3.2 Review Jurnal “Manajemen Pelayanan Kesehatan Praktik Keselamatan
Judul
Pasien Bedah Di Rumah Sakit Daerah” Jurnal Volume
KESEHATAN & Vol. 15, No. 4 Hal 198 – 202
Halaman Tahun
2012
Penulis
Eva Tirtabayu Hasri, dkk
Reviuw
DITA AYUNING PUTRI DITA LAILATUR.R ELIS KUSUMA WARDANI
Tujuan
Tujuan untuk mendeskripsikan praktik keselamatan pasien
Penelitian
menggunakan SSCL di ruang operasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sumbawa.
Subjek
Subyek penelitian adalah semua pasien yang dijadwalkan
Penelitian
mengalami pembedahan mayor 28 Mei sampai 20 Juli 2012 di RSUD Sumbawa. Sampel penelitian sebesar 93 res-ponden terdiri dari 44 pasien bedah elektif dan 49 pasien bedah emergensi.
Metode
Metode penelitian ini adalah cross-sectional survey. Subjek
Penelitian
adalah semua pasien (93) yang menjalani pembedahan mayor pada periode Mei-Juli 2012, terdiri dari 44 pasien bedah elektif dan 49 pasien bedah emergensi. Observasi dilakukan menggunakan SSCL dan dianalisis secara deskriptif.serta wawancara dengan responden yaitu pasien , Di laukan di RSUD Sumbawa
Faktor Pengaruh
Beberapa jenis pelaksanaan tindakan pembedahan di RSUD Sumbawa tidak dilakukan sesuai dengan SSCL hal ini terjadi karena keterbatasan SDM di kamar operasi karena petugas
32
operasi di IBS RSUD Sumbawa hanya terdapat 16 orang
Alasan
Alasanya
adalah
karena
Implementasi
keselamatan
dilakukan
pembedahan belum diterapkan secara optimal. Tidak adanyana
penelitian ini
kesepakatan dari seluruh tenaga kesehatan dengan melakukan sosialisasi, pelatihan, pengawasan secara periodik sehingga mendorong tim operasi untuk meningkatkan keselamatan pasien secara lebih dan tidak merugikan pasien
Variabel Langkahlangkah
Keselamatan dan Keamanan Pasien di Ruang Bedah 1. Mengumpulkan data Sampel penelitian sebesar 93 responden terdiri dari 44 pasien bedah elektif dan 49 pasien bedah emergensi. 2. Data yang terkumpul diana-lisis dengan analisis distribusi frekuensi. Peneliti me-minta persetujuan pada pasien untuk diikut sertakan dalam penelitian melalui informed consent 3. Melakukan
wawancara
pada
responden
dengan
menggunakan instrumen karakteristik responden. 4. Melakukan observasi dengan menggunakan SSCL yang berisi 24 jenis dan dilakukan secara ter-buka pada tim bedah dimulai dari proses sign in, sign out, dan time out berdasarkan SSCL WHO. Terdapat dua orang asisten yang bertugas mengisi SSCL masing-masing di kamar bedah kandungan dan di kamar bedah umum yang
observasinya
bersifat
tertutup.
penelitian
dilakukan selama ada tindakan pembedahan mayor di kamar bedah kandungan dan kamar bedah umum RSUD Sumbawa. Hasil Penelitian
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa jenis SSCL yang tidak pernah dilakukan di kamar bedah Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUD Sumbawa, diantaranya
pemberian
33
tanda
pada
sisi
pembedahan,anggota
tim
pembedahan,konfirmasi
konfirmasi
prosedur
sisi
pembedahan,
konfirmasi prosedur dan konfirmasi penghitungan instrumen, kasa dan jarum. Hal ini tidak dilakukan karena tidak adaSOP dan tim bedah belum SSCL. Selama penelitian belum ada kasus salah sisi operasi, salah pasien maupun salah prosedur. Petugas operasi selalu melakukan cross check rekam medis pasien dan anggota tim saling mengingatkan, sehingga kejadian salah sisi, salah pasien dan salah prosedur tidak terjadi.Analisis dari 126 kasus operasi mengungkapkan bahwa 76% dilakukan pada sisi yang salah, 13% salah pasien dan 11% prosedur yang salah. Salah sisi operasi sering terjadi pada bedah ortopedi. Pemberian tanda pada sisi yang akan dioperasi tidak pernah dilakukan dikamar bedah RSUD Sumbawa. Pemberian tanda pada sisi yang akan dioperasi merupakan faktor faktor yang mempengaruhi kesalahan operasi salah sisi pada tahap SI
2. Hasil penelitian di RSUD Sumbawa menunjukkan bahwa pada 49 pasien dengan tindakan SC (emergensi) sebesar
18,37%
diberikan
antibiotik
profilaksis
sebelum pembedahan. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang
menyebutkan
bahwa
pemberian
antibiotik
profilaksis untuk pasien hamil diberikan sebaiknya diberikan sewaktu tali pusat dijepit setelah bayi dilahirkan. Pemberian antibiotik profilaksis 30 menit sebelum pembedahan,akan membuat kadar antibiotik dalam darah yang cukup pada saat dilakukan tindakan pusat
dijepit
setelah
bayi
dilahirkan.Pemberian
antibiotik profilaksis 30 menit sebelum pembedahan,
34
akan membuat kadar antibiotik dalam darah yang cukup pada saat dilakukan tindakan. 3. Hasi analisis statistik menunjukkan bahwa waktu pemberian antibiotik profilaksis dengan kejadian infeksi
luka
operasi
tidak
berpengaruh
secara
signifikan (p=0,669).14 Hal ini tidak sejalan dengan Dale et al15yang menemukan penggunaan antibiotik profilaksis1 jam sebelum insisi pertama pada kulit dapat menurunkan infeksi luka operasi.
Kelebihan
1. Kekuatan dalam penelitian ini adalah menggunakan 2 metode, yang dapat melengkapi satu sama lain antara metode yang satu dan yang laiinya, banyakknya menggunakan jurnal dari luar negeri, tidak hanya di Indonesia saja. Sehingga, keakurat bisa dipertanggung jawabkan. 2. Kelebihan dari jurnal ini adalah kelengkapan isi beserta halaman & Volume jurnal yang diikutsertakan
Kekurangan
1. Kelemahan dalam penelitian ini adalah data yang digunakan dalam analisis merupakan salah satu data yang dapat disebut kurang update yaitu masih ada data yang taun 2008-2009, yang ditakutkan ada perbaikan dari jurnal lain, sehingga penulis bisa-bisa hanya meneliti ulang saja. 2. Pada pembahasan di point Hasil yaitu “Hasil penelitian Siagian16
menunjukkan
bahwa
belum semua
pasien
diberikan injeksi profilaksis di RSUD Sardjito, pemberian antibiotik profilaksis sebesar 65,9% di bangsal, 11,4% di IBS dan 22,7% tidak diberikan antibiotik profilaksis. Antibiotik profilaksis sebesar 68,2% diberikan oleh perawat dan 9 ,1% oleh dokter, pada point tersebut tidak sesuai dengan apa yang di bahs sedangkan awal penelitian jurnal
35
pada RSUD SUMBAWA bukan RSUD SARDJITO.
3. Penulis tidak menggunakan bahasa yang tidak di mengerti oleh pembaca dan ada beberapa tulisan yang di singkat singkat.Peletakkan paragraf yang campur jadi satu dengan maslaha yang lainya ,hal ini mengakibatkan pembaca menjadi bingung akan sub pokok bahasanya.
Refrensi
Dalam refrensi dari jurnal ini ada beberapa yang sesuai dengan isi pembahasan yaitu Manajemen Pelayanan Kesehatan Praktik Keselamatan Pasien Bedah Di Rumah Sakit,tetapi di dalam refrensi dalam jurnal ini ada juga bebrapa refrensi yang tidak sesuai dengan isi dari jurnal ini seperti : 1. World Health Organization. Forward Programme 20082009. WHO, Geneva, 2009. 2. Ward VP, Charlett A, Fagan J, Crawshaw SC. Enhanced Surgical Site Infection Surveillance Following Caesarean Section: Experience of A Multicentre Collaborative PostDischarge System. The Journal of Hospital Infection 2008; 70(2): 166-73. doi:10.1016/j.jhin.2008.06.002 3. Verdaasdonk EGG, Stassen LPS, Widhiasmara PP, Dankelman J. Requirements for The Design and Implementation of Checklists for Surgical Processes. Surg Endosc 2009 Apr;23(4):71526 . doi: 10.1007/s00464-0080044-4. Epub 2008 Jul 18. 4. Suharjo JB, Cahyono B. Membangun Budaya Keselamatan Pasien dalam Praktik Kedokteran ( pp. 1-396). Kanisius, Yogyakarta, 2008. 5. Lee SL. The Extended Surgical Time-Out. Does It Improve Quality and Prevent Wrong-site Surgery? Perm J 2010 Spring; 14(1): 19–23. 6. World Health Organization. Implementation Manual surgical Safety Checklist. (First Edition). WHO Press, Switzerland, 2008. 7. Jong D. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. EGC, Jakarta, 2010. 8. Manuaba IBG. Kapita selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetric Ginekologi dan KB. EGC, Jakarta. 2000. 9. Bari SA. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo & Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi – POGI, Jakarta, 2002.
36
a. BAB IV PENUTUP
37
4.1 Simpulan a. Proporsi penderita Meningitis anak berdasarkan sosiodemografi proporsi tertinggi adalah kelompok umur <5 tahun (60,7%), umur termuda penderita Meningitis ini adalah 1 haridan umur tertua umur 14 tahun; jenis kelamin laki-laki (56,2%) dengan sex ratio =1,3; pekerjaan orang tua wiraswasta (28,1%); suku Batak (78,8%); agama Kristen (58,4%) dan tempat tinggal, yang berasal dari luar kota Medan yaitu (58,4%). b. Proporsi penderita Meningitis anak berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya, tertinggi penderita Tb Paru (30,3%). c. Proporsi penderita Meningitis anak berdasarkan keadaan sewaktu datang tertinggi adalah yang datang dalam keadaan tidak sadar yaitu (74,2%). d. Proporsi penderita Meningitis anak berdasarkan klasifikasi Meningitis, tertinggi Meningitis Serosa (64%). e. Proporsi penderita Meningitis anak berdasarkan gejala tertinggi demam (52,8%), kejang (29,2%) dan yang terendah adalah yang diare (4,5%). f. Proporsi penderita Meningitis anak berdasarkan tanda neurologis, tertinggi adalah yang mengalami letargi (74,2%) dan yang terendah mengalami fontenella mencembung (6,7%). g. Proporsi penderita Menigitis anak berdasarkan sumber biaya lebih banyak yang menggunakan biaya sendiri yaitu 86 orang (96,6%). h. h. Lama rawatan rata-rata penderita Meningitis anak adalah 8,57 hari (9 hari). i. Proporsi penderita Meningitis anak berdasarkan keadaan sewaktu pulang lebih banyak yang pulang berobat jalan (PBJ) yaitu 48 orang (54%) dan yang pulang meninggal dunia (PM) ada 22 orang (CFR= 24,7%). j. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi umur berdasarkan klasifikasi Meningitis diperoleh nilai p=0,105. k. Ada perbedaan bermakna antara proporsi jenis kelamin beradasarkan klasifikasi Meningitis diperoleh nilai p=0,025. l. Uji Chi-Square tidak dapat dilakukan untuk mengetahui proporsi keluhan utama berdasarkan klasifikasi Meningitis karena expected count < 5 lebih dari 37,5%. m. Tidak ada perbedaan bermakna antara tanda neurologis berdasarkan klasifikasi Meningitis (p>0,05). n. Ada perbedaan bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan klasifikasi Meningitis dengan nilai p=0,025. o. Tidak ada perbedaan bermakna antara keadaan sewaktu pulang berdasarkan klasifikasi Meningitis nilai p=0,531.
38
4.2 Saran Kepada orang tua yang memiliki anak bayi, balita supaya lebih memperhatikan kebersihan lingkungan sekitar anak untuk mengurangi sumber penularan Meningitis dan untuk mencegah terjadinya Meningitis Serosa sebaiknya anak tidak terpapar pada penderita TB Paru serta jika anak sudah pernah menderita Meningitis sebaiknya memperhatkan asupan makanan yang dikonsumsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Kepada pihak RS St. Elisabeth Medan, diharapkan untuk melengkapi pencatatan berkas rekam medik khususnya yang berkaitan dengan Menigitis anak seperti riwayat penyakit sebelumnya.
39