65067_paper Gulma Tiurma.docx

  • Uploaded by: Dewä Ninjä Sägä
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 65067_paper Gulma Tiurma.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,780
  • Pages: 17
ii

D DAFTAR ISI

j

KATA PENGANTAR……………………………………………………………i

o

DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ii

j

PENDAHULUAN

o

Latar Belakang…………………………………………………………….2 Tujuan Praktikum……………………………………………………........3 Kegunaan Penulisan……………………………………………………….3

s u m

TINJAUAN PUSTAKA a Botani Tanaman Sorgum (Sorghum)……………………………………...4 r Syarat Tumbuh t Iklim……………………………………………………………….5 Tanah………………………………………………………………6 PENGENDALIAN GULMA GANDA RUSA (Asystasia intrusa) PADA

o ,

TANAMAN SORGUM (sorghum) Deskripsi Gulma Ganda Rusa (Asystasia intrusa)……………………...…7

P

Morfologi Gulma Ganda Rusa (Asystasia intrusa)………………………..9

.

Macam-Macam Gulma Pada Tanaman Sorgum (sorghum)……………...10 Pengaruh Gulma Ganda Rusa (Asystasia intrusa) Terhadap Pertumbuhan Tanaman sorgum (Sorghum)……………………………………….….…11

2 0

Pengendalian Gulma Ganda Rusa (Asystasia intrusa) Pada Tanaman sorgum(Sorghum)……………….....................................,........13

0

KESIMPULAN

4

DAFTAR PUSTAKA

.

T e k n i k

PENDAHULUAN Latar Belakang Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daerah adaptasi yang luas. Tanaman sorgum mempunyai ketahanan tumbuh lebih baik dibanding tanaman lain di lahan kering dengan iklim kering, daya adaptasi agroekologi yang luas, tahan terhadap kekeringan, produksi tinggi, perlu input lebih sedikit serta lebih tahan terhadap hama dan penyakit (Sumarno et all, 1996). Pada lahan kering gulma tumbuh lebih awal dan populasinya lebih padat dan menang bersaing dengan tanaman yang dibudidayakan, sehingga gulma seringkali menjadi masalah utama setelah faktor air dalam sistem produksi tanaman di lahan kering. Pada kondisi terjadi kekeringan pada bulan pertama tanaman dibudidayakan, gulma

mampu tumbuh dengan baik, dan dapat

menghambat pertumbuhan tanaman. Faktor-faktor yang menentukan tingkat kompetisi gulma adalah jenis gulma, kerapatan gulma, waktu kehadiran gulma, allelokimia, dan kultur teknis yang diterapkan (Sembodo, 2010). Perbedaan spesies gulma akan menentukan kemampuan bersaing karena sistem fotosintesisnya bisa berbeda, kondisi perakaran berbeda dan keadaan morfologi tanaman juga berbeda. Kerapatan gulma sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman budidaya. Semakin rapat gulma, persaingan yang terjadi antara gulma dan tanaman pokok semakin hebat, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Hubungan antara kerapatan

2

gulma dan pertumbuhan atau hasil tanaman pokok merupakan suatu korelasi negatif (Moenandir, 1993). Gulma merupakan tumbuhan yang merugikan manusia sehingga manusia berusaha untuk mengendalikannya. Cahaya, air, dan nutrisi adalah unsur-unsur utama yang selalu diperebutkan bagi dua jenis tumbuhan yang berbeda dan keberadaannya berdekatan. Peristiwa perebutan tersebut dikenal dengan istilah persaingan. Hal ini terjadi apabila unsur yang diperlukan tersebut dalam jumlah yang terbatas. Persaingan itu terjadi apabila tumbuhan tersebut berdekatan sehingga akan terjadi interaksi (Moenandir, 1993). Kompetisi terjadi sejak awal pertumbuhan tanaman.

Semakin dewasa

tanaman, maka tingkat kompetisinya semakin meningkat hingga suatu saat akan mencapai klimaks kemudian akan menurun secara bertahap. Saat tanaman peka terhadap kompetisi gulma disebut periode kritis (Soejono, 2009). Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan paper ini untuk mengetahui pengendalian gulma ganda rusa (Asystasia intrusa) pada tanaman sorgum (sorghum). Kegunaan Peulisan Adapun kegunaan penulisan ini adalah satu syarat untuk memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Dasar Pemuliaaan Tanaman Progam Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai sumber informasi bagi yang membutuhan.

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sorgum (sorghum) Tanaman sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan tanaman graminaeyang mampu tumbuh hingga 6 meter. Bunga sorgum termasuk bunga sempurna dimana kedua alat kelaminnya berada di dalam satu bunga. Bunga sorgum merupakan bunga tipe panicle (susunan bunga di tangkai). Rangkaian bunga sorgum berada di bagian ujung tanaman. Bentuk tanaman ini secara umum hampir mirip dengan jagung yang membedakan adalah tipe bunga dimana jagung memiliki bunga tidak sempurna sedangkan sorgum bunga sempurna (Candra,2011). Tanaman sorgum memiliki Sistem perakaran yang terdiri atas akar-akar seminal (akar-akar primer) pada dasar buku pertama pangkal batang, akar-akar koronal (akar-akar pada pangkal batang yang tumbuh ke arah atas) dan akar udara (akar-akar yang tumbuh dipermukaan tanah). Tanaman sorgum membentuk perakaran sekunder 2 kali lipat dari jagung sehingga faktor utama penyebab toleransi sorgum terhadap kekeringan (Thomas dkk., 1976). Tanaman sorgum mempunyai batang yang merupakan rangkaian berseri dari ruas (internodes) dan buku (nodes). Bentuk batangnya silinder dengan ukuran diameter batang pada bagian pangkal antara 0,5 – 5,0 cm. Tinggi batang tanaman sorgum bervariasi yaitu antara 0,5–4,0 m tergantung pada varietas (House, 1985). Tinggi batang sorgum manis yang dikembangkan di China dapat mencapai 5 m, dan struktur tanaman yang tinggi sangat ideal dikembangkan untuk pakan ternak dan penghasil gula (FAO, 2005).

4

Tanaman sorgum memiliki jenis daun yang berbentuk mirip seperti daun jagung,tetapi daun sorgum dilapisi oleh sejenis lilin yang agak tebal dan berwarna putih. Lapisan lilin ini berfungsi untuk menahan atau mengurangi penguapan air dari dalam tubuh tanaman sehingga mendukung resistansi terhadap kekeringan (Mudjisihono, 1987). Dalam tanaman sorgum terdapat Rangkaian bunga yang terletak di ujung tanaman, Bunga tersusun dalam malai, Rangkaian bunga ini nantinya akan menjadi bulir-bulir sorgum. Bunga terbentuk setelah pertumbuhan vegetatif, bunga berbentuk malai bertangkai panjang tegak lurus terlihat pada pucuk batang. Setiap malai mempunyai bunga jantan dan bunga betina. Persarian berlangsung hampir tanpa bantuan serangga. Kira-kira 95% dari bunga betina yang berbuah adalah hasil persarian sendiri (Mudjisihono, 1987). Syarat Tumbuh Iklim Tanaman sorgum dapat tumbuh dengan baik walaupun dibudidayakan pada lahan yang kurang subur, air yang terbatas, dan input yang rendah, bahkan di lahan berpasirpun masih dapat tumbuh dengan baik. Tanaman sorgum baik ditanam pada kisaran ketinggian 0-500 mdpl. Apabila ditanam pada ketinggian lebih dari 500 mdpl, tanaman sorgum akan terhambat pertumbuhannya dan memliki umur yang panjang (Sofyadi, 2011). Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman sorgum adalah daerah beriklim sedang hingga sub-tropis/tropis yang basah. Sorgum dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0o - 50o LU hingga 0o - 40o LS. Pada lahan

5

yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah hujan ideal yakni sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji, tanaman sorgum perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya sorgum ditanam diawal musim hujan dan menjelang musim kemarau (Lubis, 2009). Curah hujan yang dibutuhkan tanaman ini adalah 600 mm/tahun. Tanaman ini mampu hidup diatas suhu 47°F (Kusuma dkk., 2008). Sorgum dapat berproduksi dengan baik pada lingkungan yang curah hujannya terbatas atau tidak teratur. Tanaman ini mampu beradaptasi dengan baik pada tanah yang sedikit masam hingga sedikit basa (Laimeheriwa, 1990). Tanah Kondisi tekstur tanah yang dikehendaki tanaman sorgum adalah berteksur tanah sedang. Tanaman ini mampu hidup hampir di seluruh kondisi lahan karena tanaman sorgum dapat hidup pada tanah dengan kemasaman tanah berkisar 5,50 sampai 7,50 (Kusuma dkk., 2008). Tanaman sorgum tidak cocok ditanam di tanah podzolik merah kuning (PMK) yang masam, namun untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi yang optimal perlu dipilih tanah ringan atau mengandung pasir dan bahan organik yang cukup (Bassam, 2004). Lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya atau gulma tanaman perdu yang dapat mengganggu pengolahan tanah. Pengolahan tanah dimaksdukan untuk menggemburkan tanah, meningkatkan aerasi tanah dan mengendalikan gulma. ketersediaan air, dan tingkat kesuburan tanah. Pada lahan yang kurang subur dan (Tabri,dkk., 2014).

PENGENDALIAN GULMA GANDA RUSA (Asystasia intrusa) PADA TANAMAN SORGUM (sorghum) Deskripsi Gulma Ganda Rusa (Asystasia intrusa) Nama lain Asystasia intrusa adalah Asystasia gangetica. Dalam dunia tumbuhan termasuk ke dalam famili Acanthaceae, genus Asystasia. Asal tumbuhan ini dari Afrika. Asystasia intrusa merupakan gulma penting di perkebunan. Pada kondisi alami biji dapat berkecambah pada 30 hari setelah pecah,

dan sepuluh minggu setelah perkecambahan dapat tumbuh cepat,

kemudian menghasilkan buah polong dengan biji setelah 8 bulan atau lebih (Haryatun, 2008). Pada daerah yang ternaungi seperti daerah perkebunan dengan tanaman yang relatif tinggi, tanaman ini banyak menghasilkan daun dan menghasilkan organ vegetatif. Merupakan rumput liar subur dan kompetitif yang membutuhkan unsur hara tinggi terutama N dan P. Menghasilkan biji dengan baik dengan viabilitas hingga 85% yang dapat bertahan hingga 8 bulan didalam tanah (Mercado, 2001). Keberadaan gulma di suatu lahan kering tidak dikehendaki karena (1) menurunkan hasil produksi akibat bersaing dalam pengambilan unsur hara, air, sinar matahari, dan ruang tumbuh dengan tanaman pokok, (2) menurunkan kualitas hasil produksi tanaman pokok, (3) menimbulkan senyawa beracun yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, (4) menjadi inang alternatif bagi hama dan pathogen, dan (5) meningkatkan biaya usahatani (Sukman dan Yakup, 2002).

7

Klasifikasi Asystasia intrusa menurut Cronguist (1981) adalah : memiliki Kingdom Plantae, berdivisi Magnoliophyta/Spermatophyta, lalu asystasia intrusa ini termasuk kelas magnoliopsida/Dicotyledoneae, yang berordo Scrophulariales, termasuk family Acanthaceae, bergenus Asystasia dan termasuk dalam spesies Asystasia intrusa Morfologi Gulma Ganda Rusa (Asystasia intrusa) Akar Asystasia intrusa melekat pada cabang. Sistem perakaran tunggang, bercabang kecil dan memiliki bulu-bulu akar. Akar berwarna putih kecoklatan. Asystasia intrusa merupakan tanaman herba yang tumbuh cepat dan mudah berkembang biak.

Berbatang lunak,

berwarna hijau kecoklatan dan

dapat

tumbuh dalam keadaan yang kurang baik (Gupta, 2000).

Gambar 1 : Batang Asystasia intrusa Duduk daun berhadapan, berbentuk bulat panjang, pangkal bulat, ujung runcing, pertulangan daun menyirip dan bertangkai (Haryatun, 2008).

8

Gambar 2 : Daun Asystasia intrusa Bunga tersusun dalam tandan yang rapat seperti bulir, berwarna putih atau keungu-unguan, kelopak bunga menutupi ovary (Sukman, 2003).

Gambar 3 : Bunga Asystasia intrusa Buah kotak, 2-3 cm panjangnya, dalam satu buah kotak berbiji empat atau kurang. Saat buah belum masak kulit buah berwarna hijau, namun saat buah sudah masak maka kulit buah berwarna coklat (Gupta, 2000).

Gambar 4 : Buah asystasia intrusa

9

Biji Asystasia intrusa kecil berwarna hitam kecoklat-coklatan, kecil dan ringan sehingga mudah diterbangkan oleh angin.

Biji ini pecah dari polong

dengan keadaan lingkungan yang tepat baik dari suhu dan penyinaran yang cukup. Bila penyinaran matahari lama saat biji pecah maka jarak loncat biji semakin jauh dari pohonnya (Haryatun, 2008). Pengertian dan Macam- Macam Gulma Berdasarkan Habitatnya gulma digolongkan kedalam dua bagian yaitu pertama adalah gulma darat (Terestrial Weeds). Tumbuhan ini hidup dan berkembang didarat, meliputi gulma semusim, dua musim dan gulma musiman.Contoh : Eupatorium odoratum dan Amaranthus spinosus. Lalu, yang kedua adalah gulma air (Aquatic Weeds). Gulma ini pertumbuhan dan persyaratan hidupnya harus berada di daerah perairan, gulma air dibedakan menjadi terapung dipermukaan air misalnya Eichornia crassipes dan Salvina molesta dan tenggelam didalam air misalnya Ceratophyllum demersum (Triharso, 2010) Berdasarkan usia hidup pada pertumbuhan gulma jangka waktu yang diperlukan oleh gulma untuk menjalani satu siklus hidupnya yaitu berawal dari biji, gulma, berkecambah-tumbuh dewasa, menghasilkan biji dan kemudian mati. Berdasarkan pada batasan atau pengertian tersebut maka gulma dapat digolongkan menjadi 3 yaitu gulma semusim atau gulma setahun. Contoh gulma semusim antara lain : Babandotan (Ageratum conyzoides), Tuton (Echinochloa colonum). (Sembodo, 2010). Gulma yang menghasilkan organ vegetatif secara terus-menerus sehingga hidup lebih dari dua musim atau dua Tahun

Gulma yang memiliki organ

10

perkembangbiakan ganda yaitu secara generatif dengan biji secara dengan rizom/rimpang,

vegetatif

umbi, daun, atau stolon umumnya termasuk gulma

musiman. Contoh gulma musiman antara lain: Lalang (I. cylindrica), Paitan (Paspalum conjugatum) dan Kawatan (Ottochloa nodosa) (Triharso, 2010). Semua jenis gulma yang termasuk dalam famili Poaceae atau Gramineae adalah kelompok rumputan, beberapa kalangan kadang kala menggunakan istilah gulma berdaun sempit gulma ini ditandai dengan ciri utama yaitu tula ng daun sejajar, berbentuk pita dan terletak berselang seling pada ruas batang, batang berbentuk selindris, beruas dan berongga. Akar gulma ini tergolong akar serabut (Malangyoedo, 2014). Anggota gulma golongan berdaun lebar paling banyak dijumpai dilapan gan dan paling beragam jenisnya semua jenis berdaun lebar ciri-ciri yang dimiliki gulma tersebut sebagai gambaran umum

bentuk daun gulma golongan ini

lonjong, bulat, menjari atau berbentuk hati, akar ini umumnya akar tunggang (Malangyoedo, 2014). Pengaruh Gulma Ganda Rusa (Asystasia intrusa) Terhadap Pertumbuhan Tanaman sorgum (Sorghum) Kerugian yang ditimbulkan oleh gulma yaitu : persaingan

dalam

mengambil unsur hara, antara tanaman yang dibudidayakan dengan gulma yang tumbuh di piringan, pasar pikul dan gawangan mati. Kemudian, persaingan dalam pengambilan air dan menggangu tata drainase dan menyulitkan pengawasan dilapangan (Ditjebun, 2008).

11

Derajat kompetisi tertinggi terjadi pada saat periode kritis pertumbuhan. Hal tersebut disebabkan keberadaan gulma sangat berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Periode kritis ialah periode atau saat dimana gulma dan tanaman budidaya berada dalam keadaan saling berkompetisi secaraaktif (Zimdahl, 1980 dalam Syam, Yenni, dan Khainur, 2013). Keberadaan gulma di suatu lahan kering tidak dikehendaki karena (1) menurunkan hasil produksi akibat bersaing dalam pengambilan unsur hara, air, sinar matahari, dan ruang tumbuh dengan tanaman pokok, (2) menurunkan kualitas hasil produksi tanaman pokok, (3) menimbulkan senyawa beracun yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, (4) menjadi inang bagi hama dan pathogen, dan (5) meningkatkan biaya usahatani (Sukman dan Yakup, 2002). Persaingan yang terjadi antara gulma dan tanaman pada awal pertumbuhan akan mengurangi kuantitas hasil, sedangkan persaingan yang terjadi menjelang panen akan berpengaruh terhadap kualitas hasil. Besar kecilnya persaingan antara gulma dan tanaman juga ditentukan oleh cara penanaman, umur varietas yang ditanam, tingkat ketersediaan unsur hara, dan laju pertumbuhan (Irfan, M. 1999). Sorgum berpotensi baik untuk dikembangkan dengan penerapan teknologi budidaya yang tepat seperti penggunaan varietas unggul, pemupukan yang tepat, serta pemeliharaan yang optimal. Pemeliharaan tanaman yang kurang optimal akan mengakibatkan rendahnya produksi tanaman sorgum. Sehingga harus dilakukan pemeliharaan dengan cara pengendalian gulma untuk mengurangi kehilangan hasil pertanian (Puspitasari et all, 2012).

12

Pengendalian

Gulma

Ganda

Rusa

(Asystasia

intrusa)

Pada

Tanaman sorgum (Sorghum) Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Keunggulan tanaman pokok harus menjadi sedemikian rupa sehingga gulma tidak mampu mengembangkan pertumbuhannya secara berdampingan atau pada waktu bersamaan dengan tanaman pokok (Yakup, 2002). Pengendalian gulma dapat didefinisikan sebagai proses membatasi infestasi gulma sedemikian rupa sehingga tanaman budidaya lebih produktif. Dengan kata lain pengendalian bertujuan hanya menekan populasi gulma sampai tingkat populasi yang tidak merugikan secara ekonomi atau tidak melampaui ambang ekonomi, sehingga sama sekali tidak bertujuan menekan populasi gulma sampai nol. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pada dasarnya ada enam macam metode pengendalian gulma, yaitu : mekanis, kultur teknis, fisik, biologis, kimia dan terpadu. Pengendalian gulma dengan cara kimia lebih diminati akhir-akhir ini, terutama untuk lahan pertanian yang cukup luas (Sukman et al, 1991). Pengendalian dengan cara kimia ini adalah dengan menggunakan herbisida. Pengendalian dengan menggunakan herbisida memiliki beberapa keuntungan yaitu penggunaan tenaga kerja yang lebih sedikit dan lebih mudah dan cepat dalam pelaksanaan pengendaliannya. Salah satu pertimbangan yang penting dalam pemakaian herbisida adalah untuk mendapatkan pengendalian yang

13

selektif, yaitu mematikan gulma tetapi tidak merusak tanaman budidaya (Tjitrosoedirdjo et al. 1984). Pengendalian secara hayati merupakan teknik pengendalian yang dilakukan secara sengaja dengan memamfaatkan organisme hidup (musuh alami) selain hama/ penyakit itu sendiri, untuk menurunkan atau mengendalikan populasi hama/ penyakit yang menyerang tanaman (Mangoensoekarjo, 2005). Pengendalian kultur teknis merupakan cara pengendalian gulma dengan menggunakan praktek-praktek budidaya. Penanaman jenis tanaman yang cocok untuk suatu tanah merupakan tindakan yang sangat membantu mengatasi masalah gulma. Penanaman rapat agar tajuk tanaman segera menutup ruang kosong merupakan cara yang efektif untuk menurunkan gulma (Yakup, 2002).

KESIMPULAN 1. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan tanaman graminaeyang mampu tumbuh hingga 6 meter. 2. Tanaman sorgum memiliki Sistem perakaran yang terdiri atas akar-akar seminal (akar-akar primer). 3. Tanaman sorgum mempunyai batang yang merupakan rangkaian berseri dari ruas (internodes) dan buku (nodes). 4. Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman sorgum adalah daerah beriklim sedang hingga sub-tropis/tropis yang basah. 5. Kondisi tekstur tanah yang dikehendaki tanaman sorgum adalah berteksur tanah sedang. 6. Akar Asystasia intrusa melekat pada cabang. Sistem perakaran tunggang, bercabang kecil dan memiliki bulu-bulu akar. 7. Biji Asystasia intrusa kecil berwarna hitam kecoklat-coklatan, kecil dan ringan sehingga mudah diterbangkan oleh angin. 8. Bunga tersusun dalam tandan yang rapat seperti bulir, berwarna putih atau keungu-unguan, kelopak bunga menutupi ovary. 9. Persaingan yang terjadi antara gulma dan tanaman pada awal pertumbuhan akan mengurangi kuantitas hasil. 10. Pengendalian gulma dapat didefinisikan sebagai proses membatasi infestasi gulma sedemikian rupa sehingga tanaman budidaya lebih produktif. 11. Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma.

DAFTAR PUSTAKA Ardjasa, W. S & P. Bangun. 1993. Pengendalian gulma pada kedelai. Dalam: S.Somaatmadja, M. Ismunadji, Sumarno, M. Syam, S.O. Manurung, & Yuswardi (eds.) Kedelai. PUSLITBANGTAN, Bogor.hal.357-367. Djojosumarto, P. 2004. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius, Yogyakarta. Irfan, M. 1999. Respon Tanaman Jagung (Zea mays) Terhadap pengolahan tanah dan kerapatan tanam pada tanah andisol dan ultisol.Tesis. Universitas Sumatera Utara. Hal 7,13. Moenandir, H. J., 1988. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. RajawaliPers, Jakarta. Hal. 83 Puspitasari, G. N., D. Kastono, dan S. Waluyo. 2012. Pertumbuhan dan Hasil Sorgum manis (Sorghum bicolor (L.)Moench) Tanam Baru dan Ratoon pada Jarak Tanam Berbeda. Universitas Gadjah Mada. Jogjakarta. Vol. 1,No.4 (2012) Sukman, Y & Yakup. 2002. Gulma dan Tehnik Pengendaliannya. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sastrosupadi, A. 1999. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Edisi revisi. Kanisius, Jakarta.. Utomo, M. 2002. Olah tanah konservasi untuk pengelolaan lahan berkelanjutan. Dalam: S. Hardiastuti, E. K., E. M. Nirmala, Lagiman, D. Kastono, S. Virgawati& A. W. Rizain (eds.) Prosiding Seminar Nasional Budidaya Olah Tanah Konservasi. Yogyakarta, 30 Juli 2002. hal. III:1-35

Triharso.2016. Hubungan antar sifat-sifat anatomis jaringan pelindung daun dengan daya berantas glifosat pada beberapa jenis gulma. Dalam: T. Kuntohartono (ed.). Prosiding I Konfrensi X Himpunan Ilmu Gulma Indonesia. Malang, 13-15Maret 1990. hal.79-85. Wardoyo, S.S. 2002. Aplikasi herbisida pada lahan pertanian melalui sistem olah tanah konservasi (otk) untuk mendukung ketahanan pangan. Dalam: S. Hardiastuti, E. K., E. M. Nirmala, Lagiman, D. Kastono, S. Virgawati& A. W. Rizain (eds.) Prosiding Seminar Nasional Budidaya Olah Tanah Konservasi. Yogyakarta, 30 Juli 2002. hal. V:1-18.

Yakub.2002. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. (Terjemahan Sjamsuddin & Baharsjah) edisi kedua. Universitas Indonesia Press, Jakarta

Related Documents


More Documents from "septiyani upik"