5_6156836671082987633.docx

  • Uploaded by: Viva Musica
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 5_6156836671082987633.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 8,155
  • Pages: 43
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada sistem pernapasan seringkali merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Umumnya, infeksi pada saluran pernapasan lebih sering terjadi dibandingkan dengan infeksi pada sistem organ tubuh lainnya. Infeksi saluran pernapasan dikategorikan menjadi 2 jenis, yaitu infeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA) dan infeksi saluran pernapasan bagian bawah. Infeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA), meliputi faringitis, otitis media, sinusitis, dan epiglotitis akut. Sedangkan infeksi saluran pernapasan bagian bawah, meliputi pneumonia (Gillespie, 2009). Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan istilah yang diadaptasi dari istilah bahasa inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur penting yaitu infeksi, saluran pernafasan, dan akut. Dengan pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. (Depkes, 2004) Penyakit ISPA dapat menyebabkan kematian lebih dari 100.000 balita setiap tahun, atau hampir 300 balita setiap hari, atau 1 balita setiap 5 menit (Gillespie, 2009). Hasil pencatatan dan pelaporan pada tahun 2012, target cakupan penemuan penderita ISPA balita di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 sebesar 80% dan tahun 2013 sebesar 90%. Dari 38 kabupaten/kota yang mencapai target tersebut ditahun 2012 hanya 3 (tiga) kabupaten/kota, yakni Kabupaten Bojonegoro, Kota Pasuruan, dan Kabupaten Gresik (Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2012). Sedangkan, cakupan penemuan penderita ISPA balita di kota Surabaya pada tahun 2012 hanya sebesar 17,88% dan pada tahun 2013 sebesar 20,88%. Sehingga cakupan penemuan penderita ISPA balita di kota Surabaya masih rendah dan masih kurang dari target Provinsi Jawa Timur (Dinkes Kota Surabaya, 2013). Cakupan penemuan pada balita merupakan indikator dari terlaksananya program P2 ISPA dan meningkatnya 1

kualitas petugas puskesmas dalam deteksi dini kasus. Rendahnya capaian target penemuan penderita ISPA tersebut disebabkan karena masih ada petugas puskesmas yang kurang memahami klasifikasi ISPA pada balita atau masih belum optimalnya tata laksana penderita ISPA, dan rendahnya kelengkapan laporan dari puskesmas yang ada di kabupaten/kota (Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2012). Pemerintah telah berperan aktif dalam upaya menekan angka kesakitan dan kematian ISPA lewat program pemberantasan ISPA (P2 ISPA) dan salah satu kebijakan di dalam program P2 ISPA yaitu adanya upaya pengendalian kesakitan dan kematian ISPA pada balita melalui pendekatan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) dilakukan bekerja sama dengan lintas program. Kebijakan didalam program tersebut ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat ISPA. 1.2 Rumusan Masalah 1

Apa definisi dari ISPA?

2

Apa saja klasifikasi dari ISPA?

3

Apa saja anatomi dari ISPA?

4

Apa saja etiologi dari ISPA?

5

Apa saja factor resiko dari ISPA?

6

Bagaimana patofisiologi dari ISPA?

7

Apa saja manifestasi klinik dari ISPA?

8

Apa saja pemeriksaan penunjang dari ISPA?

9

Bagaimana penatalaksanaan dari ISPA?

10 Apa saja komplikasi dari ISPA? 11 Bagaimana pencegahan dari ISPA? 12 Bagaimana peran perawat komunitas pada pasien ISPA? 13 Bagaimana asuhan keperawatan dari ISPA? 1.3 Tujuan 1

Tujuan Umum Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien ISPA

2

2

Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu untuk melakukan pengkajian pada pasien ISPA b. Mahasiswa mampu untuk merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien ISPA c. Mahasiswa mampu untuk membuat rencana keperawatan pada pasien ISPA d. Mahasiswa mampu untuk mengimplementasikan rencana keperawatan yang telah disusun pada pasien ISPA e. Mahasiswa mampu untuk melakukan evaluasi terhadap implementasi yang telah dilakukan terhadap pasien ISPA

3

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Anatomi Fisiologi A. Anatomi

Bagian – bagian dari saluran pernafasan : Saluran Pernafasan bagian atas : 1. Hidung Hidung adalah bengunan berongga yang terbagi oleh sebuah sekat di tengah menjadi rongga hidung kiri dan kanan. Masing–masing rongga di bagian depan berhubungan keluar melalui nares (cuping hidung) anterior dan di belakang berhubungan dengan bagian farings (nasofarings). Masing–masing rongga hidung dibagi menjadi bagian vestibulum, yaitu bagian lebih lebar tepat di belakang nares anterior dan bagian respirasi. 2. Farings 4

Farings dapat dibagi menjadi nasofarings, terletak di bawah dasar tenggorokan, belakang dan atas palatum molle; orofarings, di belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah dan laringofarings, di belakang larings. Tuba Eustaschii bermuara pada nasofarings. Tuba ini berfungsi menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran timpani. Bila tidak sama, telinga terasa sakit. Misalnya naik pesawat terbang. Untuk membuka tuba ini, orang harus menelan. 3. Larings Laring (kotak suara) bukan hanya jalan udara dari farings ke saluran napas lainnya, namun juga menghasilkan besar suara yang dipakai berbicara dan bernyanyi. Larings dutunjang oleh tulang-tulang rawan, diantaranya yang terpenting adalah tulang rawan tiroid, yang khas pada pria, namun kurang jelas pada wanita. Di bawahnya terdapat tulang rawan krikoid, yang berhubungan dengan trakea. 4. Trakea Trakea adalah tabung terbuka berdiameter 2,5 cm dan panjang 10–12 cm, meluas dari laring sampai ke puncak paru, tempat bercabang menjadi bronkus kiri dan kanan. Tetap terbukanya trakea disebabkan tunjangan sederetan tulang rawan (16-20 buah) yang terbentuk tapal kuda, dengan bagian terbuka mengarah ke posterior (esofagus). Trakea dilapis epitel bertingkat dengan silia dan sel goblet. Sel goblet menghasilkan mukus dan silia berfungsi menyapu partikel yang berhasil lolos dari saringan di hidung, ke arah faring untuk kemudian ditelan atau diludahkan atau dibatukkan. Potongan melintang trakea khas berbentuk huruf D. 5. Cabang Tenggorokan Merupakan lanjutan dari trakea ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis ke IV dan ke V. Mempunyai struktur yang sama dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan kebawah dan ke samping ke arah tampuk paru – paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari pada bronkus kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabangcabang, cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus (bronkhioli). Pada bronkhioli tidak terdapat cincin lagi dan pada ujung bronkhioli terdapat gelembung paru, gelambung hawa atau alveoli. Saluran pernafasan bagian bawah : 6. Paru – paru 5

Paru – paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung – gelembung (gelembung hawa+alveoli), gelembung hawa alveoli ini terdiri dari sel – sel epitel dan endotel, jika dibentangkan luar permukaannya (Gibson 1995).

B. Fisiologi Pernafasan/respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskann udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi. Oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernafas dimana oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar, alveoli memisahkan oksigen dari darah, oksigen menembus membran, di ambil oleh sel darah merah di bawa ke jantung dan dari jantung di pompakan ke seluruh tubuh. Di paru-paru karbondioksida merupakan hasil buangan menembus membran alveoli dan kapiler darah di keluarkan melalui pipa bronkus berakhir sampai pada mulut dan hidung. 2.2 Pengertian ISPA Penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit pernafasan terberat dan terbanyak menimbulkan akibat dan kematian (Gouzali, 2011). ISPA merupakan salah satu penyakit pernafasan terberat dimana penderita yang terkena serangan infeksi ini sangat menderita, apa lagi bila udara lembab, dingin atau cuaca terlalu panas. (Saydam, 2011). Berdasarkan pengertian diatas, maka ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang berlangsung selama 14 hari. Saluran nafas yang dimaksud adalah organ mulai dari hidung sampai alveoli paru beserta organ adneksanya seperti sinus, ruang telinga tengah, dan pleura (Habeahan, 2009). Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah infeksi yang terutama mengenai struktur saluran pernafasan di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian atas atau bawah secara stimulasi dan berurutan (Nelsen 2000). Menurut Depkes, (2004) infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan istilah yang diadaptasi dari istilah bahasa inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur penting yaitu infeksi, saluran pernafasan, dan akut. Dengan pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia 6

dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. Dari pengertian – pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah penyakit infeksi yang mengenai saluran pernafasan bagian atas dan bawah yang disebabkan oleh masuknya kuman berupa virus, bakteri, atipikal (atipikal plasma) atau aspirasi substansi asing yang menyerang organ pernafasan. 2.3 Klasifikasi Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002) 



ISPA ringan Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala batuk pilek dan sesak. ISPA sedang ISPA sedang apabila timbul gejala gejala sesak napas, suhu tubuh lebih dari 39 0 C dan bila bernapas mengeluarkan suara seperti mengorok.



ISPA berat Gejala meliputi : kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan gelisah.

2.4 Etiologi ISPA disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut : 1. Bakteri atau virus yang masuk ke saluran nafas. Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia bakteri penyebab ISPA anatara lain Genus Streptococcus, Staphylococcus, Pneumococcus, Hemofilus, golongan

Bordeyella, dan Mexovirus,

Corynebacterium. Virus penyebabnya antara lain

Adenovirus,

Coronavirus,

Pikornavirus,

Mikoplasma,

Herpesvirus, dan lain – lain. 2. Faktor lingkungan rumah Seperti halnya pencemaran udara dalam rumah, ventilasi rumah dan kepadatan hunian rumah. Pencemaran udara dalam rumah yang sangat berpengaruh terhadap kejadian 7

ISPA adalah asap pembakaran yang digunakan untuk memasak. Dalam hal ini misalnya bahan bakar kayu. Selain itu, asap rokok yang ditimbulkan dari salah satu atau lebih anggota yang mempunyai kebiasaan merokok juga menimbulkan resiko terhadap terjadinya ISPA (Depkes RI, 2002). Menurut Notoatmodjo (2007), ventilasi rumah dibedakan menjadi dua yaitu ventilasi alamiah dan ventilasi buatan. Ventilasi alamiah yaitu dimana aliran udara di dalam ruangan tersebut terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, dan lubang-lubang pada dinding. Ventilasi alamiah tidak menguntungkan, karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah. Ventilasi buatan yaitu dengan menggunakan alatalat khusus untuk mengalirkan udara misalnya kipas angin dan mesin penghisap udara. Namun alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan. Ventilasi rumah yang kurang akan lebih memungkinkan timbulnya ISPA pada bayi dan anak balita karena mereka lebih lama berada di rumah sehingga dosis pencemaran tentunya akan lebih tinggi. 2.5 Faktor Resiko Faktor resiko timbulnya ISPA menurut Dharmage (2009) : A. Faktor Demografi Faktor demografi terdiri dari 3 aspek yaitu : 1. Jenis kelamin Bila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan, lakilakilah yang banyak terserang penyakit ISPA karena mayoritas orang laki-laki merupakan perokok dan sering berkendaraan, sehingga mereka sering terkena polusi udara. 2. Usia Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak terserang penyakit ISPA. Hal ini disebabkan karena banyaknmya ibu rumah tangga yang memasak sambil menggendong anaknya. 3. Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam kesehatan, karena lemahnya manajemen kasus oleh petugas kesehatan serta pengetahuan yang kurang di masyarakat akan gejala dan upaya penanggulangannya, sehingga banyak kasus ISPA yang datang kesarana pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan berat karena kurang mengerti bagaimana cara serta pencegahan agar tidak mudah terserang penyakit ISPA. B. Faktor Biologi Faktor biologis terdiri dari 2 aspek yaitu (Notoatmodjo, 2007): 1. Status gizi Menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa juga mencegah atau terhindar dari penyakit terutama penyakit ISPA. Misal dengan mengkonsumsi makanan 4 sehat 8

5 sempurna dan memperbanyak minum air putih, olah raga yang teratur serta istirahat yang cukup. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh akan semakin menigkat, sehingga dapat mencegah virus ( bakteri) yang akan masuk kedalam tubuh. 2. Faktor rumah Syarat-syarat rumah yang sehat (Suhandayani, 2007): a) Bahan bangunan  Lantai : Ubin atau semen adalah baik. Syarat yang penting disini adalah tdak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang padat (tidak berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram air kemudian dipadatkan dengan benda-benda yang berat, dan dilakukan berkali-kali. Lantai yang basah 

dan berdebu merupakan sarang penyakit gangguan pernapasan. Dinding : Tembok adalah baik, namun disamping mahal tembok sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, lebih- lebih bila ventilasinya tidak cukup. Dinding rumah di daerah tropis khususnya di pedesaan lebih baik dinding atau papan. Sebab meskipun jendela tidak cukup, maka lubang-lubang pada dinding atau papan tersebut dapat



merupakan ventilasi, dan dapat menambah penerangan alamiah. Atap Genteng : Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Disamping atap genteng cocok untuk daerah tropis, juga dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya sendiri. Namun demikian, banyak masyarakat pedesaan yang tidak mampu untuk itu, maka atap daun rumbai atau daun kelapa pun dapat dipertahankan. Atap seng ataupun asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, di samping mahal juga



menimbulkan suhu panas didalam rumah. Lain-lain (tiang, kaso dan reng) Kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum di pedesaan. Menurut pengalaman bahan-bahan ini tahan lama. Tapi perlu diperhatikan bahwa lubang-lubang bambu merupakan sarang tikus yang baik. Untuk menghindari ini cara memotongnya barus menurut ruas-ruas bambu tersebut, maka lubang pada ujung-ujung bambu yang

digunakan untuk kaso tersebut ditutup dengan kayu. b) Ventilasi Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti 9

keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan O2 (oksigen) didalam rumah yang berarti kadar CO2 (karbondioksida) yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara didalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk bakteribakteri, patogen (bakteri-bakteri penyebab penyakit) c) Cahaya Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk kedalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari di samping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya didalam rumah akan menyebabkan silau, dam akhirnya dapat merusakan mata.

3. Faktor Polusi Adapun penyebab dari faktor polusi terdiri dari 2 aspek yaitu (Lamsidi, 2003) : a) Cerobong asap Cerobong asap sering kita jumpai diperusahaan atau pabrik-pabrik industri yang dibuat menjulang tinggi ke atas (vertikal). Cerobong tersebut dibuat agar asap bisa keluar ke atas terbawa oleh angin. Cerobong asap sebaiknya dibuat horizontal tidak lagi vertikal, sebab gas (asap) yang dibuang melalui cerobong horizontal dan dialirkan ke bak air akan mudah larut. Setelah larut debu halus dan asap mudah dipisahkan, sementara air yang asam bisa dinetralkan oleh media Treated Natural Zeolid (TNZ) yang sekaligus bisa menyerap racun dan logam berat. Langkah tersebut dilakukan supaya tidak akan ada lagi pencemaran udara, apalagi hujan asam. Cerobong asap juga bisa berasal dari polusi rumah tangga, polusi rumah tangga dapat dihasilkan oleh bahan bakar untuk memasak, bahan bakar untuk memasak yang paling banyak menyebabkan asap adalah bahan bakar kayu atau sejenisnya seperti arang. b) Kebiasaan merokok Satu batang rokok dibakar maka akan mengelurkan sekitar 4.000 bahan kimia seperti nikotin, gas karbon monoksida, nitrogen oksida, hidrogen cianida, 10

ammonia, acrolein, acetilen, benzol dehide, urethane, methanol, conmarin, 4ethyl cathecol, ortcresorperyline dan lainnya, sehingga di bahan kimia tersebut akan beresiko terserang ISPA. 4. Faktor timbulnya penyakit Faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit menurut Bloom dikutip dari Effendy (2004) menyebutkan bahwa lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, sehat atau tidaknya lingkungan kesehatan, individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Disamping itu, derajat kesehatan juga dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya membuat ventilasi rumah yang cukup untuk mengurangi polusi asap maupun polusi udara, keturunan, misalnya dimana ada orang yang terkena penyakit ISPA di situ juga pasti ada salah satu keluarga yang terkena penyakit ISPA karena penyakit ISPA bisa juga disebabkan karena keturunan, dan dengan pelayanan sehari-hari yang baik maka penyakit ISPA akan berkurang dan kesehatannya sedikit demi sedikit akan membaik, dan pengaruh mempengaruhi satu dengan yang lainnya. 2.6 Patofisiologi Respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembusksn udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa oksidasi dari dalam tubuh. Virus, bakteri dan mikoplasma terinspirasi melalui hidung terjadi edema dan fasodilatasi pada mukosa. Infiltrat sel monokuler menyertai, yang dalam 1-2 hari, menjadi polimorfonuklear perubahan struktural dan fungsional silia mangakibatkan pembersihan mukus terganggu. Pada infeksi sedang sampai berat epitel superfisial mengelupas. Ada produksi mukus yang banyak sekali, mula – mula encer, kemudian mengental dan berupa prurlen. Dapat juga ada keterlibatan anatomis saluran pernafasan atas, termasuk oklusi dan kelainan rongga sinus. Organisme streptokokus dan difteria merupakan agen bakteri utama yang mampu menyebabkan penyakit faring primer bahkan pada kasus tonsilofaringitis akut, sebagian besar penyakit berasal dari nonbakteri. Walaupun ada banyak hal yang tumpang tindih, nenerapa mikroorganisme lebih mungkin menimbulkan sindrom sistem pernafasan tertentu dari pada yang lain dan agen tertentu mempunyai kecenderungan yang besar dari pada yang lain untuk menimbulkan penyakit yang berat. Beberapa virus (misalnya 11

campak) dapat dihubungkan dengan banyak sekali variasi gejala saluran pernafasan atas dan bawah sebagai bagian dari gambaran klinis umum yang melibatkan organ lain. Virus Sinisial Pernafasan (VSP) merupakan penyebab utama bronkhielitis. Virus para influenza menyebabkan sindrom croup. Adenovirus penyebab penyakit faringitis dan demam faringokonjungtifitis dan koksakivirus A dan B menyebabkan penyakit nasofaring, sedangkan mikoplasma menyebabkan penyakit bronkhiolitis, pnemoni, bronkitis, faringotosilitis, maningitis dan atitis media (Wong’s et al 2001).

2.7 WOC

Bakteri, virus, dan jamur

Terhirup masuk ke saluran pernapsan

12 MKMaserasi : MK Resiko tinggi infeksi (penyebaran) :Ketidakefektifan mukosa hidung bersihan jalan napas Rentan Ulserasi Kesulitan terhadap membran saat bernapas mukosa sekunder Respons Produksi pertahanan mukus sel Menginvasi sel B1infeksi Kongest pada hidung

Menempel pada hidung, sinus, faring, laring, bronkus Melepaskan mediator MK Limfadenopat Nyeri : Resiko saattinggi menelan regional nutrisi MK Mengeluarkan : Peningkatan IL-1, suhu IL-6 Vasodilatasi area yang Menyumbat makanan Sel mengirimkan sinyal inflamasi Blokade ostum sinus Edema Rubor, Demam mukosa kalor Rasa penuh Retensi dan mukus kongest kurang (disfagia) dari (tonsil) kebutuhan Set point tubuh B3 B5 Menginvasi terinfeksi Aktvasi sistemsel imun Aktvasi sistem imun MK : NYERI

2.8 Gambaran Klinis Gambaran klinis menurut (Wong’s 1996, Nelson 2000) 1. Demam 2. Anoreksia 3. Muntah 13

4. Diare 5. Nyeri Abdomen 6. Sumbatan Nasal 7. Keluaran Nasal 8. Batuk 9. Sakit tenggorokan 2.9 Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium dan test diagnostik ISPA menurut Betz dan souwden (2000) : Pemeriksaan Radiologi (foto torak) adalah untuk mengetahui penyebab dan mendiagnosa secara tepat. 1.) Pemeriksaan RSV adalah untuk mendiagnosis RSV (Respiratori Sinisial Virus). 2.) Gas Darah Arteri yaitu untuk mengkaji perubahan pada sistem saluran pernafasan kandungan oksigen dalam darah. 3.) Jumlah sel darah putih normal atau meningkat. 2. Pemeriksaan Diagnostik Pengkajian terutama pada jalan nafas: Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha serta irama dari pernafasan. 1.) Pola, cepat (tachynea) atau normal. 2.) Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita amati melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen. 3.) Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan adanya bersin. 4.) Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman pernafasan. 5.) Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga didapati adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum. Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah : 1.) Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman. 2.) Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan

adanya

leukositosis

dan 14

bisa

juga

disertai

dengan

adanya

thrombositopenia. 3.) Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan. 2.9 Penatalaksanaan Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA). Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi

penggunaan

obat

batuk

yang

kurang

bermanfaat.

Strategi

penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA . Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut (Smeltzer & Bare, 2002) : 1. Pemeriksaan Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan anak. Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak menangis (bila menangis akan meningkatkan frekuensi napas), untuk ini diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung napas dapat dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu membuka sedikit untuk melihat gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak harus dibuka sedikit. 2. Klasifikasi ISPA Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut : 1.) Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing). 2.) Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat. 3.) Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia. 3. Pengobatan 15

1.) Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigendan sebagainya. 2.) Pneumonia : diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain. 3.) Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari. 4.) Perawatan di rumah Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA. a. Mengatasi panas (demam) Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es). b. Mengatasi batuk Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari. c. Pemberian makanan Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulangulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan. d. Pemberian minuman Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih 16

banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita. e. Lain-lain -

Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam.

-

Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah.

-

Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap.

-

Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan.

-

Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh.

2.10 Pencegahan Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain: 1. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah kita atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum air putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus/bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh kita. 2. Imunisasi Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus/bakteri. 3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan mengurangi polusi asap dapur/asap rokok yang ada di dalam rumah, sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi udara 17

(atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi manusia. 4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di udara), yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit). 2.11 Komplikasi Adapun komplikasi menurut Dedi Prasityo (2007) adalah : 1. Meningitis 2. OMA 3. Mastoiditis 4. Kematian 2.12 Peran Perawat Komunitas 1.) Clinican 

Berperan membantu individu dalam memelihara atau menjaga kesehatannya dan atau pemulihan dari sakit



Contoh → merencanakan, mengimplementasikan dan mengevaluasi sebuah program dalam rangka menurunkan penggunaan obat terlarang

2.) Advocate Berperan dalam hal mengadvokasi klien sebagai individu, keluarga, kelompok, atau komunitas kepada pihak terkait Contoh → mengkomunikasikan kebutuhan untuk orang – orang yang tidak memiliki tempat tinggal

3.) Collabolator 

Kolaborasi dengan lintas sektor untuk memcahkan masalah kesehatan



Bekerja dengan orangtua, guru, dokter dan pekerja sosial untuk mengembangkan rencana, memfasilitasi seorang anak yang memiliki kecacatan untuk dapat diterima belajar di sekolah

4.) Consultant 

Memberikan informasi kepada klien, membantu memilih tindakan alternatif

18



Memberikan bantuan kepada koordinator program untuk mengembangkan kuisioner kepuasan klien

5.) Counselor 

Mendengarkan secara objektif, klarifikasi, memberikan umpan balik dan informasi serta menuntun pasien menuju proses pemecahan masalah



Membantu anak untuk mengeksplorasi perasaan mereka tentang nursing home

6.) Educator 

Mendidik individu, keluarga dan komunitas untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan atau kecakapan dalam bidang kesehatan



Mengajar prenatal class tentang nutrisi dan perilaku yang sehat

7.) Researcher Berperan dalam proses penelitian (menemukan masalah yang layak untuk diteliti, mengumpulkan dan menganalisis data, interpretasi data, mengaplikasikan temuan, evaluasi, mendesain dan melaksanakan riset)

8.) Case manager 

Memberi pelayanan untuk individu yang tidak dapat mengelola perawatab mereka sendiri atau yang tidak dapat bernegosiasi dengan sistem pelayanan kesehatan



Berkoordinasi untuk pelayanan kesehatan pendukung bagi pasangan lansia yang memiliki penyakit alzheimer

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

19

A. PENGKAJIAN Pengkajian keperawatan komunitas dilakukan di RT 03 RW 03 Desa Sumberejo Kulon Kec. Ngunut, Kab. Tulungagung Hasil pengkajian keperawatan komunitas tersebut yaitu: Data Demografi: 1) Jumlah Kepala Keluarga : 5 KK 2) Jumlah Penduduk : 18 orang 3) Jenis Kelamin : Distribusi jenis kelamin di RT 03 RW 03 Desa Sumberejo Kulon, yaitu a) Perempuan : 11 orang b) Laki-laki : 6 orang 4) Agama Dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk menganut agama Islam. 5) Suku Bangsa Dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk merupakan suku Jawa. Data Subsistem 1) Lingkungan Fisik Distribusi status pemilikan rumah di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: a) Sewa : 0 KK b) Numpang : 0 KK c) Milik Sendiri : 5 KK Distribusi tipe rumah di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu : a) Permanen : 2 KK b) Semi Permanen : 3 KK c) Tidak Permanen : 0 KK Distribusi lantai rumah di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: a) Tanah : 0 KK b) Papan : 0 KK c) Tegel : 2 KK d) Semen : 3 KK Distribusi ada tidaknya jendela di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: a) Ada : 5 KK b) Tidak : 0 KK Distribusi jendela buka setiap hari di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: a) Buka : 5 KK b) Tidak Buka : 0 KK Distribusi pencahayaan di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: a) Terang : 4 KK b) Remang-remang : 1 KK c) Gelap` : 0 KK Distribusi sumber air minum di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: a) Masak : 4 KK b) Mineral : 1 KK c) Masak dan mineral : 0 KK Distribusi pembuangan limbah di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: a) Resapan : 0 KK 20

2)

3)

4)

5)

6)

b) Got : 5 KK c) Sembarangan : 0 KK Politik dan Pemerintahan Distribusi bentuk warga menyalurkan pendapat terhadap kebijakan setempat di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu : a) Demonstrasi : 0 KK b) Musyawarah : 5 KK c) Lain-lain : 0 KK Komunikasi Distribusi fasilitas komunikasi yang sering digunakan di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: a) Radio : 0 KK b) TV : 5 KK c) Majalah/Koran : 0 KK Ekonomi Distribusi pendapatan di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu a) < 2.000.000 : 5 KK b) 2.000.000 – 3.000.000 : 0 KK c) > 3.000.000 : 0 KK Distribusi pekerjaan di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu a) Swasta : 1 orang b) Wiraswasta : 1 orang c) PNS : 0 orang d) Petani : 4 orang e) Tidak bekerja :12 orang Keamanan dan Transportasi Distribusi poskamling di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: a) Ada : 0 RT b) Tidak ada : 0 RT Distribusi penggunaan sarana transportasi di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: a) Pribadi : 5 KK b) Umum : 0 KK Distribusi alat transportasi yang dimiliki di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: a) Sepeda Motor : 5 KK b) Sepeda : 5 KK c) Mobil : 0 KK d) Lain-lain : 0 KK Rekreasi Distribusi sarana rekreasi terdekat di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: a) Mall : 0 KK b) Kolam renang/Taman : 5 KK c) Lain-lain : 0 KK Distribusi akses menuju sarana rekreasi di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: a) Jauh ( > 5 km) : 0 KK b) Dekat (< 5 km) : 5 KK 21

Distribusi biaya untuk rekreasi di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: a) Terjangkau : 5 KK b) Tidak terjangkau : 0 KK 7) Pelayanan Kesehatan dan Sosial Distribusi pemilihan sarana kesehatan di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: a) RS : 0 KK b) Klinik : 2 KK c) Puskesmas : 0 KK d) Alternatif : 3 KK 8) Pendidikan Distribusi pendidikan di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu a) Tidak sekolah : 1 orang b) Tamat SD : 8 orang c) Tamat SMP : 1 orang d) Tamat SMA : 5 orang e) Perguruan Tinggi : 0 orang Distribusi keberadaan sekolah di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: a) TK : 1 buah b) SD : 1 buah c) SMP : 0 buah d) SMA : 0 buah e) PT : 0 buah Data Kesehatan 1) Pasangan Usia Subur Distribusi jumlah PUS di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: a) Ya : 2 KK b) Tidak : 3 KK Distribusi jumlah akseptor KB di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: a) Ya : 2 KK b) Tidak : 0 KK Alasan tidak menjadi akseptor KB di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: a) Dilarang suami : 0 KK b) Agama : 0 KK c) Tidak tahu : 0 KK d) Lain-lain : 2 KK 2) Ibu Hamil Distribusi jumlah ibu hamil di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: a) Ya : 0 KK b) Tidak : 0 KK 3) Ibu Nifas dan Menyusui Distribusi jumlah keluarga dengan ibu menyusui di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon Kertajaya, yaitu: a) Ya : 0 KK b) Tidak : 0 KK 4) Bayi dan Balita Distribusi jumlah keluarga dengan balita di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: 22

a) Ya : 1 KK (1 balita) b) Tidak : 4 KK Distribusi jumlah balita yang mengikuti posyandu di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: a) Ya : 1 balita b) Tidak : 0 balita Distribusi alasan balita tidak ke posyandu di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: a) Jauh : 0 balita b) Tidak ada waktu : 0 balita c) Lain-lain : 0 balita Distribusi jumlah balita yang melakukan imunisasi di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: a) Ya : 1 balita b) Tidak : 0 balita Distribusi hasil KMS balita di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: a) Di daerah garis hijau : 1 balita b) Di atas garis hijau sampai kuning : 0 balita c) Dibawah garis titik titik : 0 balita d) Dibawah garis merah : 0 balita 5) Anak Usia Sekolah Distribusi jumlah keluarga dengan anak usia sekolah di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: a) Ya : 5 KK (4 anak) b) Tidak : 0 KK Distribusi kegiatan anak sekolah di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: a) Keagamaan : 4 anak b) Karang Taruna: 0 anak c) Olahraga : 0 anak d) Lain-lain : 0 anak Distribusi anak sekolah yang menderita penyakit di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: a) Ya : 4 anak b) Tidak : 0 anak 6) Remaja Distribusi jumlah keluarga dengan remaja di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: a) Ya : 1 KK (1 remaja) b) Tidak : 4 KK Distribusi kegiatan remaja di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: a) Keagamaan : 1 remaja b) Karang Taruna: 0 remaja c) Olahraga : 0 remaja d) Lain-lain : 0 remaja Distribusi remaja yang menderita penyakit di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: a) Ya : 0 remaja b) Tidak : 1 remaja 7) Dewasa 23

Distribusi jumlah keluarga dengan usia dewasa di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: a) Ya : 5 KK ( 11 orang) b) Tidak : 0 KK Distribusi ada tidaknya keluhan penyakit pada dewasa di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: a) Ada : 0 KK b) Tidak ada : 5 KK 8) Lansia Distribusi jumlah keluarga dengan lansia di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: a) Ya : 1 KK (1 lansia) b) Tidak : 0 KK Distribusi ada tidaknya keluhan penyakit pada lansia di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: c) Ada : 0 lansia d) Tidak ada : 0 lansia Distribusi penyakit yang sering dikeluhkan lansia di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: a) Asma : 2 KK b) TBC : 0 KK c) Hipertensi : 0 KK d) DM : 0 KK e) Reumatik : 0 KK f) Katarak : 0 KK g) Penyakit Jantung : 0 KK h) Lain-lain : 0 KK Distribusi keikutsertaan posyandu lansia di RT 03 RW 03 Ds. Sumberejo Kulon, yaitu: a) Ikut : 0 lansia b) Tidak ikut : 13 lansia

B. ANALISA DATA DAN PERUMUSAN DIAGNOSA N

DATA

ETIOLOGI

O 1. DS : -

Kurang Warga mengatakan

pengetahuan

bahwa mereka tidak

tentang informasi

mengetahui apa itu ISPA ,

kesehatan

penyebab ISPA dan -

pencegahan ISPA Warga tidak mengetahui tentang pentingnya 24

MASALAH

Ketidakef ektifan pemeliharaan kesehatan pada agregat Anak RT 03 RW 03 Desa Sumberejo Kulon Kec.

ventilasi

Ngunut, Kab. Tulungagung

DO : -

Jendela tertutup Rata-rata bangunan

-

rumah seluas 3x4 m Pakaian tampak menumpuk dan berserakan di tempat tidur

-

dan ruang tamu Banyak sampah yang

-

berserakan di dapur Rata-rata warga merokok

2. DS : -

Rendahnya Warga mengatakan bahwa

kesadaran tentang

anaknya sering

pentingnya

mengalamai batuk-batuk

menjaga

sesak nafas di sertai

Resiko penularan ISPA pada agregat anak Anak RT 03 RW 03 Desa Sumberejo Kulon Kec. Ngunut, Kab. Tulungagung

kesehatan

dengan dahak DO : -

Anak sesak nafas Anak sering batuk-batuk

C. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN No

Diagnosa

Kriteria Pentingnya masalah untuk dipecahkan :

Total

Kemungk inan perubaha n positif jika diatasi :

Peningkat an terhadap kualitas hidup bila diatasi :

2 Sedang

0 tidak ada

0 tidak ada

3 Tinggi

1 Rendah

1 Rendah

2 Sedang

2 Sedang

1 Rendah

25

Prioritas

3 Tinggi 1

Ketidakef ektifan 3 pemeliharaan kesehatan pada agregat balita RT 03 RW 03 Desa Sumberejo Kulon Kec. Ngunut, Kab. Tulungagung yaitu:berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang informasi kesehatan ditandai dengan : Warga

3 Tinggi

3

3

9

1

2

3

7

2

mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui apa itu ISPA , penyebab ISPA dan pencegahan ISPA Warga tidak mengetahui tentang pentingnya membuka ventilasi, Rata-rata bangunan rumah seluas 3x4 m Pakaian tampak menumpuk dan berserakan di tempat tidur dan ruang tamu, Banyak sampah yang berserakan di dapur, Rata-rata warga merokok

2

Resiko penularan 2 ISPA pada agregat anak Anak RT 03 RW 03 Desa Sumberejo Kulon Kec. Ngunut, Kab. Tulungagung yaitu berhubungan dengan

26

lingkungan yang kurang sehat di tandai dengan Warga mengatakan bahwa anaknya sering mengalamai batuk-batuk sesak nafas di sertai dengan dahak, Anak tampak sesak nafas Anak tampak sering batuk-batuk

27

28

D. INTERVENSI KEPERAWATAN Diagnosa Tujuan Khusus dan Kriteria Tujuan Keperawata Hasil Umum n (NOC) Ketidak Setelah Setelah dilakukan tindakan efektifan dilakukan keperawatan komunitas pemeliharaan tindakan diharapkan masyarakat : kesehatan keperawata  Mengerti dan paham cara pada agregat n menjaga kebersihan diri dan balita RT 03 komunitas lingkungan RW 03 Ds. masyarakat  Mengetahui apa saja penyebab Sumberejo (orang tua ISPA Kulon, yaitu dan kader  Mengetahui bagaimana berhubungan posyandu ) pencegahan ISPA dengan dapat  Terjadi peningkatan upaya kurang mengetahui kesehatan masyarakat pengetahuan dan tentang memahami Dengan indikator : informasi tentang 1) Pencegahan Primer kesehatan penyebab a. 1602 perilaku promosi ditandai ISPA, cara kesehatan dengan: pencegahan Skala outcome: Warga ISPA, serta 160201 menggunakan mengatakan cara perilaku menghindari bahwa menjaga risiko 1 2 3 4 5 mereka tidak lingkungan 160207 melakukan mengetahui yang sehat perilaku kesehatan secara apa itu ISPA, di RT 03 rutin 1 2 3 4 5 penyebab RW 03 Ds. 160209 menggunakan ISPA dan Sumberejo sumber-sumber financial pencegahan Kulon untuk meningkatkan ISPA. kesehatan 1 2 3 4 5 Warga tidak 160210 menggunakan mengetahui dukungan sosial untuk tentang meningkatkan kesehatan 1 pentingnya 2345 membuka 160213 mendapatkan ventilasi. skrining kesehatan yang Rata-rata direkomendasikan 1 2 3 4 bangunan 5 rumah seluas 3x4m b. 2701 status kesehatan Pakaian komunitas tampak Skala outcome: menumpuk 270102 prevalensi dan program peningkatan berserakan di kesehatan 1 2 3 4 5 dapur 270107 tingkat partisipasi Rata-rata dalam program kesehatan warga komunitas 29

NIC 1) Pencegahan Primer : Peningkatan kesadaran kesehatan (5515) Definisi : membantu individu yang memiliki kemampuan terbatas untuk memperoleh, mengolah, dan memahami informasi yang berkaitan dengan kesehatan dan penyakit Domain : 3 (Perilaku) Kelas : S (Pendidikan Pasien) Aktifitas : 1. Gunakan komunikasi yang sesuai dengan jelas 2. Gunakan bahasa sederhana 3. Hindai penggunaan akronim/singkatan dan jargon medis 4. Berkomunikasi dengan mempertimbangka n kesesuaian budaya,kesesuaian usia, dan kesesuaian jenis kelamin 5. Berikan informasi penting secara tertulis maupun lisan pada pasien sesuai dengan bahasa utamanya

merokok

270119 angka morbiditas1 6. 2345

7.

8.

30

Berikan pendidikan kesehatan satu per satu atau konseling jika memungkinkan Pertimbangankan pengaaman pasien terkait dengan sistem perawatan kesehatan, termasuk promosi kesehatan, perlindungan kesehatan, pencegahan penyakit, perawatan kesehatan, dan pemeliharaan serta sistem navigasi perawatan kesehatan Sediakan materi informasi kesehatan tertulis yang mudah dipahami (yaitu, menggunakan kalimat - kalimat pendek dan kata kata yang umum dengan sedikit suku kata, menyorot poin poin penting, menggunakan kalimat aktif, menggunakan huruf cetak besar, menggunakan desain dan tata letak yang mudah dipahami, mengelompokkan konten sesuai segmen, menekankan perilaku dan tindakan yang harus dilakukan,

menggunakan gambar atau diagram untuk memperjelas dan mengurangi beban membaca) 9. Gunakan beberapa alat komunikasi (misalnya, kaset audio, kaset video, perangkat video digital, komputer, piktogram, model, diagram) 10. Evalusi pemahaman pasien dengan meminnta pasien mengulangi kembali menggunakan kata - kata sendiri atau memperagakan keterampilan

1.

2.

2) Pencegahan Sekunder 1805 pengetahuan perilaku kesehatan Skala outcome: 180518 layanan peningkatan kesehatan 1 2 3 4 5 180516 teknik skrining sendiri 1 2 3 4 5 1854 pengetahuan diet yang sehat Skala outcome: 185401 tujuan diet yang bisa dicapai 1 2 3 4 5 185402 kisaran berat badan personal yang optimal 1 2 3 4 5 185407 pedoman gizi yang 31

2) Pencegahan sekunder  Pendidikan kesehatan S (5510) Defnisi : mengembangkan dan menyediakan instruksi dan pengalaman belajar untuk memfasilitasi perilaku adaptasi yang disengaja yang kondusif bagi kesehatan pada individu, keluarga, kelompok, atau komunitas Domain : 3 (Perilaku) Kelas : S (Pendidikan Kesehatan)

direkomendasikan 1 2 3 4 5 185408 makanan sesuai dengan pedoman gizi 1 2 3 4 5 185422 strategi untuk meningkatkan kepatuhan diet 12345 185424 strategi untuk menghindari makanan dengan nilai kalori tinggi dan gizi sedikit 1 2 3 4 5 3.

4.

Aktifitas : 1. Targetkan sasaran pada kelompok risiko tinggi dan rentang usia yang akan mendapatkan manfaat besar dari pendidikan kesehatan 2. Sasar kebutuhan kebutuhan yang teridentifikasi 1855 pengetahuan gaya hidup dalam healthy sehat people 2010: Skala outcome: Promosi Kesehatan 185501 kisaran berat badan Nasional dan personal yang optimal 1 2 3 4 Tujuan Pencegahan 5 Penyakit, atau 185504 strategi untuk kebutuhan lokal, mempertahankan diet yang negara bagian, dan sehat 1 2 3 4 5 kepentingan 185505 pentingnya air untuk nasional lainnya. hidrasi yang memadai 1 2 3 4 3. Identifikasi faktor 5 internal atau 185506 porsi buah harian eksternal yang yang direkomendasikan 1 2 3 dapat 45 meningkatkan atau 185507 porsi sayuran harian mengurangi yang direkomendasikan 1 2 3 motivasi untuk 45 [ber]perilaku sehat 185519 faktor personal yang 4. Pertimbangkan mempengaruhi perilaku riwayat individu kesehatan 1 2 3 4 5 dalam konteks 185520 faktor lingkungan personal dan yang mempengaruhi perilaku riwayat sosial kesehatan 1 2 3 4 5 budaya individu, 185527 pentingnya skrining keluarga dan pencegahan 1 2 3 4 5 masyarakat 5. Tentukan 2807 keefektifan skrining pengetahuan kesehatan komunitas kesehatan dan gaya Skala outcome: hidup perilaku saat 280701 identifikasi kondisi ini pada individu, yang berisiko tinggi yang keluarga, atau umum di komunitas 1 2 3 4 5 kelompok sasaran 280725 tingkat partisipasi 6. Bantu individu, populasi target saat skrining 1 keluarga, dan 2345 masyarakat untuk memperjelas keyakinan dan nilai 32

- nilai kesehatan 7. Identifikasi karakteristik populasi target yang mempengaruhi pemilihan strategi belajar 8. Prioritaskan kebutuhan orang yang belajar dengan mengidentifikasi kebutuhan berdasarkan apa yang disukai klien, keterampilan perawat, sumber yang tersedia, dan kemungkinan keberhasilan pencapaian tujuan 9. Rumuskan tujuan dalam program pendidikan kesehatan [tersebut] 10. Identifikasi sumber daya (misalnya, tenaga, ruang, peralatan, uang, dan lain - lain) yang diperlukan untuk melaksanakan program 11. Pertimbangkan kemudahan akses, hal - hal yang disukai konsumen, dan biaya dalam perencanaan program 12. Letakkan iklan yang menarik ditempat strategis untuk mendapatkan perhatian audiens [yang menjadi] sasaran 33

13. Hindari penggunaan tehnik dengan menakut nakuti sebagai strategi untuk memotivasi orang agar mengubah perilaku kesehatan atau gaya hidup 14. Tekankan manfaat kesehatan positif yang langsung atau [manfaat] jangka pendek yang bisa diterima oleh perilaku gaya hidup positif daripada [menekankan pada] manfaat pada jangka panjang atau efek negatif dari ketidakpatuhan 15. Kembangkan materi pendidikan tertulis yang tersedia dan sesuai dengan audiens [yang menjadi] sasaran 16. Gunakan presentasi kelompok untuk memberikan dukungan dan mengurangi ancaman bagi pembelajar yang mengalami masalah atau keprihatinan yang sama, yang [memang] sesuai [dengan kebutuhan] 17. Gunakan peer leaders [pemimpin kelompok], guru, dan kelompok pendukung dalam 34

18.

19.

20.

21.

22.

35

mengimplementasi kan program bagi kelompok yang kecil kemungkinannya untuk mau mendengarkan profesional kesehatan atau orang dewasa (misalnya, remaja) Berikan ceramah untuk menyampaikan informasi dalam jumlah besar, [pada] saat yang tepat Berikan diskusi kelompok dan bermain peran untuk untuk mempengaruhi keyakinan terhadap kesehatan, sikap, dan nilai - nilai Lakukan demonstrasi/demon strasi ulang, partisipasi pembelajaran dan manipulasi bahan [pembelajaran] ketika mengajarkan keterampilan psikomotorik Libatkan individu, keluarga dan kelompok dalam perencanaan dan rencana implementasi gaya hidup atau modifikasi perilaku kesehatan Gunakan berbagai strategi dan intervensi utama dalam program pendidikan

23. Rencanakan tindak lanjut jangka panjang untuk memperkuat perilaku kesehatan atau adaptasi terhadap gaya hidup 24. Rancang dan imlementasikan strategi untuk mengukur outcome klien secara berkala selama dan setelah berakhirnya program

 Skrining kesehatan V (6520) Definisi : mendeteksi risiko atau masalah kesehatan melalui anamnesis, pemeriksaan dan prosedur lainnya Domain : 7 (Komunitas) Kelas : C (Peningkatan Kesehatan Komunitas) Aktifitas : 1. Tentukan populasi target untuk [dilakukannya] pemeriksaan kesehatan 2. Iklankan layanan skrining kesehatan untuk meninkatkan kesadaran masyarakat 3. Sediakan akses yang mudah bagi layanan skrining (misalkan waktu dan tempat) 4. Jadwalkan 36

5. 6.

7.

8. 9.

10.

11. 12.

13.

14.

37

pertemuan untuk meningkatkan efisiensi dan perawatan individual Gunakan instrumen yang valid dan terpercaya Instruksikan akan rasionalisasi dan tujuan pemeriksaan kesehatan serta pemantauan diri Dapatkan persejuan untuk [dilakukannya] prosedur skrining kesehatan, yag sesuai Berikan privasi dan kerahasiaan Berikan kenyamanan selama prosedur skrining Dapatkan riwayat kesehatan yang sesuai, termasuk deskripsi kebiasaan kesehatan, faktor resiko, dan obat obatan Lakukan pengkajian fisik yang sesuai Ukur tekanan darah, tinggi badan, berat badan, presentase lemak tubuh, kolesterol dan kadar gula darah dan pemeriksaan urine, yang sesuai Berikan informasi pemeriksaan diri yang tepat selama skrining Berikan hasil skrining kepada

pasien 15. Informasikan [pada] pasien [mengenai] keterbatasan dan nilai [dari] kesalahan pada tes skrining tertentu  Manajemen lingkungan komunitas (6484) Definisi: Domain : 7 (Komunitas) Kelas : …… Aktifitas: 1. Insiasi skrining risiko kesehatan yang berasal dari lingkungan 2. Monitor status risiko kesehatan yang sudah diketahui 3. Berpartisipasi dalam program di komunitas untuk mengatasi risiko yang sudah diketahui 4. Berkolaborasi dengan mengembangkan program aksi di komunitas 5. Dorong lingkungan untuk berpartisipasi aktif dalam keselamatan komunitas 6. Lakukan progra, edukasi untuk kelompok beerisiko

38

3) Pencegahan Tersier 3) Pencegahan 7. 2700 kompetensi Tersier komunitas  Pengembangan Skala outcome: kesehatan 270001 tingkat partisipasi komunitas (8500) dalam kegiatan komunitas 12345 Definisi : membantu 270004 perwakilan dari anggota masyarakat semua segmen komunitas untuk mengidentifikasi dalam pemecahan masalah - masalah masalah 1 2 3 4 5 kesehatan komunitas, 270021 kolaborasi antar memobilisasi sumber kelompok komunitas daya, dan menetapkan untuk menyelesaikan solusi masalah 1 2 3 4 5 Domain:… 270012 penggunan Kelas:… strategi manajemen Aktifitas : konflik yang strategis 1 2 1. Mengidetifikasi 345 bersama komunitas 270019 pencapaian tujuan mengenai masalah, komunitas 1 2 3 4 5 kekuatan, dan prioritas kesehatan 2. Berikan kesempatan 8. 1621 Perilaku patuh: diet berpartisipasi bagi yang sehat semua segmen Skala outcome: komunitas 162101 menyusun target 3. Bantu anggota capaian diet 1 2 3 4 5 komunitas untuk 162102 menyeimbangkan meningkatkan intake kalori dan kesadaran dan kebutuhan kalori 1 2 3 4 5 memberikan 162105 memilih makanan perhatian sesuai dengan panduan mengenai masalah nutrisi yang - masalah direkomendasikan 1 2 3 4 kesehatan 5 4. Lakukan dialog 162106 memilih porsi untuk menentukan sesuai dengan panduan masalah - masalah nutrisi yang kesehatan direkomendasikan 1 2 3 4 komunitas dan 5 mengembangkan rencana tindakan 9. 1622 perilaku patuh: diet 5. Fasilitasi yang disarankan implementasi dan Skala outcome: revisi dari rencana 162201 berpartisipasi komunitas dalam menetapkan tujuan 6. Bantu anggota 39

diet yang bisa dicapai dengan professional kesehatan 1 2 3 4 5 162201 memilih makanan dan cairan sesuai dengan diet yang disarankan 1 2 3 45 162207 menghindari makanan dan minuman yang tidak diperbolehkan dalam diet 1 2 3 4 5 162214 mengikuti rekomendasi dalam diet 1 2345 162216 menyelerasakan diet dengan keyakinan budaya 1 2 3 4 5

7.

8. 9.

komunitas terkait dengan pengembangan dan pengadaan sumber daya Tingkatkan jaringan mengenai dukungan komunitas Kembangkan strategi untuk mengelolah konflik Kembangkan mekanisme untuk dapat melibatkan anggota dalam kegiatan lokal, negara bagian, dan kegiatan nasional yang berkaitan dengan masalah masalah kesehatan komunitas.

 Pengembangan program (8700) Definisi: Domain: Kelas: Aktifitas: 1. Bantu kelompok atau masyarakat dalam mengidentifikasi kebutuhan atau masalah kesehatan yang signifikan 2. Prioritaskan kebutuhan kesehatan terhadap masalah yang telah diidentifikasi 3. Bentuk satuan petugas/satgas, termasuk anggota masyarakat yang tepat, untu memeriksa kebutuhan prioritas 40

atau masalah 4. Edukasi anggota kelompok perencanaan mengenai proses perencanaan yang sesuai 5. Identifikasi alternatif pendekatan untuk mengatasi kebutuhan atau masalah 6. Evaluasi alternatif pendekatan terkait dengan rincian biaya, kebutuhan sumberdaya, kelayakan dan kegiatan yang dibutuhkan 7. Kembangkan tujuan dan sasaran uhntuk mengatasi kebutuhan atau masalah 8. Jelaskan metode, kegiatan dan kerangka waktu untuk dilakukannya implementasi 9. Identifikasi sumberdaya dan kendala 10. Rencanakan evaluasi program 11. Siapkan peralatan dan perlengkapan 12. Fasilitasi penerapan program oleh kelompok atau komunitas 13. Pantau kemajuan program 14. Evaluasi program terkait relevansi, efisiensi, dan efektifitas biaya

41

BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN Seperti yang telah diuraikan diatas, ISPA merupakan terjadinya infeksi yang parah pada bagian sinus, tenggorokkan, saluran udara atau paru-paru. Gejala yang muncul akibat ISPA adalah hidung tersumbata atau berair, paru-paru terasa terhambat, batu-batuk dan tenggorokkan terasa sakit, kerap merasa kelelahan dan tubuh terasa sakit. Seseorang dapat tertular ISPA ketika orang tersebut menghirup udara yang mengandung virus atau bakteri. Virus atau bakteri ini dikeluarkan oleh penderita infeksi saluran pernafasan melalui bersin atau ketika batuk. Sejauh ini belum ada obat yang efektif untuk membunuh kebanyakan virus yang menyerang manusia. Pengobatan yang dilakukan biasanya hanya untuk meredakan gejala yang muncul akibat infeksi virus.

42

4.2 SARAN 1. Bagi puskesmas dan petugas kesehatan Diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatan pada keluarga yang tidak memiliki rumah yang sehat. Dan dapat memberikan penyuluhan tentang rumah sehat. 2. Bagi mahasiswa Agar mempunyai persiapan untuk ke lapangan dan menguasai teori tentang asuhan keperawatan komunitas. Sehingga dapat mempermudah mahasiswa dalam praktek lapangan. 3. Bagi kelurga pasien Untuk menjaga keberishan rumah dan tetap berperilaku hidup bersih dan sehat.

43

More Documents from "Viva Musica"