3._bab_i,_ii,iii,iv.docx

  • Uploaded by: fara fichria
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 3._bab_i,_ii,iii,iv.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 14,180
  • Pages: 65
Daftar Isi Identitas Pemilik................................................................................................................i Kata Pengantar...................................................................................................................ii Daftar Isi..............................................................................................................................1 BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................................... 2 A.

DESKRIPSI SINGKAT................................................................................................2

B.

PENCAPAIAN PEMBELAJARAN ..............................................................................3

BAB 2 PENYAJIAN ........................................................................................................................ 11 A.

Uraian Materi ..............................................................................................................8 Uraian I : Perdarahan dalam kehamilan...................................................................8 URAIAN MATERI II: INFEKSI MATERNAL ............................................................16 URAIAN III: PENYAKIT PADA MASA KEHAMILAN ...............................................17 Uraian IV: Persalinan Berisiko.................................................................................21 URAIAN MATERI V: KELUARGA BERENCANA ...................................................24 URAIAN MATERI VI: GANGGUAN MENSTRUASI ................................................25 URAIAN MATERI VII: INFEKSI RADANG PANGGUL ...........................................25 URAIAN MATERI VIII: INFERTILITAS....................................................................26 URAIAN MATERI IX: KLIMAKTERIUM...................................................................28 URAIAN MATERI X: TRAUMA MELAHIRKAN .......................................................29 URAIAN MATERI XI: Keganasan sel (Kanker payudara).......................................31

B.

PRAKTIKUM .............................................................................................................32 Praktikum I: Pemeriksaan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) ..................32 Praktikum II: Papsmear ...........................................................................................35 Praktikum II: Penyuluhan Alat Kontrasepsi .............................................................37 Praktikum III: Pemasangan kontrasepsi dalam Rahim ...........................................45 Praktikum IV: Konseling Infertil ...............................................................................53

PENUTUP ........................................................................................................................... 62 A.Tugas Individu/Kelompok............................................................................................. 62 B.Kasus Pemicu The Seven Jump .................................................................................. 62 C.

SASARAN BELAJAR ISS .....................................................................................62

D. Materi resume jurnal (5 tahun terakhir tahun dan jumlah 1 jurnal internasional setiap mahasisswa)...........................................................................................................63

1

BAB I PENDAHULUAN

A. DESKRIPSI SINGKAT 1. Nama Modul : Keperawatan Maternitas II 2. Beban SKS

: 3 SKS (2SKS Teori dan 1 SKS Praktikum)

3. Tujuan Modul Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang konsep-konsep dan prinsip-prinsip secara teoritis serta melaksanakan keterampilan klinis yang berfokus pada aspek peningkatan kesehatan reproduksi perempuan usia subur, ibu hamil, melahirkan, nifas, diantara dua masa kehamilan dan bayi baru lahir dalam kondisi berisiko dan masalah-masalah yang berhubungan dengan reproduksi dengan penekanan pada upaya preventif dan promotif yang menggunakan pendekatan proses keperawatan serta memperhatikan aspek legal dan etis di tatanan klinik maupun komunitas. 4.

Deskripsi Modul Dalam modul blok ini, mahasiswa akan mempelajari tentang: 1) Asuhan keperawatan wanita usia subur (usia reproduksi), pasangan usia subur, wanita dalam masa childbearing (hamil, melahirkan, dan setelah melahirkan) dan bayinya sampai usia 28 hari dalam kondisi berisiko beserta keluarga; 2) pendidikan kesehatan pada wanita usia subur (usia reproduksi) pasangan usia subur, wanita dalam masa childbearing (hamil, melahirkan, dan setelah melahirkan) dan bayinya sampai usia 28 hari dalam kondisi berisiko beserta keluarga; 3) integrasi hasil penelitian

yang

bergubungan dengan wanita usia subur (usia reproduksi) pasangan usia subur, wanita dalam masa childbearing (hamil, melahirkan, dan setelah melahirkan) dan bayinya sampai usia 28 hari dalam kondisi berisiko beserta keluarga; 4) simulasi pengelolaan asuhan keperawatan pada wanita usia subur (usia reproduksi) pasangan usia subur, wanita dalam masa childbearing (hamil, melahirkan, dan setelah melahirkan) dan bayinya sampai usia 28 hari dalam kondisi berisiko beserta keluarga. Dalam modul praktikum mahasiswa akan mempelajari tentang:1) Pemeriksaan PAP smear dan IVA; 2) Pemeriksaan payudara sendiri (Sadari); 3) Penyuluhan alat kontrasepsi; 4)Pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim; 5)Pemberian injeksi kontrasepsi; 6) Konseling infertil; 7) Persiapan alat tatalaksana Abortus. 5. PROFESIONAL PROFIL 2

Setelah mengikuti proses pembelajaran pada tahap akademik, mahasiswa memahami dan mampu mengaplikasikan keperawatan maternitas dalam keperawatan dalam berbagai tatanan pelayanan baik di rumah sakit maupun di komunitas pada tahap pendidikan profesi.

B. PENCAPAIAN PEMBELAJARAN 1. Jadwal Perkuliahan No 1

Hari/tanggal Kamis/ 28 Feb 2019

PT

Waktu

Kompetensi

Metode Kuliah Introduksi Media penyuluhan Kontrasepsi dan konselin infertil (Poster, leaflet, booklet, selebaran, papan pengumuman) Alat abortus (mencari dan menempel gambar alat abortus) Telaah jurnal (trend dan issue, evidence based kep. maternitas dan manajemen kasus)

Tugas kelompok Pembagian sasbel ISS 1 2

Jumat/1 Maret 2019

2

13.30-15.40 1,2 dan 3

The Seven jump step 1-5

Kekerasan 13.30-15.40 pada perempuan

TCL Kelas mini( semua tutor)

TCL: Hipertensi pada kehamilan dan sistem pelayanan kesehatan untuk pasien dengan gangguan sistem reproduksi (rujukan, PMO, Gakin, Jamkesmas)

3

3

Senin /4 Maret 2019

4 Selasa/ 5 Maret 2019

4

13.30-15.40

1

5

13.30-15.40

2 dan 3

6

15.40-17.50

4-11 15 dan 16

3

Ns. Darmawati, M.Kep., Sp. Mat The Seven jump step 7 (a) The Seven jump step 7 (b) Konsultasi ISS Transfer Knowledge Konsultasi telaah jurnal (sesuaikan dengan jadwal tutor masing-masing)

No 5

6

7

8 9

Hari/tanggal Rabu/ 6 Maret 2019

PT

Waktu

7 8

13.30-15.40 15.40-17.50

Jumat/ 8 Maret 2019

Jumat/ 15 Maret 2019

Senin /18 Maret 2019 Selasa 19 Maret 2019

Kompetensi - Askep tentang persalinan berisiko - KB - Ganguan Mesntruasi - Askep infertil - Askep klimakterium - Askep trauma melehirkan - askep kanker payudara

Metode Presentasi iss (a)

Presentasi ISS (b)

9 10

13.30-15.40 15.40-17.50

1516

13.30-15.40

Persentasi jurnal

13.30-18.00

Lab Mandiri Ujian Tulis Responsi OSPE

13.30-18.00

3. Jadwal Praktikum No

Hari/tanggal Senin /11 Maret 2019

1 2

3

4

Selasa/ 12 Maret 2019

Rabu/13 Maret 2019

Kamis/ 14 Maret 2019

Sesi 1 (13.30 – 15.45) Kasus 1 kelp. 1 (Ns. Aida ) Kasus 2 kelp. 2 (Ns. Imelda) Kasus 3 kelp. 3 (Ns.Darmawati ) Kasus 4 kelp. 4 (Ns. Sufriani) Kasus 2 kelp. 5 (Ns. Sri Intan) Kasus 3 kelp. 6 (Ns. Darmawati) Kasus 4 kelp. 7 (Ns. Nova) Kasus 3 kelp. 1 (Ns. Aida) Kasus 4 kelp. 2 (Ns. Sufriani) Kasus 1 kelp. 3 (Ns. Mariatul) Kasus 2 kelp. 4 (Ns. Imelda) Kasus 4 kelp. 5 (Ns. Nova) Kasus 1 kelp. 6 (Ns. Mariatul) Kasus 2 kelp. 7 (Ns. Aida)

Sesi 2 (15.45– 18.00) Kasus 1 kelp. 5 (Ns. Mariatul) Kasus 2 kelp. 6 (Ns. Sri Intan) Kasus 4 kelp. 7 (Ns. Nova) Kasus 2 kelp. 1 (Ns.Nova) Kasus 3 kelp. 2 (Ns. Aida) Kasus 4 kelp. 3 (Ns. Sufriani) Kasus 1 kelp. 4 (Ns. Mariatul) Kasus 3 kelp. 5 (Ns. Darmawati) Kasus 4 kelp. 6 (Ns. Sri Intan) Kasus 1 kelp. 7 (Ns. Imelda) Kasus 4 kelp. 1 (Ns. Sri Intan) Kasus 1 kelp. 2 (Ns. Imelda) Kasus 2 kelp. 3 (Ns. Sufriani) Kasus 3 kelp. 4 (Ns. Darmawati)

1. Materi praktikum No

Materi praktikum (kasus)

Tutor 4

1 2

3 4

2.

Pemeriksaan PAP Smear dan IVA Memberikan penyuluhan alat kontrasepsi dan memberikan injeksi kontrasepsi Memasang alat kontrasepsi dalam rahim Persiapan alat dan bahan untuk tindakan abortus dan Melakukan konseling infertil

Ns. Mariatul/ Ns. Aida/ Imelda Ns. Imelda / Ns. Nova /Ns. Sri intan Ns. Darmawati / Ns. Aida Ns. Nova / Ns. Sufriani/ Ns. Sri intan

RANCANGAN PELAKSANAAN BLOK a. TUTOR 1. Ns. Aida Fitri M.Kep 2. Ns. Darmawati, M.Kep, Sp. Mat 3. Ns. Imelda, M.Kep, Sp. An 4. Ns. Mariatul Kiftia , M.Kep 5. Ns. Nova fajri, M.Kep, Sp. An 6. Ns. Sri Intan Rahayuningsih, M.Kep, Sp. An 7. Ns. Sufriani, M.Kep, Sp.An b. Kegiatan Tutor 1. Tutor diharapkan membaca, memahami dan menganalisa isi modul. 2.

Tutor diharapkan dapat memotivasi dan memfasilitasi mahasiswa agar aktif dalam proses pembelajaran.

3. Memahami sasaran belajar dan kompetensi yang diharapkan dengan baik pada setiap kasus pemicu dengan berbagai metode pembelajaran. 4. Mengarahkan mahasiswa untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah keperawatan sesuai dengan tahapan proses keperawatan dari kasus pemicu yang diberikan. 5. Mengarahkan mahasiswa untuk menjaga ketertiban, inventaris ruang belajar dan laboratorium. 6. Mengisi seluruh format evaluasi yang disiapkan untuk proses penilaian pelaksanaan modul. 7. Apabila mengalami kesulitan dalam memahami isi modul ini, silahkan menghubungi tim penyusun modul. c. Kegiatan Mahasiswa Pada awal pembelajaran modul ini, mahasiswa akan diberikan kuliah pengantar (Introduction Lecturer) di kelas besar oleh koordinator blok yang bertujuan memberikan gambaran secara komprehensif pada mahasiswa 5

mengenai modul yang akan dipelajari, kompetensi, tujuan pembelajaran serta metode pembelajaran yang akan digunakan. Selanjutnya mahasiswa akan mengikuti pembelajaran sesuai dengan metode pembelajaran yang telah ditetapkan. Kegiatan praktikum merupakan lanjutan dari pembelajaran konsep kebutuhan seksualitas.

d. Metode Pembelajaran : Pembelajaran berdasarkan masalah atau Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan metode The Seven Jump, ISS,Teacher Centered Learning, tugas individu/ kelompok dan praktikum di laboratorium keperawatan.

e. METODE EVALUASI 1. Diskusi/ presentasi individu

5%

2. Soft Skill

5%

3. Tugas Individu/kelompok*

7%

4. Ujian responsi

13 %

5. Ujian tulis/ final

35%

6. Lab Skill/ Praktikum**

30 %

7. Absensi

5%

Keterangan: * Tugas Individu : Tugas Kelompok = 60% : 40% ** Persentase penilaian praktikum : Pretest 10% Proses

5%

Tindakan

20 %

Ospe

65%

6

7

BAB II PENYAJIAN Pada BAB ini akan menjelaskan terkait permasalah –permasalahan atau gangguan pasa sistem reproduksi wanita, baik selama masa antenatal, intranatal maupun masa post natal.

Permasalahan

yang

dihadapi

perempuan

sangat

komplek

dibandingkan

permasalahan yang dihadapi laki-laki. Dalam setiap fasenya perempuan memiliki masalah yang berbeda-beda.

A. Uraian Materi Uraian I : Perdarahan dalam kehamilan 1. Perdarahan Awal Kehamilan Perdarahan selama usia kehamilan muda merupakan hal yang mengkhawatirkan untuk ibu dan kewaspadaan bagi penyedia layanan kesehatan. Masalah perdarahan diusia kehamilan muda meliputi keguguran (aborsi spontan), pelebaran servik prematur, kehamilan ektopik dan molahidatidosa (hamil anggur). Sedangkan penyebab utama perdarahan pada akhir kehamilan adalah plasenta previa dan pemisahan plasenta prematur ( abrupsio plasenta). a. Abortus Abortus merupakan penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup. Viabilitas janin dapat di capai pada sekitar minggu ke -22 smpai ke-24 dengan berat janin lebih dari 500 gram atau lingkar kepala lebih dari 18 cm, dimana janin dapat hidup di luar uterus. ada 3 jenis abortus spontan: abprtus spontan yang disebabkan oleh sebab-sebab alami. abortus terapeutik kehamilan sengaja dihentikan karena alasan medis, dan abortus elektif dilakukan karena alasan pribadi. Abortus bertujuan untuk penghentian kehamilan sebelum usia janin kurang dari 20 minggu usia kehamilan. Apabila aborsi terjadi atas permintaan wanita tersebut maka aborsi elektif biasa digunakan, namun hal ini terkait dengan pertimbangan kondisi kesehatan janin atau dengan penyakit tertentu. Beragam factor yang berkontribuai terkait keputusan dilakukannya aborsi, diantaranya mempertahankan kesehatan atau kehidupan ibu, masalah genetik janin (Perry et al, 2010).

8

Gambar 1. Jenis-jenis abortus

Patofisiologi abortus. Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali proses abortus. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto , meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servicalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi. Pada kehamilan 8 – 14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak. Pada kehamilan minggu ke 14 – 22, Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih

9

menonjol. Dari penjelasan di atas jelas bahwa abortus ditandai dengan adanya perdarahan uterus dan nyeri dengan intensitas beragam (Prawirohardjo, 2012). Penatalaksanaan

abortus.

Penatalaksanaan

abortus

menurut

Cunningham, et al (2010) secara umum dilakukan dengan memantau keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital, selanjutnya yang paling penting mengevaluasi tanda-tanda shok seperti akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik <90mmHg. Jika terdapat shok, lakukan tatalaksana shok, jika tidak terlihat tanda-tanda shok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat. Setiap ibuyang mengalami abortus perlu mendapatkan dukungan emosional dan konseling pasca keguguran. selanjutnya lakukan tatalaksanan sesuai jenis abortus.

b. Kehamilan ektopik Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus, tuba fallofi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik, sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi dituba, jarang terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri (sarwono Prawiroharjho, 2005) c. Mola hidatidosa Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik. Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa millimeter sampai 1 atau 2 cm. Gambaran histopatologik yang khas dari mola hidatidosa ialah edema stroma vill, tidak ada pembuluh darah villi/degenerasi hidropik dan proliferasi sel-sel trofoblas (Hadijanto, 2008).

1. Perdarahan kehamilan lanjut (Perdarahan kehamilan akhir) a. Plesenta previa Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada bagian segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang ditandai dengan perdarahan uterus yang dapat keluar melalui vagina tanpa adanya rasa nyeri pada kehamilan trimester terakhir, khususnya pada bulan kedelapan (Chalik, 2008). 10

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi di segmen bawah rahim yang dapat memberikan dampak yang sangat merugikan ibu maupun janin berupa perdarahan, prematuritas dan peningkatan angka kesakitan dan kematian perinatal (Romundstad et all, 2006). Setiap wanita dengan perdarahan vaginam setelah usia kehamilan lebih dari 20 minggu harus dicurigai sebagai plasenta previa. Selain itu dapat ditemukan perdarahan tanpa rasa nyeri, posisi abnormal dan presentasi letak tinggi. Diagnosis klinis sangat penting untuk mencurigai dan penatalaksanaan plasenta previa, namun diagnosis pasti tergantung dari hasil pemeriksanaan USG.

b. Solusio Plasenta Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya dengan implantasi normal pada kehamilan trimester ketiga. Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah antara plasenta dan dinding rahim yang dapat menimbulkan gangguan penyulit terhadap ibu dan janin. Gambaran klinik solusio plasenta tergantung dari seberapa bagian plasenta yang terlepas : 1) Solusio plasenta ringan -

Terlepasnya plasenta kurang dasri 1/4 bagian

-

Tidak memberikan gejala klinik dan ditemukan setelah persalinan.

-

Keadaan umum ibu dan janin tidak mengalami gangguan

-

Persalinan berjalan dengan lancer pervaginam

2) Solusio plasenta sedang: Terlepasnya plasenta lebih dari 1/4 tetapi belum mencapai 2/3 bagian, Dapat menimbulkan gejala klinik seperti Perdarahan dengan rasa sakit, Perut terasa tegang, Gerak janin kurang, Palpasi bagian janin sulit diraba, Auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan sedang, Pada pemeriksaan dalam ketuban menonjol, Dapat terjadi gangguan pembekuan darah. 3) Solusio plasenta berat: Lepasnya plasenta lebih dari 2/3 bagian, Terjadi perdarahan disertai rasa nyeri, Penyulit pada ibu : Terjadi syok dengan tekanan darah menurun, nadi dan pernapasan meningkat, Dapat terjadi gangguan pembekuan darah, Pada pemeriksaan dijumpai turunnya tekanan darah sampai syok, tidak sesuai dengan perdsarahan dan penderita tampak anemis, Pemeriksaan abdomen tegang, bagian janin

11

sulit diraba, dinding perut terasa sakit dan janin telah meninggal dalam rahim, Pemeriksaan dalam ketuban tegang dan menonjol 4) Solusio plasenta berat dengan Couvelarie uterus terjadi gangguan kontraksi dan atonia uteri

. 2. Perdarahan Pada Pasca Persalinan Perdarahan postpartum

merupakan salah

satu

risiko

terbesar

yang

menyebabkan terjadinya kematian maternal. komplikasi perdarahan post partum di Indonesia sekitar 5,1% dari seluruh persalinan. Perdarahan pasca persalinan didefinisikan sebagai kehilangan 500 ml atau lebih darah setelah persalinan pervaginam atau 1000 ml atau lebih setelah seksio sesaria (Kenneth, 2009). Penyebab gangguan ini adalah kelainan pelepasan dan kontraksi, rupture serviks dan vagina (lebih jarang laserasi perineum), retensio sisa plasenta, dan koagulopati. Perdarahan pascapersalinan tidak lebih dari 500 ml selama 24 jam pertama, kehilangan darah 500 ml atau lebih berarti bahaya syok. Perdarahan yang terjadi bersifat mendadak sangat parah (jarang), perdarahan sedang (pada kebanyakan kasus), dan perdarahan sedang menetap (terutama pada ruptur). Peningkatan anemia akan mengancam terjadinya syok, kegelisahan, mual, peningkatan frekuensi nadi, dan penurunan tekanan darah. Perdarahan pascasalin adalah perdarahan yang terjadi setelah bayi lahir yang melewati batas fisiologis normal. Pada umumnya seorang ibu melahirkan akan mengeluarkan darah secara fisiologis sampai jumlah 500 ml tanpa menyebabkan gangguan homeostasis. Dengan demkian secara konvensional dikatakan bahwa perdarahan yang melebihi 500 ml dapat dikategorikan sebagai perdarahan pascasalin dan perdarahan yang secara kasat mata m encapai 1000 ml harus segera ditangani secara serius.

Gambar 7. Massase Uterus 12

a) Kompresi bimanual. Bila dengan masase kontraksi uterus masih lembek maka langkah kedua Anda harus melakukan kompresi bimanual. Satu tangan mengepal berada di forniks anterior dan tangan yang lain mengangkat dan menekan korpus uteri ke arah kaudal. Aksi ini dikerjakan sampai kontraksi timbul dan perdarahan berhenti. Karena tindakan ini sangat melelahkan maka ini hanya bersifat sementara sambil menunggu tindakan definitif, misal selama persiapan dan transportasi pasien ke kamar operasi atau ke rumah sakit.

Gambar 8. Kompresi bimanual

13

b) Evakuasi plasenta secara manual

Gambar 9. Mengeluarkan plasenta secara manual Sumber: Kenneth JL. W illiams, 2013).

c) Penggunaan Tampon Kondom Bila dengan masase dan kompresi bimanual kontraksi uterus masih lembek dan perdarahan masih berlangsung maka Anda bisa melakukan pemasangan tampon kondom. Metode ini dikembangkan di Bangladesh oleh seorang Ginekologist, Prof. Sayeba Achter. Pada awalnya kondom diikatkan dalam sebuah kateter, sehingga metode ini dahulunya disebut metode kondom kateter. Sekarang kondom diikatkan langsung dalam ujung selang infus, sehingga cara ini sekarang dikenal dengan metode tampon kondom. Fungsi utama metode ini adalah mengembangkan uterus dari dalam dengan mengembangkan kondom yang diisi air, sehingga kondom menekan pembuluh darah yang terbuka. Keberhasilan penggunaan tanpon kondom mencapai lebih dari 80%.Indikasi utama adalah perdarahan karena atoni uterius, yang gagal dikelola dengan cara medikamentosa, sementara uterus masih harus dipertahankan. Sebagai persiapan harus dipastikan bahwa tidak terdapat robekan jalan lahir maupun ruptur uterus, dan tidak terdapat sisa jaringan plasenta. Pemasangan tampon kondom bisa bersifat permanen, yakni bila benar-benar

perdarahan

behenti.

Dengan

demikian

tujuan

untuk

mengkonservasi uterus dapat tercapai. Pemasangan bisa bersifat

14

sementara, sebagai persiapan sebelum dirujuk, selama dalam rujukan atau menunggu persiapan operasi. Dalam situasi darurat di mana uterotonika tidak tersedia, maka penggunaan tampon kondom sangat dianjurkan, 3. Gangguan Pembekuan Darah Pada Masa Kehamilan a. Koagulasi intravaskuler diseminata (KID) Merupakan bentuk patologis dari pembekuan darah yang menyebar dan terjadi pada sejumlah besar faktor pembekuan, menyebabkan perdarahan eksternal luas, perdarahan internal atau keduanya, serta pembekuan. KID tidak pernah menjadi diagnosis utama, sebaliknya merupakan hasil dari beberapa masalah yang memicu kaskade pebekuan, baik ekstrinsik, dengan pelepasan sejumlah jaringan tromboplastin, atau intrinsik oleh kerusakan integritas vaskuler yang luas. KID paling sering dipicu oleh pelepasan sejumlah besar jaringan trombloplastin yang terjadi pada abrupsio plasenta dan kematian janin serta sindrome anafilaksis pada sindrome kehamilan (embolus cairan amniotik). preeklamsi berat, sindrome HELLP, dan sepsis gram negatif adalah contoh dari kondisi yang dapat memicu KID karena kerusakan integritas vaskuler yang luas. KID adalah overaktivasi dari kaskade pembekuan dan sistem fibrinolitik, sehingga menurunkan trombosit dan faktor pembekuan, yang menghasilkan pembentukan beberapa bekuan fibrin di seluruh pembuuh darah tubuh bahkan dalam mikrosirkulasi. sel darah akan dihancurkn ketika melewati pembuluh fibrin yang tersumbat. b. Gangguan pembekuan lain Purpura trombositopenia aoutoimun (ATP) merupakan gangguan autoimun dimana

antibodi

anti

trombosit

menurunkan

rentang

hidup

trombosit.

Trombositopenia, kerentanan kapiler, dan peningkatan waktu perdarahan merupakan tanda diagnostik gangguan ini. ATP dapat menyebabkan perdarahan setelah kelahiran sesaria atau akibat laserasi vagina atau laserasi serviks. Insiden perdarahan pascapartum di uterus atau hematoma vagina juga meningkat pada ATP. Penyakit von Willebrand suatu tipe hemofilia, kemungkinan merupakan gangguan pembekuan darah turunan yang paling umum terjadi. Penyakit ini merupakan akibat faktor defisiensi VIII dan disfungsi trombosit.

Referensi :

15

Bobak., I., M, Lowdermilk., D., L & Jensen., M., D, 2004 Buku ajar Keperawatan Maternitas edisi 4, EGC: Jakarta. Lowdermilk, D., L., Perry, S., E., & Cashion, K., 2013. Keperawatan Maternitas edisi 8 buku 2, Elsevier; singapore Potter, P. A, & Perry, A.G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik, edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: TIM Prawirohardjo, Sarwono. (2012) Ilmu Kebidanan¸ Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Reeder, S., J, Martin L., L, Koniak-Griffin, D, 2011, Keperawatan Maternitas: Kesehatan Wanita, Bayi dan Keluarga. volume 2, EGC; Jakarta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. 1ed.Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Cunningham FG, Lenevo KJ, Bloom SL, et al, 2010 Williams Obstetrics. 23 rd ed. New York: McGraw-Hill Medical;.

URAIAN MATERI II: INFEKSI MATERNAL 1. Penyakit Menular Seksual Infeksi Menular Seksual (IMS)

didefinisikan sebagai penyakit yang

disebabkan karena adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan kutu kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik yang berlainan jenis ataupun sesama jenis. 2. Infeksi TORCH Toxoplasmosis, other infections, rubella virus, citomegalovirus, and herpes simplex viruses yang secara korelatif dikenal sebagai infeksi TORCH adalah suatu kelompok organisme yang mampu menembus plasenta dan mempengaruhi perkembangan janin.

3. Infeksi Pasca Post Partum Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan) merupakan infeksi klinis pada saluran genetalia yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau persalinan. Infeksi timbul akibat bakteri di vagina atau akibat pemaparan agen patogen dari luar vagina. Episiotomi atau laserasi pada vagina atau serviks bisa membuka jalan timbulnya sepsis. Infeksi pascapartum adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas (Prawirohardjo, 2005). Mastitis. Mastitis atau infeksi payudara mempengaruhi 1% wanita segera setelah melahirkan dan kebanyakan pada ibu yang baru pertama kali menyusui bayinya. Mastitis hampir selalu unilateral dan berkembang setelah terjadi aliran susu. Organisme penyebab yang utama adalah S. aureus. Fiisura di puting susu yang terinfeksi biasaya merupakan lesi awal dan diikuti 16

terkenanya sistem duktus. Peradangan edema dan pembengkakan payudara segera akan menyumbat aliran ASI. Menggigil, demam, malaise dan nyeri tekan pada payudara bisa ditemukan. Jika tidak mendapatkan pengobatan yang tepat dapat menimbulkan abses pada payudara. Referensi: Andrews, G ,2010, Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita, EGC; Jakarta Bobak., I., M, Lowdermilk., D., L & Jensen., M., D, 2004 Buku ajar Keperawatan Maternitas edisi 4, EGC: Jakarta. Kozier, B, Glenora, Berman, A, Snyder, SJ. 2010. Fundamentals of Nursing Concept, Process, and Practice, seventh edition. USA: Pearson Education Potter, P. A, & Perry, A.G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik, edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC Prawirohardjo, Sarwono. (2012) Ilmu Kebidanan¸ Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Green, C., J .2012 Maternal newborn Nursing Care Plans. Second Edition. Malloy. Ins Lowdermilk, D., L., Perry, S., E., & Cashion, K., 2013. Keperawatan Maternitas edisi 8 buku 2, Elsevier; singapore Yuli Reni, (2017) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas, Aplikasi NANDA, NIC dan NOC. Jakarta. TIM

URAIAN III: PENYAKIT PADA MASA KEHAMILAN 1. Diabetes millitus Diabetes millitus gestasional (DMG) merupakan penyulit pada 2-9% dari semua kehamilan.

DMG biasanya akan muncul kembali pada kehamilan berikutnya dan

berisiko terjadinya diabetes di kemudian hari. Faktor risiko klasik untuk DGM adalah usia ibu di atas 25 tahun, riwayat kehamilan dengan DMG sebelumnya, kematian janin dalam rahim sebelumnya yang tidak bisa dijelaskan riwayat keluarga dengan DM atau DGM, obesitas berat (berat >90 kg) dan glukosa darah puasa di atas 140ml/dl atau glukosa darah sewaktu di atas 200mg/dl. wanita dengan risiko tinggi untuk mengalami DMG harus menjalani skiring glukosa pada kunjungan

kehamilan dan pada usia

kehamilan 24 smpai 28 minggu bila skrining awal negatif ( lowdermilk et al, 2013). DMG biasanya didiagnosis selama pertengahan kedua kehamilan. Ketika kebutuhan gizi meningkat pada trimester kedua dan ketiga, asupan nutrisi ibu akan menginduksi kadar glukosa darah yang lebih tinggi dan lebih lama menetap tinggi. pada waktu yang sama, resistensi insulin ibu juga meningkat karena efek antagonis insulin dari hormon plasenta, kortisol dan pemberian insulin. Konsekuensinya, kebutuhan insulin ibu akan meningkat sampai tiga kali lipat. Sebagian

besar

ibu

mampu

meningkatkan

produksi

insulin

untuk

mengompensasi resistensi insulin dan menjaga euglikemia. namun ketika pangkreas tidak bisa lagi memproduksi insulin yang cukup atau insulin tidak digunakan dengan efektif, maka akan terjadi diabetes millitus gestasional.

17

Tes toleransi glukosa oral (OGTT) 1 jam (50 g)

Negatif (<130-140 mg/dl)

Positif (≥ 130-140 mg/dl)

Perawatan prenatal rutin

OGTT 3 jam (100 g) Negatif

Positif DM gestasional dua atau lebih ditemukan Puasa ≤ 95 mg/dl 1 jam ≤ 180 mg/dl 2 jam ≤ 155 mg/dl 3 jam ≤ 140 mg/dl

Gambar 11. Skrining dan diagnosis Diabetes Gestasional.

18

1. Hiperemesis gravidarum Hyperemesis gravidarum merupakan gejala yang wajar dan sering terjadi pada kehamilan trimester pertama, mual biasanya terjadi pada pagi hari tetapi dapat juga timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih 6 minggu setelah HPHT dan berlangsung kurang lebih selama 10 minggu. (hanifa Winknjosastro, 2006) Hyperemesis gravidarum merupakan vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali selama masa hamil dan menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, defisiensi nutrisi dan kehilangan berat badan. (Bobak dkk, 2005) Komplikasi mual dan muntah terjadi 80% seluruh kehamilan, biasanya dimulai pada minggu keempat kehamilan. gejala ini biasanya berlangsung hingga 20 minggu pertama kehamilan. penyebab mual dan muntah pada kehamilan masih belum dipahami, mungkin terkait dengan rileksasi otot halus lambung dan peningkatan kadar estrogen, progesteron serta human chorionoc gonadotropin (hCG). 1. Hipertensi pada kehamilan Hipertensi selama kehamilan merupakan suatu komplikasi serius yang membutuhkan evaluasi seksama. Hipertensi dari pengertian katanya berasal dari kata Latin yaitu hyper yang artinya super atau luar biasa dan kata tensio yang berarti tekanan atau tegangan, jadi hipertensi berarti tekanan darah tinggi. Budiyanto (2002) mendefinisikan bahwa tekanan darah sistolik (angka atas) sama dengan tekanan puncak yang tercapai ketika jantung berkontraksi dan memompakan darah keluar melalui arteri. Tekanan sistolik dicatat apabila terdengar bunyi pertama pada alat pengukur tekanan darah. Tekanan darah diastolik (angka bawah) diambil ketika tekanan jatuh ke titik terendah saat jantung rileks dan mengisi darah kembali, tekanan diastolik dicatat apabila bunyi tidak terdengar lagi. Menurut Poole (dalam Jesen, 2005) memberikan definisi tentang hipertensi kehamilan yang lebih mendalam, yaitu : a.

Kenaikan nilai tekanan sistolik sebesar 30 mmHg/lebih atau kenaikan tekanandiastolik 15 mmHg di atas nilai tekanan darah dasar ibu.

b.

Peningkatan MAP sebesar 20 mmHg atau jika tekanan darah sebelumnyatidak diketahui, MAP sebesar 105 mmHg merupakan dasar pasti diagnosishipertensi.

c.

Peningkatan darah terjadi minimal dengan 2 kali pemeriksaan, jarak 4 – 6 jam,dengan teknik dan alat yang standar. Menurut Tiran (2007) hipertensi pada kehamilan diklasifikasikan menjadi dua

bentuk antara lain: a. Hipertensi esensial, Hipertensi esensial yaitu tekanan darah tinggi yang sudah ada sebelum pembuahan. 19

b.

Hipertensi gestasional, Hipertensi gestasional yaitu tekanan darah tinggi yang terjadi karena kehamilan atau akibat kehamilan. Menurut Poole (dalam Jesen, 2005) memberikan klasifikasi hipertensi pada kehamilan antara lain:

a.

Pereklampsia – eklamsia (hipertensi yang khas bagi kehamilan), Pereklamsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimanahipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memilikitekanan normal.

b. Eklampsia

yaitu

terjadinya

kejang

pada

pasien

disertai

tanda

atau

gejalapreeklampsia. c. Hipertensi Kronis Hipertensi kronis didefinisikan sebagai hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum usia kehamilan 20 minggu. Hipertensi yang menetap lebih dari enam minggu setelah melahirkan juga diklasifikasi sebagai d. Hipertensi kronis. Hipertensi kronis disertai preeklampsia – eklampsia Ibu yang mengalami hipertensi kronis bisa mengalami preeklampsia atau eklampsia. Diagnosis preeklampsia pada hipertensi kronis ini dibuat berdasarkanpeningkatan tekanan darah yang disertai proteinuria (adanya protein dalam urin) atau edema umum (penimbunan cairan dan berlebihan pada jaringan tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakkan kaki, jari tangan, dan muka). e.

Hipertensi sementara Hipertensi sementara ialah perkembangan hipertensi selama masa hamil atau 24 jam pertama nifas tanpa tanda preeklampsia atau hipertensi kronis lain. Kehadiran hipertensi sementara kemungkinan bisa menjadi hipertensi esensial dikemudian hari. Berdasarkan

pendapat-pendapat

yang

telah

dipaparkan maka

dapat

disimpulkan bahwa ibu hamil hipertensi adalah ibu hamil yang mengalami kenaikan tekanan darah sistolik sekurang-kurangnya 30 mmHg dan kenaikan tekanan darah diastolik 15 mmHg, atau tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Hipertensi pada kehamilan itu sendiri mempunyai dua bentuk antara lain: 1) Hipertensi esensial yaitu hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan atau hipertensi yang muncul sebelum usia kehamilan 20 minggu. 2) Hipertensi gestasional yaitu hipertensi yang diakibatkan kehamilan atau hipertensi yang muncul setelah usia kehamilan 20 minggu. Resiko Hipertensi Selama Kehamilan a.

Penurunan aliran darah ke plasenta 20

Jika plasenta tidak mendapatkan cukup darah bayi akan kekurangan oksigen dan gizi ibu hamil yang dikonsumsi, sehingga asupan menjadi lebih sedikit. Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan bayi menjadi lambat, sehingga dapat mengakibatkan berat badan lahir rendah atau kemungkinan untuk lahir prematur. Prematur sendiri dapat menyebabkan gangguan pernapasan pada bayi. 2. Anemia Anemia didefinisikan sebagai kadar hematokrit, konsentrasi Hb , atau hitung eritrosit di bawah batas normal. Ibu hamil dianggap anemia apabila kadar Hb < 11g/dL pada trisemester I, < 10,5 g/dL pada trisemester II dan < 11 g/dL pada trisemester III. WHO menggelompokkan anemia pada kehamilan menjadi normal hemoglobin (> 11 g/dL), anemia ringan (9 - 10,9 g/dL), anemia moderat (7 - 8,9 g/dL) dan Hb < 7 g/dL. Anemia merupakan keadaan medis yang sering dijumpai pada kehamilan. Hal ini terjadi karena proses fisiologis maupun patologis. Secara fisiologis anemia terjadi proses peningkatan volume plasma yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan produksi eritrosit. Penyebab anemia pada kehamilan antara lain defisiensi zat nutrisi, hemoglobinopati, proses inflamasi, tosisitas kimia dan keganasan. Anemia berdampak pada peningkatan morbiditas dan mortalitas baik pada maternal dan perinatal. Pada plasenta previa oleh karena pembentukan segmen bawah rahim secara ritmik terjadi pelepasan plasenta berulang. Hal ini menyebabkan perdarahan berulang dan semakin banyak yang tidak dapat dicegah sehingga ibu mengalami anemia bahkan syok. Referensi: Bobak., I., M, Lowdermilk., D., L & Jensen., M., D, 2004 Buku ajar Keperawatan Maternitas edisi 4, EGC: Jakarta. Kozier, B, Glenora, Berman, A, Snyder, SJ. 2010. Fundamentals of Nursing Concept, Process, and Practice, seventh edition. USA: Pearson Education Potter, P. A, & Perry, A.G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik, edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC Lowdermilk, D., L., Perry, S., E., & Cashion, K., 2013. Keperawatan Maternitas edisi 8 buku 2, Elsevier; singapore Yuli Reni, (2017) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas, Aplikasi NANDA, NIC dan NOC. Jakarta. TIM

Uraian IV: Persalinan Berisiko 1. Distosia Distosia merujuk pada kemajuan persalinan yang tidak normal. Persalinan berlangsung lebih lama, lebih nyeri, atau tidak normal karena adanya masalah pada mekanisme persalinan, tenaga/kekuatan, jalan lahir, janin yang akan dilahirkan, atau masalah psikis. Distosia merupakan indikasi paling umum dilakukannya persalinan seksio sesarea. 21

2. Prematur Persalinan preterm didefinisikan sebagai persalinan yang terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu. penyebab persalinan prematur tidak diketahui, namun beberapa studi

yang dilakukan

menunjukkan kondisi tertentu yang dihubungkan

dengan terjadinya persalinan prematur yaitu antara lain: a.

Distensi uterus yang berlebihan yang disebabkan oleh kondisi seperti polihidroamnion dan kehamilan kembar.

b.

Anomali uterus

c.

Riwayat pembedahan uterus

d.

Pernah atau mengalami aktivitas uterus dini

e.

Anomali pada janin

f.

Infeksi maternal

g.

Wanita pengguna kokain

h.

Merokok

i.

Stres psikologis

22

3. Postmatur Bayi disebut postmatur bila baru lahir setelah lebih dari 42 minggu di dalam rahim. Insiden kelahiran postmatur jauh lebih umum daripada premature, sekitar 7 % bayi dilahirkan postmatur, meskipun faktanya mungkin tidak semuanya betul -betul postmatur. Sebagian bayi yang diduga postmatur sebenarnya karena kesalahan dalam menghitung awal kehamilan, hanya sekitar 2-3% yang betul-betul postmatur. Risiko bayi postmatur Seperti halnya bayi premature, bayi postmatur memiliki potensi masalahnya sendiri yang bisa berbahaya untuk kesehatan dan kelangsungan hidupnya. Setelah melewati 42 minggu kehamilan, plasenta biasanya telah menyusut sehingga lebih sedikit nutrisi dan oksigen yang tersalurkan ke bayi. Bayi yang terus tumbuh juga membuat cairan ketuban semakin berkurang. Ketika hal ini terjadi, tali pusat dapat terjepit saat bayi bergerak atau rahim berkontraksi. Hal ini juga dapat mengganggu pasokan nutrisi dan oksigen ke bayi. Sebagai kompensasi, bayi mulai menggunakan lemak dan karbohidrat sendiri untuk menyediakan energi. Tingkat pertumbuhannya menjadi lambat dan kadang-kadang berat badannya bahkan mungkin menurun. Bayi postmatur rentan untuk mengembangkan kadar gula darah rendah (hipoglikemia) karena mereka telah kehabisan simpanan lemak dan karbohidrat. Referensi: Bobak., I., M, Lowdermilk., D., L & Jensen., M., D, 2004 Buku ajar Keperawatan Maternitas edisi 4, EGC: Jakarta. Kozier, B, Glenora, Berman, A, Snyder, SJ. 2010. Fundamentals of Nursing Concept, Process, and Practice, seventh edition. USA: Pearson Education Potter, P. A, & Perry, A.G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik, edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC Prawirohardjo, Sarwono. (2012) Ilmu Kebidanan¸ Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Lowdermilk, D., L., Perry, S., E., & Cashion, K., 2013. Keperawatan Maternitas edisi 8 buku 2, Elsevier; singapore Yuli Reni, (2017) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas, Aplikasi NANDA, NIC dan NOC. Jakarta. TIM

23

URAIAN MATERI V: KELUARGA BERENCANA Kontrasepsi merupakan suatu alat atau metode yang digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan. Kontrasepsi adalah suatu cara untuk menunda kesuburan, menjarangkan kehamilan dan menghentikan kesuburan seseorang baik secara alamiah maupun dengan menggunakan obat-obatan atau alat-alat tertentu. Keluarga berencana merupakan suatu usaha yang mengatur banyaknya jumlah kelahiran sedemikian rupa sehingga bagi ibu maupun bayinya dan bagi ayah serta keluarganya atau masyarakat yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kelahiran tersebut. (Risyadi, 2001)

Gamabar 11. Jenis-jenis kontrasepsi

Dalam memilih alat kontrasepsi, maka seseorang harus mempertimbangkan beberapa syarat. Adapun syarat-syarat metode kontrasepsi yang baik adalah :aman/tidak berbahaya, dapat diandalkan, sederhana, sedapat-dapatnya tidak usah dikerjakan oleh dokter, murah, dapat diterima oleh orang banyak serta pemakaian jangka lama. Jenis-jenis kontrasepsi terdiri dari : kontrasepsi alamiah, metode kontrasepsi pertahanan/sederhana, kontrasepsi hormonal, metode kontrasepsi dalam rahim dan metode kontrasepsi mantap. 24

Referensi: Bobak., I., M, Lowdermilk., D., L & Jensen., M., D, 2004 Buku ajar Keperawatan Maternitas edisi 4, EGC: Jakarta. Prawirohardjo, Sarwono. (2012) Ilmu Kebidanan¸ Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Lowdermilk, D., L., Perry, S., E., & Cashion, K., 2013. Keperawatan Maternitas edisi 8 buku 2, Elsevier; singapore Yuli Reni, (2017) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas, Aplikasi NANDA, NIC dan NOC. Jakarta. TIM Rahardja, Kirana. 2007. Obat-obat Penting ed.6, 717. Jakarta : PT. Elex Media Computa Saifuddin, A.B. 2006. Buku panduan Praktis pelayanan Kontrasepsi Pk-54-PK58. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo

URAIAN MATERI VI: GANGGUAN MENSTRUASI a. Amenorrhoe b. Dismenore c. Endometriosis d. Polimenore e. Menorrhagia f.

Metrorrhagi

Referensi: Bobak., I., M, Lowdermilk., D., L & Jensen., M., D, 2004 Buku ajar Keperawatan Maternitas edisi 4, EGC: Jakarta. Kozier, B, Glenora, Berman, A, Snyder, SJ. 2010. Fundamentals of Nursing Concept, Process, and Practice, seventh edition. USA: Pearson Education Potter, P. A, & Perry, A.G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik, edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC Prawirohardjo, Sarwono. (2012) Ilmu Kebidanan¸ Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Lowdermilk, D., L., Perry, S., E., & Cashion, K., 2013. Keperawatan Maternitas edisi 8 buku 2, Elsevier; singapore Yuli Reni, (2017) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas, Aplikasi NANDA, NIC dan NOC. Jakarta. TIM

URAIAN MATERI VII: INFEKSI RADANG PANGGUL Infeksi yang lebih komplek, penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease /PID) merupakan suatu infeksi umum pada organ pelvis dan struktur penyokong vaginan atau bahkan mengenai uterus, tuba falopii dan ovarium (Bobak et al, 2005 & Reeder, et al, 2011) Organisme penyebab dapat meliputi N. gonorea, C. Trachomatis, M. Hominis, bakteri fakultatif gram negatif. bakteri anaerob dan streptokokus. infeksi menjalar naik dari vagina, serviks atau uterus menyebabkan penyebaran infeksi sampai ke panggul( Reeder, et al, 2011). Gejala PID meliputi nyeri abdomen bawah, demam, peningkatan kram menstruasi, aliran mens berat dan berbau tidak sedap dan malaise, terjadi dispareunea dan defekasi yang sangat nyeri. Hasil peeriksaan didapatkan nyeri tekan pada serviks atau uteri dan rasa penuh dan nyeri tekan adneksa.

25

Komplikasi PID meliputi abses tuba ovarium, abses pelvis, sumbatan pada tuba dan infertilitas. pada 25%-30% panderita PID dapat terjadi infeksi perihepatitis (sindrom Fitz-Hugh-Curtis), gejalanya meliputi nyeri pleuritis di kuadran kanan atas yang membatasi ekspansi parudan temuan serta gejala PID yang umum. Dalam menegakkan doagnosa medis dilakukan pemeriksaan diagnostik meliputi: sediaan apus serviks yang diberi pewarna gram dengan diplokokus gram - negatif intra seluler (gonorea), spesimen serviks untuk gonorea dan enzim immuno assay (EIA) chlamedia., hitung sel darah putih menunjukkan leukositosis (SDP>10.000/mm 2), peningkatan protein C-reaktif dan laju endap darah serta laparoskopi. Penatalaksanaan biasanya pemberian antibiotik, untuk menghilangkan nyeri dilakukan duduk rendam air hangat serta bedrest.

URAIAN MATERI VIII: INFERTILITAS Ketidakmampuan untuk hamil dan melahirkan anak dialami oleh 15-20% orang dewasa yang sehat. Gangguan konsep diri seksual sering kali dialami individu. Pasangan yang meminta bantuan untuk mengatasi gangguan fertilitas pasti telah memutuskan untuk memiliki seorang anak. Definisi tradisional gangguan fertilitas adalah ketidak mampuan untuk mengandung setelah sekurang-kurangnya satu tahun melakukan hubungan seksual tanpa pelindung. Gangguan fertilitas bersifat primer jika wanita tersebut belum pernah hamil atau jika pria belum membuat wanita hamil. Gangguan bersifat sekunder jika wanita pernah mengandung sekurang-kurangnya satu kali, tetapi tidak pernah berhasil hamil lagi atau tidak pernah berhasil mempertahankan kandungan. Sebab-sebab yang mungkin terjadi meliputi tren menunda kehamilan sampai usia tertentu, dimana pada usia tersebut fertilitas telah menurun secara alami. Sebab lain karena penyakit infeksi radang panggul dan peningkatan penyalah gunaan substansi. Agen lingkungan seperti pestisida dan timbal secara negatif mempengaruhi sistem reproduksi wanita dan pria. Diagnosa dan terapi gangguan fertilitas membutuhkan investigasi fisik, emosi dan finansial selama suatu priode yang panjang. Keyakinan pribadi, nasihat tenaga medis dan stres emosi merupakan faktor-faktor kritis yang mempengaruhi keputusan dalam menetapkan terapi infertilitas yang akan dilakukan. a. Investigasi infertilitas wanita Tabel 3. Tes gangguan fertilitas Tes/ pemeriksaan

Pengaturan waktu (hari siklus menstruasi)

26

Rasional

Histerosalpingogram

7-10

Pascacoitus(tes huhner)

Aliran lendir puncak

serviks

Reaksi antibodi antigen imobilisasi sperma Pengkajian lendir serviks Observasi ultrasound kolaps folikuler Pemeriksaan serum progesteron plasma

Ovulasi

Fase mid-sekresi midluteal-memeriksa keadekuatan produksi progesteron korpus luteal Terjadi peningkatan sebagai respon terhadap progesteron Fase sekresi lanjut, luteal lanjutmemeriksa respon endometrium terhadap progesteron dan keadekuatan fase luteal.

20-25

Temparatur basal tubuh Biobsi endometrium

Fase proliferatif dini folikuler lanjut, tidak akan menggangu ovum yang vertil, dapat membuka tuba sebelum waktu ovulasi Fase proliferatif lanjut ovulasi mencari sperma motil normal didalam lendir serviks Tes imunologi untuk menentukan interasi sperma dan lendir serviks Lendir serviks harus memiliki viskositas yang rendah Folikel kolaps terlihat setelah ovulasi

26-27

b. Investigasi infertilitas pria Investigasi gangguan infertilitas pada pria juga dimulai dengan pengkajian riwayat kesehatan menyeluruh dan pemeriksaan fisik. Kegagalan reproduksi pria dapat disebabkan oleh banyak kesulitan seperti gangguan psikologis, endokrin, dan gangguan nutrisi, pajanan bahaya reproduksi, penyalah gunaan zat, konsumsi alkohol yang dapat memicu masalah ereksi.

Tabel 3. Analisa semen 1. Keenceran : biasanya lengkap dalam 10-20 menit 2. Volume semen : 2-5 ml (rentang 1-7 ml) 3. Keasaman semen (pH) : 7,2-7,8 4. Densitas sperma : 20 -200 jt/ml 5. Morfologi normal(%) : ≥ 60% ovum normal 6. Motilitas (pertimbangan penting dalam evaluasi sperma) ≥50% normal 7. Hitung sel : 60 jt atau lebih/ml atau total 150-200 atau lebih/ml per ejakulasi 8. tes penetrasi ovum

Referrensi: Bobak., I., M, Lowdermilk., D., L & Jensen., M., D, 2004 Buku ajar Keperawatan Maternitas edisi 4, EGC: Jakarta. Kozier, B, Glenora, Berman, A, Snyder, SJ. 2010. Fundamentals of Nursing Concept, Process, and Practice, seventh edition. USA: Pearson Education Potter, P. A, & Perry, A.G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik, edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC Prawirohardjo, Sarwono. (2012) Ilmu Kebidanan¸ Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

27

Lowdermilk, D., L., Perry, S., E., & Cashion, K., 2013. Keperawatan Maternitas edisi 8 buku 2, Elsevier; singapore Yuli Reni, (2017) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas, Aplikasi NANDA, NIC dan NOC. Jakarta. TIM

URAIAN MATERI IX: KLIMAKTERIUM a. Pengertian Klimakterium mengacu pada periode kehidupan seorang wanita saat dia berpindah dari tahap reproduktif ketahap tidak reproduktif, disertai regresi fungsi ovarium. Pramenopause adalah fase pertama klimakterium saat fertilitas menurun dan menstruasi menjadi tidak teratur. Fase ini berlangsung beberapa bulan atau beberapa tahun. Gejala-gejala yang menganggu, seperti ketidakstabilan vasomotor, keletihan, nyeri kepala, serta gangguan emosi, dapat timbul selama fase ini. Menopause diartikan sebagai suatu masa ketika secara fisiologis siklus menstruasi berhenti, hal ini berkaitan dengan tingkat lanjut usia perempuan. Penyebab menopause adalah matinya (burning out) ovarium. Sepanjang kehidupan seksual seorang wanita kira kira 400 folikel primodial tubuh menjadi folikel vesikuler dan berevulasi. Sementara beratus ratus dan ribuan ovum berdegenerasi (AACE medical guidelines, 2009). Perimenopouse yang secara kasar merupakan periode yang sama dengan klimakterium, meliputi pramenopouse, menopause, serta sekurang-kurangnya satu tahun setelah menopause Pascamenopouse adalah fase setelah menopause, ketika gejala-gejala yang terkait dengan penurunan hormone ovarium, seperti atrofi vagina dan osteoporosis dapat terjadi. Referensi: Cooper GS, Baird DD, Darden FR,.2011. Measures of menopausal status in relation to demographic, reproductive, and behavioral characteristics in a population-based study of women aged 35-49 years. Am J Epidemiol;153:1159-65. Ej, K. et al., 2011. Oestrogen and progestogen hormone replacement therapy for peri-menopausal and postmenopausal women : weight and body fat distribution ( Review ). Gruber CJ, Tschugguel W, Schneeberger C, Huber JC,. 2012. Production and actions of estrogens. N Engl J Med ;346:340-52 Hogervorst, E. et al., 2009. Hormone replacement therapy to maintain cognitive function in women with dementia ( Review ). Hosking D, Chilvers CED, Christiansen C, Ravn P, Wasnich R, Ross P, et al., 2008,. Prevention of bone loss with alendronate in postmenopausal women under 60 years of age. N Engl J Med;338:485-92 McNagn,. 2009. Prescribing hormone replacement therapy for menopausal symptoms. Ann.Intern Med:131;606-15 Nawaz H, Katz DL,.2007. American college of preventive medicine practice policy statement: perimenopausal and postmenopausal hormone replacement therapy. Am J Prev Med;17:250-53 Ortmann, O. & Lattrich, C., 2012. The Treatment of Climacteric Symptoms. , 109(17), pp.316–325.

28

Polisseni, A.F. et al., 2013. Effects of a continuous-combined regimen of low-dose hormone therapy (oestradiol and norethindrone acetate) and tibolone on the quality of life in symptomatic postmenopausal women: a double-blind, randomised study. Maturitas, 74(2), pp.172–8. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23201326 [Accessed May 28, 2014].

URAIAN MATERI X: TRAUMA MELAHIRKAN a.

Inkontinensia urine Banyak wanita mengalami kebocoran urine yang tidak dapat dikendalikan akibat cidera saat melahirkan. Kondisi-kondisi yang menganggu pengontrolan urine meliputi stress urinariy incontinence, akibat peningkatan tekanan intraabdomen yang tiba-tiba ( misalnya tekanan mendadak yang timbul pada saat bersin atau batuk) Inkontinensia urin terjadi jika tekanan intravesikal leih tinggi dari tekanan penekanan uretra. sekitar 46% wanita mengeluh inkontinensia saat hamil. namun proses melahirkan juga mengakibatkan kejadian inkontinensia urine. kejadian saat intepartum dapat mempengaruhi fungsi saluran kemih bagian bawah diantaranya metode melahirkan, lama persalinan, dan berat badan bayi. kala I persalinan yang lama dan kala aktif (mengejan) yang lama dapat menyebabkan kerusakan spingter uretra. perubahan posisi serviks saat proses melahirkan dapat mengakibatkan otot penyokong dan ligamen meregang, yang dapat menyebabkan gangguan mekanisme penutupan spingter uretra. Penatalaksanaan kandung kemih ynag buruk saat persalinan dapat mengakibatkan kesulitan berkemih, seperti inkontinensia overflow, terutama jika dilakukan pemberian analgetik epidural. persalinan menyebabkan penurunan sensasi kandung kemih. jika penurunan sensasi kandung kemih disertai pemberian analgetik epidural dapat menyebabkan overdistensi kandung kemih, kecuali haluan urine di pantau secaran seksama. episode tungga overdistensi detrusor dapat menyebabkan kesulitan berkemih jangka panjang sehingga mungkin perlu dilakukan kateterisasi intermiten jangka panjang. Wanita yang mengalami seksio sesaria jarang mengalami kerusakan spingter uretra, yang merupakan penyebab utama inkontinensia stress pasca post partum.Trauma pada badan perenium, perenium dan lapisan dasar panggul, yang terjadi akibat peregangan berlebihan, forsep, robekan atau episiotomi dapat menyebabkan kerusakan saraf pudenda. devernasi menyebabkan kehilangan sensasi dan kemampuan melatih otot-otot tersebut (Andrews, 2010).

b.

Fistula genetalia

29

Fistula adalah hubungan yang abnormal antara satu visera berlubang dan visera lain atau dari satu visera berlubang ke bagian luar. Fistula genetalia dapat timbul diantara kandung kemih serta traktus genetalia (mis. vesikovaginalis, antara ureter dan vagina (ureterovaginalis) serta rektum atau kolon sigmoid dan struktur lain (mis. enterovesikali).

Gambar 5. Tipe- tipe fistula yang terdapat pada vagina, uterus serta rektum.

Penatalaksanaan

keperawatan.

Pengkajian

befokus

pada

traktus

genitourinarius, organ-organ reproduksi, defekasi dan faktor psikososial serta seksual. Pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk menegakkan diagnosa. Pengetahuan wanita tentang gangguan, penatalaksanaannya dan kemungkinan prognosis juga dikaji. Diagnosa keperawatan yang muncul antara lain masalah fisik seperti konstipasi atau diare berhubungan dengan perubahan anatomi. Nyeri akut berhubungan dengan sokongan pelvis/kesulitan eliminasi dan resiko cedera. Diagnosa psikososial meliputi ansietas berhubungan dengan prosedur bedah, gangguan citra tubuh, harga diri rendah berhubungan dengan perubahan antomi dan fisiologi. Intervensi keperawatan ditekankan pada upaya memberi penyuluhan kepada tentang akibat dan resiko melahirkan. sebelum pulang dari rumah sakit ibu harus diinformasikan tentang tanda masala yang terjadi. Referensi : Bobak., I., M, Lowdermilk., D., L & Jensen., M., D, 2004 Buku ajar Keperawatan Maternitas edisi 4, EGC: Jakarta. Kozier, B, Glenora, Berman, A, Snyder, SJ. 2010. Fundamentals of Nursing Concept, Process, and Practice, seventh edition. USA: Pearson Education Potter, P. A, & Perry, A.G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik, edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC Prawirohardjo, Sarwono. (2012) Ilmu Kebidanan¸ Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

30

Lowdermilk, D., L., Perry, S., E., & Cashion, K., 2013. Keperawatan Maternitas edisi 8 buku 2, Elsevier; singapore Yuli Reni, (2017) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas, Aplikasi NANDA, NIC dan NOC. Jakarta. TIM

URAIAN MATERI XI: Keganasan sel (Kanker payudara) Kanker payudara adalah karsinoma yang berasal dari epitel duktus atau lobulus payudara (Suyatno & Pasaribu, 2014). Kanker adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal diubah oleh mutasi genetik dari DNA seluler. Sel abnormal ini membentuk klon dan mulai berpoliferasi secara abnormal, mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel tersebut (Smeltzer & Bare, 2002). Kanker payudara merupakan tumor malignan yang muncul di dalam sel pada payudara. Tumor malignan adalah sekelompok sel-sel kanker yang tumbuh di dalam (terinvasi) di seluruh jaringan atau menyebar (metastasis) di beberapa area pada tubuh (American Cancer Society, 2015). Penyebab kanker payudara secara pasti belum diketahui. Penyakit ini adalah penyakit heterogen yang kemungkinan besar berkembang sebagai hasil dari banyak faktor (Newton et. al., 2009). Faktor risiko kanker payudara adalah: a. Jenis kelamin wanita. Insiden kanker payudara pada wanita dibanding pria lebih dari 100:1. Secara umum 1 dari 9 wanita Amerika akan menderita kanker payudara sepanjang hidupnya. b. Usia menurut National Cancer Institute’s Surveillance Epidemiology and End Result Program, insiden kanker payudara meningkat cepat selama dekade ke- 4 kehidupan. Setelah menopause insiden terus meningkat tapi lebih lambat, puncak insiden pada dekade kelima dan keenam dan level terendah pada dekade keenam dan ketujuh. Satu dari 8 penderita kanker payudara berusia kurang dari 45 tahun dan berkisar 2/3 penderita kanker payudara berusia lebih dari 55 tahun. c.

Riwayat keluarga: pasien dengan riwayat keluarga tingkat pertama (ibu dan saudara kandung) mempunyai resiko 4-6 kali dibanding wanita yang tidak mempunyai faktor risiko ini. Pasien dengan keluarga tingkat pertama pre menopause menderita bilateral breast cancer, mempunyai risiko 9 kali. Pasien dengan keluarga tingkat pertama post menopause menderita bilateral breast cancer mempunyai risiko 4-5,4 kali.

d. Usia melahirkan anak pertama, jika usia 30 atau lebih risiko 2 kali dibanding wanita yang melahirkan usia kurang dari 20 tahun. e. Riwayat menderita kanker payudara, juga merupakan faktor risiko untuk payudara kontralateral. Risiko ini meningkat pada wanita usia muda. f.

Predisposisi genetikal. Risiko ini berjumlah kurang dari 10% kanker payudara.

31

Referensi: Bobak., I., M, Lowdermilk., D., L & Jensen., M., D, 2004 Buku ajar Keperawatan Maternitas edisi 4, EGC: Jakarta. Kozier, B, Glenora, Berman, A, Snyder, SJ. 2010. Fundamentals of Nursing Concept, Process, and Practice, seventh edition. USA: Pearson Education Potter, P. A, & Perry, A.G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik, edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC Prawirohardjo, Sarwono. (2012) Ilmu Kebidanan¸ Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Lowdermilk, D., L., Perry, S., E., & Cashion, K., 2013. Keperawatan Maternitas edisi 8 buku 2, Elsevier; singapore Yuli Reni, (2017) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas, Aplikasi NANDA, NIC dan NOC. Jakarta. TIM Wong, Perry & Hockenberry (2003) Maternal Child Nursing Care. st Loui: mosby, inc Kenneth,I. 2009. Obstetri William: Panduan ringkas, Edisi ke-21. Jakarta: EGC. Kenneth JL. W illiams Manual of Pregnancy Complication. McGraw Hill Co, 13 th Ed, 2013 New York:Kenneth,2013).

B. PRAKTIKUM Praktikum I: Pemeriksaan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) Kasus Pemicu 1 (Papsmear dan IVA) Perempuan usia 30 tahun datang ke poliklinik kebidanan dengan keluhan keluar darah dari kemaluan, terasa sakit saat berhubungan serta keluar lendir dan gatal di alat kelaminnya sejak 2 bulan yang lalu. Hasil pemeriksaan didapatkan area genetalia memerah, mengeluarkan darah, cairan kuning keruh dan terdapat lesi pada bagian serviks. Apakah pemeriksaan lain yang harus dilakukan pada kasus tersebut ?

Berdasarkan kasus diatas maka lakukanlah : a. Pengkajian menyeluruh pada pasien tersebut (Bahas data Fokus) b. Jelaskan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien tersebut c. Jelaskan intervensi keperawatan pada pasien tersebut 1. Pengertian IVA adalah pemeriksaan skrining kanker serviks dengan cara inspeksi visual pada serviks dengan menggunakan asam asetat (IVA). 2. Persyaratan mengikuti tes IVA Adapun persyaratan mengikuti tes IVA adalah: a. Sudah pernah melakukan hubungan seksual b. Tidak sedang haid c. Tidak sedang hamil d. Tidak melakukan hubungan seksual 24 jam sebelumnya 32

3. Alat dan bahan a. Meja/ tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi litotomi. b. Terdapat sumber cahaya (lampu sorot) untuk melihat serviks c. Spekulum vagina d. Asam asetat (3-5%) e. Larutan klorin 0,5% f. Swab-lidi berkapas g. Sarung tangan 4. Prosedur kerja a. Jelaskan mengenai prosedur yang akan dijalankan. b. Jaga privasi dan kenyamanan pasien c. Baringkan pasien dengan posisi litotomi d. Beri pencahayaan yang cukup untuk menilai adanya kelainan pada vagina. e. Masukkan spekulum ke dalam vagina pasien secara tertutup, lalu dibuka untuk melihat leher rahim. f.

Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, gunakan kapas steril basah untuk menyerapnya.

g. Teteskan larutan asam asetat 3-5% pada leher rahim dengan menggunakan pipet atau kapas lidi. h. Perhatikan reaksi pada leher rahim setelah satu menit. i.

Bila warna leher rahim berubah menjadi keputih-putihan, kemungkinan positif terdapat kanker. Asam asetat berfungsi menimbulkan dehidrasi sel yang membuat penggumpalan protein, sehingga sel kanker yang berkepadatan protein tinggi berubah warna menjadi putih.

j.

Bila tidak didapatkan gambaran epitel putih pada daerah transformasi berarti hasilnya negatif.

k. Jika pemeriksaan visual telah selesai, pakai kapas lidi baru untuk membersihkan sisa-sisa asam asetat pada serviks dan vagina. l.

Lepaskan spekulum. Jika tes IVA negatif, masukkan ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi. Jika tes IVA positif, masukkan spekulum ke dalam kotak desinfektan tingkat tinggi.

m. Pada lesi prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut aceto white epithelium. n. Jika hasilnya positif, maka pemeriksaan akan dilanjutkan dengan biopsy (pengambilan sampel jaringan serviks) ke laboratorium dengan menggunakan 33

teknik pap smear atau gynescopy oleh dokter ahli kandungan.Serviks yang diberi larutan asam asetat 5% akan merespon lebih cepat daripada larutan 3%. Efek akan menghilang sekitar 50-60 detik sehingga dengan pemberian asam asetat akan didapat hasil gambaran serviks yang normal (merah homogen) dan bercak putih (displasia). Keberadaan bercak putih ini menunjukkan adanya sel abnormal. Format penilaian prosedur IVA No

Aspek/komponen yang dinilai

0

1 2 3

Jaga privasi dan kenyamanan pasien Jelaskan mengenai prosedur yang akan dijalankan Baringkan pasien dengan posisi litotomi

4

Beri pencahayaan yang cukup untuk menilai adanya kelainan pada vagina Masukkan spekulum ke dalam vagina pasien secara tertutup, lalu dibuka untuk melihat leher rahim Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, gunakan kapas steril basah untuk menyerapnya Teteskan larutan asam asetat 3-5% pada leher rahim dengan menggunakan pipet atau kapas lidi. Perhatikan reaksi pada leher rahim setelah satu menit.

5 6 7 8 9

10 11

12

13 14

15 16 17

Score 1 2

Bila warna leher rahim berubah menjadi keputih-putihan, kemungkinan positif terdapat kanker. Asam asetat berfungsi menimbulkan dehidrasi sel yang membuat penggumpalan protein, sehingga sel kanker yang berkepadatan protein tinggi berubah warna menjadi putih. Bila tidak didapatkan gambaran epitel putih pada daerah transformasi bearti hasilnya negatif. Jika pemeriksaan visual telah selesai, pakai kapas lidi baru untuk membersihkan sisa-sisa asam asetat pada serviks dan vagina. Lepaskan spekulum. Jika tes IVA negatif, masukkan ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi. Jika tes IVA positif, masukkan spekulum ke dalam kotak desinfektan tingkat tinggi. Pada lesi prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut aceto white epithelium. Hasilnya positif, maka pemeriksaan akan dilanjutkan dengan biopsy (pengambilan sampel jaringan serviks) ke laboratorium dengan menggunakan teknik pap smear atau gynescopy oleh dokter ahli kandungan.Serviks yang diberi larutan asam asetat 5% akan merespon lebih cepat daripada larutan 3%. Efek akan menghilang sekitar 50-60 detik sehingga dengan pemberian asam asetat akan didapat hasil gambaran serviks yang normal (merah homogen) dan bercak putih (displasia). Keberadaan bercak putih ini menunjukkan adanya sel abnormal. Bereskan alat Cuci tangan Dokumentasi

keterangan : Nilai = Jumlah Nilai Yang Didapat x 100%

34

Jumlah Aspek Yang Dinilai

0 : Tidak dilakukan 1 : dilakukan sebagian 2: dilakukan secara benar

Praktikum II: Papsmear 1. Wanita yang berisiko mengalami kanker rahim : a. Pengidap virus HIV b. Perokok berat c. Menikah di usia muda d. Memiliki banyak anak e. Sering berganti pasangan seksual 2. Hal yang harus diperhatikan sebelum menjalani pemeriksaan papsmear: a.

Tidak sedang menstruasi.

b.

Waktu yang paling tepat melakukan Pap Smear adalah 10-20 hari setelah hari pertama haid terakhir.

c.

Pada pasien yang menderita peradangan berat pemeriksaan ditunda sampai pengobatan tuntas.

d.

Dua hari sebelum dilakukan tes, pasien dilarang mencuci atau menggunakan pengobatan melalui vagina. Hal ini dikarenakan obat tersebut dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.

e.

Dilarang melakukan hubungan seksual selama 1-2 hari sebelum pemeriksaan Pap Smear

3. Manfaat Pap Smear Pemeriksaan Pap Smear berguna sebagai pemeriksaan penyaring (skrining) dan pelacak adanya perubahan sel ke arah keganasan secara dini sehingga kelainan prakanker dapat terdeteksi serta pengobatannya menjadi lebih murah dan mudah. American Cancer Society (2009) merekomendasikan semua wanita sebaiknya memulai skrining 3 tahun setelah pertama kali aktif secara seksual. Pap Smear dilakukan setiap tahun. Wanita yang berusia 30 tahun atau lebih dengan hasil tes Pap Smear normal sebanyak tiga kali, melakukan tes kembali setiap 2-3 tahun, kecuali wanita dengan risiko tinggi harus melakukan tes setiap tahun. 4. Prosedur Pemeriksaan Pap Smear a. Persiapan alat-alat yang akan digunakan meliputi -

Spekulum bivalve (cocor bebek)

-

Spatula ayre 35

b.

-

Kaca objek yang telah diberi label atau tanda

-

Alkohol 95%.

-

Sarung tangan

Pasien berbaring dengan posisi litotomi.

c. Pasang spekulum sehingga tampak jelas vagina bagian atas, forniks posterior, serviks uterus, dan kanalis servikalis. d. Periksa serviks apakah normal atau tidak. e. Spatula dengan ujung pendek dimasukkan ke dalam endoserviks untuk mengambil cairan serviks, dimulai dari arah jam 12 dan diputar 360˚ searah jarum jam. f.

Sediaan yang telah didapat, dioleskan di atas kaca objek dengan membentuk sudut 45˚ satu kali usapan.

g. Celupkan kaca objek ke dalam larutan alkohol 95% selama 10 menit. h. Kemudian sediaan dimasukkan ke dalam wadah transpor dan dikirim ke ahli patologi anatomi.

5. Interpretasi hasil Papsmear Papanicolaou membagi hasil pemeriksaan menjadi 5 kelas (Saviano, 1993), yaitu: a. Kelas I : tidak ada sel abnormal. b. Kelas II : terdapat gambaran sitologi atipik, namun tidak ada indikasi adanya keganasan. c. Kelas III : gambaran sitologi yang dicurigai keganasan, displasia ringan sampai sedang. d. Kelas IV : gambaran sitologi dijumpai displasia berat. e. Kelas V : keganasan. Referensi: Bobak., I., M, Lowdermilk., D., L & Jensen., M., D, 2004 Buku ajar Keperawatan Maternitas edisi 4, EGC: Jakarta. Kozier, B, Glenora, Berman, A, Snyder, SJ. 2010. Fundamentals of Nursing Concept, Process, and Practice, seventh edition. USA: Pearson Education Potter, P. A, & Perry, A.G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik, edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC Prawirohardjo, Sarwono. (2012) Ilmu Kebidanan¸ Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Lowdermilk, D., L., Perry, S., E., & Cashion, K., 2013. Keperawatan Maternitas edisi 8 buku 2, Elsevier; singapore Yuli Reni, (2017) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas, Aplikasi NANDA, NIC dan NOC. Jakarta. TIM

36

Praktikum II: Penyuluhan Alat Kontrasepsi Kasus 2 (Konseling KB dan Penggunaan Alat Kontrasepsi) Ibu usia 26 tahun datang ke puskesmas bermaksud menggunakan alat kontrasepsi, saat ini pasien mempunyai 1 orang anak laki-laki usia 8 bulan dan masih menyusu.

Ibu

menginginkan alat kontrasepsi yang dapat mengembalikan kesuburan segera setelah pemberhentian penggunaan alat kontrasepsi dan tidak mengganggu hubungan intim, serta tidak menggangu untuk tetap bisa menyusui anaknya. Berdasarkan kasus diatas, manakah kontrasepsi yang tepat bagi ibu Y? Berdasarkan kasus diatas maka lakukanlah : 1. Pengkajian menyeluruh pada pasien tersebut 2. Jelaskan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien tersebut 3. Jelaskan intervensi keperawatan pada pasien tersebut Skenario Praktikum kasus 2 (Pendidikan Kesehatan KB) Pasien saat salam, Perawat

: (Datang ke Poliklinik Kandungan dan Kebidanan beserta suami), pasien ini 6 bulan pasca persalinan, di depan ruangan pasien mengucapkan assalamualaikum... : (Menjawab salam, Selamat pagi bu,,

bisa

silahkan duduk,,ada yang

dibantu?

Pasien

: Oh ya,,, saya datang kesini beserta suami ingin berkonsultasi...

Perawat

: Oh ya bu... ada masalah dengan kehamilan ibu?

Pasien

:

Begini bu...saya beserta suami berencana menunda kehamilan

berikutnya,

tetapi saat ini saya dan suami belum mengetahui apa jenis

kontrasepsi yang cocok untuk kami gunakan. dan saat ini saya hari pertama menstruasi setelah persalinan Perawat

: Oh,,,baik

lah,

kalau

begitu

saya

akan

menjelaskan

jenis



jenis kontrasepsi, keuntungan serta efek samping, dan kontraindikasi yang ada

pada

kontrasepsi

kontrasepsi

tersebut

(Perawat

menjelaskan

jenis

hormonal dan nonhormonal) dan memperlihatkan jenis dan

bentuk kontrasepsi, waktu pemakaian, dll Pasien

: Oh,,,baiklah,,,kalau begitu kami lebih milih kontraspsi IUD untuk 4 tahun,,

37

Suami pasien : Ya bu.. saya juga merasa lebih aman untuk isteri saya dengan jenis

kontrasepsi tersebut, saya sangat mengerti sekarang tentang

kontrasepsi, Perawat

Terimakasih atas penjelasannya y bu.

: Baiklah...

saya

akan

mempersiapkan

alat

untuk

pemasangan kontrasepsinya dulu ya bu...

1. Tujuan b. Memberikan informasi kepada semua Calon akseptor KB tentang jenis-jenis kontrasepsi. c. Memberikan informasi kepada semua Calon akseptor KB tentang kelebihan dan kekurangan setiap jenis kontrasepsi. 2. Prosedur tindakan a. Mengucapkan salam b. Menanyakan pada responden informasi tentang dirinya c. Bantu pasien untuk berbicara mengenai tentang pengalaman KB dan kesehatan reproduksi, selama kehidupan keluarganya. Menanyakan apakah telah pernah menggunakan kontrasepsi sebelumnya d. Menguraikan materi kepada responden mengenai pentingnya partisipasi suami dalam program KB. e. Menguraikan materimengenaiefektifitas masing-masing metode kontrasepsi f. Membantu responden menentukan pilihannya dengan memberikan penjelasan yang sesuai dengan kondisi reproduksi saat ini atau pengalaman sebelumnya g. Doronglah untuk menunjukkan keinginannya dan

tanggapilah

dan mengajukan

pertanyaan

secara terbuka

h. Menjelaskan kembali secara lengkap bagaimana efektifitas kontrasepsi i. Mengingatkan kembali kepada responden untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai dengan jenis kontrasepsi yang telah dipilih j. Dokumenta SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) TENTANG ALAT KONTRASEPSI

Topik

: Alat kontrasepsi

Sub Topik

:

Sasaran

: Pasangan usia subur desa A

Hari/Tanggal

: ……, …….2018

Jam

: 15.00 wib - selesai 38

Waktu

: 35 menit

Tempat

: Balai desa A

1.

Tujuan a. Tujuan Umum Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan Pasangan suamiistri dapat menginformasikan dan mengetahui

tentang jenis-jenis alat

kontasepsi KB b. Tujuan Khusus Setelah mengikuti penyuluhan ini, diharapkan keluarga Tn.K mengerti mengenai kontasepsi dan jenis- jenis kontasepsi. 2.

Pokok Materi a. Menjelaskan pengertian kontrasepsi b. Menjelaskan jenis-jenis kontrasepsi c. Menjelaskan keunggulan dan efeksamping dari kontrasepsi.

3.

Estimasi Waktu : 1 x 35 menit

4.

Metode Strategi yang digunakan dalam penyampaian penyuluhan ini berupa: a. Ceramah b. Tanya jawab.

5.

Persiapan a. Menyiapkan pokok bahasan. b. Menyiapkan alat pembelajaran “SAP, lembar balik dan leaflet”. c. Menyiapkan tempat.

6.

Susunan Proses Pelaksanaan No.

Waktu

1. 5 menit

Kegiatan Penyuluhan Pembukaan : a. Memberi Salam b. Memperkenalkan diri c. Menjelaskan tujuan Pembelajaran d. Melakukan kontrak penyuluh e. Melakukan apersepsi

1.

20 Menit

Kegiatan Peserta

Kegiatan Penyuluhan : Mempresentasikan materi 39

a. Menjawab Salam b. Mendengarkan c. Mendengarkan d. Berpartisipasi e. Berpartisipasi

a. Definisi kontrasepsi b. Jenis-Jenis kontrasepsi c. Menjelaskan keunggulan dan efeksamping dari kontrasepsi d. Memberikan kesempatan bertanya. e. Menjawab pertanyaan

a. Menyimak dan memperhatikan

b. Mengajukan pertanyaan c. Mendengarkan

2.

7.

10 menit

Evaluasi a. Memberikan pertanyaan kepada audien b. Menyimpulkan materi c. Salam penutup

a. Menjawab pertanyaan b. Mendengarkan c. Salam

Setting Tempat Ket:

= Penyaji = Audien

8.

Metode Evaluasi Evaluasi struktur 1)

SAP dan materi sudah disiapkan.

2)

Media (lembar balik, leaflet) sudah dipersiapkan.

3)

Waktu dan tempat sudah disiapkan.

Evaluasi proses 1)

Audiens aktif.

2)

Proses penyajian sesuai waktu

3)

Media digunakan sesuai dengan kebutuhan.

4)

Penyaji melakukan kegiatan sesuai dengan perannya.

5)

Diakhir kegiatan sudah di evaluasi hasil kegiatan.

3. Evaluasi hasil

9.

a.

Memahami definisi dari kontrasepsi

b.

Memahami jenis – jenis kontrasepsi

c.

Memahami keunggulan dan efek samping dari kontrasepsi

d.

Memahami kapan penggunaan dari kontasepsi

Daftar Pertanyaan 40

a) Jelaskan definisi kontrasepsi? b) Jelaskan jenis – jenis kontrasepsi? 10. Daftar Jawaban a) Kontrasepsi merupakan suatu alat atau metode yang digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan. Kontrasepsi adalah suatu cara untuk menunda kesuburan, menjarangkan kehamilan dan menghentikan kesuburan seseorang baik secara alamiah maupun dengan menggunakan obat-obatan atau alat-alat tertentu. Keluarga berencana merupakan suatu usaha yang mengatur banyaknya jumlah kelahiran sedemikian rupa sehingga bagi ibu maupun bayinya dan bagi ayah serta keluarganya atau masyarakat yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kelahiran tersebut. b) Jenis-jenis kontrasepsi : a. Kontrasepsi alamiah b. Kontrasepsi sederhana c. Kontrasepsi hormonal d. Kontrasepsi mantap FORMAT PENILAIAN PROSEDUR PENYULUHAN KB Score ASPEK PENILAIAN Prosedur 1 Mengucapkan salam 2 Menjelaskan tujuan Tindakan 3 memberi salam kepada responden 4 Menanyakan data diri klien Bantu klien untuk berbicara mengenai tentang pengalaman KB dan 5 kesehatan reproduksi 6 apakah telah pernah menggunakan kontrasepsi sebelumny menguraikan materi kepada responden mengenai pentingnya 7 partisipasi suami dalam program KB Menjelaskan efektifitas masing-masing metode kontrasepsi 1. KB alami : tidak tergantung pada alat atau pengobatan tertentu, menggunakan system tubuh secara alami dan siklus menstruasi untuk menghitung tanggal ovulasi. 2. Kondom pria Mencegah sperma mencapai serviks (leher rahim) Kelemahan : Risiko bocor. Memerlukan rencana terlebih dahulu, menimbulkan reaksi alergi pada wanita akibat spermisida atau karet. Hanya dipakai sekali, 8 3. Pil KB Mengurangi sindroma pra menstruasi, jerawat, perdarahan, Kelemahan : Tidak dianjurkan untuk: wanita yang pernah menderita kanker payudara atau mempunyai resiko penggumpalan darah, penyakit hati, ginjal, perdarahan uterus tanpa sebab, wanita perokok di atas 35 tahun, dan yang sedang dalam pengobatan tertentu, penderita tekanan darah

41

0

1

2

4.

5.

6.

7.

8.

tinggi, diabetes, migren, depresi, penyakit sickle sel (penyakit kelainan darah), fibroid. Implant : Tahan sampai 5 tahun atau sampai diambil. Kesuburan akan kembali segera setelah pengangkatan. Kelemahan : Tidak dianjurkan untuk: penderita penyakit hati, kanker payudara, perdarahan tanpa sebab, penggumpalan darah, penderita tekanan darah tinggi, KB suntik : kesuburan akan kembali setelah 6-24 bulan suntikan terakhir. Tidak boleh digunakan oleh wanita yang perneh mengalami pembekuan darah, kanker payudara, ganguan hati, perdarahan uterus tanpa sebab Intra - Uterine Device (IUD): Efektivitas : IUD bentuk T = 99%, tidak dianjurkan bagi wanita pernah menderita radang pinggul atau kehamilan tuba. Dapat keluar dengan sendirinya. Kram, sakit punggung, timbul bercak darah, menstruasi berat Tubektomi: aman bagi kesehatan setelah prosedur dilakukan. Tidak mengganggu hubungan intim. Kelemahan: memerlukan operasi bedah. Prosedur ini hanya untuk pasangan yang sudah memutuskan untuk tidak akan punya anak lagi. Vasektomi: Saluran vaas deferens yang berfungsi mengangkut sperma dipotong dan diikat sehingga aliran sperma dihambat tanpa mempengaruhi jumlah cairan semen. Kelebihan :Tidak akan mengganggu ereksi, potensi seksual, produksi hormon.

Penilaian: Nilai = Jumlah Nilai Yang Didapat x 100% 0 = Tidak dikerjakan Jumlah Aspek Yang Dinilai 1 = Dikerjakan tapi sebagian 2 = Dikerjakan sempurna

Praktikum : Memberikan Injeksi Kontrasepsi 1. Pengertian Kontrasepsi injeksi adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Sebelum disuntik, kesehatan ibu harus diperiksa dulu untuk memastikan kecocokannya. Suntikan diberikan saat ibu dalam keadaan tidak hamil. Suntikan KB bekerja untuk mengentalkan lendir rahim sehingga sulit untuk ditembus oleh sperma. Selain itu, Suntikan KB juga membantu mencegah sel telur menempel di dinding rahim sehingga kehamilan dapat dihindari. 2. Jenis Kontrasepsi Injeksi a) Suntikan KB 1 Bulan

42

Suntikan KB ini mengandung kombinasi hormon Medroxyprogesterone Acetate (hormon progestin) dan Estradiol Cypionate (hormon estrogen). Komposisi hormon dan cara kerja Suntikan KB 1 Bulan mirip dengan Pil KB Kombinasi. Suntikan pertama diberikan 7 hari pertama periode menstruasi Anda, atau 6 minggu setelah melahirkan bila Anda tidak menyusui. b) Suntikan KB 3 Bulan atau DMPA Suntikan KB ini mengandung hormon Depo Medroxyprogesterone Acetate (hormon progestin) 150 mg. Sesuai dengan namanya, suntikan ini diberikan setiap 3 bulan (12 Minggu). Suntikan pertama biasanya diberikan 7 hari pertama periode menstruasi Anda, atau 6 minggu setelah melahirkan. Suntikan KB 3 Bulanan ada yang dikemas dalam cairan 3ml atau 1ml. Contoh Obat Injeksi beserta Dosisnya Beberapa contoh obat Injeksi yang biasa digunakan antara lain: a. Depo Provera ( 3 ml/150 mg atau 1 ml/150 mg) diberikan setiap 3 bulan (12 minggu ) b. Noristeran ( 200 mg ) diberikan setiap 2 bulan ( 8 minggu ) c. Cyclofem 25 mg Medroksi Progesteron Asetat dan 5 mg Estrogen Sipionat diberikan setiap bulan. 3. Cara Pemberian a. Waktu Pemberian Setelah melahirkan : 6 minggu pasca salin, setelah keguguran (segera setelah dilakukan kuretase atau 30 hari setelah keguguran (asal ibu belum hamil lagi), dalam masa haid : hari pertama sampai hari ke-5 masa haid b. Lokasi Penyuntikan dengan i.m sampai daerah glutus Daerah bokong/pantat, daerah otot lengan atas efektivitas : Keberhasilannya praktis 99.7 %. 4. Indikasi Indikasi pemakaian kontrasepsi suntik antara lain a. Jika pasien menghendaki pemakaian kontrasepsi jangka panjang, atau pasien telah mempunyai cukup anak sesuai harapan, tapi saat ini belum siap. b. Kontrasepsi ini juga cocok untuk pasien yang menghendaki tidak ingin menggunakan kontrasepsi setiap hari atau saat melakukan sanggama, atau pasien dengan kontra indikasi pemakaian estrogen. c. Pasien yang sedang menyusui. d. Pasien yang mendekati masa menopause, atau sedang menunggu proses sterilisasi juga cocok menggunakan kontrasepsi suntik. 5. Kontraindikasi 43

a.

Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7 per 10000 kelahiran).

b.

Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

c.

Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara. Sampai saat ini terjadinya kanker payudara diduga akibat interaksi yang rumit dari banyak faktor genetika, lingkungan dan hormonal yaitu kadar hormon estrogen yang berlebih dalah tubuh. Pertumbuhan jaringan payudara sangat sensitive terhadap estrogen pada wanita yang terpapar estrogen dalam jangka waktu yang lama akan memiliki risiko yang besar terhadap kanker payudara

d.

Tidak dapat menerima terjadinya agnguan haid, terutama amenorea

e.

Diabetes mellitus disertai komplikasi, temuan sebuah studi terbaru penggunaan kontrasepsi hormon tipe tertentu selama 5 tahun sebelum hamil terkait denagan risiko berkembang menjadi diabetes mellitus. Risiko ini bervariasi tergantung pada tipe progrestin dalam kontrasepsi hormonal.

6. Cara Penyuntikan Kontrasepsi Injeksi a.

Kontrasepsi suntikan Cyclofem 25 mg Medroksi Progesteron Asetat dan 5 mg Estrogen Sipionat diberikan setiap bulan.

b.

Memberikan kontrasepsi suntikan Noristerat dalam dosis 200 mg sekali setiap 8 minggu atau sekali setiap 8 minggu untuk 6 bulan pertama ( = 3 kali suntikan pertama ), kemudian untuk selanjutnya sekali setiap 12 minggu.

c.

Kontrasepsi suntikan DMPA, setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg secara intramuskuler dalam-dalam di daerah pantat ( bila suntikan terlalu dangkal, maka penyerapan kontrasepsi suntikan berlangsung lambat, tidak bekerja segera dan efektif). Suntikan diberikan setiap 90 hari. Jangan melakukan massae pada tempat suntikan.

d.

Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alcohol yamg telah dibasahi dengan isopropyl alcohol 60%-90%. Tunggu dulu sampai kulit kering, baru disuntik.

e.

Kocok obat dengan baik, cegah terjadinya gelembung udara. Bila terdapat endapan putih di dasar ampul, hilangkan dengan cara menghangatkannya. Kontrasepsi suntikan ini tidak perlu didinginkan.

f.

Semua obat harus diisap kedalam alat suntikannya. FORMAT PENILAIAN PROSEDUR INJEKSI KB Score ASPEK PENILAIAN Prosedur 1 Mengucapkan salam

44

0

1

2

2 Menjelaskan tujuan 4 Mencuci tangan 6 Menjaga privasi klien 7 Menjaga keamanan klien 8 Menjunjung tinggi nilai-nilai dan etika keperawatan Tindakan Kontrasepsi suntikan Cyclofem 25 mg Medroksi Progesteron Asetat 9 dan 5 mg Estrogen Sipionat diberikan setiap bulan Memberikan kontrasepsi suntikan Noristerat dalam dosis 200 mg sekali setiap 8 minggu atau sekali setiap 8 minggu untuk 6 bulan 10 pertama ( = 3 kali suntikan pertama ), kemudian untuk selanjutnya sekali setiap 12 minggu Kontrasepsi suntikan DMPA, setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg secara intramuskuler dalam-dalam di daerah pantat ( bila suntikan 11. terlalu dangkal, maka penyerapan kontrasepsi suntikan berlangsung lambat, tidak bekerja segera dan efektif). Suntikan diberikan setiap 90 hari. Jangan melakukan massae pada tempat suntikan Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alcohol yamg telah 12 dibasahi dengan isopropyl alcohol 60%-90%. Tunggu dulu sampai kulit kering, baru disuntik. Kocok obat dengan baik, cegah terjadinya gelembung udara. Bila 13 terdapat endapan putih di dasar ampul, hilangkan dengan cara menghangatkannya. Kontrasepsi suntikan ini tidak perlu didinginkan 14 Semua obat harus diisap kedalam alat suntikannya 15 Bereskan alat 16 Cuci tangan 17 Dokumentasi Penilaian: 0

=

Tidak dikerjakan

1

=

Dikerjakan tapi sebagian

2

=

Dikerjakan sempurna

Nilai = Jumlah Nilai Yang Didapat x 100% Jumlah Aspek Yang Dinilai

Referensi: Bobak., I., M, Lowdermilk., D., L & Jensen., M., D, 2004 Buku ajar Keperawatan Maternitas edisi 4, EGC: Jakarta. Kozier, B, Glenora, Berman, A, Snyder, SJ. 2010. Fundamentals of Nursing Concept, Process, and Practice, seventh edition. USA: Pearson Education Potter, P. A, & Perry, A.G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik, edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC Prawirohardjo, Sarwono. (2012) Ilmu Kebidanan¸ Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Lowdermilk, D., L., Perry, S., E., & Cashion, K., 2013. Keperawatan Maternitas edisi 8 buku 2, Elsevier; singapore Yuli Reni, (2017) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas, Aplikasi NANDA, NIC dan NOC. Jakarta. TIM

Praktikum III: Pemasangan kontrasepsi dalam Rahim Kasus 3 (AKDR) Ibu usia 38 tahun P2 A0 datang ke klinik PKBRS (poli KB) di damping oleh suaminya, berencana untuk menunda kehamilan karena telah memiliki 2 orang anak yang sedang beranjak dewasa, setelah berdiskusi pasangan tersebut menginginkan kontrasepsi yang aman dengan penundaan kehamilan dalam jangka waktu lama, paling tidak selama 5 tahun 45

dengan pertimbangan usia ibu, efektif karena sekali pasang untuk jangka waktu yang lama, tidak menyebabkan kegemukan dan minimnnya efek samping. Berdasarkan kasus diatas, manakah kontrasepsi yang tepat bagi ibu tersebut?

Berdasarkan kasus diatas maka lakukanlah : 1. Pengkajian menyeluruh pada pasien tersebut 2. Jelaskan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien tersebut 3. Jelaskan intervensi keperawatan pada pasien tersebut

46

1. Pengertian IUD atau intrauterine device atau juga disebut dengan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah kontrasepsi yang terbuat dari plastik yang dimasukkan di dalam rahim atau uterus melalui kanal serviks. 2. Jenis IUD Terdapat 2 jenis IUD yang sering digunakan ,yaitu: 1)

Progestasert Dibuat oleh aiza pharmaceuticals. progestasert berisi hormon progesteron 38 mg pada tangkai vertikalnya dan akan dilepaskan rata-rata 5 mikro gram per hari. Keuntungan penggunaan jenis ini adalah mengurangi keluhan dismenorrhea dan jumlah darah yang keluar pada periode menstruasi kurang lebih sebanyak 4050 % dari keadaan normal karena progesteron menyebabkan hipoplsia pada endometrium. kelemahan alat ini adalah harus diganti secara periodik.

2)

Para Gard T38O A Diproduksi oleh ortho phaemaceutical corporation Pada alat ini terdapat lilitan kawat tembaga pada tangkai vertikalnya dan akan melepaskan unsure tembaganya seta garam tembaga yang berpengaruh terhadap endometrium. keuntungan penggunaan alat ini adalah dapat digunakan dalam waktu yang lama tidak mempengaruhi metabolisme tubuh secara umum dapat diganti setelah 10 tahun penggunaan dan angka ekspulsinya sangat rendah.

3. Indikasi IUD IUD di rekomendasikan antara lain pada : a. Wanita yang berusia > 35 Th b. Wanita yang mempunyai satu pasangan hidup yang tidak tetap atau tidak mempunyai risiko terhadap penularan penyakit seksual.

47

c. Wanita yang tidak mempunyai riwayat pelvisinflmmantorryDesease (PID) d. Multipara e. Tidak mempunyai pilihan sterilisasi permanen f. Untuk wanita dengan DM merupakan pilihan yang terbaik. g. Dapat digunakan pada wanita yang menyusui. h. Efek kontrasepsi local i. Tidak mempunyai efek pada metabolisme glukosa hepatik dan lipid j. Dapat digunakan pada wanita yang di kontraindikasikan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal. 4. Kontra indikasi Absolut kontra indikasi a. PID aktif b. Kanker serviks atau uterus c. Diketahui atau suspek hamil d. Nulli para karena dapat membuat pasien mempunyai resiko PID dan ke arah infertilitas, selain itu juga karena pemasangan yang sulit melalui mulut serviks dapat meningkatkan resiko terjadinya trauma dan infeksi.

Relatif kontraindikasi a. Hasil PAP SMEAR Abnormal b. PID akut dan riwayat PID c. Alergi terhadap tembaga pada pasien yang menggunakan Copper T. d. Perubahan Immunosupresi misalnya pada pasien AIDS atau penggunaan kortokosteroid. e. Pasien yang mendapatkan terapi anti koagulan f.

Gangguan pembekuan darah

g. Stenosis servikal h. Cervisitis dan vaginitis i.

Endometriosis

j.

Perdarahan pada genetalia yang tidak diketahui penyebabnya

k. Riwayat kehamilan ektopik l.

Leokorrhea atau peningkatan discharge vagina

m. Pasien atau patner mempunyai pasangan lebih dari satu. n. Endometriosis post partum 5. Waktu pemasangan Waktu pemasangan masih kontroversial 48

1) Dapat dilakukan setiap saat jika tidak terdapat semua kontra indikasi di atas 2) Pemasangan dilakukan saat menstruasi 3) Insersi akan lebih mudah karena kanal servikal dilubrikasikan oleh darah menstruasi. 4) Pasien jelas tidak hamil 5) Mulut serviks sedang mengalami dilatasi 6) Kelemahannya darah menstruasi merupakan medium pertumbuhan bakteri yang sangat baik sehingga meningkatkan terjadinya infeksi dan tingginya angka ekspulsi Pemasangan saat pertengahan siklus 1) Menstruasi mulut serviks dilatasi 2) Menggunakan proteksi pada Minggu-minggu sebelumnya 3) Setelah IUD sebelumnya dilepas 4) 4-8 Minggu post partum (dengan penggunaan proteksi pada Minggu sebelumnya) 6. Persiapan sebelum pemasangan a. Kaji riwayat lengkap b.

Adanya kontra indikasi

c.

Riwayat penyakit jantung

d.

Riwayat menstruasi

e.

Discharge vagina

f.

Tanda dan kehamilan

g.

Patner seksual

h.

Riwayat pengkajian penyakit menular

i.

Lakukan pemeriksaan pelvis a) Pada infeksi vulva vagina, dan serviks tidak terdapat tanda infeksi dan stenosis servikal b) Ukuran, bentuk uterus normal. c) Tidak ada nyeri tekan dan masa pada saat dilakukan palpasi uterus d) Tidak terdapat infeksi, kehamilan dan neoplasma

j.

Lakukan konseling tentang keuntungan dan kerugian

k. Dorong pasien untuk bertanya l.

Minta pasien untuk mengisi informed consent

m. Jelaskan tentang prosedur n. Jelaskan cara pencegahan kehamilan sampai pada saat pemasangan IUD o. Lakukan test laboratorium : 49

i. Pemeriksaan darah untuk mendeteksi angka hematokrit dan hemoglobin atau adanya gangguan pembekuan darah -

Pap smear : untuk melihat kondisi abnormal, mencari penyebab dan menentukan pengobatan

-

Urine analisis (urine pregnancy Test).

-

Kolaborasi untuk pemberian analgetik.

7. Mekanisme kerja IUD Mekanisme kerja UUD secara kimiawi belum dapat ditentukan secara tepat. Gangguan terhadap implantasi ovum yang sudah dibuahi di endonetrium merupakan mekanisme kerja yang paling menonjol gangguan tersebut dapat terjadi akibat ditimbulkannya respon inflamasi setempat yang selanjutnya mengakibatkan kerja lisosom pada blastokist terganggu dan mungkin pula terjadi fagozitosis spermatozoa (population report 1982 cit may 1990) logam -logam tertentu khususnya tembaga sangat meningkatkan kerja kontrasepsi karena unsur tembaga yang bersifat lokal 8. Efek samping a. Perforasi uterus b. Gangguan kehamilan yang tidak dicurigai sebelumnya c. Gejala kram dan perdarahan. d. Kehilangan darah e. Infeksi pelvis 9. Cara Pemasangan a. Persilahkan pasien untuk berbaring di tempat tidur ginekologi dengan posisi lithotomic b. Cuci tangan c. Gunakan sarung tangan steril d. Lakukan vulva hygiene e. Pasang speculum dengan hati-hati f.

Pasang tenakulum

g. Bersihkan daerah servik dan mulut servik dengan larutan antiseptic h. Lakukan pengukuran uterus dengan menggunakan sound uterus i.

Atur pengatur bagian yang masuk uterus pada introducer dari IUD sesuai dengan hasil pengukuran sound uterus tadi

j.

Masukkan IUD perlahan sampai ke dalam introducer dengan tekhnik steril

50

k. Introducer tersebut perlahan kita masukkan ke dalam kenal servikal sampai batas pengatur yang telah ditentukan sebelumnya l.

Dorong IUD ke dalam

m. Setelah yakin IUD sudah masuk ke dalam uterus, tarik introducer ke luar n. Gunting benang kurang lebih 3 cm dari ostium serviks o. Lepaskan tenakulum p. Bersihkan kembali daerah tersebut dan berikan larutan antiseptic

FORMAT PENILAIAN PROSEDUR PEMASANGAN IUD Score ASPEK PENILAIAN Prosedur 1 Mengucapkan salam 2 Menjelaskan tujuan 4 Mencuci tangan 6 Menjaga privasi klien 7 Menjaga keamanan klien 8 Menjunjung tinggi nilai-nilai dan etika keperawatan Tindakan Persilahkan klien untuk berbaring di tempat tidur ginekologi dengan posisi 9 lithotomi 1 Cuci tangan 0 1 Gunakan sarung tangan steril 1. 1 Lakukan vulva hygiene 2 1 Pasang speculum dengan hati-hati 3 1 Pasang tenakulum 4 1 Bersihkan daerah servik dan mulut servik dengan larutan antiseptic 5

51

0

1

2

1 6 1 7 1 8 1 9 2 0 2 1 2 2 2 3 2 4 2 5 2 6 2 7

Lakukan pengukuran uterus dengan menggunakan sound uterus Atur pengatur bagian yang masuk uterus pada introducer dari IUD sesuai dengan hasil pengukuran sound uterus tadi Masukkan IUD perlahan sampai ke dalam introducer dengan tekhnik steril Introducer tersebut perlahan kita masukkan ke dalam kenal servikal sampai batas pengatur yang telah ditentukan sebelumnya Dorong IUD ke dalam Setelah yakin IUD sudah masuk ke dalam uterus, tarik introducer ke luar Gunting benang kurang lebih 3 cm dari ostium serviks Lepaskan tenakulum Bersihkan kembali daerah tersebut dan berikan larutan antiseptic Bereskan alat Cuci tangan Dokumentasi

Penilaian: Nilai = Jumlah Nilai Yang Didapat x 100% 0 = Tidak dikerjakan Jumlah Aspek Yang Dinilai 1 = Dikerjakan tapi sebagian 2 = Dikerjakan sempurna Referensi: Bobak., I., M, Lowdermilk., D., L & Jensen., M., D, 2004 Buku ajar Keperawatan Maternitas edisi 4, EGC: Jakarta. Kozier, B, Glenora, Berman, A, Snyder, SJ. 2010. Fundamentals of Nursing Concept, Process, and Practice, seventh edition. USA: Pearson Education Potter, P. A, & Perry, A.G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik, edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC Prawirohardjo, Sarwono. (2012) Ilmu Kebidanan¸ Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Lowdermilk, D., L., Perry, S., E., & Cashion, K., 2013. Keperawatan Maternitas edisi 8 buku 2, Elsevier; singapore Yuli Reni, (2017) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas, Aplikasi NANDA, NIC dan NOC. Jakarta. TIM

52

Praktikum IV: Konseling Infertil Kasus 4 (Konseling Infertil) Perempuan

usia 30 tahun datang ke poliklinik kebidan bersama suami untuk

berkonsultasi terkait tentang belum memiliki keturunan setelah hampir 2 tahun pernikahan, dan mengatakan selama ini melakukan hubungan seksual teratur 2 atau 3 kali dalam seminggu tanpa menggunakan pengaman atau alat kontrasepsi Berdasarkan kasus diatas maka lakukanlah : 1.

Pengkajian menyeluruh pada pasien tersebut

2.

Jelaskan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien tersebut

3.

Jelaskan intervensi keperawatan pada pasien tersebut

a. Konsep Konseling Konseling adalah kegiatan percakapan tatap muka dua arah antara pasien dengan petugas yang bertujuan memberikan informasi mengenai konsep infertil, penyebab dan prosedur pemeriksaan yang bisa dilakukan oleh pasangan. Kegiatan Konseling Topik

: Sistem Reproduksi

Sub Topik

: Infertil

Sasaran

: Keluarga Tn S

Hari/Tanggal

: ……, …….2018

Jam

: 15.00 wib - selesai

Waktu

: 35 menit

Tempat

: poliklinik kebidanan

b. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan Pasangan suamiistri dapat menginformasikan dan mengetahui tentang “infertil”. 2. Tujuan Khusus Setelah

mengikuti

penyuluhan

ini,

diharapkan

keluarga

Tn.S

mengertimengenai infertilitas, jenis infertilitas, penyebab dan penatalaksanaan. 2) Pokok Materi 1) Menjelaskan pengertian Infertilitas. 2) Menjelaskan jenis-jenis Infertilitas. 3) Menjelaskan penyebab Infertilitas.

53

4) Pemeriksaan investigasi Infertilitas. 5) Menjelaskan penatalaksanaan Infertilitas. 3) Estimasi Waktu : 1 x 35 menit 4) Metode Strategi yang digunakan dalam penyampaian penyuluhan ini berupa: 1) Ceramah 2) Tanya jawab. 5) Persiapan 1) Menyiapkan pokok bahasan. 2) Menyiapkan alat pembelajaran “SAP, lembar balik dan leaflet”. 3) Menyiapkan tempat. 6)

Susunan Proses Pelaksanaan No.

Waktu 5 menit

Kegiatan Penyuluhan Pembukaan : a. Memberi Salam b. Memperkenalkan diri c. Menjelaskan tujuan Pembelajaran d. Melakukan kontrak penyuluh e. Melakukan apersepsi

1.

20 Menit

2.

Kegiatan Peserta

Kegiatan Penyuluhan : Mempresentasikan materi a. Definisi dari Infertil b. Jenis-Jenis Infertil c. Penyebab dari Infertil d. Penatalaksanaan Infertil e. Memberikan kesempatan bertanya f. Menjawab pertanyaan

a. Menjawab Salam b. Mendengarkan c. Mendengarkan d. Berpartisipasi e. Berpartisipasi

a. Menyimak dan memperhatikan

b. Mengajukan pertanyaan c. Mendengarkan

10 menit 3.

Evaluasi a. Memberikan pertanyaan kepada audien b. Menyimpulkan materi c. Salam penutup

h. Setting Tempat Ket:

= Perawat = Klien

i.

METODE EVALUASI

54

a. Menjawab pertanyaan b. Mendengarkan c. Salam

1) Evaluasi struktur a) SAP dan materi sudah disiapkan. b) Media (lembar balik, leaflet) sudah dipersiapkan. c) Waktu dan tempat sudah disiapkan. 2) Evaluasi proses a. Klien aktif. b. Proses penyajian sesuai waktu c. Media digunakan sesuai dengan kebutuhan. d. Perawat melakukan kegiatan sesuai dengan perannya. e. Diakhir kegiatan sudah di evaluasi hasil kegiatan. 3) Evaluasi hasil a) Memahami Definisi dari Infertil. b) Memahami Penyebab dari Infertil. c) Memahami Pencegahan dari Infertil. d) Memahami Pengobatan dari Infertil. j.

Daftar Pertanyaan 1) Jelaskan definisi infertil? 2) Jelaskan penyebab dari terjadinya infertil?

k. Daftar Jawaban 1) Infertilitas ialah pasangan suami-istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali perminggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun. 2) Stress, Lingkungan, Kondisi Reproduksi Wanita, Kondisi Reproduksi Pria

FORMAT PENILAIAN PROSEDUR KONSELING INFERTIL Score ASPEK PENILAIAN Prosedur 1 Mengucapkan salam 2 Menjelaskan tujuan Tindakan 3 memberi salam kepada responden 4 Menanyakan data diri klien Menjelaskan tujuan pertemuan 5 6

Melakukan kontrak penyuluh

7

Melakukan apersepsi Mnjelaskan materi a. Definisi dari Infertil

8

55

0

1

2

b. Jenis-Jenis Infertil c. Penyebab dari Infertil d. Penatalaksanaan Infertil e. Memberikan kesempatan bertanya. f. Menjawab pertanyaan

Penilaian: 0

=

Tidak dikerjakan

1

=

Dikerjakan tapi sebagian

2

=

Dikerjakan sempurna

Nilai = Jumlah Nilai Yang Didapat x 100% Jumlah Aspek Yang Dinilai

Praktikum: Persiapan Alat dan Bahan Untuk Tindakan Abortus (kerutase) a. Alat tenun terdiri dari: 1) Baju operasi/ celemek 2) Laken 3) Duk kecil 4) Sarung meja mayo

b.

Alat instrument terdiri dari: ➢ Speculum

➢ Sonde (untuk mengukur kedalaman rahim lubang vagina)

56

➢ Alat kuret

➢ Klem jaringan

➢ Klem dinding Rahim/ uterus ➢ Nierbeken ➢ Kasa steril ➢ Sarung tangan steril ➢ Kochel tang/ tenaculum

➢ Tampon tang/ Ring tang

➢ Berbagai ukuran busi (dilatator) hegar 57

58

DAFTAR PUSTAKA

Andrews, G ,2010, Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita, EGC; Jakarta Ah, M. et al., 2009. Oral oestrogen and combined oestrogen / progestogen therapy versus placebo for hot flushes ( Review ) AACE 2008 medical guidelines for clinical practice for the prevention and treatment of postmenopausal osteoporosis,. Endocr Pract ;9:544-64. Baziad A,. 2008. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Menopause dan Andropause. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta Bobak., I., M, Lowdermilk., D., L & Jensen., M., D, 2004 Buku ajar Keperawatan Maternitas edisi 4, EGC: Jakarta. Basic Trauma Life Support, 2014: pro emergency Cooper GS, Baird DD, Darden FR,.2011. Measures of menopausal status in relation to demographic, reproductive, and behavioral characteristics in a population-based study of women aged 35-49 years. Am J Epidemiol;153:1159-65. Diknakes RI. 1993. Asuhan Kebidanan Pada Perawatan Payudara Dalam Konteks Keluarga, Depkes RI, Jakarta. Ej, K. et al., 2011. Oestrogen and progestogen hormone replacement therapy for perimenopausal and post-menopausal women : weight and body fat distribution ( Review ). FK-Unpad. 1984 Obstetri Patologi, Elstar offset, Bandung Green, C., J .2012 Maternal newborn Nursing Care Plans. Second Edition. Malloy. Ins Gruber CJ, Tschugguel W, Schneeberger C, Huber JC,. 2012. Production and actions of estrogens. N Engl J Med ;346:340-52 Hamilton, Persis Mary. 1995 Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta. Hogervorst, E. et al., 2009. Hormone replacement therapy to maintain cognitive function in women with dementia ( Review ). Hosking D, Chilvers CED, Christiansen C, Ravn P, Wasnich R, Ross P, et al., 2008,. Prevention of bone loss with alendronate in postmenopausal women under 60 years of age. N Engl J Med;338:485-92 Jesen, L. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: Buku Kenneth,I. 2009. Obstetri William: Panduan ringkas, Edisi ke-21. Jakarta: EGC. Kenneth JL. Williams Manual of Pregnancy Complication. McGraw Hill Co, 13 th Ed, 2013 New York:Kenneth,2013).

59

Klossner, J (2006). Introduktory Maternity Nursing. Lippincott Williams & Wilkins Kozier, B, Glenora, Berman, A, Snyder, SJ. 2010. Fundamentals of Nursing Concept, Process, and Practice, seventh edition. USA: Pearson Education Lowdermilk, D., L., Perry, S., E., & Cashion, K., 2013. Keperawatan Maternitas edisi 8 buku 2, Elsevier; singapore McNagn,. 2009. Prescribing hormone replacement therapy for menopausal symptoms . Ann.Intern Med:131;606-15 Mansjoer, Arif dkk. (1999) Kapita selekta kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius Universitas Indonesia Nawaz H, Katz DL,.2007. American college of preventive medicine practice policy statement: perimenopausal and postmenopausal hormone replacement therapy. Am J Prev Med;17:250-53 Ortmann, O. & Lattrich, C., 2012. The Treatment of Climacteric Symptoms. , 109(17), pp.316–325. Padila (2015). Asuhan keperawatan maternitas II, ISBN. Nuha Medika, Yogyakarta Polisseni, A.F. et al., 2013. Effects of a continuous-combined regimen of low-dose hormone therapy (oestradiol and norethindrone acetate) and tibolone on the quality of life in symptomatic postmenopausal women: a double-blind, randomised study. Maturitas, 74(2), pp.172–8. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23201326 [Accessed May 28, 2014]. Potter, P. A, & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik, edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: TIM Prawirohardjo, Sarwono. (1986) Ilmu Kebidanan¸ Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Reeder, S., J, Martin L., L, Koniak-Griffin, D, 2011, Keperawatan Maternitas: Kesehatan Wanita, Bayi dan Keluarga. volume 2, EGC; Jakarta Rahardja, Kirana. 2007. Obat-obat Penting ed.6, 717. Jakarta : PT. Elex Media Computa Saifuddin, A.B. 2006. Buku panduan Praktis pelayanan Kontrasepsi Pk-54-PK58. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo Rustam. (1988) Sinopsis Obstetri, Jakarta Tiran, D. 2007. Mengatasi Mual-mual dan Gangguan Lain Selama Kehamilan. Jakarta: Diglossia. The Hong Kong College of Obstetrician and Gynaecologists,. 2008. Guidelines for the administration of hormone replacement therapy. . Available at: http:www.hkcog.org.hk/docs/guideline

60

Welton Et Al., 2008. Health related quality of life after combined hormone replacement therapy: randomised controlled trial .BMJ. , Pp.1–9. Wong, Perry & Hockenberry (2003) Maternal Child Nursing Care. st Loui: mosby, inc Yuli Reni, (2017) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas, Aplikasi NANDA, NIC dan NOC. Jakarta. TIM

61

BAB III PENUTUP A. Tugas Individu/Kelompok Mahasiswa mengumpulkan tugas kelompok 5 hari kerja sebelum ujian Blok berlangsung. Tugas kelompok akan masuk menjadi materi dalam ujian, sehingga mahasisswa bisa membagikan tugas ke kelompok yang lain. Tugas Kelompok (masuk dalam materi ujian) 1.

Asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit menular seksual (Kelompok I)

2.

Asuhan keperawatan pada pasien dengan Human papilomavirus (Kelompok 2)

3.

Asuhan keperawatan pada pasien dengan Infeksi traktus genetalis (Kelompok 3)

4.

Asuhan keperawatan pada pasien dengan Infeksi pasca partum (Kelompok 4)

5.

Asuhan keperawatan pada pasien dengan Infeksi radang panggul (Kelompok 5)

6.

Asuhan keperawatan pada pasien dengan Atonia uteri (Kelompok 6)

7.

Asuhan keperawatan pada pasien dengan Ruptur Uteri (Kelompok 7)

B. Kasus Pemicu The Seven Jump 3. Kasus Perempuan usia 28 tahun G2P1A0 hamil 10 minggu datang kepoliklinik kebidanan untuk melakukan pemeriksaan kehamilannya. Pasien mengeluh mual-muntah yang banyak, pusing dan lemah.

Hasil pemeriksaan terlihat kunjungtiva pucat.

Setelah melakukan pemeriksaan, perawat memberikan informasi kepada pasien tentang tanda dan

bahaya selama masa kehamilan salah satunya gangguan

perdarahan yang terjadi pada trimester pertama dan trimester ketiga. Lebih lanjut perawat menjelaskan tentang perdarahan pospartum , shok hemoragik dan gangguan pembekuan darah pada ibu hamil. Pasien bertanya apakah ada pengaruh infeksi TORCH karena takut tertular dan mempengaruhi kehamilannya saat ini. Pada saat pasien akan pulang, perawat memberikan leaflet tentang penyakit pada kehamilan seperti diabetes millitus dan gangguan kardiovaskuler. C. SASARAN BELAJAR ISS 1.

Jelaskan asuhan keperawatan tentang masalah-masalah kesehatan wanita pada masa reproduksi yang berkaitan tentang persalinan berisiko (distosia, prematur, postmatur) serta kan gambar (beserta gambar)! (Ns. Darmawati)

2.

Jelaskan asuhan keperawatan tentang keluarga berencana (Ns. Aida)

62

3.

Jelaskan asuhan keperawatan tentang gangguan-ganguan menstruasi (Amenorea Hipogonadotropin, dismenorea, Endometriosis) sertakan gambar ! (Ns. Mariatul)

4.

Jelaskan asuhan keperawatan tentang infertilitas (investigasi infertilits wanita, investigasi infertilitas laki-laki) (sertakan gambar) ! (Ns. Sri Intan Rahayu)

5.

Jelaskan asuhan keperawatan tentang klimakterium (Ns. Sufriani)

6.

Jelaskan asuhan keperawatan tentang trauma melahirkan (inkontinensia urine, fistula genetalia) beserta gambar! (Ns. Imelda)

7.

Jelaskan asuhan keperawatan pada kanker payudara! (Ns. Nova)

D. Materi resume jurnal (5 tahun terakhir tahun dan jumlah 1 jurnal internasional setiap mahasisswa) 1. Intervensi keperawatan pada Intrauterine Fetal Death (Kelompok I) 2. Intervensi keperawatan pada depresi postpartum. (Kelompok 2) 3. Intervensi keperawatan pada pasien dengan Ketuban pecah Dini (Kelompok 3) 4. Intervensi keperawatan pada pasien dengan plasenta previa (Kelompok 4) 5. Intervensi keperawatan pada pasien dengan molahidatidosa (Kelompok 5) 6. Intervensi keperawatan pada pasien dengan solution plasenta (Kelompok 6) 7. Intervesi keperawatan pada pasien dengan perdarahan post partum(Kelompok 7)

63

Resume Jurnal (judul) No

Judul

Tujuan

Matode

Perlakuan/intervensi

penelitian

penelitian

yang di berikan

64

Hasil

Diskusi

65

More Documents from "fara fichria"