Laporan Akhir Perencanaan Teknis TPA Cigeulis Kabupaten pandeglang
Bab
5
Pendekatan dan metodologi
5.1. Umum Pekerjaan Perencanaan Teknis TPA Cigeulis Kabupaten Pandeglang dilaksanakan menggunakan pendekatan dan metodologi yang ditentukan oleh konsultan berdasarkan teori dari kajian literatur, sehingga dapat terpenuhi tujuan dan sasaran yang dimaksud dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Kegiatan ini dilakukan oleh konsultan sebagai salah satu upaya peningkatan pengelolaan sampah, melalui peningkatan kinerja (operasional dan perawatan) TPA Sampah yang sudah beroperasi di Kabupaten Pandeglang, sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya air dan lingkungan di lokasi kegiatan. Selain itu, Kegiatan Perencanaan Teknis TPA Cigeulis Kabupaten Pandeglang dilakukan untuk pembenahan
TPA
Sampah
sehingga
operasional
TPA
dapat
diterapkan
secara
komprehensif, efisien, efektif, ramah lingkungan serta dapat berkelanjutan. 5.2. Pendekatan dan Penanganan Pekerjaan Memenuhi tuntutan pelaksanaan pekerjaan seperti yang tercantum di dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), maka konsultan membuat suatu pendekatan secara teoritis terutama yang berkenaan dengan metode dan pola pikir yang dapat dijadikan dasar dalam kegiatan Perencanaan Teknis TPA Cigeulis Kabupaten Pandeglang. Pendekatan pekerjaan yang digunakan adalah pendekatan sebagai berikut: A. Pendekatan teknis Pekerjaan Perencanaan Teknis TPA Cigeulis Kabupaten Pandeglang dilakukan dengan pendekatan secara teknis, dimana perencanaan dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah teknis (norma, standar, pedoman dan manual) yang relevan, sehingga diharapkan dapat tercapai desain yang konsisten dengan kaidah yang berlaku. B. Pendekatan koordinatif Pendekatan koordinatif dalam pelaksanaan pekerjaan Perencanaan Teknis TPA Cigeulis Kabupaten Pandeglang ini merupakan koordinasi yang dilakukan dengan berbagai instansi terkait dan semua pihak terkait untuk pengumpulan data, informasi dan studiPT MITRA HIJAU INDONESIA
V-1
Laporan Akhir Perencanaan Teknis TPA Cigeulis Kabupaten pandeglang studi terdahulu yang menunjang pelaksanaan pekerjaan, sehingga diperoleh data yang komprehensif dan akurat sesuai kondisi di lapangan. Beberapa instansi terkait yang rencananya dilibatkan dalam pendekatan koordinatif pekerjaan ini adalah: Satuan Kerja (Satker) Pengembangan Sistem Penyehatan Lingkungan Permukiman (PSPLP) Propinsi Banten; Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang; Dinas Cipta Karya Penataan Ruang dan Kebersihan Kabupaten Pandeglang; Bappeda Kabupaten Pandeglang Semua pihak yang terlibat dalam pengumpulan terkait dengan rencana kegiatan ini. 5.3. Metodologi Saat akan melaksanakan pekerjaan maka disusun kerangka pekerjaan yang akan menjelaskan pertautan antara komponen pekerjaan. Disusun alur-alur pemikiran yang logis sehingga dapat membuahkan kesimpulan. Jadi kerangka pekerjaan menjelaskan sintesa tentang hubungan antara variabel yang disusun dari berbagai data dan selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antara variabel penelitian dan dapat menghasilkan suatu kesimpulan. Metode pendekatan ini disusun sedemikian rupa sehingga masing-masing tahapan kegiatan berjalan secara sistematis dan saling berkaitan. 5.3.1. Pengumpulan Data Sekunder dan Primer
A. Data Sekunder Pengambilan data sekunder dilakukan melalui kegiatan survei instansi yang tediri dari Dinas Cipta Karya Penataan Ruang dan Kebersihan, Bapedalda, Bappeda, Badan Pusat Statistik, Dinas Pekerjaan Umum, dan Badan Meteorologi dan Geofisika. Data-data sekunder nantinya akan dikompilasi dan disusun baik dalam bentuk tabulasi ataupun deskripsi yang dapat mendukung gambaran kondisi TPA Cigeulis
B. Data Primer Pengambilan data primer dilakukan pada kegiatan survei lapangan, pengukuran langsung dan pengambilan sampel. Misalnya pengukuran topografi, kualitas tanah, dan geolistrik. 5.3.1.1. Data TPA a. Pengukuran Topografi Dilakukan pengukuran topografi (interval 0,5 m) pada lokasi TPA Cigeulis. Hasil pengukuran kemudian dikembangkan pada peta topografi dengan konturkontur ketinggian tanah, sampah dan fasilitas yang ada saat ini. PT MITRA HIJAU INDONESIA
V-2
Laporan Akhir Perencanaan Teknis TPA Cigeulis Kabupaten pandeglang b. Data Mekanika Tanah Penyelidikan tanah di lokasi TPA Cigeulis dilakukan melalui tes sondir, boring dan perkolasi pada posisi yang telah ditentukan untuk mendapatkan data teknis tanah guna perencanaan tempat penimbunan sampah.
Uji Boring: Boring-dangkal dilaksanakan secara manual dengan mata bor Iwan. Pengambilan contoh tanah undisturbed dari lapis permukaan dilakukan secara open drive sampling, dengan tabung tipis Ø 73 mm – 50 cm.
Uji Sondir: Sondir-ringan dioperasikan secara manual dengan menggunakan penetrometer tipe Gouda yang berkapasitas tekan 2,5 ton dengan pengangkeran 4 ulir Ø 20 cm – 1 m. Untuk mengukur tahanan konus qc dan hambatan lekat fs dipakai bikonus Begeman yang mempunyai luas penampang 10 cm2 dan luas selubung 110 cm2. Kecepatan penetrasi sondir diatur ± 2 cm/detik, dan pembacaan qc dan fs setiap interval 20 cm. Apabila pada beberapa titik yang telah ditentukan, tes sondir sulit dilakukan karena terkendala adanya lapisan sirtu atau tanah yang berbatu, maka sebagai pengganti sondir dilakukan uji penetrasi dengan DCP (Dynamic Cone Penetration) yang tidak memerlukan pengangkeran. DCP yang dipakai adalah standar, hammer 8 kg jatuh bebas 575 mm pada konus dengan sudut apex 60 dan diameter 20 mm. c. Data Geolistrik Tahapan dalam melakukan penelitian ini, secara garis besar meliputi tahap persiapan, observasi lapangan, pelaksanaan penelitian, pengolahan data lapangan dengan software Res2Dinv, Interpretasi data hasil pengolahan dari output software Res2Dinv, kemudian tahapan terakhir yaitu kesimpulan hasil interpretasi software Res2Dinv untuk memperoleh lapisan akuifer dangkal. d. Data Sampling Sampah Sampling sampah dan analisis sampah dilakukan di TPA dan di laboratorium. Kegiatan analisis sampel sampah dengan parameter-parameter: 1. Timbulan sampah akan dilakukan di TPA 2. Densitas sampah akan dilakukan di TPA 3. Komposisi sampah akan dilakukan di TPA
PT MITRA HIJAU INDONESIA
V-3
Laporan Akhir Perencanaan Teknis TPA Cigeulis Kabupaten pandeglang Sampling sampah di TPA Bangkonol dilakukan pada pagi hari hingga sore hari selama 8 hari berturut-turut. Peralatan dan perlengkapan yang diperlukan untuk kegiatan sampling sampah dan analisis sampah terdiri atas:
Alat pengambil contoh adalah karung plastik berkapasitas 50 kg
Alat pengukur volume contoh berupa kotak berukuran 100 cm x 100 cm x 100 cm
Timbangan 0 - 2 kg dan timbangan 0 – 25 kg
Alat pemindah (seperti sekop dan nampan), garu
Sarung tangan
Masker
Clip board untuk mencatat hasil pengukuran lapangan
Densitas dan komposisi sampah:
Sampah diambil sebanyak 100 kg dengan menggunakan karung plastik.
Alat pengukur volume sampel ditimbang,
Sampah dituang ke dalam alat pengukur volume sampel, dihentakkan 3 kali dengan mengangkat sampah setinggi 20 cm lalu dijatuhkan ke tanah,
Volume sampah diukur dan dicatat, demikian pula dengan berat sampah,
Dilakukan pemilahan sampel sampah diatas berdasarkan komposisi atau jenis-jenis sampah yang ada (dibedakan menjadi sampah organik, plastik, kertas, logam selain besi/aluminium, kain, kayu dan Bahan Beracun Berbahaya/B3).
Berat masing-masing jenis sampah tersebut ditimbang dan dicatat, kemudian dihitung komposisi sampah (dalam %) untuk masing-masing jenis sampah yang ada.
Densitas diukur sebagai rasio berat sampah terhadap volume sampah yang telah memadat/turun. Sedangkan timbulan sampah diukur berdasarkan berat sampel sampah yang dikumpulkan oleh satu rumah atau satu kepala keluarga tangga dalam 24 jam aktivitas rumah tangga. Timbulan sampah dinyatakan dalam kg per orang per hari atau Liter per orang per hari.
Khusus mengenai hasil sampling dan analisis sampah, selanjutnya dilakukan analisis mengenai teknologi pengolahan yang tepat dan sesuai untuk karakteristik sampah tersebut. e. Lingkungan TPA Pengamatan langsung dilakukan terhadap lingkungan TPA yang ada, mulai dari flora dan fauna yang ada di lingkungan TPA serta keberadaan penduduk di sekitar TPA PT MITRA HIJAU INDONESIA
V-4
Laporan Akhir Perencanaan Teknis TPA Cigeulis Kabupaten pandeglang Cigeulis. Dilakukan survei secara random (1 – 3%) terhadap penduduk sekitar TPA untuk mengetahui keadaan penduduk baik sosial ekonomi dan dampak keberadaan TPA Cigeulis. Hasilnya akan dibuat tabulasi yang nantinya akan diolah untuk mendukung perencanaan ini. f. Proyeksi Timbulan Sampah TPA Cigeulis Proyeksi timbulan sampah dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain: 1.
Proyeksi penduduk
2.
Angka timbulan sampah di Kabupaten Pandeglang saat ini
3.
Tingkat pelayanan saat ini
4.
Proyeksi tingkat pelayanan
5.
Pengolahan sampah sebelum Pemrosesan ke TPA.
Dalam rangka pemenuhan target Gerakan Akses Universal Sanitasi 100-0-100 pada akhir tahun 2019, maka angka pelayanan diusahakan mendekati target pencapaian walaupun pertimbangan seperti kondisi wilayah dan sosial ekonomi masyarakat harus diperhatikan. Metode 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) dapat menjadi pilihan untuk mengurangi jumlah timbulan sampah sekaligus pemenuhan target pelayanan. g. Analisa TPA Dari data-data primer dan pengamatan dibuat suatu analisis secara fisik terhadap sarana/prasarana dan lingkungan TPA. Analisis akan dilakukan terhadap: 1.
Analisa sumber, karakteristik dan komposisi sampah
2.
Analisa sistem pengolahan sampah di TPA
3.
Kondisi lingkungan TPA
4.
Analisa sarana dan prasarana TPA Pada parameter tertentu dilakukan analisis laboratorium, seperti sampling sampah, kadar abu, dan lindi. Dari hasil pengamatan dan analisa akan didapatkan permasalahan-permasalahan di TPA
h. Skenario Rehabilitasi TPA Skenario rehabilitasi TPA disusun secara bertahap dengan mempertimbangkan:
Luas lahan yang tersedia
Kondisi eksisting TPA
Bentuk rehabilitasi yang dibutuhkan
PT MITRA HIJAU INDONESIA
V-5
Laporan Akhir Perencanaan Teknis TPA Cigeulis Kabupaten pandeglang
Konsep TPA yang memenuhi persyaratan dan sesuai dengan kondisi dan permasalahan TPA Cigeulis di Kabupaten Pandeglang.
i. Perencanaan Teknis TPA Cigeulis Tata cara penyusunan DED TPA Sampah memuat pengertian, ketentuan-ketentuan dan cara pengerjaan dalam melaksanakan pekerjaan perencanaan pembuangan akhir sampah, meliputi: 1.
Menghitung timbulan sampah yang akan dibuang ke TPA.
2.
Merencanakan luas kebutuhan lahan TPA berdasarkan jumlah sampah yang masuk ke TPA, minimal untuk masa pakai 5 - 10 tahun.
3.
Merencanakan sarana/ prasarana TPA yang dibutuhkan berdasarkan kelayakan teknis, ekonomis dan lingkungan, meliputi : Fasilitas umum (jalan masuk, pos jaga, saluran drainase, pagar, listrik, alat komunikasi) Fasilitas perlindungan lingkungan (lapisan dasar kedap air, pengumpul lindi, pengolahan lindi, ventilasi gas dan sumur uji) Fasilitas penunjang (air bersih, jembatan timbang dan bengkel). Fasilitas operasional (buldozer, escavator, wheel/track loader, dump truck pengangkut tanah).
4.
Memperkirakan timbulan lindi
5.
Merencanakan tahapan konstruksi TPA sampai dengan tahap air
6.
Merencanakan pengoperasian TPA sampah Rencana pembuatan sel harian Rencana penyediaan tahap penutup Rencana operasi penimbunan/pemadatan sampah
Rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan sesuai peraturan yang berlaku. 5.4. Ketentuan-Ketentuan 5.4.1. Ketentuan Umum Ketentuan ketentuan umum dalam mendesaian Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) adalah sebagai berikut : 1)
Pemilihan lokasi TPA sampah perkotaan harus sesuai dengan ketentuan yang ada (SNI 03-3241-1994 tentang tata cara pemilihan lokasi TPA).
2)
Perencanaan TPA sampah perkotaan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: Rencana pengembangan kota dan daerah, tata guna lahan serta rencana pemanfaatan lahan bekas TPA. PT MITRA HIJAU INDONESIA
V-6
Laporan Akhir Perencanaan Teknis TPA Cigeulis Kabupaten pandeglang Kemampuan ekonomi Pemerintah Daerah setempat dan masyarakat, untuk menentukan teknologi sarana dan prasarana TPA yang layak secara ekonomis, teknis dan lingkungan. Kondisi fisik dan geologi seperti topografi, jenis tanah, kelulusan tanah, kedalaman air tanah, kondisi badan air sekitarnya, pengaruh pasang surut, angin, iklim, curah hujan, untuk menentukan metode pembuangan akhir sampah. Rencana pengembangan jaringan jalan yang ada, untuk menentukan rencana jalan masuk TPA. Rencana TPA di daerah lereng agar memperhitungkan masalah kemungkinan terjadinya longsor. 3)
Tersedianya biaya operasi dan pemeliharaan TPA.
4)
Sampah yang dibuang ke TPA harus telah melalui pengurangan volume sampah (program 3M) sedekat mungkin dari sumbernya.
5)
Sampah yang dibuang di lokasi TPA adalah hanya sampah perkotaan tidak dari industri, rumah sakit yang mengandung B3. Kota-kota yang sulit mendapatkan lahan TPA di wilayahnya, perlu melaksanakan
model TPA regional serta perlu adanya institusi pengelola kebersihan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan TPA tersebut secara memadai. 5.4.2. Ketentuan Teknis Ketentuan ketentuan teknis dalam mendesaian Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) adalah sebagai berikut : 1)
Metode pembuangan Metode pembuangan akhir sampah pada dasarnya harus memenuhi prinsip teknis berwawasan lingkungan sebagai berikut : Di kota raya dan besar harus direncanakan sesuai metode lahan urug saniter (sanitary landfill) sedangkan kota sedang dan kecil minimal harus direncanakan metode lahan urug terkendali (controlled landfill). Harus ada pengendalian lindi, yang terbentuk dari proses dekomposisi sampah tidak mencemari tanah, air tanah maupun badan air yang ada. Harus ada pengendalian gas dan bau hasil dekomposisi sampah, agar tidak mencemari udara, menyebabkan kebakaran atau bahaya asap dan menyebabkan efek rumah kaca. Harus ada pengendalian vektor penyakit.
2)
Sarana dan prasarana TPA
PT MITRA HIJAU INDONESIA
V-7
Laporan Akhir Perencanaan Teknis TPA Cigeulis Kabupaten pandeglang Sarana dan prasarana TPA yang dapat mendukung prinsip tersebut di atas adalah sebagai berikut : Fasilitas umum (jalan masuk, kantor / pos jaga, saluran drainase dan pagar. Fasilitas perlindungan lingkungan (lapisan kedap air, pengumpul lindi, pengolahan lindi, ventilasi gas, daerah penyangga, tanah penutup) Fasilitas penunjang (air bersih, jembatan timbang dan bengkel) Fasilitas operasional (alat besar dan truk pengangkut tanah). 3)
Perencanaan kebutuhan luas lahan dan kapasitas TPA Ditinjau dari daya tampung lokasi yang digunakan untuk TPA sebaiknya dapat menampung pembuangan sampah minimum selama 5 tahun operasi.
Daya
tampung tersebut dipengaruhi oleh metoda lahan urug yang digunakan, kedalaman dasar TPA, ketinggian timbunan, volume sampah yang dibuang, kepadatan sampah dan kemampuan pengurangan volume sampah di sumber. Perhitungan awal kebutuhan lahan TPA per tahun adalah sebagai berikut : L = V x 300 x 0,70 x 1,15 T Dimana : L = luas lahan yang dibutuhkan setiap tahun (m2) V = volume sampah yang telah dipadatkan (m3/hari) V = A x E, dimana A = volume sampah yang akan dibuang E = tingkat pemadatan (kg/m3), rata-rata 600 kg/m3 T = ketinggian timbunan yang direncanakan (m)15 % rasio tanah penutup Kebutuhan luas lahan tanah adalah : H=LxIxJ Dimana H
= luas total lahan (m2) L = luas lahan setahun I = umur lahan (tahun) J = ratio luas lahan total dengan luas lahan efektif 1,2
4)
Rencana tapak Dalam penentuan rencana tapak untuk lahan urug saniter dan lahan urug terkendali, harus diperhatikan beberapa hal :
PT MITRA HIJAU INDONESIA
V-8
Laporan Akhir Perencanaan Teknis TPA Cigeulis Kabupaten pandeglang Pemanfaatan lahan dibuat seoptimal mungkin sehingga tidak ada sisa lahan yang tidak dimanfaatkan. Lokasi TPA harus terlindung dari jalan umum yang melintas TPA. Hal ini dapat dilakukan dengan menempatkan pagar hidup di sekeliling TPA, sekaligus dapat berfungsi sebagai zona penyangga. Penempatan kolam pengolahan lindi dibuat sedemikian rupa sehingga lindi sedapat mungkin mengalir secara gravitasi. Penempatan jalan operasi harus disesuaikan dengan sel/blok penimbunan, sehingga semua tumpukan sampah dapat dijangkau dengan mudah oleh truk dan alat besar. 5)
Perencanaan sarana dan prasarana TPA Fasilitas umum a) Jalan masuk Jalan masuk TPA harus memenuhi kriteria sebagai berikut : (a) Dapat dilalui kendaraan truk sampah dari 2 arah (b) Lebar jalan 8 m, kemiringan permukaan jalan 2 – 3 % kearah saluran drainase, tipe jalan kelas 3 dan mampu menahan beban perlintasan dengan tekanan gandar
10 ton dan kecepatan kendaraan 30 km/jam (sesuai
dengan ketentuan Ditjen Bina Marga) Jalan operasi Jalan operasi yang dibutuhkan dalam pengoperasian TPA terdiri dari 2 jenis, yaitu: (a) Jalan operasi penimbunan sampah, jenis jalan bersifat temporer, setiap saat dapat ditimbun dengan sampah. (b) Jalan penghubung antar fasilitas, yaitu kantor/pos jaga bengkel, tempat parkir, tempat cuci kendaraan. Jenis jalan bersifat permanen. Bangunan penunjang Bangunan penunjang ini adalah sebagai pusat pengendalian kegiatan di TPA baik teknis maupun administrasi, dengan ketentuan sebagai berikut. Luas
bangunan
kantor
tergantung
pada
lahan
yang
tersedia
dengan
mempertimbangkan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan antara lain pencatatan sampah, tampilan rencana tapak dan rencana pengoperasian TPA, tempat cuci kendaraan, kamar mandi/wc, dan gudang. Drainase Drainase TPA berfungsi untuk mengurangi volume air hujan yang jatuh pada area timbunan sampah. Ketentuan teknis drainase TPA ini adalah sebagai berikut :
PT MITRA HIJAU INDONESIA
V-9
Laporan Akhir Perencanaan Teknis TPA Cigeulis Kabupaten pandeglang a) Jenis drainase dapat berupa drainase permanen (jalan utama, disekeliling timbunan terakhir, daerah kantor, gudang, bengkel, tempat cuci) dan drainase sementara (dibuat secara lokal pada zone yang akan dioperasikan). b) Kapasitas saluran dihitung dengan persamaan manning. Q = 1/n.A.R
2/3
.S1/2
Dimana : Q = debit aliran air hujan (m3/det) A = Luas penampang basah saluran (m2) R = jari-jari hidrolis (m) S = kemiringan N = konstanta c) Pengukuran besarnya debit dihitung dengan persamaan sebagai berikut : D = 0,278 C. I.A (m3/det), dimana : D = debit C = angka pengaliran I = intensitas hujan maksimum (mm/jam) A = luas daerah aliran (km2) Pagar Pagar yang berfungsi untuk menjaga keamanan TPA dapat berupa pagar tanaman sehingga sekaligus dapat juga berfungsi sebagai daerah penyangga setebal 5 m. Papan nama Papan nama berisi nama TPA, pengelola, jenis sampah dan waktu kerja. 6) Fasilitas perlindungan lingkungan Pembentukan dasar TPA a)
Lapisan dasar TPA harus kedap air sehingga lindi terhambat meresap kedalam tanah dan tidak mencemari air tanah. Koefisien pemebilitas lapisan dasar TPA harus < dari 10–6 cm/det
b) Pelapisan dasar kedap air dapat dilakukan dengan cara melapisi dasar TPA dengan tanah lempung yang dipadatkan (30 cm x 2) atau geomembrance setebal 5 mm. c)
Dasar TPA harus dilengkapi saluran pipa pengumpul lindi dan kemiringan minimal 2 % kearah saluran pengumpul maupun penampung lindi.
d) Pembentukan dasar TPA harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan urutan zona/blok dengan urutan pertama sedekat mungkin ke kolam pengolahan lindi. PT MITRA HIJAU INDONESIA
V - 10
Laporan Akhir Perencanaan Teknis TPA Cigeulis Kabupaten pandeglang Saluran pengumpul lindi Saluran pengumpul lindi terdiri dari saluran pengumpul sekunder dan primer Kriteria saluran pengumpul sekunder adalah sebagai berikut : a) Dipasang memanjang ditengah blok/zona penimbun b) Saluran pengumpul tersebut menerima aliran dari dasar lahan dengan kemiringan minimal 2 % c) Saluran pengumpul terdiri dari rangkaian pipa PVC Kriteria saluran pengumpul primer : Menggunakan pipa PVC berlubang (untuk pipa ke bak pengumpul lindi tidak berlubang saluran primer dapat dihubungkan dengan hilir saluran sekunder oleh bak kontrol, yang berfungsi pula sebagai ventilasi yang dikombinasikan dengan pengumpul gas vertikal. (1) Syarat pengaliran lindi adalah : Gravitasi Kecepatan pengaliran 0,6 – 3 m/det Kedalaman air dalam saluran / pipa (d/D) maksimal 80 %, dimana d = tinggi air dan D= diameter pipa. (2) Perhitungan disain debit lindi adalah menggunakan model atau dengan perhitungan yang didasarkan atas asumsi-asumsi. Hujan terpusat pada 4 jam sebanyak 90% (Van Breen), sehingga faktor puncak = 5,4. Maksimum hujan yang jatuh 20 – 30% diantaranya menjadi lindi. Dalam 1 bulan, maksimum terjadi 20 hari hujan. Data presipitasi diambil berdasarkan data harian atau tahunan maksimum dalam 5 tahun terakhir. a) Penampung lindi Lindi yang mengalir dari saluran primer pengumpul lindi dapat ditampung pada bak penampung lindi dengan kriteria teknis sebagai berikut : (a)
Bak penampung lindi harus kedap air dan tahan asam
(b)
Ukuran bak penampung disesuaikan dengan kebutuhan.
b) Pengolahan lindi Netralisasi lindi dapat dilakukan dengan cara resirkulasi atau pengolahan secara biologis. Pengolahan secara biologis dilakukan secra bertahap,
PT MITRA HIJAU INDONESIA
V - 11
Laporan Akhir Perencanaan Teknis TPA Cigeulis Kabupaten pandeglang dimulai dari kolam anaerob, fakultatif, maturasi penyaringan biologi
(biofilter) dan penyaringan sendiri (landtreatment). Kriteria teknis pengolahan lindi seperti tertera pada Tabel 5.1. Tabel 5.1. Kriteria teknis pengolahan lindi No.
Kriteria
1.
Fungsi
2.
Kedalaman Penyisihan BOD Waktu Detensi
3. 4.
5.
Anaerobik Menurunkan kadar BOD yang relatif tinggi (>1000 ppm) 2,5 – 5 m
Bahan
Proses Pengolahan Stabilisasi/ Maturasi Fakultatif Mengurangi kadar mikroorganism 1–2m 1m
Biofilter/ landtreatm Menyaring efluen sebelum dibuang ke badan air 2m
50 – 85 %
70 – 80 %
60 – 89 %
50 %
20 – 50 hari
12 – 33 hari
7 – 10 hari
3 – 5 hari
Pasangan Batu
Batu kerikil, ijuk, pasir, tanaman (rumput gajah dan eceng gondok)
Pasangan Batu
Pasangan Batu
Catatan : kapasitas minimal biofilter 5000 m3/Ha/th. 7)
Ventilasi gas Ventilasi gas yang berfungsi untuk mengalirkan dan mengurangi akumulasi tekanan gas mempunyai kriteria teknis : Pipa ventilasi dipasang dari dasar TPA secara bertahap pada setiap lapisan sampah dan dapat dihubungkan dengan pipa pengumpul lindi Pipa ventilasi gas berupa pipa PVC diamter 150 mm ( o lubang maksimum 1,5 cm) dan berlubang yang dikelilingi oleh saluran bronjong berdiameter 400 mm dan diisi batu pecah diameter 50 – 100 mm Ketinggian pipa ventilasi tergantung pada rencana tinggi timbunan (setiap lapisan sampah ditambah 50 cm). Pipa ventilasi pada akhir timbunan harus ditambah dengan pipa besi diameter 150 mm Gas yang keluar dari ujung pipa besi harus dibakar atau dimanfaatkan sebagai energi alternatif. Jarak antara pipa ventilasi gas 50 – 100 mm
PT MITRA HIJAU INDONESIA
V - 12
Laporan Akhir Perencanaan Teknis TPA Cigeulis Kabupaten pandeglang 8)
Penutupan tanah Tanah penutup dibutuhkan untuk mencegah sampah berserakan, bahaya kebakaran, timbulnya bau, berkembang biaknya lalat atau binatang pengerat dan mengurangi timbulan lindi. Jenis tanah penutup adalah tanah yang tidak kedap Periode penutupan tanah harus disesuaikan dengan metode pembuangannya, untuk lahan urug saniter penutupan tanah dilakukan setiap hari, sedangkan untuk lahan urug terkendali penutupan tanah dilakukan secara berkala. Tahapan penutupan tanah untuk lahan urug saniter terdiri dari penutupan tanah harian (setebal 15 – 20 cm), penutupan antara (setebal 30 – 40 cm) dan penutupan tanah akhir (setebal 50 – 100 cm, tergantung rencana peruntukan bekas TPA nantinya). Kemiringan tanah penutup harian harus cukup untuk dapat mengalirkan air hujan keluar dari atas lapisan penutup tersebut. Kemiringan tanah penutup akhir hendaknya mempunyai grading dengan kemiringan tidak lebih dari 30 derajat (perbandingan 1 : 3 ) untuk menghidari terjadinya erosi: a) Diatas tanah penutup akhir harus dilapisi dengan tanah media tanam (top soil/vegetable earth). b) Dalam kondisi sulit mendapatkan tanah penutup, dapat digunakan reruntuhan bangunan, sampah lama atau kompos, debu sapuan jalan, hasil pembersihan saluran sebagai pengganti tanah penutup.
9)
Daerah penyangga/zone penyangga Daerah penyangga dapat berfungsi untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan pembuangan akhir sampah terhadap lingkungan sekitarnya. Daerah penyangga ini dapat berupa jalur hijau atau pagar tanaman disekeliling TPA, dengan ketentuan sebagai berikut :
Jenis tanaman adalah tanaman tinggi dikombinasi dengan tanaman perdu yang mudah tumbuh dan rimbun.
Kerapatan pohon adalah 2 – 5 m untuk tanaman keras.
Lebar jalur hijau minimal.
10) Sumur uji Sumur uji ini berfungsi untuk memantau kemungkinan terjadinya pencemaran lindi terhadap air tanah disekitar TPA dengan ketentuan sebagai berikut :
PT MITRA HIJAU INDONESIA
V - 13
Laporan Akhir Perencanaan Teknis TPA Cigeulis Kabupaten pandeglang Lokasi sumur uji harus terletak pada area pos jaga (sebelum lokasi penimbunan sampah), dilokasi sekitar penimbunan dan pada lokasi setelah penimbunan. Penempatan lokasi harus tidak pada daerah yang akan tertimbun sampah Kedalaman sumur 20 – 25 m dengan luas 1 m2 11) Alat berat Pemilihan alat besar harus mempertimbangkan kegiatan pembuangan akhir seperti pemindahan sampah, peralatan, pemadatan sampah dan penggalian/pemindahan tanah. Bulldozer Landfill compactor Wheel / track loader Excavator 12) Fasilitas penunjang
Jembatan timbang Jembatan timbang berfungsi untuk menghitung berat sampah yang masuk ke TPA dengan ketentuan sebagai berikut: a) Lokasi jembatan timbang harus dekat dengan kantor/pos jaga dan terletak pada jalan masuk TPA. b) Jembatan timbang harus dapat menahan beban min 5 ton c) Lebar jembatan timbang minimal 3,5 m.
Air bersih Fasilitas air bersih akan digunakan terutama untuk kebutuhan kantor, pencucian kendaraan (truck dan alat berat), maupun fasilitas TPA lainnya. Penyediaan air bersih ini dapat dilakukan dengan sumur bor dan pompa.
Bengkel/Hangar Bengkel/garasi/hangar berfungsi untuk menyimpan dan atau memperbaiki kendaraan atau alat besar yang rusak. Luas bangunan yang akan direncanakan harus dapat menampung 3 (tiga) kendaraan.
PT MITRA HIJAU INDONESIA
V - 14