BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Aspal merupakan bahan utama untuk pembuatan jalan yang diperoleh dari proses fraksinasi minyak bumi dimana aspal merupakan salah satu fraksi berat dari minyak bumi. Kenaikan harga minyak dunia yang melambung pada dekade terakhir berdampak pada kenaikan harga aspal dipasaran. Sehingga perlu dicari bahan alternatif untuk menggantikan aspal minyak. Saat ini sedang dikembangkan penelitian mengenai pengganti aspal minyak yaitu dengan menggunakan aspal alam. Bahan baku pengganti aspal minyak salah satunya dari pemanfaatan aspal alam dari Pulau Buton, atau yang biasa disebut asbuton. Aspal Buton (Asbuton) adalah aspal alam yang terkandung dalam deposit batuan yang terdapat di Pulau Buton dan sekitarnya. Aspal alam yang berada di pulau Buton (asbuton) mempunyai cadangan yang sangat besar untuk digunakan sebagai bahan pengikat pada campuran beraspal. Cadangan asbuton sesuai pengkajian yang dilakukan KPN Bhumi Darma, Bidang Wilayah Pertambangan dan Energi Provinsi Sulawesi Tenggara (1997) serta data satelit memperlihatkan cadangan total sebesar 677,247 juta ton. Agar campuran beraspal menghasilkan lapis perkerasan jalan yang mampu memikul beban kendaraan, maka komposisi bahan dalam campuran harus direncanakan terlebih dahulu sehingga diperoleh campuran beraspal yang memenuhi parameter marshall, yakni stabilitas, flow dan kecukupan pori (void) di dalam campuran. Suhu penghamparan dan pemadatan sangat berpengaruh terhadap pencapaian
parameter
marshall
campuran
beraspal
panas.
Apabila
suhu
penghamparan maupun pemadatan tidak cukup ataupun berlebih yang dipersyaratkan pada spesifikasi, maka campuran beraspal tersebut tidak dapat digunakan. Teknologi asbuton yang berkembang saat ini adalah teknologi asbuton butir dan modifikasi aspal minyak dengan asbuton butir, penggunaan asbuton butir di dalam campuran beraspal belum maksimal, karena hanya dapat mensubtitusi aspal minyak sampai dengan 30% untuk jenis Buton Granular Asphalt dan sekitar 75% untuk jenis Lawele Granular Asphalt (Pusjatan Kementerian PU, 2011).
1
Aspal porus sangat terkait dengan perilaku dan sifat sifat campuran beraspal yang menggunakan gradasi agregat dengan jumlah fraksi kasar diatas 85% terhadap berat total campuran, sehingga struktur yang dihasilkan lebih terbuka dan berongga. Rongga yang dikandung diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mengalirkan air baik secara vertikal maupun horizontal. Sifat agregat yang memberikan pengaruh penting pada campuran aspal porus antara lain gradasi/pembagian ukuran agregat. Aspal porus merupakan salah satu alternatif meningkatkan keselamatan dijalan dan mengurangi kebisingan ( Noise Reduction). Aspal porus didesain untuk mendapatkan kadar rongga yang besar untuk meneruskan aliran air ke saluran samping dan lapisan dasar yang kedap air untuk mencegah air meresap ke lapisan subbase dan badan jalan sehingga genangan air di atas permukaan jalan yang seringkali terjadi setelah hujan dan mengganggu kelancaran arus lalu lintas dapat diminimalisir. Uji kuat tarik tidak langsung campuran aspal dimodifikasi lebih tinggi daripada campuran tanpa dimodifikasi.Ini mengindikasikan bahwa campuran berisi aditive memiliki kekuatan tarik lebih tinggi, sehingga lebih tahan terhadap kegagalan tarik tidak langsung dibawah beban statik.(Tayfurdkk. 2015). Untuk campuran beraspal dengan asbuton butir konvensional ini, seperti Lasbutag dan Latasbusir digunakan bahan peremaja antara lain minyak bakar atau flux Oil (Direktorat Jenderal Bina Marga; 1998). Flux oil juga telah lama dikembangkan mempertahankan viskositas aspal ( Transport and Main Roads Specifications, 2011). Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan pemanfaatan aspal buton sebagai bahan pengikat pada perkerasan jalan beraspal. Salah satu upaya tersebut adalah pengembangan teknologi aspal buton pra-campur dengan cara menambahkan bahan peremaja (modifier) yang berfungsi melunakkan bitumen asbuton agar bitumen memiliki karakteristik yang sesuai sebagai bahan pengikat pada campuran beraspal.Dengan penambahan bahan peremaja, campuran ini menjadi awet meskipun dihampar dan dipadatkan pada saat suhu campuran aspal dalam keadaan dingin. Campuran ini sangat bermanfaat pada daerah–daerah yang memiliki keterbatasan unit produksi campuran beraspal (AMP) seperti di daerah–daerah terpencil dan pulau-pulau kecil di Indonesia. Pada aspal buton pra-campur ini, pencampuran panas dilakukan secara pabrikasi di asphalt mixing plant (AMP) setelah pencampuran itu dapat disimpan atau dikemas, sedangkan penghamparan dan pemadatan di lapangan 2
dapat dilakukan pada suhu dingin (temperatur udara). Pada penelitian ini aspal buton pra-campur yang selanjutnya dinamakan aspal buton campuran panas hampar dingin (cold paving hotmix asbuton) akan dikaji dan dinalisis melalui pengujian–pengujian tegangan regangan di laboratorium. Campuran asbuton ini masih terbatas digunakan untuk beban lalu lintas ringan dan biasanya dipakai untuk preservasi jalan. Olehnya itu campuran asbuton ini masih membutuhkan analisis dan kajian teknik lebih mendalam agar penggunaannya lebih optimal dan dapat digunakan pada beban lalu lintas berat.Sehingga penulis bermaksud melakukan penelitian tentang “Analisa Kinerja Stabilitas Campuran Aspal Berongga Yang Menggunakan Bahan Tambah dan Aspal Buton”. Penelitian ini merupakan bagian dari disertasi sehingga akan sangat membantu dalam penyelesaian penyusunan disertasi yang sedang dibuat. Penelitian ini mencakup sebagian dari rencana penelitian yang harus dilakukan untuk penyelesaian disertasi.
1.2.Rumusan Masalah Dalam penelitian ini dapat dirumuskan hal yang mendasari perlunya penelitian analisa kajian stabilitas campuran aspal berongga yang menggunakan bahan tambah dan aspal buton butir . Bagaimana mendapatkan formula campuran agregat dengan asbuton butir lawele sehingga menghasilkan asbuton campuran panas hampar dingin pada aspal berongga yang memenuhi parameter marshall dan bagaimana kinerja asbuton campuran panas hampar dingin sebagai aspal berongga terhadap kekuatan tarik setelah menerima beban.
1.3.Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Pemahamam karakteristik campuran aspal porous dimodifikasi dengan bahan additive flux oil dan buton granular asphalt (BGA) sehingga dapat memberikan konstribusi ilmiah terhadap pengembangan konstruksi perkerasan jalan fleksibel di Indonesia.
3
2. Dari rumusan dan model yang diperoleh dapat dijadikan sebagai dasar dalam perencanaan perkerasan fleksibel di Indonesia
4
BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Peneliti terdahulu telah melakukan penelitian mengenai asbuton dan dihasil kesimpulan seperti asbuton lawele memiliki prospek yang baik untuk digunakan sebagai bahan perkerasan jalan. Hal ini ditunjukkan dari hasil marshall test, uji perendaman marshall dan wheel tracking, yang mana hasilnya menunjukan bahwa campuran tersebut memiliki ketahanan terhadap disintegrasi, keretakan dan deformasi permanen yang baik. (B.I.Siswosoebrotho, et. all. 2005) Hasil pengujian marshall test dan stabilitas dinamis serta modulus resilient menunjukkan bahwa penggunaan asbuton sebagai filler dalam campuran HRA memberikan kinerja yang lebih baik pada campuran, dibandingkan dengan menggunakan filler abu batu (fly-ash). (Bambang, et. all. 2003) Evaluasi karakteristik campuran dan durabilitay aspal berpori yang dibuat dengan pasir agregat ringan sintetis ( GSLA ) . Spesimen aspal porus menggabungkan 0 % , 5 % , 10 % , 15 % , dan 20 % GLSA volume sebagai agregat kasar . Hasil tes menunjukkan bahwa GLSA menunjukkan bentuk partikel baik , berat jenis yang lebih rendah , kekuatan yang lebih tinggi dan penyerapan air lebih tinggi dari batu hancur konvensional. (Hsien Shen, et.all. 2008). Makalah ini menyajikan tinjauan sistematis studi yang telah mengevaluasi efek pada keselamatan jalan aspal porus. Porous Asphalt banyak digunakan di jalan raya di Eropa, terutama untuk mengurangi kebisingan lalu lintas dan meningkatkan kapasitas jalan. (Rune Elvik, et. all. 2005). Aspal Buton yang digunakan sebagai aditif pada campuran beton aspal lapis aus (AC-WC) menambah nilai skid resistance pada permukaan jalan. Nilai skid resistance akan menurun dengan meningkatnya suhu permukaan. (Sigit Pranowo, et. all. 2013) Campuran
aspal
yang
dimodifikasi
dengan
penambahan
additive
polyalphaolefin (AP), cellulose fiber (SE), polyolefin (PE), bituminous cellulose fiber (BE) dan styrene butadiene styrene (SB) menunjukkan perbedaan level penampilan tapi menunjukkan lebih tahan terhadap deformasi permanen sesuai dengan campuran
5
kompensionalnya. Pada ujiindirect tensile strenght campuran dimodifikasi lebih tinggi dari pada campuran control. Ini mengindikasikan bahwa campuran berisi aditive lebih tinggi kekuatan tarik pada kegagalan tarik tidak langsung dibawah beban statik. (Tayfur, et. all. 2015) Dalam penelitian ini, pengikat dalam sampel aspal porus menjadi sasaran beban lama waktu menyebabkan pengikat tersbut mengalir. Begitupun ketika sampel dikondisikan pada suhu yang tinggi seperti pada 30-35 derajat. Ketika pengikat aspal mengalir dan mengisi ruang-ruang kosong di rongga udara campuran, mengganggu rongga kontinuitas dan diartikan dalam persamaan koefisien untuk menentukan kerentanan campuran aspal porus dengan pengikat binder creep (Meor Othman, et.all. 2012).
2.2. Kebaharuan Penelitian (State of The Art) Beberapa studi terdahulu
yang sehubungan dengan campuran aspal
dimodifikasi lebih fokus pada penambahan zat additive terhadap bitumen aspal agar dapat memperbaiki sifat reologi dari bitumen aspal yang berefek pada membaiknya karakteristik campuran aspal dimodifikasi. Selain itu masih sangat minim peneliti yang mengambil topik tentang penggunaan bahan tambah dan aspal buton butir dalam campuran aspal berongga. Penelitian ini akan fokus pada pemanfaatan flux oil sebagai bahan additive. Perlu diperhatikan bahwa BGA terdiri atas mineral dan bitumen maka secara bersamaan, BGA juga akan berfungsi sebagai filler dan binder pada campuran aspal. Alur penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1, dimana penelitian ini berada diantara penelitian pendahuluan dan penelitian utama dari disertasi.
6
START
Studi pendahuluan -. Studi literatur -. Pengambilan Sampel
Pemeriksaan Sifat-Sifat fisik Bahan -. Material Agregat Kasar-Halus -. Asbuton Butir ( Lawele )
Hasil Pemeriksaan Material Agregat dan Asbuton Butir
Memenuhi
Tidak Memenuhi
Perencanaan Campuran Aspal Berongga dengan menggunakan Bahan tambah dan Aspal Buton
Menentukan kadar Aspal Optimum ( KAO ) pada aspal berongga yang menggunakan Bahan tambah dan Aspal Buton
Memilih Kadar Aspal Buton pada aspal berongga campuran panas campur dingin
Uji Marshall -. Stabilitas ( Stability ) -. Kelelahan ( Flow ) -. Void In Mix ( VIM ) -. Void In Mineral Agregat ( VIMA ) -. Marshall Qotient ( MQ ) -. Kepadatan ( Marshall Density ) Uji Kuat Tarik Tidak Langsung
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Gambar 1.Bagan alir metode penelitian Disertasi 7
2.3. Asphalt Porous Aspal porous adalah campuran beraspal yang didesain mempunyai porositas lebih tinggi dibandingkan jenis perkerasan yang lain, sifat poros diperoleh karena campuran aspal porus menggunakan proporsi agregat halus lebih sedikit dibanding campuran jenis yang lain. Kandungan rongga pori dalam jumlah yang besar diharapkan menghasilkan kondisi permukaan agak kasar, sehingga akan mempunyai tingkat kekesatan yang tinggi. Selain itu pori yang tinggi diharapkan dapat berfungsi sebagai saluran drainase di dalam campuran.
Gradasi Agregat Seluruh spesifikasi perkerasan mensyaratkan bahwa partikel agregat harus berada dalam rentang ukuran tertentu dan untuk masing-masing ukuran pertikel harus dalam proporsi tertentu. Distribusi dari variasi ukuran butir agregat ini disebut gradasi agregat.Gradasi agregat mempengaruhi besarnya rongga dalam campuran dan menentukan workabilitas (sifat mudah dikerjakan) dan stabilitas campuran. Gradasi agregat ditentukan oleh analisa saringan, dimana contoh agregat harus melalui satu set saringan. Ukuran saringan menyatakan ukuran bukaan jaringan kawatnya dan nomor saringan menyatakan banyaknya bukaan jaringan kawat per inchi per segi dari saringan tersebut.Gradasi agregat dinyatakan dalam persentase berat masing-masing contoh yang lolos pada saringan tertentu. Persentase ini ditentukan dengan menimbang agregat yang lolos atau tertahan pada masing-masing saringan.
Gradasi agregat dapat dibedakan atas : Gradasi seragam (uniform graded) adalah agregat dengan ukuran yang hampir sama/sejenis. Gradasi seragam disebut juga gradasi terbuka (open graded) karena hanya mengandung sedikit agregat halus sehingga terdapat banyak ruang/rongga kosong antara agregat. Agregat dengan gradasi seragam akan menghasilkan lapisan perkerasan dengan sifat permeabilitas tinggi, stabilitas kurang, berat volume kecil. Gradasi rapat (dense graded) merupakan campuran agregat kasar dan halus dalam porsi yang berimbang sehingga dinamakan juga agregat bergradasi baik (well graded). 8
Gradasi buruk/jelek (poorly graded) merupakan campuran agregat yang tidak memenuhi dua kategori di atas. Gradasi ini disebut juga gradasi senjang dan akan menghasilkan lapisan perkerasan yang mutunya terletak antara kedua jenis tersebut di atas.(Sukirman S, 1999)
a. Gradasi seragam
b. Gradasi rapat
c. Gradasi Buruk
Gambar 2. Jenis gradasi agregat (Sumber: Sukirman, 1995) Tabel 1. Gradation limits of combined aggregates BS Sieve Size, mm
Percentage Passing, by weight Grading A
Grading B 20.0 100 14.0 100. 85-100 10.0 95- 100 55-75 5.0 30-50 10-25 2.36 5-15 5-10 0.075 2-5 2-4 Sumber : Road Engineering Association Of Malaysia (REAM, 2008)
Gradasi Campuran Aspal Porus Campuran aspal porous menggunakan gradasi terbuka karena aspal porous diharapkan dapat berfungsi sebagai drainase, anti slip, anti aquaplaning dan peredam kebisingan yang hanya dapat diperoleh melalui penggunaan gradasi terbuka. Dilakukan uji gradasi terhadap standar gradasi aspal porous sehingga dapat diyakini bahwa gradasi tersebut telah memenuhi standar perencanaan untuk aspal porous. Campuran aspal porous merupakan generasi baru dalam perkerasan lentur, yang membolehkan air meresap ke dalam lapisan atas (wearing course) secara vertikal dan horizontal. Lapisan ini menggunakan gradasi terbuka (open graded) yang dihamparkan di atas lapisan aspal yang kedap air. Lapisan aspal porous ini secara efektif dapat memberikan tingkat keselamatan yang lebih 9
terutama diwaktu hujan agar tidak terjadi aquaplaning sehingga menghasilkan kekesatan permukaan yang lebih kasar dan dapat mengurangi kebisingan (noise reduction). Besarnya pori yang tercipta dari aspal porus berkisar 20 % setelah pemadatan. Penggunaan nama Aspal Porus sangat terkait dengan perilaku atau sifat-sifat campuran beraspal yang menggunakan gradasi agregat dengan jumlah fraksi kasar diatas 85% dari berat total campuran, sehingga struktur yang dihasilkan lebih terbuka dan berongga. Struktur demikian diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mengalirkan air baik secara arah vertikal maupun horizontal. Peningkatan proporsi agregat kasar dan mengurangi agregat halus dapat meningkatkan nilai rongga dalam campuran (Cabrera,et.al 1996).
Void Aggregate Binder
Gambar 2. Sistem aspal porus (Sumber: David ferdi, et al. 2011) Syarat dan ketentuan campuran aspal porus dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini. Tabel 2.Ketentuan Campuran Aspal Porus
No. Kriteria Perencanaan 1 Uji Cantabro Loss (%) 2 Uji Aliran Aspal Kebawah (%) 3 Kadar Rongga di Dalam Campuran (VIM %) 4 Stabilitas Marshall (kg) 5 Kelelehan Marshall (mm) 6 Marshall quotient (kg/mm) 7 Jumlah Tumbukan Perbidang
Nilai Maks. 20 Maks. 0,3 18 - 25 Min. 350 2-4 Min. 200 50
Sumber : Road Engineering Association Of Malaysia (REAM, 2008) 10
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Rancangan Penelitian Metode penelitian yang akan dilakukan dapat dijelaskan dengan prosedur pelaksanaan penelitian seperti pada skema bagan alir metode penelitian pada Gambar 3 berikut ini. STAR T -
-
Studi Pendahuluan Studi Literatur Pengambilan Sampel
Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisik Bahan Material Agregat Kasar, Halus Asbuton Butir (Lawele)
Hasil Pemeriksaan Material Agregat, Asbuton Butir dan Gradasi Aspal Porus
Perencanaan Aspal Porus Pada Marshall Asbuton Campuran Panas Dengan Peremaja Flux Oil Pada Tipe Asbuton Butir yang Digunakan
Menentukan Kadar Aspal Optimum (KAO) Pada Aspal Porus Untuk Tipe Asbuton Butir yang Digunakan
Memilih Kadar Asbuton Butir Pada Aspal Porus Campuran Panas Hampar Dingin
A
A
A
A
Uji Marshall, Cantabro, ITS, UCS, SEM dan EDX
Kesimpulan dan Saran
SELESAI
11
Gambar 3 Bagan alir metode penelitian
3.2.Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisik Bahan 1. Pengujian Material Agregat Pengujian - pengujian pada material agregat yang akan dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. sedangkan bahan pengisi yang digunakan mengacu pada SNI 03-4142-1996, yaitu harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.200 (75 micron). Tabel 3. Pengujian Agregat Kasar Pengujian
Standar
Nilai
SNI 3407-2008
Maks. 12 %
Abrasi dengan mesin Los Angeles
SNI 3417-2008
Maks. 40 %
Kelekatan agregat terhadap aspal
SNI 03-2439-1991
Min. 95 %
Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium dan magnesium sulfat
Angularitas (dalam dari permukaan < 10 cm)
95/90
DoT’S Pennsylvania Test
Angularitas (dalam dari permukaan ≥ 10 cm)
Method, PTM N0. 621
Partikel Pipih dan Lonjong
ASTM D4791
Maks. 10 %
SNI 03-4142-1996
Maks. 1 %
Material lolos Saringan No.200
80/75
Sumber : Spesifikasi Umum Ditjen Bina Marga, 2010 (Revisi 2)
Tabel 4. Pengujian Agregat Halus Pengujian
Standar
Nilai Setara Pasir
Nilai Min. 60 %
SNI 03-4428-1997 Kadar Lempung
SNI 3423 : 2008
Angularitas (kedalaman dari permukaan < 10 cm)
Maks. 1 % Min 45
SNI 03-6877-2002 Angularitas (kedalaman dari permukaan ≥ 10 cm)
Min 40
Sumber : Spesifikasi Umum Ditjen Bina Marga, 2010 (Revisi 2)
12
2.
Pengujian Asbuton Butir
Pengujian asbuton butir dapat dilihat pada Tabel 11, dimana Tipe 5/20 berasal dari Kabungka, Tipe 30/25 berasal dari gabungan antara Kabungka dengan Lawele dan Tipe 50/30 berasal dari Lawele. Tetapi tipe yang digunakan adalah asbutun butir Lawele. Tabel 5. Pengujian asbuton butir Tipe Sifat-sifat Asbuton Butir Kadar bitumen asbuton; % Ukuran butir
Metoda 5/20 SNI 03-3640- 18-22 Pengujian 1994
- Lolos Ayakan 3/8” (9,5 mm); %
SNI 03-1968-
- Lolos Ayakan No 4 (4,75 mm); % 1990
SNI 03-1968-
- Lolos Ayakan No 8 (2,36 mm); % 1990
SNI 03-1968- 100
Kadar air, %
SNI 06-2490-Maks 2
1990
Tipe
Tipe
30/25 23 – 27
50/30 25 – 30
100 100 Maks 2
Maks 2
1991
Sumber : Pedoman Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil PU, 2012 Keterangan : 1. Asbuton butir Tipe 5/20 : Kelas penetrasi 5 (0,1 mm) dan kelas kadar bitumen 20 %. 2. Asbuton butir Tipe 30/25 : Kelas penetrasi 30 (0,1 mm) dan kelas kadar bitumen 25 %. 3. Asbuton butir Tipe 50/30 : Kelas penetrasi 50 (0,1 mm) dan kelas kadar bitumen 30 %. 3. Pemilihan Tipe Gradasi Tipe gradasi yang akan dipakai pada pada penelitian ini adalah Gradasi Aspal Porus Malaysia Tabel 6. Gradation limits of combined aggregates BS
Sieve
Percentage Passing, by weight
Size, mm Grading A
Grading B 20.0 100 14.0 100. 85-100 10.0 95- 100 55-75 5.0 30-50 10-25 2.36 5-15 5-10 0.075 2-5 2-4 Sumber : Road Engineering Association Of Malaysia (REAM, 2008)
13
3.3
Metode Pengujian
a. Pengujian karakteristik aspal porus Pengujian yang akan dilakukan terhadap Aspal porus ini meliputi komposisi campuran aspal porus (Mix asphal porous) dan pengujian bricket aspal porus.
1. Campuran aspal porus Setelah pengujian material dan memenuhi spesifikasi untuk campuran aspal porus, maka dibuat komposisi campuran untuk pembuatan benda uji. Komposisi campuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah komposisi campuran sistem gradasi terbuka (open graded) yang mengacu pada ketentuan campuran aspal porus gradasi malaysia (REAM 2008) yang menggunakan agregat lolos saringan 3/4” tertahan saringan 1/2” dan lolos saringan 1/2” tertahan saringan 3/8” dengan perbandingan 50:50 terhadap komposisi agregat kasar serta menggunakan agregat halus yang lolos saringan no. 4 dan tertahan saringan no. 200 sebanyak 10%.Komposisi
agregat
tersebut
merupakan
variabel
terikat
(dependent
variable).Dalam penelitian ini variasi jumlah aspal dalam campuran merupakan variabel bebas (independent variabel) dengan variasi jumlah adalah 3,5%,4%,4,5%, 5% dan 5,5% dari berat total campuran aspal.
2. Pengujian briket aspal porus Pengujian yang dilakukan terhadap campuran aspal porus meliputi pengujian Marshall, ITS. Pengujian dan metode pengujian yang dilakukan ditunjukkan pada Tabel 7.
Tabel 7. Pengujian dan metode pengujian marshall aspal porus Pengujian Metode pengujian Marshall SNI 06-2489-1991 Metode Pengujian SNI 06-2489-1991 3.4
Pengujian Marshall Test Metode eksperimen marshall mengacu pada SNI 06-2489-1991 dalam
penelitian ini adalah dengan mengadakan kegiatan percobaan di laboratorium.Alat uji marshall di tujukkan pada Gambar 3. 14
Arloji pengukur stabilitas Arloji pengukur flow Kepala penekan Benda uji Gambar 3. Alat uji marshall
3.5
Pengujian Kuat Tarik Tidak Langsung Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan material dalam
menerima gaya tarik, yang dalam hal ini dapat menggunakan alat ITS (Indirect Tensile Strength). Uji Kekuatan tarik tak langsung (ITS) sangat berguna dalam memahami karakteristik nilai kekuatan tarik serta memprediksi nilai kekuatan tersebut sejak munculnya retak dalam campuran. ITS (Indirect Tensile Strength) adalah suatu metode untuk mengetahui nilai gaya tarik dari campuran aspal beton. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui indikasi akan terjadinya retak di lapangan. Pada uji ITS, sampel akan diberikan beban di antara dua batang pembebanan yang akan menciptakan tegangan tarik. Tegangan tarik ini akan mengakibatkan timbulnya retak vertikal pada sampel. Prosedur pengujian ini dilakukan dengan melakukan pembebanan tekan yang dilakukan secara terus menerus dengan laju konstan sampai mencapai beban maksimum, dimana setelah pembebanan maksimum maka benda uji akan mengalami retak. Indirect tensile strength adalah tegangan tarik maksimum dihitung dari pembebanan maksimum, benda uji mengalami putus atau terbelah menjadi dua bagian dari benda uji yang berbentuk silinder. Besarnya Indirect Tensile Strength dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut.
15
Dimana : ITS = Nilai Kuat Tarik Tak Langsung (N/mm2) P
=
Beban (N)
H
=
Tinggi/ tebal benda uji (mm)
D
=
Diameter benda uji (mm)
Pengujian Indirect Tensile Strengh (ITS) ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan material dalam menerima gaya tarik dengan memberikan beban secara vertikal hingga benda uji runtuh mengacu pada ASTM D6931 – 09. Adapun set up pengujian ditunjukkan pada Gambar 4.
Alat UTM UTM Machie Benda Uji Komputer Data Logger4.Uji Indirect Tensile Strength Machine Gambar
Bomb UTM Alat ITS Benda uji LVDT
16
BAB IV BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
4.1 Anggaran Biaya Penelitian Anggaran biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan penelitian sesuai dengan rincian pada tabel berikut ini : Tabel. 3 Ringkasan Anggaran Biaya Penelitian No
Jenis Pengeluaran
Biaya yang Diusulkan (Rp) 1 Gaji dan Upah (19,20%) 9.600.000,2 Bahan habis pakai dan peralatan (46,34%) 23.170.000,3 Perjalanan (20,40%) 10.200.000,4 Lain-lain (14,06%) 7.029.000,Jumlah 49.999.000,#Empat puluh sembilan juta sembilan ratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah #
4.2 Jadwal Penelitian Jadwal penelitian ini selama 1 tahun adalah sebagai berikut : N o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Jenis Kegiatan
1
2 3
4 5
Tahun I 6 7 8 9 10
11
12
Desain penelitian Uji properties agregat Uji properties BGA Uji Properties flux oil Desain Mix Formula Pembuatan sampel + flux oil 2,5% Uji Marshall dan ITS sampel Pembuatan sampel + flux oil 3% Uji Marshall dan ITS sampel Pembuatan sampel + flux oil 3,5% Uji Marshal dan ITS sampel Analisis hasil pengujian Penyusunan laporan akhir
17
DAFTAR PUSTAKA
Ajalesh, B. N., Kurian, P., Joseph, R. 2011. Ethylene–propylene–diene terpolymer/hexa fluoropropylene–vinylidinefluoride dipolymer rubber blends : thermal and mechanical properties. Jurnal Elsevier Ahmedzade, P., Yilmaz, M., 2007. Effect of polyester resin additive on the properties of asphalt binders and mixtures. Jurnal Elsevier hal. 481 - 486 Birgisson, B., A. Montepara, E. Romeo, R., Roncella, J. A. L., Napier, G., Tebaldi., 2007. Determination and prediction of crack patterns, in hot mix asphalt (HMA) mixtures. Jurnal Elsevier Bernier, A., Zofka, A., Yut, L. 2012. Laboratory evaluation of rutting susceptibility of polymer-modified asphalt mixtures containing recycled pavements. Jurnal Elsevier hal 328 -337. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. 2002. Manual Pekerjaan Campuran Beraspal Panas. Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah. Jakarta. Ebrahimi, M. G., 2010, The Effect of Polypropylene Modification on Marshall Stability and Flow. Golalipour, A., Jamshidi, E., Niazi, Y., Afsharikia, Z., Khadem, M. 2012, Effect of Agregat Gradation on Rutting of Asphalt Pavements. Jurnal Elsevier hal 440 449. Indriyati E. W., Dkk. 2010, Kajian Perbaikan Sifat Reologi Visco-Elastic Aspal dengan Penambahan Asbuton Murni Menggunakan Parameter Complex Shear Modulus. Shaopeng Wu, Qunshan Ye, Investigation on the high temperature properties of asphalt mixtures containing mineral fibers. Tayfur S., Ozen H., Aksoy A. 2005. Investigation of rutting performance of asphalt mixtures, containing polymer modifiers. Jurnal Elsevier hal. 328 -337. Xu, T., Huang, X. 2011. Investigation into causes of in-place rutting in asphalt pavement, Jurnal Elsevier hal. 328 - 337 Zhi, S., Gun, W. W., Hui, L. X., Bo, T. 2011. Evaluation of fatigue crack behavior in asphalt concrete pavements with different polymer modifiers. Jurnal Elsevier hal. 117 - 125
18