4. Kti Fix.docx

  • Uploaded by: Dewa
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 4. Kti Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,533
  • Pages: 45
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi kesehatan gigi dan mulut di Indonesia masih sangat memprihatinkan sehingga perlu mendapatkan perhatian serius dari tenaga kesehatan. Kebersihan gigi dan mulut yang baik berdampak pada kesehatan gigi dan mulut, sebaliknya kebersihan mulut yang kurang terjaga dapat menyebabkan berbagai macam penyakit pada rongga mulut. Halini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut masih diderita oleh 90 % penduduk Indonesia.Gigi dan mulut adalah bagian penting yang harus dipertahankan kebersihannya, sebab melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk. Banyak organ yang berada dalam mulut, seperti orofaring, kelenjar parotid, tonsil, uvula, kelenjar sublingual, kelenjar submaksilaris, dan lidah (A. Aziz, 2009). Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 dilaporkan bahwa prevalensi karies di Indonesia telah mencapai 90,05% dan angka ini tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara berkembang (Riskesdas)

lainnya.1 tahun

2007,

Berdasarkan prevalensi

Riset

Kesehatan

penduduk

Indonesia

Dasar yang

bermasalah gigi dan mulut 23,4%. Rata-rata karies yang diukur dengan indeks DMF-T 4,85 yang berarti rata-rata penduduk Indonesia mengalami kerusakan gigi sebanyak 5 gigi per orang. Selanjutnya dari hasil Riskesdas 2007 didapatkan, prevalensi karies gigi untuk kelompok

1

usia 12 tahun 36,1% dengan DMF-T 0,91, kelompok usia 35-44 tahun prevalensi karies gigi mencapai 80,5% dengan DMF-T 4,46, sedangkan usia >65 prevalensinya 94,4% dengan DMF-T 18,27. Dari hasil Riskesdas ini dapat disimpulkan adanya kecenderungan makin meningkat usia, makin tinggi prevalensi karies gigi dan tingkat kerusakan karies gigi (DMF-T). Demikian pula pada masyarakat di perkotaan mengalami kerusakan rata-rata 4,36 gigi per orang, sedang di pedesaan rata-rata 5,15 gigi per orang. Penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama dengan prevalensi 61% penduduk. Penyakit yang terbanyak yang diderita masyarakat Indonesia adalah karies gigi dan penyakit periodontal. RISKESDAS

(2007)

menunjukkan

prevalensi

penduduk

yang

bermasalah gigi dan mulut dan yang menerima perawatan dari tenaga medis gigi dalam 12 bulan terakhir adalah 23,4% dan terdapat 1,6% penduduk yang telah kehilangan seluruh gigi aslinya. Dari penduduk yang mempunyai masalah gigi dan mulut terdapat 29,6% yang menerima perawatan atau pengobatan dari tenaga kesehatan gigi. Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, prevalensi nasional masalah gigi dan mulut adalah 25, 9% diantaranya sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka nasional yaitu Sulawesi Tenggara 28, 6 %. Kariesgigiadalah hasil interaksi bakteri di permukaan gigi, plak atau biofilm, dan diet (khususnya komponen karbohidrat yang dapat

2

difermentasikan oleh bakteri plak menjadi asam, terutama asam latat dan asetat) sehingga terjadi demineralisasi jaringan keras gigi dan memerlukan cukup waktu untuk kejadiannya. Pada orang dewasa, karies gigi banyak terjadi pada kelompok usia 20-34 tahun (Megananda dkk, 2011). Hasil survei awal yang dilakukan oleh peneliti diperoleh data penyakit karies di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari pada tahun 2014 adalah 807 pasien dan tahun 2015 1125 pasien. Terdapat peningkatan jumlah karies sebesar 28,26 %. Dengan hasil pendataan tersebut maka peneliti tertarik untuk melihat gambaran pengetahuan pemeliharaan ksehatan gigi dengan status karies ditinjau dari kedalamannya pada pasien usia 15-40 tahun di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana gambaran pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dengan status karies ditinjau dari kedalamannya pada pasien usia 15-40 tahun di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari”?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum : Mengetahuigambaran pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dengan status karies ditinjau dari kedalamannya pada pasien usia 15-40 tahun di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari.

3

2. Tujuan Khusus : a. Untuk mengetahui pengetahuan pasien terhadap pemeliharaan kesehatan gigi pada pasien usia 15-40 tahun. b. Untuk mengetahui kejadian karies gigi ditinjau dari kedalamannya pada pasien usia 15-40 tahun di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas Puuwatu Sebagai bahan tinjauan untuk mengurangi prevalensi terjadinya karies berdasarkan kedalamannya pada usia 15-40 tahun 2. Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan serta sebagai wujud aplikasi pengetahuan yang diperoleh selama kuliah di STIKES Amanah Makassar. 3. Bagi STIKES Amanah Makassar Untuk menambah khasanah perpustakaan khususnya bagi mahasiswa STIKES Amanah Makassar.

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo,2005). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya

tindakan

seseorang

(over

behaviour).

Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu. Menurut teori WHO (World Health Organization) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri.

Berdasarkan

beberapa

pengertian

di

atas

penulis

menyimpulkan bahwa pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui oleh seseorang melalui pengenalan sumber informasi, ide yang diperoleh sebelumnya baik secara formal maupun informal.

5

Menurut

Notoatmodjo

(2007)

pengetahuan

atau

kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru didalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan), yakni : a. Awareness (kesadaran) Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). b. Interest (merasa tertarik) Terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul. c. Evaluation (menimbang-menimbang) Terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. d. Trial. Sikap dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. e. Adaption Dimana

subjek

telah

berperilaku

baru

sesuai

dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melaluiproses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan

6

bersifat langgeng (longlasting). Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dankesadaran akan tidak berlangsung lama. Jadi, Pentingnya pengetahuan disini adalah dapat menjadi dasar dalam merubah perilaku sehingga perilaku itu langgeng. 2. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007) ada 6 tingkatan pengetahuan, yaitu : a. Tahu (know) Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk juga mengingat kembali suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima dengan cara menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan sebagainya. b. Memahami (Comprehention) Memahami

diartikan

sebagai

suatu

kemampuan

untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dpat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya.

7

d. Analisis (Analysis) Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi kedalam komponen – komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut yang masih ada kaitannya antara satu dengan yang lain dapat ditunjukan dengan menggambarkan, membedakan, mengelompokkan, dan sebagainya. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian



bagian

didalam

suatu

bentuk

keseluruhan yang baru dengan dapat menyusun formulasi yang baru. f. Evaluasi (Evaluation) Berkaitan

dengan

kemampuan

untuk

melakukan

penilaian

terhadap suatu materi penelitian didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan

sendiri

atau

kriteria

yang

sudah

ada.

Pengetahuan diukur dengan wawancara atau angket tentang materi yang akan di ukur dari objek penelitian. 3. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan Notoatmodjo (2007), berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu : a. Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan

8

berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka

seseorang

akan

cenderung

untuk

mendapatkan

informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan

seseorang

tentang

sesuatu

obyek

juga

mengandung duaaspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut . b. Mass media / informasi Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek

9

(immediatimpact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, penyuluhan dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan

kognitif

baru

bagi

terbentuknya

pengetahuan

terhadap hal tersebut. c. Sosial budaya dan ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

10

d. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan

berpengaruh

terhadap

proses

masuknya

pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. e. Pengalaman Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman baik dari pengalaman pribadi maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran suatu pengetahuan. f. Usia Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin

bertambah

usia

akan

semakin

berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia tengah (41-60 tahun) seseorang tinggal mempertahankan prestasi yang telah dicapai pada usia dewasa. Sedangkan pada usia tua (> 60 tahun) adalah usia tidak produktif lagi dan hanya menikmati hasil dari prestasinya. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan

11

sehingga menambah pengetahuan (Cuwin, 2009). Dua sikap tradisional Mengenai jalannyaperkembangan hidup : 1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambahpengetahuannya. 2) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudahtua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun

mental.

Dapatdiperkirakan

bahwa

IQ

akan

menurun sejalan dengan bertambahnyausia, khusunya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnyakosa kata

dan

pengetahuan

umum.

Beberapa

teori

berpendapatternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia. 4. Pengukuran Pengetahuan Pengukuran

pengetahuan

dapat

dilakukan

dengan

cara

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Nursalam, 2008) : Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75% - 100% Tingkat pengetahuan cukup bila skor 56% - 75% Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 56%

12

B. Tinjauan Umum Tentang Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang dapat menyerang manusia dari semua golongan umur, bersifat progresif dan bila tidak dirawat akan makin parah. Walaupun demikian, karena proses terjadinya penyakit ini lambat dan realitanya jarang kematian maka sering penderita tidak memberikan perhatian khusus. Itulah sebabnya kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan. Penyakit gigi yang sering dijumpai adalah karies. Proses karies ini disebabkan oleh sisa-sisa makanan yang melekat pada permukaan gigi dan apabila sisa-sisa makanan itu tidak dibersihkan maka akan terbentuk asam dan terjadi demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya invasi mikroorganisme dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri. Tujuan pencegahan dan perawatan penyakit gigi, selain untuk mendapatkan keadaan gigi tidak terkena penyakit, juga gigi yang sehat dan teratur. Mulut yang sehat jarang dijumpai, kriterianya adalah gigi teratur, bersih dan tidak dijumpai celah diantara gigi. Gingiva terlihat merah muda dan kencang.

13

C. Tinjauan Umum Tentang Karies Karies berasal dari bahasa Latin yaitu caries yang artinya kebusukan. Karies gigi adalah suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan larutnya mineral email sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobialdari substrat sehingga timbul destruksi komponen-komponen organik yang akhirnya terjadi kavitas. Dengan perkataan lain, dimana prosesnya terjadi terus berjalan ke bagian yang lebih dalam dari gigi sehingga membentuk lubang yang tidak dapat diperbaiki kembali oleh tubuh melalui proses penyembuhan, pada proses ini terjadi demi neralisasi yang disebabkan oleh adanya interaksi kuman, karbohidrat yang sesuai pada permukaan gigi dan waktu. Perkembangan karies dapat berbeda antara satu dan lain orang dari antara populasi satu dan populasi lain. Apabila perkembangannya lambat, mungkin membutuhkan waktu bertahun-tahun lamanya sehingga karies menjadi kavitas besar. Akan tetapi proses yang sama hanya

membutuhkan

waktu

beberapa

bulan

saja,

kalau

perkembangannya cepat. Tanda-tanda karies gigi merupakan suatu keretakan pada email atau kavitas pada gigi, dentin di dalam kavitas lebih lunak dari pada dentin di sekelilingnya, dan merupakan suatu daerah pada email yang mempunyai warna yang berbeda dengan email sekelilingnya. Karies

14

yang berkembang cepat biasanya berwarna agak terang, sedangkan karies yang berkembang lambat biasanya berwarna agak gelap. Akan tetapi pit (lekukan pada email gigi) dan fisur (bentuk lekukan email gigi pada gigi molar dan pre molar) kadang-kadang berwarna tua, bukan karena karies gigi, tetapi karena noda akibat beberapa makanan (Megananda dkk, 2011). Perkembangan karies dapat berbeda antara satu dan lain orang dari antara populasi satu dan populasi lain. Apabila perkembangannya lambat, mungkin membutuhkan waktu bertahun-tahun lamanya sehingga karies menjadi kavitas besar. Akan tetapi proses yang sama hanya

membutuhkan

waktu

beberapa

bulan

saja,

kalau

perkembangannya cepat Tanda-tanda karies gigi merupakan suatu keretakan pada email atau kavitas pada gigi, dentin di dalam kavitas lebih lunak dari pada dentin di sekelilingnya, dan merupakan suatu daerah pada email yang mempunyai warna yang berbeda dengan email sekelilingnya. Karies yang berkembang cepat biasanya berwarna agak terang, sedangkan karies yang berkembang lambat biasanya berwarna agak gelap. Akan tetapi pit (lekukan pada email gigi) dan fisur (bentuk lekukan email gigi pada gigi molar dan pre molar) kadang-kadang berwarna tua, bukan karena karies gigi, tetapi karena noda akibat beberapa makanan (Megananda dkk, 2011).

15

Karbohidrat yang tertinggal di dalam mulut dan mikroorganisme, merupakan penyebab karies gigi, penyebab karies gigi yang tidak langsung adalah permukaan dan bentuk gigi tersebut. Gigi dan fisur yang dalam mengakibatkan sisa-sisa makanan mudah melekat dan bertahan, sehingga produksi asam oleh bakteri akan berlangsung dengan cepat dan menimbulkan karies gigi. 1. Faktor Etiologi Karies Gigi Menurut World Health Organisation (WHO), karies gigi dapat diartikan sebagai suatu proses patologi pasca erupsi yang terlokalisasi dan disebabkan oleh faktor luar. Proses ini dimulai dengan kerusakan jaringan email yang menjadi lunak dan pada akhirnya menyebabkan terjadinya keries. Penyebab karies gigi pada umumnya dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu host (pejamu), agent (mikroflora), environment (substrat) terjadinya karies gigi disebabkan karena ketiga faktor tersebut dan didukung oleh faktor keempat yaitu waktu (Bahar, 2011). Selain keempat faktor tersebut, banyak faktor lain yang dapat menimbulkan karies gigi, diantaranya adalah gigi dan saliva (air liur), makanan yang kita konsumsi, adanya bakteri penyebab karies. Menurut Hermawan, 2010 karies gigi hanya akan terbentuk apabila terjadi interaksi antara tiga faktor berikut : a. Gigi dan saliva, komposisi gigi terdiri dari email di luar dan dentin di dalam. Permukaan email terluar lebih tahan karies dibanding

16

lapisan di bawahnya, karena lebih keras dan lebih padat. Struktur email sangat menentukan dalam proses terjadinya karies. Variasi morfologi gigi juga mempengaruhi resistensi gigi terhadap karies. Di ketahui adanya pit dan fissure pada gigi yang merupakan daerah gigi yang sangat rentan terhadap karies. Oleh karena itu, sisa sisa makanan maupun bakteri akan mudah tertumpuk. Saliva merupakan sistem pertahanan utama terhadap karies. Saliva disekresi oleh tiga kelenjar utama saliva yaitu glandula parotida, glandula submandibularis, dan glandula sublingualis, serta beberapa kelenjar saliva kecil. Sekresi saliva akan membasahi gigi dan mukosa mulut sehingga gigi dan mukosa tidak menjadi kering. Saliva membersihkan rongga mulut dari debris makanan sehingga bakteri tidak dapat turnbuh dan berkembang biak. Mineral mineral di dalam saliva membantu proses remineralisasiemail gigi. Enzimmucine, zidine, dan lysozyme

yang

terdapat

dalam

saliva

mempunyai

sifat

bakteriostatis yang dapat membuat bakteri mulut menjadi tidak berbahaya. Selain itu, saliva mempunyai efek buffer yaitu saliva cenderung mengurangi keasaman plak yang disebabkan oleh gula dan dapat mempertahankan pH supaya tetap konstan yaitu pH 6-7. Plak gigi merupakan lenketan yang berisi bakteri beserta produk produknya, yang terbentuk pada semua permukaan gigi. Aliran saliva yang baik akan cenderung membersihkan mulut

17

termaksud

melarutkan

gula

serta

mengurangi

potensi

kelengketan makanan. Dengan kata lain, sebagai pelarut dan pelumas b. Makanan

yang

kita

konsumsi

dapat

mempengaruhi

pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan email. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan

menyediakan

bahan

yang

diperlukan

untuk

memproduksi asam serta bahan yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies c. Adanya bakteri penyebab karies, bakteri yang menyebabkan karies adalah dari jenis streptokokus muntans dan lactobacillus yang merupakan kuman yang kariogenik karena mampu membuat asam dari karbohidrat yang dapat diragikan.Kuman kuman tersebut dapat tumbuh subur dalam suasan asam dan dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat polisakarida ekstra sel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan. Polisakarida ini, terutama terdiri dari polimer glukosa menyebabkan matriks plak gigi mempunyai konsistensi seperti gelatin. Akibatnya, bakteri bakteri terbantu untuk melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain. Plak yang semakin tebal akan menghambat fungsi saliva dalam menetralkan fungsi plak tersebut.

18

2. Gejala Karies Gigi Karies ditandai dengan adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Kerusakan jaringan keras akibatnya terjadi invasi bakteri berupa lubang pada jaringan keras gigi, dapat berwarna coklat atau kehitam hitaman. Gigi berlubang biasanya tidak terasa sakit sampai lubang tersebut bertambah besar dan mengenai persyarafan dari gigi tersebut. Pada karies yang cukup dalam, biasanya keluhan yang sering dirasakan pasien adalah rasa ngilu bila gigi terkena rangsang panas, dingin, atau manis. Bila dibiarkan, karies akan bertambah besar dan dapat mencapai kamar pulpa, yaitu rongga dalam gigi yang berisi jaringan syaraf dan pembuluh darah. Bila sudah mencapai kamar pulpa, akan terjadi proses peradangan yang menyebabkan rasa sakit yang berdenyut. Lama kelamaan, infeksi bakteri dapat menyebabkan kematian jaringan dalam kamar pulpa dan infeksi dapat menjalar ke jaringan tulang penyangga gigi, sehingga dapat terjadi abses (Hermawan, 2010). 3. Mekanisme Terjadinya Karies Mekanisme terjadinya karies gigi adalah suatu kejadian biologis dengan berperannya berbagai faktor, dimulai dengan adanya plak dipermukaan gigi. Sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses dan menempel pada waktu tertentu berubah menjadi

19

asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5). Hal ini menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi. Penurunan pH yang berulang ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukan gigi yang rentan dan proses karies dapat dimulai dari permukaan gigi (pit, fissure, dan daerah interproksimal) meluas ke daerah pulpa (Hermawan, 2010). Karies dapat diklasifikasikan berdasarkan daerah anatomis tempat karies itu timbul. Dengan demikian, lesi bisa dimulai pada pit dan fissure atau pada permukaan halus. Lesi permukaan halus dimulai pada email atau sementum dan dentin sertaakar yang terbuka (karies akar). Karies juga dapat digolongkan berdasarkan keparahan atau kecepatan berkembangnya. Gigi dan permukaan gigi yang terkena bisa berbeda beda tergantung pada keparahan karies yang dihadapi. Adapun mekanisme terjadinya karies: a. Demineralisasi. Komponen mineral yang terdapat pada email, dentin, dan sementum adalah hidroksiapatit (HA), bila HA bereaksi terhadap ion ion hidrogen pada pH ≤ 5,5 yang dikenal sebagai pH kritis terhadap HA. Ion H+ bereaksi dengan kelompok fosfat pada cairan saliva segera setelah berkontak dengan

permukaan

kristal

pada

email

gigi.

Prosesnya

merupakan konversi terhadap penambahan H+, pada saat H+ mengalami buffer maka kristal HA akan menjadi larut

20

b. Remineralisasi. Proses demineralisasi dapat diperbaiki bila pH berada pada posisi netral dan terdapat cukup ion

ion pada

lingkungannya. Hal ini mengembalikan kristal apatite yang telah terdisolusi sebagian dan hal ini dikenal dengan proses remineralisasi c. Reaksiprogresif ion ion asam dengan kristal apatite. Erupsi gigi diikuti dengan proses mineralisasi email yang terjadi secara berkesinambungan dan dipengaruhi oleh adanya ion ion kalsium dan fosfat yang terdapat dalam saliva. Pada awalnya kristal apatite berada pada email gigi mengandung ion ion karbonat dan megnesium,

tetapi meskipun

dalam

jumlah

yang

sedikit

keduanya dapat larut dalam asam d. Lesiemail tahap awal. Lesi awal pada email terjadi bila tingkat pH pada permukaan gigi lebih rendah dari pH netral yang menyebabkan remineralisasi tetapi tidak rendah menghambat proses remineralisasi pada permukaan gigi. Ion asam dapat berpenetrasi ke dalam prisma yang terdalam pada email sehingga menjadi porus. Kondisi ini dikenal dengan permulaan demineralisasi pada permukaan email gigi e. Kariesakar gigi. Karies pada akar gigi sebagai akibat dari proses demineralisasi. Karies pada permukaan email diidentifikasikan pada awalnya berupa lesi putih. Pada perkembangan lesi selanjutnya dapat terjadi perubahan warna menjadi lebih gelap

21

karena aktifitas bakteri dan akibat pewarnaan dari makanan. Pada keadaan tersebut identifikasi lebih mudah, karena jaringan menjadi lunak, akibatnya berkurangnya mineral (Bahar, 2011). 4. Klasifikasi Karies Berdasarkan Kedalaman a. Karies superfisialis, dimana karies baru mengenai enamel saja (sampai dentino enamel junction), sedang dentin belum terkena.

Gambar 1. Karies Superfisialis b. Karies media, dimana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.

Gambar 2. Karies Media

22

c. Karies profunda, di mana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa.

Gambar 3. Karies Profunda 5. Pencegahan dan Pengendalian Karies Proses pencegahan karies merupakan proses yang kompleks dan melibatkan beragam faktor yang tidak berkaitan. Tujuan utama program pencegahan untuk mengurangi jumlah bakteri kariogenik dan penyebab utamanya (Putri, 2011). Menjaga kebersihan gigi dan mulut merupakan cara terbaik untuk mencegah penyakit didalam mulut termaksud karies gigi. Dengan etiologi yang multifaktorial, upaya pencegahan karies dilakukan dengan pendekatan multifaktorial pula. Pencegahan karies pada masing masing individu tentunya akan berbeda beda karena masing masing dipengaruhi oleh faktor etiologi yang paling berpengaruh pada individu tersebut. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terbentuknya karies adalah dengan

23

mengatur

pola

diet,

melakukan

evaluasi

dan

peningkatan

kebergihan gigi dan mulut, serta melakukan penilaian dan meningkatkan faktor protektif saliva. Menurut Rahmadhan 2010, menyatakan

penyebab

utama

karies

adalah

plak.

Cara

pencegahan plak yaitu kontrol plakmerupakan cara menghilangkan plak dan mencegah akumulasinya. Tindakan tersebut merupakan tingkatan utama dalam mencegah terjadinya karies.Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kontrol plak,antara lain: a. Scalling yaitu tindakan membersihkan karang gigi pada semua permukaan gigi dan pemolesan terhadap semua permukaan gigi. b. Penggunaan dental floss (benang gigi). Dental floss ada yang berlilin ada pula yang tidak yang terbuat dari nilon. Floss ini digunakan untuk menghilangkan plak dan memoles daerah interproximal (celah di antara dua gigi), serta membersihkan sisa makanan yang tertinggal di bawah titik kontak. c. Diet merupakan faktor kariogenik paling umum dan signifikan. Ion asam terus menerus dihasilkan oleh bakteri melalui proses fermentasi karbohidrat. Semakin banyak ion asam yang dihasilkan,

akan

semakin

banyak

menyebabkan

saliva

kehilangan kemampuannya untuk menyeimbangkan kondisi rongga mulut dan laju proses remineralisasi tidak akan efektif untuk menyebabkan laju proses demineralisasi. Makanan yang

24

dikonsumsi setiap hari dalam jumlah dan jangka waktu tertentu. Makanan

yang

mengandung

karbohidrat,

demikian

pula

makanan yang lengket. Kontorl plak disarankan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung serat dan air. Jenis makanan ini memiliki efek pembersihan dan daya tahan pada jaringan penyangga gigi. d. Kontrol secara periodik. Kontrol dilakukan setiap 6 bulan sekali untuk mengetahui kelainan dan penyakit gigi dan mulut secara dini. e. Fluoridasi. Fluor adalah suatu bahan mineral yang digunakan oleh manusia sebagai bahan yang dapat membuat lapisan email tahan terhadap asam. Penggunaan fluor ada dua macam yaitu secara sistemik dan lokal. Secara sistemik dapat dilakukan melalui air minum mengandung kadarfluor yang cukup, sehingga fluor dapat diserap oleh tubuh. Secara lokal dapat dilakukan dengan diteteskan/dioleskan pada gigi, lalu berkumurkumur. f. Menyikat gigi ádalah cara yang dikenal umum oleh masyarakat untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan maksud agar terhindar dari penyakit gigi dan mulut. Menyikat gigi sebaiknya dilakukan dengan cara sistematis supaya tidak ada gigi yang terlampaui, yaitu mulai dari posterior ke anterior dan berakhir pada bagian posterior sisi lainnya. Beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam menyikat gigi yang baik, antara lain :

25

1) Sikat gigi Sikat gigi yang baik adalah sikat gigi yang mempunyai ciriciri, seperti: bulu sikat lunak dan tumpul, sehingga tidak melukai jaringan lunak dalam mulut. Ukuran sikat gigi diperkirakan dapat menjangkau seluruh permukaan gigi atau disesuaikan dengan ukuran mulut. Dalam memilih sikat gigi, yang harus diperhatikan adalah kondisi bulu sikat. Pilihlah bulu sikat yang terbuat dari nilon karena sifatnya yang elastis 2) Pasta gigi Pasta gigi yang baik adalah pasta gigi yang mengandung fluor, karena fluor akan bereaksi dengan email gigi dan membuat email lebih tahan terhadap serangan asam. Pasta gigi yang mengandung fluor apabila digunakan secara teratur akan dapat mencegah kerusakan gigi. Pasta gigi mengandung bahan abrasif ringan seperti kalsium karbonat dan kalsium fosfat, tetapi baru sedikit bukti bukti yang menunjukkan bahwa penggunaan

pasta

gigi

dapat

meningkatkan

efisiensi

pembersihan plaque. Pasta gigi yang mengandung fluorida ternyata sudah terbukti dapat meningkatkan absorpsi ion fluor pada permukaan gigi yang akan menghambat kolonisasi bakteri dari permukaan gigi. Beberapa pasta gigi tentu juga mengandung bahan bahan kimia seperti formaldehid atau

26

strongsium clorida, yang dapat membantu mengurangi sensitivitas dari akar gigi yang terbuka akibat resesi gingival. 3) Alat bantu menyikat gigi Beberapa alat bantu yang digunakan untuk membersihkan gigi adalah: benang gigi, tusuk gigi, dan sikat selasela gigi. Penggunaan benang gigi akan membantu menghilangkan plaque dan sisasisa makanan yang berada di selasela gigi dan di bawah gusi. Daerahdaerah tersebut sulit dibersihkan dengan sikat gigi. 4) Waktu menyikat gigi Waktu menyikat gigi yang tepat adalah pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Waktu tidur produksi air liur berkurang sehingga menimbulkan suasana asam di mulut. Sisa-sisa makanan pada gigi jika tidak dibersihkan, maka mulut semakin asam dan kumanpun akan tumbuh subur membuat lubang pada gigi. Sifat asam ini bisa dicegah dengan menyikat gigi. 5) Teknik menyikat gigi Teknik menyikat gigi adalah : a) Sikatlah semua permukaan gigi atas dan bawah dengan gerakan maju mundur dan pendek pendek atau atas bawah,sedikitnya delapan kali gerakan setiap permukaan gigi.

27

b) Permukaan gigi yang menghadap ke bibir disikat dengan gerakan naik turun. c)

Permukaan gigi yang menghadap ke pipi disikat dengan gerakan naik turun agak memutar.

d) Permukaan gigi yang digunakan untuk mengunyah disikat dengan gerakan maju mundur. e) Permukaan gigi yang menghadap ke langit langit atau lidah disikat dengan gerakan dari arah gusi ke permukaan gigi. f)

Setelah permukaan gigi selesai disikat, berkumur satu kali saja agar sisa fluor masih ada pada gigi.

g) Sikat gigi dibersihkan di bawah air mengalir air dan disimpan dengan posisi kepala sikat gigi berada di atas. D. Kerangka Konsep Pengetahuan responden tentang pemeliharaan Ket : X = Variabel Bebas kesehatan gigi (X)

Kesehatan gigi dan mulut dengan status karies ditinjau dari kedalamannya (Y)

X = Variabel Bebas Y = Variabel Terikat Gambar 4. Kerangka Konsep

28

BAB III METODOLGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis

penelitian

yang

digunakan

adalah

deskriptif

atau

menggambarkan fakta mengenai suatu keadaan secara objektif (Chandra, 1995). B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada 8 sampai dengan 24 September 2016 2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah pasien poli gigi usia 15-40 tahun pada bulan januari- juni dengan rata-rata kunjungan perbulan sebanyak 260 orang. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah pasien poli gigi usia 15-40 tahun.

Teknik

pengambilan

sampel

yang

digunakan

yaitu

Accidental Sampling yaitu berdasarkan pasien usia 15-40 tahun yang berkunjung di poli gigi Puskesmas Puuwatu. Penentuan jumlah sampel dapat dilakukan dengan cara perhitunga statistik

29

yaitu

dengan

menggunakan

Rumus

Slovin.

Rumus

Slovindigunakan untuk menetukan ukuran sampel dari populasi yang telah diketahui jumlahnya yaitu sebanyak 260 orang. Untuk tingkat presisi yang ditetapkan dalam jumlah penentuan sampel adalah 10%. Alasan peneliti menggunakan tingkat presisi 10% karena jumlah populasi kurang dari 1000. Rumus Slovin : 𝑛 =

N 1 + (n. 𝑑 2 )

Ket : N = ukuran sampel n = populasi d = tingkat presisi berdasarkan Rumus Slovin maka besarnya penarikan jumlah sampel penelitian adalah : 𝑁 =

n 1 + (n. 𝑑 2 )

260

= 1+(260.0,12) =

260 3,6

= 72,2 dibulatkan menjadi 73 orang.

Berdarkan hasil perhitungn tersebut, sampel yang didapat berjumlah 73 orang.

30

D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan yaitu : 1. Lembar kusioner 2. Alat oral diagnostik (pinset, mirror mouth, excavator, sonde, nier beken) 3. Masker 4. Hanscoon E. Prosedur Penelitian 1. Membagikan kusioner kepada responden 2. Menerangakan tata cara pengisian kusioner dengan mengisi terlebuh dahulu lembar persetujuan menjadi responden, dilanjutkan dengan mengisi krakteristik responden. 3. Pemeriksaan kedalaman kares gigi dengan menggunakan diagnostik set F. Teknik pengumpulan data 1. Data primer diperoleh dari pemeriksaan langsung kepada pasien usia 15-40 tahun di Puskesmas Puuwatu. 2. Data sekunder Data yang diperoleh dari : a. Puskesmas Puuwatu b. Lembar kusioner

31

G. Teknik Pengolahan Data 1. Editing Editing yaitu melakukan pengecekan terhadap hasil pengisian kartu status pasien yang bertujuan untuk memeriksa kembali jawaban yang telah ada, dan bila ada kekurangan segera dilengkapi. 2. Coding Coding yaitu memberikan kode pada kartu status pasien yang bertujuan agar pengolahan data lebih mudah dan cepat. 3. Tabulating Tabulating bertujuan mengelompokkan data ke dalam suatu tabel distribusi frekuensi dengan tujuan agar mudah dibaca dan di analisis dengan menggunakan komputer. H. Teknik Analisis Data Analisa yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisa univariat yaitu untuk menjelaskan atau mendeskripsikan setiap variabel dalam penelitian ini. Dalam analisis ini menghasilakan distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel.

I. Defenisi Operasional Dan Kriteria Objektif 1. Pengetahuan Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden tengan kesehatan

32

gigi dana mulut untuk mencegah terjadinya karies gigi sejak dini. Pengetahuan di ukur dengan skala Gutman dimana setiap jawaban benar dari masing-masing diberi nilai 1, dan jika salah diberi nilai 0 (Sugiyono, 2011). Penelitian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor yang diharapkan kemuian dikalikan 100 dan hasilnya berupa persentase dengan rumus yang digunakan sebagai berikut : N= Ket : N

𝑆𝑝 𝑋 100 % 𝑆𝑚

= Nilai Pengetahuan

Sp

= Skor yang didapat

Sm

= Skor tertinggi maksimum

Kriteria penilaian : a. Baik

= > 75 %

b. Cukup

= 60-75%

c. Kurang

= < 60 %

2. Karies Gigi Karies gigi adalah suatu kerusakan pada gigi yang dapat dideteksi dengan cara diamati, bila terdapat perubahan warna pada permukaan gigi mulai dari warna coklat sampai kehitaman dengan pemeriksaan sondasi menunjukkan hasil yang positif. Karies gigi diukur dengan kriteria objektif :

33

a. Y1 = Karies superfisialis, dimana karies baru mengenai enamel saja (sampai dentino enamel junction), sedang dentin belum terkena. b. Y2 = Karies media, dimana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin. c. Y3 = Karies profunda, di mana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa.

34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Puuwatu Kecamatan Puuwatu Kota Kendari dari tanggal 8 sampai dengan 24 September 2016 di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari. Jumlah yang menjadi responden dalam penelitian ini sebanyak 73 responden. Dalam penelitian ini, pengambilan data primer diperoleh dari pemeriksaan langsung kepada responden Puskesmas Puuwatu Kota Kendari. Setelah dilakukan penelitian, maka hasil yang diperoleh sebagai berikut: 1. Karakteristik Responden a. Jenis Kelamin Distribusi jenis kelamin responden dalam penelitian ini dapat disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Sumber data primer 2016.

n 12 61 73

% 16,4 83,6 100

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 73 responden yang diteliti, sebagian besar responden berjenis kelaminperempuan 61

35

orang (83,6 %) dan jenis kelamin laki-laki berjumlah 12 orang (16,4%). b. Umur responden Distribusi kelompok umur responden dalam penelitian ini dapat disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.2.Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur Di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Usia 15-24 25-34 35-40 Total Sumber data primer 2016

n 23 23 27 73

% 31,5 31,5 37,0 100

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 73 responden yang diteliti, sebagian besar responden memiliki kelompok umur antara 35-40 tahun berjumlah 27 responden (37,0%) dan kelompok umur 15-24 tahun 25-34 tahun masing-masing berjumlah 23 responden (31,5%). c. Pendidikan responden Distribusi pendidikan responden dalam penelitian ini dapat disajikan pada tabel di bawah ini.

36

Tabel 4.3.Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Pendidikan SD SMP SMA Sarjana Total Sumber data primer 2016 Tabel 4.3 menunjukkan bahwa diteliti,

n 3 12 37 21 73

% 4,1 16,4 50,7 28,8 100

dari 73 responden yang

sebagian besar responden memiliki pendidikan SMA

berjumlah 37 responden (50,7%) dan hanya sebagian kecil responden dengan tingkat pendidikan SD berjumlah 3 responden (4,1%). d. Pekerjaan responden Distribusi pekerjaan responden dalam penelitian ini dapat disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.4.Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Pekerjaan PNS Honorer Wiraswasta Swasta Mahasiswa Pelajar Belum kerja IRT Total Sumber data primer 2016

n 11 4 5 7 5 6 15 20 73

% 15,1 5,5 6,8 9,6 6,8 8,2 20,5 27,4 100

37

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa

dari 73 responden yang

diteliti, sebagian besar responden adalah Ibu Rumah Tangga berjumlah 20 responden (27,4%) dan sebagian kecil responden memiliki

pekerjaan

sebagai

tenaga

honorer

sebanyak

4

responden (5,5%). 2. Variabel Penelitian a. Pengetahuan tentang Karies Gigi Distribusi pengetahuan responden tentang karies gigi dalam penelitian ini dapat disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Pengetahuan Baik Cukup Kurang Total Sumber data primer 2016.

n 49 12 12 73

% 67,2 16,4 16,4 100

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 73 responden yang diteliti, sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 49 orang (67,2%), sedangkan responden dengan tingkat pengetahuan cukup dan kurang masing-masing 12 orang(16,4 %). b. Kedalaman KariesGigi Distribusi kedalaman karies gigi responden dalam penelitian ini dapat disajikan pada tabel di bawah ini.

38

Tabel 4.6 Distribusi Responden Distribusi Responden Berdasarkan Kedalaman KariesGigi Di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Karies Gigi Superfisialis Media Profunda Total Sumber data primer 2016.

n 15 31 27 73

% 20.5 42.5 37.0 100

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 73 responden yang diteliti, sebagian besar responden mengalami karies gigi Media berjumlah 31 responden (42.5%), Profunda berjumlah 27

responden

(37,0%) dan

sebagian kecil responden

mengalami karies gigi Superfisialis berjumlah 15 responden (20,5%). c. Pengetahuan Berdasarkan Karies Distribusi pengetahuan responden berdasarkan karies gigi yang dialami responden dalam penelitian ini dapat disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.7 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Berdasarkan Karies Gigi Di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari

Pengetahuan Superfisilis Baik 10 Cukup 3 Kurang 2 Total 15 Sumber data primer 2016.

KariesGigi Media Profunda 20 19 5 4 6 4 31 27

Total 49 12 12 73

39

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pengetahuan baik yang mengalami karies superfifialis sebanyak 10 orang, media 20 orang, profunda 19 orang. Pada responden

dengan

tingkat

pengetahuan

cukup

yang

mengalami karies superfisialis sebanyak 3 orang, media 5 orang,

profunda

4

orang.Responden

dengan

tingkat

pengetahuan buruk yang mengalami karies superfisialis sebanyak 2 orang, media 6 orang, dan profunda sebanyak 4 orang. C. Pembahasan Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan umumnya datang dari penginderaan yang terjadi melalui panca

indera

manusia

yaitu:

indera

penglihatan,

pendengar,

penciuman, rasa, dan raba. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas persepsi terhadap objek.Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Berdasarkan hasil penelitian dari 73 responden pada tabel4.5 menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 49 responden (67,1%), dibandingkan dengan responden yang meiliki tingkat pengetahuan sedang dan kurang masing-masing 12 responden (16,4 %). Hal ini menunjukkan bahwa, tingkat pengetahuan

40

responden baik dengan persentase tertinggi sebanyak 49 responden (67,1%). Banyaknya responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik disebabkan oleh tingkat pendidikan yang tinggi seperti pendidikan SMA sebanyak 37 responden (50,7%), dan Sarjana sebanyak 21 responden (28,8%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rukasa Dede di Puskesmas Kota Bogor pada Tahun 2014 yang mengatakan bahwa pengetahuan tentang karies gigi dipengaruhi oleh tingat pendidikan yang rendahsehingga responden enggan ke Poliklinik Gigi untuk memeriksakan kesehatan gigi dan mulutnya termasuk kebersihan karies gigi. Hal tersebut didukung dengan pendapat Notoatmodjo (2007) bahwa dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Pengetahuan memegang peranan penting dalam terbentuknya perilaku seseorang dalam menjaga kesehatan. Pengetahuan yang baik membuat seseorang apa yang harus diperbuat untuk menjaga

41

kebersihan gigi dan mulutnya. Keadaan ini sesuai dengan teori bahwa pengetahuan merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya suatu tindakan seseorang. Karies gigi merupakan penyakit yang terdapat pada jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum yang mengalami proses kronis regresif. Karies gigi terjadi karena adanya interaksi antara bakteri bakteri dipermukaan gigi, plak atau biofilm, terutama komponen karbohidrat yang dapat difermentasikan oleh bakteri plak menjadi asam, terutama asam laktat dan asam asetat. Yang ditandai dengan adanya demineralisasi jaringan keras gigi dan rusaknya bahan organiik akibat

terganggunya

keseimbangan

email

dan

sekelilingnya,

menyebabkan terjadinya invasi bakteri serta kematian pulpa bakteri dapat

berkembang

ke

jarinagan

periapeks

sehingga

dapat

menimbulkan rasa nyeri pada gigi. Pada kejadian karies gigi pada responden dengan tingkat kedalaman yang berbeda dan banyak ditemukan pada keluhan dengan karies gigi Media dan Profunda masing masing 31 responden (42.5%) dan 27 responden (37%). Hal ini disebabkan oleh perilaku responden yang belum menyadari pentingnya memeriksakan karies gigi, sehingga ketika datang memeriksakan kesehatan giginya sudah dalam keadaan parah. Kurangnya kesadaran dalam memeriksakan kesehatan gigi dalam hal ini karies gigi disebabkan oleh pengetahuan yang rendah tentang dampak yang ditimbulkan.

42

Untuk menghindari terjadinya karies gigi yang lebih parah seharusnya responden selalu menjaga kebersihan gigi yaitu dengan menggosok gigi dengan benar sebanyak 4 kali sehari (setelah makan dan sebelum tidur). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Balitbangkes (2008) bahwa waktu sikat gigi dapat menunjukkan hubungan yang bermakna dalam menurunkan angka karies gigi.Waktu yang dianjurkan untuk menggosok gigi adalah pada pagi hari setelah makan dan sebelum tidur. Semakin lama makanan menempel di permukaan gigi akan semakin besar peluang terjadinya karies gigi Selain itu, pemeriksaan gigi seharusnya dilakukan setiap 6 bulan sekali yang bertujuan menjaga kesehatan gigi termasuk dalam menjaga kebersihan gigi seperti menghindari terjadinya karies gigi.

43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang saya lakukan di Puskesmas Puuwatu Kecamatan Puuwatu Kota Kendari, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi pada pasien usia 15-40 tahun di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari dari 73 respondeen responden dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 49 (67,1%), 2. Karies Ditinjau Dari Kedalaman pada pasien usia 15-40 tahun di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari dari 73 responden yang di teliti menunjukkan bahwa terjadi karies gigi pada responden dengan tingkat kedalaman yang berbeda. Untuk karies Superfisialis sendiri terdapat 15 (20.5%) responden. Karies Media dan Profunda masing masing 31 (42.5%) dan 27 (37%). Dari ketiga hal tersebut terlihat bahwa karies Media merupakan karies yang banyak dialami oleh responden dalam penelitian ini.

44

B. Saran 1. Bagi Petugas Kesehatan Kepada petugas kesehatan khususnya petugas poli gigi agar selalu meberikan penyuluhan kepada pasien tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. 2. Bagi pasien Diharapkan untuk selalu menjaga kebersihan gigi dan mulutnya, serta secara rutin memeriksakan kesehatan gigi dan mulutnya setiap 6 bulan sekali.

45

Related Documents

4. Kti Fix.docx
November 2019 34
Kti
October 2019 77
Kti
June 2020 39
Kti Bab 3 - 4.docx
December 2019 26
Tugas Pkn Individu Fixdocx
October 2019 113
Kti Penghijauan.docx
December 2019 12

More Documents from ""