e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH MODEL SNOWBALL THROWING BERBANTUAN MEDIA KONKRET TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS V SD GUGUSI GUSTI NGURAH RAI DENPASAR Kd. Ayu Susanti1, I Ngh. Suadnyana2, Siti Zulaikha3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing berbantuan media konkret dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu, dengan menggunakan Noneqivalent Control Group Design. Populasi penelitian adalah siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar. Sampel dipilih dengan tekhnik random sampling, sehingga diperoleh siswa kelas VA SD N 10 Sanur (kelompok eksperimen) dan siswa kelas VC SD N 4 Sanur (kelompok kontrol). Data hasil belajar IPA dikumpulkan dengan menggunakan tes objektif bentuk pilihan ganda biasa, yang kemudian dianalisis dengan uji-t. Setelah data dari kedua kelompok berdistribusi normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan uji-t yang menunjukkan thitung=3,31 dan ttabel=2,000 dengan dk=81(n1+n2-2=41+42-2=81) dan taraf signifikansi 5%. Berdasarkan kriteria pengujian, thitung>ttabel (3,31>2,000), maka Ha diterima dan H0 ditolak. Rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas V pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol (76,09>67,88). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing berbantuan Media Konkret berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar. Kata kunci: Snowball Throwing, Media Konkret, Hasil Belajar IPA Abstract This study aims to know the significant difference of results science learning between group students who learned by learning cooperative model with Snowball Throwing type by assist concrete media with group students who learned by conventional learning of the fifth grade students in SD gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar at term year 2013/2014. This study is a quasi–experimental study (quasi experimental) with using Nonequivalent Control Group Design. These research populations were students in the fifth grade of SD gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar. The samples were selected by a random sampling technique, so that was gained samples in this study were students in the fifth grade SD N 10 Sanur as an experimental group and students in the fifth grade SD N 4 Sanur as a control group. The data results of science learning were collected by using objective test in general multiple choice method, so then were analyzed by t-test method. After data of the both groups normal distribution and homogeny, the next was done hipothesis test with t-test that showed tvalue = 3.31 and ttable = 2.000 with dk=81(n1+n2-2=41+42-2=81) and significant level 5%. Based on examination type, t value > ttable (3,31>2,000), so Ha accepted and H0 rejected. The scores average of learning science students in the fifth grade at experimental group is higher than control group (76.09>67.88). Thus, could be concluded that application learning model Snowball
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Throwing by assist concrete media effects toward science learning results of students in the fifth grade of SD gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar. Key words: Snowball Throwing, Concrete Media, Science Learning Results
PENDAHULUAN Salah satu mata pelajaran yang diterapkan di Sekolah Dasar adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), karena mata pelajaran IPA dapat menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah pada siswa. Menurut kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga pembelajaran IPA tidak hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prisip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selanjutnya, Menurut Sutrisno, dkk (2007:19) “IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta yang mengandung tiga hal, yaitu: proses (usaha manusia memahami alam semesta), prosedur (pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar), dan produk (kesimpulannya betul)”. Sedangkan Trianto (2010:141) mendefinisikan “IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejalagejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal”. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik yang mempelajari peristiwaperistiwa yang terjadi di alam semesta, baik makhluk hidup ataupun benda mati yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses kegiatan ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan yang dapat melatih siswa untuk berpikir kritis dan objektif. Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang diarahkan untuk berbuat sehingga dapat membantu siswa
untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Selain itu, pembelajaran IPA juga sebaiknya dapat menciptakan suasana yang lebih aktif, bermakna, dan menyenangkan sehingga siswa tidak merasa bosan selama mengikuti proses pembelajaran. Untuk itu guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran IPA. Namun kenyataan di lapangan, bahwa pembelajaran IPA lebih mementingkan penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa teori-teori dan konsep-konsep, tentu hal tersebut berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar, proses pembelajarannya masih berpusat pada guru (teacher centered). Sehingga menyebabkan aktivitas belajar siswa kurang aktif dan terkesan membosankan. Dari permasalahan tersebut, maka guru hendaknya mampu menerapkan berbagai model pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing berbantuan media konkret. Model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing adalah “model pembelajaran yang menggali potensi kepemimpinan siswa dalam kelompok dan keterampilan membuat serta menjawab pertanyaan yang dipadukan melalui suatu permainan imajinatif yaitu membentuk dan melempar bola salju” (Komalasari, 2010:67). Sedangkan menurut Safitri (2011) “model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing adalah model yang mampu mewujudkan situasi pembelajaran yang kondusif, aktif, kreatif dan menyenangkan”. Berdasarkan pendapat tersebut disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing adalah model pembelajaran yang mengandung unsur permainan imajinatif membentuk dan melempar bola salju sehingga diharapkan
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) dapat melatih sifat kepemimpinan siswa dalam kelompok serta kemampuan siswa dalam membuat pertanyaan dan jawaban yang berhubungan dengan materi yang disampaikan oleh masing-masing ketua kelompok. Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing, strategi memperoleh dan pendalaman pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan tersebut. Adapun langkahlangkah model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing (Komalasari, 2010:67) yaitu: (1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan; (2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi; (3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya; (4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok; (5) Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut kemudian dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 5 menit; (6) Setelah siswa mendapat satu bola/satu pertanyaan lalu diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola secara bergantian; (7) Evaluasi; (8) Penutup. Safitri (2011) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing memiliki beberapa keunggulan yaitu (1) Melatih kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan dengan bersumber pada materi yang diajarkan serta saling memberikan pengetahuan; (2) Siswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi pelajaran yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena siswa mendapat penjelasan dari teman sebaya yang secara khusus disiapkan oleh guru; (3) Dapat membangkitkan keberanian siswa dalam mengemukakan pertanyaan kepada teman lain maupun guru; (4) Melatih siswa
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik; (5) Merangsang siswa mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut; (6) Dapat mengurangi rasa takut siswa dalam bertanya kepada teman maupun guru; (7) Siswa akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan pemecahan suatu masalah; (8) Siswa akan memahami makna tanggung jawab; (9) Siswa akan lebih bisa menerima keragaman atau heterogenitas suku, sosial, budaya, bakat dan intelegensi; (10) Siswa akan terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya. Selain penggunaan model pembelajaran yang sesuai, penggunaan media dalam proses pembelajaran IPA juga sangat penting, karena penggunaan media dapat membantu siswa dalam memahami konsep atau materi yang sedang dipelajari. Dalam penelitian ini media yang digunakan sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran IPA adalah media konkret. Menurut Asyhar (2011:54) media konkret adalah “media benda nyata yang dapat dilihat, didengar atau dialami sehingga memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik, seperti mempelajari keanekaragaman hayati, organ tanaman dan klasifikasi makhluk hidup”. Selanjutnya menurut Sanaky (2011:113) “media konkret adalah benda dalam keadaan sebenarnya atau seutuhnya”. Sedangkan Rusman, dkk (2011:183) menyatakan, Media konkret/ benda nyata adalah alat bantu visual dalam pembelajaran yang berfungsi memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Media ini merupakan objek nyata dari suatu benda sehingga siswa belajar secara langsung dari objek yang sedang dipelajari. Proses belajar dengan benda konkret yang dikembangkan dapat mengakomodasikan tentang pembelajaran berbasis pengalaman. Dari uraian di atas dapat disimpulkan media konkret adalah benda nyata yang dapat dilihat, didengar atau dialami dan berada disekitar lingkungan siswa yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan suatu materi pembelajaran kepada siswa, sehingga siswa lebih aktif dan dapat mengamati, menangani, memanipulasi, mendiskusikan dan akhirnya
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) dapat menjadikan alat untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menerima pelajaran. Menurut Asyar (2011:55) kelebihan dari media konkret yaitu “dapat memberikan pengalaman nyata kepada siswa sehingga pembelajaran bersifat lebih konkret”. Sanaky (2011:114) juga menyatakan, Kelebihan dari media konkret adalah sebagai alat yang paling efektif untuk mengikutsertakan berbagai indera dalam belajar. Hal ini disebabkan benda nyata memiliki sifat keasliannya, mempunyai ukuran besar dan kecil, berat, dan warna sehingga memiliki daya tarik sendiri bagi peserta didik. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing berbantuan media konkret adalah model pembelajaran yang menekankan pada kerja kelompok yang heterogen untuk mendiskusikan materi dan soal-soal yang dikemas dalam bentuk “bola salju” dengan menggunakan media konkret sebagai alat bantu pembelajaran sehingga model pembelajaran ini dapat mewujudkan pembelajaran aktif (active learning), kondusif, kreatif dan menyenangkan. Jadi model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing berbantuan media konkret ini diharapkan dapat melatih sifat kepemimpinan siswa dalam kelompok serta kemampuan siswa dalam membuat pertanyaan dan jawaban yang berhubungan dengan materi yang disampaikan oleh ketua kelompok masingmasing serta dengan berbantuan media konkret, siswa dapat memahami konsep materi pembelajaran yang masih abstrak. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing berbantuan media konkret yang sesuai dengan materi dan karakteristik siswa maka akan dapat menarik minat belajar siswa sehingga siswa akan lebih termotivasi dan kreatif serta memberikan pengalaman langsung kepada siswa seperti orang, binatang, benda atau peristiwa yang diamati siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing berbantuan media konkret diharapkan efektifitas dan efesiensi proses pembelajaran dapat teroptimalsasi, serta kegiatan pembelajaran menjadi lebih
aktif, kondusif, bermakna dan menyenangkan yang cenderung berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Berbantuan Media Konkret Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing berbantuan media konkret dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian Eksperimen Semu (quasi experiment) dengan menggunakan Nonequivalent Control Group Design. Desain eksperimen ini dapat dilihat pada Gambar 1. O1
X
O2
………………………………..
O3
O4
Gambar 1. O Nonequivalent OControl Group 3 4 Design (Sugiyono, 2011:116) Keterangan: O1 :Pretest Pada Kelompok Eksperimen O3 :Pretest Pada Kelompok Kontrol X :Perlakuan Kepada Kelompok Eksperimen O2 :Nilai Posttest Kelompok Eksperimen O4 :Nilai Posttest Kelompok Kontrol Penelitian ini dilaksanakan di kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada siswa kelas V Gugus I Gusti Ngurah Rai semester 1 Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 22 Juli sampai dengan 16 Agustus 2013. Pemberian perlakuan pada masingmasing kelompok adalah sebanyak 7 kali pertemuan. Tempat untuk penelitian ini di
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) laksanakan di SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar. Di SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar ini terdiri dari 4 sekolah dasar. Dengan demikian, populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar. Berdasarkan keterangan dari Ketua Gugus dan informasi yang diperoleh dari masing-masing Sekolah Dasar di Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar bahwa seluruh kelas yang ada dalam SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar ini dinyatakan setara secara akademik. Dikatakan setara secara akademik karena dalam pengelompokan siswa ke dalam kelas-kelas di sekolah tersebut disebar secara merata antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Hal ini berarti SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar tidak terdapat kelas unggulan dan kelas non unggulan. Dalam pemilihan sampel, kelas dipilih sebagaimana telah terbentuk tanpa adanya campur tangan dari peneliti. Setelah seluruh kelas dinyatakan setara, maka pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik random sampling (acak) yang dirandom adalah kelas. Dari hasil random, terpilih dua kelas yaitu kelas VA SD N 10 Sanur sebagai kelompok Eksperimen yang berjumlah 41 siswa dan kelas VC SD N 4 Sanur sebagai kelompok kontrol yang berjumlah 42 siswa. Setelah itu untuk mengetahui data kedua kelompok ini setara, peneliti melakukan uji kesetaraan dengan menganalisis hasil nilai ulangan umum siswa kelas IV semester II mata pelajaran IPA. Uji kesetaraan menggunakan uji-t. Sebelum melakukan ujit, dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas data dan uji homogenitas. Hasil perhitungan uji normalitas data nilai ulangan umum siswa mata pelajaran IPA, diperoleh untuk siswa kelas IVA SD N 10 Sanur adalah 5,247 dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = 5 diperoleh = = 11,07 karena
>
maka H0 diterima (gagal ditolak). Hal ini berarti sebaran data nilai ulangan umum IPA siswa kelas IVA di SD N 10 Sanur berdistribusi normal. Sedangkan hasil
perhitungan uji normalitas data nilai ulangan umum siswa mata pelajaran IPA, diperoleh untuk siswa kelas IVC SD N 4 Sanur adalah 4,676 dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = 5 diperoleh = = 11,07 karena
>
maka H0 diterima (gagal ditolak). Hal ini berarti sebaran data nilai ulangan umum IPA siswa kelas IVC di SD N 4 Sanur berdistribusi normal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data nilai ulangan umum siswa pada mata pelajaran IPA untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal. Setelah dilakukan uji normalitas, selanjutnya dilakukan uji homogenitas terhadap nilai ulangan umum IPA antara siswa kelas IVA SD N 10 Sanur dengan siswa kelas IVC SD N 4 Sanur. Uji homogenitas dilakukan dengan menghitung nilai varians pada masing-masing kelas sehingga diperoleh besarnya Fhitung = 1,26 nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai Ftabel. Derajat kebebasan pembilang 421 = 41 dan derajat kebebasan penyebut 411 = 40 dengan taraf signifikansi 5% maka diperoleh Ftabel = 1,69. Ini berarti data nilai ulangan umum siswa kelas V semester 1 pada mata pelajaran IPA homogen. Dari hasil uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan homogenitas diperoleh bahwa data dari kelompok eksperimen dan kontrol berdistribusi normal dan homogen, maka selanjutnya dapat dilakukan analisis dengan uji-t. Berdasarkan hasil perhitungan dengan uji-t, diperoleh thitung sebesar 1,268 dan ttabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 81 (n1+n2-2 = 41+42-2 = 81) diperoleh sebesar 2,000. Jadi dapat dilihat bahwa thitung lebih kecil dari ttabel (1,268 < 2,000), maka H0 diterima dan Ha ditolak. Ini berarti kelas V SD N 10 Sanur dan kelas V SD N 4 Sanur setara. Variabel yang terlibat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Variabel bebas (independen) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing berbantuan media konkret. Variabel terikat (dependen) yang dimaksud
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA. Dalam penelitian ini data yang diperlukan adalah data tentang hasil belajar IPA. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes yaitu tes hasil belajar IPA. Tes yang digunakan adalah tes objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa yang terdiri dari 35 butir soal. Setiap item soal disertai dengan empat alternatif jawaban yang dapat dipilih siswa (alternatif a, b, c dan d) setiap item diberi skor 1 apabila siswa menjawab dengan benar dan siswa yang menjawab salah akan diberi skor 0. Kemudian setiap item dijumlahkan dan jumlah tersebut merupakan skor variabel hasil belajar IPA. Skor hasil belajar IPA akan bergerak dari 0 sampai 100. Skor 0 merupakan skor minimal ideal sedangkan skor maksimal ideal adalah skor 100. Tes yang disusun oleh peneliti dibantu oleh guru bidang studi IPA kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar dan dibimbing oleh dosen pembimbing. Dalam penyusunan butir soal diperhitungkan tingkat kesukaran, alokasi waktu dan indikator mana yang seharusnya mendapat penekanan dan dijabarkan dalam bentuk soal dan juga mendiskusikannya dengan guru bidang studi IPA kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar, serta melalui proses bimbingan oleh dosen pembimbing. Sebelum diuji cobakan tes yang telah disusun terlebih dahulu dilakukan uji validitas, daya beda, indeks kesukaran, dan reliabilitas. HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar IPA siswa dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas data dan uji homogenitas varians. Hasil perhitungan uji normalitas data nilai posttest siswa mata pelajaran IPA, diperoleh untuk siswa kelas VA SD N 10 Sanur adalah 5,821 dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = 5 diperoleh =
= 11,07 karena > maka H0 diterima (gagal ditolak). Hal ini berarti sebaran data nilai posttest IPA siswa kelas VA di SD N 10 Sanur berdistribusi normal. Sedangkan hasil perhitungan uji normalitas data nilai posttest siswa mata pelajaran IPA, diperoleh untuk siswa kelas VC SD N 4 Sanur adalah 2,596 dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = 5 diperoleh = = 11,07 karena > maka H0 diterima (gagal ditolak). Hal ini berarti sebaran data nilai posttest IPA siswa kelas VC di SD N 4 Sanur berdistribusi normal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data hasil belajar IPA siswa untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal. Setelah dilakukan uji normalitas, selanjutnya dilakukan uji homogenitas. Hasil pengujian homogenitas varian diperoleh Fhitung = 1,27 dengan derajat kebebasan pembilang = 41 – 1 = 40 dan derajat kebebasan penyebut = 42 – 1 = 41 dengan taraf signifikansi 5% maka diperoleh Ftabel = 1,69. Berarti perolehan nilai Fhitung < Ftabel (1,27 < 1,69). Hal ini dapat diartikan bahwa varians skor hasil belajar IPA siswa kelas V antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah homogen. Dari hasil analisis prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas diperoleh data dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen, kemudian dilanjutkan dengan uji Hipotesis. Hipotesis yang diuji adalah Hipotesis Nol (H0) yang menyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing berbantuan media konkret dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 sedangkan hipotesis alternatifnya (Ha) adalah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing berbantuan media konkret dengan siswa yang belajar melalui
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014. Pengujian hipotesis melalui uji t, dari hasil perhitungan dk (derajat kebebasan) diperoleh nilai dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) dan dk = 41 + 42 – 2 = 81
Posttest t Hasil Belajar IPA
adalah 2,000. Jika
76,04 67,88
Berdasarkan hasil perhitungan uji-t menunjukkan bahwa = 3,31 dan = 2,000 untuk dk = 41 + 42 – 2 = 81 dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05). Kriteria pengujian, jika > (3,31 > 2,000) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing berbantuan media konkret dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014. Dari hasil analisis nilai ulangan umum IPA SD N 4 Sanur dan SD N 10 Sanur menunjukkan keadaan sampel berdistribusi normal dan homogen. Dari hasil perhitungan uji-t pada analisis uji kesetaraan menunjukkan kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang sama (setara) sehingga kelompok eksperimen dapat diberi perlakuan yaitu dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing berbantuan media konkret dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang biasa dilaksanakan oleh guru di kelas dengan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Setelah diberi perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebanyak 6 kali pertemuan kemudian dilanjutkan dengan pertemuan ke 7 kedua kelas diberi tes akhir (posttest). Analisis dari hasil penelitian didapat bahwa rata-rata nilai posttest belajar IPA yang dicapai pada kelompok eksperimen adalah = 76,09
,
maka H0
diterima (gagal ditolak) dan Ha ditolak, sebaliknya jika ≥ , maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hasil perhitungan pada uji hipotesis dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Tabel Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis Kelompok Nilai Nilai Nilai H0 rata-rata Eksperimen Kontrol
<
3,31
2,000
Ditolak
Ha Diterima
sedangkan rata-rata nilai posttest belajar IPA yang dicapai pada kelompok kontrol adalah = 67,88. Dengan demikian, dapat disampaikan rata-rata nilai posttest belajar IPA pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Untuk perhitungan normalitas, homogenitas, dan uji-t menggunakan Microsoft Office Excel 2007 pada kedua kelompok baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol memiliki data yang normal dan homogen. Perhitungan uji hipotesis dengan uji-t menggunakan Microsoft Office Excel 2007, dengan taraf sigifikansi 5% (α = 0,05) dan derajat kebebasan 81 diperoleh thitung = 3,31 dan ttabel = 2,000. Karena thitung (3,31) > ttabel (2,000), maka Ha diterima dan H0 ditolak. Sehingga hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing berbantuan media konkret dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing berbantuan media konkret lebih baik, dilihat dari nilai rata-rata siswa kelompok eksperimen yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol (76,09 > 67,88). Hal ini terjadi karena pada proses pembelajaran IPA kelompok eksperimen menggunakan model
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing berbantuan media konkret. Dalam melaksanakan pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperaf tipe Snowball Throwing berbantuan media konkret, siswa dapat lebih leluasa berdiskusi dan bertukar pikiran dengan teman sekelompoknya. Selain diskusi kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing juga dikemas dengan unsur permainan yaitu “model pembelajaran yang menggali potensi kepemimpinan siswa dalam kelompok dan keterampilan membuat serta menjawab pertanyaan yang dipadukan melalui suatu permainan imajinatif membentuk dan melempar bola salju” (Komalasari, 2010:67). Permainan imajinatif berupa lembaran kertas yang berisi pertanyaan kemudian diremas sehingga membentuk seperti bola dan bola tersebut dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama ± 5 menit, kemudian siswa yang mendapat satu bola diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas yang berbentuk bola secara bergantian. Dengan demikian model pembelajaran ini dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik dan menyenangkan dan siswa merasa senang saat kegiatan pembelajaran sehingga proses pembelajaran dan pemahaman siswa lebih maksimal. Perbedaan yang diperoleh dari hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing karena adanya perbedaan langkah-langkah pada pembelajaran tersebut dengan langkah-langkah pembelajaran konvensional. Model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dan pembelajaran konvensional diterapkan dengan materi pembelajaran yang sama namun cara penyampaian pembelajaran yang berbeda. Pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing melibatkan aktivitas seluruh siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan LKS dalam sebuah kelompok yang heterogen serta memungkinkan siswa untuk belajar sambil bermain. Dalam kegiatan pembelajaran siswa diajak untuk membuat dan menjawab
pertanyaan yang dipadukan melalui suatu permainan imajinatif yaitu membentuk dan melempar bola salju sehingga siswa menjadi aktif dan semangat untuk mengikuti pembelajaran serta suasana dalam kegiatan pembelajaran terasa menyenangkan. Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran siswa pada mata pelajaran IPA juga difasilitasi dengan media pembelajaran berupa media konkret yang lebih menekankan pada aktivitas siswa melalui kegiatan percobaan-percobaan sehingga siswa dapat mengetahui dengan nyata dan secara langsung mengenai materi yang sedang siswa pelajari yang dapat menunjang proses pembelajaran. Dengan proses pembelajaran tersebut, hal ini dapat menumbuhkan semangat belajar siswa dan berdampak positif pada hasil belajar IPA siswa. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Hartadi (2011), yang menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan berbantuan media kongkrit dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD N 2 Pakisan Tahun Pelajaran 2011/2012. Diperkuat oleh hasil penelitian Dewi (2012), yang menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing melalui Strategi Active Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Tengkudak Tabanan Tahun Pelajaran 2011/2012. Demikian juga hasil penelitian Suwarniti (2012), yang menyatakan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 22 Dangin Puri Denpasar Tahun Pelajaran 2012/2013. Berbeda dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional hanya diberikan materi pembelajaran dengan metode ceramah yang diselingi dengan tanya jawab, kemudian diikuti dengan pemberian soal-soal evaluasi. Dengan pembelajaran seperti ini siswa tidak mempunyai kesempatan untuk berinteraksi dengan teman atau guru dengan baik, siswa hanya duduk diam mendengarkan, menirukan, menerima dan mengerjakan soal-soal evaluasi yang diberikan oleh guru. Pembelajaran
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) konvensional seperti ini akan membuat siswa cepat bosan dan jenuh dalam mengikuti pembelajaran sehingga siswa sulit untuk memahami materi yang diajarkan oleh guru. Hal ini menyebabkan hasil belajar IPA siswa pada kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran konvensional lebih rendah dibandingkan dengan kelompok eksperimen yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing berbantuan media konkret. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing berbantuan media konkret dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014. Dengan demikian maka penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing berbantuan media konkret berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing berbantuan media konkret dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung = 3,31 pada taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan 81 (n1 + n2 – 2 = 41 + 42 - 2) sedangkan diperoleh ttabel = 2,000. Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima. Selain itu, nilai rata-rata posttest hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar pada kelompok eksperimen yang diberi perlakuan berupa penerapan model pembelajaran Kooperaif Tipe Snowball Throwing Berbantuan Media Konkret (76,09) lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang diberi perlakuan berupa penerapan pembelajaran
konvensional (67,88). Sehingga hasil temuan tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan model Kooperaif Tipe Snowball Throwing Berbantuan Media Konkret terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar. Adapun saran yang dapat disampaikan setelah melaksanakan dan memperoleh hasil dari penelitian yaitu: 1) guru hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran Kooperaif Tipe Snowball Throwing. Hal ini dikarenakan bahwa model pembelajaran Kooperaif Tipe Snowball Throwing terbukti dapat membantu siswa dalam memahami suatu materi dan permasalahan, sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang lebih baik dan optimal, 2) Benda nyata (media konkret) merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas sehingga dapat membantu siswa dalam kehidupan nyata yang ada dilingkungan sekitarnya karena siswa di sekolah dasar masih pada tahapan operasional konkret sehingga dengan berbantuan media konkret siswa dapat termotivasi dalam proses pembelajaran. 3) Peneliti lain agar dapat melanjutkan penelitian ini dalam lingkup yang lebih luas sehingga dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa. DAFTAR RUJUKAN Asyhar, Rayandra. 2011. Mengembangkan Pembelajaran. Jakarta: Persada (GP) Press
Kreatif Media Gaung
Depdiknas. 2006. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Depdiknas Dewi, Ni Luh Anik Cintya. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Melalui Strategi Active Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Tengkudak Tabanan Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi (Tidak Di Terbitkan). Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Hartadi, Ni Luh. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Berbantuan Media Kongkrit Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SD N 2 Pakisan Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi (Tidak Di Terbitkan). Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama Rusman, dkk. 2011. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi: Mengembangkan Profesionalitas Guru. Jakarta: Rajawali Pers Safitri,
Diyan Tunggal. 2011. “Model Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika”. Tersedia pada http://web.sdikotablitar.sch.id/inde x.php?option=com_content&view= article&id=77:modelpembelajaran-snowball-throwinguntuk-meningkatkan-hasil-belajarmatematika-&catid=1:latestnews&Itemid=50 (diakses 14 januari 2013)
Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks Permata Puri Media Sanaky, Hujair AH. 2011. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Kaukaba Sugiyono. 2011. Model Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Sutrisno, Leo. dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Universitas Terbuka Suwarniti, Ni Made Dani. 2012. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri 22 Dangin Puri Denpasar Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi (Tidak Di Terbitkan). Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Trianto.
2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara