34447_laporan Praktikum 1 Bila.docx

  • Uploaded by: amalia yustika putri
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 34447_laporan Praktikum 1 Bila.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 8,599
  • Pages: 45
LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN AIR PROSES DAN LIMBAH INDUSTRI (AIR PROSES INDUSTRI TEKSTIL)

Disusun Oleh: Nama

: Amalia Yustika

NPM

: 16020074

Grup

: 3k3

Dosen

: Juju J, AT., M.Si.

Asisten : Lestari W,S.Pd Mia E, S.ST.

POLITEKNIK STTT BANDUNG 2018

Analisis Kualititatif Air Proses Industri Tesktil

I.

MAKSUD DAN TUJUAN -

Maksud

: Untuk mengetahui adanya kandungan ion-ion tertentu, zat organik

atau yang lainnya sebelum dilakukan analisis kuantitatif. -

Tujuan

: Praktikan mampu untuk melakukan analisis kualitatif air proses

industri tekstil. II.

DASAR TEORI Pada setiap industri tekstil, air merupakan bahan dasar yang sangat penting. Air tidak hanya sebagai penyedia uap boiler untuk keperluan pemanasan dan pengeringan, tetapi juga sebagai medium pada semua proses basah tekstil, seperti pemasakan, pengelantangan (bleaching), pencelupan, pencapan dan penyempurnaan. Pada umumnya industri tekstil dihadapkan pada tiga masalah utama mengenai air untuk proses, yaitu penyediaan air dengan kualitas yang cocok untuk memproses produk tekstil, penyediaan air yang tepat untuk boiler dan pencegahan terjadinya korosi pada logam, saluran pipa serat untuk keperluan rumah tangga industri sehari-hari. Pada umumnya untuk memenuhi kebutuhan air proses tekstil, industri menggunakan air dari sumber alam yang mengandung zat atau mineral yang beragam baik jenis maupun jumlahnya tergantung dari sumber asalnya. Zat yang paling banyak ditemukan dalam air adalah senyawa bikarbonat, sulfat dan klorida dari kalsium, magnesium dan natrium. Air proses tekstil mempunyai persyaratan tertentu untuk dapat digunakan, sehingga tidak mengganggu proses tekstil. Berikut ini adalah beberapa hal yang biasanya ada pada air yang dapat berpengaruh pada proses tekstil.

a. Kekeruhan dan warna Kekeruhan dapat terjadi karena adanya partikel besar maupun kecil yang tersuspensi, baik berupa senyawa organic maupun anorganik, misalnya lumpur, pasir kalsium karbonat, silika, kotoran tumbuhan, lemak, mikroorganisme, dsb. Kekeruhan dalam air dapat menyebabkan endapan pada pipa-pipa dan dinding ketel, selain itu juga akan mengganggu hasil proses OBA (Optening Bright Agent) sehingga kain tidak menjadi putih. Warna air terutama karena adanya zat-zat organic yang terlarut atau terdispersi koloidal dan berikatan dengan besi dan mangan.

b. Derajat Keasaman (pH) pH merupakan kadar asam atau bebas di dalam larutan dengan melihat konsentrasi ion hydrogen. Suasana asam dalam air akan mempengaruhi beberapa proses basah tekstil dan akan merusak beberapa jenis bahan tekstil terutama bahan selulosa. Selain asam, air yang terlalu alkali dapat merusak pipa logam, menyebabkan kerapuhan yang dikenal dengan istilah kerapuhan kostik.

c. Alkalinitas Alkalinitas adalah kemampuan air untuk mempertahankan pH nya terhadap penambahan asam. Pada dasarnya ada tiga ion yang menyebabkan alkalinitas, yaitu bikarbonat, karbonat dan hidroksida yang berasal dari garam-garam asam lemah dan basa kuat. Alkalinitas dalam air sebagian besar disebabkan oleh adanya bikarbonat karena secara alami berasal dari rekasi karbon dioksida dalam air. CO2 + H2O

H2CO3

H+ + HCO3-

Jika kadar alkalinitas terlalu tinggi akan menyebabkan karat-karat pada pipa sehingga pada saat proses berlangsung, karat-karat tadi akan terbawa air dan menodai bahan tekstil. Jika kadar alkalinitas terlalu rendah dan tidak seimbang dengan kesadahan dapat menyebabkan kerak karbonat pada dinding pipa dan dinding ketel uap, sehingga terjadi pemanasan setempat.

d. Kesadahan Air Kesadahan dalam air timbul karena adanya garam-garam kalsium dan magnesium yang dapat mengganggu proses basah tekstil. Hal-hal yang dapat terjadi apabila air yang digunakan untuk proses basah tekstil mengandung kesadahan yang tinggi adalah sebagai berikut: -

Air sadah menyebabkan sabun tidak berbuih dan mengendap.

-

Pada proses pencucian, endapan ini masuk diantara serat-serat sehingga kain menjadi keras dan kaku, bahkan tidak jarang kain menjadi kelabu.

-

Pada proses pemasakan, garam-garam tersebut membentuk sabun yang tidak larut dan dapat menempel pada kain secara tidak merata yang akan membuat hasil celupan tidak rata.

-

Pada proses pencelupan zat warna bejana ion kalsium dapat menyebabkan garam leuko zat warna berubah menjadi zat warna bejana yang dapat mengendap.

e. Besi Garam-garam besi berpengaruh pada beberapa proses industri tekstil. Pada proses pemasakan dan pengelantangan, garam-garam besi selain dapat menyebabkan noda-noda kuning kecoklatan yang mengotori pada bahan tekstil juga dapat memperbesar kerusakan bahan selulosa, karena logam-logam berat berfungsi sebagai katalis dalam penguraian zat pengelantang. Senyawa besi juga dapat bereaksi dengan beberapa jenis zat warna, sehingga dalam proses pencelupan menghasilkan warna celupan yang tidak sesuai dengan yang dikehendaki.

f. Silikat Adanya silikat didalam air alam disebabkan adanya degadrasi dari batuan yang mengandung silikat. Hasil degadrasi silikat berbentuk partikel-partikel tersuspensi dalam koloidal. Pada umumnya kandungan silikat dalam air antara 1-30 mg/L. Untuk keperluan industri adanya silikat tidak diinginkan, karena akan membentuk kerak (scale) yang sulit dihilangkan sehingga dapat menyumbat pipa-pipa dan melapisi dinding ketel uap bertekanan tinggi. Jika dalam air terdapat kalsium, biasanya kerak tersebut adalah senyawa kalsium silikat. Jika terdapat alumunium dalam air, maka kerak tersebut adalah senyawa aluminosilikat. Adanya endapan tersebut biasanya hamper seluruhnya adalah senyawa silikat padahal senyawa silikat sangat sulit dihilangkan.

g. Klorida Adanya klorida dalam air menyebabkan kesadahan tetap yang dapat mengganggu proses basah tekstil. Kadar klorida yang terlalu tinggi akan menyebabkan kerusakan pada peralatan yang terbuat dari besi, karena klorida bersifat korosif.

h. Aluminium Bila dalam air terdapat alumunium dan disertai adanya silikat, akan menyebabkan terbentuk aluminosilikat yang dapat melapisi pipa-pipa dan ketel uap. i. Sulfat Ion sulfat dalam air berikatan dengan ion kalsium atau magnesium yang menyebabkan kesadahan tetap.

j. Zat Organik

Adanya zat organik dalam air akan menyebabkan terjadinya baud an warna yang tidak dikehendaki dalam air proses.

III.

METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat yang digunakan: -

Tabung reaksi

-

Rak tabung reaksi

-

Penjepit tabung reaksi

-

Penangas air

3.1.2. Bahan dan Zat Kimia: 1. Analisis Kualitatif Kalsium

6. Analisis Kualitatif Mangan

-

Asam asetat 10%

-

Asam Sulfat 4N

-

Amonium Oksalat

-

KIO4 padat

2. Analisis Kualitatif Magnesium

7. Analisis Kualitatif Silikat

-

Quinalizarin – alkali

-

Asam Klorida

-

Natrium Hidroksida 10%

-

Ammonium Molibdat 5%

3. Analisis Kualitatif Ferro

8. Analisis Kualitatif Klorida

-

Asam Klorida

-

Asam Nitrat 4N

-

Kalium Ferisianida

-

Perak Nitrat 0,1N

4. Analisis Kualitatif Ferri

9. Analisis Kualitatif Sulfat

-

Asam Klorida

-

Asam Klorida 4N

-

Kalium Ferosianida

-

Barium Klorida 0,5N

-

KCNS

10. Analisis Kualitatif Zat Organik

5. Analisis Kualitatif Aluminium -

Natrium Asetat

-

Aluminon

-

Asam Sulfat 10%

-

Kalium Permanganat 0,01N

3.2. Cara Kerja 1. Analisis Kualitatif Kalsium -

Masukkan 2 ml air contoh ke dalam tabung reaksi.

-

Tambahkan 2-3 ml tetes Asam Asetat 10%

-

Tambahkan 5 tetes Amonium Oksalat, kemudian panaskan. *Jika terdapat endapan putih, berarti contoh uji mengandung kalsium.

2. Analisis Kualitatif Magnesium -

Masukkan 2 ml air contoh kedalam tabung reaksi.

-

Tambahkan 5-10 tetes Quinaliarin-alkali sampai warna merah.

-

Tambahkan 5 tetes NaOH 10% berubah menjadi biru ungu, kemudian panaskan. *Jika terdapat endapan biru berarti air contoh mengandung Magnesium. Atau Pada 2 ml air contoh di dalam tabung reaksi:

-

Tambahkan NaOH 10%

-

Tambahkan 5 tetes magneson, kemudian panaskan. *Jika terdapat endapan biru terpisah, maka air contoh mengandung magnesium.

3. Analisis Kualitatif Ferro -

Masukkan 1 ml air contoh kedalam tabung reaksi.

-

Tambahkan 1 tetes HCl (Sebagai pengasam).

-

Tambahkan 2-3 tetes K3Fe(CN)6 (Kalium Ferisianida) *Jika terjadi endapan yang berwarna biru turnbull berarti air mengandung Fe2+.

4. Analisis Kualitatif Ferri -

Masukkan 1 ml air contoh kedalam tabung reaksi.

-

Tambahkan 1 tetes KCNS. *Jika berwarna merah, air mengandung Fe3+. Dilakukan uji penentuan, pada air contoh yang baru didalam tabung reaksi:

-

Tambahkan 1 ml HCl (Sebagai pengasam).

-

Tambahkan 2-3 tetes K4Fe(CN)6 (Kalium Ferosianida). *Jika timbul endapan biru, berarti terdapat ion Fe3+.

5. Analisis Kualitatif Aluminium -

Masukkan 2 ml air contoh kedalam tabung reaksi.

-

Tambahkan 2-3 tetes Natrium Asetat.

-

Tambahkan 2-3 tetes Aluminon. *Jika warna larutan menjadi merah terang, maka air contoh mengandung aluminium.

6. Analisis Kualitatif Mangan -

Masukkan 2 ml air contoh kedalam tabung reaksi.

-

Tambahkan 2-3 tetes H2SO4 4N.

-

Tambahkan sedikit KIO4 Padat (Bubuk), kemudian panaskan. *Jika warna air berubah menjadi violet, maka air contoh mengandung mangan.

7. Analisis Kualitatif Silikat -

Masukkan 2 ml air contoh kedalam tabung reaksi.

-

Tambahkan 2-3 tetes HCl 4N.

-

Masukkan 2-3 tetes Ammonium molibdat 5% jika perlu panaskan sebentar, kemudian dinginkan. *Jika larutan berwarna kuning berarti mengandung silikat. Dilakukan uji penentuan (karena phospat menunjukkan hasil yang sama) dengan cara:

-

Beberapa tetes larutan pereaksi bekas uji, letakkan dalam pinggan porselen.

-

Tambahkan 1 tetes Benzidine.

-

Tambahkan 1 tetes Natrium Asetat. *Jika terdapat lapisan berwarna biru menunjukkan adanya silikat.

8. Analisis Kualitatif Klorida -

Masukkan 2 ml air contoh kedalam tabung reaksi.

-

Tambahkan 2-3 tetes HNO3 4N (Sebagai Pengasam).

-

Tambahkan 2-3 tetes AgNO3 0,1N. *Jika terjadi endapan putih yang larut dalam Amoniak berarti contoh uji mengandung klorida.

9. Analisis Kualitatif Sulfat -

Masukkan 2 ml air contoh kedalam tabung reaksi.

-

Tambahkan 2-3 tetes HCl 4N.

-

Tambahkan 5 tetes BaCl2 0,5 N. *Jika terjadi endapan (kekeruhan) putih, berarti contoh uji mengandung silikat.

10. Analisis Kualitatif Zat Organik -

Masukkan 2 ml air contoh kedalam tabung reaksi.

-

Tambahkan 5 tetes Asam sulfat 10%.

-

Panaskan sampai 70oC.

-

Tambahkan 4 tetes KMnO4 0,01N.

*Jika warna KMnO4 hilang, maka air contoh uji mengandung zat organic. IV.

DATA PENGAMATAN  Contoh uji: - Kekeruhan : keruh sedikit - pH :7 - Bau : Tidak berbau - Warna : Bening tapi sedikit kotor 

Hasil Analisa Kualitatif No Jenis Pengujian Hasil Pengamatan

Keterangan

1

Kalsium

(+)

Ada endapan putih

2

Magnesium

(+)

Ada endapan biru

3

Ferro

(-)

Tidak ada endapan biru turnbull

4

Ferri

(-)

Air contoh bening

(+)

Endapan biru

*uji penentuan 5

Aluminium

(+)

Warna lar. menjadi merah terang

6

Mangan

(-)

Air contoh bening

7

Silikat

(+)

Larutan berwarna kuning

(-)

Larutan tak berwarna

*uji penentuan 8

Klorida

(+)

Ada endapan putih

9

Sulfat

(+)

Ada endapan putih

10

Zat Organik

(-)

Warna KMnO4 tidak hilang

Ket: (-) = Negatif ; (+) = Positif

V.

DISKUSI Analisa kualitatif air proses ini dilakukan untuk memudahkan identifikasi unsur atau senyawa yang terdapat pada air proses tekstil. Air proses tekstil ini adalah air yang digunakan untuk proses basah tekstil. Air proses tekstil memiliki persyaratan agar tidak mengganggu proses tekstil, syarat tersebut meliputi : kekeruhan, derajat keasaman (pH), Alkalinitas, kesadahan air, besi, silikat, klorida, alumunium, sulfat dan zat organic. Pada air contoh uji, air terlihat sedikit keruh. Kekeruhan ini dapat terjadi karena adanya partikel besar maupun kecil yang tersuspensi, baik berupa senyawa organik maupun anorganik. Kekeruhan dalam air contoh uji ini dapat menyebabkan endapan pada pipa-pipa dan dinding ketel, selain itu juga akan mengganggu hasil proses OBA (Optening Bright Agent) sehingga kain tidak menjadi putih. Setelah di cek pH air, didapatkan pH air sebesar 7 (netral). Air dengan pH netral ini setidaknya dapat mencegah beberapa kerusakan-kerusakan yang akan terjadi baik pada serat maupun pipanya. Jika air dalam suasana asam maka akan mempengaruhi beberapa proses basah tekstil dan akan merusak beberapa jenis bahan tekstil terutama bahan selulosa. Dan jika dalam suasana alkali dapat merusak pipa logam, menyebabkan kerapuhan yang dikenal dengan istilah kerapuhan kostik. Pada pengujian kalsium (Ca2+), air contoh uji ditambahkan dengan asam asetat 10% dan ammonium oksalat, sehingga terjadi reaksi sebagai berikut : VI.

Ca2+ + 2CH3COOH  (CH3COO)2Ca + H2O

(CH3COO)2Ca + (NH4)2C2O4  CaC2O4(endapan putih) + 2 CH2COONH4 Pada proses ini dilakukan pemanasan agar reaksi penggaraman dari kalsium dan ammonium oksalat bekerja dengan cepat. Pada pengujian ini air contoh uji positif mengandung kalsium. Air contoh yang mengandung kalsium akan mengakibatkan adanya endapan dan menyebabkan kain proses memiliki pegangan yang kasar. Pada pengujian Magnesium (Mg2+), air contoh uji positif mengandung Mg2+ ini ditujukkan dengan adanya endapan biru pada larutan, endapan ini terjadi karena air contoh uji ditambahkan dengan larutan quinalian-alkali dan NaOH 10% sehingga air contoh uji menimbulkan endapan berwarna biru. . Pada pengujian klorida (Cl-), Air contoh uji positif mengandung klorida ini ditandai dengan adanya endapan putih setelah contoh uji ditambahkan dengan HNO3 dan AgNO3. Jika dalam air proses mengandung klorida, maka akan menyebabkan kesadahan tetap yang dapat mengganggu proses basah tekstil. Kadar klorida yang terlalu tinggi akan

menyebabkan kerusakan pada peralatan yang terbuat dari besi, karena klorida bersifat korosif. Maka dari itu klorida dalam air tekstil harus dihilangkan. Dalam air contoh uji mengandung sulfat ini ditandai dengan adanya endapan putih setelah air contoh uji ditambahkan dengan HCl dan BaCL2, maka ion sulfat ini dalam air berikatan dengan ion kalsium atau magnesium yang akan menyebabkan kesadahan tetap. Air contoh uji yang digunakan mengandung zat organic karena setelah ditambahkan KMNO4 dapat mengembalikan warna larutan ke warna semula. VII.

KESIMPULAN Setelah melakukan praktikum analisa kualitatif air proses industri tekstil didapatkan hasil yang positif (+) dan juga negatif (-) : - Positif = Ca2+, Mg2+, Al2+, Cl-, Fe3+ dan Silikat. - Negatif = Fe2+, Mn2+, dan Zat Organik.

Analisa Kuantitatif Sulfat Dalam Air Proses Industri Tekstil

I.

MAKSUD DAN TUJUAN -

Maksud

: Untuk mengetahui kadar sulfat yang terkandung pada air contoh uji.

-

Tujuan

: Praktikan mampu untuk melakukan analisis kuantitatif sulfat dalam

air. II.

DASAR TEORI Sulfat merupakan sejenis anion poliatom dengan rumus SO42- yang memilik imassa molekul 96,06 satuan massa atom. Ion sulfat terdiri dari atom pusat sulfur yangdikelilingi oleh empat atom oksigen dalam susunan tetrahedral. Ion sulfat bermuatan negatif dua dan merupakan basa konjugat dari ion hidrogen sulfat (bisulfat), HSO4- yang merupakan basa konjugat dari asam sulfat, H2SO4 (Aprianti, 2008). Dalam proses basah tekstil, ion SO42merupakan anion yang dapat menyebabkan kesadahan yang bersifat tetap sehingga kandungan sulfat yang berlebih, harus dihilangkan. Sulfat banyak terdapat pada air alam, baik dari tanah dalam ataupun air permukaan seperti sungai, danau, dll. Apabila pada air tersebut terdapat zat-zat organik, maka akan menyebabkan sulfat tereduksi menjadi sulfida yang berbau dan berbahaya. Penentuan kadar sulfat dalam air dapat dilakukan dengan cara mengendapkan ion sulfat oleh barium klorida dalam suasana asam menjadi barium sulfat yang mempunyai bentuk kristal sama besar dan dengan menggunakan alat spektrofotometer maka dapat diukur nilai sulfatnya. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 420 nm setelah 210 menit penambahan Kristal BaCl2. Analisis kuantitatif sulfat ini akan terganggu apabila warna dan zat tersuspensi dalam larutan contoh jumlahnya sangat besar, kadar zat organik yang cukup tinggi didalam air menyebabkan barium sulfat tidak mengendap sempurna.

III.

METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat yang digunakan: -

Pengaduk magnet

-

Erlenmeyer 250 ml

-

Spektrofotometer

3.1.2. Bahan dan Zat Kimia



Pereaksi



-

Barium Klorida

-

100 g SO4/100 ml

Pereaksi Kondisi -

50 ml Gliserol, 30 ml HCl pekat

-

300 ml air destilasi 100 ml etanol 95% atau isopropilalkohol dan 75 gr NaCl.

3.2. Cara Kerja - Pipet 100 ml air contoh ke dalam Erlenmeyer 250 ml. -

Tambahkan pereaksi kondisi 5 ml.

-

Tambahkan 0-10 g Kristal BaCl2.

-

Kocok dengan cepat selama 1 menit.

-

Ukur menggunakan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm.

-

Pengukuran setelah 3 menit tetapi tidak melebihi 10 menit.



Pembacaan spektrofotometer Pembacaan dilakukan pada panjang gelombang 420 nm setelah 2-10 menit setelah penambahan asam oksalat. Sebagai blanko digunakan air suling.

IV.

-

Nyalakan spektrofotometer dengan benar.

-

Atur panjang gelombang pada 420 nm.

-

Siapkan contoh uji pada arak tabung.

-

Setelah 2 menit, pasangkan contoh uji pada alat spektrofotometer.

-

Contoh uji yang telah melewati waktu 10 menit tidak boleh diujikan.

DATA PENGAMATAN Larutan Standar (x) 2.5 7.5 12.5 17.5 22.5 27.5 ∑ 90

Absorbansi (y) 0.112 0.166 0.18 0.278 0.332 0.433 1.501

Absorbansi sampel = 0,323 A

a = =

𝑛 (∑ 𝑋𝑌)−(∑ 𝑋)(∑ 𝑌) 2

𝑛 (∑ 𝑋 2 )−(∑ 𝑋)

6 (28,0175)− (90)(1,501) 6 (1787,5)− (8100)

a = 0,0126

x2 6.25 56.25 156.25 306.25 506.25 756.25 1787.5

x.y 0.28 1.245 2.25 4.865 7.47 11.9075 28.0175

b = =

(∑ 𝑌)(∑ 𝑋 2 )−(∑ 𝑋)(∑ 𝑋𝑌) 𝑛(∑ 𝑋 2 )−(∑ 𝑋 2 ) (1,501)(1787,5)−(90)(28,0175) 6 (1787,5)− (8100)

b = 0,0615 Jadi,

Y = ax + b

0,119= 0,0126 x + 0,0615 = 20,75 mg/L

DISKUSI

Grafik Kurva Larutan Standar

Absorbansi

V.

0.5 0.45 0.4 0.35 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0

y = 0.0126x + 0.0615 R² = 0.9612

Grafik Kurva Larutan Standar Linear (Grafik Kurva Larutan Standar)

0

5

10

15

20

25

30

Konsentrasi (ppm)

Analisis kuantitatif kadar sulfat ini penentuannya dapat dilakukan dengan cara mengendapkan ion sulfat oleh barium klorida (BaCL2) dalam suasana asam menjadi barium sulfat yang mempunyai bentuk kristal sama besar dan dengan menggunakan alat spektrofotometer maka dapat diukur nilai sulfatnya. Sulfat ini dalam air akan berikatan dengan ion kalsium atau magnesium yang akan menyebabkan kesadahan tetap. Maka dari itu kadar dari sulfat sangat penting untuk diketahui agar dapat diketahui kualitas air yang digunakan pada proses tekstil. Analisis kuantitatif sulfat ini akan terganggu apabila warna dan zat tersuspensi dalam larutan contoh jumlahnya sangat besar, kadar zat organik yang cukup tinggi didalam air menyebabkan barium sulfat tidak mengendap sempurna. Pada pengujian kadar sulfat, contoh uji mempunyai nilai absorbansi 0,323 yang diukur pada panjang gelombang 420 nm. Jika dilihat dari grafik, terlihat grafik yang linear, ini dapat dikatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka smakin tinggi pula nilai absorbansi yang diperoleh. Dengan dihitungnya nilai y = ax + b,

maka hasil dari kadar sulfat dapat ditemukan yaitu 20,75 ppm. air contoh uji dengan kadar sulfat yang besar ini, sebaiknya tidak digunakan untuk proses basah tekstil. Karena Sulfat ini dalam air akan berikatan dengan ion kalsium atau magnesium yang akan menyebabkan kesadahan tetap. VI.

KESIMPULAN Dari hasil praktikum didapatkan kesimpulan bahwa konsentrasi air contoh uji sebesar 20,75 ppm.

Analisa Kuantitatif Klorida Dalam Air Proses Industri Tekstil

I.

MAKSUD DAN TUJUAN -

Maksud

: Untuk mengetahui banyaknya kandungan klorida yang dapat

mempengaruhi kualitas air untuk proses basah tekstil. -

Tujuan

: Praktikan mampu untuk melakukan analisis kuantitatif kandungan

klorida pada air proses industri tekstil. II.

DASAR TEORI Kadar klorida di dalam air proses tekstil dibatasi oleh standard karena klorida bersifat korosif. Ada dua cara penentuan kadar klorida di dalam air, yaitu cara Argentometri dan Merkurimetri. Cara yang paling sering digunakan adalah cara argentometri yang dikenal dengan cara Mohr. Pada metoda Mohr, klorida diendapkan oleh AgNO3 membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. AgCl yang terbentuk akan setara (equivalent) dengan kandungan klorida di dalam air. Kalium kromat digunakan sebagai indicator, semua AgCl akan terbentuk lebih dulu sebelum endapan Ag2CrO4 (Ag kromat) yang berwarna merah terbentuk. Kondisi titrasi harus diusahakan dalam suasana netral sampai basa pH antara 7-10. Jika dilakukan dalam suasana asam maka konstanta ionisasi asama kromat kecil sehingga kromat bereaksi dengan hydrogen. Metode ini dapat digunakan untuk konsentrasi koloid sampai 2000 mg/L, untuk konsentrasi yang lebih tinggi dilakukan

pengenceran.

III.

METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat yang digunakan: -

Buret

-

Erlenmeyer 250 ml

-

Pipet Volume 10 ml

3.1.2. Bahan yang digunakan: -

Air suling bebas klorida

-

Larutan penitar AgNO3 0,01 N

-

Indikator Kalium Kromat 5%

3.2. Cara Kerja - Pipet 10 ml contoh air ke dalam Erlenmeyer. -

Jika contoh berwarna (misal air limbah), tambahkan suspense Al(OH)3 kemudian kocok dan biarkan mengendap lalu saring dan cuci, campurkan filtrate dengan air cucian.

-

Atur pH sampai pH 7-10 dengan menambahkan H2SO4 atau NaOH sedikit demi sedikit.

IV.

-

Tambahkan indikator kalium kromat sebanyak 3 tetes.

-

Titrasi dengan AgNO3 sampai timbul endapan merah kekuningan.

DATA PENGAMATAN Titrasi

ml titrasi

I

2 ml

II

2 ml

Rata-rata

2 ml

Kadar Cl- = ml titrasi x N penitar x BE Cl- x 1000/10 (mg/L) = 2 x 0,01 x 35,5 x 1000/10 = 71 mg/L

V.

DISKUSI Analisis kuantitatif air proses tekstil ini dilakukan agar dapat mengetahui kadar suatu zat yang terdapat pada air proses tekstil yang bertujuan untuk mengetahui jumlah dari setiap komponen yang menyusun analit. Karna klorida bersifat korosif, maka kadar klorida dalam air proses tekstil dibatasi oleh standard. Pada pengujian ini cara yang digunakan untuk mengetahui kadar klorida yaitu cara argentometri yang dikenal dengan cara Mohr. Pada metoda Mohr, klorida diendapkan oleh AgNO3 yang akan membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. AgCl yang terbentuk akan setara dengan kandungan klorida di dalam air. Untuk indikator digunakan Kalium kromat, semua AgCl akan terbentuk lebih dulu sebelum endapan Ag2CrO4 (Ag kromat) yang berwarna merah terbentuk. Pada saat titrasi, kondisi titrasi dalam suasana netral hingga basa. Karna, jika dilakukan pada suasana asam maka konstanta ionisasi asam kromat kecil sehingga kromat akan bereaksi dengan hydrogen. Sehingga pada larutannya ditambahkan H2SO4 atau NaOH hingga larutannya netral. Klorida ini tidak akan hilang dengan pemanasan. Pada hasil titrasi dengan AgNO3 didapatkan hasil titrasi sebesar 2 ml dengan kadar klorida sebesar 71 mg/L.

VI.

KESIMPULAN Setelah melakukan praktikum analisa kuantitatif kadar klorida dalam air didapatkan kesimpulan bahwa dalam contoh uji terdapat kadungan klorida sebanyak 71 mg/l.

Analisa Alkalinitas Air Proses Industri Tekstil

I.

MAKSUD DAN TUJUAN -

Maksud

: Untuk mengetahui kadar alkalinitas dari air yang dapat

mempengaruhi kualitas air untuk proses basah tekstil. II.

Tujuan

: Praktikan mampu untuk melakukan analisis alkalinitas air.

DASAR TEORI Alkalinitas adalah ukuran kemampuan air untuk menetralkan asam tanpa penurunan pH larutan. Alkalinitas sebagian besar disebabkan ion-ion karbonat (CO3), bikarbonat (HCO3), hidroksida (OH). Alkalinitasnya dinyatakan dalam mgrek/Liter atau mgram CaCO3/Liter. Alkalinitas dititrasi dengan cara titrasi asam basa, Asam yang umum digunakan adalah asam sulfat (HSO4) atau HCl. Asam ini akan mengikat zat penyebab alkalinitas sampai akhir titrasi tercapai. Titik akhir titrasi dapat ditentukan oleh: - Perubahan warna indicator pada titik akhir titrasi - Perubahan nilai pH pada pH meter, grafik pH volume akan memperlihatkan lengkungan titik akhir. Reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut: OH- + H+ 2-

H2O

+

Titik akhir terletak pada pH 8,3 3

CO + H

HCO

HCO3- + H+

H2O + CO2 terjadi pada pH 4,5

Pada titik akhir titrasi pertama yaitu pH 8,3 dikenal dengan nilai P (dari Phenolptalin) untuk mencapai titik akhir ke 2 yaitu pada pH 4,3 dikenal dengan nilai M (dari Metil Orange). Jadi pada saat tercapai nilai P pada 8,3 OH- + H+

H2O

Nilai P menunjukkan OH- dan ½ CO3 = (HCO3-) Jika dalam air hanya terdapat karbonat, bikarbonat dan hidroksida maka unsur alkalinitas dapat ditentukan dengan tabel berikut ini. Hasil

OH-

CO32-

HCO3-

P=0

0

0

M

2P < M

0

2P

M-2P

2P = M

0

2P

0

2P > M

2P – M

2 (M-P)

0

P =M

M

0

0

Catatan: Alkalinitas hanya terdiri dari CO32-, OH-, HCO3-. P = alkalinitas PP M = alkalinitas MO

III.

METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat yang digunakan: -

Pipet volume 25 ml

-

Erlenmeyer 250 ml

-

Buret 50 ml

3.1.2. Bahan yang digunakam: -

Indikator PP

-

Indikator MO

-

H2SO4 0,02 N

3.2. Cara Kerja  Alkalinitas P -

Pipet 25 ml contoh uji kedalam Erlenmeyer.

-

Tambahkan 2 tetes indicator PP ke dalam Erlenmeyer.

-

Titar dengan larutan H2SO4 0,02 N sampai larutan tidak berwarna.



Alkalinitas M -

Pipet 25 ml contoh uji kedalam Erlenmeyer.

-

Tambahkan 2 tetes indicator MO ke dalam Erlenmeyer.

-

Titar dengan larutan H2SO4 0,02 N sampai berwarna orange (sindur).

IV.

DATA PENGAMATAN - Alkalinitas M

-

Titrasi

ml titrasi

I

0,7 ml

II

0,8 ml

Alkalinitas P = 0

I.

ml HCl x N HCl x factor pengenceran (mgrek/l) = 0,7 x 0,1 x 1000/25 = 2,8 mgrek/l

II.

ml HCl x N HCl x factor pengenceran (mgrek/l) = 0,8 x 0,1 x 1000/25 = 3,2 mgrek/l Rata-rata = 3 mgrek/l Kesadahan sementara = 3 x 2,8 = 8,4 odH

V.

DISKUSI Pengujian alkalinitas ini dilakukan guna untuk mengukur kemampuan air untuk menetralkan asam tanpa penurunan pH larutan. Ion penyebab alkalinitas adalah ion-ion karbonat (CO3), bikarbonat (HCO3) dan hidroksida (OH). Alkalinitas ini mempengaruhi proses tekstil dan mesin tekstil. Jika asam maka akan mudah terjadi korosi dan bila ditambah suhu tinggi maka akan bertambah lebih cepat terjadinya korosi. Pengujian alkalinitas dilakukan dengan menguji alkalinitas PP dan alkalinitas M Air contoh uji pada pengujian kualitatif telah di cek pH. Air contoh uji ditambahkan indikator M dan dititar dengan HCl, penitar yang digunakan yaitu asam sulfat 0,1 N ini dikarenakan supaya titrasi yang dihasilkan agak banyak untuk menghindari resiko kesalahan. Asam klorida ini akan mengikat zat penyebab alkalinitas sampai akhir titrasi tercapai. Titik akhir titrasi dapat dilihat dari hilangnya warna indikator pada titik akhir titrasi. Setelah dilakukan uji alkalinitas M selanjutnya melakukan uji alkalinitas P namun hasil yang didapatkan negatif atau tidak adanya perubahan warna ketika ditambahkan indikator P. Setelah dilakukan titrasi dengan asam sulfat 0,02 N didapatkan hasil titrasi dengan indicator M sebesar 0,7 dan 0,8 ml. Alkalinitas HCO3- didapatkan nilai sebesar 0,72 mgrek/L dan kesadahan sementara sebesar 8,4 odH. Air contoh uji yang kesadahannya

lebih dari 3odH maka air ini tidak dapat digunakan untuk proses basah tekstil. Karena proses basah tekstil harus memiliki kesadahan kurang dari 3odH. VI.

KESIMPULAN Dari hasil praktikum didapatkan kesimpulan bahwa alkalinitas M pada air contoh uji sebesar 3 mgrek/l. dan kesadahan sementaranya sebesar 8,4 odH.

Analisa TS Dalam Air Proses Industri Tekstil

I.

MAKSUD DAN TUJUAN - Maksud praktikum ini adalah untuk mengetahui kadar total solid air proses. -

Tujuan dari praktikum ini adalah praktikan mampu untuk melakukan analisis zat padat total/ total solid (TS).

II.

DASAR TEORI Total solid atau total padatan (TS) adalah ukuran dari semua padatan baik tersuspensi,

koloid,

dan

terlarut

dalam

sampel

air.

Total

Solid termasuk garam terlarut seperti natrium klorida, NaCl, dan partikel padat seperti lumpur dan plankton. Kelebihan total padatan di sungai dan aliran (badan air)merupakan masalah yang sangat umum. Environmental Protection Agency (suatu badan di Amerika Serikat) telah menyimpulkan bahwa endapan merupakan salah satu kontributor utama untuk total solid, adalah polutan yang paling umum dari sungai dan aliran.

Banyak faktor yang dapat berkontribusi terhadap total solid dalam air. Erosi tanah adalah kontributor besar. Peningkatan intensitas aliran air atau penurunan vegetasi sungai

dapat

mempercepat

proses

erosi

tanah

dan

memberikan

kontribusi

pada meningkatnyapartikel tersuspensi seperti tanah liat dan lumpur. Secara alami batu atau mineral dalam tanah seperti halite, NaCl, atau batu kapur, CaCO3, juga dapat larut ke dalam air, danmenambah total solid. Kelebihan total padatan di sungai dan aliran merupakan masalah yang sangat umum. Pemantauan berkala dari total padatan dapat membantu mendeteksi tren yang mungkin menunjukkan peningkatan erosi dalam mengembangkan daerah aliran sungai. Total padatan terkait erat dengan aliran sungai dan kecepatan. Perlu diketahui setiap perubahan total padatan dari waktu ke waktu harus diukur di tempat yang sama dan aliran yang sama. Pengukuran total solid dapat digunakan sebagai indikator limpasan dari : 

Konstruksi



Kegiatan Pertanian



Unit Pengolahan Limbah



Unit Industri

Secara umum, konsentrasi total padatan terlarut adalah jumlah ion kation (bermuatan

positif)

dan

anion

(bermuatan

negatif)

dalam

air. Padatan

terlarut biasanyamemberikan kontribusi yang signifikan terhadap jumlah total padatan dalam air. Bahkan, massa padatan terlarut kadang-kadang lebih tinggi dari massa partikel. padatan terlarut dalam sampel air tawar termasuk garam larut yang menghasilkan ion seperti kalsium, klorida, bikarbonat, nitrat, fosfat, dan besi. III.

METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan bahan 3.1.1. Alat - Neraca Analitik -

Cawan terbuat dari Porselain atau Platina atau Silika

-

Eksikator yang berisi silika gel

-

Oven

-

Penjepit

-

Pipet

-

Erlenmeyer 250 mL

-

Corong

3.1.2. Bahan -

Kertas saring

-

Air proses contoh uji

3.2. Cara kerja 1. Cawan kosong yang telah dibersihkan dipanaskan dalam oven pada temperatur 105oC selama 1 jam. 2. Didinginkan dalam eksikator selama 15 menit kemudian ditimbang dengan teliti. 3. Contoh uji air limbah diambil 50 ml kemudian dituangkan kedalam cawan, lalu dipanaskan sampai hampir kering tetapi tidak sampai membentuk gelembung. 4. Air proses dalam cawan tersebut sisanya diuapkan dan dikeringkan didalam oven. 5. Cawan didinginkan didalam eksikator selama 15 menit kemudian ditimbang.

IV.

DATA PENGAMATAN

Berat cawan kosong ( a gram) Berat cawan isi ( b gram )

TS1 =

( 𝑏−𝑎 )𝑔𝑟𝑎𝑚

TS2 =

𝑚𝑙 𝑐𝑢

( 𝑏−𝑎 )𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑚𝑙 𝑐𝑢

Rata-rata = 365

V.

=

=

I

II

70,6666

82,0986

70,6832

82,1185

70,6832−70,6666 50

x 106 = 332

82,1185−82,0986 50

𝑚𝑔 ⁄𝐿

x 106 = 398

𝑚𝑔 ⁄𝐿

𝑚𝑔 ⁄𝐿

DISKUSI Pada pengujian TS praktikan menghitung jumlah padatan total yang terdapat pada contoh air limbah setelah dipanaskan pada cawan. Suhu yang digunakan yaitu 103oC105oC. Sebelum dilakukan praktikum, cawan dimasukkan kedalam oven selama 1 jam agar cawan benar benar dalam keadaan kering dan tanpa ada air sedikitpun, dan selanjutnya dieksikator 15 menit, ini dilakukan untuk mendapatkan berat tetap dari cawan tersebut. Contoh uji dipanaskan hingga benar-benar kering, agar kadar padatan totalnya maksimal. Setelah itu pipet air sebanyak 50 ml dan masukan kedalam cawan. Uapkan sampai kering lalu dinginkan terlebih dahulu setelah itu masukan kedalam eksikator selama 15 menit agar tidak ada uap air dalam cawan. Terakhir timbang cawan beserta isinya. Pada praktikum ini sampel contoh uji didapatkan kadar sebesar 365 𝑚𝑔 ⁄𝐿.

VI.

KESIMPULAN Setelah melakukan praktikum total solid pada air didapatkan hasilnya pada cawan 1 𝑚𝑔 𝑚𝑔 ⁄𝐿 sedangkan pada cawan 2 sebesar 398 ⁄𝐿, hasil rata-rata sebesar sebesar 332 𝑚𝑔 ⁄𝐿. 368

Analisa Kesadahan (Ca Dan Mg) Dengan Cara Kompleksometri

I.

MAKSUD DAN TUJUAN - Maksud : Untuk mengetahui kadar kesadahan dari air yang dapat mempengaruhi kualitas air untuk proses basah tekstil. - Tujuan : Praktikan mampu untuk melakukan analisis kuantitatif kesadahan Ca dan Mg dengan cara kompleksometri.

II.

DASAR TEORI Kesadahan dalam air disebabkan oleh kation-kation logam multivalensi yang sebagian besar adalah kalsium dan magnesium. Ion-ion tersebut dapat mengendapkan sabun, mengurangi daya pembersihan, dan menyebabkan kerak CaCO3 dan Mg(OH)2 pada pipa-pipa serta ketel uap. Kesadahan adalah jumlah garam-garam Ca dan Mg yang terkandung didalam air. Ada dua jenis kesadahan tetap dan kesadahan sementara. Disebut kesadahan tetap apabila ion-ion Ca2+ dan Mg2+ membentuk senyawa dengan nitrat, klorida dan sulfat, sedangkan apabila ion-ion Ca2+ dan Mg2+ membentuk senyawa dengan bikarbonat disebut kesadahan sementara. Penetapan kesadahan dalam air dapat ditentukan melalui titrasi kompleksometri yaitu

suatu

titrasi

dengan

menggunakan

larutan

kompleksion

(EDTA/etilenadiamintetraasetat). Senyawa tersebut adalah suatu senyawa yang dapat membentuk pasangan kimiawi secara ikatan kompleks ion-ion kesadahan. Indikator yang dipakai pada titrasi kompleksometri merupakan asam atau basa lemah organik yang dapat membentuk ikatan kompleks dengan logam, dan warna senyawa tersebut berbeda dengan warna indikator dalam keadaan bebas. Indikator yang sering digunakan adalah EBT (Eriochrome Black T) sejenis indikator yang berwarna merah apabila berada dalam larutan yang mengandung ion kalsium dan magnesium pada pH 10,0. Indikator yang lain adalah Murexid (Eriochrome Blue Black R), suatu senyawa yang berwarna merah jika berada dalam larutan yang mengandung ion kalsium saja. Pada penetapan kesadahan ada beberapa factor yang biasanya mengganggu penetapan ion Ca dan Mg diantaranya adalah kation seperti Al3+, Fe3+, Fe2+ dan Mn2+, dapat juga ikut bergabung dengan EDTA membentuk senyawa kompleks. Jika kesadahan terlalu tinggi endapan Ca2+ dapat muncul dalam waktu titrasi lebih dari 5 menit, oleh karena itu sampel harus diencerkan.

Reaksi yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut: HOOCH2C

H

H

CH2COOH

N–C–C-N NaOOCH2C

H

+ Ca2+/Mg2+ CH2COONa

H

Na2 - EDTA

HOOCH2C

H

H

CH2COOH

N–C–C-N H2C

H C=O

CH2

H C=O

Ca

O

Mg

O

Garam Kompleks Ca atau Mg yang larut

III.

METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat yang digunakan: -

Erlenmeyer 250 ml

-

Gelas ukur 10 ml

-

Pipet volume 25 ml

-

Buret

-

Corong

3.1.2. Bahan dan Zat Kimia: -

Larutan EDTA (Titran) 0,01 M

-

Larutan Buffer pH 10

-

Indikator EBT

-

Indikator Murexid

-

KCN 5%

-

NaOH 4N

3.2. Cara Kerja 

Penetapan Kesadahan Total

-

Pipet 25 ml contoh uji ke dalam Erlenmeyer.

-

Tambahkan 1 ml larutan buffer pH 10.

-

Tambahkan 2 ml KCN 5%.

-

Tambahkan 3-4 tetes indikator EBT sampai larutan menjadi merah.

-

Segera titar dengan larutan EDTA 0,01 M sampai tepat berwarna biru.



Penetapan Kesadahan Ca

-

Pipet 50 ml contoh uji ke dalam Erlenmeyer.

-

Tambahkan NaOH 4N sebanyak 1 ml.

-

Tambahkan 2 ml KCN 5%.

-

Tambahkan indikator Murexid sampai larutan menjadi merah.

-

Segera titar dengan larutan EDTA 0,01 M sampai tepat berubah ungu.



Penetapan Kesadahan Tetap (dengan cara pemanasan) -

Pipet 100 ml contoh uji ke dalam Erlenmeyer.

-

Panaskan sampai mendidih selama ± 30 menit lalu dinginkan.

-

Saring endapan yang terbentuk menggunakan kertas saring.

-

Sisa kesadahan diperiksa kesadahan totalnya dengan larutan EDTA seperti pada penetapan kesadahan total.

IV.

DATA PENGAMATAN a. Kesadahan total Titrasi

ml titrasi

I

6,4 ml

II

6,6 ml

Kesadahan total 1

= ml titrasi x M EDTA x f = 6,4 mL x 0,01 M x = 2,56 mmol/l

1000 25

Kesadahan total 2

= ml titrasi x M EDTA x f = 6,6 mL x 0,01 M x

1000 25

= 2,64 mmol/l Kesadahan total = 2,6 x 5,6 = 14,56 odH b. Kesadahan Ca Titrasi

ml titrasi

I

6,4 ml

II

6,6 ml

Kesadahan Ca 1

= ml titrasi x M EDTA x f = 4,4 mL x 0,01 M x

1000 25

= 1,76 mmol/l Kesadahan Ca 2

= ml titrasi x M EDTA x f = 4,3 mL x 0,01 M x

1000 25

= 1,72 mmol/l Kesadahan Ca = 1,74 x 5,6 = 9,74 odH c. Kesadahan Mg Kesadahan total – kesadahan Ca = 14,56 – 9,74 = 4,82 odH d. Kesadahan tetap Titrasi

ml titrasi

I

6,3 ml

II

6,2 ml

Kesadahan tetap 1

= ml titrasi x M EDTA x f = 6,3 mL x 0,01 M x = 2,52 mmol/l

1000 25

Kesadahan tetap 2

= ml titrasi x M EDTA x f = 6,2 mL x 0,01 M x

1000 25

= 2,48 mmol/l Kesadahan Ca = 2,5 x 5,6 = 14 odH e. Kesadahan tetap Ca Titrasi

ml titrasi

I

3,6 ml

II

3,8 ml

Kesadahan tetap C 1

= ml titrasi x M EDTA x f = 3,6mL x 0,01 M x

1000 25

= 1,44 mmol/l Kesadahan tetap 2

= ml titrasi x M EDTA x f = 3,8 mL x 0,01 M x = 1,52 mmol/l

Kesadahan Ca = 1,48 x 5,6 = 8,288 odH f. Kesadahan tetap Mg Kesadahan tetap – kesadahan tetap Ca = 14 – 8,288 = 5,712 odH g. Kesadahan sementara Kesadahan total – kesadahan tetap = 14,56 – 14 = 5,712 odH

1000 25

V.

DISKUSI Kesadahan adalah jumlah garam-garam Ca dan Mg yang terkandung didalam air. Kesadahan ini dibagi menjadi dua yaitu kesadahan tetap dan kesadahan sementara. Kesadahan tetap apabila ion-ion Ca2+ dan Mg2+ membentuk senyawa dengan nitrat, klorida dan sulfat, dan Kesadahan sementara apabila ion-ion Ca2+ dan Mg2+ membentuk senyawa dengan bikarbonat. Kesadahan dalam air disebabkan oleh kation-kation logam multivalensi yang sebagaian besar adalah kalsium dan magnesium. Ion-ion tersebut dapat mengendapkan sabun, mengurangi daya pembersihan dan menyebabkan kerak CaCO3 dan Mg(OH)2 pada pipa-pipa serta ketel uap. Oleh karena itu analisis kesadahan Ca dan Mg ini diperlukan. Pada proses basah tekstil toleransi kesadahan < 3oDH. Analisis kesadahan Ca dan Mg ini dapat ditentukan dengan titrasi kompleksometri yaitu titrasi dengan menggunakan larutan kompleksion (EDTA/etilenadiamintetraasetat). EDTA dipakai karena dapat membentuk senyawa kompleks dengan Al3+, Fe3+, Fe2+ dan Mn2+ dimana ion-ion tersebut dapat mengganggu penetapan ion Ca dan Mg. Indikator yang digunakan pada titrasi kompleksometri merupakan asam atau basa lemah organik yang dapat membentuk ikatan kompleks dengan logam, dan warna senyawa tersebut berbeda dengan warna indikator dalam keadaan bebas. Indikator yang digunakan pada pengujian ini adalah EBT (Eriochrome Black T) sejenis indikator yang berwarna merah apabila berada dalam larutan yang mengandung ion kalsium dan magnesium pada pH 10,0. Untuk mengetahui kadar sadah total maka kita menguji air contoh yang ditambahkan buffer pH 10, KCNS 5% dan EBT dan dititar dengan larutan EDTA hingga warna biru, hasil titrasi yang didapatkan sebesar 6,4 dan 6,6 mL. Untuk mengetahui kesadahan Ca total maka air contoh uji ditambahkan NaOH, KCNS 5% dan indictor murexid dan dititar denga larutan EDTA hingga berwarna ungu, hasil titrasi didapatkan 4,4 dan 4,3 mL. Kadar MgH dapat kita peroleh dari sadah total dikurangi dnegan sadah Ca total. Untuk mengetahui kadar sadah tetap, Ca tetap dan Mg tetap dapat dilakukan dengan cara yang sama dengan sadah total dan sadah Ca total. Dengan hasil yang didapat air contoh uji tidak memenuhi syarat untuk air proses basah tekstil. Karna pada proses basah tekstil toleransi kesadahan < 3 odH. Maka dari itu, air contoh uji tidak dapat digunakan untuk proses basah tekstil.

VI.

KESIMPULAN Dari hasil praktikum kesadahan pada air contoh uji didapat kesimpulan bahwa contoh uji mengandung: - kesadahan Ca = 9,74 odH - kesadahan Mg = 4,82 odH - kesadahan total = 14,56 odH - kesadahan tetap = 14 odH - kesadahan tetap Ca = 8,288 odH - kesadahan tetap Mg = 5,712 odH - kesadahan sementara = 0,56 oDh pada contoh uji ini kesadahan Ca lebih banyak daripada kesadahan Mg

Analisa Kuantitatif Besi (Fe) Cara Spektrofotometri

I.

MAKSUD DAN TUJUAN -

Maksud

: Untuk mengetahui kadar besi yang terkandung pada air contoh uji.

-

Tujuan

: Praktikan mampu untuk melakukan analisis kuantitatif besi dalam

air. II.

DASAR TEORI Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir setiap tempat di bumi, pada semua lapisan geologisdan semua badan air. Pada umumnya, besi yang ada dalam air dapat bersifat : 

Terlarut sebagai Fe2+ (fero) atau Fe3+ (feri).



Tersuspensi sebagai butir koloidal (diameter < 1 𝜇m ) atau lebih besar seperti Fe2O3, FeO, FeOOH, Fe(OH)3 dan sebagainya.



Tergabung dengan zat organis atau zat padat yang inorganis (seperti tanah liat)

Pada air permukaan jarang ditemui kadar Fe lebih besar 1 mg/l tetapi didalam air tanah agar Fe dapat jauh lebih tinggi.Konsentrasi tinggi yang ini dapat dirasakan dan dapat menodai kain serta perkakas dapur. Pada air yang tidak mengandung oksigenseperti air tanah, besi berada sebagai Fe2+ yang cukup dapat terlarut , sedangkan pada air sungai yang mengalir dan terjadi aerasi,Fe2+ teroksidasi menjadi Fe3+. Fe3+ ini sulit larut pada pH 6-8 (kelarutan hanya dibawah beberapa 𝜇g/l ), bahkan dapat menjadiferihidroksida Fe(OH)3 atau salah satu jenis oksida yang merupakan zat padat dan bisa mengendap. Demikian dalam air sungai,besi berada sebagai Fe2+, Fe3+ terlarut dan Fe3+ dalam bentuk senyawa organis berupa koloidal. Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk menerapkan metode spektrofotometri. Pada prinsipnya ya jelas aja sama, yaitu pengukuran konsentrasi sampel yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Spektrofotometer

merupakan

alat

yang

digunakan

untuk

mengukurabsorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet.Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasilarutan di dalam kuvet. Skemanya seperti ini:

Gambar-1 Skema Spektrofotometer Prinsip kerja spektofotometer Cahaya polikromatis dari sumber cahaya masuk ke dalam monokromator dan mengalami penguraian menjadi cahaya monokromatis. Cahaya tersebut kemudian diteruskan memalui sel yang berisi sampel. Cahaya sebagian diserap oleh sel dan sebagiannya lagi diteruskan ke fotosel yang berfungsi untuk mengubah energi cahaya menjadi energi listrik. Energi listrik yang dihasilkan oleh fotosel memberikan sinyal pada detektor yang kemudian diubah menjadi nilai serapan atau transmitans dari zat yang dianalisis. III.

METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat yang digunakan: -

Erlenmeyer

-

Cuvet

-

Labu ukur

-

Spektrofotometer

3.1.2. Bahan yang digunakan -

HCl pekat

-

Hidroksilamin

-

Buffer asetat

-

Phenantrolin

3.2. Cara Kerja - 25 mL air contoh uji dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. -

Tambahkan 5 tetes HCl pekat.

-

Tambahkan 1 ml hidroksilamin.

-

Panaskan hingga vol menjadi setengahnya.

-

Dinginkan dan masukkan sampel dalam labu ukur 100 mL

-

Tambahkan 2 ml buffer asetat.

-

Tambahkan 2 ml phenantrolin dan ditambahkan air suling sampai tanda batas.

-

Lalu masukkan dalam cuvet dan hitung absorbansi dan konsentrasinya dengan spektrofotometer.

IV.

DATA PENGAMATAN Larutan Standar (x) 0 2.5 5 7.5 10 ∑ 25

Absorbansi (y) 0 0.006 0.025 0.033 0.04 0.104

Absorbansi sampel = 0,015 A a

= =

𝑛 (∑ 𝑋𝑌)−(∑ 𝑋)(∑ 𝑌) 2

𝑛 (∑ 𝑋 2 )−(∑ 𝑋)

4 (0,7875)− (25)(0,104) 4 (187,5)− (625)

a

= 0,0044

b

= =

b

(∑ 𝑌)(∑ 𝑋 2 )−(∑ 𝑋)(∑ 𝑋𝑌) 𝑛(∑ 𝑋 2 )−(∑ 𝑋 2 ) (0,104)(187,5)−(25)(0,7875) 4 (187,5)− (625)

= -0,0015

Jadi,

Y = ax + b

0,015 = 0,0044 x – 0,0015 = 3,75 ppm

x2 0 6.25 25 56.25 100 187.5

x.y 0 0.015 0.125 0.2475 0.4 0.7875

V.

DISKUSI

Grafik Kurva Larutan Standar 0.045

y = 0.0044x - 0.0015 R² = 0.9365

0.04

Absorbansi

0.035 0.03 0.025

Grafik Kurva Larutan Standar

0.02 0.015

Linear (Grafik Kurva Larutan Standar)

0.01 0.005 0 0

2

4

6

8

10

12

konsentrasi (ppm)

Salah satu penyebab mesin-mesin tekstil untuk proses industry tekstil kotor dan kain menjadi warna kuning kecoklatan serta kerusakan serat selulosa adalah karna adanya kandungan besi pada air yang digunakan untuk proses basah tekstil. Kandungan besi ini dapat terbagi menjadi dua yaitu fero dan feri dimana kandungan besi tersebut berbahaya. Besi ferri bersifat larut dan membahayakan sedangkan besi ferro tidak larut dan jika dipermukaan terlihat seperti minyak. Oleh karena itu, pengujian kuantitatif besi sangat diperlukan agar dapat mengetahui kadar besi yang terdapat dalam air proses tekstil. Pada pengujian didapatkan  maksimal 470 nm.. Dilihat dari grafik, didapatkan garis yang linear, dan dapat dikatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka akan semakin tinggi pula nilai absorbansi yang didapat. Dengan dihitungnya nilai y = ax + b maka didapatkan kadar Fe sebesar 3,75 ppm. Dengan kadar Fe yang didapat, maka sebaiknya air ini tidak digunakan untuk proses basah tekstil, semakin kecil kadar Fe yang terkandung dalam air proses tekstil maka akan semakin maksimal kain yang didapatkan. Karna senyawa besi juga dapat bereaksi dengan beberapa jenis zat warna, sehingga dalam proses pencelupan menghasilkan warna celupan yang tidak sesuai dengan yang dikehendaki. VI.

KESIMPULAN Setelah melakukan praktikum analisa kuantitatif besi dapat disimpulkan bahwa konsentrasi besi pada contoh uji sebesar 3,75 ppm.

Pelunakan Air Sadah

I.

MAKSUD DAN TUJUAN -

Maksud

: Untuk menurunkan kesadahan yang terdapat pada air untuk proses

basah tekstil. -

II.

Tujuan : Praktikan mampu untuk melakukan proses penurunan/pelunakan terhadap air sadah.

DASAR TEORI Maksud pelunakan disini adalah menghilangkan ion-ion penyebab kesadahan dalam air yaitu ion-ion Ca2+ dan Mg2+. Air sadah akan mengendapkan sabun, akibatnya penggunaan sabun akan lebih banyak. Selain itu akan merusak beberapa jenis zat warna pada proses pencelupan, kelebihan ion Ca2+ serta ion CO32- juga akan mengakibatkan kerak pada dinding ketel uap yang disebabkan oleh endapan kalsium karbonat. Beberapa proses untuk pelunakan air sadah: - Cara pemanasan: Cara ini hanya dapat menghilangkan kesadahan sementara yang disebabkan bikarbonat-bikarbonat dari ion kesadahan. - Cara pengendapan: Cara ini merupakan cara yang paling murah yang dapat mengendapkan kesadahan total. Pada cara ini garam-garam kalsium dan magnesium penyebab kesadahan diendapkan sebagai karbonat-karbonat. Sebagai zat pengendap dipakai campuran Na2CO3 dan Ca(OH)2 atau campuran NaOH dan Ca(OH)2. - Cara penukar ion: Cara ini sangat mahal tetapi efisien cukup tinggi cocok dipakai untuk penyediaan air ketel. Pada cara ini kalsium dan magnesium yang yang terkandung dalam air didesak dan diikat oleh sanyawa penukar ion.

Reaksi terjadi dapat digambarkan sebagai berikut :  Pengendapan dengan campuran Na2CO3 dan Ca(OH)2 Ca(HCO3)2 + Ca(OH)2 2CaCO3 + 2H2O Mg(HCO3)2 + Ca(OH)2 CaCO3 + Mg(OH)2 + H2O MgCl2 + Ca(OH)2 Mg(OH)2 + CaCl2 MgSO4 + Ca(OH)2 Mg(OH)2 + CaSO4 CO2 + Ca(OH)2 CaCO3 + H2O FeCl2 + Ca(OH)2 Fe(OH)2 + CaCL2 FeCl3 + Ca(OH)2 2Fe(OH)3 + 3 CaCl2 MnSO4 + Ca(OH)2 MN(OH)2 + CaSO4 Al2(SO4)3 + Ca(OH)2 2Al(OH)3 + 3CaSO4 CaCl2 + Na2CO3 CaCO3 + NaCl CaSO4 + Na2CO3 CaCO3 + Na2SO4 

Pengendapan dengan campuran Na2CO3 dan NaOH Ca(HCO3)2 + 2NaOH 2CaCO3 + Na2CO3 + 2H2O

Mg(HCO3)2 MgCl2 MgSO4 CO2 FeCl2 FeCl3 MnSO4 Al2(SO4)3 CaCl2 CaSO4 III.

+ 4NaOH + 2NaOH + 2NaOH + 2NaOH + 2NaOH + 2NaOH + 2NaOH + 6NaOH + Na2CO3 + Na2CO3

METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat yang digunakan:  Cara Pemanasan - Piala gelas 500 ml - Erlenmeyer 250 ml - Buret 

Cara Pengendapan - Piala gelas 500 ml - Erlenmeyer 250 ml - Buret



Cara Penukar Ion - Piala gelas 500 ml - Tabung resin - Erlenmeyer

Mg(OH)2 + Na2CO3 + 2H2O Mg(OH)2 + 2NaCl Mg(OH)2 + Na2SO4 CaCO3 + H2O Fe(OH)2+ 2NaCL 2Fe(OH)3 + 2NaCl MN(OH)2 + 2NaSO4 2Al(OH)3 + 3NaSO4 CaCO3 + 2NaCl CaCO3 + Na2SO4

3.1.2. Bahan yang digunakan:  Cara Pemanasan - Pereaksi Kompleksometri 

Cara Pengendapan - Ca(OH)2 - Na2CO3 - NaOH - Na2CO3 - Pereaksi Kompleksometri



Cara Penukar Ion - Resin penukar ion - Pereaksi Kompleksometri

3.2. Cara Kerja  Cara Pemanasan - Untuk pelunakan cara pemanasan data yang didaptkan dari hasil pengujian alkalinitas air proses 



Cara Soda Kapur - Hitung kebutuhan Na2CO3 dan Ca(OH)2 sesuai kebutuhan. -

Pipet 25 ml air contoh uji kedalam piala gelas.

-

Tambahkan Na2CO3 dan Ca(OH)2 sesuai kebutuhan.

-

Didihkan selama 15-30 menit (akan terjadi endapan karbonat).

-

Dinginkan, kemudian saring filtratnya.

-

Filtrat ditritrasi dengan cara kompleksometri.

Cara Soda-Soda - Hitung kebutuhan NaOH dan Na2CO3 sesuai kebutuhan.



-

Pipet 25 ml air contoh uji kedalam piala gelas.

-

Tambahkan Na2CO3 dan NaOH sesuai kebutuhan.

-

Didihkan selama 15-30 menit.

-

Dinginkan, kemudian saring filtratnya.

-

Filtrat ditritrasi dengan cara kompleksometri.

Cara Penukar Ion - Masukkan 100 air contoh kedalam piala gelas. -

Alirkan air contoh tersebut melalui tabung yang berisi resin penukar ion (Alam dan sintetik) dan tampung kedalam erlenmeyer 250 ml.

-

Kerjakan 3 kali aliran melalui tabung yang berisi resin penukar ion.

-

Larutan yang telah dialirkan melalui tabung resin dianalisis kesadahannya secara komplesometri.

IV.

DATA PENGAMATAN  Kebutuhan soda-kapur Na2CO3

=

sadah tetap (dH) 2,8

+L

14

= 2,8 + L = 5 mgrek/L + L = 5 x BE Na2CO3 =5x

106 2

= 265 mg/L + L = 265 + 3,75 = 268,75 mg/L Larutan standar Na2CO3 2 g/L =

2000 mg 1000 ml

Yang harus di pipet : 268,75 2000

x 1000 ml = 134,375 ml/100 ml 100

134,375 x 1000 = 13,4375 ml = 13,4 ml CaO

=

sadah sementara (dH)

=

2,8 0,56 2,8

+

Mg

+ 2,8 + L

5,712 2,8

L

= 2,24 mgrek/L + L = 2,24 x BE CaO = 2,24 x

56 2

= 62,72 mg/L + L = 62,72 + 3,75

= 66,47 mg/L Larutan standar CaO 2 g/L =

2000 mg 1000 ml

Yang harus di pipet : 66,47 2000

x 1000 ml = 33,235 ml/100 ml 100

33,235 x 1000 = 3,3275 ml = 3,3 ml a. Cara pengendapan Titrasi

ml titrasi

I

3 ml

II

3,1 ml

Kesadahan sisa 1

= ml titrasi x M EDTA x f = 3 mL x 0,01 M x

1000 25

= 1,2 mmol/l Kesadahan sisa 2

= ml titrasi x M EDTA x f = 3,1 mL x 0,01 M x

1000 25

= 1,24 mmol/l Kesadahan sisa = 1,22 x 5,6 = 6,832 odH Efesiensi pelunakan =

𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎

=

𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙 14,56−6,832 14,56

= 53,07 %

b. Cara penukar ion  Zeolit (anorganik) Titrasi

ml titrasi

I

5,5 ml

II

5,4 ml

x 100%

𝑥 100 %

Kesadahan sisa 1

= ml titrasi x M EDTA x f = 5,5 mL x 0,01 M x

1000 25

= 2,2 mmol/l Kesadahan sisa 2

= ml titrasi x M EDTA x f = 5,4 mL x 0,01 M x

1000 25

= 2,16 mmol/l Kesadahan sisa = 2,18 x 5,6 = 12,208 odH 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎

Efesiensi pelunakan =

𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙

=

𝑥 100 %

14,56−12,208 14,56

x 100%

= 16,15 %



Resin (organik) Titrasi

ml titrasi

I

0,4 ml

II

0,5 ml

Kesadahan sisa 1

= ml titrasi x M EDTA x f = 0,4 mL x 0,01 M x

1000 25

= 0,16 mmol/l Kesadahan sisa 2

= ml titrasi x M EDTA x f = 0,5 mL x 0,01 M x

1000 25

= 0,2 mmol/l Kesadahan sisa = 0,18 x 5,6 = 1,008 odH Efesiensi pelunakan = =

𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙 14,56−61,008 14,56

= 93,07 %

x 100%

𝑥 100 %



Kebutuhan soda-soda Na2CO3

=

sadah tetap (dH) 2,8

+L

14

= 2,8 + L = 5 mgrek/L + L = 5 x BE Na2CO3 =5x

106 2

= 265 mg/L + L = 265 + 3,75 = 268,75 mg/L Larutan standar Na2CO3 2 g/L =

2000 mg 1000 ml

Yang harus di pipet : 268,75 2000

x 1000 ml = 134,375 ml/100 ml

134,375 x NaOH =

100 1000

= 13,4375 ml = 13,4 ml

sadah sementara (dH)

=

2,8 0,56 2,8

+

Mg

+ 2,8 + L

5,712 2,8

L

= 2,24 mgrek/L + L = 2,24 x BE NaOH = 2,24 x

40 1

= 89,6 mg/L + L = 89,6 + 3,75 = 93,35 mg/L Larutan standar NaOH 2 g/L =

2000 mg 1000 ml

Yang harus di pipet : 93,35 2000

x 1000 ml = 46,68 ml/100 ml 100

46,68 x 1000 = 4,668 ml = 4,7 ml Titrasi

ml titrasi

I

0,9 ml

II

0,8 ml

Kesadahan sisa 1

= ml titrasi x M EDTA x f = 0,9 mL x 0,01 M x

1000 25

= 0,36 mmol/l Kesadahan sisa 2

= ml titrasi x M EDTA x f = 0,8 mL x 0,01 M x

1000 25

= 0,32 mmol/l Kesadahan sisa = 0,34 x 5,6 = 1,904 odH 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎

Efesiensi pelunakan =

𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙

=

𝑥 100 %

14,56−1,904

x 100%

14,56

= 86,92 % c. Cara pemanasan Titrasi

ml titrasi

I

6,3 ml

II

6,2 ml

Kesadahan sisa 1

= ml titrasi x M EDTA x f = 6,3 mL x 0,01 M x

1000 25

= 2,52 mmol/l Kesadahan sisa 2

= ml titrasi x M EDTA x f = 6,2 mL x 0,01 M x

1000 25

= 2,48 mmol/l Kesadahan sisa = 2,5 x 5,6 = 14 odH Efesiensi pelunakan = =

𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙 14,56−14 14,56

= 3,84 %

x 100%

𝑥 100 %

V.

DISKUSI Analisis pelunakan air sadah ini dimaksudkan untuk menghilangkan ion-ion penyebab kesadahan dalam air yaitu ion-ion Ca2+ dan Mg2+. Pelunakan air sadah dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu cara pemanasan, cara pengendapan (soda kapur dan soda-soda) dan cara penukar ion (organic : Wofatit/resin dan anorganik : Na-Zeolit ). Cara penetapan pelunakan air ini dapat ditentukan melalui titrasi kompleksometri yaitu suatu

titrasi

dengan

menggunakan

larutan

kompleksion

(EDTA/etilenadiamintetraasetat). Cara pemanasan ini dapat menghilangkan kesadahan sementara yang disebabkan bikarbonat-bikarbonat dari ion kesadahan. Sebelum dilakukannya praktikum terlebih dahulu praktikan menghitung kebutuhan soda ash dan soda kapur. Cara pengendapan merupakan cara yang paling murah yang dapat mengendapkan kesadahan total. Pada cara ini garam-garam kalsium dan magnesium penyebab kesadahan diendapkan sebagai karbonat-karbonat. Sebagai zat pengendap dipakai campuran Na2CO3 dan CaO atau campuran NaOH dan CaO. Titrasi yang dilakukan sama menggunakan kompleksometri. Kebutuhan zat untuk soda kapu dan soda-soda dihitung sesuai kebutuhan dan pada titrasi kompleksometrsi soda kapur didapat mL titrasi sebesar 3 dan 3,1 mL dengan nilai kesadahan total sisa sebesar 1,22 mmol dengan efesiensi pelunakan 53,07%. Sedangkan pada cara soda-soda didapatkan mL titrasi sebesar 0,9 dan 0,8 mL dengan nilai kesadahan total sisa sebesar 0,34 mmol dengan penurunan 86,92%. Dari kedua cara ini yang paling efektif dilakukan adalah cara sodasoda yang menghasilkan penurunan yang lebih besar. Cara penukar ion ini sangat mahal tetapi efisien cukup tinggi cocok dipakai untuk penyediaan air ketel. Pada cara ini kalsium dan magnesium yang yang terkandung dalam air didesak dan diikat oleh sanyawa penukar ion. Pada cara ion ini dilakukan dengan dua percobaan yaitu uji resin dan zeolit. Pada uji resin dengan mL titrasi sebesar 0,4 dan 0,5 mL yang menghasilkan kesadahan total sisa sebesar 0,18 mmol dengan penurunan 93,07%, sedangkan pada uji zeolit dengan mL titrasi 5,5 dan 5,4 mL yang menghasilkan kesadahan total sisa sebesar 2,18 mmol dan persen penurunan sebesar 16,15%. Dari kedua cara yang dilakukan cara resin lebih baik dilakukan, dengan harga yang relative mahal cara resin meghasilkan hasil yag maksimal penurunan persennya.

VI.

KESIMPULAN Dari hasil praktikum pelunakan air sadah didapatkan kesimpulan: - Soda-kapur (cara pengendapan), kesadahan sisa sebesar 6,832 odH dengan efesisensi pelunakan 53,07%. - Soda-soda (cara pengendapan), kesadahan sisa sebesar 1,904 odH dengan efesisensi pelunakan 86,92%. - Cara penukar ion a. Zeolit (anorganik), kesadahan sisa sebesar 12,208 odH dengan efesisensi pelunakan 16,15%. b. Resin (organik), kesadahan sisa sebesar 1,008 odH dengan efesisensi pelunakan 93,07%. - Cara pemanasan, kesadahan sisa sebesar 14 odH dengan efesisensi pelunakan 3,84%.

DAFTAR PUSTAKA -

http://wahyuniieka.blogspot.com/2013/10/spektrofotometri_26.html

-

http://www.academia.edu/9804440/ANALISA_KADAR_BESI_and_KADAR_SULFAT

-

https://www.pdfcoke.com/document/360774975/Analisa-Kuantitatif-Kadar-Sulfat-Dalam-AirSecara-Spektrofotometri

-

http://www.academia.edu/9804451/ANALISA_KUANTITATIF_KANDUNGAN_KLORID A

-

http://faridsaifulloh.blogspot.com/2017/01/pengertian-ts.html

Related Documents


More Documents from ""