315469124-makalah-reproduksi-anjing.docx

  • Uploaded by: Erick Setiawan
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 315469124-makalah-reproduksi-anjing.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,174
  • Pages: 28
REPRODUKSI VERTEBRAT ANJING OLEH SUMARNI 1214141016 NASRAH 1214141018

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas terucap selain ungkapan puja dan puji syukur kepada zat Yang Maha Mulia, Allah SWT, karena atas limpahan Rahmat dan Rahim- Nya yang senantiasa mewarnai kehidupan yang ada di langit dan di bumi serta apa yang ada di antara keduanya. Sang penguasa alam semesta beserta seluruh isinya yang tercipta dengan penuh kesempurnaan. Salam dan Salawat senantiasa tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW sosok suri tauladan yang menjadi kiblat akhlak mulia bagi seluruh umat manusia. Doa dan keselamatan semoga tetap mengiringi keluarga dan para sahabat Rasulullah serta umat muslimin yang tetap Istiqomah di jalan-Nya. Atas limpahan karunia-Nya dan dengan semangat untuk senantiasa mempersembahkan sesuatu yang terbaik, kami mampu merampungkan makalah tetang reproduksi anjing (Canis lupus familiaris) yang sederhana ini sebagai salah satu syarat untuk melengkapi tugas pada mata kuliah Reproduksi Vertebrata yang sekarang kami jalani di semester VI ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa selama penyusunan makalah, terdapat hambatan dan rintangan yang penulis harus lalui. Akan tetapi, hal tersebut dapat kami atasi dengan adanya kerjasama yang baik sehingga makalah kami dapat terselesaikan. Akhirnya dengan segala kerendahan hati dan dengan memohon Ridho Allah SWT, semoga makalah Reproduksi Vertebrata pada Anjing ini bisa memberikan manfaat kepada kami khususnya dan kepada pembaca pada umumnya.Amin.

Makassar,

Maret 2015

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Reproduksi adalah suatu proses biologis suatu individu organisme dengan tujuan memperbanyak diri. Reproduksi merupakan cara dasar mempertahankan diri yang dilakukan oleh semua bentuk kehidupan oleh pendahulu setiap individu organisme untuk menghasilkan suatu regenerasi selanjutnya. Reproduksi secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu reproduksi yang berlangsung secara seksual dan reproduksi secara aseksual. Organisme yang lebih kompleks melakukan reproduksi secara seksual, sedangkan organisme yang lebih sederahana seperti makhluk hidup yang bersel satu melakukan reproduksi secara aseksual. Anjing (Canis lupus familiaris) adalah mamalia karnivora yang telah mengalami domestikasi dari serigala sejak 15.000 tahun yang lalu atau mungkin sudah sejak 100.000 tahun yang lalu berdasarkan bukti genetik berupa penemuan fosil dan tes DNA. Proses reproduksi pada anjing berlangsung secara seksual melibatkan alat reproduksi, sel kelamin jantan dan sel kelamin betina, serta proses pembuahan atau fertilisasi. Fase reproduksi pada anjing betina diawali dengan fase pubertas siklus estrus pertama pada anjing betina dicapai paling awal pada usia 6 bulan pada anjing ras dengan ukuran tubuh kecil, dan paling lama pada usia 2 tahun pada anjing ras dengan ukuran tubuh yang lebih besar. Siklus estrus anjing terdiri dari proestrus, estrus, metestrus dan anestrus. Seiring perkembangan teknologi di era modern proses pembuahan atau fertilisasi dapat berlangsung secara buatan dengan bantuan manusia yang sekarang in dikenal dengan kawin suntik atau inseminasi buatan. Inseminasi buatan. Inseminasi pelekatan sperma ke folikel ovarium, uterus, cervix atau tuba fallopi pada hewan jantan dengan menggunakan cara buatan dan bukan melalui

kopulasi secara alami. Untuk mengetahui tentang reproduksi yang berlangsung pada anjing (Canis lupus familiaris) maka kami menyusun makalah mengenai mekanisme reproduksi pada anjing (Canis lupus familiaris). B. Tujuan Makalah ini betujuan untuk mengetahui tentang reproduksi pada (Canis lupus familiaris) meliputi: 1. Alat reproduksi pada anjing jantan dan anjing betina 2. Mekanisme reproduksi anjing 3. Teknologi yang terkait reproduksi pada anjing

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Tinjauan Umum Anjing (Canis lupus familiaris) Anjing (Canis

lupus

familiaris) adalah mamalia karnivora

yang

telah

mengalami domestikasi dari serigala sejak 15.000 tahun yang lalu atau mungkin sudah sejak 100.000 tahun yang lalu berdasarkan bukti genetik berupa penemuan fosil dan tes DNA. Penelitian lain mengungkap sejarah domestikasi anjing yang belum begitu lama (Anonim, 2009). B.

Tinjauan Umum Reproduksi Reproduksi atau perkembangbiakan adalah suatu proses makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan. Cara berkembang biak makhluk hidup berbedabeda. Hewan berkembang biak antara lain melahirkan, bertunas, fragmentasi atau membelah diri (Wikipedia, 2015).

C.

Anatomi Alat Reproduksi Anjing Jantan Alat reproduksi anjing jantan terdiri atas: a. Organ kelamin primer, yaitu dua buah testis yang terdapat di dalam skrotum b. Organ sensorik, yaitu kelenjar yang terdiri atas vesikuler, prostat, cowper, serta saluran yang terdiri atas epididimis dan vas deferent c. Alat kelamin luar atau organ kopulatoris yaitu penis

D.

Anatomi dan Fisiologi Anjing Betina Organ reproduksi anjing betina hampir sama dengan mamalia lain yaitu meliputi ovarium, tuba falopii (tuba uterina atau oviduct), uterus, servik, vagina dan vulva 1. Ovarium Ovarium anjing relatif kecil, kurang lebih 1,5 x 0,7 x 0,5 cm pada anjing dengan berat 12 kg, berlokasi di bagian dorsal dari rongga perut, di sebelah kaudal dari ginjal kurang lebih pada tingkat ketiga atau keempat dari vertebrae lumbalis. Ovarium disokong oleh lapisan peritoneum (mesovarium) yang berisi saraf dan suplai darah yang berasal dari arteri ovaria dan dari anastomosis arteri uterina. Setiap ovarium diselimuti oleh lemak dan dikelilingi oleh bursa yang terbuka sepanjang 0,2 – 1,8 cm (Junaidi, 2006). 2. Tuba Uterina dan Uterus Tuba uterina panjangnya 4 – 10 cm dan diameternya 1 – 2 mm, tampak seperti saluran yang terbuka pada akhir ovarium dan diameternya mengecil ke arah uterus. Kornu uteri berbentuk elips pada potongan melintang, panjang dan menyempit dan bergabung di kaudal membentuk korpus uteri (Junaidi, 2006). Tipe uterus anjing adalah duplex, yang terdiri dari dua kornu uteri masing-masing dengan saluran vagina. Ukuran dan berat dari uterus meningkat sewaktu anjing menginjak dewasa dan memasuki proestrus dan estrus, mencapai ukuran maksimal selama awal metestrus. Kemudian menurun sewaktu mulainya anestrus, meskipun tidak kembali ke ukuran anjing dewasa. Ketebalan dan lebar mencapai maksimal 7 – 9 minggu sesudah mulainya estrus (Junaidi, 2006). 3. Servik, Vagina, dan Vulva Servik berbentuk oval memisahkan uterus dan vagina. Vagina memanjang dari servik ke selaput dara (hymen) dan vestibula memanjang ke vulva. Ciri utama dari servik adalah tidak dapat dijangkau lewat vagina karena vaginanya yang sangat panjang. Pada anjing yang tidak estrus dan belum pernah bunting, saluran servik bagian kaudal membuka ke arah bawah, ke arah dinding kranial vagina. Servik tetap tertutup pada anjing normal kecuali selama siklus estrus dan parturisi (Junaidi, 2006).

Vagina anjing sangat panjang, diukur berdasarkan panjang total dari vulva ke servik, termasuk vestibula. Pada anjing dengan berat 12 kg panjangnya mencapai 10 – 14 cm. Vestibula dan vagina meningkat lebarnya selama siklus estrus,dan saluran genital menjadi tegang dan bengkak (Andersen, 1959). Pada fase proestrus dan anestrus servik dan vagina membesar, menebal dan oedematus, dan ketebalan myometrium meningkat. Pada fase anestrus servik dan vagina dalam keadaan pasif (Junaidi, 2006). Pada anak anjing, vulva adalah organ yang relatif kecil yang dihiasi oleh berkas rambut sampai mendekati pubertas. Mulai membesar selama periode prepubertal (4 -8 bulan) dan setelah memasuki estrus pertama bentuk sudah sama seperti dewasa (Junaidi, 2006).

E.

Mekanisme Reproduksi Pada Anjing Jantan Pubertas pada anjing jantan terjadi di antara 6-12 (hingga 18) bulan, tergantung pada jenis dan ukuran tubuh (Olar et al, 1983;.. Rijsselaere et al, 2007), dan beberapa faktor lingkungan, kondisi tubuh dan nutritition. Pada usia ini, anjing, mulai memperoduksi

produksi sperma, pematangan sel sperma

(dalam epididimis) dan penyimpanan spermatozoa di ekor epididimis. Biasanya, anjing jantan mulai masuk fase seksual 2-3 bulan setelah mereka telah mencapai 85% dari ukuran tubuh orang dewasa. Testis, menghasilkan spermatozoa dan sejumlah kecil dari cairan yang merupakan cairan mani. Sisa cairan ejakulasi ini disekresikan oleh epididimis dan terutama oleh kelenjar prostat. Ejakulasi anjing

memiliki tiga fraksi. Fraksi pertama, 0,5 - 7ml berisi cairan, dan fraksi terakhir yang bisa sampai 30 - 40 ml pada jenis besar, yang disekresikan oleh kelenjar prostat dan mengandung sedikit spermatozoa. Yang kedua fraksi, kaya spermatozoa biasanya 0,5 - 3 ml cairan berwarna, tergantung pada konsentrasi sperma. Terutama Warnanya putih susu.

Jumlah spermatozoa saat ejakulasi

antara 100-5.000 x 106. Produksi sperma harian telah ditemukan untuk menjadi 12-17 x 106 spermatozoa per gram. Dan ini bisa dikaitkan dengan hubungan antara berat badan, atau jenis anjing dan kemampuan memproduksi sperma (Olar et al., 1983). Hal ini dapat menunjukkan bahwa konsentrasi sperma dapat dipengaruhi oleh musim (Taha et al, 1981b.; Martins et al., 2006) tetapi pada saat libido, volume ejakulasi, dan persentase kematian dan spermatozoa abnomal tidak dipengaruhi oleh musim. F.

Mekanisme Reproduksi Pada Anjing Betina 1. Pubertas Berbagai faktor dapat mempengaruhi permulaan pubertas. Anjing yang hidup bebas dan anjing domestik yang dapat berkelana dengan bebas secara seksual lebih awal mencapai pubertas daripada anjing yang di kennel. Perbedaan dalam pertumbuhan tidak terjadi pada anjing, tetapi interval diantara estrus secara gradual diperpanjang dengan meningkatnya umur. Anjing tua yang masih estrus, fertilitasnya mungkin tidak terkena efek yang serius, dan siklus estrus telah dilaporkan berlanjut secara teratur hingga umur 20 tahun (Junaidi, 2006). Pubertas dicapai paling awal pada usia 6 bulan pada anjing ras dengan ukuran tubuh kecil, dan paling lama pada usia 2 tahun pada anjing ras dengan ukuran tubuh yang lebih besar. Rata-rata dapat diperkirakan siklus estrus pertama kali muncul antara umur 6 hingga 12 bulan. Pada umumnya, anjing yang lebih tua mempunyai siklus estrus yang lebih tidak teratur daripada anjing yang lebih muda (Anonim, 2003). Menurut Feldman and Nelson (2004), umur ideal anjing betina kawin antara 2-6 tahun. Kawin pertama

direkomendasikan saat estrus kedua atau ketiga, sesudah pemilik mengetahui, paling tidak satu kali siklus ovarium normal. 2. Siklus Estrus Berbeda dengan hewan besar, anjing betina secara seksual tetap mau menerima pejantan selama beberapa hari sesudah ovulasi, sesudah pembentukan dan selama inisiasi fungsi dari corpus luteum, hal ini mempunyai peranan dalam problem terminologi dalam urutan siklus estrus seperti pada tabel 2. Menurut terminologi yang asli, siklus estrus terdiri dari pro-estrus, estrus, metestrus (dibatasi oleh hari terakhir menerima pejantan dan regresi dari corpus luteum) dan anestrus (Junaidi, 2006). Tabel 2. Terminologi dari urutan siklus estrus menurut berbagi sumber. Urutan siklus estrus Pro-estrus

Estrus

Metestrus

Referensi Anestrus

Arthur(2001) Junaidi(2006)

Pro-estrus

Estrus

Metestrus

Anestrus

1Evans&Cole(1931) 2Anderson&Simpson(1973)

Pro-estrus

Estrus

Di-estrus

Pro-estrus

Estrus

Metestrus

Pro-estrus

Estrus

Metestrus

Anestrus

Holst & Phemister(1975)

Di-estrus

Anestrus

Stabenfeldt & Shile(1977)

Bunting atau bunting semu

Anestrus

Mc Donald (1975)

3. Proestrus Proestrus terjadi selama 3 hari – 3 minggu dengan rata –rata 9 hari. Selama proestrus anjing betina menjadi atraktif pada jantan, tetapi belum tertarik untuk dikawini. Muncul leleran vulva dari uterus yang bersifat serosanguin sampai hemoragi dan vulva terlihat sedikit membesar.sitologi vagina memperlihatkan bentuk sel yang akan berubah menurut derajat estrogen, mulai dari sel parabasal kecil, sel intermediet kecil dan besar, sel

intermediet superficial dan akhirnya sel epithelial superficial (bertanduk). Sel darah merah sering terlihat. Lipatan Mukosa vagina terlihat edema, pink dan round.

Menurut

Junaidi

(2006),

proestrus

berhubungan

dengan

pembentukan folikel yang distimulasi oleh hormone – hormone gonadotropin LH dan FSH, yang disekresikan oleh glandula pituitary anterior dibawah pengaruh hipotalamus GnRH. Puncak dari estradiol menyebabkan satu atau dua hari puncak dari konsentrasi LH. Puncak LH diikuti oleh ovulasi Level FSH dan LH rendah sepanjang proestrus, meningkat saat preovulatori. FSH diperlukan untuk menstimulasi perkembangan folikel dan sekresi estradiol, tetapi sekresi FSH tidak meningkat seperti yang terlihat pada LH karena folikel menskresikan ‘inhibin’, inhibitor dari sekresi FSH. FSH juga berperan sangat penting dalam pendewasaan folikel dan menyediakan sel – sel tersebut untuk konversi pada korpus luteum sesudah ovulasi. Proses ini adalah kunci yang terpenting dalam siklus anjing betina karena ada peningkatan dalam sekresi progesterone oleh folikel sebelum ovulasi, yang muncul dan bermain di pusat dalam memacu estrus dan ovulasi. Estrogen meningkat dari level anestrus basal (2-10 pg/mL)menuju level peak (50 – 100 pg/mL) pada akhir proestrus, progesterone pada level basal (<1 style=""> LH (2-3 ng/mL). Fase folikuler dari siklus ovarium terjadi bersamaan dengan proestrus dan awal estrus. Perilaku sesuai dengan peningkatan level estrogen dan penurunan level progesterone. Leleran serosanguinen sampai hemoragi. Edema vulva mencapai maksimal. Sitologi vagina di dominasi oleh sel superficial, sel darah merah meningkat. Lipatan mukosa vagina menjadi berkerut saat ovulasi dan maturasi oosit. OOsit anjing sesudah ovulasi harus mengalami stadium pendewasaan meiotic terlebih dahulu sebelum fertilisasi, pendewasaan oosit ini membutuhkan waktu 2 – 3 hari. Level estrogen meningkat setelah LH mencapai level puncak, dan progesterone

meningkat

(biasanya

4-10 ng/mL saat

ovulasi)

yang

menandakan fase luteal dari siklus ovarium. Menurut Junaidi (2006), periode fertile pada betina kemungkinan berkisar dari hari ke 4 sampai hari ke 7 sesudah puncak LH.

4. Estrus Estrus merupakan tahap berikutnya dari siklus estrus pada anjing betina. Durasi estrus adalah sama dengan pro-estrus, kurang lebih 9 hari (dengan kisaran 4-12 hari), tetapi durasi 27 hari atau 30 hari pernah dilaporkan (Feldman and Nelson, 2004). Periode estrus dibatasi oleh hari pertama dan hari terakhir penerimaan pejantan (Junaidi, 2006). Secara hormonal, estrus dimulai dengan mulainaiknya hormon progresteron. Ovulasi dan masa subur terjadi pada periode ini (Goodman, 2009). Estrus dapat didefinisikan sebagai transisi dari tingkah laku menarik (attractive) tetapi tidak mau menerima pejantan (karakteristik proestrus) ke tingkah laku siap untuk dinaiki dan mau menerima (lordosis) (Anonim, 2003). Feromon merupakan komponen penting dalam masa transisi ini. Feromon disekresikan oleh anjing betina di bawah pengaruh estradiol dan terdeteksi oleh olfaktori anjing atau organ “vemeronasal”. Feromon diproduksi di ginjal dan saluran reproduksi dan bercampur dengan urin atau ada di leleran vagina. Bersamaan dengan tanda-tanda tingkah laku, feromon meningkatkan daya tarik seksual dan menstimulasi aktifitas reproduksi pejantan. Salah satu feromon betina adalah methyl-p-hydroxybenzoate, dan jika komponen ini diterapkan ke vulva dari betina anestrus ataupun yang sudah dikebiri, tetap akan menstimulasi kegairahan. Feromon dapat juga untuk memacu estrus atau berpengaruh pada sinkronisasi estrus betina, khususnya di lingkungankennel. Ini menunjukkan bahwa feromon dapat mempengaruhi aktivitas pusat GnRH di hipotalamus yang akan menyebabkan peningkatan aktivitas ovarium (Junaidi, 2006). Pusat tingkah laku di otak pada betina muncul sebagai akibat meningkatnya kadar estradiol. Anjing betina menunjukkan ketertarikan pada pejantan dan mencoba untuk menarik perhatiannya. Dia memutar pinggang dan kaki belakang ke arahnya, merendahkan bagian belakang dan menaikkan bagian pelvis, menunjukkan bagian perineal, menggerakkan ekornya ke samping dan menonjolkan vulvanya. Oedema vulva tetap ada tetapi leleran vagina berubah dari merah darah ke bening karena adanya sel superficial terkeratinisasi, besar, tidak terdapat inti sel (Junaidi, 2006).

Waktu terbaik untuk mengawinkan anjing kira-kira 2 hari setelah ovulasi atau 4 hari setelah puncak LH (Anonim, 2003). Pada permulaan estrus, terjadi peningkatan yang signifikan hormon LH diikuti dengan penurunan LH ke level dasar, hal ini berlangsung dengan sangat cepat kurang lebih selama 24 jam. Ovulasi terjadi ketika LH mencapai puncaknya. Dengan demikian, LH merupakan alat diagnosa yg paling akurat untuk menentukan waktu perkawinan (Goodman, 2009). Selama estrus, naik turunnya LH akan menghasilkan ovulasi yang juga merangsang pecahnya folikel dari ovarium, untuk mengeluarkan progesteron. Pada titik ini, sel folikular manjadi corpus luteum. Apabila betina bunting, corpus luteum akan dipelihara dan akan memproduksi progesteron yang dibutuhkan untuk memelihara kebuntingan (Davol, 2000). Pada masa ini ukuran vulva semakin mengecil dan semakin lembut. Sedangkan refleksnya menjadi semakin jelas. Epitel vagina terlihat pucat dengan lipatan-lipatan yang semakin berkurang dan kering (Schulman, 2009). 5. Metestrus Tahap metestrus dimulai ketika anjing betina berhenti menerima pejantan. Namun ada perbedaan pendapat mengenai durasi ini. Beberapa peneliti mengukur metestrus sebagai durasi untuk memperbaiki kembali fungsi endometrium 130-140 hari (140-155 hari; Aderson dan Simpson, 1973) (Arthur, 2001). Ada pula yang menganggap bahwa durasi metestrus 70-80 hari (60-90 hari, Junaidi, 2009), dibatasi oleh akhir penerimaan pejantan dan diakhiri berakhirnya atropi corpus luteum. Fase ini terjadi setelah estrus, dan didefinisikan sebagai dimulainya sewaktu betina menolak untuk dikawini, biasanya 6-8 hari sesudah permulaan estrus, atau 8-10 hari sesudah puncak LH yang menjelang ovulasi. Konsentrasi Progesteron meningkat di tahap ini. Periode kebuntingan masuk dalam tahap ini (Junaidi, 2006). Berbeda dengan mamalia yang lain, corpus luteum (CL) pada anjing tidak mengalami luteolisis (pada betina non-pregnant). Setelah ovulasi, CL terisi sel-sel lutein. Corpus luteum berhenti menjalankan fungsinya lebih jelas pada betina pregnant karena adanya kerja Prostaglandin akibat inisiasi

kelahiran (Feldman and Nelson, 2004). Pada betina non-pregnant Corpus luteum tidak berubah bentuk maupun ukuran hingga 30 hari sesudah ovulasi, sesudah itu, CL lambat laun akan atropi (Arthur, 2001). Namun, penjelasan mengenai

mekanisme

atropi

ini

masih

menjadi

bahan pertanyaan.

Kemungkinan adanya pengaruh apoptosis dan aktivitas caspase 3. Menurut penelitian Luz, dkk (2006) pada anjing betina yang mengalami fase diestrus sel apoptosis jarang terdeteksi dan ketika muncul sel ini akan lebih mudah dideteksi dengan menggunakan hematoxylin dan teknik eosin

dibandingkan

dengan

menggunakan

teknik

konsentrasi

elektrolit. Struktur luteal pada diestrus hari ke 75 dan 85 memiliki karakteristik histologi menyerupai korpus albikan. Aktivitas caspasa-3 ditemukan pada morfologi normal korpus luteum baik pada betina bunting maupun pada betina diestrus hari ke 65, dan juga pada struktur jaringan korpus albikans. Hasilnya mengacu pada apoptosis bukan merupakan mekanisme utama yang terlibat dalam regresi fungsi luteal pada anjing, dan caspase-3 berperan baik dalam fungsional maupun proses luteolisis dan dalam reorganisasi jaringan pada pembentukan corpus albican. 6. Anestrus Tahap terakhir dalam siklus estrus adalah anestrus. Ini merupakan masa dimana kadar hormon progesteron dan estrogen sangat rendah walaupun akan mengalami sedikit peningkatan dan kemudian menurun kembali (Anonim, 2003). Fase anestrus pada siklus estrus normalnya terjadi selama 1 – 6 bulan. Ditandai dengan inaktivitas ovarium, involusi uterus dan perbaikan endometrium. Anjing betina yang anestrus tidak tertarik ataupun menerima anjing jantan. Tidak ada leleran vulva, ukuran vulva kecil. Sitologi vaginal didominasi oleh sel parabasal kecil, terkadang disertai neutofil dan sedikit bakteri. Secara endoskopi, lipatan mukosa vagina terlihat datar, tipis dan kemerahan. Pada anestrus terjadi kemerosotan dari fungsi luteal serta penurunan sekresi prolaktin. Akhir anestrus ditandai dengan peningkatan FSH dan LH yang dipengaruhi oleh GnRH. Peningkatan FSH ini menyebabkan folikuloge nesis proestrus. Level estrogen basal ( 2 -10 pg/ml) dan level

progesterone pada nadir (<1> Pada induk yang melahirkan, anestrus dimulai dengan melahirkan dan berakhir dengan proestrus. Permulaan anestrus tidak dapat diketahui pada anjing betina yang tidak bunting, yang mana tidak terlihat jelas batasan antara metestrus dan anestrus (Feldman and Nelson, 2004). Kontrol fisiologi untuk mengakhiri fase anestrus tidak diketahui dengan pasti, tetapi kemerosotan fungsi luteal serta penurunan sekresi prolactin merupakan salah satu prasyarat.(Anonim, 2008) Menurut Eilts (2009), inhibitor prolactin dapat digunakan untuk mengakhiri anestrus (induksi estrus). Sedangkan menurut Okkens dan Kooistra (2006) selain penurunan sekresi prolaktin, peningkatan plasma FSH dalam sirkulasi merupakan inisiasi dari folikulogenesis pada anjing betina. Pada fase anestrus sekresi progesteron menurun lalu hilang, maka konsentrasi progesteron yang minimum ini kurang mampu memberikan feedback negatif terhadap pituitari anterior, akibatnya FSH dan LH akan dilepaskan, inilah awal fase proestrus dimulai. Awal pendarahan pada tahap proestrus menandai tahap ini mencapai bagian akhir. Meskipun pada anjing beberapa perubahan hormonal selama fase anestrus dan awal fase folikuler yang baru telah diketahui, namun mekanisme kontrol yang pasti dari transisi anestrus ke fase folikuler masih belum dapat dijelaskan (Beijerink, 2004; Okkens dan Koista, 2006; dan Anonim, 2008). 7. Anestrus yang diperpanjang pada anjing betina Abnormalitas siklus estrus dapat menyebabkan infertilitas. Penyebab anestrus yang diperpanjang dapat congenital maupun perolehan. Anjing ras besar memperoleh estrus pertama pada usia > 2 tahun dan beberapa ras ataupun individu hanya 1 kali estrus sepanjang tahun. Bentuk congenital dari anestrus disebabkan oleh menurunnya fungsi pituitary hipotalalmus axis ataupun dysgenesis ovarium. Diagnosa anestrus congenital berdasarkan usia hewan dan kesimpulan dari semua kemungkinan penyebab (termasuk defek kromosomal, gangguan endrocin dan adanya oovorectomi). Anestrus perolehan dapat disebabkan ovariektomi, pengobatan hormon eksogenus

(termasuk glukokortikoid), hipotiroidismus ataupun penyakit ovarium (sista atau neoplasia). Diagnosa berdasarkan sejarah, pemeriksaan fisik, evaluasi biokimia, USH dan laparotomi. Anjing betina menunjukkan perpanjangan interval interestrus baik pada fase anestrus maupun diestrus. Ansetrus yang diperpanjang muncul ketika tidak ada aktivitas pada ovarium selama lebih dari 16 hingga 20 bulan pada anjing betina yang memiliki siklus estrus yang berikutnya. Kegagalan siklus harus dibedakan dengansilent heat ( siklus normal namun tidak terdeteksi oleh pemilik). Anjing betina yang dievaluasi dari interval yang diperpanjang dianatara siklus estrus berada dibawah pengaruh dari tingginya konsentrasi progesterone (. 2 – 5 ng/mL). ketika level progesterone meningkat lebih dari 9 -10 minggu, diestrus yang diperpanjang mungkin akan terjadi. Gejala klinis tidak dapat dibedakan, namun jumlah sitologi vagina, level serum progesterone dan penampakan USG dari ovarium dan uterus dapat digunakan secara nyata untuk diagnosa. Seekor anjing yang belum pernah mengalami estrus sampai usia 18 bulan dipertimbangkan mengalami anestrus primer. Salah satu penyebab utamanya adalah hermaprodit ataupun pseudohermaprodit (memiliki gonad jantan dan alat kelamin eksternal betina). Anjing betina memiliki kariotipe 78,X0; 79,XXX; 79,XXY; atau 78,XX/78,XY. Diagnosa abnormalitas seksual dengan cara inspeksi visual dari abnormalitas alat kelamin eksternal, histopatologi

dari

jaringan

gonad,

pengukuran

konsentrasi

serum

gonadotropin dan taksiran kariotipe (Rijnberk, 1997; Blendinger, 2009). Jika seekor anjing betina telah mengalami siklus estrus, dengan interval antar estrus lebih dari 12 bulan ataupun dua kali lebih lama dari biasanya, maka dipertimbangkan anjing betina ini mengalami perpanjangan interval antar estrus. Salah satu penyebabnya adalah hipotiroidismus. Hipotiroidismus mengawali perpanjangan ataupun perpendekkan masa proestrus atau gejalasilent heat. Hipotiroidismus diikuti gejala infertile, perpanjangan waktu antar siklus, kegagalan memasuki siklus, perpanjangan perdarahan estrus. Tipe infertile seperti ini seringkali diikuti gejala letargi, berat badan yang naik artau turun, kehilangan banyak rambut. Penanganan

hipotiroidismus yaitu dengan test T4 dalam darah untuk mengetahui level tiroid, kemudian dapat ditangani lebih lanjut (Rijnberk, 1997; Hedberg, 2007),. Anestrus juga dapat dipicu oleh pemberian obat glukokortikosteroid ataupun progestagens. Pada hiperadenocortison spontan, anestrus disebabkan oleh penurunan level sirkulasi hormone gonadotropik. Seiring dengan bertambahnya usia anjing betina, durasi dan frekuensi siklus estrus akan menjadi tidak beraturan dan interval antar estrus akan diperpanjang setelah usia anjing lebih dari 8 tahun (Rijnberk, 1997). 8. Ovulasi Ovulasi dipacu oleh memuncaknya level LH, yang menyebabkan ovarium melepas ovum yang telah berkembang. Ovulasi terjadi dalam interval 30-48 jam setelah puncak LH. Oosit tidak dapat dibuahi segera setelah dilepaskan dari ovarium. Tahap maturasi berikutnya (stadium pendewasaan meiotik) membutuhkan waktu 2 – 3 hari, yang harus terjadi sebelum penetrasi sperma dan pembuahan terjadi. Jadi, masa subur anjing betina yang sebenarnya adalah hanya 2-3 hari, dan mulainya 4-7 hari setelah gelombang LH (2-3 hari setelah ovulasi) dan terjadi sebelum mencapai permulaan metestrus. Beberapa faktor bertanggungjawab terhadap munculnya periode fertil yang panjang pada betina. Hal ini termasuk daya hidup spermatozoa yang panjang di dalam saluran reproduksi betina, sampai beberapa hari, sedangkan waktu terjadinya ovulasi dan pendewasaan oosit 2-3 hari dan daya hidup oosit 1-2 hari (Goodman, 2009; Junaidi, 2006). Anjing betina adalah multiple ovulators, yaitu memproduksi beberapa ovum, dan melepaskannya satu per satu dalam beberapa jam atau bahkan seharian. Betina yang akan menentukan berapa anak anjing dalam sekali kelahiran sedangkan pejantan yang akan menentukan jenis kelamin dari anak anjing tersebut (Anonim, 2009). Perkawinan satu kali pada anjing betina yang fertil pada waktu yang tepat sudah cukup. Tidak diberi kesempatan untuk kawin pada saat estrus adalah penyebab utama infertilitas. Dalam kehidupan yang bebas, coitus terjadi dengan rata-rata satu atau dua kali setiap harinya sepanjang periode

penerimaan, paling lama sampai 7 hari, sehingga adanya cukup viabel spermatozoa pada saluran genital untuk membuahi ova kapanpun mereka dilepaskan. Bervariasinya interval waktu dan periode ovulasi yang berlarutlarut, kemungkinan menjelaskan kejadian pada banyaknya jumlah anak sekelahiran yang kadang-kadang terlihat sewaktu anjing betina dikawini oleh beberapa anjing jantan (Junaidi, 2006). 9. Hubungan Mekanisme Kerja Hormon Intraseluler dengan Anestrus Gonadotropin Releasing Hormon dari hipotalamus mengontrol fungsi hipofisis anterior (pituitary anterior). Transportasi Gonadotropin dari hipotalamus ke

pituitary

anterior

melaluihipofhyseal

portal

vessel (McDonald,

1971). Mekanisme kerja hormon intraseluler bermula dari mekanisme intraseluler kerja gonadotropin dalam merangsang produksi hormon steroid. Hormon gonadotropin (first messenger) berikatan dengan reseptor membran sel yang mengaktifkan adenylate cyclase. Enzim yang menjadi aktif ini selanjutnya merangsang

konversi Adenosin

Triphosphate (ATP)

menjadi Cyclic

Monophosphate (cAMP) selaku second messenger. Mekanisme ini melewati serangkaian

proses

biokimia

dan

terjadi

di

sitoplasma

sel.

Selanjutnya, cAMP merangsangserentetan reaksi yang mengaktifkan enzimenzim yang memproduksi hormon steroid sehingga menghasilkan produksi estradiol dan progesteron, sebagai contoh jika LH berikatan dengan reseptor progesterone di membran sel granulosa dalam CL, maka yang dihasilkan adalah progesterone. Jika telah terjadi produksi steroid, disekresikan dalam sirkulasi darah (Hafez, 1975; Nalbandov 1976) Mekanisme kerja hormon intraseluler yang selanjutnya adalah mekanisme kerja intraseluler untuk hormon steroid itu sendiri (estradiol atau progesterone) yang bekerja pada sel sasaran.Mekanisme ini tidak melibatkan reseptor membran atau systemsecond messenger. Hormon steroid melintasi membran sel dan berikatan dengan suatu reseptor protein dalam sitoplasma. Ikatan protein-reseptor kompleks bertranslokasi ke nucleus, yang selanjutnya merangsang sintesis mRNA melalui suatu mekanisme tertentu, kemudian mRNA bertranslokasi ke sitoplasma, dimana terjadi sintesis protein spesifik

yang baru. Protein baru ini

bertanggungjawab terhadap aktivitas biologis suatu hormon steroid pada jaringan sasaran (Hafez, 1975; Nalbandov, 1976). Ketika anjing betina telah mengalami fase metestrus, CL yang terbentuk menjalankan fungsinya melalui progesteron yang terkandung di dalamnya. Selain berfungsi untuk memproduksi progesteron yang akan menjaga kebuntingan, corpus luteum juga akan memproduksi suatu inhibin, hormon yang akan menstimulasikelanjar pituitary untuk mengurangi produksi FSH dan LH. Inhibin yang dikeluarkan dalam jumlah yang cukup, akan mengakhiri periode kawin. Progesteron merupakan feed back negative untuk Hipotalamus dan Hipofisis anterior sehingga Estrogen mengalami penurunan. Corpus luteum (CL) anjing tidak mengalami luteolisis. CL yang terbentuk sekitar 30 hari kemudian akan mengalami atropi (kurang begitu jelas mekanismenya) sehingga Progesteron mengalami penurunan. Atropi CL membutuhkan waktu lama yaitu sekitar 155 hari. Kondisi Estrogen dan Progesteron yang rendah menyebabkan tidak adanya mekanisme hormonal yang berakibat tidak adanya tingkah laku kawin pada anjing (Nalbandov, 1976; Feldman and Nelson, 2004). Agoni dopamine ( cabergolline, bromocriptine) dapat digunakan untuk memperpendek anestrus baik pada betina normal maupun pada betina dengan ansetrus kedua yang tidak diketahui penyebabnya. Mekanismenya adalah agonis dopamine mempengaruhi proestrus dengan mempengaruhi penurunan level prolaktin secara langsung ataupun aksi dopaminergik secara langsung baik pada axis gonadotropik atau reseptor gonadotropin di ovarium dan dengan pemberian dopamin agonis yang lain dapat meningkatkan konsentrasi FSH dan LH (Beijerink, et al., 2004). Akhir fase anestrus ditandai dengan adanya sirkulasi estrogen. Sirkulasi estrogen berkaitan dengan adanya RNA messenger (mRNA). Dalam siklus normal, selama fase anestrus level Reseptor Estrogen (RE) mRNA yang ada di hipotalamus berangsur-angsur akan menurun karena ketidakhadiran estrogen, sebagai feedback positif hipotalamus. Dengan pemberian preparat hormon estradiol benzoate ternyata regulasi dari ekspresi RE mRNA dapat ditingkatkan (Tani, et al., 2006).

10. Endrokinologi Menurut Junaidi (2006), tiga grup hormone utama yang mengontrol siklus reproduksi adalah hormon releasing, hormone gonadotropin dan hormone steroid. Hormone releasing asli dari hipotalamus dan mengontrol sintesis dan membebaskan hormone gonadotropin dari bagian anterior dari glandula pituitary. Hormone gonadotropin terdiri dari Follicle stimulating hormone (FSH), luteinizaing hormone (LH), dan prolaktin (PRL) mengontrol pemasakan sel germinal dan memproduksi hormone – hormone steroid; estrogen dan progesterone pada hewan begtina, testosterone pada hewan jantan (tabel 1) Tabel 1. Hormon – hormon hipotalamus dan hipofise yang terlibat dalam siklus reproduksi betina

Sumber Hipotalamus

Hormon Gonadotropine releasing

Fungsi utama Pembebasan LH dan FSH

hormone (GnRH)

Glandula pituitary

Thyrotropin releasing hormon

Pembebasan thyrotropin

(TRH)

hormone (TSH)

Prolaktin releasing factor (PRF)

Pembebasan prolaktin (PRL)

Prolaktin inhibiting factor (PIF)

Menghambat pembebasan PRL

LH

Ovulasi Pembentukan korpus luteum Sekresi progesterone Sekresi estrogen

FSH

Pertumbuhan folikel

PRL

Sekresi progesterone Laktasi

Oksitosin

Parturi, kontraksi otot uterus Pengeluaran air susu Transportasi ova

Menurut Hardjopranjoto (1995), hormon LH yang dihasilkan oleh glandula pituitary anterior akan bekerja pada ovarium. Sel –sel pada ovarium pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk mensintesa hormone. Sel granulose mampu menghasilkan hormone steroid. Mungkin hormone ini penting untuk menstimulir pertumbuhan selanjutnya dari folikel dan produksi hormon LH dari kelenjar hipofisa anterior. Tiga macam hormon yang dihasilkan oleh kelenjar ovarium: 1. Estrogen : zat yang menyebabkan birahi pada hewan betina, dan menstimulir pertumbuhan alat kelamin serta menyebabkan pertumbuhan sifat – sifat kelamin sekunder pada hewan betina. 2. Progestron : hormone yang dihasilkan korpus luteum dan memmpunyai fungsi yang berhubungan dengan pertumbuhan sel – sel endometrium sebelum dan selama hewan bunting. Bersama dengan prolaktin menyebabkan perkembangan system alveolar dari kelenjar mammae tetapi menghambat perkembangan folikel. 3. Relaksin hormon yang dihasilkan pada akhir masa kebuntingan menyebabkan relaksasi simphisis pubis. Hormone ini ditemukan pada ovarium, uterus dan tenunan plasenta.

10 Kehamilan Lama kebuntingan pada anjing adalah periode dari kawin alam pertama atau buatan inseminasi dengan hari kelahiran . Rata-rata berlangsung 62 -64 hari ( Concannon et al . , 1983) . Kisaran panjang kehamilan tampaknya 56-72 hari dan itu tergantung pada banyak faktor .

11 Tingkah Laku Kawin Ciri ciri kesuburan betina yang baik biasanya kalau di sentuh kelaminnya buntut agak naik, dan kalau jantannya naik tidak begitu berontak.

Posisi 1 Cara pegang betina, untuk memudahkan jantan memasukan testis nya ke vagina betina. Lubang di kelamin betina ada 2 yang bawah dan atas untuk memasukan jari kita harus steril posisi bawah lubang kencing, Kita harus mengarahkan posisi lubang atas yaitu rahim betina, biasa lubang rahim itu posisi betina berbeda beda, kalau ada kesulitan jantan masuk biasa posisi sundulan

jantan tidak tepat kita harus bisa mengarahkan posisi pegang kelamin betina agar sundulan kelamin jantan tepat kena sasaran.

Posisi 2 tangan saat membuka kelamin agar testis jantan Pejantan biasa mempunyai naluri tetapi kita hanya membantu.

leluas

masuk

Posisi 3 cara pegang banyak cara tergantung kebiasaan kita, tetapi ingat pejantan biasanya mempunyai naluri kita hanya mengarahkan, posisi yg benar agar cepat masuk.

Posisi 4 saat pejantan sebelum naik buntut harus dipegang.

Betina harus dipegang agar supaya betina tidak mengigit jantan, atau betina mulutnya di ikat selama anjing jantan naik supaya betina tidak membalik lalu mengigit jantan. Jadi harus di pegang dan di ikat moncongnya pake tali sumbu. Posisi 5 Saat jantan akan naik ke betina

Posisi 6 Cek apakah testis jantan berhasil

Posisi 7 Saat mengunci, keberhasilan dimana bisa 5-25 menit umumnya tapi bisa lebih Proses kawin jantan akan menyemprotkan sperman ke betina dan proses ini berlanjut, dimana ciri keberhasilan proses kawin

12 Teknologi yang Terkait dengan Reproduksi Anjing Inseminasi

buatan

adalah

pelekatan

sperma

ke

folikel

ovarian

(intrafollicular), uterus (intrauterin), cervix (intracervical), atau tuba fallopi (intratubal) hewan jantan dengan menggunakan cara buatan dan bukan dengan cara kopulasi alami (Wikipedia, 2015).

KESIMPULAN Berdasarkan tujuan penyusunan makalah ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Alat reproduksi anjing jantan terdiri atas: d. Organ kelamin primer, yaitu dua buah testis yang terdapat di dalam skrotum e. Organ sensorik, yaitu kelenjar yang terdiri atas vesikuler, prostat, cowper, serta saluran yang terdiri atas epididimis dan vas deferent f. Alat kelamin luar atau organ kopulatoris yaitu penis betina terdiri atas : ovarium, tuba fallopi, uterus, servix, vagina dan vulva. 2. Mekanisme reproduksi anjing Meliputi siklus estrus yang terdiri atas: proestrus, estrus, metestrus, dan anestrus 3. Teknologi yang terkait reproduksi pada anjing Teknologi yang terkait mengenai reproduksi pada anjing secara modern yaitu kawin suntik atau inseminasi buatan

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2003. The Reproductive Cycle/ Canine Reproduction Stages. Diakses dari http://www.animalworldnetwork.com/. Anonim, 2008. Dogs . Diakses darihttp://www.merckvetmanual.com Anonim, 2009a. Dog. Diakses darihttp://en.wikipedia.org/wiki/Canis Anonim, 2009b. Veterinary Advice Online: Spaying Cats.Diakses dari http://www.pet-informed-veterinary-advice-online.com/spayingcats.html. Beijenkrink, NJ., et al., 2004. Jurnal. Serotoninantagonist-induced lowering of prolactin secretion of follicle-stimulating hormone and luteinizing hormone in the bitch. Diakses dari http://www.reproduction-online.org/ Blendinger, Konrad. 2009. Physiology and pathology of the estrous cycle of the bitch. Diakses darihttp://www.ivis.org/proceedings/scivac/2007/blendin Brooks, Wendy C. 2002. Hypothyroidism in Dogs. Diakses http://www.veterinarypartner.com/Content.plx?A=461 Eilts,

Bruce E. 2009. The Normal Canine Estur dari www.vetmed.isu.edu/.../the_normal_canine.htm

Feldman and Nelson, 2004. Canine and Reproduction. California: WB Saunders.

Feline

dari

Cycle. Diakses

Endocrinology

and

Goodman, Melissa, DVM. 2009. Canine Ovulation Timing.Veterinary Referral Center 9 Coffmar. St. Frazer, PA19355 (610) 6472950 http://www.amrottclub.org/ Hafez, 1975. Reproduction in Farm Animals. Philadelphia: Lea and Febiger. Hedberg, Karen. 2007. Reproduction Problems in the Bitch. Junaidi, Aris. 2006. Reproduksi dan Obstetri Pada Anjing. Gadjah mada university Press. Yogyakarta. Luz, M.; Cesario, M.; Binelli, M; Lopez, M. 2006. Canine corpus luteum regression: Apoptosis and caspase-3 activity.Diakses darihttp://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0093691X06001075 Nalbandov, AV., 1976. Reproductive Phisiology of Mammals and Birds. San Fransisco: WH Freeman and Company.

Okkens, A.C.; Koistra, H. S.2006. Abstract. Anoestrus in the Dog: a Fascinating Story. Diakses darihttp://www3.interscience.wiley.com/journal/... Olson,P.N., R. A. Bowen, M. D. Behrendt, et al.1982. Jurnal.Concentrations of Reproductive Hormones in Canine Serum Throughout Late Anestrus, Proestrus and Estrus Rijnberk, Adam. 1997. Clinical Endocrinology of Dogs and Cats: An Illustrated Text. Diakses darihttp://books.google.co.id/books Tani, H., et al., 2006. Abstract. Enhancement of estrogen receptor gene expression in the mediobasal hypothalamus during anestrus in the beagle bitch.http://www.inist.fr/article29.html.

More Documents from "Erick Setiawan"