3. Bab Ii Tinjauan Pustaka.docx

  • Uploaded by: Gigih Prakoso
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 3. Bab Ii Tinjauan Pustaka.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 8,960
  • Pages: 50
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pusat Kesehatan Masyarakat 1. Definisi Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.2 2. Tujuan Pembangunan

kesehatan

yang

diselenggarakan

Puskesmas

bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang:2 a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu c. Hidup dalam lingkungan sehat d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. 3. Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas2 a. Paradigma Sehat Puskesmas

mendorong

seluruh

pemangku

kepentingan

untuk

berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi risiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. b. Pertanggungjawaban Wilayah Puskesmas

menggerakkan

dan

bertanggung

jawab

terhadap

pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. c. Kemandirian Masyarakat Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. 8

d. Pemerataan Puskesmas menyelanggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan. e. Teknologi Tepat Guna Puskesmas

menyelanggarakan

pelayanan

kesehatan

dengan

memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan. f. Keterpaduan dan Kesinambungan Puskesmas mengintegrasikan dan mengkoordinasikan penyelanggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorang (UKP) lintas program dan sektor serta melaksanakan sistem rujukan yang didukung dengan manajemen Puskesmas. 4. Tugas Puskesmas Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.2 5. Fungsi Puskesmas Dalam melaksanakan tugasnya, Puskesmas menyelenggarakan fungsi:2 a. Penyelanggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya 1) Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan; 2) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan; 3) Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan; 4) Menggerakkan

masyarakat

untuk

mengidentifikasi

dan

menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain terkait;

9

5) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat; 6) Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas; 7) Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan; 8) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan; dan 9) Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon b. Penyelanggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya 1) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif, berkesinambungan dan bermutu 2) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif; 3) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat; 4) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung 5) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi; 6) Melaksanakan rekam medis; 7) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses Pelayanan Kesehatan; 8) Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan; 9) Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem Rujukan. c. Puskesmas dapat berfungsi sebagai wahana pendidikan Tenaga Kesehatan

10

6. Wewenang Puskesmas Dalam menyelenggarakan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya, Puskesmas berwenang untuk:2 a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain terkait e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat f. Melaksanakan

peningkatan

kompetensi

sumber

daya

manusia

Puskesmas g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap askes, mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon pengulangan penyakit. Dalam menyelenggarakan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya, Puskesmas berwenang untuk :2 a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif, berkesinambungan dan bermutu. b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif. c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. d. Menyelenggarakan

pelayanan

kesehatan

yang

mengutamakan

keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.

11

e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi. f. Melaksanakan rekam medis. g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses pelayanan kesehatan. h. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan. i. Mengkoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya. j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem rujukan. 7. Organisasi Puskesmas2 Organisasi

Puskesmas

disusun

oleh

dinas

kesehatan

kabupaten/kota berdasarkan kategori, upaya kesehatan dan beban kerja Puskesmas. Organisasi Puskesmas sebagaimana dimaksud paling sedikit terdiri atas: a. kepala Puskesmas b. kepala sub bagian tata usaha c. penanggung jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat d. penanggung jawab UKP, kefarmasian dan Laboratorium e. penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan. 8. Upaya Kesehatan Puskesmas

menyelenggarakan

upaya

kesehatan

masyarakat

tingkat pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama yang dilaksanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan.2 Untuk perseorangan

melaksanakan tersebut

maka

upaya

kesehatan

Puskesmas

harus

masyarakat dan menyelenggarakan

manajemen Puskesmas, pelayanan kefarmasian, pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat dan pelayanan laboratorium.2

12

a. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)2 Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi kesehatan

masyarakat

esensial

dan upaya kesehatan masyarakat

pengembangan. Upaya

kesehatan

diselenggarakan

setiap

pencapaian

oleh

standar

pelayanan

upaya

masyarakat Puskesmas

minimal

esensial harus

untuk mendukung

kabupaten/ kota bidang

kesehatan. Upaya kesehatan masyarakat esensial meliputi:2 1) Pelayanan promosi kesehatan; 2) Pelayanan kesehatan lingkungan; 3) Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana; 4) Pelayanan gizi; dan 5) Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. Upaya kesehatan masyarakat pengembangan merupakan

upaya

kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan

prioritas

masalah

kesehatan,

kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing Puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok Puskesmas yang telah ada, yakni:2 1) Upaya Kesehatan Sekolah 2) Upaya Kesehatan Olah Raga 3) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat 4) Upaya Kesehatan Kerja 5) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut 6) Upaya Kesehatan Jiwa 7) Upaya Kesehatan Mata 8) Upaya Kesehatan Usia Lanjut 9) Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional b. Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP)2 Upaya Kesehatan Perseorangan yang selanjutnya disingkat UKP adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan

13

kesehatan

yang

ditujukan

untuk

peningkatan,

pencegahan,

penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan. Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan sesuai dengan standar prosedur operasional dan standar pelayanan dalam bentuk rawat jalan, pelayanan gawat darurat, pelayanan satu hari (one day care), home care, dan/ atau rawat

inap

berdasarkan

pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan. Untuk melaksanakan upaya kesehatan masyarakat dan perorangan puskesmas harus menyelenggarakan:2 a. manajemen Puskesmas b. pelayanan kefarmasian c. pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat d. pelayanan laboratorium.

B. Pelayanan Pemberian Informasi Obat Standar dipergunakan

Pelayanan sebagai

Kefarmasian

pedoman

bagi

adalah

tolok

ukur

tenaga

kefarmasian

yang dalam

menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk mengingkatkan mutu kehidupan pasien. Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasiaan, menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dan melindungi pasien serta masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien. Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas meliputi standar pengelolaan Sedian Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai serta pelayanan farmasi klinik.7 Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas dilaksanakan pada unit pelayanan berupa ruang farmasi dan dipimpin oleh seorang Apoteker sebagai penanggung jawab. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan

14

Bahan Medis Habis Pakai meliputi perencanaan kebutuhan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,

pengendalian, pencatatan,

pelaporan, pengarsipan, pemantauan dan evaluasi pengelolaan. Pelayanan farmasi klinik adalah salah satu pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi pengkajian resep, penyerahan obat, pemberian informasi obat, pelayanan informasi obat, konseling, ronde atau visite pasien (khusus puskesmas rawat inap), pemantauan dan pelaporan efek samping obat, serta evaluasi penggunaan obat. 7 1.

Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari

perencanaan,

permintaan,

penerimaan,

penyimpanan,

pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang efisien, efektif dan rasional, meningkatkan

kompetensi/kemampuan

tenaga

kefarmasian,

mewujudkan sistem informasi manajemen, dan melaksanakan pengendalian mutu pelayanan.7 Kepala Ruang Farmasi di Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menjamin terlaksananya pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang baik. Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi:7 a. Perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas. Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan: 7 1) Perkiraan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang mendekati kebutuhan

15

2) Meningkatkan penggunaan obat secara rasional 3) Meningkatkan efisiensi penggunaan obat Perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh Ruang Farmasi di Puskesmas.7 Proses seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan dengan mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi Sediaan Farmasi periode sebelumnya, data mutasi Sediaan Farmasi, dan rencana pengembangan. Proses seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai juga harus mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional. Proses seleksi ini harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola program yang berkaitan dengan pengobatan.7 Proses perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi per tahun dilakukan secara berjenjang (bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian Obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).7 Selanjutnya

Instalasi

Farmasi

Kabupaten/Kota

akan

melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan Sediaan Farmasi Puskesmas di wilayah kerjanya, menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan memperhitungkan waktu kekosongan Obat, buffer stock, serta menghindari stok berlebih.7 b. Permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai Tujuan permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah daerah setempat.7

16

c. Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu kegiatan dalam menerima Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan Puskesmas secara mandiri sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya adalah agar Sediaan Farmasi yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas, dan memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu.7 Tenaga

Kefarmasian

dalam

kegiatan

pengelolaan

bertanggung jawab atas ketertiban penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai berikut kelengkapan catatan yang menyertainya.7 Tenaga

Kefarmasian

wajib

melakukan

pengecekan

terhadap Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah Sediaan Farmasi, bentuk Sediaan Farmasi sesuai dengan isi dokumen LPLPO, ditandatangani oleh Tenaga Kefarmasian, dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat, maka Tenaga Kefarmasian dapat mengajukan keberatan. Masa kedaluwarsa minimal dari Sediaan Farmasi yang diterima disesuaikan dengan periode pengelolaan di Puskesmas ditambah satu bulan.7 d. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap Sediaan Farmasi yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.7 Tujuannya adalah agar mutu Sediaan Farmasi yang tersedia di puskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang

17

ditetapkan.Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 7 1) Bentuk dan jenis sediaan; 2) Kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan Sediaan Farmasi, seperti suhu penyimpanan, cahaya, dan kelembaban; 3) Mudah atau tidaknya meledak/terbakar; 4) Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan 5) Tempat penyimpanan Sediaan Farmasi tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi. e. Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi Puskesmas dan jaringannya.7 Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat. Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain:7 1) Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas 2) Puskesmas Pembantu 3) Puskesmas Keliling 4) Posyandu 5) Polindes Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain) dilakukan dengan cara pemberian Obat sesuai resep yang diterima (floor stock), pemberian Obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau kombinasi, sedangkan pendistribusian

18

ke jaringan Puskesmas dilakukan dengan cara penyerahan Obat sesuai dengan kebutuhan (floor stock). 7 f. Pemusnahan dan penarikan Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Penarikan

sediaan

farmasi

yang

tidak

memenuhi

standar/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM.7 Penarikan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri. Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai bila:7 1) Produk tidak memenuhi persyaratan mutu; 2) Telah kadaluwarsa; 3) Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan; dan/atau 4) Dicabut izin edarnya. Tahapan pemusnahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai terdiri dari:7 1) Membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang akan dimusnahkan 2) Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan 3) Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait 4) Menyiapkan tempat pemusnahan

19

5) Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan yang berlaku g. Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan

sehingga

tidak

terjadi

kelebihan

dan

kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar. Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar. Pengendalian Sediaan Farmasi terdiri dari:7 1) Pengendalian persediaan 2) Pengendalian penggunaan 3) Penanganan Sediaan Farmasi hilang, rusak, dan kadaluwarsa h. Administrasi Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh rangkaian kegiatan dalam pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai, baik Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan lainnya.7 Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah:7 1) Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis 2) Habis Pakai telah dilakukan; 3) Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian; dan 4) Sumber data untuk pembuatan laporan i. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai Pemantauan dan evaluasi pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk:7

20

1) Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai sehingga dapat menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan 2) Memperbaiki

secara

terus-menerus

pengelolaan

Sediaan

Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai 3) Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan. Setiap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai, harus dilaksanakan sesuai standar prosedur operasional. Standar Prosedur Operasional (SPO) ditetapkan oleh Kepala Puskesmas. SPO tersebut diletakkan di tempat yang mudah dilihat.

Contoh

standar

prosedur

operasional

sebagaimana

terlampir.7 2. Pelayanan Farmasi Klinik Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan farmasi klinik bertujuan untuk:7 a. Meningkatkan

mutu

dan

memperluas

cakupan

Pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas. b. Memberikan Pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas, keamanan dan efisiensi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai. c. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan pasien yang terkait dalam Pelayanan Kefarmasian. d. Melaksanakan kebijakan Obat di Puskesmas dalam rangka meningkatkan penggunaan Obat secara rasional. Pelayanan farmasi klinik meliputi:7 a. Pengkajian dan pelayanan Resep Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik 21

untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.

Persyaratan

administrasi meliputi:7 1) Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien. 2) Nama, dan paraf dokter. 3) Tanggal resep. 4) Ruangan/unit asal resep. Persyaratan farmasetik meliputi:7 1) Bentuk dan kekuatan sediaan. 2) Dosis dan jumlah Obat. 3) Stabilitas dan ketersediaan. 4) Aturan dan cara penggunaan. 5) Inkompatibilitas (ketidakcampuran Obat). Persyaratan klinis meliputi:7 1) Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat. 2) Duplikasi pengobatan. 3) Alergi, interaksi dan efek samping Obat. 4) Kontra indikasi. 5) Efek adiktif. Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi Obat merupakan

kegiatan

pelayanan

yang

dimulai

dari

tahap

menyiapkan/meracik Obat, memberikan label/etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan informasi

yang memadai disertai

pendokumentasian. Tujuan penyerahan (dispensing) dan pemberian informasi obat:7 1) Pasien

memperoleh

obat

sesuai

dengan

kebutuhan

klinis/pengobatan. 2) Pasien memahami tujuan pengobatan dan mematuhi intruksi pengobatan. b. Pelayanan Informasi Obat (PIO) Merupakan

kegiatan

pelayanan

yang

dilakukan

oleh

Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan

22

terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Tujuan pelayanan informasi obat adalah:7 1) Menyediakan

informasi

mengenai

Obat

kepada

tenaga

kesehatan lain di lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat. 2) Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan Obat (contoh: kebijakan permintaan Obat oleh jaringan dengan mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat penyimpanan yang memadai). 3) Menunjang penggunaan Obat yang rasional. Kegiatan pelayanan informasi obat adalah : 7 1) Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro aktif dan pasif. 2) Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon, surat atau tatap muka. 3) Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster, majalah dinding dan lain-lain. 4) Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap, serta masyarakat. 5) Melakukan

pendidikan

dan/atau

pelatihan

bagi

tenaga

kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya terkait dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai. 6) Mengoordinasikan

penelitian

terkait

Obat

dan

kegiatan

Pelayanan Kefarmasian Faktor-faktor yang perlu diperhatikan : 7 1) Sumber informasi Obat. 2) Tempat. 3) Tenaga. 4) Perlengkapan. Pelayanan Informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini sangat diperlukan dalam upaya penggunaan obat yang

rasional oleh 23

pasien. Sumber informasi obat adalah Buku Farmakope Indonesia, Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO), Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI), Farmakologi dan Terapi, serta bukubuku lainnya. Informasi obat juga

dapat diperoleh dari setiap

kemasan atau brosur obat yang berisi nama dagang obat jadi, komposisi, bobot, isi atau jumlah tiap wadah, dosis pemakaian, cara pemakaian, khasiat atau kegunaan, kontra indikasi (bila ada), tanggal kadaluarsa, nomor ijin edar/nomor registrasi, nomor kode produksi, nama dan alamat industri.Informasi obat yang diperlukan pasien adalah :4 a. Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan dalam sehari, apakah di waktu pagi, siang, sore, atau malam. Dalam hal ini termasuk apakah obat diminum sebelum atau sesudah makan. b. Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau harus dihabiskan meskipun sudah terasa sembuh. Obat antibiotika harus dihabiskan untuk mencegah timbulnya resistensi. c. Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan pengobatan. Oleh karena itu pasien harus mendapat penjelasan mengenai cara penggunaan obat yang benar terutama untuk sediaan farmasi tertentu seperti obat oral obat tetes mata, salep mata, obat tetes hidung, obat semprot hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/salep rektal dan tablet vagina. Berikut ini petunjuk mengenai cara penggunaan obat :4 1) Petunjuk Pemakaian Obat Oral (pemberian obat melalui mulut)  Adalah cara yang paling lazim, karena sangat praktis, mudah dan aman. Yang terbaik adalah minum obat dengan segelas air

24

 Ikuti petunjuk dari profesi pelayan kesehatan (saat makan atau saat perut kosong)

 Obat untuk kerja diperlama (long acting) harus ditelan seluruhnya. Tidak boleh dipecah atau dikunyah

 Sediaan cair, gunakan sendok obat atau alat lain yang telah diberi ukuran untuk ketepatan dosis. Jangan gunakan sendok rumah tangga.  Jika penderita sulit menelan sediaan obat yang dianjurkan oleh dokter minta pilihan bentuk sediaan lain.

25

2) Petunjuk Pemakaian Obat Oral untuk Bayi/Anak Balita  Sediaan cair untuk bayi dan balita harus jelas dosisnya, gunakan sendok takar dalam kemasan obatnya.  Segera berikan minuman yang disukai anak setelah pemberian obat yang terasa tidak enak/pahit, 3) Petunjuk Pemakaian Obat Tetes Mata  Ujung alat penetes jangan tersentuh oleh benda apapun (termasuk mata) dan selalu ditutup rapat setelah digunakan.  Untuk glaukoma atau inflamasi, petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan harus diikuti dengan benar.  Cara penggunaan adalah cuci tangan, kepala ditengadahkan, dengan jari telunjuk kelopak mata bagian bawah ditarik ke bawah untuk membuka kantung konjungtiva, obat diteteskan pada kantung konjungtiva dan mata ditutup selama 1-2 menit, jangan mengedip. Ujung mata dekat hidung ditekan selama 1-2 menit. Tangan dicuci untuk menghilangkan obat yang mungkin terpapar pada tangan.

4) Petunjuk Pemakaian Obat Salep Mata  Ujung tube salep jangan tersentuh oleh benda apapun (termasuk mata).  Cara penggunaan adalah cuci tangan, kepala ditengadahkan, dengan jari telunjuk kelopak mata bagian bawah ditarik ke bawah untuk membuka kantung konjungtiva, tube salep mata ditekan hingga salep masuk dalam kantung konjungtiva dan mata ditutup selama 1-2 menit. Mata digerakkan ke kiri-kanan, atas-bawah. Setelah digunakan, ujung kemasan salep diusap

26

dengan tissue bersih (jangan dicuci dengan air hangat) dan wadah salep ditutup rapat. Tangan dicuci untuk menghilangkan obat yang mungkin terpapar pada tangan. 5) Petunjuk Pemakaian Obat Tetes Hidung  Hidung dibersihkan dan kepala ditengadahkan bila penggunaan obat dilakukan sambil berdiri dan duduk atau penderita cukup berbaring saja. Kemudian teteskan obat pada lubang hidung dan biarkan selama beberapa menit agar obat dapat tersebar dalam hidung.

 Untuk posisi duduk, kepala ditarik dan ditempatkan diantara dua paha

 Setelah digunakan, alat penetes dibersihkan dengan air panas dan keringkan dengan tissue bersih. 6) Petunjuk Pemakaian Obat Semprot Hidung  Hidung dibersihkan dan kepala tetap tegak. Kemudian obat disemprotkan ke dalam lubang hidung sambil menarik napas dengan cepat.

27

 Untuk posisi duduk, kepala ditarik dan ditempatkan diantara dua paha

 Setelah digunakan, botol alat semprot dicuci dengan air hangat tetapi jangan sampai air masuk ke dalam botol kemudian dikeringkan dengan tissue bersih. 7) Pemakaian Obat Tetes Telinga  Ujung alat penetes jangan menyentuh benda apapun termasuk telinga  Cuci tangan sebelum menggunakan obat tetes telinga  Bersihkan bagian luar telinga dengan cotton bud/kapas bertangkai pembersih telinga.  Jika sediaan berupa suspensi, sediaan harus dikocok terlebih dahulu  Cara penggunaan adalah penderita berbaring miring dengan telinga yang akan ditetesi obat menghadap ke atas. Untuk membuat lubang telinga lurus sehingga mudah ditetesi maka bagi penderita dewasa daun telinga ditarik ke atas dan ke belakang, sedangkan bagi anak-anak daun telinga ditarik ke bawah dan ke belakang. Kemudian obat diteteskan dan biarkan selama 5 menit.  Bersihkan ujung penetes dengan tissue bersih.

28

8) Petunjuk Pemakaian Obat Supositoria  Cuci

tangan,

suppositoria

dikeluarkan

dari

kemasan,

suppositoria dibasahi dengan air

 Penderita berbaring dengan posisi miring, dan suppositoria dimasukkan ke dalam rektum.

 Masukan supositoria dengan cara bagian ujung supositoria didorong dengan ujung jari sampai melewati otot sfingter rektal; kira-kira ½ - 1 inchi pada bayi dan 1 inchi pada dewasa.  Jika suppositoria terlalu lembek untuk dapat dimasukkan, maka sebelum digunakan sediaan ditempatkan dalam lemari pendingin selama 30 menit kemudian tempatkan pada air mengalir sebelum kemasan dibuka  Setelah penggunaan suppositoria, tangan penderita dicuci bersih. 9) Petunjuk Pemakaian Obat Krim/Salep rektal  Bersihkan dan keringkan daerah rektal, kemudian masukkan salep atau krim secara perlahan ke dalam rektal.  Cara lain adalah dengan menggunakan aplikator.  Caranya adalah aplikator dihubungkan dengan wadah salep/krim yang sudah dibuka, kemudian dimasukkan ke dalam rektum dan

29

sediaan ditekan sehingga salep/krim keluar. Buka aplikator dan cuci bersih dengan air hangat dan sabun.

 Setelah penggunaan, tangan penderita dicuci bersih 10) Petunjuk Pemakaian Obat Vagina  Cuci tangan sebelum menggunakan obat dan gunakan aplikator sesuai dengan petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan harus diikuti dengan benar.  Jika penderita hamil, maka sebelum menggunakan obat sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan profesional perawatan kesehatan.  Penderita berbaring dengan kedua kaki direnggangkan dan dengan menggunakan aplikator obat dimasukkan ke dalam vagina sejauh mungkin tanpa dipaksakan dan biarkan selama beberapa waktu.

 Setelah penggunaan, aplikator dan tangan penderita dicuci bersih dengan sabun dan air hangat. d. Efek yang akan timbul dari penggunaan obat yang akan dirasakan, misalnya berkeringat, mengantuk, kurang waspada, tinja berubah warna, air kencing berubah warna dan sebagainya

30

e. Hal-hal lain yang mungkin timbul, misalnya efek samping obat, interaksi obat dengan obat lain atau makanan tertentu, dan kontraindikasi obat tertentu dengan diet rendah kalori, kehamilan, dan menyusui.4 - Efek samping obat adalah setiap respons obat yang merugikan dan tidak diharapkan serta terjadi karena penggunaan obat dengan dosis atau takaran normal. - Salah guna obat adalah penggunaan bermacam-macam obat tetapi efeknya tidak sesuai, tidak rasional, tidak tepat dan tidak efektif. - Bahaya salah guna obat antara lain menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan, pengeluaran untuk obat menjadi lebih banyak atau pemborosan, tidak bermanfaat atau menimbulkan ketagihan. f.

Cara penyimpanan obat Penyimpanan Obat secara Umum adalah : 4 a. Ikuti petunjuk penyimpanan pada label/ kemasan b. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat. c. Simpan obat pada suhu kamar dan hindari sinar matahari langsung. d. Jangan menyimpan obat di tempat panas atau lembab. e. Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak beku, kecuali jika tertulis pada etiket obat. f. Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak. g. Jangan meninggalkan obat di dalam mobil untuk jangka waktu lama. h. Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak. Beberapa sistem yang umum dalam pengaturan obat : 4 a. Alfabetis berdasarkan nama generik Obat disimpan berdasarkan urutan alfabet nama generiknya. Saat menggunakan sistem ini,

31

pelabelan harus diubah ketika daftar obat esensial direvisi atau diperbaharui. b. Kategori terapetik atau farmakologi Obat disimpan berdasarkan indikasi terapetik dan kelas farmakologinya. c. Bentuk sediaan Obat mempunyai bentuk sediaan yang berbedabeda, seperti sirup, tablet, injeksi, salep atau krim. Dalam sistem ini, obat disimpan berdasarkan bentuk sediaannya. Selanjutnya metode-metode pengelompokan lain dapat digunakan untuk mengatur obat secara rinci. d. Frekuensi penggunaan Untuk obat yang sering digunakan (fast moving) seharusnya disimpan pada ruangan yang dekat dengan tempat penyiapan obat. Kondisi Penyimpanan Khusus Beberapa obat perlu disimpan pada tempat khusus untuk memudahkan pengawasan, yaitu:  Obat golongan narkotika dan psikotropika masing-masing disimpan dalam lemari khusus dan terkunci.  Obat-obat seperti vaksin dan supositoria harus disimpan dalam lemari pendingin untuk menjamin stabilitas sediaan.  Beberapa cairan mudah terbakar seperti aseton, eter dan alkohol disimpan dalam lemari yang berventilasi baik, jauh dari bahan yang mudah terbakar dan peralatan elektronik. Cairan ini disimpan terpisah dari obat-obatan.  Berikut beberapa contoh label peringatan :

32

Prosedur Tetap Pelayanan Informasi Obat4 1. Menyediakan dan memasang spanduk, poster, booklet, leaflet yang berisi informasi obat pada tempat yang mudah dilihat oleh pasien 2. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tertulis, langsung atau tidak langsung. dengan jelas dan mudah dimengerti, tidak bias, etis dan bijaksana melalui penelusuran literatur secara sistematis untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. 3. Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan informasi obat secara sistematis c. Konseling Merupakan

suatu

proses

untuk

mengidentifikasi

dan

penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat pasien rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien.7 Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai Obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain

33

tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan obat. 7 Kegiatan konseling :7 1) Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien. 2) Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka (openended question), misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai Obat, bagaimana cara pemakaian, apa efek yang diharapkan dari obat tersebut, dan lain-lain. 3) Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat 4) Verifikasi

akhir,

yaitu

mengecek

pemahaman

pasien,

mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan Obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi. Faktor yang perlu diperhatikan : 7 1) Kriteria pasien : a) Pasien rujukan dokter. b) Pasien dengan penyakit kronis. c) Pasien dengan Obat yang berindeks terapetik sempit dan poli farmasi. d) Pasien geriatrik. e) Pasien pediatrik. f) Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas. 2) Sarana dan prasarana : a) Ruangan khusus. b) Kartu pasien/catatan konseling. Setelah

dilakukan

konseling,

pasien

yang

memiliki

kemungkinan mendapat risiko masalah terkait obat misalnya komorbiditas, lanjut usia, lingkungan sosial, karateristik obat, kompleksitas

pengobatan,

kompleksitas

penggunaan

Obat,

kebingungan atau kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang 34

bagaimana menggunakan obat dan/atau alat kesehatan perlu dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care) yang bertujuan tercapainya keberhasilan terapi Obat. 7 d. Ronde/Visite Pasien Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, dan lain-lain. 7 Tujuan ronde/visite pasien: 7 1) Memeriksa obat pasien. 2) Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan obat dengan mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis pasien. 3) Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan penggunaan Obat. 4) Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan dalam terapi pasien. Kegiatan yang dilakukan meliputi persiapan, pelaksanaan, pembuatan dokumentasi dan rekomendasi. Kegiatan visite mandiri: 7 1) Untuk pasien baru a) Apoteker memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari kunjungan. b) Memberikan informasi mengenai sistem pelayanan farmasi dan jadwal pemberian Obat. c) Menanyakan Obat yang sedang digunakan atau dibawa dari rumah, mencatat jenisnya dan melihat instruksi dokter pada catatan pengobatan pasien. d) Mengkaji terapi Obat lama dan baru untuk memperkirakan masalah terkait Obat yang mungkin terjadi. 2) Untuk pasien lama dengan instruksi baru a) Menjelaskan indikasi dan cara penggunaan Obat baru.

35

b) Mengajukan pertanyaan apakah ada keluhan setelah pemberian Obat. 3) Untuk semua pasien a) Memberikan keterangan pada catatan pengobatan pasien. b) Membuat catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian masalah dalam satu buku yang akan digunakan dalam setiap kunjungan. Kegiatan visite bersama tim: 7 1) Melakukan persiapan yang dibutuhkan seperti memeriksa catatan pegobatan pasien dan menyiapkan pustaka penunjang. 2) Mengamati dan mencatat komunikasi dokter dengan pasien dan/atau keluarga pasien terutama tentang obat. 3) Menjawab pertanyaan dokter tentang obat. 4) Mencatat semua instruksi atau perubahan instruksi pengobatan, seperti Obat yang dihentikan, obat baru, perubahan dosis dan lainlain. Hal-hal yang perlu diperhatikan:7 1) Memahami cara berkomunikasi yang efektif. 2) Memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan pasien dan tim. 3) Memahami teknik edukasi. 4) Mencatat perkembangan pasien. Pasien rawat inap yang telah pulang ke rumah ada kemungkinan terputusnya kelanjutan terapi dan kurangnya kepatuhan penggunaan Obat. Untuk itu, perlu juga dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care) agar terwujud komitmen, keterlibatan, dan kemandirian pasien dalam penggunaan obat sehingga tercapai keberhasilan terapi Obat. 7 e. Monitoring Efek Samping Obat (MESO) Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal

36

yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis. Tujuan: 7 1) Menemukan efek samping obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal dan frekuensinya jarang. 2) Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah sangat dikenal atau yang baru saja ditemukan. Kegiatan monitoring efek samping obat adalah: 7 1) Menganalisis laporan efek samping obat. 2) Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami efek samping obat. 3) Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO). 4) Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional. Faktor yang perlu diperhatikan: 1) Kerja sama dengan tim kesehatan lain. 2) Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat. f. Pemantauan Terapi Obat (PTO) Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan

terapi

obat

yang

efektif,

terjangkau

dengan

memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping. Tujuan pemantauan terapi obat : 7 1) Mendeteksi masalah yang terkait dengan Obat. 2) Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait dengan Obat. Kriteria pasien: 7 1) Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui. 2) Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis. 3) Adanya multidiagnosis. 4) Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati. 5) Menerima Obat dengan indeks terapi sempit. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang merugikan. Kegiatan pemantauan terapi obat :7

37

1) Memilih pasien yang memenuhi kriteria. 2) Membuat catatan awal. 3) Memperkenalkan diri pada pasien. 4) Memberikan penjelasan pada pasien. 5) Mengambil data yang dibutuhkan. 6) Melakukan evaluasi. 7) Memberikan rekomendasi. g. Evaluasi Penggunaan Obat Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan Obat secara terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin Obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional). 7 Tujuan evaluasi penggunaan obat : 7 1) Mendapatkan gambaran pola penggunaan Obat pada kasus tertentu. 2) Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan Obat tertentu. Setiap kegiatan pelayanan farmasi klinik, harus dilaksanakan sesuai standar prosedur operasional. Standar Prosedur Operasional (SPO) ditetapkan oleh Kepala Puskesmas. SPO tersebut diletakkan di tempat yang mudah dilihat. 7 3. Pekerjaan Kefarmasian11 Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus

38

sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli

Madya

Farmasi,

Analis

Farmasi,

dan

Tenaga

Menengah

Farmasi/Asisten Apoteker. Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian meliputi: a. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan Farmasi; b. Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi; c. Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi; d. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pelayanan Sediaan Farmasi. Fasilitas Pelayanan Kefarmasian berupa : a. Apotek; b. Instalasi farmasi rumah sakit; c. Puskesmas; d. Klinik; e. Toko Obat; f. Praktek bersama. Dalam menjalankan Pekerjaan kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/ atau Tenaga Teknis Kefarmasian. Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh Apoteker. Dalam hal di daerah terpencil tidak terdapat Apoteker, Menteri dapat menempatkan Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah memiliki STRTTK pada sarana pelayanan kesehatan dasar yang diberi wewenang untuk meracik dan menyerahkan obat kepada pasien.

Bentuk pekerjaan kefarmasian yang wajib

dilaksanakan oleh seorang Tenaga Teknis Kefarmasian (menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/MENKES/X/2002 adalah sebagai berikut: 1.Melayani

resep

dokter

sesuai

dengan

tanggung

jawab

dan

standart profesinya. 2. Memberi informasi yang berkaitan dengan penggunaan/pemakaian obat.

39

3. menghormati hak pasien dan menjaga kerahasiaan idntitas serta data kesehatan pasien. 4. Melakukan pengelolaan apotek. 5. Pelayanan informasi mengenai sediaan farmasi.

C. Mutu Pelayanan Kesehatan 1. Definisi Mutu Direktorat

Jendral

Pelayanan

Medik

Departemen

Kesehatan

mengemukan mutu adalah suatu derajat kesempurnaan pelayan rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai standar profesi, sumberdaya yang tersedia di rumah sakit secara wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai norma, etika hukum dan sosio budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat konsumen.12 Mutu adalah penentuan pelanggan, pasar atau ketetapan manajemen. Mutu dinilai berdasarkan atas pengalaman nyata pelanggan terhadap produk dan jasa pelayanan, mengukurnya, mengharapkannya, dijanjikan atau tidak, sadar atau hanya dirasakan, operasional teknik atau subjektif sama sekali dan selalu menggambarkan target yang bergerak dalam pasar yang kompetitif.13 2. Batasan Mutu Pelayanan13,14 Batasan mutu pelayanan kesehatan adalah : a. Derajat kepuasan pasien yaitu kepuasan bersifat umum yakni sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk. b. Upaya yang telah dilakukan yaitu batasan untuk melindungi kepentingan pemakai jasa pelayanan kesehatan, yang pada umumnya awam terhadap tindakan kedokteran, ditetapkanlah upaya yang dilakukan tersebut harus sesuai dengan kode etik serta standar pelayanan profesi.

40

Dalam memberikan pelayanan kesehatan mutu memberi peranan penting. Batasan tentang mutu pelayanan banyak macamnya, yaitu: a. Beberapa diantara nya yang dipandang penting adalah:11 1) Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang diamati. 2) Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program . 3) Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri suatu barang atau dihasilkan, yang didalamnya terkandung sekaligus pengertian akan adanya rasa aman atau terpenuhinya kebutuhan para pengguna barang atau jasa yang dihasilkan tersebut. 4) Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan. b. Batasan mutu yang dipandang cukup penting adalah: 1) Mutu adalah tingkat kesempurnaan dan penampilan sesuatu yang sedang diamati. 2) Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program. 3) Mutu adalah totalitas dan wujud serta ciri suatu barang atau jasa, yang didalamnya terkandung sekaligus pengertian rasa aman dan pemenuhan kebutuhan para pengguna. 4) Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan. 3. Komponen Mutu Pelayanan Kesehatan13,14 Terdapat 5 faktor pokok yang berperan penting dalam menentukan keberhasilan manajemen mutu pelayanan kesehatan, yaitu : a. Masukan (input) b. Proses (process) c. Keluaran (output) d. Hasil (outcome) e. Dampak (impact) Input (masukan) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan pekerjaan manajemen. Input berfokus pada sistem yang dipersiapkan dalam organisasi dari menejemen termasuk komitmen, prosedur serta kebijakan sarana dan prasarana fasilitas dimana pelayanan

41

diberikan. Proses (process) adalah langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Output adalah hasil dari suatu pekerjaan manajemen. Hasil (outcome) merupakan hasil dari suatu proses manajemen. Dampak (impact) adalah akibat yang ditimbulkan oleh output. Untuk manajemen kesehatan dampak yang diharapkan adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan. 4. Dimensi – Dimensi Kualitas Pelayanan14 Ada lima dimensi mutu pelayanandiantaranya adalah sebagai berikut: a. Berwujud

(tangible)

yaitu

kemampuan

dalam

menunjukan

eksistensinya kepada pihak eksternal. Meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang, dan lain-lain), teknologi, serta penampilan pegawai. b. Kehandalan (reliability), yaitu dimensi yang mengukur kemampuan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. c. Ketanggapan (responsiveness) yaitu suatu kebijakan yang membantu dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat pada pelanggan dengan menyampaikan informasi yang jelas. d. Jaminan

dan

kepastian

(assurance)

yaitu

pengetahuan,

kesopansantunan dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan terhadap perusahaan. Hal ini meliputi komponen komunikasi, kredibilitas, kompetensidan sopan santun. e. Empati, yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen.

42

5. Ruang Lingkup Kegiatan13,14 Ruang lingkup kegiatan dalam mutu pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut : a. Membangun kesadaran mutu Merupakan upaya penggeseran cara pandang peran dan fungsi organisasi pelayanan kesehatan yang biasa dilakukan menjadi pelayanan yang sesuai standar. b. Pembentukan tim jaminan mutu Tim jaminan mutu dapat terdiri dari sub tim pembuat standart, sub tim pelaksana dan sub tim penilai kepatuhan terhadap standar dan evaluasi. c. Pembuatan alur kerja dan standart pelayanan Alur pelayanan di tempel di dinding agar mudah diketahui dan sebagai petunjuk jalan bagi pasien maupun pengunjung unit pelayanan kesehatan. d. Penilaian kepatuhan terhadap standar Dibutuhkan daftar tilik untuk mengukur kelengkapan sarana dan prasarana, pengetahuan pemberi pelayanan, standar kompetensi teknis petugas dan persepsi penerima pelayanan. e. Penyampaian hasil kerja Data temuan diolah dan dianalisa kemudian di sajikan di lokakarya mini jika nilai dibawah 80% maka keadaan ini perlu diperbaiki dengan melakukan intervensi terhadap rendahnya tingkat kepatuhan terhadap standart f. Survey pelanggan Dilakukan dengan metode survey pada klien atau pasien. g. Penyusunan rencana kegiatan menggunakan siklus problem solving.

43

Sebab potensial

Prioritas masalah

Sebab paling mungkin Alternatif pemecahan masalah

Identifikasi masalah

Masalah

 Pengawasan  Pengendalian  penilaian

Keputusan pemecahan masalah Rencana Penerapan

Gambar 2.1 Siklus Problem Solving 6. Faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan14 Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan meliputi: a. Kompetensi teknik (Technical Competence) b. Akses terhadap pelayanan (acces to service) c. Efektifitas pelayanan (Effectiveness) d. Hubungan antar manusia (Interpersonal relations) e. Kelangsungan pelayanan (Continuity of care) f. Keamanan pelayanan (Safety) g. Kenyamanan pelayanan (Amenities) dan h. Ketepatan waktu (Timeless). 7. Analisis Penyebab Masalah Pada Manajemen Mutu14 Permasalahan yang dapat timbul pada mutu pelayanan kesehatan di puskesmas dapat dibedakan menjadi dua yaitu: a. Simple problem (masalah sederhana) Berikut adalah ciri-ciri masalah pada simple problem, yaitu : 1) Kecil 2) Berdiri sendiri 44

3) Tidak ada hubungan dengan masalah lain 4) Tidak mengandung konsekuensi yang besar 5) Pemecahannya tidak memerlukan pemikiran yang luas, dimana pemecahannya diilakukan secara individual oleh pimpinan atas dasar instuisi, pengalaman, kebiasaan dan fakta yang sederhana. Pada simple problem masalah yang didapat dari perbandingan antara Standart Operasional Prosedur (SOP) dengan kenyataan yang ada yang dilakukan petugas dalam pelayanan. b. Complex problem (masalah rumit) Berikut adalah ciri-ciri pada masalah complex problem, yaitu : 1) Masalahnya besar 2) Tidak berdiri sendiri 3) Saling berkaitan dengan masalah lain 4) Mengandung konsekuensi yang besar 5) Pemecahannya

memerlukan

pemikiran

luas,

dimana

pemecahannya dilakukan secara tim, pimpinan dibantu staf. 8. Prinsip perbaikan mutu13 a. Jaminan mutu berorientasi pada pemenuhan harapan dan kebutuhan pelanggan (pasien) dan masyarakat b. Jaminan mutu berfokus pada sistem dan proses c. Jaminan mutu menggunakan data untuk menganalisis proses pemberian pelayanan d. Jaminan mutu mendorong diterapkannya pendekatan tim untuk pemecahan masalah dan perbaikan mutu yang berkesinambungan.

45

D. Standar Operasional Prosedur (SOP) 1. Definisi Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah suatu pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong atau menggerakan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.15 Menurut Depkes RI Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah protap yang merupakan tata atau tahapan yang harus dilalui dalam suatu proses kerja tertentu yang dapat diterima oleh seseorang yang berwenang atau yang bertanggungjawab untuk mempertahankan tingkat penampilan atau kondisi tertentu sehingga suatu kegiatan dapat terselesaikan secara efektif dan efesien.15 2. Tujuan SOP Berikut adalah tujuan dari SOP, yaitu:15 a. Menjaga konsistensi dan tingkat kerja petugas atau tim dalam organisasi atau unit. b. Mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap posisi dalam organisasi. c. Menjelaskan alur tugas wewenang dan tanggungjawab dari petugas terkait. d. Melindungi organisasi dan staf dari malpraktek atau kesalahan administrasi lain. e. Untuk menghindari kesalahan, keraguan, duplikasi. 3. Fungsi SOP Fungsi dari SOP adalah:15 a. Memperlancar tugas petugas atau tim b. Sebagai hukum bila ada penyimpangan c. Mengetahui dengan jelas hambatan bila ada dan mudah dilacak d. Mengarahkan petugas untuk sama-sama disiplin dalam bekerja e. Sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas rutin.

46

4. Prinsip SOP Beberapa prinsip SOP yaitu:15 a. Harus ada pada setiap kegiatan pelayanan b. Bila berubah, harus sesuai standart profesi atau perkembangan iptek serta perturan yang berlaku c. Memuat segala indikasi dan syarat-syarat yang harus dipenuhi pada setiap upaya d. Harus di dokumentasikan Monitor tolak ukur standar operasional prosedur adalah tingkat kepatuhan atau compliance rate (CR). Dikatakan baik apabila prosentase lebih dari 80%. Nilai CR =

Jumlah Ya × 100 %

Jumlah Ya + Jumlah Tidak

E. Indeks Kepuasan Masyarakat Kepuasan masyarakat merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan keberhasilan suatu badan usaha karena masyarakat adalah konsumen dari produk yang dihasilkannya. Oleh karena itu badan usaha harus dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat sehingga mencapai kepuasan masyarakat dan efek jangka panjang pada kesetiaan masyarakat.10 Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) adalah data dan informasi tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan publik dengan membandingkan antara harapan dan kebutuhannya. Unaur Survei Kepuasan Masyarakat dalam peraturan ini meliputi:10 1. Persyaratan Persyaratan adalah syarat yang harus dipenuhi dalam pengurusan suatu jenis pelayanan, baik persyaratan teknis maupun administratif.

47

2. Sistem, Mekanisme dan Prosedur Prosedur adalah tata cara pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan, termasuk pengaduan. 3. Waktu penyelesaian Waktu penyelesaian adalah jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proses pelayanan dari setiap jenis pelayanan. 4. Biaya/Tarif Biaya/Tarif adalah ongkos yang dikenakan kepada penerima layanan dalam mengurus dan/atau memperoleh pelayanan dari penyelenggara yang

besarnya

ditetapkan

berdasarkan

kesepakatan

antara

penyelenggara dan masyarakat. 5. Produk spesifikasi jenis pelayanan Produk spesifikasi jenis pelayanan adalah hasil pelayanan yang diberikan dan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Produk pelayanan ini merupakan hasil dari setiap spesifikasi jenis pelayanan. 6. Kompetensi Pelaksana Kompetensi Pelaksana adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh pelaksana

meliputi

pengetahuan,

keahlian,

keterampilan,

dan

pengalaman. 7. Perilaku Pelaksana Perilaku Pelaksana adalah sikap petugas dalam memberikan pelayanan. 8. Penanganan pengaduan, saran dan masukan Penanganan pengaduan, saran dan masukan adalah tata cara pelaksanaan penanganan pengaduan dan tindak lanjut. 9. Sarana dan Prasarana Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan. Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek). Sarana digunakan untuk benda yang bergerak

48

(komputer, mesin) dan prasarana untuk benda yang tidak bergerak (gedung). Nilai IKM dihitung sesuai langkah-langkah sebagai berikut: 1. Nilai masing-masing unsur pelayanan di jumlahkan (kebawah) sesuai dengan

jumlah

responden

yang

menjawab,

kemudian

untuk

mendapatkan nilai rata-rata per unsure pelayanan, jumlah nilai dibagi jumlah responden yang menjawab 2. Untuk mendapat nilai rata-rata tertimbangan per unsure pelayanan, jumlah nilai rata-rata per unsure pelayanan, jumlah nilai rata-rata per unsure dikali 0.11 sebagai nilai bobot rata-rata tertimbang 3. Untuk mendapat nilai indeks pelayanan, dengan cara menjumlahkan 9 unsur dari nilai rata-rata tertimbangan. 4. Untuk memudahkan interpretasi terhadap penilaian IKM yaitu antara 25-100 maka hasil nilai indeks pelayanan dikonversikan dengan nilai dasar 25. Pedoman menentukan kinerja unit pelayanan berdasarkan IKM tercantum dalam tabel berikut: Tabel 2.1 Nilai persepsi, interval IKM, interval konversi IKM, mutu pelayanan dan kerja unit pelayanan Nilai

Nilai Interval

Nilai Interval

Mutu

Kinerja Unit

Persepsi

IKM

Konversi IKM

pelayanan

Pelayanan

1

1,00 – 2,5996

25 – 64,99

D

Tidak Baik

2

2,60 – 3,064

65,00 – 76,600

C

Kurang Baik

3

3,0644 - 3,532

76,61 – 88,30

B

Baik

4

3,5324 - 4,00

88,31 – 100,00

A

Sangat Baik

F. Pembuatan Media Edukasi 16 1. Latar Belakang Pembuatan Media Edukasi Komunikasi adalah proses yang menyangkut hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya. Tanpa komunikasi manusia jadi terpisah dari lingkungan. Namun, tanpa lingkungan komunikasi menjadi kegiatan yang tidak relevan. Dengan kata lain manusia berkomunikasi karena perlu mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Dalam

49

berkomunikasi, manusia tentunya memerlukan media komunikasi. Media komunikasi adalah semua sarana yang dipergunakan untuk memproduksi, mereproduksi, mendistribusikan atau menyebarkan dan menyampaikan informasi. Media komunikasi sangat berperan dalam kehidupan masyarakat. Proses pengiriman informasi di zaman keemasan ini sangat canggih. Teknologi telekomunikasi paling dicari untuk menyampaikan atau mengirimkan informasi ataupun berita karena teknologi telekomunikasi semakin berkembang, semakin cepat, tepat, akurat, mudah, murah, efektif dan efisien. Berbagi informasi antar Benua dan Negara di belahan dunia manapun semakin mudah. 2. Tujuan Pembuatan Media Edukasi a. Tujuan Umum: Dengan pembuatan media edukasi diharapkan petugas dapat melakukan tugasnya sesuai dengan SOP yang berlaku. b. Tujuan Khusus: 1) Media dapat mempermudah penyampaian informasi. 2) Media dapat menghindari kesalahan persepsi. 3) Media dapat memperjelas informasi. 4) Media dapat mempermudah pengertian. 5) Media dapat mengurangi komunikasi yang verbalistis. 6) Media dapat menampilkan objek yang tidak bisa ditangkap mata. 7) Media dapat memperlancar komunikasi. c. Proses Komunikasi Proses komunikasi memenuhi 6 unsur, yaitu: 1) Reference:

Stimulus

yang

memotivasi

seseorang

untuk

berkomunikasi dengan orang lain, dapat berupa pengalaman, ide tau tindakan. 2) Pengirim atau komunikator, dapat berupa perorangan atau kelompok.

50

3) Pesan: Informasi yang dikirimkan, dapat berupa kata-kata, gerakan tubuh atau ekspresi wajah. 4) Median: Alat atau sarana yang dipilih pengirim untuk menyampaikan pesan pada penerima/sasaran. 5) Penerima sasaran: Kepada siapa pesan yang ingin disampaikan tersebut dituju. 6) Umpan balik: Reaksi dari sasaran terhadap pesan yang disampaikan. 3. Macam-macam Media Edukasi Media edukasi dalam penyuluhan kesehatan adalah media yang digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan karena alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan kesehatan bagi masyarakat yang dituju. Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesanpesan visual. Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk dalam media ini adalah booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubric atau tulisan pada surat kabar atau majalah, poster, foto yang mengungkapkan informasi kesehatan. Ada beberapa kelebihan media cetak antara lain tahan lama, mencakup banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak perlu listrik, mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah belajar. Media cetak memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek gerak dan efek suara dan mudah terlipat. Media cetak terdiri dari : a. Booklet atau brosur adalah suatu media untuk menyampaikan pesan kesehatan dan bentuk buku, baik tulisan ataupun gambar. merupakan barang cetakan yang berisikan gambar dan tulisan (lebih dominan) yang berupa buku kecil setebal 10-25 halaman, dan paling banyak 50 halaman.

Booklet

ini

dimaksudkan

untuk

memepengaruhi

pengetahuan dan keterampilan sasaran tetapi pada tahapan menilai,

51

mencoba dan menerapkan. Dalam penggunaan media cetak brosur sebagai media pertanian ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu: 1) Gaya bahasa, kata-kata dan istilah harus mudah dimengerti kalimatnya ringkas dan jelas sesuai dengan tingkat kemampuan sasaran, 2) Sebaiknya kata yang tertulis dilengkapi dengan gambar atau foto agar lebih jelas dan mudah dimengerti, 3) Tulisan atau materi yang disajikan harus bersifat nyata, baik, dan menguntungkan sesuai dengan kebutuhan sasaran 4) Harus mengandung daya penarik pembaca, kertas yang baik, berwarna, bergambar, atau bentuknya menarik untuk dibaca b. Leaflet atau folder adalah suatu bentuk penyampaian informasi melalui lembar yang dilipat. Isi informasi dapat berupa kalimat maupun gambar. sama hal nya dengan pamflet keduanya merupakan barang

cetakan

yang

juga

dibagi-bagikan

kepada

sasaran

penyuluhan. Bedanya adalah umumnya dibagikan langsung oleh penyuluh, leaflet selembar kertas yang dilipat menjadi dua (4 halaman) sedangkan folder dilipat menjadi 3 (6 halaman) atau lebih, leaflet dan folder lebih banyak berisikan tulisan daripada gambarnya dan keduanya ditujukan kepada sasaran untuk memepengaruhi pengetahuan dan keterampilannya pada tahapan minat, menilai dan mencoba. c. Selebaran adalah suatu bentuk informasi yang berupa kalimat maupun kombinasi. Selebaran yaitu barang cetakan yang berupa kertas bergambar atau bertulisan yang dibagi-bagikan oleh penyuluh secara langsung kepada sasarannya, disebarkan ke jalan raya atau disebarkan dari udara melalui pesawat terbang atau helikopter. Alat peraga seperti ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran dan minat sasarannya meskipun demikian, jika berisi informasi yang

52

lebih lengkap dapat dimanfaatkan oleh sasaran pada tahapan menilai dan mencoba. d. Flip chart adalah media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik berisi gambar dan dibaliknya berisi pesan yang berkaitan dengan gambar tersebut adalah sekumpulan poster selebar kertas karton yang digabungkan menjadi satu. Masing-masing berisikan pesan terpisah yang jika digabungkan akan merupakan satu kesataun yang tidak terpisahkan yang ingin disampaikan

secara

utuh.

Flipcard

dimaksudkan

untuk

mempengaruhi sikap, pengetahuan atau keterampilan. Akan tetapi, karena biasa digunakan dalam pertemuan kelompok, alat peraga ini lebih efektif dan efisien untuk disediakan bagi sasaran pada tahapan minat, menilai, mencoba. e. Rubrik atau tulisan pada surat kabar mengenai bahasan suatu masalah kesehatan. f. Poster adalah bentuk media cetak berisi pesan kesehatan yang biasanya ditempel di tempat umum, merupakan barang cetakan yang ukurannya relatif besar untuk ditempel atau direntangkan di pinggir jalan. Berbeda dengan placard yang banyak berisiskan tulisan, poster justru lebih banyak berisi gambar. Keduanya dimaksudkan untuk mempengaruhi perasaan/sikap dan pengalaman pada tahapan sadar dan minat. g. Foto yang mengungkap informasi kesehatan yang berfungsi untuk memberi informasi dan menghibur, merupakan alat peraga yang dimaksudkan untuk mengenalkan inovasi atau menunjukkan buktibukti keberhasilan/keunggulan satu inovasi yang ditawarkan. foto ini dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap dan pengetahuan sasaran pada tahapan sadar, minat, menilai. h. Stiker adalah bahan yang dapat menempel sendiri atau dengan kata lain dia memiliki bahan perekat sehingga dapat ditempelkan di benda. Bahan stiker pada umumnya terdiri dari dua lapis yaitu

53

lapisan atas sebagai media untuk gambar dan lapisan bawah sebagai pelindung bahan perekatnya. Bahan stiker secara visual dibedakan menjadi dua yaitu stiker bening (transparant) dan tidak transparant .Untuk stiker bening digunakan dengan tujuan agar stiker tersebut tidak menutupi semua permukaan benda yang ditempel misal botol, dengan stiker bening maka yang terlihat adalah tulisannya saja sedang ruang-ruang antar tulisan atau gambar akan tembus ke dalam isi botol. Pembuatan stiker dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari disablon, di cetak offset atau dicetak dengan digital (cetak digital). Semua metode punya kelemahan dan kelebihan tergantung tujuan dari pemakaian stiker itu sendiri pastinya. Cetak sablon biasanya digunakan apabila kita akan mencetak stiker dengan warnawarna solid, cetak offset digunakan apabila kita ingin membuat stiker full color dengan jumlah banyak, sedangkan cetak digital digunakan apabila kita ingin mencetak sticker dengan berbagai design dalam jumlah terbatas. Stiker berfungsi sebagai media promosi tempel pada kemasan dan label produk. Memberikan identitas tertentu pada merk dagang yang ada, agar konsumen mudah mengenali dan tertarik untuk menggunakannya secara terus-menerus. Keuntungan stiker adalah harga murah dan memiliki fleksibilitas dalam penerapannya sedangkan ukurannya tidak terbatas, tergantung kemauan pelanggan dan kemampuan percetakan. Manfaat stiker di dalam kehidupan penggunaan stiker bervariasi dan bisa digolongkan menurut kebutuhan penggunanya, antara lain: 1) Tanda, Bukti diri atau Simbol 2) Keamanan 3) Iklan 4) Bisnis 5) Seni 6) Dekorasi

54

i. Media Elektronik yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika. Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar dan penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang termasuk dalam media ini adalah televisi, radio, video film, cassette, CD, VCD. Seperti halnya media cetak, media elektronik ini memiliki kelebihan antara lain lebih mudah dipahami, lebih menarik, sudah dikenal masyarakat, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajiannya dapat dikendalikan dan diulang-ulang serta jangkauannya lebih besar. Kelemahan dari media ini adalah biayanya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih untuk produksinya, perlu persiapan matang,

peralatan

keterampilan

selalu

berkembang

penyimpanan

dan

dan

berubah,

keterampilan

perlu untuk

mengoperasikannya. Adapun macam media elektronik: 1) Televisi 2) Radio 3) Video 4) Slide 5) Film j. Luar ruangan yaitu media yang menyampaikan pesannya di luar ruangan secara umum melalui media cetak dan elektronika secara statis. Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah dipahami, lebih menarik, sebagai informasi umum dan hiburan, bertatap muka, mengikutsertakan

seluruh

panca

indera,

penyajian

dapat

dikendalikan dan jangkauannya relative besar. Kelemahan dari media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu alat canggih untuk produksinya, persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan

berubah,

memerlukan

keterampilan

penyimpanan

dan

keterampilan untuk mengoperasikannya. Misalnya : 1) Pameran

55

2) Banner 3) TV Layar Lebar 4) Spanduk 5) Papan Reklame Media penyuluhan kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan informasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan sasaran, sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan pesan yang disampaikan.

56

G. Kerangka Teori PUSKESMAS

PELAYANAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DI PUSKESMAS PONCOL

Input : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Man Money Material Methods Market Marketing Environment

Proses : P1 : Menyusun SOP dan Kuesioner Pelanggan P2 : 1. Melakukan survey mutu pelayanan kepatuhan petugas farmasi menggunakan daftar tilik. 2. Kuesioner kepuasan pelanggan P3 : 1. Kepatuhan Petugas 2. Kepuasan Pelanggan

Output: Cakupan

Outcome: Mutu Pelayanan

Impact: Status/ Derajat Kesehatan

COMPLEX PROBLEM

SIMPLE PROBLEM

MASALAH MUTU

Gambar 2.2 Kerangka Teori Pendekatan Sistem H. Kerangka Konsep Kepuasan pasien terhadap pelayanan pemberian informasi obat

Tingkat kepatuhan petugas farmasi terhadap SOP pemberian informasi obat

Mutu Pelayanan

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

57

Related Documents


More Documents from "Agung Pratama"