memiliki perbedaan keyakinan. Dan selanjutnya toleransi tersebut dikenal dengan toleransi antar umat beragama. Toleransi beragama juga dapat diartikan sebagai sikap menghormati serta menghargai adanya keyakinan atau kepercayaan seseorang atau kelompok lainnya yang mana keyakinan dan kepercayaan tersebut berbeda kelompok satu dengan lainnya berbeda-beda. Toleransi juga dapat diartikan sebagai sikap yang dimiliki manusia sebagai umat beragama dan mempunyai keyakinan, untuk menghormati serta menghargai manusia yang beragama lain. Lalu apa saja manfaat toleransi antar umat beragama? Banyak manfaat yang bisa didapatkan dari toleransi antar umat beragama, di mana ini merupakan salah satu hal yang berperan penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Akan tetapi dalam melakukannya harus dengan sewajarnya dan tidak boleh berlebih-lebihan, karena hal itu dapat mengganggu kepentingan maupun hak orang lain, dapat menyinggung perasaan orang lain, dan justru dapat merugikan diri kita sendiri, seperti ibadah maupun pekerjaan kita. Adapun manfaat yang bisa didapatkan dari toleransi antar umat beragama di antaranya adalah :

1. Dapat terhindar dari adanya perpecahan antar umat beragama Setiap orang sudah sepatutnya untuk menanamkan di dalam dirinya sifat toleran, serta menerapkannya di dalam kehidupan bersosial masyarakat, terutama di daerah yang di dalamnya terdapat berbagai jenis kepercayaan atau agama. Sikap toleransi antar umat beragama merupakan salah satu solusi untuk mengatasi terjadinya perpecahan di antara umat dalam mengamalkan agamanya. Sebagai contoh sikap toleransi antar umat beragama bisa kita lihat di negara kita ini, yaitu Indonesia yang memiliki lebih dari satu agama dan kepercayaan. Jika toleransi antar umat beragama tidak tertanam di dalam pribadi masing-masing warga negara Indonesia, maka kemungkinan besar negara ini akan terpecah belah dan tidak akan bertahan lama. 2. Dapat mempererat tali silaturahmi Manfaat toleransi antar umat beragama berikutnya adalah terjalinnya tali silaturahmi. Pada umumnya, adanya suatu perbedaan selalu menjadi alasan terjadinya pertentangan antara orang (golongan) yang satu dengan lainnya, khususnya bagi mereka yang tidak bisa menerima adanya perbedaan tersebut.

Salah satu contoh adalah adanya perbedaan agama yang menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya berbagai konflik serta pertikaian di antara sesama manusia, seperti tindakan terorisme, pembantaian pemuka agama, dan lain sebagainya yang pada akhirnya akan mengakibatkan dampak pada timbulnya kesengsaraan bagi manusia lainnya. Lalu bagaimanakah solusi agar itu semua dapat dihindari? Solusinya adalah menumbuhkan kesadaran dalam diri masing-masing orang tentang pentingnya rasa saling menghormati dan menghargai guna merajut hubungan damai antar penganut agama. Dan jika hubungan damai telah terwujud maka tali silaturahmi antar pemeluk agama pun dapat terjalin dengan baik, bahkan lebih erat. Jika sudah begitu maka cita-cita bangsa untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan di tengah-tengah banyaknya perbedaan akan dapat terwujud, dan itu akan menjadikan sebuah negara yang lebih kuat dan kokoh dalam menghadapi ancaman apapun. (baca juga: pengertian ukhuwah islamiyah insaniyah dan wathaniyah) 3. Pembangunan Negara akan lebih terjamin dalam pelaksanaannya Faktor keamanan, ketertiban, persatuan dan kesatuan dari sebuah negara merupakan salah satu kunci sukses menuju keberhasilan program-program pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintahan di negara tersebut. Terjadinya kerusuhan, pertikaian, dan segala bentuk bencana baik bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah. Kejadian-kejadian tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap jalannya program pembangunan yang dicanangkan oleh negara. 4. Terciptanya ketentraman dalah hidup bermasyarakat Kehidupan masyarakat yang meskipun di dalamnya terdapat berbagai perbedaan seperti perbedaan beragama akan tetapi ada sikap saling toleransi yang tertanam di dalam hati warga masyarakat tersebut, maka tentunya hal itu akan menciptakan suasana yang aman, tentram, dan damai di dalam lingkungan tersebut. Tidak akan ada sikap saling mengejek, mengolok, menghina, serta merendahkan di antara para pemeluk agama, meskipun keyakinan yang mereka miliki sangat jauh berbeda. 5. Lebih mempertebal keimanan Setiap agama tentu mengajarkan perihal kebaikan kepada umatnya. Tidak ada agama yang mengajarkan umatnya untuk hidup bermusuhan dengan sesama manusia.

Hal ini sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an surat Ali- Imron ayat 103, yang artinya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” Jadi dengan menjaga kerukunan antar sesama manusia dan menghindari dari perbuatan bercerai berai akan dapat menambah nikmat yang diberikan oleh Allah SWT, dan hal itu tentu saja akan semakin mempertebal keimanan yang dimiliki oleh seseorang. Tentunya dalam agama islam manfaat beriman kepada Allah akan membuat hamba tersebut semakin dekat dengan Allah dan tentunya jaminan atas Surga firdaus atas ketaatannya tersebut.

ARTI KERJA SAMA DAN BIDANG-BIDANG KERJA SAMA

Arti Dan Bentuk Kerja Sama Antar Umat Beragama Dalam Bermasyarakat, Berbangsa Dan Bernegara

Berikut ini merupakan bentuk kerja sama antar umat beragama dalam berinteraksi dengan masyarakat , bangsa dan bernegara.

Arti Kerjasama Antarumat Beragama Sebagai suatu bangsa yang memiliki cita-cita dan tujuan yang sama, setiap pemeluk agama yang satu dengan yang lain harus selalu menjalin kerjasama dalam rangka usaha mencapai cita-cita dan tujuan nasional. Tanpa kerja sama, harapan yang kita inginkan tidak akan dapat terwujud. Kerja sama berati bekerja bersama-sama untuk mencapai cita-cita dan tujuan bersama.

Kerja sama antarumat beragama bukan berarti mencampuradukkan ajaran agama yang satu dengan ajaran agama yang lainnya. Kerja sama antarumat beragama tidak dilakukan dalam menjalankan ibadah, tetapi dalam bidangbidang sosial kemasyarakatan, pendidikan, dan kebudayaan untuk mencapai tujuan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kerja sama antarumat beragama harus ditanamkan dan dikembangkan dalam berbagai aspek kehidupan, terutama yang menyangkut kepentingan bersama. Bila kerja sama dapat dilakukan dengan itikad baik untuk kebenaran maka selain kerukunan, sikap kekeluargaan juga dapat terbina antarumat beragama sehingga mempermudah tercapainya tujuan dan cita-cita nasional.

Dalam membina kerja sama antarumat beragama, ada beberapa sikap dan perilaku yang harus ditumbuhkembangkan, yaitu sikap tenggang rasa, tepa selira, setia kawan, tidak menghina agama dan keyakinan orang lain, dan pandai mengendalikan din, baik dalam bertutur kata, bersikap maupun bertindak. Apa jadinya jika di Indonesia tidak ada kerja sama antarumat beragama dalam mencapai tujuan hidup berbangsa dan bernegara?

Bentuk Kerja Sama Antarumat Beragama dalam Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara Kerja sama antarumat beragama tidak dilakukan dalam menjalankan ibadah, tetapi dilakukan dalam kegiatan sosial, kemasyar akatan, pendidikan, dan kemanusiaan. Dalam menjalankan ibadah tidak ada kerja sama antarumat beragama yang satu dengan yang lain. Menjalankan ibadah agama menjadi tanggung jawab para pemeluk agama itu sendiri. Bekerja sama antarumat yang berbeda agama dalam beribadah, berarti telah mencampuradukkan ajaran agama yang satu dengan lainnya. Hal ini tentu tidak dibolehkan oleh agama manapun. Bentuk-bentuk kerja sama antarumat beragama dapat diterapkan dalam kegiatan berikut: 1. bekerja sama dalam membangun rumah, jembatan, jalan, gedung-gedung sekolah, lapangan olahraga, tempat penampungan air, tempat MCK, gedung pertemuan desa, dan kegiatan-kegiatan pembangunan fisik lainnya; 2. bekerja sama dalarn perayaan atau pesta perkawinan, pesta ulang tahun, dan perlombaanperlombaan, baik kesenian maupun olahraga. 3. bekerja sama dalam kepanitiaan untuk memperingati han kemerdekaan, kepanitiaan OSIS, dan Karang Taruna. Semakin jelaslah bahwa bekerja sama antarumat beragama hanya dilakukan dalam kegiatan-kegiatan sosial-kemasyarakatan, pendidikan, dan kemanusiaan. Dalam bidang kemanusiaan misalnya, kita harus mau bekerja sama bahu-membahu menolong mereka yang terkena musibah, baik karena kematian, sakit, maupun karena bencana alam, tanpa menbedakan manusia karena agamanya.

Related Documents


More Documents from "Fikri Wahyudi"