375753859.docx.pdf

  • Uploaded by: raja yudha
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 375753859.docx.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 4,010
  • Pages: 12
Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam

CRITICAL BOOK REPORT “AKHLAK” DOSEN PENGAMPU : Drs. Ramli, MA

OLEH : MAYA AULIYA RAHMA 4163121008 FISIKA DIK B 2016 PRODI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN MEDAN, 2018​

0 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberi nikmat kesehatan serta kesempatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Critical Book Report dari dua buku dengan materi berjudul “Akhlak” dengan baik untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka penulis mohon maaf atas kekurangan dalam makalah ini serta mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita bersama. Medan,

April 2018 Penulis​

7 DAFTAR ISI

https://www.pdfcoke.com/document_downloads/direct/3757538…e&user_id=452755453&uahk=-iLRvnWhApXBYvYZjYqezyq87ds

04/04/19 06.58 Halaman 1 dari 12

​i

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

​ii ​1

BAB I PENDAHULUAN

​1

1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR

​1

1.2 Tujuan Penulisan CBR

​2 ​2

1.3 Manfaat CBR 1.4 Identitas Buku

BAB II RINGKASAN ISI BUKU

​4

BAB III KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN BUKU

​16

3.1 Keunggulan Buku

​16

3.2 Kelemahan Buku

​17

BAB IV IMPLIKASI BAB V PENUTUP

​18

​5.1 Kesimpulan ​5.2 Saran DAFTAR PUSTAKA

​16

​18 ​18 ​19​

7 BAB I PENDAHULUAN

1.1. RASIONALISASI PENTINGNYA CBR Buku teks pelajaran merupakan salah satu dari unsur sarana dan prasarana dalam proses pendidikan dimana susunan dan penulisannya harus mengacu pada tujuan awalnya yakni tujuan pendidikan nasional. Buku teks pelajaran yang digunakan wajib yang memuat materi pelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, kemampuan akan ilmu pengetahuan dan teknologi, budi pekerti juga kepribadian, serta kepekaan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan. Banyak buku yang berisikan informasi atau materi yang berkaitan dengan mata kuliah Pendidikan Agama Islam ini. Setiap buku akan berisikan informasi atau penyajian yang berbeda-beda seperti penggunaan bahasa yang berbeda, bentuk tulisan, atau model yang berbeda seperti gambar-gambar, tabel, dan lainlain. Oleh karena itu, setiap buku pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dalam kesempatan ini, saya sebagai mahasiswa yang memiliki kewajiban mengerjakan salah satu tugas KKNI yaitu Critical Book Report , akan melakukan kritikan terhadap dua buah buku dengan materi berjudul “Akhlak” .

1.2. TUJUAN PENULISAN CBR Dari penjelasan pentingnya CBR di atas, kita dapat mengetahui tujuan dari Critical Book Report ini yaitu untuk mengetahui bagaimana cara penyajian dari sebuah buku, memahami isi buku, menemukan kelebihan dan kekurangan buku, serta memberikan saran sebagai mahasiswa yang telah melakukan Critical Book Report.​

7 1.3. MANFAAT CBR Berdasarkan pentingnya dan tujuan CBR di atas, maka manfaat dari penulisan CBR ini adalah kita dapat mengetahui tata cara penyajian dari buku, memahami isi buku serta lebih kritis dalam memilih buku untuk dijadikan buku teks pembelajaran.

https://www.pdfcoke.com/document_downloads/direct/3757538…e&user_id=452755453&uahk=-iLRvnWhApXBYvYZjYqezyq87ds

04/04/19 06.58 Halaman 2 dari 12

1.4. IDENTITAS BUKU Identitas Buku Utama

1. Judul Buku ​: Islam Kaffah 2. Pengarang ​: Tim MPK Pendidikan Agama Islam UNIMED 3. Penerbit :​ Perdana Publishing 4. Kota Terbit :​ Medan 5. Tahun Terbit :​ 2017 6. ISBN ​ :​ 978-602-6462-34-3

Identitas Buku Pembanding

1. Judul Buku ​: Etika Membangun Masyarakat Modern 2. Pengarang ​: Srijanti, Purwanto S.K., Wahyudi Pramono 3. Penerbit :​ Graha Ilmu 4. Kota Terbit :​ Yogyakarta 5. Tahun Terbit :​ 2006 6. ISBN ​ :​ 978-979-756-283-0

https://www.pdfcoke.com/document_downloads/direct/3757538…e&user_id=452755453&uahk=-iLRvnWhApXBYvYZjYqezyq87ds

04/04/19 06.58 Halaman 3 dari 12

BAB II RINGKASAN ISI BUKU

2.1. BUKU UTAMA Akhlak adalah daya dan kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi. Akhlak pada dasarnya adalah sikap yang melekat pada diri seseorang dan telah terbentuk dalam tingkah laku dan perbuatan. A. Akhlak Terhadap Allah dan Rosul 1. Akhlak kepada Allah

a.

Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembahNya sesuai dengan perintah-Nya.

b. Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi,baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.

c.

Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu

d. Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.

e.

Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa.

f.

Mengakui bahwa hakikat ilmu hanyalah pada Allah sementara manusia adalah mahluk yang jahil dan bergantung kepada pemberian dan petunjuk Allah.

g. Allah tempat bertaubat dari segala dosa yang pernah dilakukan h. Allah menjadi hakim atas segala kehidupan. i. Menanamkan optimisme didalam jiwa terhadap hidayah dan kehendak Allah.

2. Akhak Kepada Rasulullah Contoh akhlak terhadap Rasulullah antara lain :

a. Mencintai dan memuliakannya Mencintai Rasulullah juga berarti mencintai orang-orang yang di cintai oleh beliau dan membenci orang-orang yang di bencinya.Lebih khusus mencintai keluarga dan sahabat-sahabatnya.

b. Menghormati dan memuliakan Rasulullah Bentuk penghormatan dan pemuliaan terhadap beliau adalah tidak boleh mendahului beliau dalam mengambil keputusan atau menjawab pertanyaan. Bentuk lain menghormati Rasulullah dapat di teruskan oleh umatnya yaitu dengan tidak mengeraskan suara di hadapan para ulama pewaris nabi.

c. Mengikuti dan menaati segala yang di ajarkan kepada kita. Mengikuti Rasuullah adalah bukti kecintaan seorang hamba terhadap Allah SWT.

d. Mengucapkan sholawat dan salam untuk Rasulullah

https://www.pdfcoke.com/document_downloads/direct/3757538…e&user_id=452755453&uahk=-iLRvnWhApXBYvYZjYqezyq87ds

04/04/19 06.58 Halaman 4 dari 12

​Perintah untuk bersholawat menunjukkan betapa mulia dan terhormatnya kedudukan Rasulullah di sisi Allah. Di samping bukti penghormatan kepada beliau juga untuk kebaikan kita sendiri. B. Akhlak Kepada Diri Sendiri Akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau ruhani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita, dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa.Sesuatu yang dapat membahayakan diri kita itu bisa bersifat psikis. Misalkan iri, dengki, munafik dan lain sebagainya. Itu semua dapat membahayakan jiwa kita, semua itu merupakan penyakit hati yang harus kita hindari. Cara untuk memelihara akhlak terhadap diri sendiri :

1.

Shidiq, artinya benar atau jujur, lawan dari dusta atau bohong. Seorang muslim dituntut selalu berada dalam keadaan benar lahir batin, benar hati, benar perkataan dan benar perbuatan. Rasulullah memerintahkan setiap muslim untuk selalu shidiq, karena sikap shidiq membawa kepada kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkannya ke surga.Shidiq (benar) meliputi benar perkataan, benar pergaulan, benar kemauan, benar janji dan benar kenyataan.

2. Amanah, artinya dapat dipercaya, seakar dengan kata iman. Sifat amanah lahir dari kekuatan iman. Semakin menipis keimanan seseorang semakin pudar pula sifat amanah pada dirinya.Bentuk amanah dapat berupa tidak menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan tertentu, menunaikan kewajiban dengan baik dan memelihara semua nikmat yang diberikan Allah SWT.

3.

Istiqamah, adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai tantangan dan godaan. Seorang yang beriman haruslah istiqamah dalam ketiga dimensi tersebut. Dia akan selalu menjaga kesucian hatinya, kebenaran perkataan dan kesesuaian perbuatannya dengan ajaran Islam.

4.

Iffah, yaitu menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik dan memelihara kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak dan menjatuhkannya. Untuk menjaga kehormatan diri tersebut, dia harus dapat mengendalikan hawa nafsunya, tidak saja dari hal-hal yang haram, bahkan kadang-kadang harus juga menjaga dirinya dari hal-hal yang halal karena bertentangan dengan kehormatan dirinya.

5.

Tawadhu’, artinya rendah hati, kebalikan dari sombong atau takabur. Orang yang rendah hati tidak memandang dirinya lebih hebat dari orang lain. Rendah hati berbeda dengan rendah diri.Sikap tawadhu’ adalah sifat mulia yang lahir dari kesadaran akan Kemahakuasaan Allah atas semua hamba-Nya.

6.

Malu atau dalam bahasa Arab al-hayaa-u adalah sikap menahan segala kecenderungan berbuat keburukan, kedzaliman, kekejian, kewenang-wenangan dan tindak kemaksiatan lainnya. Orang yang memiliki rasa malu akan mendapatkan banyak kebaikan. Perasaan malu juga merupakan akhlak yang paling asli dan pokok pada Rasulullah SAW.

7.

Sabar bermakna menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharapkan ridho Allah. Sabar dalam hal ini berarti menahan dan mengekang diri dari mempertuhankan hawa nafsu.

8. Pemaaf adalah sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa harus menunggu orang yang bersalah meminta maaf kepadanya, tetapi boleh jadi karena hambatan psikologis menyebabkan seseorang tidak mau meminta maaf.

C. Akhlak Kepada Sesama Manusia 1. Akhlak kepada Tetangga atau masyarakat a. Tidak Menyakiti Tetangga dan Murah Hati

https://www.pdfcoke.com/document_downloads/direct/3757538…e&user_id=452755453&uahk=-iLRvnWhApXBYvYZjYqezyq87ds

04/04/19 06.58 Halaman 5 dari 12

Menyakiti tetangga adalah perbuatan yang diharamkan dan termasuk di antara dosa-dosa besar yang wajib untuk dijauhi. Sedangkan Islam mengajarkan umatnya agar senantiasa bersikap murah hati terhadap para tetangga dan memuliakannya.

b. Memulai Salam Memulai salam adalah bagian dari tanda-tanda tawadhu (rendah hati) seseorang dan tanda ketaatannya kepada Allah subhanahu wata’ala. Sebagaimana Allah subhanahu wata’ala berfirman,”…Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.” (Q: Al-Hijr: 88)

c. Bermuka Berseri-seri (ceria) Berwajah berseri-seri dan selalu tersenyum saat bertemu dengan para shahabatnya adalah merupakan kebiasaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.” (HR. at-Tirmidzi. Dishahihkan oleh alAlbani).

d. Memberikan Penghormatan yang Istimewa Seorang muslim yang baik adalah seorang yang memperhatikan tata krama dalam bertetangga, tidak mencampuri urusan yang tidak bermanfaat baginya, dan tidak menanyakan urusan-urusan orang lain yang bersifat pribadi.Maka jika anda ingin mendapat cinta dan simpati tetangga, janganlah pernah mencampuri urusan-urusan pribadi mereka.

e. Menerima Udzur (permohonan maaf) Bersikap toleransi dengan tetangga, dan lemah lembut dalam berinteraksi dengannya merupakan salah satu kiat untuk menarik simpati tetangga. Contohnya: Dengan menerima permohonan maaf darinya, dan menganggap seolah-olah ia tidak pernah melakukan kesalahan tersebut. Karena tidak ada manusia yang tidak pernah berbuat salah.

f. Menasehati dengan Lemah Lembut Seorang muslim yang baik ketika ia tahu tetangganya berbuat maksiat adalah menasehatinya dengan lemah lembut, dan mengajaknya kembali ke jalan Allah shallallahu ‘alaihi wasallam, memotivasinya agar berbuat baik, dan memperingatkannya dari kejahatan, serta mendo’akannya tanpa sepengetahuannya.

g. Menutup Aib Seorang mu’min adalah seorang yang mencintai saudarasaudaranya, menutup aibnya, bersabar atas kesalahannya, dan menginginkan saudaranya selalu mendapatkan kebaikan ,taufiq serta istiqamah.

h. Bersikap Ramah Tamah Di antara para tetangga adalah dengan bersikap ramah tamah terhadap mereka dengan ungkapan dan ucapan yang baik dan lembut, atau dengan memberikan hadiah istimewa kepadanya, atau dapat pula dengan mengundang mereka untuk makan di rumah kita, dan lain sebagainya.

2. Akhlak Terhadap Orang Tua (Ibu Dan Bapak) a. Akhlak terhadap orang tua yang masih hidup Orang tua (ibu dan bapak) adalah orang secara jasmani menjadi asal keturunan anak. Itu pula sebabnya secara kudrati, setiap orang tua menyayangi dan mencintai anaknya sebagai mana ia menyayangi dan mencintai dirinya sendiri. Orang tua tidak mengharapkan balas jasa dari anak atas semua pengorbanan yang diberikan kepada anak. Harapan orang tua hanya satu yaitu kelak anaknya menjadi anak yang saleh dan salehah, anak yang memberi kebahagiaan orang di dunia dan mendo’akan mereka setelah mereka meninggal dunia.Atas dasar itu, antara lain yang menyebabkan seorang anak harus berbakti kepada orang tua.

https://www.pdfcoke.com/document_downloads/direct/3757538…e&user_id=452755453&uahk=-iLRvnWhApXBYvYZjYqezyq87ds

04/04/19 06.58 Halaman 6 dari 12

b. Akhlak terhadap orang tua yang Sudah Meninggal Seorang ayah atau ibu yang sudah meninggal dunia masih memiliki hak mendapatkan limpahan pahala dari do’a yang disampaikan anaknya. Hal ini juga mengandung arti bahwa anak memiliki kewjiban mendo’akan orang tuanya yang sudah meninggal. Dalam ajaran tasawuf, dikatakan, do’a yang paling besar kemungkinan diterima Allah adalah do’a seorang anak untuk orang tuanya dan do’a oaring fakir untuk orang kaya.Kita sebagai anak, meskipun orang tua kita sudah wafat, orang tua tetap sebagai orang tua yang wajib dihormati, oleh sebab itu, kewajiban anak terhadap mereka berlanjut sampai mereka wafat.

c. Akhlak terhadap Keluarga Beberapa sikap yang harus dimunculkan oleh setiap anggota keluarga diantaranya: • Memimpin rumah tangga adalah sebuah tanggung jawab, demikian

• •





juga memimpin bangsa. Tanggung jawab itu pun idealnya harus ditunjang dengan kemampuan di berbagai bidang termasuk kemampuan leadership (kepemimpinan). Kerjasama. Kepemimpinan di setiap daerah itu sendiri pun tidak akan berjalan mulus jika bertentangan dengan kepemimpinan atau langkah-langkah keluarga dan jelaslah pula bahwa keluarga merupakan tulang punggung bagi tegaknya suatu bangsa. Perhitungan dan Keseimbangan. Pengaturan dan keseimbangan dalam kehidupan keluarga dituntut oleh ajaran Islam. Hal tersebut lahir dari rasa cinta terhadap anak dan tanggung jawab terhadap generasi selanjutnya. Dalam al-Qur’an anak disebut sebagai “buah hati yang menyejukkan”, serta “Hiasan kehidupan dunia”. Disiplin. Dalam kehidupan berkeluarga, sikap kedisiplinan ini begitu penting. Untuk mendapatkan kesejahteraan, seorang kepala keluarga perlu memiliki sikap disiplin dalam mengatur waktu untuk bekerja, ibadah dan istirahat, demikian juga seorang anak, untuk menggapai cita-citanya dia harus rela mendisiplinkan diri dan waktunya untuk belajar, bermain, ibadah dan istirahat. Tanpa kedisiplinan, keteraturan hidup susah tercapai. Kasih sayang. Keajaiban dari kekuatan besar yang dinamakan cinta yang merupakan anugrah dari Allah SWT. Sejatinya, kekuatan besar tersebut melandasi seluruh aspek kehidupan berkeluarga, karena dengan cinta sesuatu yang berat akan terasa mudah.

3. Akhlak Kepada Lingkungan Hidup Alam adalah segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi beserta isinya, selain Allah. Allah melalui Al-Qur’an mewajibkan kepada manusia untuk mengenal alam semesta beserta isinya. Manusia sebagai khalifah diberi kemampuan oleh Allah untuk mengelola bumi dan mengelola alam semesta ini. Manusia diturunkan ke bumi untuk membawa rahmat dan cinta kasih kepada alam seisinya. Oleh karena itu, manusia mempunyai tugas dan kewajiban terhadap alam sekitarnya, yakni memakmurkan, mengelola, dan melestarikan alam, sebagaimana firman-Nya: “Dia menciptakan kalian dari bumi dan menjadikan kalian sebagai pemakmurnya.” (Q: Hud : 61)

2.2. BUKU PEMBANDING Imam Al-Gazali menyatakan mengenai akhlak adalah sebagai berikut “Sesungguhnya akhlak itu adalah kemauan yang kuat tentang sesuatu yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi adat yang membudaya yang mengarah kepada kebaikan, dan sesungguhnya akhlak adalah hal ihwal yang melekat pada jiwa dalam wujud tindakan dan perilaku”. Berbicara mengenai Akhlak Islami, maka berikut ini adalah 10 indikator akhlak pribadi Islami yang dinyatakan oleh Imam Ahmad Al-Ghazali (dalam buku Srijanti, dkk, 2006 : 89-132), yang harus dimengerti dan dijalankan oleh pribadi muslim, sehingga perilaku dan adatnya sesuai dengan kaidah agama, yang

https://www.pdfcoke.com/document_downloads/direct/3757538…e&user_id=452755453&uahk=-iLRvnWhApXBYvYZjYqezyq87ds

04/04/19 06.58 Halaman 7 dari 12

merupakan kunci sukses pribadi Islam.

1. Jujur Jujur dapat diartikan adanya kesesuaian/keselarasan antara apa yang disampaikan/diucapkan dengan apa yang dilakukan/kenyataan yang ada. Kejujuran juga memiliki arrti kecocokan dengan kenyataan atau fakta yang ada. Lawan kata dari kejujuran adalah dusta, dimana dusta adalah apa yang diucapkan dan diperbuat tidak sesuai dengan apa yang dibatinnya, dan tidak sesuai dengan kenyataan. Dusta juga dapat berarti tidak berkata sebenarnya, dan menyembunyikan yang sebenarnya. Di dalam Al-Quran, juga sangat dianjurkan untuk berbuat jujur sebagaimana Firman Allah SWT yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama-sama orang yang benar” (Q: AtTaubah: 119). Berdasarkan Tafsir Ibnu Sa’di, maksud ayat ini adalah menjadikan semua orang untuk jujur dalam ucapan mereka (tidak berbohong dengan alasan apapun), dalam perbuatan dan segala keadaan (tidak berbohong dalam kondisi apapun). Sehingga setiap orang menjadi ucapan/perkataannya jujur (sesuai dengan batin dan fakta), perbuatan terbebas dari kemalasan, kebosanan sehingga selamat dari hal-hal yang buruk, dan selalu berbuat dengan niat ikhlas dan baik. Rasulullah juga bersabda mengenai pentingnya kejujuran sebagaimana diriwayatkan oleh Hakim bin Hizam ”Senantiasalah kalian jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan kepada surga. Seseorang yang senantiasa jujur dan berusaha selalu jujur, akhirnya ditulis Allah sebagai orang yang selalu jujur. Dan jauhilah kedustaan karena kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan membawa ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan selalu berdusta, hingga akhirnya ditulis disisi Allah sebagai seorang pendusta”. Ada tiga tingkatan kejujuran, yakni : Pertama, jujur kepada diri sendiri. Dapat dimulai dengan jujur dalam niat dan kehendak. Setiap keinginan pada diri sendiri harus didasarkan niat yang baik dan mengharapkan ridho Allah. Jujur pada diri sendiri harus dimulai dari mengenal diri sendiri, mengenal kelemahan, mengenal kelebihan, mengenal kebutuhan, dan mengenal keinginan. Kedua, jujur kepada sesama. Dapat dimulai untuk menyampaikan dan berbuat sebagaimana mestinya, menyampaikan fakta dengan benar dan tidak berbohong atau berdusta. Jujur terhadap sesama iini dapat dilakukan dengan membuat pertaggungjawaban terhadap setiap tanggungjawab yang diberikan baik itu wewenang atau tugas, uang, amanah/pesan, dan lain-lain. Ketiga, jujur kepada Allah yang merupakan tingkatan jujur yang paliing rendah. Jujur kepada Allah diwujudkan adanya rasa pengharapan, cinta dan tawakal pada setiap niat, ucapan, dan perbuatan. Ikhlas dalam melakukan seluruh kewajiban yang ditentukan Allah denngan haraoan mendapat ridho-Nya.

2. Percaya Diri Pengertian percaya diri atau tawadhu adalah merendahkan hati atau diri tanpa harus menghinakannya atau meremebkan harga diri sehingga orang lain berani menghinanya dan menganggap ringan. Lawan sikap percaya diri adalah Takabur, yaitu sikap merasa dirinya lebih tinggi, lebih mampu, dan lebih sempurna daripada orang lain, sedangkan pada kenyataannya tidak. Terkait dengan percaya diri dan tidak berbuat sombong, Allah SWT berfirman yang artinya “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong” (Q: An-Nahl: 23) dan “Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (Q: Al-Mu’min: 60. Rasulullah bersabda (dalam Kanzul Unmal, Juz II, Hal. 25) yang artinya “Sesungguhnya Allah SWT telah mewahyukan kepadaku agar kamu semua bertawadhu sehingga tidak ada yang sombong terhadap yang lainnya dan tidak ada seorang menganiaya lainnya”, “Orang-orang yang sombong dan orangorang yang sewenang-wenang kepada orang lain, pada hari kiamat akan dikumpulkan seperti butir-butir debu. Mereka diinjak-injak oleh para manusia, disebabkan mereka hina di sisi Allah SWT”.

https://www.pdfcoke.com/document_downloads/direct/3757538…e&user_id=452755453&uahk=-iLRvnWhApXBYvYZjYqezyq87ds

04/04/19 06.58 Halaman 8 dari 12

3. Bekerja Keras Al-Hufiy (dalam Keteladanan Akhlak Rasul) menyatakan bahwa “Islam membenci pengangguran, kemalasan, dan kebodohan karena hal itu merupakan maut yang lambat laun akan mematikan semua daya kekuatan dan menjadi sebab kerusakan dan keburukan di dunia dan akhirat. Terkait dengan bekerja keras, Allah SWT berfirman yang artinya “Apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung” (Q: Al-Jumuah: 10). Rasulullah SAW juga bersabda yang artinya “Sesungguhnya sebaik-baik yang dimakan seseorang ialah hasil dari pekerjaannya sendiri”. Dua orang lelaki datang kepada Rasul SAW untuk meminta bagian dari sedekah. Kemudian Rasul memperhatikan keduanya. Mereka berdua dianggap oleh beliau orang yang kuat, lalu beliau berkata “Bila kamu mau, aku akan memberimu. Akan tetapi, dalam sedekah ini, tidak ada bagian bagi orang yang kaya atau orang yang masih kuat bekerja”.

4. Menghargai Waktu Terkait dengan menghargai waktu, Allah SWT berfirman yang artinya “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” (Q: Al-Ashr: 1-3). Rasulullah bersabda yang artinya “Pergunakanlah lima kesempatan sebelum datang lima kesempatan yang lain : kehidupanu sebelum datang kematianmu, kesehatanmu sebelum datang sakitmu, kelonggaranmu sebelum datang kesibukanmu, masa mudamu dalam datang masa tuamu, dan masa kayamu sebelum datang masa miskinmu”.

5. Berfikir Positif Allah berfirman dalam Al-Quran Surah Al-Hujurat ayat 12 yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencaricari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukalah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. Dari ayat tersebut, Allah melarang untuk berfikir negatif, berprasangka buruk, mencari-cari kesalahan orang lain atau menggunjingkan orang lain. Terhadap orang islam yang telah meninggal, juga dilarang membuka aibnya. Oleh sebab itu, umat Islam harus mulai merancang aktivitas yang produktif dan selalu bekerja keras, sehingga tidak mempunyai waktu luang untuk menggosip.

6. Memiliki Harga Diri Untuk meningkatkan harga diri, manusia tidak boleh sombong atau riya, tetapi harga diri dibangun melalui berbagai usaha kepada kebaikan yang udah ditentukan Allah, sebagaimana firman-Nya :”Barang siapa membawa amal baik maka baginya pahala sepuluh kali lipat amalnya dan barangsiapa membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatanya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya. (Q. Al-An’aam: 160). Berdasarkan ayat tersebut, kita semua memulai dari menghargai diri sendiri dapat dilakukan dengan melakukan perbuatan baik, dan menghindarkan perbuatan yang berdosa dan nista. Apabila setiap manusia banyak berbuat baik, maka Allah akan memberikan pahala dan kehormatan sebagai manusia.

7. Mandiri Menjadi manusia mandiri adalah manusia yang memiliki harga diri. Mandiri adalah sumber percaya diri. Tentang kemandirian manusia, Allah SWT berfirman yang artinya “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka berusaha mengubahnya sendiri” (Q: Ar-Ar’d: 11). Kita diberi kemampuan oleh Allah untuk merubah nasib kita sendiri dan tidak bergantung pada orang lain, ini berarti kita harus mandiri dalam mengarungi hidup ini.

https://www.pdfcoke.com/document_downloads/direct/3757538…e&user_id=452755453&uahk=-iLRvnWhApXBYvYZjYqezyq87ds

04/04/19 06.58 Halaman 9 dari 12

8. Hemat atau Hidup Sederhana Hidup hemat adalah sikap hidup yang mengendalikan diri sendiri untuk mencukupkan kebutuhannya, sehingga tidak boros dan tidak kikir. Terkait hidup hemat, Allah SWT berfirman yang artinya “Dan orang-orang yang membelanjakan harta mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak pula kikir, dan adalah pembelanjaan itu di tengah antara yang demikian” (Q: Al- Furqan:67). “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan jangannlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan” (Q: Al-A’raf: 37).

9. Memelihara Amanah ​ ​Terkait dengan amanah, Allah SWT berfirman yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu menghianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui” (Q: Al-Anfal: 27).

10. Bersyukur ​ erkait dengan T

bersyukur, Allah SWT berfirman yang artinya “Sesungguhnnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azabku sangat pedih” (Q: Ibrahim: 7). “Dan Kami akan membalas orang-orang yang bersyukur” (Q: Ali Imran: 145).

BAB III KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN BUKU

3.1. KEUNGGULAN BUKU Setelah melakukan review terhadap buku 1 dan 2, menurut saya pembahasan yang dimiliki oleh buku ini sudah saling berhubungan antar materinya pada setiap bab. Buku utama memiliki 14 Bab dimana Bab 1 merupakan pendahuluan yang membahas mengenai Allah Tuhan Yang Maha Esa. Bab 2 membahas lebih lanjut yaitu mengenai Iman, Islam, dan Ihsan. Sedangkan pada buku 2 atau pembanding, buku ini memiliki 12 Bab dimana Bab 1 membahas mengenai Mengenal Islam, serta Bab 2 membahas lebih lanjut yaitu mengenai Sumber Ajaran Islam. Namun pada kesempatan kali ini, saya melakukan Critical Book Report terhadap dua buku yang berbeda namun memiliki 1 bab dengan materi pembahasan yang sama yaitu akhlak. Berdasarkan yang telah review, menurut saya pada buku utama menjelaskan apa pengertian akhlak serta penerapan akhlak mulia dalam kehidupan, dimulai dari akhlak terhadap Allah dan Rasul hingga akhlak kepada lingkungan hidup. Sedangkan buku pembanding menjelaskan apa pengertian akhlak serta indikator akhlak pribadi islami,, dimulai dari jujur hingga bersyukur.

3.2. KELEMAHAN BUKU Berdasarkan hasil review terhadap kedua buku ini, baik buku utama dan buku pembanding memiliki kekurangan masing-masing. Seperti pada buku utama jelas disampaikan mengenai bagaimana akhlak kita terhadap Allah dan Rasul hingga akhlak kita terhadap lingkungan hidup, namun tidak dijelaskan apa-apa saja indikator akhlak yang dapat kita jadikan sebagai acuan akhlak pribadi islam yang sebenarnya. Sedangkan pada buku pembanding dijelaskan tentang indikator yang dapat

https://www.pdfcoke.com/document_downloads/direct/3757538…e&user_id=452755453&uahk=-iLRvnWhApXBYvYZjYqezyq87ds

04/04/19 06.58 Halaman 10 dari 12

dijadikan sebagai acuan akhlak pribadi islam yang sebenarnya seperti, jujur, percaya diri, dan lain-lain. BAB IV IMPLIKASI Teori-teori yang dipaparkan dalam menjelaskan materi “Akhlak” merupakan teori yang relevan, berkaitan antara subbabnya yang cocok dijadikan sebagai kepustakaan dan bisa dijadikan literatur bagi berbagai pihak seperti mahasiswa, dosen, guru, dan lain-lain. Karena dengan buku ini dapat menjadi penuntun dalam memajukan pengetahuan kita mengenai bagaimana menumbuhkan akhlakul kharimah di dunia pendidikan Indonesia. Agar pendidikan di Indonesia ini tidak hanya maju dalam bidang IPTEK saja, tetapi juga dalam bidang keagamannya juga. Buku utama dan buku pembanding didesain dengan secara detail dilengkapi dengan pendapat ahli serta ayat-ayat dan hadist yang menjadi sumber dasar materi yanng dipaparkan dalam kedua buku tersebut sehingga memudahkan dalam mempelajari serta memahaminya.

BAB V PENUTUP

5.1. KESIMPULAN ​ ​Setelah melakukan

Critical Book Report terhadap kedua buku, saya menyimpulkan bahwa kedua buku tersebut sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan. Jadi menurut saya, kedua buku tersebut saling melengkapi dalam penjelasan materi “Akhlak”, sehingga apa yang kurang pada buku utama dapat dilengkapi oleh buku pembanding dan sebaliknya.

5.2. SARAN Setelah melakukan Critical Book Review terhadap kedua buku di atas, saya memberi rekomedasi terhadap kedua buku tersebut kepada pihak seperti mahasiswa calon guru untuk dapat dijadikan referensi, karena kedua buku tersebut sangat mendetail penjelasan mengenai akhlak, terutama pada buku pembanding lebih mendetail karena buku ini lebih fokus kepada membangun masyarakat Islam modern. Namun, saya mengharapkan kepada semua pihak agar

https://www.pdfcoke.com/document_downloads/direct/3757538…e&user_id=452755453&uahk=-iLRvnWhApXBYvYZjYqezyq87ds

04/04/19 06.58 Halaman 11 dari 12

lebih teliti dalam mencari dan menjadikan suatu buku sebagai referensi dalam pembelajaran, penelitian, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA Husnel, Anwar Matondang. 2017. Islam Kaffah Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi. Perdana Publishing: Medan Srijanti, dkk.. 2006. Etika Membangun Masyarakat Islam Modern. Graha Ilmu: Yogyakarta

7

https://www.pdfcoke.com/document_downloads/direct/3757538…e&user_id=452755453&uahk=-iLRvnWhApXBYvYZjYqezyq87ds

04/04/19 06.58 Halaman 12 dari 12

More Documents from "raja yudha"