3. Bab I.docx

  • Uploaded by: Mustika Aulia Adha
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 3. Bab I.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,266
  • Pages: 19
BAB I PENDAHULUAN 1.1

LATAR BELAKANG Semua alat makan yang mempunyai peluang bersentuhan dengan makanan harus selalu dijaga dalam keadaan bersih dan tidak ada sisa makanan yang tertinggal pada bagian-bagian alat makan tersebut. Apabila hal tersebut dibiarkan, akan member kesempatan kuman yang tidak dihendaki untuk berkembang biak dan membusukkan makanan. Menurut ketentuan Direktur Jendral PPM & PLP, inspeksi atau uji sanitasi alat makan atau alat masak perlu dilakukan pada tempat-tempat pengolahan makan dan sampel sebaiknya diambil dari lima jenis alat makan atau alat masak yang ada, yaitu: sendok, gelas, piring, mangkok, panic, dan lain-lain. Dalam pelaksanakan uji sanitasi alat makan atau alat masak hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Untuk cangkir atau gelas uji usap dilakukan pada permukaan luar dan dalam bagian bibir yang terkena atau biasanya bersinggungan langsung dengan konsumen. 2. Pada permukaan bagian luar dan dalam cekungan sendok atau garpu. 3. Untuk piring, uji usap dilakukan pada permukaan dalam tempat makan. Biasanya luas piring dibagi menjadi empat bagian dan pengusapan dilakukan dengan mengusap dua juring yang saling berhadapan. 4. Setiap satu alat makan menggunakan satu swab. Alat makan yang kurang bersih dapat menyebabkan terjadinya penularan penyakit. Penyakit tersebut dapat berupa infeksi saluran pernafasan. Oleh karena itu perlu diupayakan agar alat makan yang akan dipakai harus memenuhi syarat kesehatan (Surasri, 1989). Dalam penyehatan makanan dan minuman, kebersihan alat makan merupakan bagian yang sangat penting dan berpengaruh terhadap kualitas makanan makanan dan 1

minuman. Alat makan yang tidak dicuci dengan bersih dapat menyebabkan organism atau bibit penyakit yang tertinggal akan berkembang biak dan mencemari makanan yang akan diletakkan di atasnya. Angka kuman dan adanya bakteri coli pada permukaan alat makan yang telah dicuci dapat diketahui dengan melakukan uji dengan cara usap alat makan pada permukaan alat makan. Uji sanitasi alat makan atau alat masak perlu dilakukan untuk mengetahui kebersihan alat makan tersebut. 1.2

TUJUAN 1.1.1

Tujuan Umum Mengetahui angka kuman dengan metode usap alat pada alat makan.

1.1.2

Tujuan Khusus -

Mengetahui cara melakukan pembuatan media

-

Mengetahui cara melakukan sterilisasi

-

Mengetahui cara melakukan pengenceran dan penanaman sampel

-

Mengetahui cara melakukan inkubasi

-

Mengetahui prosedur dan langkah kerja ALT

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Peralatan Makanan Peranan peralatan makan dan masak dalam higiene sanitasi makanan sangat penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari prinsip-prinsip hygiene sanitasi makanan. Peralatan makan dan masak perlu juga dijaga kebersihannya setiap saat dipergunakan. Untuk itu peranan pembersihan atau pencucian peralatan perlu diketahui secara mandasar. Dengan membersihkan peralatan secara baik, akan mengahsilkan alat pengolahan makanan yang bersih dan sehat. Peralatan makan meliputi piring, gelas, mangkuk, cangkir, sendok, pisau, dan garpu. Peralatan dapat berupa peralatan kaca, logam atau tembikar. Peralatan masak meliputi kuali, dandang, serokan, pisau, talenan, oven dan sebagainya (Depkes, 2004). Perlindungan peralatan makan

dimulai dari keadaan bahan. Bahan yang baik

adalah bila tidak larut dalam makanan, mudah dicuci dan aman digunakan. Peralatan utuh, aman dan kuat, peralatan yang sudah retak, atau pecah selain dapat menimbulkan kecelakaan (melukai tangan) juga menjadi sumber pengumpulan kotoran karena tidak akan dapat tercuci sempurna. Demikian pula bila berukir hiasan, hiasan merk atau cat pada permukaan tempat makanan tidak boleh digunakan. Adapun persyaratan peralatan makanan, yaitu (Pohan, 2009) : 1. Peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak boleh mengeluarkan zat beracun yang melebihi ambang batas sehingga membahayakan kesehatan. 2. Peralatan tidak rusak, retak dan tidak menimbulkan pencemaran terhadap makanan. 3. Permukaan yang kontak langsung dengan makanan harus tidak ada sudut mati, rata halus dan mudah dibersihkan. 4. Peralatan harus dalan keadaan bersih sebelum digunakan. 5. Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak boleh mengandung angka kuman yang melebihi ambang batas, dan tidak boleh mengandung E.coli

3

6. Cara pencucian peralatan harus memenuhi ketentuan : a. Pencucian peralatan harus menggunakan sabun atau deterjen air dingin, air panas, sampai bersih. b. Dibebas hamakan sedikitnya dengan larutan kaporit 50 ppm, air panas 800o C selama 2 menit. 7.

Peralatan yang sudah didesinfeksi harus ditiriskan pada rak-rak anti karat sampai kering sendiri dengan bantuan sinar matahari atau buatan

dan tidak boleh dilap

dengan kain. 8.

Semua peralatan yang kontak dengan makanan harus disimpan dalam keadaan kering dan bersih,

ruang penyimpanan peralatan tidak lembab, terlindung dari sumber

pengotoran / kontaminasi dan binatang perusak. Menurut Depkes 2004, Peralatan makan yang kita gunakan harus bersih, agar kita terhindar dari kemungkinan penularan penyakit. oleh karena itu perlu dilakukan uji sanitasi alat makan. Cara sederhana untuk memastikan alat makan kita bersih atau tidak, bisa dilakukan dengan uji kebersihan alat sebagai berikut. Menguji kebersihan secara fisik dapat dilakukan dengan cara : 1.

Menaburkan tepung pada piring yang sudah dicuci dalam keadaan kering. Bila tepungnya lengket pertanda pencucian belum bersih.

2.

Menaburkan garam pada piring yang kering, pertanda pencucian belum bersih.

3.

Penetesan air pada piring yang kering. Bila air jatuh pada piring ternyata menumpuk/atau tidak pecah pertanda pencucian belum bersih.

4.

Penetesan dengan alkohol, jika terjadi endapan pertanda pencucian belum bersih.

5.

Penciuman aroma, bila tercium bau amis pertanda pencucian belum bersih.

6.

Penyiraman. Bila peralatan kelihatannya kusam/tidak cemerlang berarti pencucian belum bersih.

Menguji kebersihan secara bakteriologi dilakukan dengan cara 1.

Pengambilan usapan kapas steril (swab) pada peralatan yang disimpan. Nilai kebersihan dihitung dengan angka sebagai berikut: a.

Angka kuman sebanyak-banyaknya 100/cm dari permukaan alat yang diperiksa

b.

Angka kuman E Coli harus 0/cm2

4

2.

Pengambilan usapan kapas steril pada peralatan dilakukan segera setelah pencucian. Hal ini untuk menguji proses pencucian karena semakin lama akan semakin banyak terjadi pencemaran bakteri yang berasal dari udara dan akan memberikan penyimpangan lebih tinggi dari keadaan yang sebenarnya. Berdasarkan Permenkes RI No. 1096/Menkes/SK/VI/2011 tentang hygiene sanitasi

jasa boga, persyaratan tempat pencucian peralatan dan bahan makanan sebagai berikut : 1. Tersedia tempat pencucian peralatan, jika memungkinkan terpisah dari tempat pencucian bahan pangan. 2. Pencucian peralatan harus menggunakan bahan pembersih/deterjen. 3. Pencucian bahan makanan yang tidak dimasak atau dimakan mentah harus dicuci dengan menggunakan larutan Kalium Permanganat

(KMnO4) dengan konsentrasi

0,02% selama 2 menit atau larutan kaporit dengan konsentrasi 70% selama 2 menit atau dicelupkan ke dalam air mendidih (suhu 80Β° C -100Β° C) selama 1 – 5 detik. 4. Peralatan dan bahan makanan yang telah dibersihkan disimpan dalam tempat yang terlindung dari pencemaran serangga, tikus dan hewan lainnya. B.

Tinjauan Umum Tentang Bakteri Pada Alat Makanan.

Dalam dunia mikrobiologi, dikenal beberapa istilah seperti inokulasi, kultur dan isolasi. Inokulasi adalah suatu usaha menumbuhkan mikroorganisme dari satu sumber ke media pertumbuhan steril. Biakan yang tumbuh disebut dengan kultur. Isolat adalah biakan murni dari mikroorgansime yang diharapkan berasal dari satu jenis, sedangkan isolasi adalah usaha untuk mendapatkan isolat. Tahapan sederhana dalam mengidentifikasi bakteri, yaitu: 1. Menumbuhkan mikroorganisme dalam media sintetik cawan petri. 2. Koloni yang tumbuh pada tahap 1 merupakan koloni campuran, sehingga perlu tahap lanjut. 3. Koloni yang benar-benar terpisah dari suatu kultur campuran dikarakterisasi tipe pertumbuhan (karakterisasi makroskopis) kemudian diisolasi murni pada media miring (slant agar) dalam tabung reaksi.

5

4. Identifikasi dilanjutkan hingga tingkat mikroskopis berdasarkan sifat-sifat tertentu yang tercantum dalam Bergey`s Manual of Determinative Bacteriology. Dalam mengembangbiakkan mikroorganisme, khususnya bakteri, alat-alat yang digunakan harus steril. Sterilisasi dilakukan dengan memanaskan seluruh alat, seperti cawan petri, ose, tabung reaksi, dll di dalam autoclave. Sterilisasi dilakukan pada suhu 121oC, tekanan 1 atm dan dilakukan selama 15 menit. Ini dilakukan gar sel-sel vegetatif bakteri mati, sehingga dapat menurunkan resiko kontaminasi. Sterilisasi juga menjadi syarat utama untuk bekerja di laboratorium (Dwidjoseputro, 2005).

C.

Tinjauan Umum Tentang Metode Swab Metode swab merupakan metode pengujian sanitasi yang dapat digunakan pada permukaan yang rata, bergelombang, atau permukaan yang sulit dijangkau seperti retakan, sudut dan celah. Swab tersusun dari tangkai atau gagang (panjang 12-15 cm) dengan kepala swab terbuat dari kapas (diameter 0,5 cm dan 2 cm). Pengambilan sampel pada permukaan dilakukan dengan cara mengusap permukaan alat yang akan di uji. Penggunaan metode swab ini biasanya digunakan untuk mengetahui jumlah mikroorganisme (per cm2) dan jumlah koliform (per cm2) pada permukaan yang kontak dengan pangan (harrigan, 1998 dalam Lukman & Soejoedono, 2009). Peralatan makan yang kita gunakan harus bersih, agar kita terhindar dari kemungkinan penularan penyakit. oleh karena itu perlu dilakukan uji sanitasi alat makan. Uji sanitasi alat makan lazimnya menggunakan uji ALT (Angka Lempeng Total) untuk mengetahui jumlah kuman yang ada di alat makan tersebut. Uji Angka Lempeng Total (ALT) merupakan metode kuantitatif yang digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba pada suatu sampel. Angka Lempeng Total (ALT) menunjukkan jumlah mikroba dalam suatu produk. ALT secara umum tidak terkait dengan bahaya keamanan makanan, namun bermanfaat untuk menunjukkan kualitas, masa simpan, kontaminasi, dan status higiene/sanitasi selama proses produksi. Media plating (sumber energi) yang digunakan dalam pengujian ALT dapat mempengaruhi jumlah dan jenis bakteri yang diisolasi karena perbedaan persyaratan nutrisi dan garam pada tiap mikroba (SNI 7388:2009).

6

Cara perhitungan koloni pada metode cawan ini adalah dengan menggunakan Standard Plate Count (SPC) atau Angka Lempeng Total (ALT), caranya adalah sebagai berikut (Ericka, 2011). 1. Hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari dua angka yaitu angka pertama (satuan) dan angka kedua (desimal). Jika angka yang ketiga sama dengan atau lebih besar dari lima, harus dibulatkan satu angka lebih tinggi pada angka kedua. 2. Jika pada semua pengenceran dihasilkan kurang dari 30 koloni mikroba pada cawan petri, berarti pengenceran yang dilakukan terlalu tinggi. Oleh karena itu jumlah kuman pada pengenceran yang terendah yang diukur/dihitung. Selanjutnya hasil yang kurang dari 30 dikalikan dengan besarnya pengenceran, tetapi jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan di dalam tanda kurung. 3. Jika pada semua pengenceran dihasilkan lebih dari 300 koloni pada medium, berarti pengenceran yang dilakukan terlalu rendah. Oleh karena itu jumlah kuman pada pengenceran yang tertinggi yang dihitung. Hasilnya dilaporkan kemudian dikalikan dengan faktor pengencernya, tetapi jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan di dalam tanda kurung. 4. Jika digunakan dua cawan petri per pengenceran, data yang diambil harus dari kedua cawan tersebut, tidak boleh diambil salah satu. Oleh karena itu harus dipilih tingkat pengenceran yang menghasilkan kuman diantara 30-300.

7

BAB III ISI 3.1

ALAT DAN BAHAN 1. Alat a. Autoclave

: 1 Buah

l. Botol pijit

: 2 Buah

b. Petridish

: 15 Buah

m. Karet hisap

: 3 Buah

c. Testube

: 15 Buah

n. Piring

: 1 Buah

d. Oven

: 1 Buah

o. Gelas

: 1 Buah

e. Incubator

: 1 Buah

p. Sendok

: 1 Buah

f. Pinset

: 1 Buah

q, Batang pengaduk

: 1 Buah

g. Bunsen

: 3 Buah

r. Sarung tangan steril

h. Pipet ukur

: 15 Buah

s. Rak testube

i. Gelas kimia 250 ml: 1 Buah

t. Kapas

j. Gelas kimia 500 ml: 1 Buah

u. Lidi (20 cm)

k. Gelas ukur

v. Kertas cellotape

: 1 Buah

: 3 Buah

: 6 Buah

2. BAHAN a. PCA b. Alkohol 75% c. Telur d. Larutan Pepton 0,1%

8

3.2

CARA KERJA 3.2.1 Pembuatan Media a. PCA PCA akan dimasukkan ke dalam 15 buah petridish, yaitu 5 buah petridish untuk sampel piring, 5 buah petridish untuk sampel gelas, dan 5 buah petridish untuk sampel sendok, dimana untuk tiap-tiap petridish akan diisi PCA sebanyak 15 ml atau 1/3 tinggi petridish. 22,5 1000

Γ— 225 = 5,0626 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š β‰ˆ 5,02 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š Jadi timbang PCA sebanyak 5,02 gram dan larutkan ke dalam 225 ml aquadest.

Masukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml dan homogenkan di aras waterbath sampai suhu 1000C. b. Pepton 0,1% Untuk 1 (satu) buah alat makan akan dibutuhkan pepton sebanyak : Sampel

: 10 ml

Kontrol

: 10 ml

10-1

: 9 ml

10-2

: 9 ml

10-3

: 9 ml

Total pepton yang dibutuhkan untuk 1 buah alat makan = 47 ml Pemeriksaan dilakukan terhadap 3 (tiga) alat makan. Jadi, total pepton yang dibutuhkan sebanyak 47 ml Γ— 3 = 141 π‘šπ‘™ β‰ˆ 150 π‘šπ‘™ 0,1 Γ— 150 = 0,15 β‰ˆ 0,2 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š 100 9

Jadi, timbang 0,2 gram pepton dan larutkan dalam 150 ml aquades, masukkan dalam gelas kimia 250ml dan homogenkan. Untuk sampel piring, masukkan pepton ke dalam tabung reaksi: Sampel

: 10 ml (beri label sampel)

Kontrol

: 10 ml (beri label kontrol)

10-1

: 9 ml (beri label 10-1)

10-2

: 9 ml (beri label 10-2)

10-3

: 9 ml (beri label 10-3)

Untuk sampel gelas, masukkan pepton ke dalam tabung reaksi: Sampel

: 10 ml (beri label sampel)

Kontrol

: 10 ml (beri label kontrol)

10-1

: 9 ml (beri label 10-1)

10-2

: 9 ml (beri label 10-2)

10-3

: 9 ml (beri label 10-3)

Untuk sampel sendok, masukkan pepton ke dalam tabung reaksi: Sampel

: 10 ml (beri label sampel)

Kontrol

: 10 ml (beri label kontrol)

10-1

: 9 ml (beri label 10-1)

10-2

: 9 ml (beri label 10-2)

10-3

: 9 ml (beri label 10-3)

10

3.2.2 Sterilisasi a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum ini. b. Bungkus semua alat dan bahan yang akan disterilisasikan dengan kertas koran. Untuk media PCA tutup dengan kapas. Begitu juga dengan testube yang sudah berisi pepton, tutup juga dengan kapas sampai erat. c. Masukkan alat dan bahan yang akan disterilisasi ke dalam autoclave, dan sterilisasi pada suhu 248,90F atau 1210C selama 15 menit. 3.2.3 Pengenceran dan Penanaman 1. Sampel Piring a. Buat dari plastic transparan dengan luas 10 x 10 cm. b. Lubangi bagian tengah bangun tersebut dengan luas 4x5 cm c. Usapkan alcohol pada dinding kertas plastic, jangan sampai basah d. Letakkan plastic transparan tersebut pada sampel piring. e. Ambil lidi kapas, masukkan ke dalam pepton sampel, dan usapkan ke dalam bagian tengah plastic yang telah diletakkan dalam piring tersebut secara vertical, horizontal dan diagonal (usapkan secara zig zag). f. Masukkan kembali lidi kapas yang telah digunakan tadi ke dalam sampel pepton, patahkan, dan tutup kembali dengan kapas. g. Ambil lidi kapas yang lain tanpa memasukkan ke dalam pepton, dan usapkan dengan cara yang sama terhadap sampel piring tersebut. h. Masukkan lidi kapas tersebut ke dalam sampel pepton, patahkan, dan tutup kembali dengan kapas. i. Biarkan selama 2 menit. j. Angkat lidi kemudian ditekan-tekan pada dinding testube, keluarkan lidi tersebut. Setelah itu, ambil 1 ml dari sampel tersebut , dan masukkan ke dalam petridish (beri label sampel) k. Untuk pengenceran 10-1, ambil 1 ml sampel dengan pipet ukur, masukkan ke dalam pepton 9 ml (10-1) dan homogenkan. Ambil 1 ml pepton 10-1, dan masukkan ke dalam petridish (beri label 10-1) 11

l. Untuk pengenceran 10-2, ambil 1 ml pepton 10-1 dengan pipet ukur, masukkan ke dalam pepton 9 ml (10-2) dan homogenkan. Ambil 1 ml pepton 10-2, dan masukkan ke dalam petridish (beri label 10-2) m. Untuk pengenceran 10-3, ambil 1 ml pepton 10-2 dengan pipet ukur, masukkan ke dalam pepton 9 ml (10-3) dan homogenkan. Ambil 1 ml pepton 10-3, dan masukkan ke dalam petridish (beri label 10-3) n. Untuk penanaman kontrol, ambil 1 ml pepton control dengan pipet ukur, dan masukkan ke dalam petridish (beri label kontrol). 2. Sampel Gelas a. Ambil lidi kapas steril, masukkan ke dalam pepton sampel, dan usapkan pada permukaan bagian luar dan dalam gelas setinggi Β± 6 mm. b. Masukkan kembali lidi kapas yang telah digunakan tadi ke dalam sampel pepton, patahkan dan tutup kembali dengan kapas. c. Ambil lidi kapas yang lain tanpa memasukkan ke dalam pepton, dan usapkan dengan cara yang sama terhadap sampel gelas tersebut. d. Masukkan lidi kapas tersebut ke dalam sampel pepton, patahkan dan tutup kembali dengan kapas. e. Biarkan selama 2 menit. f. Kemudian lakukan pengenceran dan penanaman seperti pada sampel piring. 3. Sampel sendok a. Ambil lidi kapas steril, masukkan ke dalam pepton sampel, dan usapkan pada permukaan cekungan dan cembungan sendok sebanyak 3 kali. b. Masukkan kembali lidi kapas yang telah digunakan tadi ke dalam sampel pepton, patahkan dan tutup kembali dengan kapas. c. Ambil lidi kapas yang lain tanpa memasukkan ke dalam pepton, dan usapkan dengan cara yang sama terhadap sampel sendok tersebut. d. Masukkan lidi kapas tersebut ke dalam sampel pepton, patahkan, dan tutup kembali dengan kapas. e. Biarkan selama 2 menit. f. Kemudian lakukan pengenceran dan penanaman seperti pada sampel piring.

12

3.2.4

inkubasi a. tuangkan media PCA pada masing-masing petridish yang telah di taman sampel sebanyak 15 ml atau kira-kira 1/3 tinggi petridish b. homogenkan dengancara memutar petridish searah dengan jarum jam atau dengan memutar membentuk angka 0 atau 8. c. Biarkan sampai agar membeku. d. Inkubasi pada suhu 350C-370C selama 2x24 jam.

13

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Dari hasil pratikum usap alat makan, setelah pemeriksaan selama 2x24jam diperoleh hasil sebagai berikut : Piring Sampel

: 96

10-1

: 80

10-2

: 72

10-3

: 68

Kontrol

: 50

π‘…π‘Žπ‘‘π‘Ž βˆ’ π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž π‘˜π‘œπ‘™π‘œπ‘›π‘– =

{(Ξ£π‘˜π‘œπ‘™π‘œπ‘›π‘– 10βˆ’1 βˆ’ 𝐾) Γ— 10 + (Ξ£π‘˜π‘œπ‘™π‘œπ‘›π‘– 10βˆ’2 βˆ’ 𝐾) Γ— 100 + (Ξ£π‘˜π‘œπ‘™π‘œπ‘›π‘– 10βˆ’3 βˆ’ 𝐾) Γ— 1000) Σ𝐹𝑝

=

{(80 βˆ’ 50) Γ— 10 + (72 βˆ’ 50) Γ— 100 + (68 βˆ’ 50) Γ— 1000 3

=

300 + 2200 + 18000 3

=

20500 3

= 6833,33 π‘˜π‘œπ‘™π‘œπ‘›π‘–

π΄π‘›π‘”π‘˜π‘Ž π‘˜π‘’π‘šπ‘Žπ‘› =

π‘…π‘Žπ‘‘π‘Ž βˆ’ π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž π‘˜π‘œπ‘™π‘œπ‘›π‘– Γ— π‘‰π‘œπ‘™π‘’π‘šπ‘’ π‘ƒπ‘’π‘π‘‘π‘œπ‘› πΏπ‘’π‘Žπ‘  π‘π‘–π‘‘π‘Žπ‘›π‘” π‘’π‘ π‘Žπ‘ =

6833,33Γ—10 20

= 3416,66 π‘˜π‘œπ‘™π‘œπ‘›π‘–β„π‘π‘š2 = 34,166 Γ— 102 π‘˜π‘œπ‘™π‘œπ‘›π‘–β„π‘π‘š2

14

Gelas Sampel

: 82

10-1

: 77

10-2

: 55

10-3

: 20

Kontrol

:1

π‘…π‘Žπ‘‘π‘Ž βˆ’ π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž π‘˜π‘œπ‘™π‘œπ‘›π‘– =

{(Ξ£π‘˜π‘œπ‘™π‘œπ‘›π‘– 10βˆ’1 βˆ’ 𝐾) Γ— 10 + (Ξ£π‘˜π‘œπ‘™π‘œπ‘›π‘– 10βˆ’2 βˆ’ 𝐾) Γ— 100 + (Ξ£π‘˜π‘œπ‘™π‘œπ‘›π‘– 10βˆ’3 βˆ’ 𝐾) Γ— 1000) Σ𝐹𝑝

=

{(77 βˆ’ 1) Γ— 10 + (55 βˆ’ 1) Γ— 100 + (20 βˆ’ 1) Γ— 1000 3

=

760 + 5400 + 19000 3

=

25160 3

= 8386,67 π‘˜π‘œπ‘™π‘œπ‘›π‘–

π΄π‘›π‘”π‘˜π‘Ž π‘˜π‘’π‘šπ‘Žπ‘› =

π‘…π‘Žπ‘‘π‘Ž βˆ’ π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž π‘˜π‘œπ‘™π‘œπ‘›π‘– Γ— π‘‰π‘œπ‘™π‘’π‘šπ‘’ π‘ƒπ‘’π‘π‘‘π‘œπ‘› πΏπ‘’π‘Žπ‘  π‘π‘–π‘‘π‘Žπ‘›π‘” π‘’π‘ π‘Žπ‘

= 21,803 Γ— 102 π‘˜π‘œπ‘™π‘œπ‘›π‘–β„π‘π‘š2

Sendok Sampel

: 58

10-1

: 26

10-2

: 91

10-3

: 63

Kontrol

:4

15

π‘…π‘Žπ‘‘π‘Ž βˆ’ π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž π‘˜π‘œπ‘™π‘œπ‘›π‘– =

{(Ξ£π‘˜π‘œπ‘™π‘œπ‘›π‘– 10βˆ’1 βˆ’ 𝐾) Γ— 10 + (Ξ£π‘˜π‘œπ‘™π‘œπ‘›π‘– 10βˆ’2 βˆ’ 𝐾) Γ— 100 + (Ξ£π‘˜π‘œπ‘™π‘œπ‘›π‘– 10βˆ’3 βˆ’ 𝐾) Γ— 1000) Σ𝐹𝑝

=

{(26 βˆ’ 4) Γ— 10 + (91 βˆ’ 4) Γ— 100 + (63 βˆ’ 4) Γ— 1000 3

=

220 + 8700 + 59000 3

=

67920 3

= 2264033 π‘˜π‘œπ‘™π‘œπ‘›π‘–

π΄π‘›π‘”π‘˜π‘Ž π‘˜π‘’π‘šπ‘Žπ‘› =

π‘…π‘Žπ‘‘π‘Ž βˆ’ π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž π‘˜π‘œπ‘™π‘œπ‘›π‘– Γ— π‘‰π‘œπ‘™π‘’π‘šπ‘’ π‘ƒπ‘’π‘π‘‘π‘œπ‘› πΏπ‘’π‘Žπ‘  π‘π‘–π‘‘π‘Žπ‘›π‘” π‘’π‘ π‘Žπ‘ =

22640Γ—10 23,7 Γ—6

= 10198,198 π‘˜π‘œπ‘™π‘œπ‘›π‘–β„π‘π‘š2 = 10,198 Γ— 103 π‘˜π‘œπ‘™π‘œπ‘›π‘–β„π‘π‘š2

Keterangan Pada kontrol piring didapatkan hasil bahwa koloni yang terdapat padanya sebanyak 50, sedangkan control memiliki koloni kurang dari 10 koloni. Ini di sebabkan oleh ketidak hatihatian saat melakukan praktek, seperti membuka tutup petridish terlalu lebar, tidak menggunakan masker saat praktek, sehingga saat kami berbicara kontrol terkontaminasi dan juga ketidak sempurnaan kami memflambir mulut Erlenmeyer.

16

BAB V PENUTUP 5.1

KESIMPULAN Telah dilaksanakan praktikum Penyehatan Makanan dan Minuman B tentang Usap Alat MAkan yang dilaksanakan tanggal 04 Maret 2014 dan 06 Maret 2014 di Laboratorium Poltekkes Kemenkes RI Padang yang didapatkan hasil seperti berikut: Piring Sampel

: 96

10-1

: 80

10-2

: 72

10-3

: 68

Kontrol

: 50

Rata-Rata Koloni

: 6833,33 π‘˜π‘œπ‘™π‘œπ‘›π‘–

Angka Kuman

: 34,166 Γ— 102 koloni⁄cm2

Gelas Sampel

: 82

10-1

: 77

10-2

: 55

10-3

: 20

Kontrol

:1

Rata-rata koloni

: 8386,67 koloni

Angka Kuman

: 21,803 Γ— 102 koloni⁄cm2

17

Sendok Sampel

: 58

10-1

: 26

10-2

: 91

10-3

: 63

Kontrol

:4

Rata-rata koloni

: 2264033 koloni

Angka Kuman

: 10,198 Γ— 103 koloni⁄cm2

Karena kesalahan dan kelalaian yang kami lakukan saat pratikum, sehingga di dapatkan jumlah koloni pada kontrol piring sebanyak 50 yang seharusnya kurang dari 10. Berdasarkan Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah sakit disebutkan bahwa kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman sebanyak 100/cm2 permukaan dan tidak ada kuman E.coli. Jadi, berdasarkan Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah sakit peralatan tersebut tidak memenuhi syarat karena nilainya melebihi dari batas yang telah ditentukan. 5.2

Saran Pada saat melakukan pengujian mikrobiologi sebaiknya dilakukan dengan cara aseptis agar meminimalkan kontaminasi agar hasil dari pengujian benar-benar akurat.

18

DAFTAR PUSTAKA http://www.indonesian-publichealth.com/2013/07/prosedur-pemeriksaan-usap-alat-makan.html http://goresantangannn.blogspot.com/2013/05/ sanitasi-peralatan-makan.html http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2012/02/sanitasi-alat-makan.html

19

Related Documents

Bab 3
June 2020 37
Bab 3
November 2019 52
Bab 3
October 2019 51
Bab 3
August 2019 65
Bab 3
June 2020 26
Bab 3
May 2020 35

More Documents from ""