344553965-makalah-askep-campak-dewasa.docx

  • Uploaded by: rossi
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 344553965-makalah-askep-campak-dewasa.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,636
  • Pages: 18
LAPORAN PENDAHULUAN MORBILI

DISUSUN OLEH: ROSI ASTUTI 1811040105

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2019

A. Pengertian Campak disebut juga Morbili. Morbili adalah penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan oleh infeksi virus. (Nanda 2015). Campak merupakan penyakit yang sangat menular terutama menyerang anak-anak, walaupun pada beberapa kasus juga dapat menyerang orang dewasa. Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk mukolo papular selama tiga hari atau lebih yang disertai panas 38 C atau lebih dan disertai salah satu gejala batuk, pilek, dan mata merah. ( WHO ) Penyakit Campak adalah penyakit menular akut yang disebabkan virus Campak/ Rubella. Campak adalah penyakit infeksi menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan stadium konvalesensi. Penularan terjadi secara droplet dan kontak langsung dengan pasien. Virus ini terdapat dalam darah, air seni, dan cairan pada tenggorokan. Itulah yang membuat campak ditularkan melalui pernapasan, percikan cairan hidung ataupun ludah.

B. Etiologi Virus campak termasuk dalam golongan paramyxovirus, penyebabnya ialah virus morbili yang penularan secara droplet melalui udara sejak 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam dan sedikit virus sudah dapat menimbulkan infeksi. Virus campak tidak memiliki daya tahan tinggi. Apabila diluar tubuh manusia keberadaannya tidak kekal, pada temperatur kamar akan kehilangan 60% sifat efektivitasnya setelah 3-5 hari. Pada suhu 37 C waktu paruh usianya 2 jam. Sebaliknya virus ini mampu

bertahan dalam keadaan dingin dan pada -70 C dengan media protein dapat hidup selama 5,5 tahun. Virus tidak aktif dalam pH rendah. (Sumarmo, 2002) C. Patofisiologi Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet udara, menempel dan berbiak. Infeksi mulai saat orang yang rentan menghirup percikan mengandung virus dari secret nasofaring pasien campak. Di tempat masuk kuman, terjadi periode pendek perbanyakan virus local dan penyebaran terbatas, diikuti oleh viremia primer singkat bertiter rendah, yang memberikan kesempatan kepada agen untuk menyebar ketempat lain, tempat virus secara aktif memperbanyak diri di jaringan limfoid. Viremia sekunder yang memanjang terjadi, berkaitan dengan awitan prodromal klinis dan perluasan virus. Sejak saat itu ( kira-kira 9 sampai 10 hari setelah terinfeksi ) sampai permulaan keluarnya ruam, virus dapat dideteksi di seluruh tubuh, terutama di traktus respiraturius dan jaringan limfoid. Virus juga dapat ditemukan di secret nasofaring, urine, dan darah.pasien paling mungkin menularkan pada orang lain dalam periode 5 sampai 6 hari. Dengan mulainya awitan ruam ( kira-kira 14 hari setelah infeksi awal ), perbanyakan virus berkurang dan pada 16 hari sulit menemukan virus, kecuali di urine, tempat virus bisa menetap selama beberapa hari lagi. Insiden bersamaan dengan munculnya eksantema adalah deteksi antibody campak yang beredar dalam serum yang ditemukan pada hampir 100% pasien dihari ke dua timbulnya ruam. Perbaikan gejala klinis dimulai saat ini, kecuali pada beberapa pasien, dimulai beberapa hari kemudian karena penyakit sekunder yang disebabkan oleh bakteri yang bermigrasi melintasi barisan sel epitel traktus respiraturius. Terjadi sinusitis, otitis media, bronkopneumonia sekunder akibat hilangnya pertahanan normal setempat. Sebanyak 10% pasien memperlihatkan pleositosis dalam cairan serebrospinalis dan 50% memperlihatkan kelainan elektroensefalografi di

puncak serangan penyakit. Namun, hanya 0,1% yang memperlihatkan gejala dan tanda ensefalomielitis. Beberapa hari setelah serangan akut, terlihat kelainan system saraf pusat, saat serum antibody berlimpah dan virus menular tidak lagi dapat dideteksi.hal ini diperkirakan ensefalitik autoimun. Pada pasien SSPE, hilangnya virus campak dari system saraf pusat beberapa tahun kemudian setelah infeksi campak primer menekankan perlunya penjelasan lebih lanjut tentang interaksi virus dengan system saraf pusat, baik secara akut maupun kronis. SSPE bisa disebut sebagai ensefalitis virus campak lambat. Seorang wanita yang pernah menderita campak atau pernah mendapatkan imunisasi campak akan meneruskan daya imunitasnya pada bayi yang dikandungnya. Kekebalan ini akan bertahan selama satu tahun pertama setelah anak dilahirkan. Oleh karena itu, jarang sekali kita jumpai bayi ( khususnya yang berusia dibwah 5 bulan ) yang menderita campak. Seseorang yang pernah menderita campak akan menjadi kebal seumur hidupnya.

D. Manifestasi Klinis Campak memiliki masa tunas 10-20 hari. Penyakit ini dibagi dalam tiga stadium, yaitu : 1. Stadium Kataral ( Prodromal ). Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi campak, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah. Jarang ditemukan dibibir bawah tengah atau palatum. Kadangkadang terdapat macula halus yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leucopenia. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis

perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita pernah kontak dengan penderita campak dalam waktu 2 minggu terakhir. 2. Stadium Erupsi Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula beercak koplik. Terjadinya eritema yang berbentuk macula papula disertai menaiknya suhu badan. Diantara macula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul dibelakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya. Terdapat pembersaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan dibawah leher belakang. Pula terdapat sedikit splenomegali. Tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari campak yang biasa ini adalah “ black measles” yaitu campak yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus. 3. Stadium Konvalensi Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua ( hiperpigmentasi ) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk campak. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai normal kecuali bila ada komplikasi. E. Komplikasi Otitis media akut Pneumonia / bronkopneumoni Encefalitis Bronkiolitis Laringitis obstruksi dan laringotrakkhetis.

F. Penatalaksanaan Terdapat indikasi pemberian obat sedatif, antipiretik untuk mengatasi demam tinggi. Istirahat ditempat tidur dan pemasukan cairan yang adekuat. Mungkin diperlukan humidikasi ruangan bagi penderita laringitis atau batuk mengganggu dan lebih baik mempertahanakan suhu ruangan yang hangat. Penatalaksanaan Teraupetik Pemberian vitamin A Istirahat baring selama suhu meningkat, pemberian antipiretik Pemberian antibiotik pada anak-anak yang beresiko tinggi Pemberian obat batuk dan sedativum.

G. Pemeriksaan Penunjang Serologi pada kasus atopic, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk memastikannya. Tehnik pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah fiksasi complement, inhibisi hemaglutinasi, metode antibody fluoresensi tidaklangsung. Patologi anatomi Pada organ limfoid dijumpai : hyperplasia folikuler yang nyata, senterum germinativum yang besar, sel Warthin-Finkeldey ( sel datia berinti banyak yang tersebar secara acak, sel ini memiliki nucleus eosinofilik dan jisim inklusi dalam sitoplasma, sel ini merupakan tanda patognomonik sampak ). Pada bercak koplik dijumpai : nekrosis, neutrofil, neovaskularisasi. Darah tepi Jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri. Pemeriksaan antibody IgM anti campak. Pemeriksaan untuk komplikasi -

Ensefalopati / ensefalitis ( dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal, kadar elektrolit darah dan analisis gas darah )

-

Gastron enteritis ( feces lengkap)

-

bronkopneumonia ( dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah )

ASUHAN KEPERAWATAN A.Pengkajian Anamnesea a. Identitas penderita Meliputi nama pasien, umur dengan status gizi yang kurang dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis kelamin (L dan P pervalensinya sama), suku bangsa, no register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis b. Keluhan utama Pasien masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema dibelakang telinga, di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah, badan panas, enantema ( titik merah ) dipalatum durum dan palatum mole. c. Riwayat kesehatan sekarang Pada pasien yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan tentang kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis, koriza, bercak koplik dan enantema serta upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya. d. Riwayat kesehatan dahulu Pasien belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak dengan pasien campak. e. Riwayat kesehatan keluarga Apakah pasien belum mendapatkan vaksinasi campak. f. Riwayat imunisasi Riwayat pemberian imunisasi campak. g. Riwayat nutrisi Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg /hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n. Status Gizi, Klasifikasinya

Commented [I1]: Cara penghitungan bb pada anak. N ; umur

sebagai berikut : · Gizi buruk kurang dari 60% · Gizi kurang 60 % - <80 % · Gizi baik 80 % - 110 % · Obesitas lebih dari 120 % Pemeriksaan fisik ( had to toe ) a. Status kesehatan umum Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan tanda-tanda vital. b. Kepala dan leher Inspeksi : Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis, fotofobia, adakah eritema dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. · Palpasi : adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan didaerah leher belakang, c. Mulut Inspeksi : Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah, enantema di palatum durum dan palatum mole, perdarahan pada mulut dan traktus digestivus. d. Toraks Inspeksi : Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring, perdarahan pada hidung. Pada penyakit campak, gambaran penyakit secara klinis menyerupai influenza. · Auskultasi : Ronchi / bunyi tambahan pernapasan. e. Abdomen Inspeksi : Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit. · Auskultasi Bising usus. · Perkusi Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal, misalnya masa atau pembengkakan f. Kulit Inspeksi : Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik. · Palpasi : Turgor kulit menurun.

B. Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya peningkatan sekret. 2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya rash/ruam. 3. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang berlebihan. 4. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi C. Perencanaan 1.Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya peningkatan sekret. Tujuan : Setalah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan jalan nafas efektif. NOC

: Respiratory status : Ventilation

Kriteria Hasil

:

a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara, nafas yang bersih, tidak ada sianosis, dan. dyspnen. b. Menunjukkan jalan nafas yang paten c. Mampu mencegah dan mengidentifikasi faktor yang dapat menghambat jalan nafas. Selalu menunjukkan NIC

: Air way management

Intervensi

:

a.

Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

b.

Identifikasi pasien perlunya pemasangan alai jalan nafas buatan

c.

Lakukan fisioterapi dada jika perlu

d.

Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

e.

Monitor status respirasi dan O2.

2.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan rash/ruam Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan kerusakan integritas kulit tidak terjadi. NOC

: Tissue integrity : Skin and mucous membranes

Kriteria Hasil

:

a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi. b. Tidak ada luka, atau lesi pada kulit c. Perfusi jaringan baik d. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang. e. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami. Indikator NIC : Pressure Management Intervensi :

a.

Anjurkan pasien untak menggunakan pakaian yang longgar.

b. Hindari kerutan pada tempat tidur c.

Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

d.

Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap 2 jam sekali

e.

Monitor kulit adanya kemerahan

f.

Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

g.

Monitor status nutrisi pasien

3. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put yang berlebihan ( diare) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan dapat terpenuhi NOC : Fluid Balance Kriteria Hasil : 1. Mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan berat badan 2. Tekan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal 3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi 4. Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan. NIC : Fluid Mmanagement 1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat 2. Monitor status hidrasi (Kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortoststik).

3. Monitor vital sign 4. Monitor masukan makanan atau cairan 5. Kolaborasikan cairan IV 6. Berikan cairan IV pada suhu ruangan 4.Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan nyeri dapat teratasi/hilang. NOC

:

Pain Level

Kriteria Hasil

:

a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri) b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri. c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang NIC

:

Intervensi

Management pain :

a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor predisposisi. b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan c. Ajarkan teatang teknik nonfamakologi d. Kaji tipe dan untuk menentukan intervensi

e. Berikan analgetik untuk mengurangi nyer f. Tingkatkan istirahat E. Perencanaan 1.Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan nyeri dapat teratasi/hilang. NOC

:

Pain Level

Kriteria Hasil

:

a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri) b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri. c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang NIC

:

Intervensi

Management pain :

a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor predisposisi. b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan c. Ajarkan teatang teknik nonfamakologi d. Kaji tipe dan untuk menentukan intervensi

e. Berikan analgetik untuk mengurangi nyer f. Tingkatkan istirahat 2.Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekret. Tujuan : Setalah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan jalan nafas efektif. NOC

: Respiratory status : Ventilation

Kriteria Hasil

:

a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara, nafas yang bersih, tidak ada sianosis, dan. dyspnen. b. Menunjukkan jalan nafas yang paten c. Mampu mencegah dan mengidentifikasi faktor yang dapat menghambat jalan nafas. Selalu menunjukkan NIC

: Air way management

Intervensi

:

a.

Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

b.

Identifikasi pasien perlunya pemasangan alai jalan nafas buatan

c.

Lakukan fisioterapi dada jika perlu

d.

Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

e.

Monitor status respirasi dan O2.

3. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put yang berlebihan ( diare) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan dapat terpenuhi NOC : Fluid Balance Kriteria Hasil : a. Mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan berat badan b. Tekan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi d. Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan. NIC : Fluid Mmanagement 1.Pertahankan catatan intake dan output yang akurat 2.Monitor status hidrasi (Kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortoststik). 3.Monitor vital sign 4.Monitor masukan makanan atau cairan 5.Kolaborasikan cairan IV 6.Berikan cairan IV pada suhu ruangan

4.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan rash/ ruam Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan kerusakan integritas kulit tidak terjadi. NOC

: Tissue integrity : Skin and mucous membranes

Kriteria Hasil

:

a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi. b. Tidak ada luka, atau lesi pada kulit c. Perfusi jaringan baik d. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang. e. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami. Indikator NIC : Pressure Management Intervensi : a.

Anjurkan pasien untak menggunakan pakaian yang longgar.

b. Hindari kerutan pada tempat tidur c.

Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

d.

Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap 2 jam sekali

e.

Monitor kulit adanya kemerahan

f.

Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

g.

Monitor status nutrisi pasien

WEB OF CAUTION CAMPAK (MORBILI)

Paramyxoviridae morbili virus

Mengendap pada organ

Masuk saluran nafas

kulit

Ditangkap oleh makrofrag

Poliferasi sel endotel kapiler dalam korium

Menyebar ke kelenjar limfa regional Mengalami replikasi

Virus dilepas kedalam aliran darah ( viremia primer)

Nyeri

Eksudasi serum atau eritrosit dalam epidermis

Saluran cerna limfoid

Epitel saluran nafas

hiperflasi jaringan

Penurunan fungsi silia

Iritasi mukosa usus

Peningkatan sekret

Sekret meningkatkan peristaltik

Reflek batuk

Peristaltik meningkat

Ruam

Gangguan integritas kulit

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Diare

Dehidrasi

Kekurangan volume cairan

DAFTAR PUSTAKA

Doenges E, Marilyin. 2013. Rencana Asuhan keperawatan. Jakarta : EGC Nurarif, Amin Huda. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA. Jogjakarta. Mediaction. Suddart & Brunner. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta : EGC Sumarmo, Heri, 2002. Buku Ajar Infeksi dan Pediatric Tropis. Edisi ke-2. IDAI. Jakata.

More Documents from "rossi"