6 Kebaikan Rev

  • Uploaded by: James Radja P Simanungkalit
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 6 Kebaikan Rev as PDF for free.

More details

  • Words: 1,824
  • Pages: 7
Bab 6 Kebaikan adalah obat penangkal ketika melayani di masyarakat yang penuh korupsi dan nepotisme Tulislah definisi saudara untuk istilah ‘Baik’?

Apakah definisi saudara untuk istilah ‘baik’ mengandung arti memberi kesenangan atau mengurangi rasa sakit? Apakah itu termasuk “berbuat kepada orang lain seperti anda mengharap mereka berbuat kepada anda?” Ada juga yang mendefinisikan ‘baik’ sebagai hal yang membawa manfaat terbesar kepada orang yang paling banyak? Bagaimana pendapat saudara tentang definisi-definisi seperti di atas?

Kebanyakan kita mengaitkan definisi ‘baik’ dengan hal materi. Kalau sesuatu membuat hidup saya lebih mudah, hal itu pasti baik. Herannya, kita mengaitkan kebaikan dengan hal materi walaupun kita tahu bahwa materi tidak pernah memuaskan kita. Daripada menciptakan kebaikan, materi seringkali menjadi kutuk dan beban. Allah memberi definisi yang berbeda untuk istilah ‘baik.’ Dalam Roma 12:2 kita membaca bahwa kehendak Allah adalah baik. Namun dalam I Petrus 4:13-16, 19 kita melihat bahwa ada orang percaya yang menderita karena kehendak Allah. Sedikit sekali di antara kita yang menganggap penderitaan sebagai hal yang baik. Menurut saudara, bagaimana dua ayat ini dapat dicocokkan dengan definisi saudara untuk istilah ‘baik’?

Banyak definisi untuk ‘baik’ kurang tepat oleh karena definisi tersebut berasumsi bahwa manusia adalah tolok ukur untuk menilai apakah sesuatu adalah baik atau tidak. Apa yang menjadi tolok ukur yang benar untuk menilai kebaikan (Mazmur 100:5)?

Sekeliling kita terlihat dampak dari konsep kebaikan berdasarkan tolok ukur yang keliru. Sebagai contoh, The Jakarta Post bertanya, “Apa komentar saudara tentang foto jenderal polisi tersenyum, berjabat tangan dan berpose untuk difoto bersama teroris Amrozi [yang terlibat penyerangan bom yang membunuh hampir 200 orang di Bali, Oktober 2002]?”

2 Franz Magnis-Suseno, guru besar di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara di Jakarta menjawab, “Hal ini menunjukkan bahwa kita collectively insolent. Kita tidak tahu apa yang pantas dan apa yang tidak. Hal ini berakar dalam pengertian kita tentang kemanusiaan dan keadilan… Kita tidak lagi peduli untuk sesama. Hubungan antarmanusia makin memburuk. Sense of community telah menjadi communalism, di dalamnya orang hanya dapat sepenuhnya memahami diri sendiri dalam komunitas dari desa, kelompok etnis atau agama yang sama. Orang lain dari latar belakang yang berbeda tidak diperhitungkan dan bahkan dianggap sebagai musuh atau saingan.”1 Instruksi-instruksi apa yang diberikan Paulus kepada kita yang hidup di masa ketika orang lain ‘dianggap sebagai musuh atau saingan’ yang mengancam kebaikan kita (Roma 12:9)?

Bagaimana instruksi-instruksi tersebut mencegah communalism dan memulihkan sense of community?

Senjata apa yang harus kita gunakan mengalahkan kejahatan (Roma 12:21)? Bagaimana Anda melihat senjata ini berguna untuk mengalahkan iri hati?

Pandangan yang Salah tentang Kemakmuran Mendefinisikan kebaikan dalam pengertian materialistic telah memimpin banyak dari kita untuk mencari kemakmuran sebagai suatu tujuan akhir daripada suatu alat untuk sesuatu yang lain. Kemakmuran telah menjadi tujuan kita. Mereka yang tidak mengalami kemakmuran menginginkannya dan mereka yang sudah memilikinya mempertahankannya. Ketika kemakmuran menjadi fokus kita, banyak bahaya dapat terjadi. Menurut Pdt. Charles Kingsley, seorang pembaharu sosial abad ke-19, “Kita membiarkan dunia menguasai kita; kita hidup terlalu banyak dalam ketakutan terus-menerus terhadap kesempatan dan perubahan kehidupan yang fana. Kita membiarkan banyak hal terjadi dengan sendirinya. Kita mencoba terlalu banyak untuk memperoleh apa yang kita dapat dengan kepandaian egois kita, tanpa mempertimbangkan tetangga kita. Kita mengikuti terlalu banyak cara dan kebiasaan masa kini, bertindak dan berkata dan berpikir tentang segala sesuatu yang menjadi paling penting, hanya karena hal tersebut terlalu banyak mengelilingi kita.” Bacalah Yakobus 5:1-6 dan kemudian jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut. Kejahatan macam apa yang sedang dilakukan oleh penerima surat Yakobus (Yakobus 5:4)?

Apakah Anda pernah menipu seseorang pengejaran kemakmuran? Apakah Anda punya hutang yang Anda harus bayar? 1

“Corruption, lawlessness: The Root of All Problems”; The Jakarta Post, 18 November 2002, hal. 2.

3

Bagaimana kekayaan digunakan secara jahat (Yakobus 5:3)? Kekayaan siapa yang mereka timbun?

Gaya hidup yang mewah yang mereka jalankan pemborosan dan berdosa. Apa yang akan terjadi pada mereka sebagai akibat dari cara hidup mereka (Yakobus 5:5)?

Dapatkah Anda hidup makmur tanpa berdosa atau apakah kita perlu kembali untuk hidup primitif (I Timotius 6:17)?

Bagaimana penggunaan semestinya terhadap kemakmuran kita (I Timotius 6:18)?

Apa yang Anda dapat lakukan untuk membudayakan suatu perilaku yang lebih bermurah hati?

Penyalahgunaan apa yang dilakukan oleh orang kaya (Yakobus 5:6a)?

Di mana Anda melihat kekayaan digunakan untuk mengendalikan dan menyalahgunakan orang lain?

Yakobus menulis bahwa para pekerja yang memiliki maksud yang baik sedang dicabut keadilannya. Pengadilan-pengadilan masa kini kelihatannya sama begitu mudahnya dengan mengendalikan pengadilan-pengadilan masa itu. ‘Kesenjangan hubungan antarpribadi dan kelas sosial, sadar atau tidak, kian lebar. Manusia dididik dan dibesarkan dalam lingkungan yang tidak lagi menjunjung tinggi nilai keadilan (sosial) dan kesederajatan. Terlepas dari nilai keadilan yang tertanam dan terwujud selama ini, generasi sekarang adalah produk generasi terdahulu yang menghidupi ketidakadilan sosial. Warisan ketidakadilan disosialisasi kepada generasi sekarang. Kebencian sosial dan perilaku tidak adil diwariskan kepada generasi berikut tanpa alasan yang dapat diterima akal sehat. ‘Sang Hakim Agung’ yang teradil akan menunggu semua manusia, termasuk para polisi, jaksa, dan hakim yang bertanggung jawab menegakkan keadilan di atas permukaan bumi.”2 Korupsi Mudah bagi kita untuk menolak kejahatan yang tampak jelas seperti pembunuhan. Namun kejahatan yang kurang jelas dan dapat lebih diterima secara sosial terlalu sering diterima. Erosi terhadap standar apa yang baik sepantasnya akan meruntuhkan kerohanian dan moral kita. Kita 2

William Chang, “Ketidakadilan Sosial”, Kompas, 17 Januari 2002

4 harus belajar untuk mengidentifikasi dan membenci kejahatan yang menarik dan dapat diterima secara sosial. Ingatlah, Paulus pernah mengatakan kepada kita untuk berpegang teguh pada apa yang baik. Kejahatan yang lain adalah korupsi. Meskipun banyak dikatakan tentang berperang melawan korupsi, kita mendapatkan bahwa korupsi and nepotisme makin merajalela dan merusak komunitas. Dalam banyak cara, korupsi telah menjadi suatu dosa yang dapat diterima secara sosial seperti orang telah menerima nasibnya. “Korupsi sangat kritis tidak hanya karena kritis ekonomis dan melumpuhkan system hukum kita, namun telah menggerogoti kemampuan kita untuk mengembangkan suatu kepekaan solidaritas. Korupsi telah membuat orang semata-mata mementingkan diri sendiri.”3 Apakah Anda setuju bahwa “korupsi telah membuat orang semata-mata mementingkan diri sendiri”? Berikanlah contoh-contoh dari pendapatmu.

“Korupsi di Indonesia telah menjadi bagian dari budaya ….” M. Hatta, Wakil Presiden ke-1 Republik Indonesia.4

Apa pendapatmu tentang pernyataan Hatta? Apakah korupsi diperbolehkan karena telah menjadi bagian dari budaya?

“Studi Diagnostik terhadap Korupsi di Indonesia” diselesaikan pada Februari 2002 oleh Kemitraan bagi Reformasi Pemerintahan di Indonesia. Ditemukan bahwa 75% orang Indonesia menganggap korupsi dalam sektor publik sebagai sesuatu yang sangat biasa. Dianggap bahwa masalah sosial yang paling serius oleh responden dalam negeri mengedepankan pengangguran dan kemiskinan ekonomi. Bagaimanapun juga, dalam kenyataannya, ketika ditanyakan apa sikap mereka dalam situasi korupsi yang berbeda, hampir sepertiga responden memandang korupsi sebagai “sesuatu yang wajar dan dibayar lunas” atau sebenarnya “dirampas dan dibayar lunas”, atau menerima uang dan hadiah. Situasinya berkisar dari menyuap seorang polisi hingga melakukan “mark up” kontrak untuk mendapatkan uang. Di kelurahan, lurah atau pegawainya meminta “uang rokok” atau beberapa rupiah untuk mempercepat keluarnya KTP. Lebih dari setengah responden membayar untuk mempercepat pelayanan sebagai sesuatu yang “wajar” dalam kasus ini, dan sepertiganya akan melunasinya untuk mendapatkan pelayanan. Situasi khusus lainnya adalah menyuap polisi untuk menghindari penilangan. Apakah polisi yang menerima suap dalam kasus tilang lalu lintas adalah korupsi? Apakah orang yang dengan “senang hati” menyuap polisi tersebut juga korupsi?

3 4

“Corruption, lawlessness: The Root of All Problems”; The Jakarta Post, 18 November 2002, hal. 2. “The Aksara Journal”, TEMPO, 19 Februari 2001, hal. 36.

5 Ada pemahaman yang salah tentang korupsi dalam pandangan orang Indonesia. Nampak bahwa semakin rendah tingkat pelayan publik (lurah dan polisi lalu lintas), semakin kecil sikap yang didefinisikan sebagai korupsi. Mengapa Anda berpikir bahwa pegawai pemerintahan terlibat dalam korupsi?

Salah satu alasan yang paling umum yang diberikan oleh mereka yang ikut serta dalam praktekpraktek korupsi adalah bahwa gaji mereka tidak sesuai dengan kebutuhan setiap hari, dan maka pendapatan harus ditambahkan dengan suap. Bagaimanapun, menurut “Studi Diagnostik terhadap Korupsi di Indonesia” ketika jumlah pendapatan tidak resmi dianalisis terhadap kisaran gaji pokok bulanan dari pejabat-pejabat publik, distribusi tidak menunjukkan suatu konsentrasi di antara pejabat-pejabat yang bergaji pokok rendah; agaknya distribusi lebih tersebar pada tujuh kategori gaji. Kenyataannya semakin tinggi tingkat pendapatan dan pendidikan semakin besar jumlah yang dikorupsi! Kita sering kali memandang korupsi sebagai sesuatu yang salah karena kita tidak memiliki kesempatan untuk terlibat mendapatkan kekayaan melalui tindakan korupsi. Apakah pandangan Anda terhadap korupsi berubah apabila Anda punya kesempatan untuk beroleh keuntungan darinya?

Korupsi terjadi karena orang iri hati terhadap harta yang dimiliki orang lain. Mereka tidak puas dengan apa yang mereka punya dan ingin memperoleh apa yang orang lain nikmati. Apa yang mendorong mereka dan orang lain menyerupai mereka adalah mendapatkan uang sebanyak mungkin. Inilah ketegangan antara demikrasi dan kapitalisme. “Menurut John Girling, bertemunya sistem demokrasi dengan praktek-praktek ekonomi kapitalisme, melahirkan ketidaksesuaian yang mengakibatkan korupsi ekonomi-politik. Sistem demokrasi bermaksud untuk mengakomodasi dan memperjuangkan kepentingan-kepentingan umum (public), sementara sistem ekonomi dalam kapitalisme selalu memperjuangkan kepentingan-kepentingan pribadi (private).”5 Apa yang terjadi ketika seseorang menjadi kaya dengan cara jahat (Amsal 13:11)? Di mana seharusnya prioritas kita?

Penipuan Materialisme Beberapa telah tertipu untuk berpikir bahwa pengejaran kekayaan meskipun dimotivasi oleh iri hati tidaklah terlalu buruk. Iri hati memotivasi kita untuk bekerja keras dan meningkatkan kehidupan kita. Namun apa yang Allah katakan tentang hal ini. Menurut Alkitab, apa yang dibawa oleh pengejaran kemakmuran (Pengkhotbah 5:13-17)?

5

Donny Ardyanto, “Korupsi, Demokrasi dan Kapitalisme”, Situs Web Indonesian Corruption Watch.

6 Meskipun demikian apa yang seharusnya kita kejar (Matius 6:33)? Apa yang akan ditambahkan kepada kita?

Akankah banyak harta dan uang memperdalam iman saya dan menolong saya lebih mengenal Allah?

Bagaimanakah pengejaran kemakmuran berapapun juga melanggar perintah pertama (Kolose 3:5)?

Bagaimana seharusnya kita hidup di tengah-tengah Korupsi? Masyarakat zaman kita dengan sifat mementingkan diri sendiri dan korupsinya tidak banyak berbeda dengan zaman kuno. Yudas dan Ananias/Safira memperlihatkan bahwa pesaing utama bagi kerajaan Allah adalah cinta akan uang. Dalam keluarga kita harus mengembangkan suatu model penatalayanan, memperlihatkan bahwa uang datang dari pekerjaan, menciptakan suatu gaya hidup yang mendorong untuk memberi, dan mempraktekkan memberi sebagai kebiasaan. Mungkin salah satu model yang terbaik bagi kita adalah Daniel. Daniel 6:1-3 menggambarkan bagaimana Daniel membedakan dirinya sendiri dalam pelayanan kepada raja dan sebagai akibatnya raja merencanakan untuk menempatkan Daniel di atas semua pegawai pemerintahan yang lain. Mengapa Anda menggambarkan bahwa 122 pejabat yang lain begitu iri terhadap Daniel? Apa yang diakibatkan oleh iri hati mereka?

Apa yang mereka rencanakan untuk mencemarkan Daniel (Daniel 6:4)?

Apabila 122 pejabat penting pemerintahan menggunakan sumber daya dalam menyelesaikan penyelidikan terhadap kehidupan Anda, apa yang akan mereka temukan? Mereka tidak dapat menemukan ketidakjujuran atau korupsi dalam kehidupan Daniel. Karakter Daniel adalah salah satu integritas. Daniel berketetapan untuk tidak berdosa dalam melaksanakan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Namun kita perlu melakukan lebih daripada sekadar jujur dan hidup dengan integritas. Apa yang dipertimbangkan Yakobus terhadap suatu dosa (Yakobus 4:17)?

Dalam ketengangan di hadapan Allah, mintalah Dia untuk menyelidiki kehidupan Anda. • Apabila Anda sudah bersalah atau menipu orang dalam pengejaran Anda terhadap kekayaan, akuilah itu kepada Allah dan buatlah penggantian kerugian. • Mintalah Allah menunjukkan kepada Anda bahwa iri hati sudah meresap ke dalam kehidupan Anda dan menyebabkan Anda melakukan kejahatan daripada kebaikan.

7 •

Kebaikan apakah yang Anda ketahui harus Anda lakukan dan tidak?

Related Documents

6 Kebaikan Rev
June 2020 14
Kebaikan Pab
May 2020 20
Kebaikan Berbasikal.docx
December 2019 21
Kebaikan Membaca.pdf
June 2020 8
Kebaikan Kjecergasan
June 2020 8
6-68-0001 Rev 2
October 2019 1

More Documents from ""