4penanganan Muatan.doc

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 4penanganan Muatan.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 4,980
  • Pages: 24
PENANGANAN MUATAN Penanganan dan pengaturan muatan dalam istilah kepelautan merupakan salah satu bagian penting dari ilmu kecakapan pelaut (Seaman ship)

Perusahaan pelayaan mendapatkan uang dari ongkos angkut muat barang atau penumpang yang diangkut oleh kapal. Mualim dikapal harus bisa menangani muatan dikapal dengan sebaik baiknya, hindari kerusakan pada muatan, kerusakan pada kapal akibat muatan dan menjaga keselamatan orangnya, serta muatlah barang sebanyak-banyaknya sehingga bisa mendapatkan ongkos angkut yang sebanyak-banyaknya. Perusahaan pelayaran memandang kemampuan mualim untuk menangani muatan sangat penting sekali. Karena makin mahir mualim dalam menerapkan ilmu penanganan dan pengaturan muatan, maka kemungkinan besar muatan yang diangkut bisa lebih banyak artinya perusahaan pelayaran bisa mendapatkan ongkos angkut muatan yang lebih banyak. Makin hati-hati mualim dalam menangani muatan maka resiko klaim kerusakan muatan pada perusahaan pelayaran bisa dihindari. Kapal-kapal umumnya membawa barang atau penumpang dari satu tempat ke tempat lainnya, untuk jarak dekat maupun jauh sekali. Untuk jumlah muatan sedikit sampai setengah juta ton atau lebih. Jenis-jenis muatannya sangat bervariasi dan banyak sekali jenis muatannya. Perhitungan muatan dilakukan secara manual atau computer. Rencana jumlah muatan yang akan diangkut (Cargo Booking) dan stowage Plan dibuat di kapal atau oleh Port Captain dikantor/darat, akan tetapi Nakhoda dan para mualim harus memahami bahwa tanggung jawab keselamatan kapal dan muatannya tetap pada orang kapal.

1

PRINSIP-PRINSIP UTAMA PENANGAN MUATAN A. TO PROTECT THE CARGO (melindungi muatan)

Caranya : - Menggunakan SLING secara baik dan benar. - Menggunakan DUNNAGE Secara baik dan benar - Menggunakan LASHING secara baik dan benar - Menggunakan peranginan, Secara baik dan benar. B. TO PROTECT THE SHIP (melindungi kapal)

Caranya: - Menghitung stabilitas kapal. - Menghitung DLC (DECK LOAD CAPACITY) - Memperhatikan SWL (SAFETY WORKING LOAD) peralatan muat bongkar. C. SAFETY OF CREW AND LONGSHOREMAN (Melindungi

keselamatan crew dan buruh). Caranya: - Memakai alat keselamatan kerja yang sesuai resiko pekerjaannya. - Memasang papan peringatan. - Mengadakan tindakan berjaga-jaga. D. RAPID

AND

SISTEMATIC

LOADING/DISCHARGING

(muat/bongkar secara cepat dan sistematis) Caranya: - Membuat Tentative Stowage Plan dan final Stowage Plan - Membuat perhitungan waktu yang digunakan pemuatan - Melakukan Tally muatan - Memperhatikan Kemampuan GANG/HOUR Buruh.

2

E. TO AVOID BROKEN STOWAGE (mencegah terjadinya ruang

rugi) Caranya: - Melakukan perhitungan stowage factor muatan - Melakukan perhitungan full and down - Pengawasan muat/bongkar - Memperhatikan bentuk ruang palka dan bentuk muatan PENGERTIAN 1. DAYA ANGKUT KAPAL a. Light Ship

= Berat kapal kosong dengan inventaris tetap

b. Light displacement = Berat benaman kapal kosong c. Full loaded displacement = Berat benaman kapal pada sarat maksimum yang di ijinkan. d. Deadweight tonnage = Jumlah bobot yang dapat diangkut kapal sejak kapal kosong, hingga mencapai sarat maksimum yang di ijinkan. e. Operating Load = Bahan bakar (Fuel oil) + air tawar (fresh water) + store (perbekalan), yang digunakan selama kegiatan bongkar muat f. Light Load Line (L.L.L.) = Garis air pada saat kapal kosong g. Ton Per Inch Immersion (TPI) = Jumlah bobot yang dapat digunakan untuk merubah sarat kapal yang sebesar 1 inchi (Ton/Lbs) h. Ton Per Centimetre (TPC) = Jumlah bobot yang dapat digunakan untuk merubah sarat kapal, sebesar 1 centimeter (Ton/Cm) i. Hold Capacity = Kapasitas ruang muat kapal. j. Safety Working Load = Keamanan muat suatu peralatan muat bongkar k. Deadweight Scale (Skala bobot mati) = Sebuah skala yang menunjukkan nilai-nilai DWT, displacement, TPI/TPC, MTI/MTC pada sarat rata-rata tertentu.

3

DWT = Berat Cargo + Berat inventaris lepas + Berat operating load DRAFT DISP

25’

10’

DWT TPI MTI 10.000 8.000 40 1100

2000

0

32

1050

0

2. HOLD CAPACITY

Bale Capacity

a.

Grain Capacity

Oil/Bulk Capacity

Bale capacity Volume ruang palka di hitung dari lantai palkah sampai sisi bawah deck beam, dan antara kedua sisi dalam gading-gading. Untuk perhitungan muatan dalam kemasan karung, muatan kayu gelondong, muatan dalam karton dan muatan besar lainnya

b.

Grain capacity Volume ruang palka di hitung dari lantai palkah sampai pertengahan deck beam, dan antara pertengahan gading-gading.

4

Untuk perhitungan muatan biji bijian yang dimuat tanpa kemasan, Misalnya jagung curah, kedelai curah, kacang hijau, kacang hitam c.

Oil/bulk capacity Volume ruang palka di hitung dari lantai palka, sampai sisi atas deck beam, dan antara kedua sisi kulit kapal. Untuk perhitungan muatan minyak atau cairan, misalnya muatan bensin, muatan solar, muatan air, muatan LPG

Hold capacity untuk setiap ruang palka, tangki-tangki dan ruang muat lainnya terdapat di dalam capacity plan kapal, dinyatakan dalam kaki kubik (cubic feet = cft ) atau meter kubik (cubik meter = cbm). Untuk memperhitugkan jumlah muatan yang dapat di muat di suatu palka, digunakan data ini dihubungkan dengan SF muatan dan broken stowage yang terjadi. Misal : Sebuah ruang muat memiliki bale capacity = 10.000 m 3 akan di muati muatan beras dalam karung SF = 1,5 Dalam pemuatan ini diperhitungkan broken stowage 10 % Hitung : Berat muat beras yang dimuat ? Jawab : = 10.000 m3

Bale capacity BS 10 % =

10/100 X 10000

Effective space Muatan beras

= 1.000 m3 _ = 9.000 m3

= Effective space : SF = 9.000 m3

: 1,5 m3/ton = 6000 Ton

5

ISTILAH ISTILAH 1. Ad valorem cargo = Muatan yang berharga, nilainya tinggi. 2. Back freight = Pembayaran kembali kepada kapal, karena kapal membawa kembali ke pelabuhan asalnya. 3. Broken Stowage = Adalah Ruangan kosong yang tidak bisa diisi muatan. 4. Capacity plan = Adalah bagan kapal yang berisi data-data tentang kapasitas ruang muat, daya angkut, ukuran palka dan tangki, deadweight scale, free board, letak titik berat palka/tangki dll. 5. Cargo outturn report = Laporan hasil kegiatan muat bongkar barang di pelabuhan. 6. Claim = tuntutan ganti rugi yang di ajukan oleh penerima barang, karena barangnya rusak atau kurang. 7. Container stack load = Kemampuan geladak (4 sepatu container) untuk menahan berat container container yang ditempatkan diatasnya. 8. CY (container yard) = Lapangan penumpukan container di dalam pelabuhan. container di susun rapi memakai top loader atau side loader secara berbaris. 9. CFS (Container freight stations) = Tempat dimana muatan2 dimuat ke dalam container (stuffing) atau muatan dikeluarkan dari container (stripping), Biasanya di luar pelabuhan. 10.Cargo Stowage Plan = Suatu bagan (gambar kapal) di mana muatan ditempatkan.

Dilengkapi

data

tujuan/jumlah/berat

muatan,

serta

pelabuhan muat dan pelabuhan bongkar masing2 muatan. 11.Container Bay Plan = Suatu bagan (gambar kapal) dimana muatan container ditempatkan didalam palka dan diatas geladak, dengan urutan : Bay ganjil/genap dihitung dari depan ke arah belakang. Row dihitung dr tengah ke arah pinggir kapal & dilihat dr arah belakang. Tier tumpukan container, dihitung dari bawah ke atas.

6

12.Constructive total loos = Kapal atau muatan yang rusak, dimana biaya utk menyelamatkan/memperbaiki akan melebihi nilai harga kapal/muatan tsb. 13.Delicate cargo = Muatan yang peka terhadap bau-bauan. 14.Dangerous cargo = Muatan berbahaya, muatan yang sifatnya bisa membahayakan kapal, atau muatan atau orang di kapal. 15.Dead freight = Uang denda (freight minimal) yang harus di bayarkan kepada kapal, karena shipper tidak menepati janji untuk memuat kapal dengan muatan penuh. 16.Deadweight factor = Perbandingan antara isi ruang muat dan daya angkut muatan kapal tersebut. 17.Demmurage = Uang yang harus dibayarkan oleh pencharter karena muat bongkar melebihi laydays yang tercantum didalam charter party. (lawannya despatch). 18.Deck load capacity = Adalah kemampuan geladak untuk menahan beban muatan diatasnya, dinyatakan dalam ton/m2 atau lbs/ft2. 19.Filler cargo = Muatan yang dipakai untuk mengisi ruangan yang tidak bisa dipakai (ruangan2 kosong) 20.Flenzen = Muatan yang datangnya terlambat pada saat kapal akan berangkat, sehingga belum ditempatkan di palka dengan baik (temporary stowage). 21.Full and Down = Suatu keadaan dimana kapal dimuati hingga seluruh ruang muat penuh, dan kapal mencapai sarat maksimum yang di ijinkan. 22.FCL (Full Container Load) = Container yang berisi muatan untuk satu tujuan (consingnee). 23.General average = Perbandingan pengorbanan dari semua pihak yang berkepentingan sesuai dengan nilai dari barang yang dimilikinya, pada waktu jumlah barang muatan dikorbankan untuk menyelamatkan kapal dan muatan lainnya dari suatu bahaya.

7

24.Gang hour = Kemampuan buruh dalam muat bongkar barang setiap jamnya (ton/jam). 25.Heavy lift cargo = Muatan berat, yaitu muatan yang beratnya melebihi kemampuan daya angkut alat bongkar muat kapal. 26.Indispute = Suatu keadaan dimana terjadi perbedaan jumlah muatan antara keadaan sebenarnya dan data didalam dokumen. 27.Long length cargo = Muatan yang panjangnya melebihi panjang mulut palka (hatch coaming). 28.Long hatch = Keterlambatan muat bongkar, krn trlambat disalah 1 palka. 29.LCL (Less than Container Load) = Container yang berisi muatan lebih dari satu pemilik muatan. 30.LASH = Lighter Aboard Ship = Adalah jenis kapal yang mampu mengangkut muatan berupa tongkang (barges) 31.Manko = Selisih antara berat muat yang dimuat dan dibongkar. 32.Measurement ton = Suatu ukuran muatan dengan dasar perhitungan 1 measurement ton sama dengan 1,116 M3 (40 cft). 33.Optional Cargo = Muatan yang memiliki lebih dari satu pelabuhan bongkar, dan menunggu keputusan shipper, dimana kepastian pelabuhan bongkarnya. misalnya muat di Tg Priok bongkarnya mungkin di Amsterdam/atau/ Hamburg. 34.Odorous cargo = Muatan yang mengeluarkan bau menyengat dan dapat merusak muatan lain karena baunya. 35.Over carriage cargo = Keadaan dimana suatu muatan terbawa melewati pelabuhan bongkarnya, karena kelalaian dalam membongkar. 36.Over stowage cargo = Keadaan dimana suatu muatan akan dibongkar berada dibagian bawah dari muatan pelabuhan berikutnya. 37.OBO (OIL BULK ORE) = Kapal pengangkut minyak sekaligus biji besi. 38.Refrigerated cargo = Muatan dingin, muatan yang memerlukan ruangan khusus pendingin. 8

39.Revenue ton = Suatu ukuran untuk menentukan freight (uang tambang), pertimbangan antara beratnya atau volumenya barang. 40.RORO (Roll on Roll off) = Jenis kapal yang dilengkapi dengan ramp (jembatan = jalan) utk kendaran masuk/keluar kpl langsung ke darmaga. 41.Shortlanded cargo = Jumlah muatan yang dibongkar kurang dari yang sebenarnya. Disebut “shorlanded indispute” lawannya over landed 42.Surchage = Uang tambahan dari freight rate, oleh karena ukuran/ berat muatan melebihi ukuran yang di tentukan. 43.Stowage factor

(SF) = Adalah jumlah ruangan dalam M3, yang

digunakan untuk memadat muatan seberat 1 ton. 44.SWL (Safety Working Load) = keamanan muat dari peralatan muat bongkar di kapal sesuai certificate yang dimilikinya. 45.Transhipment cargo = muatan di pindah ke kapal lain. 46.TEUS (Twenty Feet Equivalent Unit Standart ) = Unit padanan petikemas ukuran panjang 20 kaki, misal cont 20’ = 1 TEU dan 1. Sedangkan bila cont 40’ = 2 TEU’s. 47.FEUS (fourthy feet equivalent Unit Standart) = Unit padanan petikemas ukuran panjang 40 kaki 48.Thievage = Prosentase air didalam muatan cair didalam tangki (misalnya latex, palm oil). 49.Tracer = pengusutan terhadap muatan-muatan yang rusak atau hilang atau berkurang, dengan cara menghubungi kapal dan pelabuhan pelabuhan lain yang di singgahi. 50.ULCC (Ultra Large Crude Carrier) = Kapal tangker pengangkut minyak mentah ukuran sangat besar. 51.Ullage = Jarak tegak dari permukaan cairan didalam tangki hingga tank top (lawannya innage = sounding). 52.VLCC (Very Large Crude Carrier) = Kapal tangker pengangkut minyak mentah ukuran besar. 9

Pengaturan dan teknik pemuatan diatas kapal merupakan salah satu kecakapan pelaut (seaman ship) yang menyangkut berbagai macam aspek tentang bagaimana cara melakukan pemuatan diatas kapal (loading), bagaimana cara melakukan perawatan muatan selama dalam pelayaran, bagaimana melakukan pembongkaran di pelabuhan tujuan (discharging dan bagaimana menyimpan di gudang. Stowage atau penataan muatan merupakan suatu, pengetahuan tentang memuat dan membongkar muatan dari dan ke atas kapal sedemikian rupa agar terwujud 5 prinsip pemuatan yang baik. Untuk itu para perwira kapal dituntut untuk memiliki pengetahuan yang memadai baik secara teori maupun praktek tentang jenis-jenis muatan, perencanaan pemuatan, sifat dan kualitas barang yang akan dimuat, perawatan muatan, penggunaan peralatan muat bongkar, dan ketentuan-ketentuan lain yang menyangkut masalah keselamatan kapal dan muatan. A. JENIS-JENIS MUATAN 1. Ditinjau dari cara pemuatannya  Muatan curah (bulk cargo), muatan yang dimuat kekapal dengan cara langsung dicurahkan kedalam kapal,

jadi

muatan tanpa kemasan, misalnya jagung pipilan, gandum, kedelai, kacang hijau, pelet dan lain-lain. Namanya kapal curah  Muatan campuran (general cargo), muatan yang terdiri dari berbagai jenis muatan

bisa dimuat di satu ruang muat,

misalnya kopi, teh , sawn timber, roll kabel, plat besi dan lainlain . Namanya kapal general cargo  Muatan dingin (refrigerated cargo), muatan yang harus dijaga suhunya tetap dingin, misalnya daging, buah-buahan, sayuran dan lain-lain. Namanya refer vessel

10

 Muatan minyak, adalah muatan olahan hasil minyak baik cair ataupun gas, misalnya minyak mentah, minyak tanah, bensin, solar, LNG, LPG dan lain-lain . Namanya kapal tanker  Muatan Kontainer adalah muatan yang dimasukkan kedalam kontainer. Namanya kapal kontainer 2. Jenis barang Ditinjau dari sifat sifat muatan  Muatan kotor adalah muatan yang meninggalkan atau mengeluarkan banyak kotoran atau debu sehingga dapat mengotori muatan lainnya atau pekerja, misalnya: semen, arang, pupuk kandang, biji besi, tanah liat dan lain-lain  Muatan bersih adalah muatan yang tidak meninggalkan kotoran, dan supaya dijaga kebersihannya misalnya: Pakaian, kain, kapuk, kapas, buku, kertas dan lain-lain  Muatan cair, adalah muatan yang berbentuk cairan yang tidak dikemas dalam botol, tidak dikemas dalam drum atau kemasan lainnya, muatan cair dimuat ke kapal dengan cara cairan dicurahkan atau di pompa ke tanki kapal. Misalnya: air tawar, bensin, solar, minyak tanah, minyak goreng, muatan ini bisa membasahi atau merusak muatan kering.  Muatan basah adalah muatan yang bisa meneteskan cairan misalnya aqua dalam botol, minyak goreng dalam kaleng, jenis-jenis minuman kaleng, kayu basah, kulit hewan yang masih basah dan lain-lain, muatan ini bisa membasahi atau merusak muatan kering

11

 Muatan kering adalah muatan padat yang kadar airnya sangat kecil, dan supaya dijaga

tetap kering, misalnya : beras,

gandum, tepung tapioka, triplek, dan lain-lain  Muatan berbau adalah muatan yang menimbulkan bau menyengat (karena aromanya, bau busuk dan lain-lain) yang dapat menimbulkan kerusakan

atau menularkan bau pada

muatan lain, misalnya terpentin, pupuk kandang, karet mentah, ikan asin, terasi dan lain-lain  Muatan peka adalah muatan yang sangat peka (mudah rusak) karena pengaruh bau muatan lain atau muatan yang mudah terpengaruh oleh bau, misalnya: Susu, roti kering, makanan bayi, dan lain-lain  Muatan berbahaya adalah muatan yang karena sifatnya atau karena berdasarkan pengalaman dapat membahayakan kapal, awak kapal, membahayakan gudang, buruh maupun muatan lain, misalnya: bahan peledak, racun, bahan bakar, bahan kimia, Radio active dan lain-lain 3. Ditinjau dari beratnya  Muatan ringan (light cargo) adalah muatan yang SF-nya lebih besar dari 1,116 M3/ton (berlaku di indonesia dan asia), misalnya kertas, kayu, kapas, rotan, kopi, beras dan lain-lain Muatan ringan membayar uang tambang, uang sewa gudang, berdasarkan volume muatan (M3)  Muatan berat (heavy cargo) adalah muatan yang SF-nya lebih kecil dari 1,116 M3/ton, misalnya, besi, pasir besi, timah, semen, pasir, dan lain-lain 12

Muatan berat membayar uang tambang, uang sewa gudang, berdasarkan beratnya (Ton)  Measurement ton (Meas Ton) adalah ukuran volume volume 1,116 M3/ton muatan standart, 1 meas ton = 1,116 M3, contoh muatan yang sama persis tidak ada, satuan ini digunakan biasanaya atas kesepakatan bersama antara pengirim barang dan pihak kapal pembayaran freight muatan berdasarkan 1,116 M3 volume muatan, walaupun sebenarnya muatannya adalah muatan ringan.  Muatan berbahaya (dangerous cargo) Muatan berbahaya, membayar uang tambang berdasarkan resiko bahayanya, misalnya:

bahan peledak, bahan bakar,

bahan kimia, racun, radio aktive, dan lain lain.  Muatan berharga Muatan berharga membayar uang tambang berdasarkan harga barangnya, atau nialai barang tersebut. Misalnya: emas, perak, barang antik dan lain lain B. PRINSIP-PRINSIP PEMUATAN Pada dasarnya yang perlu diperhatikan dalam menangani muatan diatas kapal adalah tahapan-tahapan penting dalam pemuatan dan pembongkaran. Untuk mendapatkan kegiatan yang diharapkan, para mualim perlu memahami dan melaksanakan prinsipprinsip pemuatan sebagai berikut : 1. Melindungi awak kapal dan buruh (safety of crew and longshoreman) 2. Melindungi kapal (to protect the sip) 3. Melindungi muatan (to protect cargo)

Peralatan muat bongkar adalah suatu susunan dari berbagai alat sedemikian rupa utuk membongkar barang dari kapal dan memuat barang ke dalam kapal. Adapun susunan tersebut terdiri dari batang pemuat, tiang pemuat, mesin Derek, hendel derek yang diperlengkapi dengan berbagi jenis block dan tali temali. Untuk kapal cargo modern, 13

sering digunakan keran (Crane) sebagai alat bongkar muat, dan untuk kapal-kapal khusus menggunakan alat muat bongkar yang sesuai dengan jenis barang yang diangkat, misalnya conveyor (escalator) untuk kapal curah misalnya muatan batu bara., Berbagai jenis pipa dan pompa untuk kapal tanker atau LPG. A. BATANG PEMUAT TUNGGAL 1. Batang pemuat tunggal dan nama bagian-bagiannya : 1. Tiang kapal utama (main mast) 2. Batang pemuat (boom) 3. Tiang kapal atas 4. Pengayut (topping lift) 5. Kerek muat (cargo block) 6. Tali muat (cargo runner) 7. Rantai pengayut / tali pengayut 8. Block bawah (hill block) 9. Gay (guy) 10. Ganco (cargo hook) 11. Pangsi (derek muat) 12. Handel derek Umumnya batang pemuat terbuat dari baja yang mempunyai daya angkut 5 ton atau lebih. Pada batang pemuat tertera berat beban maksimum yang dapat diangkat dengan aman oleh batang pemuat tersebut. Panjang batang pemuat sedemikian rupa sehingga dapat mengambil muatan disamping lambung kapal. Menurut Undang-Undang: panjang cargo runner (tali muat) adalah apabila batang pemuat diturunkan sampai sudut 250 dengan bidang datar maka tali muat dan kait muat (ganco) harus bisa mencapai 2,5 M di luar lambung kapal. Panjang tali muat tersebut juga harus bisa mencapai pojok terjauh palkanya dengan tali muatnya masih sisa 4 s/d 6 gulungan di winch rolle. Pemasangan batang pemuat sedemikian rupa, sehingga dapat digerakkan naik turun, mendatar kekiri kekanan. Gerakan ini

14

disebabkan oleh adanya baut terbut pada ujung bawah batang pemuat itu. Gerakan batang pemuat keatas kebawah diatur : - Adanya pengayut (topping lift) - Adanya baut terbut pada ujung bawah batang pemuat Gerakan kesamping / kekanan diatur oleh : - Adanya gae (guy ) yang kadang-kadang diperkuat dengan penjamin (borg) dari kawat baja - Adanya baut terbut Dengan demikian sebuah batang pemuat yang telah siap digunakan terdiri dari : - Batang pemuat, tali muat dan kait muat - Pengayut dengan kerek-kereknya - Gay gay (guy) dengan takal dan kerek-kereknya serta kadang kadang

diperkuat

dengan

preventer

(kawat

penjamin

keamanan) - Pangsi (derek = winch) yang menggerakkan tali muat. 2. Gaya-gaya yang bekerja pada peralatan muat bongkar a. Tegangan (kekuatan) pada barang pemuat (boom) b. Kekuatan yang menekan pada batang pemuat (boom) c. Tegangan pada tali penyangkut d. Tegangan pada tali pemuat e. Kekuatan menekan pada terbut Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa : ∆ BAC ∆ AEF BC : AC = AF : EF BC = AD

15

a. y : Jadi tegangan pada batang pemuat =

Didalam praktek beban merupakan berat muatan ditambah setengah berat batang pemuat. Dalam hal ini berat batang pemuat akan terbagi ratarata antara blok terbut dan block atas tali muat sehingga masing-masing bagian akan mendapat tekanan sebesar setengah berat batang pemuat.

b. Jadi kekuatan pada boom = Jika berat boom diabaikan maka y =

c. Tegangan pada pengayut (topping lift) Dari gambar dapat pula dilihat bahwa : ∆ BAC ∆ AEF AB : AC = AE : EF

d. Tegangan pada tali muat : K:

e. Kekuatan menekan pada terbut : Kekuatan menekan pada terbut = Kekuatan mendatarnya = angka diatas x cosinus sudut kedudukan batang pemuat dengan bidang datar Keterangan : W : berat muatan (ton) h : berat boom (ton) f : faktor gesekan (%) 16

p : Jumlah keping n : jumlah tali ulang K:SWL : tegangan pada tali pemuat (ton) ( W+ ½G) : beban (ton) Y : kekuatan pada boom (ton) X : tegangan pada tali pengayut (ton) AE, AF, EF (m) n : P (biasa) n : P + 1 (menguntungkan) Contoh soal : Sebuah batang pemuat mempunyai panjang 11 m dengan berat 1,5 ton, ditahan oleh sebuah pengayut yang panjangnya S m, P =1 disusun secara biasa. Jika muatan yang akan diangkat seberat 3 ton, gesekan per keping blok diperkirakan 5% jarak terbul sampai dengan kerek pengayut = 6,5 m ditanyakan a. Berapa kekuatan menekan pada batang pemuat ? b. Berapa tegangan pada pengayut ? c. Berapa tegangan pada tali muat ? d. Berapa kekuatan menekan pada terbut ? Jawab : a. Kekuatan menekan pada batang pemuat = Beban x 1 keping = = = 6,75 ton b. Tegangan pada pengayut : c. Tegangan pada tali pemuat : 2,1 ton

17

d. Kekuatan menekan pada terbut : didapat dari kekuatan menekan pada boom + ½ berat batang pemuat. Jadi 6,75 + 0,75 = 7,5 ton

3. Cara menyiapkan batang pemuat Pada saat kapal berlayar, batang pemuat ditidurkan mendatar dengan ujung batang pemuat disangga oleh sebuah tiang yang disebut dalang-dalang batang pemuat (boom cradle). Pada pelayanan jauh, pada umumnya tali muat atau rip (caryfall) dibuka, demikian pula penjamin, guy dan block-block yang tinggal hanya pengayut. Pada waktu menyiapkan alat bongkar muat terlebih dahulu semua tali muat, block, guy dipasang pada posisinya. Kemudian pengayut dihibob dengan tangan, kalau batang pemuat agak berat dihibob dengan fungsi batang pemuat sampai batang pemuat miring sesuai dengan yang dikehendaki. Kemudian pengayut diikat pada mata deck atau pada “cleat”

4. Cara menggunakan batang pemuat Pertama ganco dikaitkan ke muatan W dengan pertolongan sling B. kemudian tali muatan H dihibob dengan pangsi C, sampai muatan melewati ambang palka D. Kemudian gae E dihibob, sampai muatan melewati lambung F. seterusnya area tali muat, sampai muatan mencapai dermaga. Demikian pula sebaliknya. Pelaksanaan bongkar muat dengan cara ini memakan waktu, memakan tenaga, karena tiga komponen yang harus digerakkan yaitu (tali muat H, gae F, gae G) dan pencapaian kesamping terbatas, karena guy terikat pada kubu kapal. Bilamana kapal mempunyai sepasang batang pemuat pada ketiga palka (sepasang), maka pelaksanaan bongkar muat dapat dipercepat dengan mengawinkan kedua tali muat batang pemuat-batang pemuat tersebut dan dinamakan sistem tali muat kawin / ganda (married fall system). B. BATANG PEMUAT GANDA 18

1. Batang pemuat ganda dengan sistem lapor kawin beserta nama bagianbagiannya. Keterangan : a. Tiang utama b. Tiang atas c. Palang (dulang) d. Tali pemuat e. Rumah geladak (deck house) f. Batang pemuat (boom) g. Pengayut (tropping lift) h. Guy tengah (middle guy) i. Roll pengayut (topping lift roller) j. Terbut k. Tali muat (cargo runner) l. Pangsi (derek muat) m. Guy purchase n. Penjamin (preventer guy) o. Lempeng segitiga (monkey face) p. Kait muat (cargo hook) q. Bolder (hits) r. Ambang palka (hatch coaming) s. Lobang palka t. Kerek guy tengah u. Kerek pengayut (topping lift block atas) v. Kerek pengayut bawah w. Kerek muat bawah (heel block) x. Mata di deck (padeycs) y. Pagar / kubu (bulwark) 2. Penggunaan alat sistem lapor kawin Penggunaan sling harus hati-hati agar ayunan antara ganco dan muatan tidak terlalu besar. Ujung ganco tidak perlu diangkat terlalu tinggi pada waktu muat/bongkar, sehingga mengurangi tegangan-tegangan pada giuk atau guy. Apabila diatur Reep kawin / married fall seperti gambar dibawah, harus diusahakan sudut antara 2 kawat muat (cargo runners) kurang dari 1200. Tegangan yang bekerja pada masing-masing tali pemuat (cargo runner) adalah = ½ K sec ½ sudut antara dua kawat tadi. Misalnya sudut = 1200 maka tegangan pada masing-masing cargo runner = ½ K Sec. 600 = ½Kx2=K

19

PERLENGKAPAN DAN ALAT PENUNJANG MUAT BONGKAR

A. PERLENGKAPAN Muat BONGKAR 1. Sling tali Sling tali Sling tunggal digunakan untuk angkatan satu atau dua bagian seperti gambar 4.1 (i) dan (ii). Sling tanpa ujung, digunakan untuk angkutan dua atau empat angkatan seperti gambar 4.1 (iii) dan (iv). Sling dua-kaki gambar 4.1 (viii) sling tiga kaki gambar 4 (ix) sling empat kaki gambar 4.1(x) Sling kawat Seperti gambar 4.1 (viii) (ix) (x) umumnya disangkutkan ke cincin dan pada tiap ujungnya dipasangi ganco dengan pengaman atau mata timli agar dapat mencengkeram segel. Catatan a. Pada setiap sling, maka seples-nya harus selalu bebas dari ganco. Yang paling baik ialah, seples itu diletakkan di bagian atau sisi antara yang rata dari barangnya. b. Sling tali lebih muhda penggunaannya dibandingkan sling baja dan lebih aman terhadap gesekan cat atau kemasannya, tetapi harus dijaga terhadap luka atau busuk. Sling dari tali mudah busuk kalau kena bahan kimia. c. Jika akan menghibob beban yang berat dan terbuat dari bahan yang keras, maka harus dilapisi dengan kayu at au kurang di bagian yang tajam agar tidak rusak atau luka. d. Barang yang akan dihibob harus diatur agar titik beratnya serendah mungkin, dan sudut antara bagian sling itu dibuat kecil. 2. Sling terpal Ini dibuat sepotong terpal yang dijahitkan pada tali 3 yang dipergunakan untuk pemuatan komoditi yang dikemas dalam karung atau sak, seperti beras, kopi, kedelai, kacang. Dengan menggunakan sling terpal, maka tegangan harus di bagian luarnya akan terbagi rata hingga terjaga dari kemungkinan rusak. Sling macam ini kadang juga dipakai untuk pemuatan tembakau. Dalam ukuran yang lebih besar dipergunakan untuk sapi. Agar supaya bagian depan dan belakangnya tidak menggencet badan sapi maka diberi batang kayu. Untuk tembakau juga dianjurkan dipasangi kayu seperti ini agar tidak merusak bal tembakaunya (gambar 4.2)

20

3. Sling rantai Terdiri dari sebuah rantai dengan dilengkapi cincin diujungnya dan di ujung lainnya diberi ganco atau cincin yang lebih kecil. Digunakan untuk barang-barang berat seperti ikatan pipa besi dan barang lain yang terbuat dari besi. Waktu menghibob dijaga agar tidak ada mata rantai yang terpilin. (gambar 4.3) Pada gambar 4.3 kita perlihatkan bagaimana seikat rel dihibob dengan sling rel pada salah satu ujungnya ditempatkan sepotong kayu. Pada K1. 2/3 panjangnya dililitkan sling rantau dua kali belitan. Ganconya dengan lengkungannya mengarah ke atas pada rantainya yang tegak. Di atas belitannya diberi sepotong tali diantara rel itu untuk menghindari gesekan juga agar tidak meleset, rantainya (tidak licin) rel itu untuk menghindari gesekan juga agar tidak meleset, rantainya (tidak licin) cara belitan ini banyak digunakan jika rel itu ditata didalam pulka, atau jika ruangannya terbatas untuk menengarainya secara datar. Pada waktu mulai menghibob, maka rantainya dipukul dengan sepotong kayu sampai rapat, agar supaya belitannya menjapit dengan sempurna. Namun demikian pekerjaan ini harus dilakukan dengan hati-hati, karena sangat berbahaya kalau rantairantainya putus, jika terjadi retakan. Rantainya retak sukar dilihat dengan mata telanjang. Agar diperhatikan bahwa rantai tidak boleh diperpendek dengan simpul seperti tali. Pipa-pipa juga dibelit secara ini dengan sling rantai. Ganconya dikaitkan pada ujung bawahannya, pada kurang lebih 2/3 dari panjangnya rantai dibelitkan keliling pipa. Rel-rel yang besar dan berat juga dihibob dengan cara ini, akan tetapi ujungnya bukan ganco, akan tetapi terdapat tabung seperti gambar 4.3(iii). Pada gambar 4.3(iv) nampak cara mengikat pelat besi. Kayu (a) digunakan untuk menghindari selip. Pelatpelat besi yang tebal dapat diikat dengan satu rantai, seperti gambar 4.3.4. Antara ganco dan pelat diletakkan sepotong kayu, supaya belitannya kencang, maka (d) dilewatkan diatas (b) lalu lewat dibawahnya (c). Gambar 4.3(vii) adalah cengkeram setan yang hanya dipergunakan untuk mengambil peti dari tumpukannya. Pada gambar 4.3(viii) nampak bagaimana alat ini dipergunakan, yaitu pasang pada sudut-sudutnya. Bagi barang-barang kecil dan yang mudah rusak (fragile) kemasannya dan sukar dibelit sling sepertibal karet, gulungan kawat berduri dan sebagainya, maka dipergunakan sling jala-jala, yang banyak macam dan bentuknya. Bahannya dari tali manila atau nilon yang berukuran 3 inci, sebagai pinggirannya. Pada sudut-sudutnya dan sepanjang pinggiran diberi seplesan.

21

Jika yang dibongkar barang dari besi maka dipergunakan sling jala-jala dari kawat seperti gambar 4.3 sudut-sudutnya diberi kaos yang cukup rata, untuk mengaitkan ganconya cukup kencang. 4. Sling minyak Untuk drum dan tong, dipergunakan sling minyak yang terdiri dari dua rantai pada satu cincin yang ujungnya ada ganconya. Ada juga yang terdiri dari dua rantai agar sekaligus dapat memuat beberapa tong atau drum. Ujungnya drum itu dikaitkan oleh ganco. Tidak dibenarkan untuk dipergunakan bagi tong yang berat isinya, karena kemungkinan akan patah ditengah-tengahnya (gambar 4.4) 5. Sling papan Pada dasarnya sama dengan sling terpal. Bedanya terpalnya diganti dengan papan sling ini digunakan untuk muat bongkar barang yang mudah rusak seperti semen, dan peti-peti kecil. 6. Sling dulang (traya) Bentuknya segi panjang, segitiga sama sisi atau papan yang bundar, dengan kuping-kuping besi untuk mengaitkan ganco sudutnya, sling dulang dipakai untuk peti-peti kecil, atau drum 7. Kotek Sama seperti dulang hanya tepinya diberi papan kayu agar barang yang ditempatkan disitu tidak keluar atau jatuh. Baik untuk memuat atau membongkar petipeti amunisi. 8. Potongan biola (viol struk) Potongan biola ini digunakan agar peti yang tidak kuat tidak akan rusak tergencet. Untuk keli yang berat, selalu dilengkapi dengan potongan biola, yang dapat merupakan balok kayu yang panjangnya melebihi lebar peti. Pada ujungnya sering diberi lekukan seperti gambar 4.8. Agar memudahkan pemasangan slingnya. Pada gambar nampak peti yang berat disling dengan menggunakan potongan biola (a), yang melindungi bagian atas peti. Peti bergantung pada dua sling. Untuk pengaman maka diberi kayu seperti (b) agar sling tidak tergelincir. Untuk menghibob mobil yang tidak dipak, maka dipergunakan autocradles atau sling mobil. Cara yang paling sederhana ialah seperti gambar 4.8(ii) dan gambar 4.8(iii). Sebuah potongan biola tergantung pada mata tali. Pada potongan biola itu tergantung dua sling terpal yang ujungnya lancip berukuran sama. Susunan ini diaria sampai 22

slingnya mengenai tanah. Mobil diatur agar kedua ban depan berada diatas terpal dan kedua ban belakang berada diatas terpal lainnya. Apabila sudah siap maka resepnya dihibob dengan hati-hati sampai kencang. Untuk menjaga agar badan mobil tidak tergores, maka diberi bantalan dibagian kiri-kanan, muka dan belakang. 9. Sling palet Untuk menghibob barang-barang yang pembungkusnya tidak kuatas seperti pupuk, tegel dan lainnya, dipergunakan yang disebut palet (pallet-inggris) yaitu papan yang bersusun seperti gambar 4.9 berukuran 1000 x 1200 mm (40” x 48”) Keuntungannya dari palet ini ialah ; a. Keamanannya lebih besar b. Kerusakan barang lebih kecil c. Dapat dihibob lebih banyak d. Pekerjaan akan lebih cepat

Kerugiannya : a. Lebih mahal b. Broken stowagenya lebih besar Namun demikian bagi beberapa muatan masih menguntungkan dengan pelat karena buruhnya krang, seperti pengapalan karet dengan system pelat yang dikepalkan dari beberapa pelabuhan Indonesia. Beberapa komoditi dapat dibentuk menjadi satu unit. Seperti karton, karung, sak dan peti-peti kayu yang berukuran kecil dapat disusun diatas palet menjadi satu unit yang kompak dengan diikat ban bajaj seperti gambar 4.9(i)(ii). Pada waktu mulai menghibob, maka rantainya dipukul dengan sepotong kayu sampai rapat, agar supaya belitannya menjapit dengan sempurna. Namun demikian pekerjaan ini harus dilakukan dengan hati-hati, karena sangat berbahaya kalau rantairantainya putus, jika terjadi sentakan. Rantainya retak sukar dilihat dengan mata telanjang. Agar diperhatikan, bahwa rantai tidak boleh diperpendek dengan simpul seperti tali. B. Alat penunjang muat bongkar Alat ini berfungsi untuk memperlancar proses cargo handling baik yang ada dikapal maupun yang ada dipelabuhan-pelabuhan. Berbagai contoh alat penunjang bongkar muat: 1. Forklift untuk mengatur muatan didalam palka, gudang heuk dll 2. Trave loader, untuk mengangkat pipa-pipa atau bahan-bahan lain pada ketinggian tertentu. Alat ini h ampir sama dengan forklift 3. Elevator, untuk muat bongkar muatan curah 4. Conveyor, untuk muat bongkar buah-buahan khususnya pisang 5. Granty crane, untuk muat bongkar container 23

6. Alat-alat lain seperti gambar terlampir.

24

Related Documents