3. Bab I-iv-1.doc

  • Uploaded by: Dede Rmauli
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 3. Bab I-iv-1.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 5,341
  • Pages: 28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Wold Health Organization (WHO) pertambahan jumlah penderita gagal ginjal pada tahun 2013 meningkat 50% dari tahun sebelumnya. Sedangkan kejadian dan prevalensi gagal ginjal di Amerika Serikat meningkat 50% pada tahun 2014. Data menunjukkan bahwa setiap tahun, 200.000 orang Amerika menjalani hemodialisis karena gangguan ginjal kronik, artinya 1.140 dalam satu juta orang Amerika adalah pasien dialisis (Widyastuti, 2014 dalam Mailani, 2017). Pada tahun 2015, dari 249 renal unit yang melapor, tercatat 30.554 pasien aktif menjalani dialisis (Indonesia Renal Registry (IRR), 2015). Menurut data Riskesdas 2013, prevalensi gagal ginjal kronik berdasar diagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,2% dengan prevalensi tertinggi di Sulawesi Tengah sebesar 0,5%, diikuti Aceh, Gorontalo, dan Sulawesi Utara masing-masing 0,4%. Sementara Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur masing– masing 0,3%. Sementara Kalimatan Selatan dengan 0,2%. Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan dan elektrolit yang dapat mengakibatkan uremia (Lukman dkk, 2013). Menurut Hudak, dkk (2006) terdapat tiga pilihan terapi pada penderita gagal ginjal kronik untuk mengatasi masalahnya, yaitu tidak diobati, dialisis kronik (dialisis peritoneal/hemodialisis), dan transplantasi ginjal. Pilihan tidak diobati jarang dipilih, kebanyakan penderita lebih memilih untuk mendapatkan pengobatan dengan cara hemodialisis atau transplantasi ginjal dengan harapan dapat mempertahankan hidupnya. Hemodialisis (HD) adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang menggunakan alat khusus dengan tujuan mengatasi gejala dan tanda akibat LFG yang rendah sehingga diharapkan dapat memperpanjang usia dan 1

meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan hemodialisis sudah banyak dilakukan diseluruh Indonesia mulai dari Rumah Sakit Besar hingga Klinik Pratama, diperlukan standar pelayanan Hemodialisis. Manajemen pelayanan hemodialisis bertujuan untuk memberikan pelayanan prima dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dan keselamatan pasien (Magdalena, 2015). Melihat besarnya jumlah tindakan dan kecenderungan peningkatan jumlah pasien yang memerlukan dialisis, maka sangatlah penting bagi tenaga kesehatan untuk memperhatikan kualitas pelayanan dengan cara menerapkan manajemen dan penatalaksanaan terpadu yang dibantu oleh tenaga medik dan paramedik lainnya. Berdasarkan masalah diatas penyusun tertarik untuk membuat makalah tentang bagaimana manajemen pelayanan di ruang Hemodialisa itu sendiri. Mulai dari perhitungan rasio perawat dan pasien, indikasi pasien masuk dan keluar, standar kompetensi minimal perawat, klasifikasi pelayanan hingga prosedur pelayanan di ruang Hemodialisa. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah: 1. Bagaimana pelayanan di ruang hemodialisa? 2. Bagaimana perhitungan rasio perawat dan pasien di ruang hemodialisa? 3. Apa indikasi pasien masuk dan keluar di ruang hemodialisa? 4. Apa standar kompetensi minimal yang harus dimiliki perawat di ruang 5. 6.

hemodialisa? Apa saja klasifikasi pelayanan di ruang hemodialisa? Bagaimana prosedur pelayanan di ruang hemodialisa?

C. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah: 1. Mengetahui pelayanan di ruang hemodialisa 2. Mengetahui perhitungan rasio perawat dan pasien di ruang hemodialisa. 3. Mengetahui indikasi pasien masuk dan keluar di ruang hemodialisa. 4. Mengetahui standar kompetensi minimal yang harus dimiliki perawat di ruang hemodialisa. 5. Mengetahui klasifikasi pelayanan di ruang hemodialisa. 2

6.

Mengetahui prosedur pelayanan di ruang hemodialisa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Hemodialisis 1.

Pengertian Pelayanan Hemodialisis Hemodialisis (HD) adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang menggunakan alat khusus dengan tujuan mengatasi gejala dan tanda akibat laju filtrasi glomerulus yang rendah sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan HD terdiri dari: a.

HD rutin (Maintenance Hemodialisis) Pelayanan HD rutin diberikan kepada pasien PGK stadium 5 dalam kondisi yang stabil dan telah disetujui untuk mendapatkan terapi pengganti ginjal rutin. 3

b.

HD akut Pelayanan HD akut diberikan baik kepada pasien dalam kondisi yang tidak stabil yaitu pasien PGK maupun bukan PGK yang dikarenakan kondisi tertentu mengalami penurunan fungsi ginjal mendadak sehingga memerlukan dialisis.

2.

Struktur Organisasi Direktur Utama

Direktur Keuangan

Direktur Umum dan Operasional

Direktur Pengembangan dan Pemasaran

Direktur Medik dan Keperawatan

Direktur SDM dan Pendidikan

Kepala Departemen Ilmu Penyakit Dalam

Instalasi Rawat Jalan

Divisi Ginjal Hipertensi

Kepala Unit Hemodialisis

Departemen Anak IGD

Unit Hemodialisis

ICU Instalasi Sanitasi Instalasi Farmasi

Teknisi Mesin CSSD

4

DPJP ruang HD Dokter Pelaksana HD Perawat Mahir HD

Administrasi Provider

Gizi Laboratorium

Keterangan: Garis Koordinasi

3.

Pengorganisasian

IMPROVEMENT PROCESS Pengendalian dokumen

CORE PROCESS P A S I E N M A S U K

Internal: Ruang rawat gedung A Ruang rawat Anak ULB ICUDewasa & anak ICCU URJT IGD PJT Kencana

Instalasi Sanitasi

Penanganan limbah

Pembahasan kasus bermasalah/kematian

Dokter Poliklinik/Ruangan: Informed consent HD Skrining infeksi

Discharge planning Penimbangan berat badan pasca-HD (pasien stabil)

Bagian Penjadwalan unit HD untuk mendapatkan jadwal HD Persetujuan HD dari Konsultan

TU Unit HD: penjelasan syarat administrasi dan biaya Informed consent HD Pengisian rekam medik oleh dokter jaga ruang HD dan perawat

Eksternal: Rujukan RS lain Travelling Dialisis

SUPPORTING PROCESS

Perbaikan berkesinambungan

Water treatment system CSSD

Teknisi Mesin Provider

5

Pelaksanaan HD: Persiapan alat dan bahan Evaluasi sebelum dilakukan HD Memulai prosedur HD Monitoring Terminasi HD Penimbangan berat badan pre-HD (pasien stabil)

Instalasi Gizi

Dialyzer reuse

Laboratorium

Instalasi Farmasi

P A S I E N K E L U A R

4.

Ketenagaan Ketenagaan pelayanan hemodialisis terdiri dari: a. Tenaga medis: Kepala Unit Hemodialisis, Dokter SpPD Konsultan Ginjal Hipertensi, Dokter SpPD yang bersertifikat HD, Dokter Spesialis Anak Konsultan Nefrologi, Peserta Pendidikan Dokter

5.

Spesialis b. Perawat mahir HD c. Teknisi mesin d. Ahli gizi e. Tenaga administrasi f. Dan tenaga pendukung lainnya Kompetensi a. Kepala Unit Hemodialisis adalah Dokter SpPD-KGH. b. Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) hemodialisis adalah Dokter SpPD-KGH dan/atau Dokter SpPD yang telah mempunyai sertifikat pelatihan HD di pusat pendidikan yang terakreditasi dan c.

disahkan oleh PB PERNEFRI, serta Dokter SpA(K). Dokter pelaksana hemodialisis adalah Peserta Pendidikan Dokter

d.

Spesialis Sp-I. Perawat mahir HD adalah Perawat yang bersertifikat pelatihan HD di pusat pendidikan yang terakreditasi dan disahkan oleh PB

2.

PERNEFRI. Klasifikasi dan Uraian Tugas a. Kepala Unit Seorang Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal Hipertensi (Dokter SpPD-KGH) yang diakui oleh PERNEFRI, bertugas sebagai Kepala Unit sekaligus Supervisor. Disamping itu

6

juga dapat bertugas sebagai Dokter Penanggung jawab Unit Dialisis dan/atau Dokter Pelaksana Unit Hemodialisis.

b.

Penanggung jawab Seorang Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal Hipertensi (Dokter SpPD-KGH) dan/atau Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Dokter SpPD) yang telah mempunyai sertifikat pelatihan HD di pusat pendidikan yang terakreditasi dan disahkan oleh PB PERNEFRI serta Dokter Spesialis Anak Konsultan (Dokter SpA(K)). Disamping itu juga dapat bertugas sebagai Dokter Pelaksana Unit Hemodialisis.

c.

Dokter Pelaksana Peserta Pendidikan Dokter Spesialis Sp-I Penyakit Dalam yang sedang menjalani stase di Divisi Ginjal Hipertensi dan PPDS Sp-I Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Nefrologi.

d.

Perawat Mahir Perawat yang telah menempuh pendidikan khusus dialisis dan perawat ginjal intensif di pusat pelatihan dialisis yang diakui PERNEFRI.

e.

Teknisi Petugas teknik khusus mesin HD yang disediakan oleh provider. Bertugas untuk menyiapkan mesin dan perlengkapannya, menjalankan dan merawat mesin dialisis dan pengolah air.

B. Perhitungan Rasio Perawat dan Pasien Di Ruang Hemodialisa Jumlah tenaga dokter pelaksana minimal adalah 1 dokter untuk setiap 4 mesin hemodialisis dan jumlah tenaga perawat minimal adalah 1 perawat untuk setiap 2 mesin hemodialisis. Minimal terdapat 1 mesin cadangan yang siap setiap saat di unit dialisis untuk setiap 6 mesin HD. Cara menghitung tenaga perawat di rumah sakit : 1. Cara Rasio 7

Metoda ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator personal yang diperlukan. Metoda ini paling sering digunakan karena sederhana dan mudah. Metoda ini hanya mengetahui jumlah personal secara total tetapi tidak bisa mengetahui produktivitas SDM rumah sakit, dan kapan personal tersebut dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah sakit yang mebutuhkan. Bisa digunakan bila: kemampuan dan sumber daya untuk prencanaan personal terbatas, jenis, tipe, dan volume pelayanan kesehatan relatif stabil. Cara rasio yang umumnya digunakan adalah berdasarkan surat keputusan menkes R.I. Nomor 262 tahun 1979 tentang ketenagaan rumah sakit,dengan standar sebagai berikut :

Tipe RS

TM/TT

TPP/TT

TPNP/T

TNM/TT

T A& B

1/(4-7)

(3-4)/2

1/3

1/1

C

1/9

1/1

1/5

3/4

D

1/15

½

1/6

2/3

Khusus

Disesuaikan

Keterangan : TM = Tenaga Medis TT = Tempat Tidur TPP = Tenaga Para Medis Perawatan TPNP = tenaga para medis non perawatan TNP = tenaga non medis Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak rumah sakit yang lambat laun meninggalkan cara ini karena adanya beberapa alternatif perhitungan yang lain yang lebih sesuai dengan kondisi rumah sakit dan profesional. 2.

Cara Need Cara ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja yang diperhitungkan sendiri dan memenuhi standar profesi.Untuk menghitung seluruh kebutuhan tenaga,diperlukan terlebih dahulu gambaran tentang jenis

8

pelayanan yang diberikan kepada klien selama di rumah sakit. Misalnya saja untuk klien yang berobat jalan,ia akan melalui/mendapatkan pelayanan, antara pembelian karcis, pemeriksaan perawat / dokter, penyuluhan, pemeriksaan laboratorium, apotik dan sebagainya. Kemudian dihitung standar waktu yang diperlukan agar pelayanan itu berjalan dengan baik. Hundgins (1992) menggunakan standar waktu pelayanan pasien sebagai berikut :

Lama waktu(menit) untuk pasien

Tugas

Baru

Lama

Pendaftaran

3

4

Pemerikasaan dokter

15

11

Pemeriksaan

18

11

51

0

5

7

asisten

dokter Penyuluhan Laboratorium

Contoh perhitungannya : Rumah sakit A tipe B memberikan pekayanankepada pasien ratarata 500 orang perhari dimana 50% adalah pasien baru,maka seorang pimpinan keperawatan akan memperhitungkan jumlah tenaga sebagai berikut : a.

Tenaga yang diperlukan untuk bertugas di bagian pendaftaran adalah : (3+4)/2= 3,5 x 500/240 = 7,29 (7 orang tenaga) jika ia bekerja dati

b.

jam 08.00 sampai jam 12.00 (240 menit). Tenaga dokter yang dibutuhkan

adalah

:

(15+1)/2=13x500/180=36,11 (36 orang dokter),jika ia bekerja dari jam 09.00 sampai 12.00) (180 menit)Tenaga asisten dokter yang diperlukan adalah (18+11)/2 = 14,5 x500/240=30,2 orang(30 oarang asisten dokter),jika bekerja dari jam 08.00sampai 12.00(240 menit).

9

c.

Tenaga penyuluhan yang dibutuhkan adalah 5/12 =25,5 x500/240 = 53,13 (53 orang tenaga penyuluhan),jika ia bekerja dari jam08.00

d.

sampi12.00 (240 menit) Tenaga laboratorium yang dibutuhkan adalah : (5+7)/2=6x500/240 =12,5 (13 oarang tenaga laboratorium jika ia bekerja dari jam 08.00 sampai jam12.00(240 menit) Untuk pasien rawat inap, Douglas (1984) menyampaikan standar

waktu pelayanan pasien rawat inap sebagai berikut : a.

Perawatan minimal memerlukan waktu : 1-2 jam/24 jam

b.

Perawatan intermediet memerlukan waktu : 3-4 jam/24 jam

c.

Perawatan maksimal/total memerlukan waktu : 5-6 jam/24 jam Dalam penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori

tersebut di atas adalah sebagai berikut : a.

Kategori I : Self care/perawatan mandiri Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri,penampilan secara umum baik,tidak ada reaksi emosional, pasien memerlukan orientasi waktu,tempat dan pergantian shift, tindakan pengobatan biasanya ringan dan simpel

b.

Kategori II : intermediet care/perawatan sedang Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu,mengatur pisisi waktu makan.meberi dorogan agar mau makan,eliminasi dan kebutuhan diri juga dibantu atau menyiapkan alat untuk ke kamar mandi.Penampilan pasien sakit sedang.Tindakan perawatan pada pasien ini monitor tanda-tanda vital,periksa urine reduksi,fungsi fisiologis,status emosinal,kelancaran drainage atau infus.Pasien memerlukan bantuan pendidikan kesehatan untuk support emosi 510 menit/shift atau 30-60 menit/shiftdengan mengobservasi side efek obat atau reaksi alergi. 10

c.

Kategori III : Intensive care/perawatan total Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilaksanakan sendiri,semua dibantu oleh perawat penampian sakit berat.pasien memerlukan observasi terus-menerus. Dalam penelitian Douglas (1975) tentang jumlah tenaga pearawat di rumah sakit, didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore dan malam teragantung pada tingkat ketergantungan pasien seperti pada table di bawah ini:

Jumlah

Klasifikasi pasien

pasien

Minimal

Parsial

Total

Pagi

siang malam

pagi

siang malam pagi siang malam

1

0.17

0,14

0,10

0,27

0,15

0,07

0,36

0,30

0,20

2

0,34

0,28

0.20

0,54

0,30

0,14

0,72

0,60

0.20

3

0,51

0,42

0,30

0,81

0,45

0,21

1.08

0.90

0,60

Dst

3.

Cara Gillies Gillies

(1989)

mengemukakan

rumus

kebutuhan

keperawatan di satu unit perawatan adalah sebagai berikut: AXBXC

= F =H

(C – D) x E

G

(C – D) X E

G

Keterangan : A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari B = rata-rata jumlah pasien /hari C= Jumlah hari/tahun D = Jumlah hari libur masing-masing perawat E = jumlah jam kerja masing-masing perawat 11

teanaga

F = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun G = Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun H = Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut Prinsip perhitungan rumus Gillies yaitu, dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk pelayanan, yaitu: a.

Perawatan langsung, adalah perawatan yang diberikan oleh perawat yang ada hubungan secara khusus dengan kebutuhan fisik, psikologis, dan spiritual. Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien pada perawat maka dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu: self care, partial care, total care dan intensive care. Menurut Minetti Huchinson (1994) kebutuhan keperawatan langsung setiap pasien adalah empat jam perhari sedangkan untuk:

b.

1) Self care dibutuhkan ½ x 4 jam

: 2 jam

2) Partial care dibutuhkan ¾ x 4 jam

: 3 jam

3) Total care dibutuhkan 1- 1½ x 4 jam

: 4-6 jam

4) Intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam

: 8 jam

Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana perawatan, memasang/ menyiapkan alat, ,konsultasi dengan anggota tim, menulis dan membaca catatan kesehatan, melaporkan kondisi pasien. Dari hasil penelitian RS Graha Detroit (Gillies, 1989, h 245) = 38 menit/ klien/ hari, sedangkan menurut Wolfe & Young (Gillies, 1989, h. 245) = 60 menit/ klien/ hari dan penelitian di Rumah Sakit John Hpokins dibutuhkan 60 menit/ pasien (Gillies, 1994)

c.

Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada klien meliputi: aktifitas, pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut Mayer dalam Gillies (1994), waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan kesehatan ialah 15 menit/ klien/ hari. Rata-rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatau unit berdsasarkan rata-ratanya atau menurut Bed Occupancy Rate (BOR) dengan rumus: 12

Jumlah hari perawatan rumah sakit dalam waktu tertentu x 100% Jumlah tempat tertentu x 365

Jumlah hari pertahun, yaitu 365 hari Hari libur masing-masing perawat pertahun, yaitu 128 hari, hari minggu= 52 hari dan hari sabtu = 52 hari. Untuk hari sabtu tergantung kebijakan RS setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus diperhitungkan, begitu juga sebaliknya, hari libur nasional = 12 hari dan cuti tahunan = 12 hari. Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam, kalu hari kerja efektif 6 hari per minggu maka 40/6 jam = 6,6 jam perhari) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di satu unit harus ditambah 20% (untuk antisiapasi kekurangan/ cadangan) Contoh perhitungannya: Tempat tidur Jumlah pasien rata-rata per hari Jumlah jam keperawatan yang dibutuhkan klien per hari Hari libur masing-masing perawat per tahun Jumlah jam kerja tiap perawat tiap hari Perhitungan : TP = Jumlah jam Rata-rata keperawatan yang x klien per hari x dibutuhkan klien Jumlah hari per tahun

-

Hari libur x Masing- Masing

=

: 4 tempat tidur : 6 pasien : 6 jam : 65 hari : 7 jam Jumlah hari per tahun Jumlah jam kerja perawat

6 x 6 x 365 365 – 65) x 7 = 13.140 2100 = 6,3 = 6,3 x 20% = 1,26 = 6,3 + 1,26 = 7,56 Jadi tenaga keperawatan ruangan hemodialisa yang dibutuhkan yaitu 8 orang. C. Indikasi Pasien Masuk Di Ruang Hemodialisa 13

1.

Kerusakan ginjal setidaknya selama 3 bulan atau lebih, yang didefinisikan sebagai abnormalitas struktural atau fungsional ginjal, dengan atau tanpa penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) yang bernanifestasi sebagai kelainan patologis atau kerusakan ginjal, termasuk keseimbangan komposisi zat dalam darah dan urin serta ada atau tidak

2.

adanya gangguan hasil pemeriksaan. Gagal ginjal kronik yang mengalami penurunan fungsi ginjal dengan LFG < 15 ml / menit. Pada keadaan ini fungsi genjal sudah sangat menurun sehingga terjadi akumulasi toksin dalam tubuh yang disebut

3.

dengan uremia. Terdapat komplikasi akut (edema paru, hiperkalemia, asidosis metabolik berulang, nefropati diabetik dan lain-lain).

D. Standar Kompetensi Perawat Di Ruang Hemodialisa 1. Kompetensi Minimal Perawat Dialisis a. Sertifikat pelatihan HD b. Sertifikat pelatihan BHD –BHL c. Resertifikasi setiap 2 tahun d. Uji Kompetensi e. Kredensialing –Komite Keperawatan f. Surat Penugasan Klinis Kekhususan (SPK) yang di TTD Direktur. 2.

Kompetensi Umum Perawat Dialisis Kompetensi dasar perawat dialisis, meliputi: a. Praktik professional, etis, legal dan peka udaya: 1) Menunjukkan perilaku bertanggunggugat terhadap praktik profesional. Melaksanakan praktik keperawatan berdasarkan kode etik keperawatan Indonesia dan memperhatikan budaya. Perawat bertanggungjawab secara moral untuk mengambil keputusan yang baik dan menolak keputusan yang buruk dari teman sejawat dan tenaga kesehatan lain. 2) Mengambil keputusan etik dan menentukan prioritas dalam kondisi perang, tindak kekerasan, konflik dan situasi bencana alam (perawat bertanggungjawab secara moral untuk mengambil keputusan yang baik dan menolak keputusan yang buruk dari teman sejawat dan tenaga kesehatan lain dalam situasi gawat darurat). 14

b.

3) Melaksanakan praktik secara legal. Menunjukkan pengetahuan tentang anatomi fisiologi khususnya

c.

sistem urinari, fungsi ginjal dan sistem kardiovaskuler. Menunjukkan pengetahuan tentang gangguan fungsi

d.

patofisiologi, gejala, penanganan dan intervensinya. Menunjukkan pengetahuan dan kemampuan untuk menerapkan cara berpikir

e.

kritis

dan

pengambilan

keputusan

klinis

ginjal,

sesuai

kewenangannya di unit dialisis. Menunjukkan pengetahuan dan kemampuan untuk menerapkan standar pencegahan infeksi dan prinsip keselamatan pasien pada

f.

pelayanan dialisis. Menunjukkan pengetahuan dan kemampuan terkait akses vaskuler. 1) Permanen (AV-Fistula) a) Pengkajian : Patensi/aliran sirkulasi/bruit (palpasi, auskultasi dan dengan alat), tanda kepatenan sirkulasi bagian distal dari anstomosis (AV-Shunt), tanda-tanda infeksi, keterbatasan gerak dan fungsi karena AV-Fistula. b) Perawatan jangka panjang. c) Komplikasi. 2) Kateter HD a) Pengkajian : Integritas kateter, posisi dan kondisi exit site

g.

kateter, patensi aliran kateter. b) Komplikasi. c) Perawatan jangka panjang. Menunjukkan kemampuan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi pasien : 1) Mengobservasi dan melaporkan kondisi fisik dan emosional

h.

pasien dan melakukan tindakan yang diperlukan. 2) Melakukan komunikasi terapeutik. Menunjukkan kemampuan untuk menerapkan proses asuhan

i.

keperawatan dalam memberikan pelayanan pasien dialisis. Menunjukkan pengetahuan dan kemampuan untuk memberikan tindakan farmakologi di unit dialisis, sesuai dengan kebijakan rumah

j.

sakit/klinik dialisis. Menunjukkan kemampuan

k.

keperawatan. Menunjukkan kemampuan untuk melakukan edukasi kepada pasien/keluarga. 15

untuk mendokumentasikan

asuhan

4.

3. Kompetensi Khusus Perawat Dialisis a. Level 1 Ruang Lingkup Melakukan keterampilan dialisis dengan dasar aman KOMPETENSI 1 Menyiapkan hemodialisis Perawat mampu menunjukkan keterampilan klinis dalam menyiapkan pasien dan mengoperasionalkan mesin hemodialisis. Kriteria : a. Kompeten b. Perlu supervisi c. Perlu pengembangan 1. Mampu untuk menyiapkan peralatan dengan adekuat dan mendiskusikari fungsinya, peralatan yang dimaksud antara lain meliputi:  Dializer  Dialisat  Sirkuit ekstrakorporeal  Antikoagulan  NaCI 2. Mampu melakukan prosedur urituk menyiapkan pasien, mesin, peralatan sesuai dengan peresepan dialisis. 3. Mampu menjelaskan prinsip-prinsip dialisis. 4. Mampu meriyiapkan antikoagulan sesuai dengan peresepan dialisis. 5. Mampu menjelaskan fungsi dan masing-masing komponen mesin hemodialisis KOMPETENSI 2 Akses vaskuler hemodialisis Perawat mampu melakukan pengelolaan dan pelayanan keperawatan yang aman dan pcnggunaan AV Fistula dan kateter dialisis. Kriteria : a. Kompeten b. Perlu supervisi c. Perlu pengembangan 1. Mampu untuk melakukan pengkajian keperawatan AV FIstula dengan melakukan inspeksi, palpasi dan auskuItas sebelum kanulasi. 2. Mampu inclakukan teknik yang benar dalam melakukan kanulasi AV fistula tanpa penyulit dan perawatan AV Fistula setelah tindakan dialisis. 3. Mampu melakukan prosedur untuk mengkaji kateter hemodialisis (HD) pre dan post tindakan hemodialisis. 4. Mampu mengkaji tanda-tanda infeksi akses vaskuler. KOMPETENSI 3 Melakukan tindakan hemodialisis Perawat mampu melakukan tindakan hemodialisis sesuai dengan panduan klinis dan prosedur. 16

b.

Kriteria : a. Kompeten b. Perlu supervisi c. Perlu pengembangan 1. Mampu melakukan pengkajian dasar pre dialisis: anemia, cairan dan elektrolit serta membuat rencana asuhan keperawatan. 2. Mampu melakukan pengkajian nutrisi menggunakan Mainurritio Inflammation Score (MIS). 3. Mampu melakukan pemberian darah dan produk darah. 4. Mampu memberikan obat-ohatan selama hemodialisis sesuai catatan pengobatan. 5. Mampu untuk mengidentifikasj situasi yang membutuhkan pemberian oksigen segera. 6. Mampu melakukan monitoring pasien selama dilakukan tindakan dialisis. 7. Mampu memahami kecepatan ultrafiltrasi (UF) maksimum dan melakukan penghitungan UF dengan benar. 8. Mampu mengidentifikasj jenis dan kebutuhan antikoagulan. 9. Mampu melakukan koneksi pasien dengan mesin hemodialisis sesuai dengan panduan dan prosedur di unit masing-masing. 10. Mampu menjalankan program dialisis sesuai resep. KOMPETENSI 4 Mengakhiri tindakan hemodialisis Perawat mampu memberikan perawatan yang aman saat mengakhiri hemodialisis dengan akses vaskuler tanpa penyulit. Kriteria : a. Kompeten b. Perlu supervisi c. Perlu pengembangan 1. Mampu mengidentifikasi tanda tindakan dialisis selesai. 2. Mampu mengembalikan darah ke tubuh pasien pada saat mengakhiri tindakan hemodialisis. 3. Mampu melakukan perawatan mesin sesuai prosedur. 4. Mengenali parameter post dialisis yang aman. Level 2 Ruang Lingkup: 1) Memahami komponen teori dasar hemodialisis 2) Merefleksikan teori ke dalam praktik 3) Tetap melakukan dialisis yang aman KOMPETENSI 5 Menyiapkan hemodialisis Perawat mampu mengaplikasikan teori hemodialisis ke dalam praktik. Kriteria : a. Kompeten b. Perlu supervisi c. Perlu pengembangan 1. Mampu menjelaskan indikasi hemodialisis dan mampu untuk menyebutkan 5 dan komplikasi utama tindakan hemodialisis dan penanganannya. 17

2.

Mampu memahami nilai normal laboratorium dan daftar dibawah ini dan menjelaskan efek dan gagal ginjal pada: a. BUN, kreatinin, natrium, kalium b. Bikarbonat, hematokrit, hemoglobin c. Kalsium, fosfat, hormon paratiroid, femtin, status besi 3. Mampu memahami screening virologi pada pasien dialisis dan prosedur melakukannya. 4. Mampu mengelola alarm dialisis dengan menggunakan intervensi keperawatan. meliputi: a. Pengukuran tekanan darah diluar nilai normal b. Alarm ultratiltrasi c. Alarm konduktiviti d. Alarm blood leak e. Alarm water empty f. Alarm heparin g. Alarm TMP/dialisag pressure 5. Mampu melakukan pengkajian cairan, meliputi: a. Menginterpretasi hasil patologis yang relevan dengari status cairan b. Menernukan target berat badan kering dengan berkonsultasi kepada perawat penanggung jawab KOMPETENSI 6 Akses vaskuler hemodialisis Perawat mampu memberikan pelayanan, mengelola dan melakukan edukasi akses vaskuler sesuai dengan tipe akses vaskuler yang digunakan pasien. Kriteria : a. Kompeten b. Perlu supervisi c. Perlu pengembangan 1. Mampu untuk menjelaskan tiga tipe utama akses vaskuler dengan mendiskusikan setidaknya 3 keuntungan dan kerugian. 2. Mampu untuk melakukan perawatan kateter hemodialisis sebelum digunakan. 3. Mampu untuk menjelaskan setidaknya tiga poin utama manajemen keperawatan pada tiap tipe akses vaskuler sebelum memulai tindakan hemodialisis. 4. Mampu melakukan edukasi pasien pada berbagai macam tipe akses vaskuler. 5. Mampu menjelaskan komplikasi yang dapat terjadi pada beberapa tipe akses vaskuler: a. Infeksi b. Steal syndrome c. Aneurisma/pseudoaneurisma d. Thrombosis e. Pneumo/haemotothorak f. Emboli udara 6. Mampu untuk melakukan pengambilan sampel darah melalui 18

c.

port pada sirkuit ekstracorporeal. KOMPETENSI 7 Melakukan tindakan hemodialisis Perawat mampu mengelola pasien yang dilakukan tindakan hemodialisis. Kriteria : a. Kompeten b. Perlu supervisi c. Perlu pengembangan 1. Mampu mengelola pasien dengan hipovolemia. 2. Mampu mengelola pasien dengan pembenan darah dan produk darah. 3. Mampu mengenali gejala dan tanda awal dan penurunan kondisi pasien saat dialisis. KOMPETENSI 8 Mengakhiri hemodialisis Perawat mampu memberikan perawatan yang aman saat mengakhiri hemodialisis dengan akses vaskuler kateter HD. Kriteria : a. Kompeten b. Perlu supervisi c. Perlu pengembangan 1. Mampu mengakhiri tindakan hemodialisis dengan akses vaskuler kateter HD. 2. Mampu melakukan prosedur sterilisasi. 3. Mampu mengakhin tindakan hemodialisis dengan akses vaskuler kateter HD. Level 3 Ruang Lingkup: 1) Merefleksikan teori ke dalam praktik 2) Mampu untuk bekerja secara efektif di unit dialisis 3) Melakukan bimbingan kepada perawat level di bawahnya KOMPETENSI 9 Menyiapkan hemodialisis Perawat mampu memberikan perawatan yang aman saat mengakhiri hemodialisis dengan akses vaskuler kateter HD. Kriteria : a. Kompeten b. Perlu supervisi c. Perlu pengembangan 1. Menjelaskan perbedaan metode dialisis dan prinsip-prinsipnya: a. Hemodialisis b. Hemofiltrasi c. Hemodiafiltrasi d. PRRT (Prolonged intermittent renal replacement therapy) 2. Mampu untuk membedakan jenis dan bahan dializer. 3. Mampu untuk menjelaskan konsep trans membrane pressure (TMP) hubungannya dengan dializer dan ultrafiltrasi. 4. Mampu untuk menjelaskan beberapa keuntungan / kerugian hemodialisis dibandingkan dengan terapi pengganti ginjal lainnya. 19

5. 6. 7. 8.

Mampu untuk menjelaskan prinsip water treatment. Mampu untuk menjelaskan prosedur yang benar mengatasi alarm mesin. Mampu melakukan prosedur hemodialisis khusus. Mampu membuat prosedur terkait.

KOMPETENSI 10 Akses vaskuler hemodialisis Perawat mampu melakukan pengelolaan dan mensupervisi akses vaskuler dengan penyulit. Kriteria : a. Kompeten b. Perlu supervisi c. Perlu pengembangan 1. Mampu mengkaji maturasi AV Fistula. 2. Mampu mengelola akses vascular dengan penyulit. 3. Mampu mengelola permasalahan kateter HD. 4. Mampu mengelola dialisis free heparin. 5. Mampu mengelola sirkuit darah yang clotted. 6. Mampu mengelola akses vaskular pada keadaan darurat. 7. Mampu melakukan inisiasi akses vaskular AV Fistula. KOMPETENSI 11 Melakukan tindakan hemodialisis Perawat mampu mengelola kejadian tidak terduga dan situasi klinis yang kompleks. Kriteria : a. Kompeten b. Perlu supervisi c. Perlu pengembangan 1. Mampu melakukan penilaian adekuasi dialisis. 2. Mampu melakukan program profiling. 3. Mampu mengatasi tanda dan gejala dan penurunan kondisi pasien saat dialisis. 4. Mampu melakukan penanganan komplikasi intradialisis. 5. Mampu menjadi leader dalam keadaan henti jantung. KOMPETENSI 12 Mengakhiri hemodialisis Perawat mampu memberikan perawatan yang aman saat mengakhiri hemodialisis pada akses vaskuler dengan penyulit. Kriteria : a. Kompeten b. Perlu supervisi c. Perlu pengembangan 1. Mampu melakukan penilaian adekuasi dialisis. 2. Mampu mengakhiri tindakan hemodialisi dengan akses AV Fistula dengan penyulit catheter HD dengan penyulit akses femoralis.

d.

Level 4 Ruang Lingkup: 1) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dialisis 2) Melakukan kepemimpman klinis yang efektif 3) Terlibat di dalam peningkatan kualitas 20

4) Melakukan supervisi keamanan dan kualitas di unit hemodialisis KOMPETENSI 13 Keterampilan Hemodialisis lanjut Perawat mempunyai keahlian klinis dan kepemimpinan dalam area hemodialisis. Kriteria : a. Kompeten b. Perlu supervisi c. Perlu pengembangan 1. Mampu menjelaskan tujuan pemeriksaan resirkulasi akses, hasil yang diharapkan, prosedur yang ada dan intervensi yang dibutuhkan bila ada penyimpangan dan nilai normal. 2. Mampu melakukan interpretasi hasil pemeriksaan darah melaporkan kepada nefrologis. 3. Mampu merigelola komplikasi hemodialisis jangka panjang. 4. Mampu mengelola dan memberikan edukasi pada membutuhkan ruang isolasi di dialisis, tentang: a. Penyakit khusus b. Blood borne diseases 5. Memahami konsep keperawatan paliatifpada pasien dialisis. 6. Memahami konsep disaster plan di ruang dialisis. KOMPETENSI 14 Continuing Professional Development (CPD) Hemodialisis Perawat mempunyai keahlian klinis dan kepemimpinan di area hemodialisis dengan melakukan berbagai keterampilan untuk mendukung praktik berbasis bukti. Kriteria : a. Kompeten b. Perlu supervisi c. Perlu pengembangan 1. Memiliki komitmen untuk melakukam ongoing dan education dan pengembangan professional. 2. Terlibat dalam proyek perbaikan mutu dalam ranah keperawatan dialisis. 3. Memonitor dan mendukung standar pelayanan yang berkualitas ada pasien hemodialisis. 4. Berperan dalam melakukan preceptorship dan mentors hip. 5. Berperan sebagai role model di unit dialisis. 6. Melakukan kolaborasi pada situasi pasien yang kompleks. E. Klasifikasi Pelayanan Di Ruang Hemodialisa 1.

HD Pasien Baru a.

Pasien yang belum mempunyai sarana hubungan sirkulasi menetap (akses vaskuler). Setiap pasien baru yang

21

mendapatkan terapi dialisis

dianjurkan menggunakan catheter

double lumen = catheter bercabang dua untuk sementara. b.

Pemasangan catheter double lumen dilakukan oleh dr. Anastesi di ruang operasi atau di ruang dialisis (kamar tindakan) jika memungkinkan.

c.

Sebelum dialisis dimulai, untuk memastikan posisi (tempat) ujung catheter double lumen dianjurkan thorax foto.

d.

Selama terapi dialisis berlangsung, semua operasional dibawah pengawasan dan tanggung jawab dr. Nephrolog setempat.

e.

Penting sekali perawatan catheter double lumen secara teratur untuk mencegah infeksi.

2.

HD Pasien Rutin a.

Pasien yang sudah mempunyai sarana hubungan sirkulasi menetap (akses vaskular) disebut : cimino atau graft.

b.

Pembuatan akses vaskular

ditujukan kepada

pasien pre dialisis yang sudah dipersiapkan jauh hari sebelumnya, setelah mendapatkan penjelasan dari dokter nephrolog dan pasien menyatakan persetujuannya. c.

Pasien datang ke ruang dialisis sesuai dengan jadwal dialisis atau dengan perjanjian sebelumnya.

d.

Perubahan

jadwal

dialisis

harus

ada

pemberitahuan sebelumnya dari pasien sendiri atau keluarganya. 3.

HD Pasien Emergency a.

Pasien dengan keadaan gawat dan darurat selama terapi dialisis, jika terlambat ditangani akan mengancam kehidupannya atau meninggal.

b.

Pasien segera dianjurkan menghubungi dokter penanggung jawab dialisis (dr. Nephrolog setempat).

22

c.

Penanganan emergency dan pemberian terapi sesuai dengan petunjuk dan kesepakatan dari dokter nephrolog setempat.

d.

Diluar terapi emergency gunakan obat inventaris ruangan (jika ada) dan melengkapinya kembali setelah digunakan.

e.

Segera menghubungi keluarga pasien terdekat.

f.

Perawat

dialisis

wajib

mencatat

(mendokumentasikan) secara lengkap dan rinci setiap kejadian dan tindakan yang telah dilakukan kepada pasien. g.

Petugas administrasi mencatat dengan lengkap biaya pemakaian obat dan alat tambahan lainnya untuk proses penagihan.

4.

HD Pasien Cito a.

Pasien yang harus segera dilakukan tindakan dialisis, jika ditunda

b.

akan mengancam hidupnya. Pasien rawat jalan yang akan cito dialisis, dianjurkan melalui ruang emergency terlebih dahulu untuk dilakukan pemeriksaan oleh Dr. Jaga. apakah diperlukan pemeriksaan Laboratorium, Rongent dan

c. d. e. F.

lain-lain. Hasilnya dilaporkan kepada Dr. Nephrolog / Dr. Internist setempat. Petugas Emergency segera menghubungi perawat on call dialisis. Segera mungkin pasien dilakukan terapi Dialisis.

Prosedur Pelayanan Di Ruang Hemodialisa 1.

Konsep Pelayanan Hemodialisis a. Dilakukan secara komprehensif b. Pelayanan dilakukan sesuai standar c. Peralatan yang tersedia harus

memenuhi

ketentuan d.

Semua tindakan harus terdokumentasi dengan baik

e. f. g. h.

Harus ada sistem monitor dan evaluasi Persiapan mesin dan peralatan Persiapan Pasien Pengkajian yang meliputi : 1) Kondisi pasien secara umum (mental, fisik) 23

2) Informed consent ( pasien baru dan pasien lama diulang setelah 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)

6 bulan, dst) Gelang identitas Pemeriksaan fisik (TTV, edema, IDWG, BBK) Nyeri ( Skala VAS) Resiko Jatuh ( gelang/ pita kuning Alergi ( gelang / pita merah) Nutrisi (malnutrisi) Dokumentasi dalam CPPT/form pemantauan HD

i.

Masalah keperawatan /Diagnosa Keperawatan 1) Sesuai hasil kajian 2) Tujuan dan target terukur

j.

Implementasi(prosedurHD) : 1) Teknik streril 2) Hand Hygiene (5 moment) 3) Gunakan APD yang standar (Gogle, apron, masker, sarung tangan) 4) Teknik punksi dan kanulasi diperhatikan (memberikan rasa aman dan nyaman bagi pasien) 5) Pemberian antikoagulan 6) Dokumentasi

2. Prosedur Pelayanan Hemodialisis a. Tindakan inisiasi hemodialisis (HD pertama) dilakukan setelah melalui pemeriksaan/konsultasi dengan Konsultan Ginjal Hipertensi atau Konsultan Nefrologi Anak atau Dokter Spesialis Penyakit b. c. d.

Dalam (Dokter SpPD) yang telah bersertifikat HD. Skrining infeksi: HBsAg, AntiHCV, AntiHIV. Tindakan HD pertama kali pada dewasa maupun anak memerlukan waktu kurang lebih 1-3 jam. Setiap tindakan hemodialisis rutin pada dewasa dan anak terdiri dari: 1) Persiapan pelaksanaan hemodialisis: ± 30 menit 2) Pelaksanaan hemodialisis: 3-5 jam 3) Evaluasi pasca hemodialisis: ± 30 menit Sehingga untuk setiap pelaksanaan hemodialisis rutin diperlukan waktu mulai dari persiapan sampai dengan waktu pasca hemodialisis minimal 6 jam. 24

e.

Tindakan

hemodialisis

akut

pada

dewasa

dan

anak

mempertimbangkan kondisi hemodinamik (kardiovaskular). Apabila tidak memungkinkan dilakukan HD maka dapat dilakukan modalitas f.

terapi lain seperti SLED ataupun CRRT. Setiap pasien HD rutin wajib dilakukan pemantauan hemodinamik

g.

minimal setiap 1 jam oleh perawat. Pasien dengan kondisi yang tidak stabil dilakukan monitoring yang

h.

lebih ketat. Harus memberikan

i.

memperhatikan hak pasien termasuk membuat informed consent. Ada dokter yang bertugas dan siap menerima konsultasi jika

j.

diperlukan. Petunjuk BHD tersedia dan semua staf medik dan perawat dialisis

pelayanan

sesuai

standar

profesi

dan

pernah mendapat pelatihan melakukan BHD. 3. Alur Pasien dalam Pelayanan Hemodialisis Pasien hemodialisis dapat berasal dari: a. Instalasi Rawat Jalan b. Instalasi Rawat Inap (termasuk ruang rawat intensif) c. Instalasi Gawat Darurat d. Rujukan dari Rumah Sakit/Institusi Kesehatan lainnya Kegiatan selanjutnya adalah: a. Pemeriksaan/penilaian/asesmen b. Hemodialisis c. Bisa dikembalikan ke tempat semula/Dokter pengirim d. Diberikan discharge planning setiap akhir sesi dialisis BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dengan meningkatnya jumlah penderita yang memerlukan pelayanan hemodialisis, maka sepatutnya menjadi perhatian unsur-unsur pemberi pelayanan untuk meningkatkan dan mengembangkan pelayanan demi pemenuhan kebutuhan tersebut. Selain sarana dan prasarana, pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia juga perlu diperhatikan. Upaya terus menerus untuk mengacu pada standar pelayanan terbaik sehingga tercapai

25

kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang baik menjadi target pelayanan unit hemodialisis. B. SARAN Dalam pembuatan makalah ini pastilah masih terdapat banyak kekurangan. Kami menyadari bahwa penbuatan makalah ini masihlah sangat kurang. Kritik dan saran sangat diperlukan guna untuk membangun pembuatan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Fresenius Medical Care. 2014. Tersedia: https://www.pdfcoke.com/doc/245093477/SOP-Hemodialisa-KebijakanRuang-Dialisis. (Diakses pada 1 Maret 2019 pukul 20.30 Wita). Hudak, C.M., Gallo, B.M., Fontaine, D.K., & Morton, P.G. 2006. Critical Care Nursing: A Holistic Approach. (8th ed). Lippincott: Williams & Wilkins. Indonesia Renal Registry (IRR). 2015. 8th Report Of Indonesia Renal Registry 2014. Perkumpulan Nefron Indonesia Pernefri. Tersedia: http://Indonesiarenalregistry.org. (Diakses pada 1 Maret 2019 pukul 17.30 Wita). 26

Lukman, N., Kannie, E., Wowiling, F. 2013. Hubungan Tindakan Hemodialisa Tingkat Depresi Klien Penyakit Ginjal Kronik Di Blu RSUP Prof. Dr. D. Kandau Manado. Jurnal. Tersedia: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/download/2207. (Diakses pada 2 Maret 2019 pukul 16.50 Wita). Magdalena, Martha. 2015. Manajemen Pelayanan Di Ruang Hemodialisis. Divisi Ginjal Hipertensi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Tersedia: http://ipdijatim.org/wp-content/uploads/2016/03/MARTHA-2015260915.pdf. (Diakses pada 1 Maret 2019 pukul 20.25 Wita) Mailani, Fitri. 2017. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis. STIKES YPAK Padang. Jurnal. Tersedia: http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/endurance/article/download/2379 . (Diakses pada 2 Maret 2019 pukul 20.00 Wita). Nugraha, T.Y. Perhitungan Tenaga Perawat di Rumah Sakit. https://www.pdfcoke.com/doc/30058712/Perhitungan-Tenaga-Perawat-diRumah-Sakit-ICU (Diakses pada 1 Maret 2019 jam 21: 00 WITA) Riset Kesehatan Dasar. 2013. Tersedia: www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas %202013.pdf. (Diakses pada 2 Maret 2019 pukul 17.10 Wita). Tim Penyusun Standar Kompetensi Perawat Dialisis Indonesia Periode 20102015. 2017. Standar Kompetensi Perawat Hemodialisis Indonesia. Yogayakarta: Pengurus Pusat Persatuan Perawat Dialisis Indonesia (PP.IPDI). https://www.academia.edu/10199283/Panduan_HD. Diunggah Gusmanto. (Diakses pada 1 Maret 2019 pukul 22.00 Wita).

oleh

Otok

http://smartplusconsulting.com/2013/09/persyaratan-standar-minimal-saranaupaya-pelayanan-hemodialisis-di-luar-institusi-rumah-sakit-dki-jakarta/. (Diakses pada 2 Maret 2019 pukul 15.00 Wita).

27

28

Related Documents

Bab 3
June 2020 37
Bab 3
November 2019 52
Bab 3
October 2019 51
Bab 3
August 2019 65
Bab 3
June 2020 26
Bab 3
May 2020 35

More Documents from ""