6-bab I Oke Fix.docx

  • Uploaded by: fadilah
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 6-bab I Oke Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,837
  • Pages: 19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah dan Perkembangan PT. Pertamina (Persero) Minyak bumi pertama kali digunakan di Indonesia sekitar abad ke-8, dimana pada saat terjadinya peperangan antara pasukan armada Atjeh (Aceh) yang melawan tentara Portugis, menggunakan bola-bola api yang terbuat dari batu berlapis kain yang dilumuri dengan minyak tanah (minyak bumi) yang merembes keluar dari tanah yang mereka peroleh dibeberapa tempat di daerah Aceh pada saat itu. Pencarian minyak bumi secara komersil dilakukan pertama kali di Indonesia pada tahun 1871 di lereng Gunung Ciremai, Majalengka, Jawa Barat, dilakukan oleh seorang pengusaha Belanda bernama Jan Reerink, tetapi usaha ini mengalami kegagalan. Pengusaha lain yaitu seorang inspektur perkebunan Belanda bernama A.J. Zijlker menemukan kandungan minyak bumi di Telaga Tunggal/Telaga Sa’id, Pangkalan Brandan Sumatera Utara pada tanggal 15 Juni 1885 dan merupakan sumur minyak komersial pertama di Indonesia dengan kedalaman sumur 121 meter. Kemudian berturut-turut ditemukan sumur minyak bumi di Indonesia yang dikelolah oleh perusahaan Asing, seperti Koninklijke Nederlandsche Petroleum Company di Telaga Sa’id, Shell Transport and Trading Co. di Kalimantan Timur, Dortsche Petroleum di Jawa Timur, Stanvac, Caltex, dll. Tetapi setelah kemerdekaan, dilakukan usaha-usaha untuk mengambil alih kekuasaan di bidang industri minyak dan gas bumi. Hingga akhirnya terdapat 3 buah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki oleh pemerintah Indonesia saat itu, yaitu PN. Permina, PN. Pertamin, dan PN. Permigan, yang kemudian digabung dan disatukan menjadi sebuah perusahaan minyak dan gas bumi gabungan bernama Pertamina, pada tanggal 10 Desember 1957 yang kemudian tanggal tersebut dijadikan sebagai hari jadi Pertamina. Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak dalam negeri, PT. Pertamina hingga saat ini telah mengoperasikan 6 Refinery Unit (RU) yang tersebar di Indonesia, yaitu :

1

2

1. RU I (Idle/Off)

: Pangkalan Brandan, Sumatera Utara

2. RU II

: Dumai, Riau

3. RU III

: Plaju dan Sungai Gerong, Sumatera Selatan

4. RU IV

: Cilacap, Jawa Tengah

5. RU V

: Balikpapan, Kalimantan Timur

6. RU VI

: Balongan, Jawa Barat

7. RU VII

: Kasim, Papua

Adapun peta ke 6 Refinery Unit (RU) saat ini dari PT. Pertamina (Persero) dapat dilihat pada Gambar 1.1

Gambar 1.1 Peta Refinery Unit PT. Pertamina (Persero) di Indonesia Sumber: Pedoman BPST Angkatan XIV. Penerbit Pertamina, Palembang, 2018

PT. Pertamina (Persero) memiliki Visi dan Misi adalah sebagai berikut : a. Visi Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia.

b. Misi Menjalankan Usaha Minyak, Gas, Serta Energi Baru dan Terbarukan Secara Terintegrasi, Berdasarkan Prinsip-Prinsip Komersial Yang Kuat.

3

PT. Pertamina (Persero) juga memiliki slogan Always There yang diterjemahkan menjadi “Selalu Hadir Melayani”. Dengan slogan ini diharapkan prilaku seluruh jajaran pekerja akan berubah menjadi enterpreneur dan customer oriented, terkait dengan persaingan yang sedang dihadapi dan akan dihadapi oleh perusahaan. Sementara untuk logo PT. Pertamina (Persero) sebagai identitas perusahaan yang digunakan saat ini merupakan logo baru yang dikukuhkan dan diberlakukan terhitung mulai tanggal 10 Desember 2005. Logo baru PT. Pertamina (Persero) seperti yang terdapat pada Gambar 2.

Gambar 1.2 Logo PT Pertamina (Persero) (Sumber : Pedoman BPST Angkatan XIV. Penerbit Pertamina, Palembang 2018)

Makna dari logo Pertamina adalah : 1. Warna biru memiliki arti andal, dapat dipercaya dan bertanggung jawab 2. Warna hijau memiliki arti sumber daya energi yang berwawasan lingkungan 3. Warna merah memiliki arti keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam menghadapi berbagai macam kesulitan Simbol grafis memiliki arti : 1. Simol anak panah menggambarkan aspirasi organisasi Pertamina untuk senantiasa bergerak ke depan, maju dan progresif. Simbol ini juga mengisyaratkan huruf “P” yakni huruf pertama dari Pertamina 2. Tiga elemen berwarna melambangkan pulau-pulau dengan berbagai skala yang merupakan bentuk negara Indonesia. PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju merupakan satu dari tujuh unit pengolahan yang dimiliki oleh PT. Pertamina (Persero) dengan daerah operasi meliputi Kilang Musi Plaju yang terletak di kotamadya Palembang dan Kilang Sungai Gerong yang berada di Kabupaten Musi Banyu Asin serta Terminal Pulau

4

Sambu dan Tanjung Uban. PT. Pertamina (Persero) RU III memiliki dermaga Plaju dan dermaga Sungai Gerong sebagai transportasi bahan baku dan produk. Kilang minyak Plaju didirikan oleh Shell sebuah perusahaan asing milik Belanda pada tahun 1903, yang mengolah minyak mentah dari Prabumulih dan juga mengolah minyak mentah dari Jambi di tahun 1923. Pada tahun 1965 pemerintah Indonesia mengambil alih kilang Plaju dari PT. Shell Indonesia. Kilang Plaju mempunyai kapasitas produksi 110 MBCD (Million Barrel Calender Day). Kilang Sungai Gerong didirikan oleh Stanvac sebuah perusahaan minyak asing milik Amerika Serikat pada tahun 1922. Kilang yang berkapasitas produk 70 MBCD ini kemudian dibeli PT. Pertamina (Persero) pada tahun 1970, sekarang kapasitasnya tinggal 25 MBCD sesuai dengan unit yang masih ada. Pada tahun 1973, kedua kilang ini mengalami proses integrasi, kedua kilang ini disebut dengan Kilang Musi. Kilang ini di bawah pengawasan PT. Pertamina (Persero) RU III dan bertanggung jawab dalam pengadaan BBM untuk wilayah Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Lampung. Sebagian besar peralatan di Kilang Plaju menggunakan teknologi lama sehingga sudah tidak begitu efisien lagi. Normalnya umur pabrik ini adalah 20 tahun dan sampai sekarang ini pabrik tersebut sudah beroperasi melebihi umurnya. Berdasarkan pertimbangan tersebut direncanakanlah pembuatan kilang minyak baru yang disebut Proyek Kilang Musi (PKM). Sesuai dengan kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Inpres Nomor 12 dan 13 tahun 1983 tentang penjadwalan kembali PKM, maka pelaksanaan PKM dilakukan secara bertahap. PKM tahap 1 dijalankan tahun 1982 dengan menitikberatkan pada konservasi energi dengan tujuan untuk meningkat efisiensi unit-unit proses. Hal ini diwujudkan dengan melakukan revamping (penambahan alat) dan pembangunan unit baru. Upaya yang telah dilakukan pada PKM tahap I adalah sebagai berikut: 1. Revamping dapur dan beberapa peralatan CD Plaju untuk menurunkan pemakaian bahan bakar. 2. Revamping FCCU dan unit Light End Sungai Gerong.

5

3. Pembangunan destilasi bertekanan hampa bernama New Vacuum Distilation Unit (NVDU) di Sungai Gerong dengan kapasitas produksi 48 MBCD Long Residue. 4. Mengganti koil pemanas tangki. 5. Melengkapi fasilitas transfer produk antara kilang Plaju dan Sungai Gerong. Dengan upaya tersebut, pemakaian refinery fuel menurun menjadi lebih efisien. Proyek kilang Musi Tahap I telah selesai bulan September 1986. Tahap II dari PKM dijalankan pada tahun 1991 dengan melakukan pembaruan diantaranya : 1. Peningkatan kapasitas produksi-produksi Kilang Polypropylene menjadi 45.000 ton/tahun. 2. Revamping RFCCU dan Unit Alkilasi. 3. Redesign siklon FCCU Sungai Gerong. 4. Modifikasi unit redistiller I/II Plaju. 5. Pemanasan Gas Turbin Generator Complex (GTCC) dan perubahan frekuensi listrik dari 60 Hz ke 50 Hz. 6. Pembangunan Water Treatment Unit (WTU) dan Sulphur Acid Recovery Unit

Secara umum, sejarah PT. Pertamina (Persero) RU III dan perubahanperubahan yang terjadi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.1 Sejarah PT. Pertamina (Persero) RU III Tahun

Sejarah dan Perkembangan

1903

Pembangunan kilang minyak di Plaju oleh Shell (Belanda)

1920

Kilang Sungai Gerong dibangun oleh Stanvac (AS)

1965

Kilang Plaju/Shell dengan kapasitas 110 MBCD dibeli oleh negara/ Pertamina

1970

Kilang Sungai Gerong/Stanvac dibeli oleh negara/Pertamina

1972

Pembangunan Asphalt Blowing Plant kapasitas 45.000 ton/tahun

1973

Pendirian kilang Polypropylene untuk memproduksi pellet Polytam dengan kapasitas 20.000 ton/tahun

6

Tahun

Sejarah dan Perkembangan

1982

Pendirian Plaju Aromatic Center (PAC) dan Proyek Kilang Musi I (PKM I) yang berkapasitas 98 MBCD

1982

Pembangunan High Vacuum Unit (HVU) Sungai Gerong dan Revamping CDU (konservasi energi)

1984

Proyek pembangunan kilang TA/PTA dengan kapasitas produksi 150.000 ton/tahun

1986

Kilang PTA mulai beroperasi dengan kapasitas 150.000 ton/tahun

1987

Proyek Pengembangan Konservasi Energi/Energy Conservation Industry (ECI)

1988

Proyek Usaha Peningkatan Efisiensi dan Produksi Kilang (UPEK)

1990

Debottlenecking kapasitas kilang PTA menjadi 225.000 ton/tahun

1994

PKM II: Pembangunan unit Polypropylene baru dengan kapasitas 45.200 ton/tahun, revamping RFCCU - Sungai Gerong dan unit alkilasi, Redesign siklon RFCCU-Sungai Gerong, modifikasi unit redistilling I/II Plaju, pemasangan Gas Turbine Generator Complex (GTGC) dan perubahan frekuensi listrik dari 60 Hz ke 50 Hz, dan pembangunan Water Treatment Unit (WTU) dan Shulpuric Acid Recovery Unit (SAU)

2002

Pembangunan jembatan integrasi kilang Musi

2003

Peresmian jembatan integrasi kilang Musi

2006

Pembangunan unit proses musicool

2008

Peresmian produk musicool

2010

Pembangunan unit Waste Heat Recovery Unit (WHRU)

2011

Peresmian unit WHRU

Sumber: Pedoman BPST Angkatan XIV. Penerbit Pertamina, Palembang, 2018

Tugas pokok PT. Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong sesuai dengan UU No. 8 tahun 1971 yaitu menyediakan bahan baku bagi perkembangan dan pertumbuhan industri dalam negeri, karena itu kegiatan PT. Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong hanya mengolah bahan bakar minyak (BBM) dan non BBM.

7

1.2 Lokasi dan Tata Letak Pabrik PT. Pertamina (Persero) RU III berada di Plaju, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. Kilang Pertamina RU III terbagi menjadi 2 lokasi, yaitu di Plaju dan Sungai Gerong. Kilang Plaju terletak di Kotamadya Palembang, sedangkan Kilang Sungai Gerong terletak di Kabupaten Banyuasin. Kedua kilang ini dipisahkan oleh Sungai Komering yang merupakan anak Sungai Musi. Sejak tahun 2002 telah dibuat jembatan yang menghubungkan kedua kilang. PT. Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong menempati lokasi seluas 921 ha (di luar terminal Pulau Sambu dan Tanjung Uban).

Gambar 1.3 Denah PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong Sumber: Google Maps PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong Palembang, 2018

Sebagai dasar pemilihan lokasi kilang minyak adalah: 1. Dekat dengan sumber minyak mentah sebagai bahan baku utamanya. 2. Dekat dengan pasar yang dituju. 3. Tersedianya cadangan air yang cukup sebab kilang minyak memerlukan air dengan jumlah yang cukup besar. 4. Dekat dengan prasarana umum yang ada, seperti jaringan transportasi, jaringan listrik dan jaringan telekomunisasi. 5. Tersedianya areal tanah yang luas untuk kemungkinan perluasan.

8

Lokasi PT. Pertamina RU III memberikan beberapa keuntungan, antara lain: 1. Proses transportasi bahan baku dan produk dapat melalui Sungai Musi dan Komering. 2. Sumber bahan baku relatif dekat, yaitu berasal dari daerah Sumatera terutama Sumatera bagian selatan. 3. Sumber air pendingin dapat diambil dari Sungai Komering. 4. Air hasil proses di kilang dapat dibuang di Sungai Komering dan Sungai Musi.

Kompleks PT. Pertamina RU III Plaju selain terdiri atas kilang dan areal perkantoran juga memiliki rumah dinas pegawai (RDP) dan sarana olahraga. Data luas wilayah PT. Pertamina RU III Plaju dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Data Luas Wilayah PT. Pertamina RU III No.

Tempat

Luas (ha)

1.

Area perkantoran dan kilang Plaju

229,60

2.

Area kilang Sungai Gerong

153,90

3.

Pusdiklat fire & safety

34,95

4.

RDP dan Lap. Golf Bagus Kuning

51,40

5.

RDP Kenten

21,20

6.

Lap. Golf Kenten

80,60

7.

RDP Plaju, Sungai Gerong dan 3 ilir

349,37

Total

921,02

Sumber: Pedoman BPST Angkatan XIV, Penerbit Pertamina, Palembang 2018

1.2.1 Kilang Unit Operasi Plaju Kilang Unit Operasi Plaju terletak di selatan Sungai Musi dan barat Sungai Komering. Berdasarkan tata letak, Kilang Unit Operasi Plaju terdiri dari unit-unit: 1. Kilang Petrokimia Kilang Petrokimia yang terdapat di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III ini yakni unit kilang Polypropylene.

9

2. Pengilangan Utara Unit-unit yang terdapat di pengilangan utara adalah: Crude Destiller II, Crude Destiller III dan Crude Destiller IV. 3. Pengilangan Tengah Unit-unit yang terdapat pada pengilangan tengah adalah: Crude Destiller V, Stabilizer C/A/B dan Straight Run Motor Gas Compressor (SRMGC). 4. Pengilangan Selatan (Gas Plant) Unit-unit yang terdapat pada pengilangan selatan adalah: Butane Butylene Motor Gas Compressor (BBMGC), Butane Butylene Distiller, Butane Butylene Treating, Polymerisasi, Alkilasi, Storage, dan Blending Musicool.

1.2.2 Kilang Unit Operasi Sungai Gerong Kilang Unit Operasi Sungai Gerong terletak di persimpangan Sungai Musi dan Sungai Komering. Kilang Minyak Sungai Gerong terdiri dari unit-unit Crude Distiller VI, High Vacuum Unit II, Riser Fluid Catalytic Cracking Unit, Stabilizer III, Caustic Treater Unit, dan Merichem Unit.

1.3 Jenis Produk yang di Hasilkan Produk yang dihasilkan oleh PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju dibagi menjadi 5 jenis, yaitu produk bahan bakar minyak (BBM), produk non bahan bakar minyak, produk petrokimia, produk bahan baku khusus, dan produk lainnya.

1.3.1 Produk Bahan Bakar Minyak (BBM) Produk BBM ini terdiri dari, yaitu: 1. Mogas (motor gasoline) Bahan bakar motor yang dihasilkan adalah bahan bakar dengan angka oktan 88 (premium) yang didapat dari hasil pencampuran antara bahan bakar beroktan tinggi dari unit RFCCU dan bahan bakar beroktan rendah dari unit CD. 2. Avtur Avtur adalah bahan bakar untuk pesawat turbin. Avtur dihasilkan dari unit gas plant.

10

3. Avgas Avgas adalah bahan bakar untuk pesawat baling-baling. Kilang Pertamina RU III adalah satu-satunya di Asia yang memproduksi avgas. Di seluruh dunia, hanya 3 negara yang memproduksi avgas, yaitu Italia, Indonesia dan Australia. Hal tersebut karena sedikitnya permintaan avgas seiring dengan penggunaan pesawat baling-baling yang semakin tidak populer. Contoh penggunaan avgas di Indonesia adalah sebagai bahan bakar pesawat Hercules. Avgas dihasilkan dari unit gas plant. 4. Kerosene Kerosene atau minyak tanah adalah salah satu bahan bakar yang biasanya digunakan untuk keperluan rumah tangga. Saat ini, produksi minyak tanah sudah tidak terlalu banyak lagi, mengingat adanya program pemerintah yaitu konversi minyak tanah menjadi gas. Kerosene dihasilkan dari unit crude distiller. 5. Solar Solar adalah bahan bakar untuk mesin diesel. Pada unit CD, solar berada pada tingkatan yang sama dengan kerosene. Seperti telah disebutkan sebelumnya, karena menurunnya produksi kerosene, sehingga produksi solar meningkat jika dibandingkan sebelumnya. Solar dihasilkan dari unit crude distiller. 6. Industrial Diesel Oil Industrial diesel oil (IDO) adalah bahan bakar untuk mesin diesel. Hal yang membedakan IDO dan solar adalah dari segi kualitas dan harganya. Kualitas dari IDO ini berada di bawah solar, sehingga harga jual dari IDO ini pun lebih murah ketimbang solar. IDO biasanya digunakan untuk pabrik – pabrik yang menggunakan solar sebagai bahan bakarnya. 7. Industrial Fuel Oil (Minyak Bakar Industri) Industrial fuel oil (IFO) adalah bahan bakar untuk mesin bensin. Hal yang membedakan IDO dan bensin adalah dari segi kualitas dan harganya. Kualitas dari IDO ini berada di bawah bensin, sehingga harga jual dari IDO ini pun lebih murah ketimbang bensin. IDO biasanya digunakan untuk pabrik – pabrik yang menggunakan bensin sebagai bahan bakarnya.

11

1.3.2 Produk Non Bahan Bakar Minyak (BBM) Produk-produk non-BBM yang dihasilkan oleh kilang Pertamina RU III Plaju adalah: 1. LPG (Liquified Petroleum Gas) LPG adalah bahan bakar gas yang biasanya digunakan untuk skala rumah tangga. LPG menjadi semakin popular semenjak adanya program konversi minyak tanah ke LPG. LPG dihasilkan dari campuran antara propana dari unit polypropylene dan buthane dari unit RFCCU. 2. LNG (Liquified Natural Gas) Gas alam cair adalah gas alam yang telah diproses untuk menghilangkan ketidakmurnian dan hidrokarbon berat, kemudian dikondensasi menjadi cairan pada keadaan tekanan atmosfer dan mendinginkannya pada temperature -160 o

C. LNG ditransportasikan menggunakan kendaraan yang dirancang khusus

dan ditaruh dalam tangki yang juga dirancang khusus. LNG memiliki isi sekitar 1/640 dari gas alam pada suhu dan tekanan standar, membuatnya lebih hemat untuk ditransportasikan jarak jauh di mana jalur pipa tidak ada. 3. Petrasol-1/Minalsol-2 Minasol-2 merupakan bahan kimia pelarut sejenis naptha ringan, berbentuk liquid, berwarna kuning, stabil, dan tidak korosif. Minasol-2 juga merupakan salah satu hasil produksi PT. Pertamina (Persero) RU-III Plaju dengan trayek didih antara 40 oC-115 oC. Minasol-2 digunakan sebagai: bahan pelarut untuk industry thinner, cat, dan varnish, bahan kimia penunjang farmasi, pembersih logam dan industri cleaning. Sedangkan petrasol-1 merupakan hidrokarbon yang biasa digunakan sebagai diluents untuk cat, lacquers, dan varnish. Produk ini juga digunakan sebagai pelarut pada industri tinta cetak.

1.3.3 Produk Petrokimia Produk petrokimia terdiri dari Polytam (Polypropylene Pertamina) yang digunakan sebagai bahan baku pembuat plastik rumah tangga. Polypropylene yang dihasilkan PT. Pertamina (Persero) RU-III terbagi atas empat jenis grade, yaitu:

12

1. Film grade (PF) Film grade digunakan sebagai bahan baku plastic pembungkus makanan, pakaian, dan lain-lain. 2. Yarn grade (PY) Yarn grade digunakan sebagai bahan baku plastic filament, seperti tali, jarring, karpet, tekstil, dan lain-lain. 3. Injection molding grade Injection molding grade digunakan sebagai bahan baku plastic untuk peralatan rumah tangga, parts dari mesin, dan lain-lain. 4. Non-standard grade Non-standard grade merupakan plastik yang tidak memenuhi spesifikasi standar yang ditentukan. 1.3.4 Produk Bahan Baku Khusus Kilang Pertamina RU III Plaju juga menghasilkan produk – produk khusus, seperti: 1. Musicool Musicool adalah refrigeran ramah lingkungan yang dihasilkan oleh Kilang Pertamina RU-III Plaju. Musicool memiliki kandungan prophane mencapai 98%. Musicool dipakai sebagai pengganti chlorofluorocarbon (CFC) yang penggunaannya sudah dilarang karena dapat merusak lingkungan. Selain ramah lingkungan, penggunaan musicool lebih irit karena hanya memerlukan 30% untuk kebutuhan pendingin yang sama. Musicool dihasilkan dari unit alkylasi pada unit gas plant. 2.

SBPX dan LAWS SBPX dan LAWS adalah produk solvent yang banyak digunakan sebagai pelarut industri kimia, seperti industri cat. SBPX adalah produk dari unit stabilizer C/A/B, sedangkan LAWS adalah produk dari unit gas plant.

3.

Racing fuel Racing fuel adalah bahan bakar yang masih dikembangkan oleh Pertamina. Racing fuel akan digunakan sebagai bahan bakar mobil balap. Harga jual dari produk ini sangat tinggi, dapat mencapai Rp. 75.000/liter. Racing fuel adalah hasil blending antara produk polimer beroktan tinggi dari unit polimerisasi di

13

gas plant dan catalytic naphta dari unit RFCCU. Angka oktan racing fuel ini dapat mencapai 100.

1.3.5 Produk Lain-Lain 1. Medium Naphta Naptha adalah pemurnian yang berasal dari minyak mentah atau gas alam dengan titik didih kira-kira berada di antara 27oC dan 221oC. Bila dicampur dengan bahan lain akan menjadi motor gasoline atau jet fuel dengan mutu yang lebih tinggi. Juga digunakan sebagai bahan baku untuk gas kota, atau membuat berbagai jenis produk kimia atau digunakan sebagai bahan pelarut, tergantung

pada

sifat

dari

turunan

naptha

dan permintaan berjenis-

jenis industri. 2. Low Sulphuric Waxes Residue (LSWR) Low Sulphuric Waxes Residue digunakan sebagai bahan setengah jadi untuk keperluan ekspor. 3. Vacuum Residue Vacuum Residue adalah minyak mentah dengan kandugan karbon yang masih tinggi yang tidak terkonversi dalam proses pemvakuman dan akan dijadikan umpan di RFCCU.

1.4 Sistem Pemasaran PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju bergerak di sektor hilir yang mengoperasikan kilang BBM dan petrokimia. Bahan baku crude oil dari Prabumulih, Pendopo, dan Jambi disalurkan melalui pipa-pipa. Sedangkan hasil produksi berupa BBM, non BBM, bahan bakar khusus, dan petrokimia didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan minyak dan gas di wilayah Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Lampung, Pangkal Pinang, Medan, Pontianak, Jakarta dan ekspor. Pemasaran produk PT. Pertamina (Persero) RU III dilakukan oleh Unit Pemasaran dan Pembekalan Dalam Negeri (UPPDN). Pendistribusian produk-produk dilakukan dengan berbagai macam cara antara lain:

14

1. Melalui pipa-pipa untuk keperluan penyaluran ke PT. PUSRI. 2. Melalui kapal-kapal tanker dan tongkang digunakan untuk keperluan transport melalui sungai dan laut untuk Bangka dan Belitung. 3. Mobil-mobil pendistribusi digunakan untuk transportasi ke depot-depot di Kertapati, Lampung, Bengkulu, Lahat, dan Lubuk Linggau.

1.5 Sistem Manajemen Di dalam menata dan mengelola perusahaannya, PT. Pertamina (Persero) RU III memiliki berbagai macam struktur organisasi dan manajemen perusahaan. Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju berbentuk line staff, dipimpin oleh seorang General Manager yang bertanggung jawab langsung kepada Director Refinery Pertamina Pusat di Jakarta.

1.5.1 Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero) RU III Sistem organisasi PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju berdasarkan surat keputusan Direksi Pertamina No. Kpts 007/C0000/99-SO tanggal 13 Januari 1999. PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju dipimpin oleh seorang General Manager yang betanggung jawab langsung kepada Direktur Pengolahan Pertamina Jakarta. Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong dapat dilihat pada Gambar 1.4.

15

Gambar 1.4 Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero) RU III Sumber: Pedoman BPST Angkatan XIV, Penerbit Pertamina, Palembang 2018

General Manager PT. Pertamina (Persero) RU-III langsung membawahi beberapa manager yang memiliki tugas dan fungsi masing-masing, dimana masih terdapat keterikatan diantara tugas-tugas manager tersebut. Adapun bidangbidang yang dipegang manager yang ada di bawah GM RU III antara lain: 1. Engineering and Development Bertugas untuk melakukan pengembangan kilang demi menghasilkan produk yang bernilai jual dengan modifikasi pada proses sehingga dihasilkan kondisi operasi yang lebih efisien dan ekonomis. 2. Reliability Bertugas untuk mengendalikan seluruh kegiatan bagian inspeksi Unit Reliabilitas yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan

16

pengawasan kegiatan evaluasi pemeriksaan, penguji peralatan stationary, memberikan saran/rekomendasi dalam rangka meyakinkan kondisi layak operasi peralatan kilan dan peralatan penunjang lainnya. 3. Refinery Planning and Optimization Bertugas untuk merencanakan pengolahan untuk mencari gross-margin sebesar-besarnya, menyiapkan dan menyajikan perspektif keekonomian kilang, serta mengembangkan perencanaan yang dapat memaksimumkan pendapatan berdasarkan pasar dan kondisi kilang yang ada. 4. Production Bertugas untuk menyelenggarakan (operator) pengolahan minyak mentah (crude) menjadi produk BBM dengan biaya semurah-murahnya. 5. Maintenance Planning and Support Menjaga peralatan kilang yang tersedia dalam jangka waktu tertentu agar proses pengolahan berjalan lancar dan target pengolahan dapat tercapai dengan cara merawat memperbaiki secepat mungkin peralatan operasi. 6. General Affairs and Legal General affairs membidangi public relations yang mencakup external relations, CSR, internal relations and protokoler, serta media relations. Sedangkan fungsi Legal memiliki peran untuk pengamanan aset-aset yang dimiliki kilang, perijinan, pengkajian Undang-Undang, serta menganalisa peraturan. 7. HSE (Health, Safety and Environment) PT. Pertamina (Persero) RU-III melindungi keselamatan, kesehatan, dan lingkungan kerja karyawan–karyawannya melalui unit HSE. Selain itu HSE juga berfungsi sebagai pengelola lingkungan hidup. 8. Procurement Kegiatan utama dari bidang Procurement adalah inventory controlling (pengendalian persediaan), purchasing (pengadaan material), contract officer (kontrak jasa), dan terakhir service and warehousin. 9. Turn Arround Turn Arround (TA) adalah kegiatan pemeliharaan yang berskala besar (extraordinary maintenance activites) yang dilakukan secara berkala (3-4

17

tahun) yang hanya dapat dilaksanakan pada saat unit dalam keadaan stop operasi. 10. OPI (Operational Performance Improvement) OPI diadakan untuk memberi pelatihan untuk meningkatkan performance pekerja serta untuk merubah budaya kerja yang tidak baik, dan menjaga sustainability dari improvement yang sudah terlaksana. 11. Maintenance Execution Maintenance execution berperan melaksanakan program pemeliharaan yang telah

direncanakan

oleh

MPS,

Reliability,

dan

Turn/Around

serta

mengeksekusi maintenance harian.

1.5.2 Process Engineering (PE) Process Engineering (PE) berada di bawah pengawasan langsung Manager Engineering & Development. Process Engineering dikepalai oleh Section Head Process Engineering. Process Engineering di PT. Pertamina (Persero) RU III mmiliki tugas sebagai berikut: 1.

Melakukan studi-studi untuk pengembangan kilang RU III.

2.

Melakukan sourcing bahan-bahan kimia dan katalis-katalis baru.

3.

Bekerja sama dengan bagian operasi dalam menyelesaikan masalah teknis. Masalah teknis yang biasa diselesaikan bukan yang bersifat harian melainkan masalah harian yang bersifat kontinu.

4.

Memeberikan saran kepada bagian operasi untuk melakukan perbaikan atau perubahan agar dapat mencapai kondisi proses yang optimum.

5.

Melakukan modofikasi pada proses sehingga dihasilkan kondisi operasi yang lebih efisien dan ekonomis.

Struktur organisasi di Process Engineering dapat dilihat pada Gambar 1.5.

18 MANAGER, ENGINEERING & DEVELOPMENT

SECTION HEAD PROCESS ENGINEERING

SENIOR SUPERVISOR PRIMARY PROCESS

SENIOR SUPERVISOR

SENIOR SUPERVISOR PROCESS CONTROL

EXPERT ENVIRONMENT

SECONDARY PROCESS

PROCESS ENGINEER CDU

PROCESS ENGINEER POLYPROPYLENE

PROCESS ENGINEER GAS PLANT

PROCESS ENGINEER FCC

EXPERT CDU, OFFSITE, UTL

PROCESS ENGINEER OFFSITE & PRODUCT

PROCESS ENGINEER UTILITIES

EXPERT FCC, GAS PLANT, PP

JUNIOR ENGINEER SECONDARY PROCESS

ASSISTANT ENGINEERING DATA & LIBRARY

DISTRIBUTION

JUNIOR ENGINEER PRIMARY PROCESS

ENGINEERING PROCESS CONTROL & LMI3 DC3

EXPERT SAFETY

Gambar 1.5 Struktur Organisasi di Proses Engineering (PE) Sumber: Pedoman BPST Angkatan XIV. Penerbit Pertamina, Palembang, 2018

1.5.3 Peraturan Kerja Karyawan yang bekerja di PT. Pertamina (Persero) RU III dibagi menjadi dua jenis karyawan, yaitu karyawan shift dan karyawan reguler. Karyawan shift adalah karyawan yang berhubungan langsung dengan pengolahan pada kilang minyak. Karyawan reguler adalah karyawan yang bekerja pada bagian yang tidak berhubungan langsung dengan pengolahan pada kilang minyak. Karyawan shift dibagi menjadi empat kelompok, yaitu kelompok A, B, C dan D. Sistem kerja karyawan shift adalah tiga hari kerja dan satu hari libur. Waktu kerja karyawan

19

shift adalah 8 jam untuk setiap shift dengan pembagian waktu kerja sebagai berikut: 1) Shift pagi : 08.00 – 16.00 2) Shift siang

: 16.00 – 24.00

3) Shift malam

: 24.00 – 08.00

Sedangkan waktu kerja untuk karyawan reguler adalah sebagai berikut: 1) Senin – Kamis

: 07.00 – 16.00 dengan jam istirahat 12.00 – 13.00

2) Jumat

: 07.00 – 16.00 dengan jam istirahat 11.30 – 13.00

3) Sabtu – Minggu: Libur

Related Documents

6bab Ii.docx
December 2019 11
6-bab I Oke Fix.docx
May 2020 41
Tugas Pkn Individu Fixdocx
October 2019 113
Oke Bos.docx
May 2020 19
Oke Fix.docx
December 2019 43
Oke Bos.docx
May 2020 27

More Documents from "Amir Hamzah"