KESEHATAN DAERAH MILITER XIV HASANUDDIN RUMAH SAKIT TK II 14.05.01 PELAMONIA
PEDOMAN PELAYANAN RADIOLOGI
ASSESMEN PASIEN (AP) RUMAH SAKIT TK II 14.05.01 PELAMONIA Jl.Jenderal Sudirman No. 27 Makassar TELP 362536 FAX. 3623434 email :
[email protected]
DAFTAR ISI
SK. Pedoman Pelayanan Radiologi Daftar lsi BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang B. Tujuan C. Ruang Lingkup Pelayanan D. Batasan Operasional E. Landasan hukum BAB II Standar Ketenagaan A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia B. Distribusi Tenaga C. Pengaturan Dinas BAB Ill Standar Fasilitas A. Denah Ruang B. Standar Fasilitas BAB IV Kebijakan BAB V Tata Laksana Pelayanan A. Ketentuan Umum B. Jenis Pelayanan Radiologi C. Informed Consent D. Pendaftaran Pasien E. Edukasi pasien F. Persiapan Pemeriksaan G. Pelaksanaan Pemeriksaan H. Pemrosesan Film I. Pemberian Ekspertise J. Penyerahan Hasil BAB VI Jenis Pelayanan Radiodiagnostik, Imejing dan Radiologi Intervensional Terintegrasi BAB VII Logistik A. Pengaturan
B. Pemesanan C. Penyimpanan D. Distribusi E. Laporan Logistik F. Evaluasi G. Alat Rumah Tangga, Alat Tulis Kantor (ATK) dan Linen 1. Alur 2. Perencanaan 3. Permintaan 4. Penyimpanan dan Pemakaian BAB VIII Keselamatan Pasien 1. Identifikasi Risiko 2. Managemen Risiko 3. Infection Kontrol 4. Sumber Infeksi 5. Faktor Yang Sering Menimbulkan Infeksi BAB IX Keselamatan Kerja 1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja 2. Prinsip Dasar dan Usaha Kesehatan Kerja 3. Kapasitas Kerja dan Beban Kerja 4. Lingkungan Kerja dan Penyakit Kerja Yang ditimbulkan 5. Potensi Bahaya Pada Instalasi Radiologi BAB X Pengendalian Mutu A. Pengertian B. Indikator Mutu Pelayanan dan Standart Mutu Unit Radiologi 1. Standar Pelayanan Minimal Radiologi 2. Pelaksanaan Ekspertise Hasil Rontgen 3. Kejadian Kegagalan Pelayanan Rontgen 4. Kepuasan Pelanggan 5. Keterlambatan Penyerahan Hasil Radiologi Pasien Rawat Jalan 6. Waktu Tunggu Hasil Radiologi Cito / Nilai Kritis BAB XI PENUTUP
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pelayanan
radiologi
sebagai
bagian
yang terintegrasi dari pelayanan
kesehatan secara menyeluruh merupakan bagian dari amanat Undang-Undang Dasar 1945 dimana kesehatan adalah hak fundamental setiap rakyat dan amanat Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Bertolak dari hal tersebut serta makin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, maka pelayanan radiologi sudah selayaknya memberikan pelayanan berkualitas. Dengan
adanya
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
nomor 1014/MENKES/SK/Xl/2008 tentang standar pelayanan radiologi diagnostik di sarana pelayanan kesehatan mengatur dalam pelayanan radiologi diagnostik yang aman terhadap pasien dan petugas kesehatan.
Serta semakin
berkembanganya teknologi dibidang kedokteran menjadi tantangan Rumah Sakit dalam menyediakan layanan yang terbaik. Pelamonia sudah menyiapkan
Radiologi
Rumah Sakit TK II
perlengkapan yang
sesuai
dengan
perkembangan terkini dalam bidang diagnostik, seingga pasien dapat dilakukan pemeriksaan dengan cepat namun tetap memperhatikan keamanan pasien. Dalam menyediakan layanan yang terbaik perlu upaya pelayanan
di
unit
radiologi
agar
alur
dan
proses
untuk mengatur pekerjaan
dapat
memvisualisasikan sinergi kerja yang cepat dan tepat dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Pelayanan radiologi antara lain meliputi fasilitas, tata
laksana
pelayanan,
standar ketenagaan,
logistik,
keselamatan
standar pasien,
keselamatan kerja, proteksi radiasi dan pengendalian mutu.
B. Tujuan Pedoman Tujuan pelayanan unit Radiologi adalah pelayanan penunjang yang menggunakan radiasi pengion atau radiasi non pengion yang terdiri dari pelayanan radiodiagnostik dan imaging diagnostik untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit
C. Ruang Lingkup Pelayanan Ruang lingkup pelayanan Radiologi di Rumah Sakit TK II Pelamonia meliputi : 1. Pelayanan Radiodiagnostik 2. Pelayanan Imaging Diagnostik 3. Pelayanan Radiologi lntervensional
D. Batasan Operasional 1. Pelayanan Radiodiagnostik adalah Pelayanan untuk melakukan diagnosis dengan
menggunakan radiasi pengion,
meliputi antara lain X-
Ray konvensional, dan MSCT. 2. Pelayanan Imaging diagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis dengan menggunakan radiasi non pengion antara lain pemeriksaan USG dan MRI 3. Pelayanan Radiologi intervensional adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis dan terapi intevensi dengan menggunakan peralatan radiologi XRay, pelayanan ini memakai radiasi pengion antara lain C-Arm di ruang OK.
E. Landasan Hukum Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan radiologi di Rumah Sakit diperlukan peraturan perundang-undangan pendukung (legal aspect).
Beberapa ketentuan perundang-undangan yang digunakan
adalah sebagai berikut : 1. Undang-undang Repulik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. 2. Undang-undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. 3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 129 I Menkes I SKI II I 2008 tentang standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. 4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691 I Menkes I PER I VIII I 2011 Tentang keselamatan pasien Rumah Sakit. 5. Keputusan
Menteri Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1087
I
Menkes I SK I VIII / 2010 tentang standar kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
6. Peraturan Pemerintah nomor 33 tahun 2007 tentang keselamatan radiasi pengion dan keamanan sumber radioaktif. 7. Peraturan pemerintah nomor 29 tahun 2008 tentang perijinan sumber radiasi pengion dan bahan nuklir. 8. Permenkes Nomor 257 I MENKES I PER I VI I 2006 tentang registrasi dan ijin kerja Radiografer. 9. Pemenkes Nomor 375 I MENKES I SK I Ill I 2007 tentang standar profesi Radiografer 10. Keputusan menteri kesehatan RI Nomor 1014 I MENKES I SK I XI I 2008 tentang standar pelayanan radiologi
diagnostik di
sarana pelayanan
kesehatan 11. Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
penyelenggaraan pekerjaan radiografer.
nomor
81
Tahun
2013
tentang
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Pelayanan radiologi Rumah Sakit TK II Pelamonia dilakukan oleh petugas yang memiliki kualifikasi pendidikan dan pengalamaan yang memadai serta memperoleh I memiliki kewewenangan untuk melaksanakan kegiatan di bidang yang sudah menjadi tugas atau tanggung jawabnya. Pelayanan radiologi dan diagnostik imaging harus dibawah pimpinan seorang atau lebih individu yang kompeten. Tanggung jawab pimpinan Radiologi dan diagnostik imejing termasuk : 1. Mengembangkan, melaksanakan, mempertahankan kebijakan dan prosedur. 2. Pengawasan administrasi 3. Mempertahankan (mainteining) setiap program kontrol mutu 4. Memberikan rekomendasi pelayanan radiologi dan diagnostik imaging di luar. 5. Memonitor dan meriview semua pelayanan radiologi dan diagnostik imejing. 6. Secara fungsional, pekerja lnstalasi radiologi dibagi dalam enam kelompok profesi masing-masing tugas dan tanggung jawabnya :
No.
1
Kelompok Profesi Administrasi Radiologi
Tanggung Jawab Fungsional Bertanggung jawab atas kelancaran system administrasi, arsip dan distribusi hasil pemeriksaan radiologi Bertanggungjawab atas penyediaan obat-obatan
2
Perawat Radiologi
dan alat kesehatan, sterilisasi alat-alat, serta perawatan pasien pra dan pasca tindakan radiologi
3
Radiografer
4
Spesialis Radiologi
5
Pekarya Radiologi
Bertanggungjawab atas pelaksanaan pemeriksaan radiografi dan imejing Bertanggung jawab atas tindakan medis dan penilaian foto diagnostik radiologi (ekspertise) Bertanggungjawab terhadap bahan logistik, kebersihan dan linen radiologi
Bertanggung jawab atas penyelenggaraan Ahli Fisika Medis /
6
PPR
proteksi radiasi di Rumah Sakit, Quality Assurance di Radiologi termasuk kalibrasi dan uji fungsi serta perijinan pesawat radiologi.
B. Distribusi Tenaga Distribusi ketenagaan disesuaikan dengan kompetensi keahlian yang dimilikinya dan dilakukan penjadwalan rotasi kerja pada bidang tertentu untuk pemerataan kompetensinya. Adapun distribusi SDM Radiologi tersebut adalah : Profesi
Persyaratan
Jumlah Tenaga Yang Ada
Spesialis Radiologi
Memiliki SIP
5
Radiografer
D3 Radiologi Memiliki SIKR
8
Petugas Proteksi
D3 Radiologi Memiliki
Radiasi (PPR)
SIB PPR
Fisikawan Medis
Memiliki STR
2
Perawat Radiologi
D3 Keperawatan
1
SMU
1
Administrasi Radiologi
Dengan penempatan tenaga : 1. Radiografi konvensional, lntervensional
: 4 Radiografer
2. MRI 1,5 Tesla
: 2 Radiografer
3. CT .Scan 16 slice
: 2 Radiografer
5. USG
: 1 Radiografer
7. Adminitrasi (loket)
: 1 Administrasi
1
Pengaturan Dinas Pengaturan dinas di instalasi radiologi
terdiri atas pekerjaan harian dan
pekerja shift untuk radiografer Profesi
Jenis Dinas
Jumlah
Spesialis Radiologi
5 Hari Kerja
5 Orang
Radiografer
5 Hari Kerja
8 Orang
Dinas harian
PPR
5 Hari Kerja
1 Orang
Dinas harian
Fisikawan Medis
5 Hari Kerja
1 Orang
Dinas harian
Perawat Radiologi
5 Hari Kerja
1 Orang
Dinas harian
5 Hari Kerja
1 Orang
Dinas harian
Administrasi Radiologi
Pengaturan Dinas Untuk cito dan hari libur dilakukan penjadwalan
Dinas Harian
: 07.00 – 15.30 WITA
Dinas Malam (Piket)
: 15.30 – 07.00 WITA
C. Pengembangan Tenaga I Staf lnstalasi Radiologi melakukan pengembangan sumber daya manusia atau pengembangan tenaga I staf. Pengembangan dapat meliputi 2 hal yaitu : 1. Peningkatan Jumlah tenaga Penambahan jumlah tenaga dapat dilakukan setelah dilakukan analisa beban kerja dalam unit radiologi diagnostic sesuai dengan KEMENKES RI No.1014/MENKES/SK/Xl/2008
dan disesuaikan juga dengan rencana
pengembangan unit radiologi. 2. Peningkatan kemampuan dan keterampilan tenaga Dapat dilakukan melalui program pendidikan dan pelatihan (diklat) dalam bentuk: a.
Kursus atau seminar dalam bidang manajemen atau teknis sesuai dengan bidangnya masing-masing
tahu apabila ada penambahan
alat atau teknilogi baru. b.
Pendidikan formal atau mencapai gelar sesuai bidangnya masingmasing
c.
Pendidikan penyegaran kembali dalam bidang keselamatan dan kecelakaan radiasi dan quality control.
BAB III STANDAR FASILITAS A. Denah Ruang
lnstalasi Radiologi memiliki beberapa ruang yang terdiri dari : ● 1 ruang X ray, ● 1 ruang CT Scan, ● 3 ruang Operator ● 1 ruang Dokter/USG ● 2 ruang administrasi ● Gudang ● Ruang tunggu ● Ruang tunggu VIP ● Kamar ganti ● 2 Kamar Mandi/WC ● Dapur
Standar fasilitas 1. Ruang X-Ray Ruang pemeriksaan X Ray dengan ukuran 3,6 X 3,6 m dan ruang operator berukuran 2 X 1,5 m. Tembok terbuat dari bata dengan ketebalan 20 cm dilapisi dengan timbal setebal 1,5 mm.
Ruang ini digunakan untuk
pemeriksaan foto kontras dan non kontras. Fasilitas yang tersedia pada ruang X Ray 1 adalah : ● Pesawat
X Ray stasioner
berkapasitas
meja pemeriksaan merk Toshiba. ● Bucky Stand ● 2 buah AC ● Kaset Imaging plate (CR) ➢ 18 x 24 : 1 buah ➢ 24 x 30 : 1 buah ➢ 35 x 43 : 2 buah ➢ 35 x 35 : 2 buah ● Alat proteksi radiasi, meliputi : ➢ Apron
: 4 Buah
➢ Sarung tangan Pb
: 1 Buah
➢ Tyroid Shield
: 1 Buah
➢ Gonad Shield
: 1 Buah
➢ Kaca mata Pb
: 1 Buah
➢ Kaca Pb ketebalan 1.5 mm Pb : 1 Buah. ● Alat untuk pemeriksaan kontras, meliputi : ➢ HSG Set
: 2 Set
➢ Ureterogram
: 1 Set
➢ lrigator
: 1 Buah
● Box Emergency ● Obat : -
Aminophylin
-
Atropine
-
Dexamethason
-
Dopamin
300
mA dengan
1
● Infus -
Infus Rl
-
Infus D5
-
Infus NaCl
-
Infus Asering
● Alkes -
Infuset
-
IV Troge Terumo 18 G
-
IV Troge 20 G
-
Wing Needle 21 G
-
Wing Needle 23 G
-
Wing Needle 25 G
-
Spuit 3 cc
-
Spuit 5 cc
-
Spuit 10 cc
-
Spuit 20 cc
2. Ruang CT SCAN Ruang CT Scan memiliki ruang pemeriksaan dengan ukuran 6,5 X 5 m dan ruang operator ukuran 1,5 X 5 m yang terbuat dari bata ketebalan 30 cm dan pintu dari plat besi dilapisi timbal 1,5 mm. Fasilitas yang ada pada ruang CT Scan adalah ● 1 set Pesawat CT Scan 16 slice merk Siemens ● Dry view laser printer merk Agfa untuk mencetak film ● 3 buah AC ● 1 buah injektor ● 1 buah tabung oksigen ● Alat proteksi radiasi, meliputi : ➢ Apron
: 4 Buah
➢ Sarung tangan Pb
: 1 Buah
➢ Tyroid Shield
: 1 Buah
➢ Gonad Shield
: 1 Buah
➢ Kaca mata Pb
: 1 Buah
➢ Kaca Pb ketebalan 1.5 mm Pb : 1 Buah ● Box Emergency ● Obat : -
Aminophylin
-
Atropine
-
Dexamethason
-
Dopamin
● Infus -
Infus Rl
-
Infus D5
-
Infus NaCl
-
Infus Asering
● Alkes -
Infuset
-
IV Troge Terumo 18 G
-
IV Troge 20 G
-
Wing Needle 21 G
-
Wing Needle 23 G
-
Wing Needle 25 G
-
Spuit 3 cc
-
Spuit 5 cc
-
Spuit 10 cc
-
Spuit 20 cc
3. Tempat Logistik Tempat logistik berfungsi untuk menyimpan perbekalan radiologi. 4. Ruang Dokter Ruang dokter berukuran 3,6 x 3,6 m. Berfungsi Juga sebagai ruang baca dokter dan ruang USG. Fasilitas di dalamnya meliputi : ● 2 buah AC ● 2 buah meja kerja ● 2 buah light case ● 2 buah computer ● 1 set alat USG merk GE
● 1 bed pasien 5. Gudang Gudang berukuran 2 X 1,5 m. Digunakan untuk menyimpan kebutuhan peralatan radiologi lain . 6. Ruang Administrasi 1 Ukuran 5 X 4,4 m digunakan sebagai tempat pendaftaran radiologi dan pembayaran radiologi, dan loket pengambilan hasil radiologi. 7. Ruang Adminstrasi 2 Ukuran 2 X 1,5 m digubakan sebagai tempat pendaftaran MRI dan USG serta pengambilan hasil MRI dan USG. 8. Ruang MRI Ruang MRI memiliki ruang pemeriksaan berukuran 5 X 6 m dan ruang operator berukuran 5 X 4,6 m. Fasilitas yang ada di dalamnya adalah : ● Unit MRI GE 1,5 Tesla ● Seperangkat meja dan komputer work station ● Printer merk carestream ● Lemari ● 1 komputer dan printer ● Box emergency
BAB IV KEBIJAKAN
lnstalasi radiologi Rumah Sakit TK II Pelamonia memiliki beberapa kebijakan sebagai berikut: 1. Pelayanan radiologi harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku 2. lnstalasi radiologi memberikan pelayanan radiodiagnostik,
imaging dan
radiologi intervensional dilaksanakan 24 jam 3. Ada daftar spesialis dalam bidang diagnostik yang sewaktu-waktu dapat dihubungi jika dibutuhkan. 4. Rumah sakit menetapkan seorang atau lebih tenaga professional untuk memimpin pelayanan radiodiagnostik, imaging dan radiologi intervensional terintegrasi.
5. Permintaan pemeriksaan dan pembuatan foto diajukan oleh dokter dari unit rawat jalan I unit medical chek up I unit rawat inap I unit gawat darurat I dokter luar. 6. Permintaan diajukan kepada instalasi radiologi, dengan melakukan order melalui surat perminataan foto dan disertai keterangan klinis I diagnosa klinis. 7. Pasien harus mendapat informasi terlebih dahulu sebelum dilakukanya tindakan yang memerlukan persiapan khusus. 8. Untuk pasien luar RS pemeriksaan dapat dilakukan bila pasien terlebih dahulu menyelesaikan proses pembayaran baik dengan cash ataupun dengan jaminan. Untuk pasien rawat jalan pembayaran dilakukan di kasir untuk pasien rawat inap pembayaran di transfer ke ruangan tempat pasien dirawat. 9. Untuk pemeriksaan tertentu yang memerlukan informed consent, pasien harus diberikan iformasi mengenai tujuan, proses dan resiko pemeriksaan yang akan dilakukan dan juga harus mengisi form informed consent yang telah disediakan. 10. Pada pemeriksaan radiologi yang menggunakan bahan media kontras, hanya dilakukan pada jam kerja 11. Pada jenis pemeriksaan yang memerlukan persiapan khusus, pasien tidak dapat diperiksa langsung, melainkan akan di jadwalkan dan di terangkan tentang persiapan yang dilakukan oleh pasien 12. Pemeriksaan dan ekspertise hasil radiologi dilakukan oleh dokter spesialis radiologi sesuai dengan kompetensinya. 13. Pemeriksaan radiografer
radiodiagnostik
tanpa
kontras
dan pemeriksaan yang menggunakan
dilaksanakan
oleh
kontras dilaksanakan
bersama dokter spesialis radiologi. 14. Yang berwenang menyuntikan
kontras adalah dokter radiolog atau
perawat radiologi yang tel ah didelegasikan oleh dokter radiolog. 15. Semua
petugas
radiologi
wajib
memiliki
ijin
sesuai
dengan
ketentuan yang berlaku 16. Setiap petugas radiologi harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, dan menghormati hak pasien
17. Pemeriksaan USG untuk pemeriksaan
dan
ekspertise
nya
dilakukan
oleh
radiolog,
khusus seperti obsgyn dapat juga dilakukan oleh
dokter yang telah mendapatkan pelatihan USG ( Spesialis Obsgyn ) yang memiliki SIP di rumah sakit dan itu hanya untuk keperluan klinisnya saja, untuk pemeriksaan yang membutuhkan ekspertise dilakukan oleh dokter spesialis radiologi 18. Pemeriksaan radiologi ditempat (cyto bed) hanya boleh dilakukan pada pasien dengan kondisi khusus karena alasan keselamatan atau pasien di ruang intensif. 19. Hasil
pemeriksaan
radiologi
kecuali
cyto diselesaikan
dalam waktu
kurang dari 6 jam. 20. Hasil pemeriksaan radiologi cyto diselesaikan dalam waktu kurang dari 2 jam. 21. Dalam keadaan CITO, foto-foto dapat dipinjam basah ( foto yang belum dibaca) dan dalam
waktu
1
x 24 jam,
foto
yang
dipinjam
tersebut harus sudah dikembalikan untuk dibaca oleh dokter Radiolog. 22. Hasil radiologi yang dikonsulkan
atau hasil kritis harus sudah dibaca
maksimal 1 jam setelah pasien diperiksa. 23. Bila ada Radiolog yang berhalangan hadir, maka digantikan oleh radiolog lainya. 24. Radiolog
bertanggung jawab
(diagnostic imaging)
secara
pada
hasil
keseluruhan
pemeriksaan
radiologi
dan hasil ekspertise
yang
dihasilkanya. 25. Setiap
radiografer
dan
radiolog
wajib menggunakan personal mengetahui
yang
bekerja
monitoring
pada area
dosis
radiasi
radiasi dan
cara pemakaian dan penyimpanan alat tersebut.
26. Rumah sakit melaksanakan
ldentifikasi
dosis minimal
untuk setiap
pemeriksaan 27. Untuk
mempertahankan
dan
meningkatkan
kompetensi,
setiap
petugas wajib mengikuti pelatihan yang diselenggarakan. 28. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan 29. Peralatan radiologi harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kaliberasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku
30. Pemeliharaan
dan
QC
(Quality
Control)
a lat
radiologi
harian
dikerjakan secara teratur oleh petugas radiologi melalui formulir chek list alat
dan
secara
berkala dilakukan
oleh teknisi
alat sesuai dengan
ketentuan setiap alat. 31. Sertifikat kalibersi sebagai bukti pelaksanaan atau dokumentasi kaliberasi harus diarsipkan. 32. Semua alat yang memanfaatkan radiasi pengion harus lulus uji kesesuaian 33. Pera Iatan
radiologi
yang
mengalami
kerusakan
harus
segera
dilaporkan untuk dilakukan perbaikan 34. Fasilitas
dan
peralatan
radiologi
harus
selalu
siap pakai dan
dikembangkan mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi 35. Peralatan
radiologi
harus terkaliberasi
dan ter maintenance
dengan
baik dan berkala 36. Demi keterdiban dan kelancaran pelayanan radiologi,
harus tersedia
film dan bahan lainya yang memadai serta disimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku 37. Untuk FEFO
menggunakan
film
(Firs Exspire Firs Out)
pemakaianya guna
menggunakan
menjamin
material film
kaidah tersebut
tidak rusak akibat penyimpanan yang terlalu lama
38. Dalam
melaksanaan
tugasnya
ketentuan dalam K3 (keselamatan penggunaan
APD
setiap
petugas
wajib
dan kesehatan
(Alat Pelindung
mematuhi
kerja), termasuk
Diri) serta keamanan
dan
pengendalian infeksi di radiologi. 39. Untuk
melaksanakan
koordinasi
dan
evaluasi
wajib
dilaksankan
rapat rutin bulanaan minimal satu bulan sekali 40. Untuk mengatasi keadaan gawat darurat akibat reaksi dari bahan kontras wajib disediakan obat dan peralatan sesuai dengan standar yang ditetapkan 41. Mutu
pelayanan
meningkatkan pertemuan
harus
selalau
mutu layananan harus
ditingkatkatkan, selalau
diadakan
untuk pertemuan-
rutin teratur dan dievaluasi secara berkala
42. Evaluasi secara berkala dilakukan sesuai waktu yang telah ditentukan, evaluasi terhadap
pasien
dilakukan
dengan
menggunakan
kuisioner
kepuasan pelanggan,
evaluasi
sasaran
mutu dilakukan
setiap tiga bulan sekali. 43. Dalam penyimpanan
data dan arsip radiologi
maksimal
5 tahun dan
jika tidak memungkinkan penyimpananan minimal 3 tahun. 44. Apabila
terjadi kerusakan alat maka pasien akan dirujuk ke Rumah
Sakit yang memiliki
peralatan sejenis atau lebih tinggi dan memiliki
kualifikasi minimal setara dengan Rumah Sakit 45. Apabila
terjadi
kekosongan
Stok
Film
maka hasil radiodiagnostik
imaging di berikan dalam bentuk CD.
BAB V TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Ketentuan Umum Loket pendaftaran radiologi buka : 1. Untuk Pelayanan Umum : Senin-Sabtu: 07.00-15.30 WITA 2. Untuk Pelayanan Emergency I Cyto berlaku 24 jam 3. Pelayanan diloket pendaftaran radiologi hanya dilakukan kepada mereka yang membawa formulir atau surat permintaan pemeriksaan rontgen dari dokter dengan klinis yang jelas. 4. Bila pasien tidak membawa formulir atau surat permintaan, maka pasien dapat mendaftar ke poliklinik umum, untuk diperiksa terlebih dahulu. 5. Untuk pasien emergency dari IGD bisa langsung dilakukan pemeriksaan radiologi untuk lembar form. bisa menyusul
B. Jenis Pelayanan Radiologi Rumah Sakit TK II Pelamonia a. Pemeriksaan rutin (Non Kontras I tanpa persiapan) 1. Kepala 2. Abdomen/BNO 3. Sinus Paranasalis (SPN) 4. Abdomen 3 posisi 5. Thorak AP/PA/Lat/RLD 6. Pelvis
7. Extremitas atas 8. Extremitas bawah 9. Columna Vetebrae b. Pemeriksaan khusus (dengan kontras I dengan persiapan) 1. USG Abdomen 2. BNO-IVP 3. Apendicogram 4. Colon In loop 5. Uretrocystografi 6. fistulografi 7. barium follow Throught 8. UGI 9. CT.Scan kepala dengan kontras 10. CT.ScanAbdomen dengan kontras 11. MRI Abdomen
C. Informed consent Pemeriksaan radiologi yang memerlukan informed consent adalah : 1. Pemeriksaan yang menggunakan bahan kontras intravena 2. Pemeriksaan dengan menggunakan bahan kontras per oral maupun per anal Bila diperlukan tindakan medis di radiologi maka pasien atau keluarga pasien menandatangani formulir persetujuan tindakan medis yang telah disediakan
D. Pendaftaran Pasien 1. Pendaftaran pasien berdasar pada permintaan dari dokter. lnstalasi Radiologi menerima pasien yang berasal dar Rawat Jalan, Rawat lnap, Atau Rujukan dari Rumah Sakit Lain. 2. Pendaftaran
pasien
dilakukan
di
loket
pendaftaran
oleh
petugas
administrasi. Pendaftaran dilakukan dengan menyerahkan surat permintaan pemeriksaan radiology dari dokter pengirim. 3. Pasien
dikenakan
pemeriksaan radiologi.
biaya
sesuai dengan SK Direktur tentang tarif
Tarif sesuai
dengan pemeriksaan
yang diminta
dokter pengirim atau bila harus minta persetujuan 4. Pembayaran
pasien
dilakukan sebelum
perlu
tambahan
pemeriksaan
petugas
dari pasien/keluarga.
rawat jalan
dan
rujukan
rumah
sakit
lain
pemeriksaan dilakukan, kecuali pemeriksaan CT
Scan. Untuk Pasien Rawat lnap dibuatkan penagihan dan dibayarkan pada waktu pasien pulang. 5. Petugas
administrasi
membuat
laporan
penerimaan
uang
dan
menyetorkan pada bendahara Rumah Sakit TK II Pelamonia setiap hari setelah semua kegiatan pelayanan selesai.
E. Persiapan pemeriksaan Untuk pemeriksaan tertentu diperlukan persiapan khusus yang melibatkan pasien I keluarga I perawat ruangan. Persiapan diperlukan agar hasil pemeriksaan bisa maksimal. 1. Petugas untuk mempersiapkan pemeriksaan adalah dokter radiologi atau radiographer. 2. Petugas radiologi menjelaskan maksud dan tujuan dilakukan persiapan pemeriksaan pada pasien. 3. Pasien yang memerlukan persiapan pemeriksaan harus mendaftar di loket radiologi untuk di lakukan penjadwalan pemeriksaan. 4. Pasien rawat jalan melakukan persiapan pemeriksaan radiologi di rumah setelah mendapat instruksi dari petugas radiologi. Pasien rawat inap dilakukan oleh perawat. 5. Tata cara persiapan pemeriksaan sesuai dengan Prosedur tetap yang ada.
F. Pelaksanaan pemeriksaan 1. Pelaksana pemeriksaan adalah sebagai berikut: Pemeriksaan foto polos
: Radiografer
Pemeriksaan kontras
: Radiografer dengan didampingi dokter spesialis radiologi.
Pemberian
injeksi
media
kontras
dilakukan oleh dokter radiologi atau perawat radiologi yang telah mendapat pelimpahan dari dokter spesialis radiologi.
USG
: Dokter spesialis radiologi dibantu radiografer.
Ct Scan
: Radiografer dengan didampingi dokter spesialis radiologi
MRI
: Radiografer dengan didampingi dokter spesialis radiologi
Pembacaan Foto
: Dokter spesialis radiologi
2. Petugas radiologi memanggil pasien
sesuai urutan untuk dilakukan
pemeriksaan dengan menyebut nama pasien dan tanggal lahir (untuk pasien rawat jalan). 3. Petugas radiologi harus mengecek kebenaran identitas sesuai dengan surat permintaan foto dan gelang pasien (rawat inap) I kartu identitas berobat (rawat jalan). 4. Petugas menjelaskan pada pasien informasi tentang pemeriksaan yang akan dilakukan dan memberikan edukasi mengenai sinar - x. 5. Pastikan pasien memahami informasi yang telah di berikan dengan memberikan chek list dan tanda tangan pasien atau keluarga. 6. Pasien menandatangani inform concent (persetujuan tindakan medik) bila diperlukan. 7. Petugas radiologi melakukan pemeriksaan sesuai dengan prosedur tetap. 8. Pasien menunggu diruang tunggu setelah pemeriksaan dilaksanakan. 9. Untuk pemeriksaan yang tidak bisa diselesaikan pada hari itu pasien dipersilahkan pulang setelah semua administrasi lengkap.
G. Pemprosesan film 1. Sebelum kaset di proses masukkan data pasien 2. Radiografer melakukan pemprosesan film dengan CR 3. Setelah selesai editing gambar kemudian di print
H. Pemberian expertise 1. Expertise dilakukan oleh dokter spesialis radiologi. 2. Semua foto harus di expertise oleh dokter spesialis radiologi. 3. Foto di dalam jam kerja dilakukan oleh dokter spesialis radiologi di radiologi.
4. Foto di luar jam kerja dilakukan oleh dokter spesialis radiologi di rumah sesuai jadwal yang berlaku dengan cara film dikirim oleh petugas portir ruangan rawat inap.
5. Pemberian expertise hasil pemeriksaan radiologi harus menjelaskan deskripsi dan kesimpulan yang meliputi : a. Thorax: • Cor • Pulmo • Sinus phrenicocostalis • Skeletal • kesimpulan. b. Foto Thorax PA I Lateral : • Cor • Pulmo • Sinus phrenicocostalis kanan kiri anterior posterior • Retrosternal • retrocardial space • Skeletal c. Pelvis AP • Alignment, • Trabekulasi tulang, • Sacroiliac dan hip joint kanan kiri, • Shenton's line kanan kiri, • destruksi tulang, • soft tissue mass I swelling, • kalsifikasi abnormal, • kesimpulan. d. BOF: • Bayangan gas usus, • Bayangan hepar dan lien, • Contourginjal kanan kiri, • bayangan radioopaque di sepanjang traktus urinarius, • Psoas shadow kanan kiri,
• Corpus, pedicle dan spatium intervertebralis, • kesimpulan. e. Water's : • Sinus frontalis kanan kiri • Sinus maxillaris kanan kiri • Septum nasi • Mucosa cavum nasi kanan kiri • Kesimpulan f. Foto Babygram : • Thorax AP : ➢ Cor ➢ PuImo ➢ Sinus phrenicocostalis kanan kiri. • BOF: ➢ Flank area, ➢ Preperitoneal fat line, ➢ Bayangan gas usus ➢ Bayangan hepar dan lien ➢ Contour ginjal kanan kiri ➢ bayangan radioopaque sepanjang traktus urinarius ➢ Psoas shadow kanan kiri ➢ Corpus, pedicle, dan spatium intervertebralis • Kesimpulan g. Foto (Tulang) AP I Lateral : • Alignment • Trabekulasi tulang Celah dan permukaan sendi , kalsifikasi abnormal • erosi I destruksi tulang • soft tissue mass I swelling h. Cervical AP I Lateral : • Alignment • Curve • Trabekulasi tulang Superior dan inferior endplate • Corpus, pedicle dan spatium intervertebralis, kalsifikasi abnormal
• erosi I destruksi tulang • paravertebral soft tissue mass I swelling • posisi Trachea i.
Thoracal I Lumbosacral AP I Lateral: • Alignment, curve Trabekulasi tulang Superior dan inferior endplate • Corpus, pedicle dan spatium intervertebralis • kalsifikasi abnormal • erosi I destruksi tulang • paravertebral soft tissue mass I swelling
j.
Schuller Kanan Kiri : • Air cell • MAE
k. Pemeriksaan IVP • Plain Foto : ➢ Bayangan gas usus ➢ Bayangan hepar dan lien ➢ Contour ginjal kanan kiri ➢ bayangan radiooopaque sepanjang tractus urinarius ➢ Psoas shadow kanan-kiri ➢ Corpus, pedicle dan spatium intervertebralis • Contrast Study: ➢ Volume Kontras water soluble, reaksi alergi ➢ Nephrogram kanan kiri ➢ Ekskresi ginjal kanan kiri pada menit ke 5 ➢ System pelviocalyceal kanan kiri ➢ Ureter kanan kiri ➢ Buli-Buli : Konsentrasi kontras, bentuk dan posisi , mucosa outline ➢ Post miksi : residual urine l.
Colon In loop : • Plain Foto: ➢ Bayangan gas usus ➢ Bayangan hepar dan lien ➢ Contour ginjal kanan kiri
➢ Bayangan radiooopaque sepanjang tractus urinarius ➢ Psoas shadow kanan-kiri ➢ Corpus, pedicle dan spatium intervertebralis. • Kontras study : ➢ Volume contras yang dimasukkan melalui kateter ke dalam anus ➢ Keadaan kontras yang mengisi rektum, sigmoid, colon descenden, flexura lienalis dan sebagian colon transversum ➢ Mukosa colon baik dan Haustra colon tampak baik ➢ Filling defect I additional shadow leakage kontras
m. Cystography : • Volume kontras water soluble yang telah diencerkan dimasukkan ke buli melalui kateter sistotomy sampai buli terisi penuh dan pasien terasa ingin kencing • Bladder neck dan ekstravasasi kontras • kontras mengalir melalui uretra dan keluar melalui OUE n. Uretrography : • Kontras water soluble yang telah diencerkan di masukan ke dalam uretra melalui penile canule • Aliran kontras yang
mengisi uretra pars cavernosa,
bulbosa,
diaframatica, prostatica lalu mengisi buli • Mukosa uretra • pelebaran/penyempitan abnormal lumen uretra • filling defect/additional shadow • leakage kontras o. Bipolar : • Volume kontras water soluble yang telah di encerkan di masukan ke dalam buli melalui kateter sistotomy hingga pasien merasa ingin kencing • Bladder neck ,
keadaan kontras yang masuk mengisi uretra
pars prostatica, pars diafragmatica,dan pars bulbosa • Keadaan kontras yang masuk mengisi uretra pars cavernosa bertemu kontras yang berasal dari buli
dan
• Leakage kontras
p. Esophagogram
:
• Plain Photo : ➢ Tulang tulang ➢ gambaran massa ➢ bayangan radioopaque • Contrast Study : ➢ Kondisi kontras yang mengisi esophagus hingga gaster ➢ Fungsi peristaltik ➢ Fungsi menelan ➢ Mucosa outline esophagus ➢ penyempitan I pelebaran lumen abnormal ➢ filling defect I additional shadow q. Barium Follow Through : • Plain Photo : ➢ Bayangan gas dalam usus ➢ gambaran coiled spring dan herring bone sign ➢ ground glass appearance dalam cavum abdomen • Contrast Study : ➢ Volume kontras barium yang telah diencerkan dimasukkan melalui sonde lambung ➢ Keadaan kontras yang masuk mengisi gaster, pylorus, bulbus duodenisampaiduodenum ➢ gambaran filling defect I additional shadow sampai daerah ilium proximal ➢ Peristaltik lambung ➢ ekstravasasi maupun pooling kontras
r. USG Abdomen Wanita : • Hepar
:
ukuran,
intensitas
echo
parenkim,
pelebaran • IHBD/EHBD, v.porta/v.hepatika. kista/massa/nodul. • GB: ukuran, penebalan dinding, batu/kista/massa
sudut,
tepi,
• Pancreas
:
ukuran,
intensitas
echo
parenkim,
kista/kalsifikasi/massa, pelebaran ductus pancreaticus • Lien : ukuran, intensitas echo parenkim, • Ginjal kanan :
ukuran,
intensitas echo parenkim,
cortex, ekstasis system pelviocalyceal, • Ginjal kiri :
ukuran,
kista/massa/nodul batas sinus
kista/massa/batu
intensitas echo parenkim,
cortex, ekstasis system pelviocalyceal,
batas sinus
kista/massa/batu
• Buli : terisi cukup urine, penebalan dinding, massa/batu • Uterus : ukuran, massa/kalsifikasi • Adneksa kanan kiri • Kesimpulan. s. USG Abdomen Laki Laki: •
Hepar :
ukuran,
intensitas
echo parenkim,
sudut,
tepi,
pelebaran •
IHBD/EHBD, v.porta/v.hepatika,
•
GB: ukuran, penebalan dinding, batu/kista/massa
•
Pancreas
:
ukuran,
kista/massa/nodul.
intensitas
echo
parenkim,
kista/kalsifikasi/massa, pelebaran ductus pancreaticus •
Lien : ukuran, intensitas echo parenkim,
•
Ginjal kanan :
ukuran,
intensitas echo parenkim,
cortex, ekstasis system pelviocalyceal, •
Ginjal kiri :
kista/massa/nodul
kista/massa/batu
ukuran, intensitas echo parenkim,
cortex, ekstasis system pelviocalyceal,
batas sinus
batas sinus
kista/massa/batu
•
Buli : terisi cukup urine, penebalan dinding, massa/batu
•
Prostat:
•
Kesimpulan.
ukuran, intensitas echo parenkim, massa/kalsifikasi
t. Pemeriksaan MSCT scan Kepala irisan Axial reformatted Sagital dan Coronal tanpa dan dengan kontras : • Lesi hypo/hyperdense di brain parenchym yang setelah pemberian kontras. • Midline shift. • Sulcy dan gyri. • Sistem ventrikel dan sisterna.
• Kalsifikasi abnormal. • Pons dan serebellum. • Orbita dan mastoid kanan kiri • Sinus frontalis, sinus ethmoidalis, sinus maxilaris dan sphenoidalis kanan kiri. • Calvaria • Kesimpulan. u. Penyerahan hasil kritis Bila terdapat hasil kritis yaitu : • Perdarahan Otak ~ 30 cc • Perforasi organ berongga • Hemathotorak massive • Pneumothorak luas • KET dengan cairan bebas yang banyak • Cairan bebas luas pada TTA. • Segera laporkan ke perawat ruangan untuk segera dilaporkan kepada • DPJP • Laporkan nilai kritis maksimal 60 menit setelah hasil jadi • Catat identitas pasien, penerima hasil dan waktu pelayanan pada buku catatan Nilai Kritis
I. Penyerahan hasil 1. Penyerahan hasil dilakukan di loket penyerahan hasil. 2. Petugas mengecek kelengkapan foto dan kebenaran identitas dengan mengisi form eek list, sebelum menyerahkan foto. 3. Pasien rawat jalan menunjukkan Kartu identitas berobat atau kwitansi pembayaran untuk mengambil foto. 4. Foto dari pasien rawat inap diambil oleh petugas ruangan. 5. Pengambil foto menulis pada buku pengambilan foto sebagai bukti serah terima foto.
BAB.VI LOGISTIK
A. Pengaturan 1. Unit Radiologi menetapkan jumlah kebutuhan film CR dan perbekalan penting untuk menunjang proses pemeriksaan radiologi. 2. Unit Radiologi menjamin ketersediaan Film CR, dan perbekalan penting lainya. 3. Persediaan Film CR dan kebutuhan lainya diminta berdasarkan jumlah pesediaan yang telah mencapai batas minimal 4. Pemesanan Film CR dan kebutuhan lainya tidak boleh lebih dari batas maksimal 5. Pemesanan harus ditulis dengan lengkap nama barang, jumlah, satuan dan kode barang. 6. Pastikan pengukuran suhu tempat penyimpanan terjaga dengan baik, melalui pengecekan 7. Pastikan kunci lemari penyimpanan film dan perbekalan lainya berfungsi dengan baik 8. Pastikan Film CR dan kebutuhan lainya yang diterima dari bagian farmasi sesuai dengan surat pemesanan barang (SPT) 9. Penyimpanan harus sesuai FIFO (First In First Out) dan FEFO (First expired First Out) 10. Pemberian label untuk semua perbekalan dilakukan secara lengkap dan akurat. Pemesanan 1. Apabila ada kebutuhan mendesak dan stok barang di radiologi kosong maka permintaan barang bisa dilakukan sewaktu - waktu pada jam kerja sesuai kebutuhan. 2. Tulis permintaan Film CR dan kebutuhan lainya sesuai dengan stok minimal dan maksimal barang. 3. Permintaan Film CR dan kebutuhan lainya dibuatstaf radiologi yang telah disetujui oleh kepala lnstalasi radiologi.
4. Permintaan yang telah disetujui diserahkan kebagian farmasi. Jika barangnya berupa ATK (Alat Tulis Kantor) surat permintaan pengadaan barang ditujukkan ke bagian pengadaan.
B. Penyimpanan 1. Penyimpanan dilakukan di gudang radiologi untuk pemakaian selama 2 minggu. 2. Proses penyimpanan semua perbekalan di instalasi radiologi disesuaikan dengan peraturan yang ditetapkan oleh manufaktur. 3. Film CR dan kebutuhan lainya yang diterima dari bagian farmasi atau Bagian Rumah Tangga harus diperiksa fisik, jumlah dan kemasanya sebelum ditandatangani bukti serah terima barang. 4. Setelah dihitung Film CR dan kebutuhan lainya disimpan dalam lemari yang terkunci. 5. Setiap kali pengambilan film CR dan kebutuhan lainya harus dicatat di kartu stok.
C. Distribusi 1. Proses Distribusi ketentuan dari
perbekalan di lnstalasi radiologi sesuai dengan
Rumah
Sakit,
untuk mendukung
proses pelayanan
radiologi 2. Setiap
dinas
pagi
petugas
menghitung
kebutuhan
alkes
untuk
standar minimal dan maksimal. 3. Petugas mengambil alkes dan perbekalan lainya dengan mencatat di kartu stok 4. Patikan
Film
CR
dan
perbekalan
lainya
yang
didistribusikan
diperiksa exspired datenya dan kondisi fisiknya. 5. Jika
rusak
atau
sudah
expired
maka
dilaporkan
ke
koordinator
radiografer untuk ditindaklanjuti. 6. Petugas
mendistribusikan
film
CR
dengan kebutuhan masing - masing ruang.
yang
dibutuhkan
sesuai
D. Laporan Logistik lnstalasi Radiologi Pelaporan dilakukan agar pemesan, pemakaian dan distribusi barang di lnstalasi Radiologi tercatat dan terkontrol dengan baik, yaitu; 1. Laporan pencatatan jumlah order barang dalam satuan tergantung jenis barang dan kebutuhan lainya. Adapun nama satuan yang dipakai antara lain piece, box, roll, kg, tube,buku,lembar 2. Pencatatan
dan pelaporan
dilakukan
setiap
dan lainya. 2 minggu
pada saat
mengajukan permintaan barang.
E. Evaluasi Logistik Evaluasi dilakukan
setiap
kebutuhan lainya, jumlah jumlah
bulan
pasien yang menggunakan
kadaluarsa
ketersediaan
didata
barang tersebut.
dan diperiksa
3 bulan harus segera
dengan
Fisik dari barang
rusak baik lebel merk dan isinya. apakah ada barang yang
mendekati tanggal kadaluarsa. Jika barang tersebut minimal
barang dan
barang yang dipakai harus disesuaikan
harus diperiksa apakah ada yang Tanggal
terhadap
diserahkan
mendekati
kadaluarsa
ke bagian farmasi untuk
dikembalikan dan dibuat berita acara.
F. Alat rumah tangga, alat tulis kantor (ATK) dan linen 1. Alur
Ka Unit Radiologi
Ka Sarana
Ka Pengadaan
2. Perencanaan Petugas radiologi mendata kebutuhan barang barang cetakan, alat tulis dan alat rumah tangga setiap tahun dan mengajukan kebutuhan tersebut ke Bagian Rumah Tangga. Rencana kebutuhan berdasar pemakaian tahun lalu dan ditambah 10%. 3. Permintaan
Petugas radiologi mengajukan permintaan alat tulis kantor I barang cetakan berdasarkan kebutuhan tiap minggu sesuai dengan lnstruksi kerja permintaan barang ke Bagian Rumah Tangga. 4. Penyimpanan dan pemakaian Penyimpanan dilakukan di gudang radiologi untuk pemakaian selama 1 minggu. Pemakaian diusahakan seefisien mungkin sesuai kebutuhan.
BAB VII KESELAMATAN PASIEN
1. IDENTIFIKASI RISIKO Risiko adalah
potensi terjadinya
kerugian
yang dapat timbul dari proses
kegiatan saat sekarang atau kejadian di masa datang. Risiko di lnstalasi Radiologi meliputi : a. Risiko Keselamatan Pasien (Patient Safety) • Pasien Jatuh • Salah pemberian obat (dosis, rute, obat, pasien) • Risiko pemberian obat I kontras media (alergi) • Terpapar radiasi • Tindakan yang salah I dilakukan pada pasien yang salah • Penanganan terlambat. b. Risiko Keselamatan Staf (Staff Safety) • Karyawan Jatuh • Tertusuk jarum suntik I benda tajam lainya • Terpapar bahan kimia atau cairan tubuh pasien • Terpapar radiasi • Terpapar infeksi • Low Back Pain karena proses pengangkatan yang tidak tepat • Security hazard dari pasien I pengunjung
2. MANAJEMEN RISIKO I RISK MANAGEMENT Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasikan, mengevaluasi dan memprioritaskan risiko untuk mengurangi risiko cedera dan kerugian pada pasien,
karyawan Rumah Sakit dan pengunjung. Upaya
mengurangi risiko tersebut diantaranya adalah dengan : a. Prosedur ldentifikasi pasien, komunikasi dan prosedur keselamatan lain b. Prosedur penanganan needle stick injury dan cairan tubuh lainya. c. pemakaian dan penyediaan alat pelindung diri termasuk apron d. Pengkajian 4 tepat ( tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat rute) dalam pemberian obat. e. Pelatihan teknik BLS (Basic Life Support) f. Memastikan kecukupan tenaga g. Monitoring paparan radiasi baik personal monitoring maupun device monitoring dan medical chek up berkala bagi karyawan. h. Pemberian extra Fooding i.
Pengadaan, penyimpanan, pemakaian dan pembuangan sesuai dengan prosedur.
j.
Penanaman budaya safety, safety meeting dan awereness.
3. INFECTION CONTROL lnfeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh ketika seseorang dirawat di Rumah Sakit, infeksi nosokomial dapat terjadi setiap saat dan disetiap tempat di Rumah Sakit. Untuk mencegah dan mengurangi kejadian infeksi nosokomial serta menekan angka infeksi ketingkat serendah rendahnya perlu adanya pengendalian infeksi nosokomila.
Pengendalian infeksi nosokomial bukan
hanya tanggung jawab pimpinan rumah sakit atau dokter I perawat saja tapi tangung jawab bersama dan melibatkan semua unsure I profesi yang ada di Rumah Sakit. lnstalasi Radiologi menerapkan kebijakan dan prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi sesuai dengan kebijakan Rumah Sakit, dengan selalu berkoordinasi dengan komite Pencegahan dan Pengendalian lnfeksi Rumah Sakit.
4. SUMBER INFEKSI Yang merupakan Sumber lnfeksi adalah : a. Petugas Rumah Sakit (Perilaku) b. Kurang atau tidak memahami cara-cara penularan penyakit. c. Kurang atau tidak memperhatikan kebersihan d. Kurang atau tidak memperhatikan teknik aseptic dan atiseptik e. Menderita suatu penyakit f. Tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan g. Alat-alat yang dipakai (alat kedokteran I kesehatan, linen dan lainya) kotor atau kurang bersih (tidak steril) serta rusak atau tidak layak pakai h. Penyimpanan yang kurang baik i. Dipakai berulang - ulang j. Lewat batas waktu pemakaian k. Pasien l. Kebersihan kurang m.Menderita penyakit menular I infeksi n. Lingkungan o. Tidak ada sinar matahari yang masuk p. Sirkulasi atau ventilasi udara yang kurang baik q. Ruangan lembab r. Banyak serangga
5. FAKTOR YANG SERING MENIMBULKAN TERJADINYA INFEKSI a. Banyaknya pasien yang dirawat di Rumah Sakit yang dapat menjadi sumber infeksi bagi lingkungan dan pasien lain. b. Adanya kontak langsung antara pasien satu dengan pasien lainya. c. Adanya kontak langsung antara pasien dan petugas rumah sakit yang terinfeksi. d. Penggunaan alat-alat yang terkontaminasi e. Kurangnya perhatian tindakan aseptic dan antiseptic f. Kondisi pasien yang lemah.
6. PENCEGAHAN a. Petugas bekerja sesuai dengan standar Prosedur Operasional (SPO) untuk pelayanan Radiologi. b. Memperhatikan aseptic dan antiseptic c. Menggunakan alat pelindung diri (APD) d. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan. e. Bila sakit segera berobat f. PeraIatan : ● Perhatikan kebersihan ● Penyimpanaan bahan kimia radiologi yang benar dan perhatikan batas waktu. ● Penyimpanan (FIFO) ● Peralatan yang rusak segera diganti g. Ruangan I Lingkungan ● Tersedia air yang mengalir untuk cuci tangan ● Penerangan cukup ● Ventilasi sirkulasi udara baik ● Perhatikan kelembapan dan kebersihan ruangan ● Pembersihan secara berkala •
Lantai kering dan bersih
BAB IX KESELAMATAN KERJA
1. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA Dalam menerapkan kebijakan dan prosedur kesehatan dan keselamatan kerja lnstalasi radiologi sesuaikan dengan kebijakan Rumah Sakit, dengan selalu berkoordinasi dengan Tim Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit dan unit terkait lainya. 2. PRINSIP DASAR DAN USAHA KESEHATAN KERJA Prinsip dasar usaha kesehatan kerja terdiri atas :
ruang lingkup usaha
kesehatan kerja. Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara I metode kerja dan kondisi yang bertujuan untuk :
a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosial. b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh keadaan I kondisi lingkungan kerjanya. c. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja didalam pekerjaanya dari
kemungkinan
bahaya yang disebabkan oleh
faktor-faktor yang membahayakan kesehatan. d. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjaan.
3. KAPASITAS KERJA DAN BEBAN KERJA Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang optimal. Kapasitas kerja sperti status kesehatan kerja dan gizi pekerja serta kemampuan fisik prima diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan pekerjaan nya secara optimal. Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja yang prima merupakan modal
awal
seseorang
Kondisiawal seseorang temperature
untuk untuk
kerja, gizi kerja,
mencapai bekerja
produktifitas
dapat
yang
dipengaruhi
diharapkan. oleh
kondisi
kebugaran jasmani dan kesehatan mental.
Beban kerja meliputi fisik maupun mental. Akibat beban kerja yang terlalu berat atau
kemampuan
fisik
yang terlalu
lemah
dapat
mengakibatkan
seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.
4. LINGKUNGAN KERJA DAN PENYAKIT KERJA YANG DITIMBULKANYA Penyakit akibat kerja atau berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan oleh kurangnya yang tidak
pengetahuan di lingkungan kerja.
digunakan
secara
tepat
oleh
Misal alat pelindung kerja
pekerja
rumah
sakit
dengan
kemungkinan terpapar melalui kontak langsung atau tidak tersedianya pelindung. Untuk mengantisipasi permasalahan ini maka langkah awal penting adalah pengenalan I identifikasi bahaya yang dapat ditimbulkan upaya perlindungan dan penanggulangan dan dievaluasi kemudian dilakukan pengendalian.
5. POTENSI BAHAYA PADA INSTALASI RADIOLOGI a. Kebakaran kebakaran merupakan hal yang mungkin terjadi di lnstalasi Radiologi. Pencagahan dan Penanggulangan : 1) Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan - bahan yang mudah terbakar. 2) Penyimpanan bahan kimia di lnstalasi Radiologi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3) Mengidentifikasi dan pengawasan hal-hal yang bisa meninmbulkan bahaya. 4) Kebakaran, seperti alat listrik yang dapat menimbulkan arus pendek 5) Menjadikan lnstalasi Radiologi sebagai kawasan bebas rokok 6) Perlengkapan pemadam dan penanggulangan kebakaran seperti alat Pemadam Api (APAR) dan hydran 7) Alat-Alat pemadam kebakaran harus ditempatkan pada tempat yang rawan terjadi kebakaran, mudah terlihat. 8) Pengecekan rutin terhadap fungsi alat-alat pemadam kebakaran 9) Pelatihan dan sosialisasi kepada staff mengenai penanggulangan bahaya kebakaran dan pengggunaan alat pemadam kebakaran.
b. Terpeleset I terjatuh Terpeleset atau terjatuh pada lantai yang sama adalah bentuk kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada lnstalasi Radiologi walaupun jarang terjadi kematian tetapi dapat mengakibatkan cedera yang berat. 1) Penanggulangan : ● Jangan memakai sepatu dengan hak tinggi ● Kontruksi lantai harus rata dan sedapat mungkin dibuat dari bahan yang tidak licin. 2) Pemeliharaan Lantai : ● Lantai harus selalu dibersihkan dari kotoran-kotoran seperti air, debu, minyak yang memudahkan terpeleset. ● Lantai yang cacat misalnya banyak lubang atau permukaanya miring harus segera diperbaiki.
3) Bahaya Mikrobiologi Bahaya mikrobiologi adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh mikrobiologi hidup seperti bakteri, virus, ricket parasit dan jamur. Petugas unit radiologi yang menangani pasien senantiasa kontak dengan bahan dan menghirup udara yang tercemar kuman pathogen. Pencegahan terhadap bahaya mikrobiologi adalah sebagai berikut : •
Mengupayakan ventilasi dan pencahayaan yang baik dalam ruang pelayanan
•
Menggunakan alat pelindung diri (APO)
•
Melakukan tindakan dekontaminasi, disinfeksi dan sterilisasi terhadap bahan dan alat yang digunakan.
•
Secara teknis setiap petugas harus melakukan tugas pekerjaan sesuai dengan SPO
4) Bahan berbahaya Beracun Limbah
B3
adalah sisa
suatu usaha atau
kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya atau beracun yang karena sifat atau konsentrasinya atau jumlahnya,
baik secara langsung atau tidak
langsung dapat mencemari atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainya. a. Limbah B3 terbagi menjadi 2 bagian, yaitu Limbah B3 padat dan cair b. Limbah B3 padat adalah limbah padat yang mengandung bahan berbahaya medis
missal
atau beracun
yaitu
;
limbah
limbah infeksius, limbah patologis,
padat limbah
benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotosik, limbah kimiawi,
limbah
radioaktif,
limbah
container bertekanan,
dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi. c. Limbah
lnfeksius
adalah
pathogen yang tidak
limbah yang terinfeksi
secara
rutin ada dilingkunagn
organisme tersebut dalam jumlah dan untuk menularkan
organisme
virulensi
yang
penyakit pada manusia rentan.
dan cukup
d. Limbah patologi adalah limbah yang terdiri dari jaringan, organ,
atau bagian tubuh,
fetus manusia
dan
bangkai
binatang. e. Limbah
benda
adalah
limbah
meliputi jarum, jarum hipodermik,
pisau
paralatan
tajam
gergaji
benda-benda bedah
operasi, pecahan gelas,
yang
,
pisau,
dan paku yang
dapat menyebabkan Iuka tetusuk. f. Limbah farmasi adalah limbah yang meliputi produk farmasi kadaluarsa, tidak terkontaminasi,
digunakan, antara
lain;
tertumpah
atau
botol, kardus mengandung
residu, sarung tangan, masker, pipet dan ampul obat. g. Limbah kimiawi adalah Limbah bahan kimia selain obat yang termasuk dalam berbahaya
golongan
bahan
beracun
dan
(B3) seperti batu baterai, aki bekas, dan bahan
kemasan B3 lainya h. Limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi
Hal yang perlu diperhatikan sebelum membuang B3 cair yaitu; a. Menggunakan bahan
kemasan
yang
lebih
yang jarang digunakan
kadaluarsa. seluruh
B3
untuk
Selalu mengosongkan dari
kemasan
kecil
untuk
bahan-
mengurangi
risiko
kemasan/mamakai
sehingga mangurangi
risiko
terlepasnya B3 tersebut ke lingkungan. b. Pemisahan penempatan Limbah B3 cair c. Limbah B3 cair harus dikumpulkan
dalam container
yang
berbeda. d. Berdasarkan
sifat bahan kimia yang dibuang,
kategori
minimal yang dapat diikuti adalah: •
Pelarut organikbebas halogen dan bahan organik dalam larutan Pelarut
Organik
mengandung
halogen
dan
bahan organic dalam larutan •
Residu
padat bahan
kimia organik
larutan garam
stabilkan isi container agar PH mencapai range 6-8
•
Residu
bahan
anorganik
beracun
dan garam
logam
berat dan bahan lainya •
bahan mudah menyala atau beracun
•
mercury dan sisa mercuri inorganic
•
Residu garam logam, setiap logam dikumpulkan terpisah
•
padatan in organic
•
Pisahkan pengumpulan limbah gelas, logam dan plastic
•
Perlu
diingat,
sebelum
berkategori sama, melihat
pencampuran
diharuskan
melihat
limbah MSDS
yang untuk
kesalingsesuaian bahan dan untuk meyakinkan
antara bahan satu dan lainnya tidak saling bereaksi. 5) Distribusi B3 Pendistribusian
B3 dari gudang logistik farmasi
ke lnstalasi
radiologi dengan memperhatikan hal sebagai berikut; a. Alat bantu angkut terbuat
(Trolley)
harus
kuat,
stabil
dan tidak
dari bahan yang mudah bereaksi dengan B3 I Hazard
yang diangkut apabila terjadi kebocoran, tumpahan atau ceceran. b. Apabila akan mengangkut lebih dari satu B3 penyimpanan dalam trolley nya harus disusun sesuai dengan kesaling sesuaian dan pemisahan
berdasarkan
jenis
bahan
B3,
apabila
tidak
memungkinkan maka pendistribusian dilakukan perjenis B3. Penggunaan APO sesuai dengan B3 yang diangkut. 6) Pengendalian Limbah B3 •
Pengelolaan limbah 83 dapat dilakukan sendiri atau dilimpahkan pada pihak ke 3.
Persyaratan pengelolaan limbah B3 adalah
mempunyai izin pengelolaan limbahtersebut secara spesifik dari kementrian Negara Lingkungan Hidup. •
Hal ini menandakan bahwa pengelolaan limbah ini telah layak dan tidak mencemari lingkungan.
BAB X PENGENDALIAN MUTU
A. Pengertian Mutu pelayanan harus memiliki standart mutu yang jelas, artinya setiap jenis pelayanan
haruslah
mempunyai
indikator
dan standartnya.
Dengan
demikian pengguna jasa dapat membedakan pelayanan yang baik dan tidak baik melalui indicator dan standartnya B. lndikator Mutu Pelayanan dan standart mutu Unit Radiologi Mutu
Terkait
dengan
Input
,
Proses,
Output.
Pengukuran
mutu
pelayanan kesehatan dapat diukur dengan menggunakan 3 variabel, yaitu : lndikator mutu input, proses dan output. Pengukuran ketiga indicator tersebut sebagai berikut: 1. Indikator Input Input adalah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan
kesehatan,
diantaranya
tenaga,
fasilitas
dan
peralatan.
pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu pula. manajemen
lndikator input lnstalasi
dapat mengevaluasi
Radiologi
diperlukan
sejauh mana kemapuan
memenuhi sumberdaya di lnstalasi Radiologi. lndikator kelengkapan
peralatan,
kelayakan
peralatan
agar
manjemen
input adalah
dan ketersediaan
SDM. Penjelasan masing-masing indicator sebagai berikut:
a. Kelengkapan Peralatan Penilaian yang dipakai untuk menentukan kelengkapan peralatan adalah kesesuaian kebutuhan alat yang dipakai dengan jenis pemeriksaan pasien yang dibutuhkan. b. Kelayakan Peralatan •
Tujuan :
Untuk memenuhi sampai sejauh mana
Manajemen berhasil memenuhi kelayakan minimal peralatan medis pada masing - masing unit pelayanan. ● Sumber Data : Laporan Hasil lnventarisasi Peralatan ● Waktu Pengukuran : Akhir Tahun Anggaran ● Petugas Pengukur : Masing - masing Unit Pelayanan
● Pemilik lndikator
: IPAM E
c. Ketersediaan SDM ● Tujuan : Untuk menilai sampai sejauh mana Rumah sakit berhasil memenuhi ketersediaan tenaga pelayanan minimal sesuai Rumah Sakit Type B. ● Kebutuhan tenaga diukur dengan menggunakan perhitungan beban kerja masing masing jenis tenaga.
2. lndikator proses Proses, ialah interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen (pasien/masyarakat). Proses ini merupakan variabel penilaian mutu yang penting. a. Dilaksanakannya Audit Mutu Internal setahun satu kali, sesuai dengan Prosedur Mutu Audit Mutu Internal. b. Dilaksanakannya Audit Mutu eksternal maksimal sesuai dengan ketetapan Tim Akreditasi Rumah Sakit. c. Dilaksanakannya survey akreditasi tiap 3 tahun sekali, sesuai dengan jadwal survei akreditasi. d. Dilaksanakan evaluasi kegiatan pelayanan Unit Radiologi tiap bulanan.
3. lndikator output Output, ialah hasil pelayanan kesehatan,
merupakan alat untuk menilai
mutu pelayanan. lnstalasi Radiologi Rumah Sakit TK II Pelamonia menggunakan indicator standar pelayanan minimal yang mengacu Depkes dan ditambah indikator yang dipilih, yaitu : a. Waktu tunggu hasil pelayanan foto thorax. b. Pelaksana expertise hasil foto roentgen c. Kegagalan pelayanan roentgen i.
Kepuasan pelanggan
j.
Keterlambatan Penyerahan Hasil Radiologi Pasien Rawat Jalan
k. Waktu tunggu hasil radiologi cito I nilai kritis.
Standart Pelayanan Minimal Radiologi
1. Waktu tunggu hasil pelayanan foto thorax
Judul
Waktu Tunggu Hasil Foto Thorax
Dimensi Mutu
Efektifitas, kesinambungan pelayanan, efisiensi
Tujuan
Tergambarnya kecepatan pelayanan radiologi
Defenisi Operasional
Waktu tunggu hasil pelayanan foto thorax adalah tenggang waktu mulai pasien difoto sampai dengan menerima hasil yang sudah di expertise
Frekuensi Pengumpulan Data
setiap bulan
Periode Analisa
setiap 3 bulan
Numerator
jumlah kumulatif waktu tunggu hasil foto thorax
Denominator
jumlah pasien yang di foto thorax dalam bulan tersebut
Sumber Data
catatan waktu pada arsip bacaan foto thorax
Standart
≤ 3 Jam
Penanggung Jawab
Kepala Instalasi Radiologi
2. Pelaksana Ekspertise Hasil Foto Rontgen Judul
Pelaksana Expertise Hasil Foto Rontgen
Dimensi Mutu
Kompetensi Teknis
Tujuan
Pembacaan dan verifikasi hasil pemeriksaan roentgen dilakukan oleh tenaga ahli untuk memastikan ketepatan diagnosis
Defenisi Operasional
pelaksanaan expertise foto roentgen adalah dokter spesialis radiology yang mempunyai kewenangan untuk melakukan pembacaan foto roentgen / hasil pemeriksaan radiology. Bukti pembacaan dan verifikasi adalah dicantumkannya tanda tangan dokter spesialis radiology pada lembar hasil pemeriksaan yang dikirimkan kepada dokter yang
meminta. Frekuensi Pengumpulan Data
Setiap bulan
Periode Analisa
Setiap bulan
Numerator
Jumlah foto roentgen yang dibaca dan diverifikasi oleh dokter spesialis radiology dalam satu bulan.
Denominator
Jumlah seluruh pemeriksaan foto roentgen dalam satu bulan.
Sumber Data
Arsip hasil pemeriksaan dan register pasien radiology
Standart
100%
Penanggung Jawab
Kepala Instalasi Radiologi
3. Kejadian Kegagalan Pelayanan Rontgen Judul
Kejadian kegagalan pelayanan roentgen
Dimensi Mutu
Efektifitas dan efisiensi
Tujuan
Tergambarnya efektifitas dan efisiensi pelayanan roentgen
Defenisi Operasional
Kegagalan pelayanan roentgen adalah kerusakan foto yang tidak dapat dibaca
Frekuensi Pengumpulan Data
Setiap bulan
Periode Analisa
Setiap bulan
Numerator
Jumlah foto rusak yang tidak dapat dibaca dalam 1 bulan.
Denominator
Jumlah seluruh foto dalam 1 bulan
Sumber Data
Data film rusak / reject Register pasien radiology
Standart
≤
2%
Penanggung Jawab
Kepala Instalasi Radiologi
4. Kepuasan Pelanggan Judul
Kepuasan pelanggan
Dimensi Mutu
Kenyamanan
Tujuan
Tergambarnya persepsi pelanggan terhadap
pelayanan radiology Defenisi Operasional
Kepuasan pelangggan adalah pernyataan puas oleh pelanggan terhadap pelayanan radiology
Frekuensi Pengumpulan Data
Setiap 6 bulan
Periode Analisa
6 bulan
Numerator
Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien yang disurvey
Denominator
Jumlah total pasien yang disurvey (n minimal 50)
Sumber Data
Survey
Standart
≥
Penanggung Jawab
Kepala Instalasi Radiologi
80 %
5. Keterlambatan Penyerahan Hasil Radiologi Pasien Rawat Jalan Judul
Keterlambatan penyerahan hasil radiologi pasien rawat jalan
Dimensi Mutu
Efektifitas, kesinambungan pelayanan, efisiensi
Tujuan
Tergambarnya kecepatan pelayanan radiologi
Defenisi Operasional
keterlambatan penyerahan hasil radiologi pasien rawat jalan adalah jumlah foto dari pasien rawat jalan yang tenggang waktu pelayanannya melebihi batas waktu yang telah ditetapkan.
Frekuensi Pengumpulan Data
Setiap hari
Periode Analisa
Setiap bulan
Numerator
Jumlah foto dari pasien rawat jalan yang terlambat dalam satu bulan
Denominator
Jumlah pasien radiologi dari rawat jalan dalam bulan tersebut
Ekslusi
Foto yang datang lebih dari 13.00
Sumber Data
catatan waktu pada arsip bacaan
Standart
≤
20 % dari waktu yang telah ditetapkan yaitu :
Foto konvensional tanpa kontras ≤ 3 jam Foto konfensional dengan kontras ≤ 5 jam CT Scan tanpa kontras ≤ 5 jam
CT Scan dengan kontras ≤ 1 hari dari hari pemeriksaan. MRI ≤ 2 hari dari hari pemeriksaan Penanggung Jawab
Kepala Instalasi Radiologi
6. Tunggu Hasil Radiologi Cito/Nilai Kristis Judul
Waktu tunggu hasil radiologi cito / nilai kritis
Dimensi Mutu
Efektifitas, Kesinambungan pelayanan, efisiensi
Tujuan
Tergambarnya kecepatan pelayanan radiologi khususnya pada pasien cito/ nilai kritsis
Defenisi Operasional
Waktu tunggu hasil radiologi cito/ nilai kritis adalah tenggang waktu mulai pasien datang sampai dengan menerima hasil
Frekuensi Pengumpulan Data
Harian
Periode Analisa
Setiap Bulan
Numerator
Jumlah kumulatif waktu tunggu hasil radiologi cito/ nilai kritis dalam satu bulan
Denominator
JUmlah pasien radiologi cito/ nilai kritis yang difoto dalam bulan tersebut
Sumber Data
Catatan waktu pada arsip bacaan pemeriksaan radiologi
Standart
≤ 1 Jam
Penanggung Jawab
Kepala Instalasi Radiologi
BAB X PENUTUP
Pelayanan radiologi yang dilaksanakan di Rumah Sakit hendaknya senantiasa sejalan dengan perkembangan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kesehatan dan kedokteran. Selain itu, dalam rangka menyongsong era globalisasi dan menghadapi persaingan bebas, maka pelayanan radiologi rumah sakit juga harus dipersiapkan secara professional, hal tersebut akan berdampak kepada peningkatan kualitas pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit selanjutnya akan meningkatkan nilai jualnya. Pelayanan Radiologi merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan lainnya di rumah sakit, dan merupakan salah satu pelayanan yang dapat diunggulkan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit bagi pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan. Buku pedoman ini bertujuan untuk memberikan acuan yang [elas dan sistematis dalam mengelola dan melaksanakan pelayanan radiologi di rumah sakit yang tepat bagi pasien. Selain itu, pedoman ini bermanfaat bagi pengelola Rumah Sakit dalam mengimplimentasikan dan mengevaluasi kemajuan dan perkembangan pelayanan radiologi. Demikian telah disusun Buku pedoman Pelayanan Radiologi Rumah Sakit sebagai
acuan kerja bagi petugas Radiologi dalam melaksankan tugasnya.
Pedoman ini akan dievaluasi secara berkala untuk meningkatkan kinerja lnstalasi dalam memberikan pelayanan yang berkualitas. Makassar 20 Februari 2018 Kepala Rumah Sakit,
dr. I Made Mardika, Sp.PD.,M.A.R.S Kolonel Ckm NRP 11940001780267