4 Transmisi Budaya.docx

  • Uploaded by: Isnawati Djamal
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 4 Transmisi Budaya.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,814
  • Pages: 21
MAKALAH LANDASAN ILMU PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN MATERI TRANSMISI BUDAYA DAN PERKEMBANGAN INSTITUSI PENDIDIKAN

Oleh : 1. 2. 3. 4. 5.

Dosen Pembimbing Prof. Dr. Elizar, M.Pd Dr. Ambiyar, M.Pd

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah Transmisi Budaya dan Perkembangan Institusi Pendidikan. Shalawat beriring salam juga kami sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mengajarkan ilmu-ilmu yang bermanfaat dan membawa kita semua pada kebaikan. Makalah Transmisi Budaya dan Perkembangan Institusi Pendidikan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Landasan Ilmu Kependidikan PTK Program studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Pascasarjana Fakultas Teknik. Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat membantu penulis dalam menyelesaikan tugas kuliah dan bermanfaat untuk kedepannya. Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, atas bantuan dan dorongan yang diberikan penulis ucapkan terima kasih.Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah. Mudahmudahan makalah ini bermanfaat sebagai mana yang penulis harapkan.

Padang, Maret 2019

Penulis

i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..................................................................................

i

DAFTAR ISI .................................................................................................

ii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...................................................................................

1

B. Rumusan Masalah ..............................................................................

2

BAB II. PEMBAHASAN A. Wujud kebudayaan ..............................................................................

3

B. Transmisi Budaya dan Pendidikan ......................................................

6

C. Perkembangan Institusi Pendidikan ...................................................

10

BAB III. PENUTUP A. Kesimpulan .........................................................................................

17

B. Saran ....................................................................................................

17

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

18

ii

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan

dari

diri

manusia

sehingga

banyak

orang

cenderung

menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Mewariskan budaya dari generasi yang satu ke generasi yang lain melalui sebuah kegiatan pengiriman atau penyebaran sebuah kebiasaan/adat istiadat yang sulit untuk diubah disebut dengan transmisi budaya. Kebudayaan,

pendidikan,

imu

pengetahuan,

keterampilan,

dan

kecakapan hidup, merupakan hal yang menjadi variabel pembeda antara manusia dengan makhluk lain yang ada dimuka bumi ini. Sejalan dengan berjalannya waktu, hasil dari pemanfaatan akal manusia telah berhasil memperlihatkan hal-hal yang sangat luar biasa, fantastis, dan memberikan decak kekaguman kepada semua orang. Salah satu contoh sebagai hasil dari berpikirnya akhirnya manusia berhasil membuat kapal terbang, sehingga tidak kalah dengan burung, atau berhasil membuat kapal laut dan tidak kalah dengan ikan, bahkan akhir-akhir ini banyak sekali berbagai penemuan penting dalam berbagai seri kehidupan manusia, yang tentunya sangat bermanfaat untuk menunjang memudahkan orang menjalani kehidupannya, semisal adanya internet, yang telah menghubungkan orang dari berbagai belahan bumi, dan produk teknologi yang lainnya. Kebudayaan akan berubah terus sejalan dengan perkembangan zaman, percepatan perkembangan ilmu

dan teknologi,

serta perkembangan

kepandaian manusia. Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. pendidikan dan kebudayaan mempunyai pengaruh timbal balik. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat

1

mengubah kebudayaan. Disini tampak bahwa peranan pendidikan dalam mengembangkan kebudayaan adalah sangat besar.

B. Rumusan Masalah 1. Menjelaskan Kebudayaan dan sub kebudayaan? 2. Menjelaskan transmisi pudaya dan pendidikan? 3. Menjelaskan perkembangan institusi perkembangan?

2

BAB II PEMBAHASAN

A. Kebudayaan dan Sub Budaya Dari Pembicaraan Tentang kebudayaan yang telah dilakukan sampai saat ini telah terlihat bahwa kebudayaan merupakan sistem gagasan yang telah berkembang secara historis dan memiliki organisasi dan struktur yang berkembang terus menerus yang dipelajari oleh anggota-anggota suatu masyarakat. Sistem gagasan yang bersumber dari akal manusia itu melahirkan bentuk-bentuk tingkah laku berpola dan berbagai jenis kebudayaan materil. Karena itu secara analitis Koentjaraningrat mengemukakan ada 3 wujud kebudayaan yaitu wujud kompleks ide-ide, wujud kompleks aktivitas kelakuan berpola, dan wujud benda-benda hasil karya manusia. Wujud yang pertama ada dalam pikiran anggota-anggota suatu masyarakat atau bila telah dituangkan dalam berbagai media, maka akan di temui dalam berbagai media cetak atau media elektronik. Dalam masyarakat seringkali wujud ideal kebudayaan ini dinamakan adat tata kelakuan atau adat saja. Kebudayaan ideal ini tata kelakuan yang mengatur, mengendalikan dan member arah kepada kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat. Menurut Koentjaraningrat wujud ideal ini akan membentuk nilai, norma, hukum, dan peraturan-peraturan. Nilai adalah bentuknya yang paling abstrak dan luas cakupannya sedang aturan sopan santun adalah yang paling konkrit, dan sempit ruang lingkupnya. Kalau dibandingkan dengan isi kebudayaan yang dikemukakan Bierstedt maka wujud kebudayaan ideal dari Koentjaraningrat ini sama dengan sistem gagasan dan norma-norma atau "ideologi yang dapat bermakna sebagai sebuah sistem gagasan yang saling berhubungan yang dianut oleh sebuah kelompok sosial atau suatu masyarakat yang mencerminkan, merasionalisasikan, dan mempertahankan kepentingan dan komitmen institusional kemasyarakatan, moral, keagamaan, politik, dan ekonomi mereka yang khusus. Ideologi tersebut berfungsi sebagai pembenaran 3

logis dan filosofis dari pola tingkah laku kelompok atau anggota anggota suatu masyarakat,

dan

juga

kepercayan-kepercayaan

dan

tujuan-tujuan

kemasyarakatan mereka. Unsur-unsur dari ideologi tersebut cenderung untuk dianggap sebagai kebenaran atau dogma bukan hanya sebagai formulasiformulasi bersifat tentatif". Karena itu ideologi atau adat itu seringkali sangat mengikat. Wujud kedua dari kebudayaan adalah tingkah laku nyata yang berpola yang dapat diamati dalam aktivitas-aktivitas anggota-anggota masyarakat yang berinteraksi, berhubungan, dan bergaul berdasarkan tuntunan nilai, norma, peraturan, atau adat istiadat tertentu. Kelakuan berpola ini seringkali dinamakan sistem sosial yang secara konkrit dapat diamati, didokumentasi, dan difilmkan. Wujud kebudayaan yang ketiga adalah hasil karya anggota-anggota suatu masyarakat dan semua benda-benda yang mempunyai makna dalam kehidupan suatu kelompok atau suatu masyarakat. Ketiga wujud kebudayaan tersebut disampaikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Proses penyampaian kebudayaan tersebut secara umum dinamakan transmisi budaya. Apakah semua wujud suatu kebudayaan dipelajari oleh semua anggota suatu masyarakat? Atau, haruskah seorang anggota suatu masyarakat mengetahui semua wujud dan unsur-unsur kebudayaan masyarakatnya? Secara teoritis ada kemungkinan bahwa dalam suatu masyarakat sederhana yang terdiri dari beberapa puluh orang, seorang anggota yang telah dewasa dapat mengetahui hampir semua unsur budaya kelompoknya. Namun demikian adanya pembagian kerja yang paling elementer antara wanita dan pria telah menyebabkan adanya perbedaan dalam penguasaan unsur-unsur dan wujud kebudayaan yang dapat dikuasai oleh seseorang. Makin tinggi tingkat pembagian kerja dan makin banyak jumlah anggota suatu masyarakat, makin kompleks teknologi yang digunakan, maka makin terbatas unsur dan wujud 4

budaya yang dikuasai oleh seorang anggota suatu masyarakat. Apalagi kalau suatu masyarakat atau bangsa terbentuk sebagai akibat penggabungan berbagai suku bangsa. Dalam konteks yang demikian dalam membahas dan menganalisa kebudayaan perlu dipahami konsep "sub-culture", yaitu sebuah unit dalam sebuah kebudayaan yang lebih besar, sebuah unit yang memiliki beberapa hakekat dari ideologi sebuah kebudayaan yang lebih besar tetapi dapat dikenal secara khusus karena ia memiliki pola-pola berfikir tersendiri. Dengan demikian dalam pembicaraan mengenai kebudayaan dunia ada orang yang membuat katagori sub-budaya Timur dan sub- budaya Barat. Secara sederhana To Thi Anh menggambarkan karakteristik kebudayaan Barat dan Timur dalam kalimat-kalimat berikut ini. Yang pertama, Barat memilih "menguasai fisis" dan Timur "menguasai psike", (seperti dikatakan Rongenout). Untuk orang Barat, menguasai alam berarti menerima semua tugas berat untuk merobah dunia, "tenggelam di dalamnya" dengan '"badan dan jiwa meski resiko apa pun yang terjadi". Dan hasilnya ialah ilmu pengetahuan, teknik, kekayaan, standar hidup yang tinggi, organisasi-organisasi ekonomi, sosial dan politik. Harganya: Kerja keras, ketegangan, kontradiksi, "kecemasan mendasar dan ketidak teraturan permanen". Untuk orang Timur, menguasai roh berarti menguasai ambisi, nafsu dan berjuang melawan dunia, mencari damai batin dan menjaga hubungan harmonis dengan orang lain, dengan alam dan dengan yang absolut. Konsekuensinya: kemiskinan, sikap moderat, kesabaran, menikmati hidup sebagai suatu tujuan dan bukan sebagai suatu cara, santai dan bijaksana. Yang kedua, orang Barat memusatkan perhatian pada martabat persona, beserta hakhak dan kebebasannya, dengan resiko individualisme. Perasaan terikat dengan keluarga, klan atau kelompok, adanya hubungan dan partisipasi dengan realitas yang tak kelihatan makin menghilang. Timur memilih mengagungkan totalitas, di situ manusia sebagai anggota dengan resiko kehilangan hakhaknya. Individu di Timur tidak menikmati perkembangan keunikannya secara

5

penuh kontemplasi, individualisme atau partisipasi adalah dua pandangan kunci yang menerangkan perbedaan Timur dan Barat. Kedua hal ini juga merupakan dilema manusia paling fundamental yang kita hadapi di setiap hari dimana saja. Sampai sejauh mana kita bisa mencampuri situasi dan kapan kita harus tetap diam? Dimana letak batas yang tepat antara pengakuan diri dan solider dengan orang lain? Nilai-nilai yang saling berlawanan ini membentuk suatu dialetik yang perlu untuk pertumbuhan, integrasi, dan perkembangan. Demikianlah dengan baik oleh Anh telah digambarkan sub-budaya Timur dan Barat sebagai bahagian konsep kebudayaan dunia. Dalam sebuah masyarakat majemuk berbagai sub-budaya akan dapat pula ditemui. Umpamanya dalam masyarakat Amerika Serikat akan di temui sub-budaya yang berasal dari adanya perbedaan asal usul etnis dan ras. Akan ada pula subbudaya yang berdasarkan kepada sex dan umur, daerah dan kelas sosial. Dalam konteks sub-budaya yang didasarkan atas umur akan ditemui adanya sub-budaya murid-murid Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, dan Pendidikan Tinggi. Antara berbagai sub-budaya dalam satu masyarakat terdapat saling hubungan, baik dalam bentuk kerja sama, persaingan, penyeragaman dan pemeliharaan ketak seragaman. Pemahaman konsep sub-budaya ini mempunyai arti penting, karena bisa terjadi ada jurang yang terdapat dalam transmisi budaya pada suatu sistem persekolahan, karena para guru mungkin berasal dari suatu sub budaya yang dominan, sedang siswa-siswa berasal dari kelompok-kelompok sub-budaya yang lain. Hal ini dapat menimbulkan kesukaran-kesukaran dalam pencapaian tujuan pendidikan yang telah direncanakan. Atau kalau guru guru pada suatu tingkat pendidikan terdiri dari jenis kelamin tertentu saja. Hal ini bisa mempengaruhi perkembangan kepribadian siswa-siswa. B. Transmisi Budaya dan Pendidikan Dalam

kepustakaan

yang

berhubungan

dengan

penyampaian

kebudayaan dari suatu generasi ke generasi berikutnya ditemui beberapa

6

istilah,

yakni

enculturation,

socialization

(sosialisasi/pemasyarakatan),

education (pendidikan), dan schooling (persekolahan). Secara sederhana mungkin

dapat

diterjemahkan

dengan

pembudayaan,

pemasyrakatan,

pendidikan dan persekolahan. Tetapi secara ilmiahnya istilah-istilah tersebut telah mendapat pengertian-pengertian tertentu yang perlu dijelaskan sehingga bermanfaat untuk kepentingan pemahaman gejala-gejala pendidikan. Menurut Herskovits, bahwa enkulturasi berasal dari aspek-aspek dari pengalaman belajar yang memberi ciri khusus atau yang membedakan manusia dari makhluk lain dengan menggunakan pengalaman-pengalaman hidupnya. Pada hakekatnya enkulturasi adalah pross pelaziman secara sadar atau tidak sadar yang dilakukan dalam batas batas yang diizinkan oleh suatu kebudayaan. Menurut Herskovits proses enkulturatif bersifat kompleks dan berlangsung hidup, tetapi proses tersebut berbeda- beda pada berbagai tahap dalam lingkaran kehidupan seorang. Enkulturasi terjadi secara agak dipaksakan selama awal masa kanak-kanak tetapi ketika mereka bertambah dewasa akan belajar secara lebih sadar untuk menerima atau menolak nilainilai atau anjuran-anjuran dari masyarakatnya. Bahwa tiap anak yang baru lahir memiliki serangkaian mekanisme biologis yang diwarisi, yang harus dirubah atau diawasi supaya sesuai dengan budaya masyarakatnya. Sejalan dengan pemikran ini, maka fungsi dari enkulturasi adalag merubah responrepons biologis anak-anak menjadi bentuk bentuk ingkah laku budaya yan secara sosial disetujui. Hasina adalah “biocultar behavior” atau tingkah laku kehidupan yang berbudaya. Kesamaan dari konsep enkulturasi dengan konsep sosialisasi terlihat dari pernyataan Herkovits yang mengatakan bahwa sosialisasi menunjukkan proses pengintegrasi individu ke dalam sebuah kelompok sosial, sedangkan enkulturasi

adalah

proses

yang

menyebabkan

kompetensi dalam kebudayaan kelompok.

7

individu

memperoleh

Untuk lebih menjelaskan persamaan enkulturasi dengan sosialisasi akan diajukan lagi pendapat yang dikemukakan oleh Hansen dan Gillin. Menurut Hansen, “enkulturasi mencakup proses perolehan keterampilan bertingkah laku,

pengetahuan

tentang

standar-standar

budaya,

dan

kode-

kode perlambangan seperti bahasa dan seni, motivasi yang didukung oleh kebudayaan, kebiasaan-kebiasaan menanggapi, ideologi dan sikap-sikap”. Sedangkan sosialisasi menurut Gillin dan Gillin adalah proses yang membawa individu dapat menjadi anggota yang fungsional dari suatu kelompok, yang bertingkah laku menurut standar-standar kelompok, mengikuti kebiasaankebiasaan kelompok , mengamalkan tradisi kelompok dan menyesuaikan dirinya dengan situasi-situasi sosial yang ditemuinya untuk mendapatkan penerimaan yang baik dari teman-teman sekelompoknya. Menurut

Herskovits

pendidikan

adalah

direct

learning

atau

pembelajaran secara langsung, sedangkan persekolahan adalah formalized learning atau pembelajaran secara formal. Pendidikan menurut Hansen merupakan sub-bagian dari enkulturasi yaitu usaha yang disengaja dan bersifat sistematis untuk menyampaikan keterampilan dan pengetahuan, kebiasaan berfikir dan bertingkah laku yang harus dimiliki oleh para pelajar sebagai anggota baru, artinya siswa seolah olah mengalami sendiri peran lingkungan yang tidak sama dengan peran dan lingkungan yang sebenarnya. Menurut Hansen, magang di sebuah bengkel merupakan sejenis pendidikan, tetapi bukan persekolahan. Wallace mendefinisikan persekolahan sebagai learning merupakan pembelajaran yang dilakukan di sekolah dan sekolah adalah institusi yang secara sistematik berusaha mengubah sekelompok orang yang punya perhatian yang sama dikumpulkan di tempat dan selama waktu tertentu dari kondisi ketidak tahuan menuju kondisi berpengetahuan, bermoral, berkepandaian, berpengetahuan teknis dan berketerampilan. Pendidikan merupakan semua pembelajaran yang diperoleh dari membaca atau mendengar penjelasan

8

simbolis yang dilakukan secara formal. Enkulturasi merupakan pengetahuan yang harus dikuasai seseorang dengan status tertentu sebagai anggota masyarakat yang mendukung suatu kebudayaan tertentu yang mencakup semua yang diperoleh di sekolah serta keterampilan dasar, mengenal disiplin waktu, tempat, dan teknik pelaksanaan proses terkait pemakaian toilet, bernafas, berjalan, makan dan tidur, bahkan juga cara menyampaikan perasaan dan informasi lain menggunakan ekspresi wajah, gerakan tubuh dan jenis gerak lainnya. Menurut Wallace proses ini adalah tentang keterampilan yang diperoleh melalui latihan, moralitas, dan intelek. Dalam literatur pendidikan kini ada beberapa istilah pendidikan formal, informal, dan non formal. Pendidikan formal adalah sistem pendidikan yang disusun secara hirarkis dan berjenjang dimulai dari sekolah dasar sampai universitas, dan program pendidikan kejuruan teknik dan profesional. Pendidikan

informal

adalah

pendidikan

seumur

hidup

yang

memungkinkan individu memperoleh sikap, nilai, keterampilan, dan pengaruh yang bersumber dari lingkungannya seperti keluarga, tetangga, tempat kerja, dan media massa. Informal merupakan tipe proses belajar yang bersifat tidak terorganisasi dan tidak tersistematisasi. Namun, pendidikan informal berdasar pada pengetahuan yang diperoleh individu selama hidupnya. Proses ini sering disebut learning by doing karena diperoleh melalui pergaulan dengan teman sebaya atau teman bekerja, atau dari kegiatan masyarakat. Pendidikan ini dilaksanakan dalam masyarakat. Pendidikan non formal merupakan kegiatan terorganisasi diluar sekolah formal atau sistem yang bertujuan untuk mengkomunikasikan gagasan tertentu, pengetahuan, keterampilan, sikap, dan prakteksebagai jawaban terhadap kebutuhan yang telah ditetapkan. Pendidikan nonformal terpusat pada kehidupan sosial dan individual dan kemampuan dalam pekerjaan. Pendidikan ini penting karena kegunaannya dan pengajarannya yang praktis. Pendidikan nonformal lebih berorientasi membantu individu memecahkan

9

masalah. Pendidikan non formal langsung berhubungan dengan kebutuhan kebudayaan dan kebiasaan setempat. Pengajaran dilaksanakan melalui penyuluhan yang bekerja sama dengan tenaga ahli. Keragaman pengertian pendidikan tersebut membantu memberikan pemahaman

kepada

pengelola

sistem

pendidikan

dan

badan

yang

melaksanakan proses pendidikan. Berbagai keterbatasan ekonomi dan waktu dapat diatasi dengan menggunakan pendidikan non formal sebagai pengganti pendidikan formal. Kemajuan teknologi membutuhkan pendidikan non formal karena membutuhkan pengetahuan dan teknologi baru yang memerlukan perkenalan dan latihan. Berbagai media pendidikan telah digunakan dalam transmisi budaya mulai dari keluarga, sekolah, teman sebaya, medi massa, lingkungan kerja, sehingga memungkinkan untuk memilih mana yang paling efektif dan efisien untuk menyampaikan pesan budaya yang diinginkan sesuai dengan kemampuan.

C. Perkembangan Institusi Pendidikan Dalam masyarakat manusia pendidikan merupakan gejala yang universal, tapi tidak semua masyarakat punya sistem persekolahan atau pendidikan formal. Setiap masyarakat melatih perkembangan gerakan fisik sejak dari kelahiran seorang bayi. Teknik-teknik yang dipakai akan berpengaruh terhadap perkembangan struktur kepribadian anak kelak kalau mereka telah dewasa. Semua masyarakat melatih anak-anak menggunakan media komunikasi yaitu bahasa. Tidak ada satu masyarakatpun yang tidak mengajarkan kepada anggota-anggotanya bagaimana cara mendapatkan mata pencarian hidup dan menanamkan nilai-nilai ekonomi yang disetujui masyarakatnya. Aturan-aturan moral dalam masyarakat apa pun selalu dibudayakan. Semua masyarakat membudayakan unsur-unsur budaya universal, tapi bagaimana caranya, dan media apa yang dipakai terdapat perbedaan-perbedaan. Hal ini tergantung perkembangan kebudayaan suatu

10

masyarakat. Makin berkembang suatu masyarakat, makan makin diperlukan formalisasi pendidikan bagi generasi mudanya. Pendidikan formal diluar keluarga kelihatannya akan mulai berkembang bila struktur sosial suatu masyarakat sudah cukup terdiferensiasi sehingga anak-anak dapat memperoleh kedudukan dan peran yang berbeda dari orang tua mereka. Demikian pula bila keterampilan dipelajari dengan mudah atau bila para orang tua sendiri tidak mungkin lagi mampu mengajarkannya, maka keterampilan-keterampilan tersebut akan diajarkan mula-mula oleh orangorang yang dekat dengan anak-anak dan nantinya mungkin oleh orang lain yang khusus dilatih untuk itu (para spesialis). Hal ini akan menjurus pada pembentukan sistem persekolahan. Perkembangan persekolah juga tergantung kepada faktor-faktor seperti kemampuan suatu masyarakat untuk membiayai sistem persekolahan, kemungkinan orang tua membebaskan anak-anak dari pekerjaan produktif menolong orang tua, dan perhatian dari kelompok tertentu dalam mengawasi penguasaaan pengetahuan dari keterampilan tertentu dan dalam memberi kesempatan

kepada

generasi

muda

menguasainya

untuk

menjamin

kesinambungan masyarakat dan kelestarian pengetahuan. Dengan adanya faktor-faktor pendorong tersebut, maka dalam berbagai masyarakat telah berkembang berbagai bentuk sistem persekolahan, termasuk dalam masyarakat sederhana dengan ekonomi yang masih bersifat subsistensi dalam belum mempunyai aksara. Pemilikan aksara dapat dipakai sebagai salah satu faktor kunci dalam menentukan tingkat perkembangan kebudayaan. Ada atau tidaknya adanya aksara dalam suatu masyarakat membawa perbedaan besar yang bersifat kualitatif dalam kehidupan kemasyarakatan. Hansen mengemukakan perbedaan kualitatif kehidupan masyarakat yang memiliki aksara dengan masyarakat tanpa aksara sebagai berikut: Masyarakat Tanpa Aksara Masyarakat Ber-aksara Jumlah pengetahuan relatif terbatas Jumlah pengetahuan besar dan dan tidak berkembang berkembang 11

Belajar bersifat informal dan tidak sistematik Pendidikan ditekankan terutama pada moralitas, etika dan agama

Belajar bersifat formal dan sistematik Pendidikan terutama mengenai “pengetahuan objektif” seperti matematika, sains, sejarah, kesasteraan. Pengetahuan yang disampaikan terutama bersifat abstrak dan tidak langsung berhubungan dengan kehidupan anak Mengajar merupakan sebuah pekerjaan

Pengetahuan yang disampaikan terutama yang bersifat konkrit, pragmatis, dan berhubungan langsung dengan kehidupan anak Mengajar hanya merupakan satu aspek dari seorang dewasa atau seorang spesialis Tidak ada sekolah formal Ada sekolah formal

Dalam masyarakat manusia pendidikan merupakan gejala yang universal,tetapi tidak semua masyarakat mempunyai sistem persekolahan atau pendidikan formal.Menurut Margaret Mead pendidikan formal diluar keluarga kelihatan baru akan mulai berkembang bila struktur sosial suatu masyarakat sudah cukup terdifrensiasi sehingga anak-anak dapat memperoleh kedudukan dan peran yang berbeda dari orang tua mereka. Perkembangan persekolahan juga tergantung kepada faktor-faktor seperti kemampuan masyarakat untuk membiayai sistem persekolahan, kemungkinan orang tua membebaskan anakanak dari pekerjaan produktif menolong orang tua,dan perhatian dari kelompok-kelompok tertentu dalam mengawasi penguasaan pengetahuan dari keterampilan tertentu dan dalam memberi kesempatan kepada generasi muda menguasainya untuk menjamin kesinambungan masyarakat dan kelestarian pengetahuan. Dengan adanya faktor-faktor pendorong ini maka dalam berbagai masyarakat telah berkembang berbagai bentuk sistem persekolahan,termasuk dalam masyarakat sederhana dengan ekonomi yang masih bersifat subsistensi dan belum mempunyaiaksara. Pemilikan aksara dapat dipakai sebagai salah satu faktor kunci dalam menentukan tingkat perkembangan kebudayaan.

12

Don Adams dan G.M. Reagan menggambarkan perkembangan pendidikan dan persekolahan serta hubungannya dengan perkembangan diferensiasi masyarakat secara menarik sekali melalui 4 tahap perkembangan pendidikan dan hubungannya dengan perkembangan masyarakat

yaitu

sebagai berikut : Tahap pertama adalah pendidikan dalam masyarakat tanpa aksara. Pendidikan dalam masyarakat ini ditandai oleh proses belajar yang bersifat informal dalam keluarga dan hubungan-hubungan yang tersusun antara suatu generasi ke generasi berikutnya untuk memberikan keterampilan-keterampilan ekonomi dan perkenalan perilaku sosial yang benar. Tahap kedua,Sebahagian dari proses sosialisasi mulai terdiferensiasi dari keluarga. Disini para remaja mulai dididik oleh sekelompok orang dewasa yang sudah terspesialisasi pengetahuan dan keterampilannya.Pada tahap kedua ini umur dan jenis kelamin penentu siapa yang menjadi siswa. Perhatian terhadap pembawaan telah menentukan siapa yang menjadi pengajar. Dengan demikian spesialisasi sebagai pengajar dengan tanggung jawab pengajar yang lebih besar sebagai pendidikan mulai berkembang. Tahap ketiga,Ketika masyarakat sudah makin terdiferensiasi dan masalah seleksi sosial semakin besar, keluarga-keluarga atau kelompokkelompok tertentu dalam masyarakat memperoleh kekuasaan yang lebih besar atau keuntungan ekonomi yang besar, dan pendidikan formal mulai tidak menjadi hak semua anggota masyarakat. Pendidikan terlihat sebagai institusi yang dikaitkan pada sekelompok yang relatif kecil yang memegang kekuasaan politik,ekonomi,agama. Tahap keempat, Hubungan antara pendidikan dan masyarakat menjadi rumit. Industrialisasi dan peningkatan difrensiasi masyarakat diukur dengan pembagian

kerja

dan

spesialisasi

peran

menjadi

ciri

utama

dari

masyarakat.Tahap ini memberikan beban yang besar kepada persekolahan

13

dalam

bentuk

pendidikan

massal,persiapan-persiapan

bagi

bermacam

pekerjaan dan seleksi sosial. Menyertai diferensiasi dan spesialisasi beberapa dekade terakhir, terlihat ada dua perubahan pendidikan yaitu: a. Penyebaran dan ekspansi persekolahan b. Asumsi peningkatan peran pendidikan formal dalam meningkatkan perubahan sosial ekonomi lebih lanjut. Peningkatan pemusatan sistem pendidikan dan perubahan sosial ekonomi yang di rencanakan dan tidak direncankan terlihat dari beberapa hal . Dalam masyarkat masa kini pendidikan formal keliatannya menjadi faktor mobilitas sosial dalam satu dan antar generasi. Fungsi sosial dari persekolahan dalam masyarakat modern adalah: a. Pengawasan (custodial care). b. Penseleksi peran sosial (social role selection). c. Indoktrinasi (indoctrination). d. Pendidikan (education). Persekolahan yang di anggap sebagai industri menghasilkan :  a. Ilmu pengetahuan (knowledge). b. Keterampilan (skills). c. Jasa pengawasan (custodial care). d. Sertifikasi (sertification). e. Kegiatan komunitas (community activity). Tingkat pendidikan di negara-negara maju merupakan elemen penting dalam memelihara tingkat pembangunan yang tinggi. Hal ini disebabkan sebagai berikut: 1. Dalam

masyarakat

maju

produksi

dan

perdagangan

semuanya

menggunakan sistem keuangan. Ini berarti dibutuhkan sistem pembukuan yang luas ,pengumpulan dan penyimpanan informasi yang cermat dan

14

pengaturan kontrak yang kompleks. Hampir semua peran sosial memerlukan pengetahuan teknis yang lebih canggih dibandingkan dengan keperluan masyarakat yang kurang maju. 2. Dalam masyarakat modern kebanyakan komunikasi dilaksanakan secara tertulis. Hukum tertulis telah menggantikan hukum adat. Selanjutnya keharusan soaialmenyangkut alokasi tenaga kerja didasarkan pada catatan mengenai lapangan kerja,lamaran tertulis,surat rekomendasi dan lain-lain. 3. Ketergantungan masyarakat maju terhadap teknologi maju bersifat absolut. Didaerah perkotaan hampir setengah penduduk berdomisili,kebutuhan akan makanan harus dipenuhi oleh sistem pertanian berteknologi maju dan diimpor dari luar negeri dengan membayar dengan hasil-hasil industri yang merupakan produk teknologi maju. Proses transmisi kebudayaan di dalam masyarakat modern akan menghadapi tantangan-tantangan yang berat. Disinilah letak peranan pendidikan untuk mengembangkan kepribadian yang kreatif dan dapat memilih nilai-nilai dari berbagai lingkungan. Hanya dengan kesadaran terhadap nilai-nilai budaya lokal akan dapat memberikan sumbangan bagi terwujudnya nilai-nilai global. Berdasarkan konsep tersebut, maka budaya belajar juga dipandang sebagai model-model pengetahuan menusia mengenai belajar yang digunakan oleh individu atau kelompok sosial untuk menafsirkan benda, tindakan dan emosi dalam lingkungannya. Budaya belajar dapat juga dipandang sebagai proses adaptasi manusia dengan lingkungannya, baik berupa lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Sistem pengetahuan belajar digunakan untuk adaptasi dalam kerangka untuk memenuhi tiga syarat kebutuhan hidup, yakni: (1) syarat dasar alamiah, yang berupa kebutuhan biologis seperti pemenuhan kebutuhan makan, minum, menjaga stamina, menjadikan lebih berfungsi organ-organ tubuh manusia; (2) syarat kejiwaan yaknipemenuhan kebutuhan akan perasaan tenang, jauh dari perasaan-perasaan takut, keterkucilan, kegelisahan dan berbagai kebutuhan kejiwaan lainnya; (3) syarat dasar sosial,

15

yakni kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain, dapat melangsungkan hubungan , dapat mempelajari kebudayaan, dapat mempertahankan diri dari serangan musuh, dsb. (Suparlan, 1980; Bennet, 1976: 172).

16

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Budaya tercipta atau terwujud merupakan hasil dari interaksi antara manusia dengan segala isi yang ada di alam raya ini. Penerusan Kebudayaan satu proses yang dikenal luas tentang kebudayaan adalah transmisi kebudayaan.

Proses

tersebut

menunjukkan

bahwa

kebudayaan

itu

ditransmisikan dari satu generasi kepada generasi berikutnya. istilah, yakni enculturation,

socialization

(sosialisasi/pemasyarakatan),

education

(pendidikan), dan schooling (persekolahan). Ada 4 tahapan perkembangan institusi pendidikan yaitu: pendidikan dalam masyarakat tanpa aksara, Sebahagian dari proses sosialisasi mulai terdiferensiasi dari keluarga, masyarakat sudah makin terdiferensiasi dan masalah seleksi sosial semakin besar, danHubungan antara pendidikan dan masyarakat menjadi rumit. Industrialisasi dan peningkatan difrensiasi masyarakat diukur dengan pembagian kerja dan spesialisasi peran menjadi ciri utama dari masyarakat. B. Saran Transmisi budaya belajar merupakan hal yang harus diperlihara dan harus berkesinambungan dan berkelanjutan. Transmisi budaya belajar jangan sampai terputus, apalagi budaya belajar yang baik tentunya. Berdasarkan konsep tersebut, maka budaya belajar juga dipandang sebagai model-model pengetahuan menusia mengenai belajar yang digunakan oleh individu atau kelompok sosial untuk menafsirkan benda, tindakan dan emosi dalam lingkungannya. Budaya belajar dapat juga dipandang sebagai proses adaptasi manusia dengan lingkungannya, baik berupa lingkungan fisik maupun lingkungan sosial

17

DAFTAR PUSTAKA Leonard Siregar.2002. AntropologidanKonsepKebudayaan. JurnalAntropologi Papua. Vol 1, No.1, Asgustus 2002. ISSN:1693-2099. Manan Imran. 1998. AntropologiPendidikan, SuatuPengantar. Jakarta: PPLPTK DiktiDepdibud Manan Imran. 1989. Dasar-Dasar Sosial Budaya Pendidikan. Jakarta: Depdikbud Dikjen Dikti Proyek Pengembangan LPTK

18

Related Documents

Transmisi
October 2019 25
4 Transmisi Budaya.docx
November 2019 14
Transmisi
May 2020 9
Dasar Transmisi
June 2020 5
Transmisi Niken.docx
December 2019 19

More Documents from "Niken Larasati"

Makalah Chapter.docx
November 2019 4
4 Transmisi Budaya.docx
November 2019 14
Listening.docx
April 2020 15
Tata Naskah Rsud.docx
November 2019 18