Pengenalan Instrumentasi Laboratorium Praktikan: Juan Josua Vandendungan (18010034) Rombongan E Kelompok 9 Asisten: Umar Abdul Aziz (13207194) Waktu Percobaan: 16 Agustus 2011 2193 – Praktikum Rangkaian Elektrik Laboratorium Dasar Teknik Elektro Sekolah Teknik Elektro dan Informatika – ITB
Instrumen yang dipakai di percobaan adalah multimeter analog,multimeter digital,generator sinyal,osiloskop, dan resistor. Kata kunci : besaran, pengukuran,instrumen dasar,keterbatasan.
1.Pendahuluan Seorang engineer tidak boleh hanya memahami teori,tetapi juga harus bisa mengaplikasikan ilmunya dalam praktek. Di pratikum ini mahasiswa diberi fasilitas belajar tentang alat- alat yang sering dipakai sebagai insinyur elektro,agar nantinya mahasiswa terbiasa dan mampu memakai alat dengan baik. Juga di pratikum ini pola pikir dan analisis mahasiswa dilatih agar sesuai dengan bagaimana pola pikir engineer seharusnya. Tujuan Percobaan: 1. Mampu menggunakan multimeter sebagai alat ukur tegangan (Voltmeter), arus (Amperemeter) dan resistansi (Ohmmeter)
2.1 Pengunaan Multimeter
Dalam keadaan tidak dipakai selector usahakan berada pada posisi AC volt pada skala off atau dalam skala terbesar. Jangan menyambungkan multimeter pada rangkaian baru memilih kedudukan selector dan skala yang dipakai. Jika arus/ tegangan melebihi batas ,fuse bisa putus. Dan pada pengukuran tegangan arus, pembacaan akan teliti bila jarum terletak di daerah dekat skala penuh , sedangkan pada pengukuran resistansi jarum terletak di pertengahan skala. Pada pengukuran resistansi harus dilakukan pada komponen yang tidak mengandung sumber tegangan dan tidak tersambung ke sumber listrik apapaun. 2.2 Mengukur Tegangan
Ketika mengukur tengangan,sering kali hasil yang diperoleh kurang akurat. Hal ini bisa disebabkan pengguna yang kurang teliti dalam melihat data atau faktor koreksi osiloskop yang memang tak terlalu akurat. Untuk mengetahui besar tengangan sinyal dapat dilihat langsung di gambar dan data yang tertera di layar. Pratikan harus mengatur vot/div yang dipakai agar gambar terlihat jelas. Pakailah skala volt/div dengan nilai terkecil agar gambar sinyal tidak melewati ukuran layar dari osiloskop. 2.3 Mengukur Beda Fasa
Untuk mengukur beda fasa dapat dipakai dua cara : 1)
2. Memahami keterbatasan alat ukur dalam pengukuran tegangan jatuh DC/AC dengan resistansi/impedansi besar
Sinyal pertama dihubungkan dengan kanal A dan sinyal kedua pada kanal B. Pada layar akan terlihat gambar bentuk tegangan kedua sinyal p. Hitung beda fasa dengan Ф = Δt / T * 360°. T (periode) adalah panjang 1 gelombang dan Δt adalah ujung puncak dengan titik 0.
3. Memahami keterbatasan alat ukur dalam pengukuran tegangan AC dengan menggungakan frekuensi yang tinggi 4. Mampu menggunakan generator sinyal sebagai sumber berbagai bentuk gelombang 5. Mampu menggunakan osiloskop sebagai alat ukur frekuensi dari berbagai bentuk gelombang 6. Dapar melakukan pengamatan karakteristik i-v komponen dua terminal dengan osiloskop 7. Dapat membaca dan mengukur nilai resistor dan memahami arti nilai toleransi
Dengan osiloskop dual trace
2)
Dengan Metoda Lissajous Sinyal pertama disambungkan ke kanal B dan sinyal kedua disambungkan ke kanal A osiloskop. Ubah modenya menjadi x-y. Pada layar akan terlihat lintasan berbentuk lingkaran, garis lurus, atau elips. Sehingga dapat ditentukan beda fasa antara kedua sinyal. Rumus beda fasa : dengan Ф = sin-1 c/d.
1
Pratikum Pengenalan Instrumen Laboratorium ini bertujuan agar pratikan bisa memahami instrumen – instrumen. Pratikan harus mengatahui batas dari alat dan besaran yang dipakai. Hasil dari percobaan adalah pengukuran data yang tepat dan akurat.
2.Dasar Teori
Halaman
Abstrak
2. Dengan Osiloskop Dual Trace 2.3 Mengukur Frekuensi
Untuk mengukur frekuensi pada osiloskop,dapat dipakai beberapa cara,antara lain : 1.Cara langsung Sinyal yang diukur langsung dihubungkan pada osiloskop kanal B. Frekuensi langsung dapat ditentukan dari gambar,dengan f= 1/T (T adalah periode). Pengukuran langsung hanya dapat dilakukan bila kalibrasi skala waktu osiloskop dalam keadaan baik.
Generator sinyal disambungkan pada input penguat yang diamati penguatannya,dan pada kanal A. Output rangkaian penguat dihubungkan pada kanal B osiloskop. Pada layar akan didapat sinyal input dan output penguat. Dengan mengukur tegangan sinyal input dan output,faktor penguat nya dapat ditentukan. Cara ini dapat dilakukan pada osiloskop single trace dengan membaca input dan output bergantian. Namun harus dipastikan pembebanan rangkaian tidak berubah pada kedua rangkaian.
2. Memakai Osiloskop Dual Trace Sinyal yang akan diukur dihubungkan pada Kanal A. Generatornya dihubungkan pada kanal B. Bandingkan kedua gelombang dengan menampilkan secara bersamaan. Frekuensi generator diubaha sampai periode kedua sinyal sama. Cara ini dipakai pada osiloskop yang kalibrasi waktunya kurang baik, tetapi frekuensi generator sinyal harus terkalibrasi dengan baik.
3.Metodologi Alat dan Komponen yang Digunakan 1. Multimeter Analog
(1 buah)
2. Multimeter Digital
(1 buah)
3. Power Supply DC
(1 buah)
4. Generator Sinyal
(1 buah)
5. Osiloskop
(1 buah)
3. Memakai Metode Lissajous
6. Kit Multimeter
(1 buah)
Sinyal yang akan diukur disambungkan pada kanal A sedangkan generator dihubungkan pada kanal B. Ubah mode osiloskop menjadi mode x-y. Lalu ubah frekuensi generator,sehingga didapat lintasan,dan cari perbandingan fx:fy. Cara ini dilakukan untuk perbandingan frekuensi yang mudah dan bulat.
7. Kit Osiloskop & Generator Sinyal (1 buah)
4.Memakai Metode Modulasi Hubungkan generator sinyal sebagai input rangkaian penggeser fasa. Sambungkan output ke input kanal B osiloskop. Ubah mode kerja osiloskop menjadi mode x-y.Metode ini dipakai pada perbandingan frekuensi yang besar.dimana metode lissajous sukar digunakan. 2.4 Mengukur Faktor Penguatan
8. Kit Box Osilator
(1 buah)
9. Kabel 4mm- 4mm
(min 5 buah)
10. Kabel BNC 4mm
(3 buah)
11. Kabel BNC BNC
(1 buah)
12. Konektor T BNC
(1 buah)
3.1 Mengukur Arus Searah Ukur arus dengan multimeter analog,pastikan batas ukur tepat.
Pakai hambatan dengan R1=R2 senilai 120,1.5k,dan 1.5 M
Lakukan kembali pengukuran dengan multimeter digital
Terdapat beberapa cara,yaitu cara langsung dan dengan osiloskop dual trace.
Garis lurus dengan sudut a terhadap sumbu horizontal. Besar faktor penguatan langsung dapat diketahui dari gambarnya,dimana penguatan adalah gradien garis.
Catat semua hasilnya dalam BCL
3.2 Mengukur Tegangan Searah
2
Hubungkan keluaran Generator sinyal pada masukan rangkaian penguat. Input rangkaian penguat dihubungkan pada kanal 1 osiloskop. Keluaran rangkaian penguat pada kanal 2 osiloskop. Gunakan mode x-y. Pada layar akan didapat
Berikan tegangan sebesar 6 V dari power supply ke rangkaian seri. Cek dahulu memakai multimeter
Halaman
1.Cara langsung
Catat dalam BCL
hitung tegangan Vab memakai multimeter analog
Hitung juga dengan multimeter digital untuk ketiga nilai resistor
3.3 Mengukur Tegangan Bolak-balik
Buat rangkai1-12 di BCL. an seperti gambar
Hambatan yang dipakai adalah 1,5 k. sedangkan frekunsi 500,5k,50k,500k,dan 5 M HZ
Ukur pada multimeter analog
Catat semua hasil percobaan pada BCL
Ulangi pengukuran memakai multimeter digital
3.4 Membaca dan Mengukur Nilai Resistansi
Atur agar ohm meter menunjukkan nilai 0. (Lakukan setiap mengubah batas ohmmeter)
Ukur resistansi kelima resistor dengan menggunakan ohmmeter
Tuliskan warna gelang dan nilai toleransinya
Bandingkan hasil pengukuran kedua mohmmeter dan catat di BCL
Lakukan kembali memakai ohmmeter digital
3.5 Kalibrasi Hubungkan output kalibrator dengan input x osiloskop
Ukur V serta T untuk V/Div dan Time/Div
Bandingkan hasil pengukuran dengan harga kalibrator sebenarnya. Catat di BCL dengan analisanya
Lakukan percobaan untuk kanal 1 dan 2
3.6 Mengukur Tegangan Searah Atur tegangan output dari power supply DC senilai 2 V
Ukur tegangan dengan osiloskop. Yakinkan posisis Source code pada DC
Tuliskan hasil pengukuran pada BCL
3.7 Mengukur Tegangan Bolak- Balik Atur generator sinyal pada frekuensi 1 KHz sinus,dengan tegangan 2rms diukur memakai multimeter digital
Ukur tegangan dengan osiloskop. Yakinkan SOurcce Coupling pada AC
Tulis hasil pengukuran dan analisis pada BCL
Lakukan dengan frekuensi 100 Hz dan 10 Khz
3
Hitung tegangan Vab manual sebagai pembanding
Halaman
buat rangkaian denag vs=6 v,ukur dulu dengan multimeter
3.8 Mengukur Beda Fasa
Spesifikasi Multimeter Analog Hubungkan generator sinyal dengan input penggeser fasa pada rangkaian
No.
1
Ukur beda fasa antara sinyal input dan output penggeser fasa dengan dual trace dan Lissajous.
2 3.9 Mengukur Frekuensi Gunakan kit Osilator dan hubungkan dengan tegangan 5 V DC
Gunakan keluaran dari osilator dan amati pada osiloskop
Tuliskan hasil pengukuran pada BCL
Ukur frekuensi f1,f2,f3 dengan cara langsung dan Lissajous
3
4
Nilai maksimum agar fuse multimeter tidak putus Nilai hambatan dalam yang mempengaruhi kinerja multimeter Frekunsi yang dipakai agar nilai terukur tetap akurat Ketelitian multimeter dalam pengukurannya
Spesifikasi Multimeter Digital
3.10Mengukur Faktor Penguatan Gunakan bagian penguat. Sebagai input,pakai gelombang sinus 1 KHz 2 VPP dari generator fungsi
No. 1
Ukur penguatan (V0/Vi) dari sinyal input ke output menggunakan mode x-y dan dual trace
Tuliskan hasil pengukuran pada BCL
2
3.11Menggambar Karakteristik Komponen Dua Terminal
Hubungkan resistor dengan komponen dua terminal sesuai gambar 1-16. Gunakan frekuensi 150 Hz, 2 Vpp
Keterangan
3
Atur osiloskop pada mode x-y,aktifkan tombol INV. Perhatikan karakteristik komponenya
Catat karakteriskik i-v pada BCLatat kurva
Analisis datanya dan catat pada BCL
Ulangi pengukuran dengan modifikasi komponen 2 terminal untuk kapasitor dan dioda
4. Hasil dan Analisis 4.1 Mengumpulkan/Mencari Spesifikasi Teknik
4
Keterangan Batas ukur skala Tegangan AC dan DC: max. 600 V Arus AC dam DC: 400 mA Resistansi: 400 Ω - 400 MΩ Sensitivitas: ≥ 100 MΩ untuk DCV ≤ 400 mV ± 10 MΩ untuk DCV 400 mV – 600 V Daerah frekuensi ACV yang mampu diukur 40 Hz – 400 Hz Ketelitian mengukur resistansi Dibawah 400 kΩ, ketelitian ±1,2% Diatas 40 MΩ, ketelitian ±4%
4.2 Mengukur Arus Searah
Keterangan Nilai maksimum agar fuse multimeter tidak putus
Nilai hambatan dalam yang mempengaruhi kinerja multimeter. Frekunsi yang dipakai agar nilai terukur tetap akurat Ketelitian multimeter dalam pengukurannya
4
Amati kedudukannya dan catat hasil pengukuran pada BCL
Keterangan Batas ukur skala Tegangan DC: max. 1 000 V Tegangan AC: max. 750 V Sensitivitas: 20 kΩ/V untuk DCV ≤ 50 V 9 kΩ/V untuk DCV ≥ 250 V 9 kΩ/V untuk ACV Daerah frekuensi ACV yang mampu diukur 30 Hz – 100 kHz Ketelitian mengukur resistansi Dibawah 200MΩ, ketelitian ±3% Diatas 200MΩ, ketelitian ±5%
Halaman
Atur generator sinyal pada 1 KHz sinus,dengan tegangan sebesar 2 Vpp
Pengukuran Arus Dengan Multimeter
R2 (Ω)
Batas Ukur
Nilai Arus terukur
Nilai arus terukur
6
120
120
25
25
24
24,62
6
1,5k
1,5k
2
25
1,90
1,95
6
1,5M
1,5M
0,002
Data Pengukuran Tegangan AC
0,05
0,0019
No
(- 0.01 )
Kedua multimeter yang dipakai mempunyai kelemahan dan keunggulannya sendiri. Multimeter digital memperlihatkan nilai yang lebih akurat,sedangkan Multimeter analog dapat mengukur nilai tertentu yang multimeter digital tidak dapat menghitungnya (contoh lihat tabel diatas dengan rangkaina 1,5 Mohm). Multimeter digital memang lebih presisi,terlihat dari kedekatan pengukurannya terhadap nilai seharusnya (yang didapat dari menghitung). Tetapi dari segi batas ukur,multimeter analog lebih baik daripada yang digital karena rentang ukurnya yang jauh lebih besar.
Data Pengukuruan Tegangan dengan Multimeter
Vs (volt)
R1 (Ω)
R2 (Ω)
Nilai Tegangan terhitung
Multimeter Analog
Multimeter Digital
Sensitivitas
Nilai
k Ω /V
Teg (Vab)
Nilai Teg (Vab)
Batas Ukur (V)
6
120
120
3V
50
20
2.9
3.029
6
1,5k
1,5kK
3V
10
20
3.1
3.026
6
1,5M
1,5M
3V
10
20
0.6
2.859
Dapat dilihat bahwa multimeter digital lebih presisi dalam menentukan nilai tegangan dibandingkan multimeter analog. Dan juga,ketika multimeter analog mengukur hambatan 1,5M Ω,nilainya menjadi kacau. Ini disebabkan karena hambatan dalam multimeter analog yang nilainya sangat dekat dengan 1.5 Ω (nilainya 0.2 M Ω),sehingga mengganggu presisinya dalam mengukur. Nilai hambatan dalam dari multimeter analog dengan sensitivitas 20k Ω/v dan batas ukur 10 v didapat dari perhitungan : R Dalam = 20k Ω/v x 10 V= 0.2 M Ω
Vab (Volt) Multimeter Analog
Multimeter Digital
1.
50
2.9
3.008
2
500
2.9
2.993
3
5k
2.9
2.380
4
50k
2.9
0.398
5
500k
2.9
0.0119
6
5M
7.7
0.019
Pada data diatas,terlihat ada anomali nilai tegangan di kedua multimeter. Pada analog,anomali terlihat pada frekuensi 5 Mhz. Hal ini disebabkan karena spesifikasi multimeter analog yang diapaki hanya sampi 100kHz agar dapat bekerja dengan baik. Karena nilai frekunsi jauh diatas batas,maka hasil pengukuran menjadi kacau. Walaupun seharusnya ketika di frekuensi 500 KHz nilai yang terukur harusnya agak menyimpang,tapi kami membulatkannya menuju 2.9 karena mendekati nilai tersebut.
4.3 Mengukur Tegangan Searah
Parameter Yang Digunakan
Frekuensi (Hz)
Hal ini terjadi juga di multimeter digital. Ketika berada di frekuensi 50KHz ke atas,nilai tegangan yang terukur menjadi kacau. Hal ini disebabkan Karena nilai frekunsi yang dipaakai sudah melebihi rentang ukur seharusnya. Karena itu,multimeter sudah tidak mampu mengukur tegangan AC dengan presisi. Jadi,apapun multimeternya,baik analog maupun digital,selalu mempunyai keterbatasan. Dan jika kita memakai alat tersebut di lewat batas kemampuannya,maka hasil yang didapat tidak akan memuaskan. 4.5 Membaca dan Mengukur Nilai Resistansi Hasil Pengukuran Resistansi dengan Multimeter Nilai Resistansi Tertulis (Ω)
Warna Gelang
220k
Merah-Merah-KuningEmas
1,5
Nilai Toleransi (%)
Nilai Resistansi Terukur (Ω) Multimeter Analog
Multimeter Digital
5
213
219.8k
Coklat-Hijau-EmasEmas
5
1.6
1.7
10
Coklat-Hijau-HijauEmas
5
9.8
10.4
30k
Jingga-Jingga-JinggaEmas
5
32k
33.63k
2,2k
Merah-Merah-MerahEmas
5
2.1k
2,202k
Pengukuran dengan multimeter yang tertera di tabel ini dpat dilihat bahwa nilai tertulis berbeda dengan
5
Vs R1 (volt) (Ω)
(mA)
Nilai arus terhitung (mA)
Halaman
Parameter Rangkaian Yang Digunakan
4.4 Mengukur Tegangan Bolak-balik
Multimeter Analog Multimeter Digital (mA)
nilai ketika diukur. Hal ini disebabkan karena ada faktor –faktor lain yang mempengaruhi penilaian,seperti hambatan dalam dari alat ukur, tingkat keakuratan tiap alat yang berbeda,faktor paralax dari si pengamat,dan lain – lain. Maka,di tiap gelang akan tertera nilai toleransi (batas simpangan) yang masih diijinkan. Nilai toleransi ini bergantung pada warna keempat dari gelang,contohnya jika warnanya coklat berarti toleransi 1%, kuning 4%,dan sebagainya. Jika nilai yang terukur melebihi batas toleransi dari seharusnya,berarti ada dua kemungkinan. Alat pengukurnya rusak (dalam hal ini,multimeter) atau kesalahan pengguna dalam melihat data atau memakai alat.
osiloskop sudah sesuai spesifikasinya dan siap dipakai. 4.8 Mengukur Tegangan Searah Hasil Pengukuran Tegangan DC dengan Multimeter dan Osiloskop Tegangan Terukur (volt) Multim Osilos eter kop 2
2.59
Hasil pengukuran multimeter dengan osiloskop cukup berbeda,yaitu 0.59. Hal ini disebabkan karena perbedaan tingkat akurasi antara multimeter dan osiloskop. Tingkat akurasi osiloskop lebih tinggi daripada multimeter,karena itu data yang lebih dipercaya adalah data dari osiloskop (walaupun seharusnya perbedaannya tidak terlalu signifikan karena yang diukur adalah tegangan DC,yang cenderung stabil).
4.6 Mengumpulkan spesifikasi teknik osiloskop Spesifikasi Osiloskop GDS 806S
4.9 Mengukur Tegangan Bolak-balik Data Pengukuran Tegangan AC Dengan Menggunakan Osiloskop Frekuensi Tegangan terukur (V) (Hz) Multimeter Osiloskop 100 6.06 6.21 1 000 6.05 5.98 10 000 5.83 5.96 Besar tegangan yang terukur dari multimeter dan osiloskop berbeda disebabkan kedua alat mengukur v yang berbeda. Multimeter mengukur tgangan v efektif,sedangkan osiloskop mengukur tegangan vpp. Hubungan antara veff dan vpp : Veff = vpp/akar dua Dan memang jika dihitung,perbedaan antara veff dan vpp tidak terlalu jauh.
4.7 Kalibrasi
Hasil Pengukuran Beda Fasa dengan Osiloskop
Harga Kalibrator Tegangan (V)
Skala Pembacaan
Frekuensi Volt/ (Hz) div
Hasil Pengukuran
Hors (s/div)
Tega ngan (V)
Perioda (s)
Frekue nsi (Hz)
1
2
-
1
500
2
1 ms
1k
2
2
-
2
500
2
1ms
1k
Kalibrasi dilakukan dengan tujuan mengetahui apakah kalibrasi siap dipakai sesuai dengan spesifikasinya (tidak error). Dari data terlihat bahwa
Posisi Nilai Potensio R
Vinput (Volt)
Finput (kHz)
Pengukuran Beda Fasa Dual Trace Terdapat dua sinyal sinusoida dengan perbedaan fasa ∅
Minimum
-7,2.10-3
1 kHz
∅ 𝟎, 𝟐𝟓 × 𝟐𝟓𝟎µ 𝟎, 𝟎𝟎𝟏 × 𝟑𝟔𝟎° =
6
No
Halaman
Pemeriksaan Kondisi Kalibrasi Osiloskop
∅
𝟐𝟓𝟎µ 𝟎, 𝟎𝟎𝟏 × 𝟑𝟔𝟎° =
Vinput (Volt)
Posisi Nilai Potensio R
-3
Minimum
-7,2.10
Maksimum
-7,2.10-3
Pengukuran Beda Fasa
Finput (kHz)
Lissajous Percobaan belum dilakukan,tapi kemungkinan muncul bentuk elips pada layar
1 kHz
Percobaan belum dilakukan, tapi kemungkinan akan muncul bentuk elips pada layar
1 kHz
Perbedaan fasa terjadi karena adanya kapasitor. Karena keterbatasan waktu,kami belum selesai mengerjakan pratikum ini 4.10 Mengukur Frekuensi Tabel 1-10 Hasil Pengukuran Frekuensi dengan Osiloskop Freku Pengukuran Frekuensi ensi Cara Cara Lissajjous Langsung Tsinya fsinyal fgenerator l (s) (Hz) -sinyal (Hz) f1
0.81 m 1.219,5
1,387k
fsinyal (Hz) 8:10
f2
150µ
13.333 k
12.7848k
f3
64µ
15.625 k
7.4875k
Percobaan belum selesai dilakukan karena keterbatasan waktu,tapi diharapkan dapat diketahui periodenya dengan persamaan T=1/f. Sedangkan,metode lissajous tidak dapat dilakukan pada percobaan ini karena gelombang yang terbentuk susah dilihat dalam mode x-y (gelombang tidak bisa diam). Hal ini mungkin karena adanya osilasi pada gelombang uyang rumit sehingga memang susah ditampilkan dalam layar osiloskop mode x-y. 4.11 Mengukur Faktor Penguatan Hasil Pengukuran Faktor Penguatan dengan Osiloskop Vinput
Tegang
Frekuensi (Hz)
Cara Langsung Faktor Penguatan
Cara Dual Trace Vout (V)
Faktor Penguatan
2
1k
Karena keterbatasan waktu kami belum selesai melakukan percobaan ini.Namun dari modul,saya mengetahui ada beberapa cara mengukur faktor penguatan. Cara langsung,yaitu mengamati langsung dua gelombang dalam mode x-y. Nilai faktor penguatan diketahui dari besar gradien garis yang terbentuk. Untuk dual trace, kita harus mengamatinyadalam mode dual trace. Lalu kita amati bentuk gelombangnya dan bandingkan besar Vout dan Vin nya. 4.12 Menggambar Karakteristik Komponen Dua Terminal Karena keterbatasan waktu,kami belum sempat menyelesaikan pratikum ini. Namun,dari data yang diharapkan dapat diketahui bahwa gambar dari resistor berupa garis lurus sehingga resistor tidak mempunyai beda fase antara tegangan dan arus. Dari data yang diharapkan dari kapasitor yang berupa lingkaran,bisa ditebak bahwa arus dan tegangan mempunyai beda fase sebesar 90o Sedangkan untuk dioda,bentuk gambarnya seperti garis yang turun dengan gradien tak tentu. Sehingga beda fase antara arus dan tegangan tidak dapat diketahui. 5
Kesimpulan
Dalam pratikum kali ini,diajakan cara penggunaan berbagai alat. Multimeter,ada dua,yaitu multimeter digital dan analog yang spesifikasi dan keakuratannya berbeda. Fungsi multimeter yaitu untuk mengukur hambatan,arus,dan tegangan searah ataupun bolak balik. Keterbatasan tentu ada,dan ketidakakuratan mungkin terjadi jika yang diukur melewati spesifikasinya. Hambatan dalam multimeter juga mempengaruhi keakuratan.Sehingga kita harus menyesuaikan dengan kebutuhan kita. Dari percobaan multimeter,semua relatif sama dengan teori. Pada osiloskop,ada yang analog dan digital. Penggunaannya berbeda,dengan spesifikasi yang tentu berbeda juga. Fungsinya sebagai pengukur tegangan dan sinyal. Di osiloskop dapat ditentukan faktor penguatan,beda fasa,dan karakter i-v nya. Cara mengukur beda fasa juga ada 2,yaitu dual trace dan lissajous. Sedangkan generator sinyal sebagai sumber sinyal yang dapat membentuk gelombang persegi,segitiga,dan sinusoid. Untuk melihat gelombangnya,diperlukan osiloskop.
7
1 kHz
an (V)
Halaman
7,2.1 0-3
Maksim um
Terdapat dua sinyal sinusoida dengan perbedaan fasa ∅
Karakteristik i-v komponen juga berbeda-beda. Seperti Resistor yang tidak ada beda fasa antar i-v nya,kapasitor yang 90 derajat beda fasa antara i-v nya,dan dioda yang tidak dapat ditentukan. Walau tidak semua percobaan selesai dilakukan,tapi sebagian besar selesai dan yang tidak selesai pun diketahui data yang diharapkan. Dan dari pengukuran juga sesuai dengan teori yang dipunyai sehingga pratikum kali ini cukup berhasil.
Mervin T. Hutabarat, Praktikum Rangkaian Eletrik, Hal. 1-18, Laboratorium Dasar Teknik Elektro, Bandung, 2011
[2]
http://www.bhumika.ca/instrumentations/d mm/cd800a.html (tanggal akses 18 Agustus 2011)
[3]
http://www.alldatasheet.com/ (tanggal akses 18 Agustus 2011))
[4]
Sadiku, Alexander, et. al., Fundamental of Electric Circuirs, Mc-Graw-Hill, USA, 2009
Halaman
[1]
8
6.Daftar Pustaka