The Role of Atopy in Otitis Media With Effusion Among Primary School Children: Audiological Investigation
Represented by : Mega Vijiar R
Tutors : dr. Dina Permatasari Sp.THT-KL
DEPARTMENT OF OTORHINOPHARYNGOLOGY HEAD & NECK RSUD dr. ADHYATMA, MPh
Judul:
The Role of Atopy in Otitis Media With Effusion Among Primary School Children: Audiological Investigation
Penulis
: F. Martines, G. Martinciglio, E. Martines, D. Bentivegna
Tanggal
Terbit: 2010
Diterbitkan
oleh: Eur Arch Otorhinolaryngol
(2010) 267:1673–1678
Insiden pada anak anak 6-64 %
OME
hilangnya pendengaran
kesulitan belajar
keterlambatan perkembangan bahasa
Riwayat atopi
prevalensi OME
mengevaluasi
peran atopi pada otitis media dengan efusi (OME) pada anak-anak yang duduk di bangku sekolah dasar di Sisilia bagian barat, penelitian ini berfokus pada karakteristik audiologi antara subyek atopik dan non-atopik penderita OME
Penelitian
ini dilakukan oleh Departemen Audiologi, Universitas Palermo, bersama dengan Distrik Sciacca, memeriksa sekelompok anak-anak yang duduk di bangku sekolah dasar di Sciacca pada September 2006 sampai Juni 2007.
313 pasien
Usia 5-6 tahun
155 laki “
158 perempuan Prosedur penelitian dijelaskan dengan lengkap kepada pasien atau wali mereka, dan informed consent tertulis diperoleh dari setiap pasien
semua anak menjalani tes tusuk kulit dan pemeriksaan dengan otoskop. Tes kulit dilakukan dengan menggunakan 12 alergen umum dan musiman: Alternaria, Aspergillus, Cladosporium, Penicillium, ragweed, rumput campuran, pohon campuran, kecoa, tungau, Dermatophagoides farinae, Dermatophagoides pteronyssinus serta epitel kucing dan anjing. Alergen makanan yang diuji adalah: susu, telur, kacang tanah, kacang pohon, makanan laut, kerang, kedelai dan gandum. Cairan histamin dan saline masing-masing digunakan sebagai kontrol positif dan negatif. Hasilnya dievaluasi setelah 10 menit. Bulatan dengan diameter ≥3 mm dibandingkan bercak di lokasi kontrol negatif dianggap positif.
Kriteria inklusi Anak-anak dengan setidaknya satu tes cukit positif terhadap antigen manapun digolongkan sebagai atopik dan termasuk dalam kelompok 1 (G1), sedangkan anakanak dengan tes cukit negatif diperlakukan sebagai control nonatopik dan termasuk dalam kelompok 2 (G2).
Kriteria eksklusi
Anak-anak dengan malformasi tengkorakwajah, sindrom Down, perforasi membran thympani dan tuba eustachii dieksklusi dari penelitian.
efusi telinga tengah menetap yang tercatat dengan pemeriksaan otoscopic selama minimal 3 bulan. adanya tympanogram B atau C (tympanogram B : cairan di telinga tengah, tympanogram c :gangguan fungsi tubua eustachii ) tidak adanya refleks akustik ipsilateral dan hilangnya pendengaran konduktif lebih besar dari 25 dB pada salah satu dari frekuensi dari 250 Hz sampai 4 kHz. Audiogram dilakukan jika anak memiliki tipe tympanogram B atau C. Tes audiometri yang dilakukan menggunakan audiometer nada murni yang telah dikalibrasi diaplikasikan pada setiap telinga pada frekuensi 0.5, 1.0, 2.0 dan 4.0 kHz.
Dari 40 anak-anak dengan OME, 24 anak (60%) adalah atopik (G1), sedangkan 16 anak lainnya (40%) adalah non-atopik (G2) (Gbr. 1a, b).
Dari 56 anak dalam G1, 24 anak (42,85%) ditemukan menderita OME sedangkan 32 anak (57,15%) adalah sehat. Dari 254 anak-anak non-atopik dalam G2, 16 anak (6,29%) didiagnosis dengan OME sementara yang lain (93,71%) adalah sehat (Tabel 1) (Gbr. 2).
-Sebanyak 28 subyek memiliki OME bilateral (70%) dan 12 subyek memiliki OME unilateral (7 anak pada telinga kanan dan 5 anak pada telinga kiri) dengan total 68 telinga. -Pada G1, 19 kasus (79,17%) ditemukan sebagai OME bilateral dan OME unilateral sebanyak 5 kasus (20,83%) untuk total 43 telinga - sementara di G2, OME bilateral ditemukan sebanyak 9 kasus (56,25%) dan OME unilateral ditemukan sebanyak 7 kasus (43,75%) untuk total 25 telinga (Gambar 3a, b).
-Dari total 68 telinga, 48 telinga (65%) memiliki tympanogram B dengan tes refleks negatif dan 20 telinga memiliki tympanogram C dengan tes refleks negatif (35%). -Pada anak-anak atopik dengan OME (G1), 34 telinga (79,07%) memiliki tympanogram B dan 9 anak memiliki tympanogram C (20,93%) -sedangkan di G2, 14 telinga (56%) memiliki tympanogram B dan 11 anak memiliki tympanogram C (44% ).
Ambang audiometri yang diamati pada populasi OME diperoleh 42 telinga (61,76%) memiliki gangguan pendengaran antara 25 dan 30 dB, 22 telinga (32,35%) antara 35 dan 40 dB, 3 telinga (4,41%) antara 45 dan 50 dB, dan 1 telinga ( 1,47%) antara 55 dan 60 dB. Rata-rata konduksi udara nada murni menurut diagnosis menggunakan frekuensi 500 Hz-4 kHz adalah, masing-masing, 31,97 dB untuk G1 dan G2 29,8 dB untuk G2
Tingkat prevalensi OME dalam penelitian ini terdiri atas 310 anak usia antara 5 dan 6 tahun adalah 12,9%. Hasil ini lebih tinggi daripada di sebagian besar penelitian lain. Karena :
faktor usia adalah salah satu faktor risiko terpenting untuk penyakit OME. Zielhuis dkk prevalensi OME memiliki dua puncak: puncak pertama sekitar usia 2 tahun, mungkin disebabkan oleh ketidak matangan fungsi sistem imun tubuh dan keragaman anatomis dan fungsional dari tuba estachius (misalnya, orientasi yang hampir horisontal), dan terdapat pada usia sekitar 5 tahun, mungkin mengarah ke persentase ISPA yang lebih tinggi pada anak-anak yang berada di kelas yang sama.
Populasi pada penelitian ini memiliki rentang usia 5-6 tahun yang bertepatan dengan puncak kedua yang dilaporkan oleh Zielhuis, menegaskan pentingnya peran usia sebagai faktor risiko untuk OME.
Selain metode yang digunakan dan usia yang dipertimbangkan, tingkat prevalensi yang berbeda bisa juga tergantung pada tingginya persentase atopi antara populasi yang di-screening. Bahkan, sebuah studi terkontrol menunjukkan adanya peningkatan OME pada anak dengan riwayat atopik atau tes cukit positif dibandingkan dengan anak normal.
prevalensi OME dikalangan anak-anak sekolah dasar usia 5-6 tahun, dalam penelitian ini, adalah 12,9%. Hasil penelitian mengidentifikasi sekelompok variabel sebagai faktor risiko OME. Penelitian ini menunjukkan umur dan alergi, secara spesifik, dapat menjadi faktor risiko penting untuk OME. Sebanyak 60% anak-anak dengan OME adalah atopik, sedangkan 42,85% anak yang memiliki alergi menderita OME. Hasil yang berdasarkan pengukuran audiologi tersebut tampaknya mendukung hipotesis bahwa peradangan alergi dapat memiliki peran dalam pembentukan/genesis dan kambuhnya OME secara tidak langsung dengan menyebabkan sumbatan persisten dari tuba estachius atau langsung melalui inflamasi mukosa telinga tengah, tetapi hal tersebut masih perlu penyelidikan lebih lanjut dengan cara melakukan penelitian lain.
Judul sudah menggambarkan isi penelitian secara jelas
TITLE:
The Role of Atopy in Otitis Media With Effusion Among Primary School Children: Audiological Investigation
Kedudukan variaibel yang diukur sudah tercermin dengan jelas
P
• sekelompok anak-anak usia 5-6 th yang duduk di bangku sekolah dasar di Sciacca pada September 2006 sampai Juni 2007 • tes tusuk kulit dan pemeriksaan dengan otoskop, Apabila ditemukan kelainan sugestif dari OME, yang terdiri dari adanya retraksi membran timpani, tingkat cairan (fluid level), gelembung atau hipervaskularisasi, maka tympanogram dan refleks akustik ipsilateral dilakukan.
i c O
•• bahwa peradangan alergi memiliki peran dalam pembentukan/genesis dan kambuhnya OME secara tidak langsung dengan menyebabkan sumbatan persisten dari tuba estachius atau langsung melalui inflamasi mukosa telinga tengah.