316510442-lp-hernia.docx

  • Uploaded by: DiNa AlfiaNi
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 316510442-lp-hernia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,191
  • Pages: 14
LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN HERNIA DI RUANG OK RSUD BLAMBANGAN BANYUWANGI

DisusunOleh : FIRMAN RAJINDRA 2018.04.053

PROGRAM STUDI PROFESI (NERS) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI TAHUN 2018

LembarPengesahan

Laporan Pendahuluan Hernia ini telah disahkan dan di setujui Pada tanggal: …………………

Mengetahui, Mahasiswa

Firman Rajindra

Pembimbing Institusi

Pembimbing Klinik

(………………………...)

(……………………………)

Ci Ruangan

(……………………………)

LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA

A.

Definisi Hernia merupakan proskusi atau penonjolan isi suatu rongga dari berbagai organ internal melalui pembukaan abnormal atau kelemahan pada otot yang mengelilinginya dan kelemahan pada jaringan ikat suatu organ tersebut. Hernia adalah tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dinding rongga dimana organ tersebut seharusnya berada yang didalam keadaan normal tertutup. Hernia atau usus turun adalah penonjolan abnormal suatu organ atau sebagian dari organ melalui lubang pada struktur di sekitarnya. Hernia inguinalis adalah penonjolan hernia yang terjadi pada kanalis inguinal (lipat paha). Herniotomy adalah tindakan pembedahan yang dilakukan untuk mengembalikan isi hernia pada posisi semula dan menutup cincin hernia.

B.

Etiologi Penyebab hernia adalah: 1. Kelemahan otot dinding abdomen. a.

Kelemahan jaringan

b.

Adanya daerah yang luas di ligamen inguinal

c.

Trauma

2. Peningkatan tekanan intra abdominal. a.

Obesitas

b.

Mengangkat benda berat

c.

Mengejan dan Konstipasi

d.

Kehamilan

e.

Batuk kronik

f.

Hipertropi prostate

3. Faktor resiko: kelainan kongenital

C.

Manifestasi Klinik a. Penonjolan di daerah umbilikalis b. Nyeri pada benjolan atau bila terjadi strangulasi. c. Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti kram dan distensi abdomen. d. Terdengar bising usus pada benjolan e. Kembung f. Perubahan pola eliminasi BAB g. Gelisah h. Dehidrasi i. Hernia biasanya terjadi atau tampak di atas area yang terkena pada saat pasien berdiri atau mendorong.

D.

Klasifikasi Banyak sekali penjelasan mengenai klasifikasi hernia menurut macam,

sifat dan proses terjadinya. 1.

Macam-macam hernia menurut letaknya : a. Inguinal Hernia inguinal ini dibagi lagi menjadi : 1)

Indirek / lateralis: Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Hal ini umumnya terjadi pada pria dari pada wanita. Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum. Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur dan bila menangis, mengejan atau mengangkat benda berat atau bila posisi pasien berdiri dapat timbul kembali.

2)

Direk / medialis: Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini

karena defisiensi kongenital. Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau mengejan, tetap akan timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia. Pada pasien terlihat adanya massa bundar pada anulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang sekali menjadi ireponibilis. b. Femoral : Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanita dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkarserata dan strangulasi dengan tipe hernia ini. c. Umbilikal : Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah pascaoperasi seperti infeksi, nutrisi tidak adekuat, distensi ekstrem atau kegemukan. d. Incisional : batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut yang lemah. 2.

Macam-macam Hernia berdasarkan terjadinya: a.

Hernia bawaan atau kongenital Patogenesa

b.

Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)

3.

Fase-fase dalam hernia : a.

Hernia Reponibilis, yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.

b.

Hernia Irreponibilis, yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peri tonium kantong hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus = perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.

b.

Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer = penjara), yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi.Secara klinis “hernia inkarserata” lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai “hernia strangulata”. Hernia strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat darurat karenanya perlu mendapat pertolongan segera.

E.

Patofisiologi Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan

tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan

abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren.

F.

Pemeriksaan Penunjang 1.

Pemeriksaan diameter Dengan inspeksi, adanya benjolan pada umbilikus dan terlihat cukup jelas.

2.

Pemeriksaan lab: a. Darah lengkap: Peningkatan jumlah sel darah putih dengan pergeseran diferensial. b. Urinalis untuk mendeteksi adanya infeksi saluran kemih

3.

Pemeriksaan rontgen a. Rontgen abdomen, untuk mendeteksi penyebab lain b. Rontgen dada, untuk mengesampingkan pneumonia

G.

Penatalaksanaan 1.

Konservatif a.

Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.

b.

Jika suatu operasi isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.

c.

Istirahat baring

d.

Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit.

e.

Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat

sembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala. 2.

Reposisi Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada pasien anak-anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres es diatas hernia. Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera.

3.

Operatif Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioraphy. a.

Herniotomy Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai kelehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong

b.

Hernioraphy Pada hernioplasti/hernioraphy dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti mencegah terjadinya residif. Dikenal berbagai metode hernioplastik seperti metode Bassini, atau metode McVay. Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau marleks untuk menutup defek.

H.

Komplikasi Akibat dari hernia dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut : 1.

Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.

2.

Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan

gangguan penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis incarcerata. 3.

Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis strangulata.

4.

Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis.

5.

Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah dan obstipasi.

6.

Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,

7.

Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,

8.

Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.

9.

Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.

I.

Asuhan Keperawatan 1.

1. ·

Pengkajian Aktivitas/istirahat

Gejala : o Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat berat, duduk, mengemudi dan waktu lama o Membutuhkan papan/matras yang keras saat tidur o Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu bagian tubuh o Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.

·

Tanda : Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan dalam berjalan 2.

·

Eliminasi Gejala : konstipasi dan adanya inkartinensia/retensi urine

3.

Integritas Ego

·

Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan financial keluarga

·

Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga 4.

Neurosensori

·

Gejala : kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki

·

Tanda : penurunan reflek tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia. Nyeri tekan/spasme otot paravertebralis, penurunan persepsi nyeri 5.

·

Kenyamanan Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk dengan

adanya batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada hentinya, nyeri yang menjalar ke kaki, bokong, bahu/lengan, kaku pada leher.(Doenges, 1999 : 320-321)  Post Operasi 6.

Status Pernapasan

·

Frekuensi, irama dan ke dalaman

·

Bunyi napas

·

Efektifitas upaya batuk 7.

·

Status Nutrisi Status bising usus, mual, muntah

8.

Status Eliminasi

·

Distensi abdomen pola BAK/BAB

·

Kenyamanan

·

Tempat pembedahan, jalur invasif, nyeri, flatus

·

Kondisi Luka

·

Keadaan/kebersihan balutan

·

Tanda-tanda peradangan

·

drainage 9.

·

Aktifitas Tingkat kemandirian dan respon terhadap aktivitas

2. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan b. Kurang volume cairan berhubungan dengan pembatasan pada operasi c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka insisi sekunder terhadap luka d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik 3. Perencanaan Asuhan Keperawatan a. Nyeri berhubungan dengan insisi bedah Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3X24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang Kriteria Hasil : -

Keluhan nyeri berkurang atau hilang (skala 0-1)

-

Tampak rileks

-

TTV dalam batas normal (TD : 100/80 mmHg, N : 60-100 x/menit, S : 360 C, RR : 16-20 x/menit)

Intervensi

:

Mandiri : -

Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas

-

Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera

-

Observasi TTV

-

Kaji insisi bedah,perhatikan edema, perubahan kontur luka/inflamasi

-

Berikan tindakan kenyamanan, misalnya:latihan nafas dalam, lingkungan

-

yang tenang dan tekhnik relaksasi

Kolaborasi:

-

Berikan analgesik, narkotik sesuai indikasi

b. Kurang volume cairan berhubungan dengan pembatasan pasca operasi Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3X24 jam diharapkan kurang volume cairan dapat teratasi Kriteria Hasil : -

Membran mukosa lembab

-

Turgor kullit baik

-

Haluaran urine adekuat

-

intake Oral, Prenatal adekuat

-

TTV dalam batas normal (TD : 120/80 x/menit, RR : 16-20 x/menit, S : 360 C, N : 60-100 x/menit)

Intervensi

:

Mandiri : -

Awasi TD dan Nadi

-

Lihat membran mukosa, turgor kulit dan pengisian kapiler

-

Awasi masukan haluaran, catat warna urine, konsentrasi

Kolaborasi: -

Pertahankan penghisapan gaster atau usus

-

Berikan cairan infus dan elektrolit

c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme sekunder terhadap luka Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3X24 jam diharapkan infeksi tidak terjadi Kriteria Hasil : -

Tidak ada tanda-tanda infeksi (Rubor, Dolor, Kalor, Tumor, Fungsiolaesa)

-

TTV stabil

-

Terdapat tanda-tanda penyembuhan

Intervensi Mandiri :

:

-

Awasi TTV, Perhatikan demam, menggigil, berkeringat, meningkatnya nyeri abdomen, perubahan mental

-

Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka yang baik, dan perawatan luka septic

-

Lihat insisi dan balutan drainase bila diindikasikan

Kolaborasi: -

Ambil kultur contoh drainase bila diindikasikan

-

Berikan antibiotik sesuai indikasi

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3X24 jam diharapkan Defisit Perawatan diri teratasi Kriteria Hasil : -

Klien dapat memenuhi kebutuhan perawatan sendiri

Intervensi

:

Mandiri : -

Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan dasar

-

Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan pasien sendiri

-

Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri

-

Berikan perawatan sesuai kebutuha

DAFTAR PUSTAKA

Black, J dkk. 2002. Medical Surgical Nursing, edisi 4. Pensylvania : W.B Saunders Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC Carpenito, Lynda Juall, 1995, Rencana Asuhan dan Dokumentasi keperawatan. Jakarta : EGC Carpenito, Lynda Juall. 1995. Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik. Jakarta : EGC Doengoes, Marrilyn. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume I. Jakarta : EGC Girl, Made Kusala, Farid Nur Mantu. 2000. Hernia Inguinalis Lateralis pada Anak-anak, Laboratorium Ilmu Bedah. Ujung Pandang : Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah Volume 2. Bandung : Yayasan Alumni Pendidikan Keperawatan Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC Nettina, S. M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC Oswari, E. 2000. Bedah dan Keperawatannya. Jakarta : PT Gramedia Tucker, Susan Martin. 1999. Standar Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

More Documents from "DiNa AlfiaNi"