BAB I PENDAHULUAN A.
LATAR BELAKANG Ilmu ukur tanah merupakan ilmu terapan yang mempelajari dan menganalisis bentuk topografi permukaan bumi beserta obyek-obyek di atasnya untuk keperluan pekerjaan-pekerjaan konstruksi. Ilmu Ukur Tanah menjadi dasar bagi beberapa mata kuliah lainnya seperti rekayasa jalan raya, irigasi, drainase dan sebagainya. Dalam kegiatan pengajaran ini. Misalnya semua pekerjaan teknik sipil tidak lepas dari kegiatan pengukuran pekerjaan konstruksi seperti pembuatan jalan raya, saluran drainase, jembatan, pelabuhan, jalur rel kereta api dan sebagainya memerlukan data hasil pengukuran agar konstruksi yang dibagun dapat dipertanggung jawabkan dan terhindar dari kesalahan konstruksi. Untuk memperoleh hasil pengukuran yang baik dan berkualitas baik ditinjau dari segi biayanya yang murah dan tepat waktu juga dari segi kesesuaian dengan spesifikasi teknis yang dibutuhkan diperlukan metode pengukuran yang tepat serta peralatan ukur yang tepat pula. Pengukuranpengukuran menggunakan waterpas, theodolit. Total station dan sebagainya dapat mengasilkan data dan ukuran yang dapat dipertanggung jawabkan..
B.
TUJUAN PENGUKURAN 1) Mengetahui bentuk dari daerah yang kita ukur. 2) Secara tidak langsung mampu mengetahui kontur dan luas pada daerah suatau polygon. 3) Memudahkan pembuatan peta situasi jika ada perencanaan pengerjaan bangunan fisik. 4) Agar mahasiswa mampu mengetahui dan mengoperasikan TS (Total Station) Dan Waterpass 5) Sebagai bekal dasar mahasiswa di lapangan dalam melakukan perencanaan awal proyek.
1
C.
WAKTU DAN TEMPAT Praktikum (penggambilan data) dilaksanakan pada hari Senin, 28 November 2018 sampai dengan Selasa, 27 November 2018 bertempat di Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda dan di Lapangan Kawasan Apartemen Pandan Wangi dan selanjutnya pengolahan data dilaksanakan pada hari Senin, 28 November 2018 sampai dengan Jumat, 4 Januari 2019 bertempat di Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda. Peta Lokasi Praktikum
2
D. ALAT Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini sebagai berikut (gambar terlampir) : No. Nama Alat
Jumlah Alat
Keterangan
1
Total Station (TS)
1
Alat Pokok Dalam Pengukuran.
2
Prisma Ts
1
Alat Pokok Dalam Pengukuran.
3
Tiang Prisma
1
Tempat Memasang Prisma TS.
4
Tripod
2
Tempat Meletakkan TS & Waterpass.
5
Spidol
1
Penanda.
6
Meteran
1
Mengukur Tinggi TS & Waterpass dan Lebar Jalan Panjang Per titik.
7
Tali Rapia
1
Penanda Dari Bantuan Meteran.
8
Alat Tulis
Secukupnya
Menandai di sketsa denah titik titik tempat pengukuran, dan mendata hasil tangkapan.
9
Payung
1
Melindungi pekerja dan alat dari sinar matahari
10
GPS
1
Menandai titik-titik X dand Y pada tempat pengukuran
11
Waterpass
1
Alat Pokok Dalam Pengukuran
12
Bak Ukur
2
Alat Pokok Dalam Pengukuran
3
BAB II METEDOLOGI PRAKTIKUM
A.
Pelaksanaan Menggunakan Total Station Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan praktikum adalah sebagai berikut: 1.
Memperhatikan dan mendengarkan petunjuk serta pengarahan dari
pembimbing 2.
Menyiapkan alat – alat yang digunakan untuk praktek situasi di lapangan.
3.
Memeriksa kelengkapan dan kondisi alat yang akan digunakan di
lapangan. 4.
Membuat sketsa gambar lokasi yang akan digunakan untuk situasi di
lapangan. 5.
Memasang tanda X Menggunakan Spidol di titik titik yang yg telah
direncanakan sesuai dengan titik-titik mana saja yang akan ditembak dengan acuan pada sketsa denah dan Ukuran yang telah dibuat sebelumnya 6.
Menentukan titik P1 sebagai kedudukan TS/ titik awal TS
7.
Menempatkan TS dititik P1 dengan cara : a. Memasang statif tepat di atas Tanda X, tinggi statif disesuaikan
dengan tinggi pembidik. b. Memasang TS pada kepala statif , bila posisi sudah siap dihubungkan dengan sekrup meja statif dan dikuncikan. 8.
Menyetel TS di mulai dengan mengatur kedataran TS di titik P1 dengan
cara : a. As teropong ditempatkan disalah satu as sekrup penyetel ( kedua sekrup penyetel yang lain sejajar dengan nivo tabung ). b. Menyetel gelembung nivo tabung dengan cara memutar dua sekrup penyetel yang sejajar dengan nivo tabung keluar atau kedalam secara bersamaan hingga gelembung nivo ditengah-tengah garis pars. c. TS diputar 1800 (agar pembidik tidak berpindah tempat), apabila gelembung nivo belum ditengah gelembung nivo
4
ditengahkan dengan cara menyetel dua sekrup penyetel yang sejajar dengan nivo tabung keluar atau kedalam secara bersamaan hingga gelembung nivo ditengahtengah garis pas. d. TS diputar 1800 (agar pembidik tidak berpindah tempat), kembali kalau ada kesalahan, setengah kesalahan dibetulkan dengan koreksi nivo dan setengah kesalahan dengan dua sekrup penyetel yang sejajar dengan nivo tabung. e. Putar TS 900 (agar pembidik tidak berpindah tempat), Putar sekrup penyetel ketiga untuk menempatkan gelembung nivo tabung ditengah-tengah garis pas. f. Jika gelembung nivo sudah berada di tengah-tengah, TS di putar ke segala arah untuk memastikan kedudukan gelembung nivo tetap berada di tengah. Jika tetap berada di tengah maka TS siap dioperasikan, tetapi jika gelembung nivo berubah maka dilakukan penyetelan ulang seperti langkah kerja a – f. 9.
Menyetel arah vertical 90º dan horizontal a. Sekup pengunci vertikal dikendorkan kemudian teropong diputar
disejajarkan dengan badan TS b. TS diarahkan ke utara dengan melihat kompas, jika jarum kompas sudah berada di tengah berarti TS sudah mengarah ke utara c. Mengencangkan sekrup pengunci horizontal d. Tekan tombol ON otomatis untuk menyalakan TS e. Kemudian teropong degerakkaan ke atas atau ke bawah melewati sudut 900 sehingga terbaca pada layar pembaca nonius, skala vertikalnya mendekati 900
dan skala horisontal tepat terbaca pada 00000’00’’, kemudian sekrup
penggerak kasar vertikal dikencangkan f. Agar tepat pada sudut 90º gunakan sekrup penggerak halus vertical g. Skrup pengunci arah horizontal dikendorkan sehingga badan TS dapat digerakkan. 10.
Mengukur dan mencatat tingggi TS pada P1.
5
B. Langkah-Langkah Pengoperasian TS Setelah prosedur pemasangan alat TS dan titik-titik yang akan di tembak selanjutnya langkah kerja pengoprasian TS : LANGKAH PENGGUNAAN ALAT TOTAL STATTION 9TS) TYPE GTS 102 N-235 N I. LANGKAH I (pengukuran polygon 1 atau awal) Seperti biasanya awal pengukuran langkah setting alat pada salah satu titik awal,dan alat di setel nivo tabung dan kotak atas dan bawah. Setelah alat pada posisi datar langkah selanjutnya adalah : •
Alat TS di ON atau di start, lantas pilih nol set (alat di nolkan) dengan
menggunakan kompas kearah posisi UTARA .lalu tekan enter (rekam) •
Selanjutnya pilih menu alat akan muncul
-F1= Data Colect -F2= -F3=
•
Kita pilih F1 lalu muncul : select a file (FN)= FILE NAME isi file nama
baru lokasi proyek dengan menekan (clear) hapus dan isi nama baru lalu tekan enter (simpan file) pada alat akan muncul data collect: •
Lanjut pilih : F1:OCC PT #INPUT, akan muncul ; PT: tekan input isi no
1,2,3,..ENTER.
Lanjut
:
ID=
tekan
input
isi
nama
missal.
P1,atau,JLN,PHN,BGN,dll.Lanjut ; INS HT= input tinggi alat (sesuai dengan keadaan di lapangan) enter. •
Setelah enter akan muncul nilai koordinat:
E=1000 N=1000 Z=10.Ini angka sudah ada.
•
Jadi untuk pengukuran baru /setiap lokasi baru kita ganti denganE,N,Z.
Yang baru lalu pilih (YES/NO) kita tekan NO pada alat akan muncul; •
PT=1
•
ID=P1
6
•
INS HT=1.500 sampai dengan 2.000 (sesuai dengan situasi di lapangan).
Lalu pilih OC NEZ untuk mengisi koordinat baru akan muncul; OCC PT; •
PT# =1, lalu kita pilih NEZ setelah tekan akan muncul :
•
E=1000
•
N=1000
•
Z=10.(nilai sudah ada) ganti dengan yang baru yaitu ;
•
E= Input isi 5000 ENTER
•
N= Input isi 5000 ENTER
•
Z= Input isi 100 ENTER. Setelah komplit di ganti setelah enter akan
muncul ; PT# =1 ID
=P1
INS HT=1.500-2.000 (sesuai dengan situasi di lapangan). Ini sesuai dengan data yang kita input lalu kita pilih REC (REKAM) dan YES.
II. LANGKAH II. (F2= BACKS SIDE) (pengukuran polygon 2 atau selanjutnya) •
Setelah tejan REC dan yes pada alat muncul ;
Data Colect F1= OCC PT# INPUT F2= BACKS SIGHT F3= FS/SS (FORCE SIGHT) •
Untuk langkah pengukuran section ke 2 pengukuran ke patok back side
kita tekan F2= back side pada alat akan muncul; BS#= Input 1000 lalu enter Pcode = input 1000 lalu enter R HT = Input 1.500 (sesuai dengan situasi di lapangan) enter. Setelah tekan enter pada alat akan muncul ; -BS# = 1000 -P CODE= P 1000
7
-R HT = 1.500. Selanjutnya pengukuran dimulai dengan mengarahkan teropong ke posisi prisma pada posisi belakang (BACK SIDE) Lantas kita tekan MEAS dan NEZ. Alat TS akan membaca dengan kita pastikan ada bunyi TIT..TIT.. Berarti alat sudah merekam data pada arah backs side.
III. LANGKAH III.(F3= FS/SS) POIN KEDEPAN (pengukuran situasi) Langkah ini adalah langkah pengukuran ke depan pada poin ; F3 =FS/SS. Dan masuk ke situasi detail lapangan (SS).Setelah pada langkah backs side, pada alat akan muncul MENU ;
DATA COLLECT ; F1 = OCC PT# INPUT F2 = BACKS SIDE F3 = FS/SS. Kita masuk ke langkah F3 = Patok ke depan yaitu P2. Setelah kita tekan F3=FS/SS, Pada alat akan muncul; -PT # = kita input 2 lalu enter -P CODE = kita input P 2 lalu enter -R HT = Input tinggi prisma depan 1.500 enter setelah lengkap input data pengukuran pada posisi polygon ke 2 bisa di lanjutkan dengan mengarahkan posisi teropong ke prisma depan dengan menekan tombol MEAS dan NEZ atau kita tekan perintah ALL. Alat TS akan membaca dan pastikan ada nada bunyi TIT…TIT… Berarti alat sudah merekam.
-Ingat pada langkah ini (F3) = FS/SS. Setelah polygon P2 selesai kita lanjutkan pada langkah situasi detail. Setelah langkah MEAS dan NEZ pada alat akan muncul ; -PT# = Input 100 untuk awal situasi di P1 lalu enter. -P CODE = Input (PHN,JLN,BGN,…DLL) lalu enter -R HT = Input 1.500/2.000 lalu enter. Setelah komplit data masuk kita tekan MEAS dan NEZ atau tekan ALL.
8
IV. LANGKAH PADA POIN P2. 0……………………0……………………0 BS………………….P2…………………..P3 1. Langkah pada poin ini adalah untuk menentukan nilai NEZ yang sudah tersimpan pada alat TS, setelah proses awal pada P1, kita akan berdiri pada titik selanjutnya (2,3,4,…dst.). Setelah alat disetel pada posisi patok salah satu kita tetap mulai dari MENU kita pilih DATACOLLECT •
Pilih F1 ; OCC PT# INPUT; Akan muncul pada alat ; PT # ; 2 ID ; P3 INS HT ; 1.452. Kita pilih OC NEZ dan pilih perintah LIS
Akan muncul pada alat data yang tersimpan seperti ;
1 1000 2
Selanjutnya kita pilih salah satu dengan mengarahkan tanda panah naik/turun missal ; kita berdiri di P2 Lalu enter selanjutnya akan muncul nilai N; 1050.986 E; 985.567 Z; 100. Nilai ini adalah nilai yang benar. Lanjut kita pilih OK (YES) lalu pada alat akan muncul ; PT ; 2 ID; P3. Kita ganti P3 jadi P2 INS HT; 1.458. Tinggi alat ganti dengan yang baru 1.425. Setelah data lengkap tekan perintah REC (REKAM).
2. Langkah selanjutnya adalah langkah F2 (BACKS SIDE). Yaitu tekan F2 (BACKS SIDE), Lanjut pilih perintah BS dan LIST, akan muncul nilai ; 1 2 100,101,102,…
9
•
Lanjut kita pilih patok 1 lalu tekan enter akan muncul nilai N E Z, Yang
sebenarnya , lanjut tekan YES. Pada alat akan muncul ; BS ; 1 P CODE ; P2. Nilai ini kita ganti dengan P1 RHT ; 1.500 Setelah nilai komplit kita tinggal bidik posisi P1/BACKS SIDE dan tekan MEAS NEZ. 3. Langkah pada posisi F3 (FS/SS) Langkah ini sama seperti yang sebelumnya pada posisi F3 (FS/SS) kita tekan perintah F3 pada alat akan muncul ; PT # ; 2 kita ganti dengan P3 P code ; PT3 (Tetap) RHT ; Tinggi prisma depan 1.500 Setelah itu tekan enter dan alat siap di arahkan ke patok 3 dengan menekan tombol MEAS dan NEZ dan pastikan ada bunyi TIT…TIT… Berarti alat sudah merekam. •
Dilanjutkan pada langkah F3 pada poin SS (SITUASI DETAIL).
Langkah ini untuk mencari situasi detail sebanyak-banyaknya pada areal pengukuran , dengan cara mengganti notasi pada poin; PT # ; 200 ID ; NOTASI JLN,PHN,BGN, dll INS HT ; 1.500/2.000 LALU ENTER Setelah nilai komplit arahkan teropong ke situasi yang di maksud dengan menekan tombol MEAS dan NEZ atau tekan tombol ALL dan pastikan ada bunyi TIT…TIT… berarti alat sudah merekam data. •
UNTUK LANGKAH SELANJUTNYA BERLAKU SAMA SEPERTI
PADA POIN P2.(IV).
10
C. Pelaksanaan Menggunakan Waterpass A. Penentuan profil a. Profil Memanjang Pemasangan Tanda X dilakukan pada jarak tertentu. Dalam hal ini Setiap Tanda X berjarak 25m. Namun demikian, terlebih dahulu tentukan arah utara dengan menggunakan kompas. Kemudian mengenolkan nilai dari waterpass, dimana arah utara merupakan patokan utama. Waterpass diletakkan di tengahtengah antara kedua patok. Waterpass tersebeut diseimbangkan dengan melihat kedudukan nivo sambil memutar sekrup penyetel hingga gelembung yang berada di dalamnya dalam kedudukan yang seimbang (di tengahtengah). Pada pengukuran profil memanjang ini digunakan metode “Double Standing”, yaitu suatu metode dimana pengukuran pergi dan pengukuran pulang dilakukan serempak hanya dengan menggunakan kedudukan pesawat, misalnya pada pengukuran pergi, BM1 sebagai pembacaan belakang dan P1sebagai pembacaan muka, begitu pula sebaliknya. Bak ukur diletakkan di atas Tanda X dengan kedudukan vertikal dari segala arah. Waterpass diarahkan ke patok pertama (BM1) selanjutnya disebut pembacaan belakang. Pada teropong terlihat pembacaan benang atas, benang tengah dan bawah. Setelah itu waterpass diarahkan ke patok kedua (P1). Selanjutnya dengan mengubah letak pesawat (waterpass) kita mengadakan pengukuran pulang dengan mengarahkan ke P1 (pembacaan belakang). Pada teropong terlihat pembacaan benang atas, tengah dan bawah. Pengamatan selanjutnya dilakukan secara teratur dengan cara seperti di atas sampai pada patok terakhir. b. Profil Melintang Waterpass diletakkan pada patok utama dan diseimbangkan kembali kedudukan nivo nya seperti pada pengukuran profil memanjang. Pada jarak yang memungkinkan diletakkan bak ukur. Titik yang diukur disebelah kanan dan kiri waterpass diberi simbol a, b dan c.
11
Pengukuran dilakukan secara teliti mulai dari patok pertama sampai pada patok terakhir. Semua data yang diperoleh dicatat pada tabel yang tersedia
B. Cara Mengoperasikan Alat Ukur Waterpass Ada 4 jenis kegiatan yang harus dikuasai dalam mengoperasikan alat ini, yaitu : a. Memasang alat di atas kaki tiga Alat ukur waterpass tergolong ke dalam Tripod Levels, yaitu dalam penggunaannya harus terpasang diatas kaki tiga. Oleh karena itu kegiatan pertama yang harus dikuasai adalah memasang alat ini pada kaki tiga atau statif. Pekerjaan ini jangan dianggap sepele, jangan hanya dianggap sekedar menyambungkan skrup yang ada di kaki tiga ke lubang yang ada di alat ukur, tetapi dalam pemasangan ini harus diperhatikan juga antara lain : Kedudukan dasar alat waterpass dengan dasar kepala kaki tiga harus pas, sehingga waterpass terpasang di tengah kepala kaki tiga. Kepala kaki tiga umumnya berbentuk menyerupai segitiga, oleh karena itu sebaiknya tiga skrup pendatar yang ada di alat ukur tepat dibentuk segitiga tersebut. Pemasangan skrup di kepala kaki tiga pada lubang harus cukup kuat agar tidak mudah bergeser apalagi sampai terlepas skrup penghubung kaki tiga dan alat terlepas. b. Mendirikan alat (Set-up) adalah memasang alat ukur yang sudah terpasang pada kaki tiga tepat di atas titik pengukuran dan siap untuk dibidikan, yaitu sudah memenuhi persyaratan berikut: Sumbu satu sudah dalam keadaan tegak, yang diperlihatkan oleh kedudukan gelembung nivo kotak ada di tengah. Garis bidik sejajar garis nivo, yang ditunjukkan oleh kedudukan gelembung nivo tabung ada di tengah atau nivo U membentuk huruf U. c. Membidikan alat adalah kegiatan yang dimulai dengan mengarahkan teropong ke sasaran yang akan dibidik, memfokuskan diafragma agar terlihat dengan jelas, memfokuskan bidikan agar objek yang dibidik terlihat jelas dan terakhir menepatkan benang diafragma tegak dan diafragma mendatar tepat pada sasaran yang diinginkan.
12
C. Membaca Hasil Pembidikan Ada 2 hasil pembidikan yang dapat dibaca, yaitu : a. Pembacaan benang atau pembacaan rambu. Pembacaan benang atau pembacaan rambu adalah bacaan angka pada rambu ukur yang dibidik yang tepat dengan benang diafragma mendatar dan benang stadia atas dan bawah. Bacaan yang tepat dengan benang diafragma mendatar biasa disebut dengan Bacaan Tengah (BT), sedangkan yang tepat dengan benang stadia atas disebut Bacaan Atas (BA) dan yang tepat dengan benang stadia bawah disebut Bacaan Bawah (BB). Karena jarak antara benang diafragma mendatar ke benang stadia atas dan bawah sama, maka : BA – BT = BT – BB atau BT = ½ ( BA – BB) Persamaan ini biasa digunakan untuk mengecek benar atau salahnya pembacaan. Kegunaan pembacaan benang ini adalah : Bacaan benang tengah digunakan dalam penentuan beda tinggi antara tempat berdiri alat dengan tempat rambu ukur yang dibidik atau diantara rambu-rambu ukur yang dibidik. Bacaan benang atas dan bawah digunakan dalam penentuan jarak antara tempat berdiri alat dengan tempat rambu ukur yang dibidik. Pembacaan rambu ukur oleh alat ini ada yang terlihat dalam keadaan tegak dan ada yang terbalik, sementara pembacaannya dapat dinyatakan dalam satuan meter (m) atau centimeter (cm). b. Pembacaan sudut Waterpass Pembacaan sudut waterpass seringkali juga dilengkapi dengan lingkaran mendatar berskala, sehingga dapat digunakan untuk mengukur sudut mendatar atau sudut horizontal. Ada 2 satuan ukuran sudut yang biasa digunakan, yaitu : Satuan derajat Pada satuan ini satu lingkaran dibagi kedalam 360 bagian, setiap bagian dinyatakan dengan 1 derajat (1°), setiap derajat dibagi lagi menjadi 60 bagian, setiap bagian dinyatakan dengan 1 menit (1’) dan setiap menit dibagi lagi kedalam 60 bagian dan setiap bagian dinyatakan dengan 1 detik (1”). Satuan grid. Pada satuan ini satu lingkaran dibagi kedalam 400 bagian, setiap bagian dinyatakan dengan 1 grid (1g), setiap grid dibagi lagi menjadi 100 bagian, setiap bagian dinyatakan dengan 1 centigrid (1cg) dan setiap centigrid dibagi lagi kedalam 100 bagian dan setiap bagian dinyatakan dengan 1 centi-centigrid (1ccg). Salah satu contoh pembacaan sudut horizontal dari alat ukur waterpass NK2 dari Wild.
13
c. Menghitung beda tinggi Untuk mengetahui beda tinggi antara (0) dengan (1) pada patok (A) dengan rumus benang tengah belakang-benang tengah muka, artinya : Benang tengah titik (0) – benang tengah titik (1) Beda tinggi = Benang tengah belakang – Benang tengah muka d. Menghitung rata-rata beda tinggi Untuk menghitung rata-rata beda tinggi dapat ditentukan dengan persamaan : Rata-rata beda tinggi
= Beda Tinggi pergi + Beda Tinggi pulang 2
D. Kesalahan Yang Terjadi Dalam Pengukuran Dalam melakukan pengukuran kita tidak luput dari kesalahankesalahan. Kesalahan itu dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu : a. Kesalahan Besar ( Mistakes Blunder ) Kesalahan ini dapat terjadi karena kurang hati-hati dalam melakukan pengukuran atau kurang pengalaman dan pengetahuan dari praktikan. Apabila terjadi kesalahan ini, maka pengukuran harus diulang atau hasil yang mengalami kesalahan tersebut dicoret saja. b. Kesalahan Sistimatis ( Sistematic Error ) Umumnya kesalahan ini terjadi karena alat ukur itu sendiri. Misalnya panjang meter yang tidak tepat atau mungkin peralatan ukurnya sudah tidak sempurna. Kesalahan ini dapat dihilangkan dengan perhitungan koreksi atau mengkaligrasi alat/memperbaiki alat. c. Kesalahan Yang Tidak Terduga/Acak ( Accidental Error ) Kesalahan ini dapat terjadi karena hal-hal yang tidak diketahui dengan pasti dan tidak diperiksa. Misalnya ada getaran pada alat ukur ataupun pada tanah. Kesalahan dapat diperkecil dengan melakukan observasi dan mengambil nilai rata-rata sebagai hasil. E. Hambatan Hambatan yang terjadi di lapangan ada beberapa faktor yang mempengaruhi jalannya/proses pengukuran yaitu : Faktor Kurangnya pemahaman tentang teori pengukuran Faktor bahan dan alat Terlebih lagi faktor cuaca juga memperlambat proses pengukuran karena apabila cuaca hujan, otomatis tim pengukur berhenti sejenak untuk berteduh dari hujan.
14
F. Perhitungan Hasil Pembacaan Alat Dari hasil pembacaan alat waterpass pada praktikum didapatkan data-data sebagai berikut : 1. Titik A = BA : 1,476 BT : 1,378 BB : 1,280 2. Titik B = BA : 1,550 BT : 1,462 BB : 1,370 3. Titik C = BA : 1,538 BT : 1,467 BB : 13,98 4. Sudut Horizontal pada waterpass berdasarkan perhitungan sudut azimuth (searah jarum jam) antara titk A ke C sebesar = 225o
Perhitungan Jarak D = (BA-BB) x 100 Titik A : D = (1,476 – 1,280) x 100 = 1,96 Titik B : D = (1,550 – 1,369) x 100 = 1,8 Titik C : D = (1,538 – 1,398) x 100 = 1,4
Bacaan Bak Ukur Titik A B C
BA
BT
BB
1,476 1,550 1,538
1,378 1,462 1,467
1,280 1,370 1,398
Jarak
Beda Tinggi
1,96 1,80 1,40
0 0 0
Rata2 Beda Tinggi 1,378 1,462 1,467
15
BAB III ISI
A.
Data Total Station .
16
17
B.
Data Waterpass
18
19
20
C.
Gambar
21
22
23
24
25
BAB IV PENUTUP
A. HAMBATAN Dalam pelaksanaan suatau kegiatan entah itu dalam skala besar maupun kecil tentunya ada hambatan yang di dapat. Ini bukan menjadi menurun semngat dalam melaksanakan hal tersebut tapi malah menjadi motivasi untuk kedepanya menjadi lebih baik dan mampu memperbaiki hal yang kita tidak sengaja lakukan. Hambatan dalam peraktek Ilmu Ukur Tanah ini atara lain adalah sebagai berikut: 1.
Untuk mendapatkan tinggi titik di permukaan tanah guna penggambaran
peta kontur maka diperlukan pengukuran beda tinggi pada poligon. 2.
Kurangnya pemahaman terhadap oprsional alat sehingga terjadi kesalahan
pada saat input data. 3.
Adanya halangan saat menembak situasi berupa pohon-pohon dan
kendaraan bermotor. 4.
Untuk mendapatkan hasil yang benar maka hasil pengukuran sudut
jurusan, jarak dan beda tinggi titik harus mendapatkan koreksi dengan ketentuan tidak melebihi batas toleransi.
B. Kesimpulan Dari hasil praktikum yang kami lakukan maka dapat kami simpulkan bahwa : 1.
Waterpass Dan Total Station adalah alat ruang yang digunakan untuk
mengukur sudut jurusan, jarak dan beda tinggi titik di permukaan tanah. 2.
Poligon adalah rangkaian garis khayal di atas permukaan bumi yang
merupakan garis lurus yang menghubungkan titik-titik dan merupakan suatu obyek pengukuran. Poligon juga biasa disebut sebagai rangkaian segi banyak untuk pembuatan peta. 3.
Untuk mendapatkan hasil yang benar maka hasil pengukuran sudut
jurusan, jarak dan beda tinggi titik harus mendapatkan koreksi dengan ketentuan tidak melebihi batas toleransi.
26
4.
Untuk mendapatkan tinggi titik di permukaan tanah guna penggambaran
peta kontur maka diperlukan pengukuran beda tinggi pada poligon.
C. Saran 1.
Agar waktu pelaksanaan praktikum dapat dipercepat sehingga dalam
pembuatan laporan tidak terburu-buru. 2.
Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang besar sebaiknya dalam
menjalankan praktikum, praktikan harus dibimbing sebaik-baiknya mengingat praktikan baru pertama kali melakukan pengukuran seperti ini. 3.
Untuk mendapatkan hasil yang baik dan maksimal diperlukan tingkat
ketelitian yang sangat tinggi.
Dengan ada pembelajaran praktek lansung dilapangan menjadikan lebih mudah untuk memahami ilmu ukur tanah. Dan juga dengan praktek ini mahasiswa mampu menarik kesimpulan dan juga mendapatkan gambaran tentang apa yang akan mahasiswa dapatkan dalam dunia kerja kedepannya. Ilmu yang didapat diharapkan dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya khususnya di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dan juga adengan hal ini beberapa hal kesalahan dan apapun yang belum dapat di laksanakan dapat di introveksi untuk ke depanya lebih baik dan dalam pemahaman oprasional penggunaan alat lebih dipelajari sehingga tidak terjadi kehilangan data dan pencarian data yang berulang-ulang
27
Daftar Pustaka
Sebagai bahan refrensi dan acuan kelompok 1, kami mencantumkan beberapa sumber hasil kajian yang kami pakai dalam patokan pengerjaan laporan ini adalah sebagai berikut :
a.
http://www.academia.edu/5789251/Ilmu_Ukur_Tanah_Laporan
b.
http://lisabowo73.blogspot.com/2012/05/laporan-praktikum-ilmu-ukur-
tanah-ii.html c.
http://yogie-civil.blogspot.com/2010/06/alat-ukut-tanah-modern.html
d.
http://blogdedd.blogspot.com/2013/05/contoh-laporan-ilmu-ukur-tanah-
teknik.html e.
http://cvunitechindosurta.indonetwork.co.id/4057037/cara-mudah-
menggunakan-total-station-nikon-dtm-series.htm f.
http://veronikwidi.blogspot.com/2012/06/langkah-kerja-ilmu-ukur-tanah-
situasi.html
28
Lampiran
29
30
31