370117817-proposal-terapi-bermain-menari-dan-menyanyi.docx

  • Uploaded by: Siti khonisa
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 370117817-proposal-terapi-bermain-menari-dan-menyanyi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,620
  • Pages: 25
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Bermain

merupakan

kegiatan

yang

penting

bagi

pertumbuhan

dan

perkembangan fisik, sosial, emosi, intelektual, dan spiritual anak sekolah dasar. Dengan

bermain

anak

dapat

mengenal

lingkungan,

berinteraksi,

serta

mengembangkan emosi dan imajinasi dengan baik. Pada dasarnya anak-anak gemar bermain, bergerak, bernyanyi dan menari, baik dilakukan sendiri maupun berkelompok. Bermain adalah kegiatan untuk bersenang-senang yang terjadi secara alamiah. Anak tidak merasa terpaksa untuk bermain, tetapi mereka akan memperoleh kesenangan, kanikmatan, informasi, pengetahuan, imajinasi, dan motivasi bersosialisasi Bermain memiliki fungsi yang sangat luas, seperti untuk anak, untuk guru, orang tua dan fungsi lainnya.bagi anak. Dengan bermain dapat mengembangkan fisik, motorik, sosial, emosi, kognitif, daya cipta (kreativitas), bahasa, perilaku, ketajaman pengindraan, melepaskan ketegangan, dan terapi bagi fisik, mental ataupun gangguan perkembangan lainnya. Fungsi bermain bagi guru dan orangtua adalah agar guru dan orangtua dapat memahami karakter anak, jalan pikiran anak, dapat intervensi, kolaborasi dan berkomunikasi dengan anak. Fungsi lainnya adalah rekreasi, penyaluran energi, persiapan untuk hidup dan mekanisme integrasi (penyatuan) dengan alam sekitar. Menurut NAEYC (National Association for The Education of Young Children,1997), bermain merupakan alat utama belajar anak. Demikian juga pemerintah Indonesia telah mencanangkan prinsip, “Bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain”. Bermain yang sesuai dengan tujuan di atas adalah bermain yang memiliki ciri-ciri seperti : menimbulkan kesenangan, spontanitas, motivasi dari anak sendiri, dan aturan ditentukan oleh anak sendiri. Permasalahannya hingga saat ini, di rumah sakit tenaga kesehatan masih belum berfokus memperhatikan aktivitas bermain anak dan hanya berfokus untuk memberikan perawatan dan pengobatan pada anak saja, sehingga kegiatan bermain

ini masih dianggap kurang penting, sehingga belum ada program yang terencana dan terstruktur dari beberapa rumah sakit untuk memberikan kesempatan pada anak untuk memperoleh kesempatan bermain yang pada dasarnya secara psikologis mampu meningkatkan status kesehatan anak, mengurangi tingkat kejenuhan pada anak, dan mengurangi kecemasan pada anak. Sehingga berdasarkan latar belakang diatas kelompok tertarik untuk mengadakan terapi bermain di ruang anak (Golek) RSUD Indramayu .

2

B. TUJUAN KEGIATAN 1. Tujuan Umum Setelah diajak bermain, di harapkan anak dapat mengembangkan kreatifitas dan menjadi lebih aktif melaui pengalaman bermain, dan anak dapat beradaptasi dengan lingkungan dan bergaul dengan teman sebayanya. 2. Tujuan Khusus Setelah diajak bermain selama 10 menit, anak diharapkan mampu sebagai berikut : a. Mengembangkan kreatifitas b. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul c. Mengembangkan daya imajinasi d. Menumbuhkan sportivitas e. Mengembangkan kepercayaan diri C. SASARAN Anak usia > 3 tahun yang di rawat inap di ruang Golek

3

BAB II DESKRIPSI KASUS

Judul

: Terapi Bermain “MENARI DAN MENYANYI”

Tanggal Pelaksanaan

: Sabtu, 08 juni 2018

Waktu

: 09.00 WIB - Selesai

Tempat

: Ruang Golek

A. PENGERTIAN BERMAIN Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan dan cinta kasih. Berikut pengertian bermain menurut para ahli : 1. Joan Freeman dalam Utami Munandar (1996), mendefinisikan bermain sebagai suatu aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional. 2. Hughes (1999), bermain merupakan hal yang berbeda dengan belajar dan berkerja. Suatu kegiatan yang disebut bermain harus memiliki lima unsur di dalamnya, yaitu : a.

Mempunyai tujuan yaitu permainan itu sendiri untuk mendapat kepuasan.

b.

Memilih dengan bebas dan tas kehendak sendiri, tidak ada yang menyuruh ataupun memaksa.

c.

Menyenangkan dan dapat dinikmati.

d.

Mengkhayal untuk mengembangkan daya imajinatif dan kreativitas.

e.

Melakukan secara aktif dan sadar.

3. Hurlock (1999), bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. 4. Anggani Sudono (2000), menyatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan

4

pengertian atau memberikan infomasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak. 5. Aziz Alimul (2001), menyatakan bahwa bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktekkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, serta mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa. 6. Mayke S. Tedjasaputra (2001), menyatakan bahwa bermain merupakan pengalaman belajar yang sangat berguna untuk anak, misalnya saja memperoleh pengalaman dalam membina hubungan dengan sesama teman, menambah perbendaharaan kata, menyalurkan perasaan-perasaan tertekan, dll. Pada dasarnya bermain memiliki dua pengertian yang harus dibedakan, bahwa bermain menurut pengertian pertama dapat bermakna sebagai sebuah aktivitas bermain yang murni mencari kesenangan tanpa mencari menang kalah (play), sedangkan yang kedua sebagai aktivitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan kapuasan namun ditandai dengan adanya pencarian menang-kalah (games). Dengan demikian, pada dasarnya setiap aktivitas bermain selalu didasarkan pada perolehan kesenangan dan kepuasan, sebab fungsi utama bermain adalah untuk relaksasi dan menyegarkan kembali (refreshing) kondisi fisik dan mental yang berada pada ambang ketegangan. Sehubungan dengan bermain dapat bermakna sebagai play dan games, maka yang perlu menjadi bahan pertimbangan di dalam menarik definisi adalah proses yang menyebabkan berlangsungnya aktivitas tersebut. Pada pengertian pertama, bermain sebagai play bisa jadi merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang tanpa melibatkan kehadiran orang lain, sehingga total kesenangan dan kepuasan itu datang dari diri sendiri. Sedangkan pihak lain yang terlibat dapat merupakan unsur penghibur saja. Contoh dari aktivitas bermain sebagai play adalah bermain konstruktif atau destruktif dan melamun. Pada pengertian kedua, bermain sebagai games, kesenangan dan kepuasan yang diperoleh seseorang harus melibatkan kehadiran orang lain. Tanpa

5

hadirnya pihak kedua (sebagai lawan) maka games tidak akan terjadi, sebab games hanya akan berlaku jika ada unsur sportivitas, aturan dan menang-kalah. Artinya seseorang akan memperoleh kesenangan dan kepuasan setelahnya mampu mengungguli pihak lawan. Dengan demikian bermain sebagai games merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang dalam rangka memperoleh kesenangan dan kepuasan setelahnya mengungguli kemampuan lawan mainnya. Contoh dari games sebenarnya telah lama dikenalkan dalam kebudayaan kita, baik dari suku bangsa maupun suku bahasa. Di Jawa umumnya disebut dengan tradisi dolanan. Ciri Utama Bermain Pentingnya arti bermain bagi anak mendorong seorang tokoh psikologi dan filsafat terkenal Johan Huizinga untuk ikut merumuskan teori bermain. Ia mengemukakan bahwa bermain adalah hal dasar yang membedakan manusia dengan hewan. Melalui kegiatan bermain tersebut terpancar kebudayaan suatu bangsa. Namun beberapa orang tidak dapat membedakan kegiatan bermain dengan kegiatan tidak bermain. Pendidikan prasekolah yang menerapkan prinsip pendidikan anak dengan belajar yang bermain, mengalami kerancuan dalam makna. Untuk itu perlu diklasifikasikan antara kegiatan bermain dengan kegiatan yang bukan bermain. Menurut Rubin, Fein, & Vandenverg dalam Hughes ada 5 ciri utama bermain yang dapat mengidentifikasikan kegiatan bermain dan yang bukan bermain : 1. Bermain didorong oleh motivasi dari dalam diri anak. Anak akan melakukannya apabila hal itu memang betul-betul memuaskan dirinya. Bukan untuk mendapatkan hadiah atau karena diperintahkan oleh orang lain. 2. Bermain dipilih secara bebas oleh anak. Jika seorang anak dipaksa untuk bermain, sekalipun mungkin dilakukan dengan cara yang halus, maka aktivitas itu bukan lagi merupakan kegiatan bermain. Kegiatan bermain yang ditugaskan oleh guru TK kepada murid-muridnya, cenderung akan dilakukan oleh anak sebagai suatu pekerjaan, bukan sebagai bermain. Kegiatan tersebut

6

dapat disebut bermain jika anak diberi kebebasan sendiri untuk memilih aktivitasnya. 3. Bermain adalah suatu kegiatan yang menyenangkan. Anak merasa gembira dan bahagia dalam melakukan aktivitas bermain tersebut, tidak menjadi tegang atau stress. Biasanya ditandai dengan tertawa dan komunikasi yang hidup. 4. Bermain tidak selalu harus menggambarkan hal yang sebenarnya. Khususnya pada anak usia prasekolah sering dikaitkan dengan fantasi atau imajinasi mereka. Anak mampu membangun suatu dunia yang terbuka bagi berbagai kemungkinan yang ada, sesuai dengan mimpi-mimpi indah serta kreativitas mereka yang kaya. 5. Bermain senantiasa melibatkan peran aktif anak, baik secara fisik, psikologis, maupun keduanya sekaligus. Fungsi Kegiatan Bermain Fungsi bermain pada anak memang begitu beragam. Anak akan menemukan perkembangan fisik serta mental yang ia miliki. Melalui permainan pula, seorang anak akan mampu mempelajari begitu banyak hal bahkan anak mendapatkan sistem pemecahan masalah yang jauh lebih baik daripada anak-anak yang tidak banyak bermain. Dunia anak adalah dunia bermain, jadi jangan paksakan anak untuk terus belajar dan melakukan latihan banyak soal setiap harinya. Berikut akan dijelaskan fungsi dari bermain : 1. Melatih Perkembangan Sensorik serta Motorik. Melalui permainan, anak akan menjadi terlatih ketika melakukan beragam aktivitas sensorik serta motorik. Permainan aktif melatih panca indera sang anak karena dengan permainan maka semua anggota panca indera anak akan tergerak untuk melakukan sesuatu. Sebagai hasilnya, organ sensorik dan motorik akan semakin baik. 2. Mengasah Memori Otak. Anak kecil mempunyai organ memori yang belum banyak terisi oleh beragam hal. Oleh karena itu, melalui bermain anak bisa mengembangkan

7

kemampuan memori yang ia miliki. Anak akan mengekplorasi serta melihat benda yang ada di sekitarnya. Ia terus mempelajarinya dan kemudian mengenal benda-benda dengan warna yang berbeda secara sempurna. Semakin anak bermain, maka otaknya akan semakin terasah dan ia mampu mendapatkan perkembangan memori yang jauh lebih baik. 3. Mengembangkan Etika. Ketika anak bermain, maka ia melakukan banyak hal bersama temantemannya. Ia mempelajari banyak aturan, mempunyai tingkat sportivitas, dan tentu saja belajar bagaimana membangun etika yang benar. Anak tidak mudah curang ketika berhadapan dengan aturan pada dunia yang sebenarnya, karena ia telah terlatih untuk melakukan banyak hal dengan baik. 4. Meningkatkan Kreativitas Anak. Di dalam melakukan permainan, anak-anak dapat mengeksplorasi dan menerapkan banyak ide yang terkait dengan sistem permainan. Semakin banyak media dan jenis permainan yang mereka mainkan, maka akan semakin banyak ide bermunculan. Ketika kreatifitas tersebut terus diasah, maka anak bisa menemukan ide-ide cemerlang pada masa yang akan datang. Manfaat Kegiatan Bermain Bermain bagi anak, selain merupakan alat belajar juga merupakan kebutuhan bagi setiap anak. Diperlukan waktu yang cukup banyak untuk bermain bagi anak, terutama pada saat di usia dini. Sebanyak 4-5 jam perhari bagi anak untuk bermain, pada saat bermain anak dapat memenuhi kebutuhan geraknya. Sedangkan menurut Claparade (dalam Satya, 2006) bermain bukan hanya memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan organ tubuh anak yang disebabkan aktif bergerak tetapi bermain juga berfungsi sebagai proses sublimasi artinya suatu pelarian dari perasaan tertekan yang berlebihan menuju hal-hal posiif, melalui sublimasi anak akan menuju kearah yang lebih mulia, lebih indah dan lebih kreatif. Adapun manfaat lain dari bermain bagi anak : a. Anak dapat kesempatan untuk mengembangkan diri, baik perkembangan fisik

(melatih

keterampilan

motorik

kasar

dan

motorik

halus),

8

perkembangan psikososial (melatih pemenuhan kebutuhan emosi) serta perkembangan kognitif (melatih kecerdasan). b.

Bermain merupakan sarana bagi anak untuk bersosialisasi.

c. Bermain bagi anak adalah untuk melepaskan diri dari ketegangan. d. Bermain merupakan dasar bagi pertumbuhan mentalnya. e. Melalui bermain anak –anak dapat mengeluarkan energi yang ada dalam dirinya kedalam aktivitas yang menyenangkan. f.

Melalui bermain anak-anak dapat mengembangkan imajinasinya seluas mungkin.

g. Melalui bermain anak-anak dapat berpetualang menjelajah lingkungan dan menemukan hal-hal baru dalam kehidupan. h. Melalui bermain anak dapat belajar bekerjasama, mengerti peraturan, saling berbagi dan belajar menolong sendiri dan orang lain serta menghargai waktu. i.

Bermain juga merupakan sarana mengembangkan kreatifitas anak.

j. Bermain dapat mengembangkan keterampilan olahraga dan menari. k. Melatih konsentrasi atau pemusatan perhatian pada tugas tertentu. Jenis-jenis Kegiatan Bermain Permainan merupakan suatu alat bermain yang digunakan anak usia dini, bisa berbentuk balok, puzzle atau benda-benda lain yang dianggap bisa dimainkan. Banyak cara untuk bermain dan banyak aneka ragamnya permainan yang dapat digunakan dan dimainkan Anak Usia Dini. Anak usia 3 tahun berdasarkan hasil survey sangat senang menyusun puzzle dengan membuat rumah-rumahan, balok, persegi panjang. Anak usia 4 tahun berdasarkan hasil survey sangat senang bermain sepeda roda tiga. Anak usia 5 tahun berdasarkan hasil survey sangat suka menggambar dan mewarnai. Menurut Rita Kurnia (2011), menggambar dapat dikelompokkan sebagai bermain membangun dan menyusun karena dalam kegiatan ini menggunakan pensil berwarna dan kertas gambar misalnya untuk membangun rumah, kereta api, jembatan, tumbuh-tumbuhan atau hewan.

9

Berikut merupakan jenis-jenis kegiatan bermain : 1. Bermain Aktif Bermain aktif adalah kegiatan yang memberi kesenangan dam kepuasan kepada anak yang dilakukan melalui aktivitas langsung oleh diri anak itu sendiri. Dengan demikian, kegiatan bermain aktif akan banyak melibatkan aktivitas tubuh. Terdapat berbagai faktor yang dapat berpengaruh terhadap kondisi anak, seperti kesehatan, teman bermain, tingkat kecerdasan, jenis kelamin, alat permainan yang dimiliki, dan lingkungan bermain anak. Berikut beberapa kegiatan bermain aktif dan manfaat yang dapat dipetik : a. Bermain Bebas. Sesuai dengan namanya, permainan ini dapat dilakukan dimana saja dan kapans aja serta menggunakan alat apa saja. Permainan ini bebas dari aturan, atinya tidak ada aturan yang harus diikuti oleh anak. Kegiatan ini umumnya dilakukan anak jika ia menemukan sesuatu yang baru yang belum diketahui sebelumnya. Manfaat dari kegiatan bermain bebas adalah kesempatan untuk bereksperimen, bereksplorasi dalam mempelajari dan memainkan permainan bebas itu sesuai dengan keinginannya sehingga akan mendorong kreativitas anak lebih lanjut. b. Bermain Konstruktif, adalah kegiatan anak bermain dengan menggunakan berbagai alat dan benda untuk menciptakan atau menghasilkan suatu karya tertentu. Melalui kegiatan bermain konstruktif, anak akan berkesempatan untuk berpikir imajinatif sehingga pikirannya menjadi lebih berdaya. Dengan demikian, kegiatan bermain konstruktif juga berperan terhadap pengembangan kreativitas anak pra-sekolah. c. Bermain Peran. Bermain peran pada dasarnya adalah bermain dengan mengkhayal,

seperti

anak

berkhayal

dirinya

seorang

pilot

dengan

menggunakan kursi sebagai pesawatnya. Kegiatan ini sangat digemari anak usia pra-sekolah. Manfaat yang didapat dari kegiatan bermain peran adalah membantu penyesuaian diri anak dalam menghadapi kehidupannya kelak. Disamping itu, kegiatan bermain peran akan memberikan kesenangan yang dapat memuaskan dirinya.

10

d. Eksplorasi, yang dimaksud dalam hal ini adalah suatu jenis kegiatan bermain yang aktivitas utamanya melakukan penjelajahan atau eksplorasi. Kegiatan penjelajahan ada yang dilakukan secara berkelompok, misalnya petak umpet, dan ada juga yang dilakukan secara individual, misalnya merangkai puzzle, mencocokkan gambar, dll. Manfaat yang didapat melalui kegiatan eksplorasi adalah menambah pengetahuan dan pengalaman dalam mengenal hal-hal yang baru bagi anak, inisiatif untuk bertindak, menjadikan anak sportif, percaya diri dan positif. e. Bermain Musik bukanlah mendengar musik, termasuk bermain aktif yang dapat dilakukan anak. Kegiatan bermain music seperti perkusi dan bernyanyi merupakan contoh bermain aktif. Melalui kegiatan tersebut, diperoleh manfaat seperti memupuk rasa diri, bersosialisasi dan ekspresi diri. f. Mengumpulkan Benda. Anak sering tertarik pada suatu benda atau sesuatu yang baru dikenalnya. Anak mengumpulkan barang-barang tersebut untuk dikumpulkan, misalnya kaleng bekas kue/minuman kemudian ia kumpulkan. 2. Bermain Pasif Disamping bermain aktif dimana anak secara langsung terlibat dalam permainan tersebut, anak juga dapat bermain secara pasif. Dalam bermain pasif, aktivitas fisik anak tidak banyak dimanfaatkan, tetapi aspek lainnya seperti penglihatan dan pendengaran yang dikembangkan. Berikut jenis bermain pasif : a. Mendengar. Anak pra-sekolah belum mampu untuk membaca, karena itu tidak dapat membaca cerita sendiri. Sebagai gantinya, akan lebih banyak mendengar cerita dari orang lain, terutama dari orang tua, pengasuh atau guru. Agar kegiatan mendengar tidak sia-sia, maka perlu dipersiapkan bahan-bahan yang akan diperdengarkan kepada anak. Melalui kegiatan mendenga cerita ini, anak tidak

hanya

dirangsang

indera

pendengarannya

saja,

namun

juga

mengembangkan pikirannya untuk berpikir imajinatif, mengajukan pertanyaan, dan memperoleh ide-ide baru.

11

b. Melihat komik atau majalah. Komik pada dasarnya juga merupakan buku, hanya penyajiannya diikuti dengan gambar-gambar. Anak pra-sekolah umumnya menyukai komik dengan tokoh binatang seperti Donald Duck, Doraemon, Mickey Mouse, dll. Seperti halnya mendengar, melalui kegiatan bermain

menggunakan

komik

anak

dapat

mengembangkan

berbagai

kemampuannya termasuk mendorong kreativitas anak. c. Menonton TV dan Film. Untuk saat ini televisi bukan barang mewah lagi. Televise banyak menyediakan film cerita yang dirancang khusus untuk anak seperti Tom & Jerrry, Iron Man, ScoobyDoo, dll. Satu hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua dan pengasuh anak, adalah dapat memilih cerita film dan TV yang cocok sesuai usia dan tingkat kematangan anak. d. Mendengarkan Musik. Anak dapat mendengarkan music tidak hanya melalui kaset dan VCD/DVD, tetapi juga dari sumber lain seperti TV, radio, bahkan melalui perangkat computer. Mendengarkan music bisa saja menjadi aktivits yang kurang menguntungkan bagi anak, terutama jika anak mendengarkan tanpa batas dan menyita seluruh waktunya sehingga mengabaikan aktivitas yang lain. Mendengarkan music memberi manfaat, termasuk merangsang kreativitas anak. Faktor-faktor yang Memengaruhi Proses Bermain a. Kesehatan Semakin sehat anak semakin banyak energinya untuk bermain aktif, seperti permainan dan olahraga. Anak yang kekurangan tenaga lebih menyukai hiburan. b. Perkembangan motorik Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik. Apa saja yang akan dilakukan dan waktu bermainnya tergantung pada perkembangan motorik mereka. Pengendalian motorik yang baik memungkinkan anak terlibat dalam permainan aktif. c. Intelegensi

12

Pada setiap usia, anak yang pandai lebih aktif ketimbang yang kurang pandai, dan permainan mereka lebih menunjukan kecerdikan. Dengan bertambahnya usia, mereka lebih menunjukan perhatian dalam permaian kecerdasan, dramatik, konstruksi, dan membaca. Anak yang pandai menunjukan keseimbangan perhatian bermain yang lebih besar., termasuk upaya menyeimbangkan faktor fisik dan intelektual yang nyata. d.

Jenis kelamin Anak laki-laki bermain lebih kasar ketimbang anak perempuan dan lebih menyukai permainan dan olahraga ketimbang berbagai jenis permainan yang lain. pada awal kanak-kanak, anak laki-;aki menunjukan perhatian pada berbagai jenis permainan yang lebih banyak ketimbang anak perempuan tetapi sebaliknya terjadi pada akhir masa kanak-kanak.

e. Lingkungan Anak dari lingkungan yang buruk, kurang bermain ketimbang anak lainnya disebabkan karena kesehatan yang buruk, kurang waktu, peralatan, dan ruang. Anak yang berasal dari lingkungan desa kurang bermain ketimbang mereka yang berasal dari lingkungan kota. Hal ini karena kurangnya teman bermain serta kurangnya peralatan dan waktu bebas. Ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik akan lebih cenderung memperhatikan kebutuhan bermain bagi anak. Dan akan memfasilitasi anak dalam bermain karena dengan bermain secara psikologis kepuasan fisik, emosi, sosial dan perkembangan mental anak terpenuhi sehingga anak dapat mengekspresikan perasaannya dan menunjukan kreativitasnya (Suherman, 2000). f. Status sosio ekonomi Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi lebih menyukai kegiatan yang mahal, seperti lomba atletik, bermain sepatu roda, sedangkan mereka dari kalangan bawah terlihat dalam kegiatan yang tidak mahal seperti bermain bola dan berenang. Kelas sosial mempengaruhi buku yang dibaca dan film yang ditonton anak, jenis kelompok rekreasi yang dimilikinya dan supervisi terhadap mereka.

13

g. Jumlah waktu bebas Jumlah waktu bermain terutama tergantung pada ststus ekonomi keluarga. Apabila tugas rumah tangga atau pekerjaan menghabiskan waktu luang mereka, anak terlalu lelah untuk melakukan kegiatan yang membutukan tenaga yang lebih. h. Peralatan bermain Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi permainannya. Misalnya dominasi boneka dan binatang buatan mendukung permainan

purapura,

banyaknya balok, kayu, cat air, dan lilin mendukung permainan yang sifatnya konstruktif. Tumbuh Kembang anak usia prasekolah akhir (3-5 tahun) merupakan pertumbuhan dimana anak berada pada fase inisiatif vs masa bersalah (initiative vs guilty). Sedangkan menurut Sigmund Freud anak berada pada fase phalik yaitu dimana anak mulai mengenal perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki . Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadari (wholey and Wong,1991). Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan untuk memperoleh kesenangan (Foster,1989). Bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock). B. KARAKTERISTIK SASARAN 1. Anak usia ≥ 3 tahun 2. Anak yang dirawat di Ruang Alexandri 3. Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapat menghambat proses bermain 4. Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai 5. Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain menari dan menyanyi C. PRINSIP BERMAIN MENURUT TEORI Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar aktifitas bermain bisa menjadi stimulus yang efektif : 1. Perlu Ekstra Energy

14

Bermain memerlukan energi yang cukup sehingga anak memerlukan nutrisi yang memadai. Asupan atau intake yang kurang dapat menurunkan gairah anak. Anak yang sehat memerlukan aktifitas bermain yang bervariasi, baik bermain aktif maupun bermain pasif. Pada anak yang sakit keinginan untuk bermain umumnya menurun karena energi yang ada digunakan untuk mengatasi penyakitnya. 2. Waktu Yang Cukup Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain sehingga stimulus yang diberikan dapat optimal. Selain itu, anak akan mempunyai kesempatan yang cukup untuk mengenal alat-alat permainannya. 3. Alat Permainan Alat permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan anak. Orang tua hendaknya memperhatikan hal ini sehingga alat permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan benar dan mempunyai unsur edukatif bagi anak. 4. Ruang Untuk Bermain Aktifitas bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, di halaman, bahkan di ruang tidur. Diperlukan suatu ruangan atau tempat khusus untuk bermain bila memungkinkan, di mana ruangan tersebut sekaligus juga dapat menjadi tempat untuk menyimpan permainannya. 5. Pengetahuan Cara Bermain Anak

belajar

bermain

dari

mencoba-coba

sendiri, meniru

teman-

temannya, atau diberitahu oleh orang tuanya. Cara yang terahkir adalah yang terbaik karena anak lebih terarah dan berkembang pengetahuannya dalam menggunakan alat permainan tersebut. Orang tua yang tidak pernah mengetahui cara bermain dari alat permainan yang diberikan, umumnya membuat hubungannya dengan anak cenderung menjadi kurang hangat. 6. Teman Bermain Dalam bermain, anak memerlukan teman, bisa teman sebaya, saudara, atau orang tuanya. Ada saat-saat tertentu di mana anak bermain sendiri agar dapat

15

menemukan kebutuhannya sendiri.Bermain yang dilakukan bersama orang tuanya akan mengakrabkan hubungan dan sekaligus memberikan kesempatan kepada orang tua untuk mengetahui setiap kelainan yang dialami oleh anaknya. Teman diperlukan untuk mengembangkan sosislisasi anak dan membantu anak dalam memahami perbedaan. Menurut Supartini (2004), terapi bermain yang dilaksanakan di rumah sakit tetap harus memperhatikan kondisi kesehatan anak. Ada beberapa prinsip permainan pada anak di rumah sakit. Pertama, permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang dijalankan anak. Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permainan yang dapat dilakukan di tempat tidur, dan anak tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya di tempat bermain khusus yang ada di ruang rawat. Kedua, permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana. Pilih jenis permainan yang tidak melelahkan anak, menggunakan alat permainan yang ada pada anak atau yang tersedia di ruangan. Ketiga, permainan harus memperhatikan keamanan dan kenyamanan. Anak kecil perlu rasa nyaman dan yakin terhadap benda-benda yang dikenalnya, seperti boneka yang dipeluk anak untuk memberi rasa nyaman dan dibawa ke tempat tidur di malam hari. Melibatkan orang tua. Satu hal yang harus diingat bahwa orang tua mempunyai kewajiban untuk tetap melangsungkan upaya stimulasi tumbuh kembang pada anak walaupun sedang dirawat si rumah sakit termasuk dalam aktivitas bermain anak. Perawat hanya bertindak sebagai fasilitator sehingga apabila permainan diiniasi oleh perawat, orang tua harus terlibat secara aktif dan mendampingi anak mulai dari awal permainan sampai menevaluasi hasil permainan bersama dengan perawat dan orang tua anak lainnya. D. KARAKTERISTIK PERMAINAN MENURUT USIA Alat mainan dapat diberikan pada anak usia dibawah 5 tahun dalam keadaan kondisi sakit ringan, dimana anak dalam keadaan yang membutuhkan perawatan dan pengobatan yang minimal. Pengamatan dekat dan tanda vital serta status

16

dalam keadaan normal dan kondisi sakit sedang, dimana anak dalam keadaan yang membutuhkan perawatan dan pengobatan yang sedang, pengamatan dekat dan status psikologis dalam keadaan normal. Sedangkan anak dalam keadaan sakit berat tidak diberikan aktivitas bermain karena anak berada dalam status psikologis dan tanda vital yang belum normal, anak gelisah, mengamuk serta membutuhkan perawatan yang ketat. Pada usia bayi, saat anak mengalami sakit ringan, alat mainan yang sesuai seperti balok dengan warna yang bervariasi, buku bergambar, cangkir atau sendok, kotak musik, giring-giring yang dipegang, boneka yang berbunyi. Sedangkan saat anak sakit sedang, mainan yang dapat diberikan berupa kotak musik, giring-giring yang dipegang, boneka yang berbunyi (Wong, et al, 2008). Alat mainan yang dapat didorong dan ditarik, balok-balok, mainan bermusik, alat rumah tangga, telephone mainan, buku gambar, kertas, crayon, dan manik-manik besar dapat diberikan pada anak usia toodler saat mengalami sakit yang ringan. Sedangkan pada saat anak sakit dalam tingkat yang sedang, mainan yang diberikan dapat berupa mainan bermusik, alat rumah tangga, telephone mainan, buku bergambar, dan manik-manik besar (Wong, et al, 2008). Pada usia pra sekolah, saat mereka mengalami sakit ringan, alat mainan yang dapat diberikan berupa boneka-bonekaan, mobil-mobilan, buku gambar, teka-teki, menyusun potongan gambar, kertas untuk melipat-lipat, crayon, alat mainan bermusik dan majalah anak-anak.Anak pra sekolah mengalami sakit sedang, mainan yang diberikan dapat berupa boneka-bonekaan, mobil-mobilan, buku bergambar, dan alat mainan musik (Wong, et al, 2008). Pada usia sekolah, anak sudah mulai melakukan imaginasi. Maka alat mainan yang dapat diberikan berupa permainan teka-teki, buku bacaan, alat untuk menggambar, alat musik seperti harmonika.

Sedangkan pada saat remaja, anak mulai mencurahkan kreativitas yang dimilikinya, maka alat mainan yang diberikan dapat berupa permainan catur, alat

17

untuk mengggambar seperti cat air, kanvas, kertas, majalah anak-anak atau remaja, dan buku cerita (Hardjadinata, 2009).

18

BAB III METODOLOGI BERMAIN A. DESKRIPSI BERMAIN Bermain merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan. Bermain merupakan aktivitas yang dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dan merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial sehingga bermain merupakan media yang baik untuk belajar karene dengan bermain anak-anak akan belajar berkomunikasi, menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan dapat mengenal waktu, jarak serta suara. Selama proses bermain anak diarahkan untuk aktif dalam menari dan menyanyi dan mendengarkan arahan yang diberikan pada anak dan anak dibebaskan untuk berkreatifitas sesuai kemampuan anak, dan memberikan pujian pada anak. B. TUJUAN PERMAINAN Setelah diajak bermain selama 30 menit, anak diharapkan mampu sebagai berikut : 1. Mengembangkan kreatifitas 2. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul 3. Mengembangkan daya imajinasi 4. Menumbuhkan sportivitas 5. Mengembangkan kepercayaan diri

C. KETERAMPILAN YANG DIPERLUKAN 1. Mampu mengajak anak berperan aktif dalam menari dan menyanyi. 2. Mampu membimbing anak dan mengajar anak cara mengikuti gerakan yang benar dalam menari dan menyanyi D. JENIS PERMAINAN Menari dan menyanyi E. ALAT BERMAIN

19

1. kecrek E. MEDIA 1. LCD 2. Speaker 3. Laptop 4. Bando F. SETTING TEMPAT Keterangan :

1. Leader

:

2.Observer

:

3. peserta

:

F. STRATEGI PELAKSANAAN NO

WAKTU

KEGIATAN

1

3 menit

Pembukaan :

PESERTA

1. Membuka dengan

kegiatan 1. Menjawab salam mengucapkan 2. Mendengarkan

salam

3. Memperhatikan

2. Memperkenalkan diri

4. Memperhatikan

3. Menjelaskan tujuan dari terapi bermain 4. Kontrak waktu anak dan orangtua 2

20 menit

Pelaksanaan : 1. Menjelaskan pelaksanaan

tata

cara terapi

1. Memperhatikan 2. Bertanya

20

bermain

menari

dan

menyanyi kepada anak. 2. Memberikan kesempatan kepada

anak

untuk

bertanya jika belum jelas. 3. Memperlihatkan menari

dan

anak

4. Memulai

untuk

mengikuti gerakan di dalam video dan menyanyi

menyanyi

5. Menjawab pertanyaan

mendampingi

6. Mendengarkan

memberikan

7. Memperhatikan

dan

motivasi

saat

melihat video

video

kepada anak 4. Fasilitator

3. Antusias

kepada

anak

untuk mengikuti gerakan 5. Menanyakan anak,

kepada

apakah

merasa

dan

bisa

senang mengikuti

tarian

dan

menyanyi

yang

diperlihatkan ? 6. Memberitahukan

pada

anak bahwa waktu terapi bermain telah selesai 7. Memberikan

pujian

terhadap semua anak yang mampu

mengikuti

kegiatan hingga selesai 3

5 menit

Evaluasi : 1. Memotivasi anak untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya

1. Menceritakan 2. Gembira

setelah

21

terapi 2. Membagikan

reward

kepada seluruh peserta 4

2 menit

Terminasi : 1. Memberikan motivasi dan pujian

kepada

seluruh

anak yang telah mengikuti

1. Memperhatikan 2. Mendengarkan 3. Menjawab salam

program terapi bermain 2. Mengucapkan

terima

kasih kepada anak dan orangtua 3. Mengucapkan

salam

penutup

G. HAL- HAL YANG PERLU DIWASPADAI 1. Anak malu untuk mau mengikuti gerakan tarian dan menyanyi 2. Anak rewel Anak juga akan cenderung lebih manja, minta perhatian lebih pada orang tua serta bersikap cuek pada perawat yang akan merawatnya karena anak belum dapat beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit. Stress yang umumnya terjadi berhubungan dengan hospitalisasi adalah takut akan unfamiliarity, lingkungan rumah sakit yang menakutkan, rutinitas rumah sakit, prosedur yang menyakitkan, dan takut akan kematian. H. ANTISIPASI MEMINIMALKAN HAMBATAN Dilakukannya pengawasan selama proses bermain pada anak dan membina keakraban dan saling percaya pada anak, serta memotivasi anak untuk percaya diri. I. PENGORGANISASIAN 1.

Pembimbing Akademik

: Safariah Anggraini, S.kep, Ners, M.kep

2.

Pembimbing Klinik

: Handoko, S.kep, Ners

22

3.

Leader

: Prima Satriadelin, S.Kep.

4.

Co. Leader

:Brikita Bella, S.Kep.

5.

Observer

: Toni Susanto, S.Kep.

6.

Fasilitator

: Siti Fatimah, S.Kep. Tri Christina Juwita, S.Kep Hasan Ashari A, S.Kep

23

J. SISTEM EVALUASI Kriteria evaluasi 1. Evaluasi struktur a. Anak hadir diruangan minimal 5 orang b. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan diruang anak Alexandri c. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sebelumnya. 2. Evaluasi Proses a. Anak antusias dalam kegiatan terapi bermain b. Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir c. Tidak terdapat anak yang rewel atau malas untuk mengikuti alur kegiatan yang dilakukan

24

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN Terapi bermain sangat berdampak positif bagi anak terutama pada anak yang sudah lama rawat inap di rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan dan mengurangi kejenuhan, rasa cemas dan kekhawatiran dengan suasana, proses penyakit, dan kebosanan pada anak selama di rumah sakit.

B. SARAN Diharapakan dengan adanya terapi bermain mampu meningkatkan semangat pada anak yang sakit dan memberikan keceriaan dan dapat mengurangi kejenuhan ada anak selama dirumah sakit, dan bagi perawat untuk lebih membina hubungan saling percaya dengan anak dan memiliki jadwal tersendiri dalam pelaksanaan terapi bermain secara rutin di ruang rawat inap.

25

More Documents from "Siti khonisa"