298486825-gangguan-jiwa-pada-anak-dan-remaja.pdf

  • Uploaded by: Tio Arbaan
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 298486825-gangguan-jiwa-pada-anak-dan-remaja.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 4,161
  • Pages: 24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keperawatan Jiwa merupakan suatu keadaan yang memungkinkan untuk terjadinya perkembangan fisik, intelektual, dan emosional individu secara optimal, sejauh perkembangan tersebut sesuai dengan perkembangan optimal individu-individu lain. Sementara itu, Gangguan Jiwa adalah suatu keadaan dengan adanya gejala klinis yang bermakna, berupa sindrom pola perilaku dan pola psikologik, yang berkaitan dengan adanya distress (tidak nyaman, tidak tentram, rasa nyeri), distabilitas (tidak mampu mengerjakan pekerjaan sehari-hari), atau meningkatkan resiko kematian, kesakitan, dan distabilitas. Gangguan jiwa terdiri dari beberapa macam termasuk diantaranya adalah Gangguan Jiwa Pada Anak dan Remaja. Berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan, remaja adalah usia yang rentan, konsep diri nya belum matang, masih terlalu mudah meniru perilaku dari idolanya, kemampuan analisisnya masih rendah, kemampuan kontrol emosi juga masih rendah. Gangguan Jiwa pada anak-anak merupakan hal yang banyak terjadi, yang umumnya tidak terdiagnosis dan pengobatannya kurang adekuat. Masalah kesehatan jiwa terjadi pada 15% sampai 22% anakanak dan remaja, namun yang mendapatkan pengobatan jumlahnya kurang dari 20% (Keys, 1998). Gangguan hiperaktivitas-defisit perhatian (ADHD/ Attention Deficit-Hyperactivity Disorder) adalah gangguan kesehatan jiwa yang paling banyak terjadi pada anak-anak, dimana insidensinya diperkirakan antara 6% sampai 9%. Gangguan Jiwa pada Anak dan Remaja adalah perilaku yang tidak sesuai dengan tingkat usianya, menyimpang bila dibandingkan dengan norma budaya, yang mengakibatkan kurangnya atau terganggunya fungsi adaptasi (Townsend, 1999). Dasar untuk memahami gangguan yang terjadi pada bayi, anak-anak, dan remaja adalah dengan menggunakan Gangguan jiwa pada Anak dan Remaja|

1

teori perkembangan. Penyimpangan dari norma-norma perkembangan merupakan tanda bahaya penting adanya suatu masalah. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 10 sampai 19 tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal ( 10-14 tahun ), masa remaja penengahan ( 14-17 tahun ) dan masa remaja akhir ( 17-19 tahun ). 1.2 Perumusan Masalah Dalam penyusunan makalah ini, kami merumuskan masalah pada asuhan keperawatan jiwa. 1.3 Tujuan Penyusunan  Tujuan umum : Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang kesehatan jiwa anak dan remaja sehingga dapat menciptakan lingkuangan yang kondusif untuk perkembangan anak.  Tujuan khusus : 1. Memberikan pembekalan kepada tenaga kesehatan untuk dapat menyampaikan informasi kepada masyarakat mengenai kesehatan jiwa anak dan remaja. 2. Meningkatkan peran serta mahasiswa dalam menangani anak dan remaja bermasalah dan upaya pencegahannya. 3. Meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa anak dan remaja. 1.4 Manfaat Penyusunan Untuk mengetahui proses asuhan keperawatan jiwa terutama gangguan jiwa pada anak dan remaja.

BAB II Gangguan jiwa pada Anak dan Remaja|

2

PEMBAHASAN 2.1 Konsep Medis A. Defenisi Gangguan Jiwa pada Anak dan Remaja adalah perilaku yang tidak sesuai dengan tingkat usianya, menyimpang bila dibandingkan dengan norma budaya, yang mengakibatkan kurangnya atau terganggunya fungsi adaptasi (Townsend, 1999). Dasar untuk memahami gangguan yang terjadi pada anak dan remaja adalah dengan menggunakan teori perkembangan. Penyimpangan dari normanorma perkembangan merupakan tanda bahaya penting adanya suatu masalah. Berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan, remaja adalah usia yang rentan, konsep diri nya belum matang, masih terlalu mudah meniru perilaku dari idolanya, kemampuan analisisnya masih rendah, kemampuan kontrol emosi juga masih rendah. B. Etiologi Tidak ada penyebab tunggal dalam gangguan jiwa pada anak-anak dan remaja. Berbagai situasi, termasuk faktor psikobiologik, dinamika keluarga, dan faktor lingkungan berkombinasi secara kompleks. 1. Faktor-faktor psikobiologik a. Riwayat genetika keluarga, seperti retardasi mental, autisme, skizofrenia, gangguan per

ilaku, gangguan bipolar, dan gangguan

ansietas. b. Abnormalitas struktur otak. Penelitian menemukan adanya abnormalitas struktur otak dan perubahan neurotransmitter pada pasien yang menderita autisme, skizofrenia kanak-kanak, dan ADHD. c. Pengaruh pranatal, seperti infeksi maternal, kurangnya perawata pranatal, dan ibu yang menyalahgunakan zat, semuanya dapat menyebabkan abnormalitas perkembangan saraf yang berkaitan dengan gangguan jiwa. Trauma kelahiran yang berhubungan dengan berkurangnya suplai oksigen pada janin sangat signifikan dalam Gangguan jiwa pada Anak dan Remaja|

3

terjadinya retardasi mental dan gangguan perkembangan saraf lainnya. d. Penyakit kronis atau kecacatan dapat menyebabkan kesulitan koping bagi anak. 2. Dinamika keluarga 1) Penganiayaan anak. Anak yang terus-menerus dianiaya pada masa kanak-kanak awal, perkembangan otaknya kurang adekuat (terutama otak kiri). Penganiayaan dan efeknya pada perkembangan otak berkaitan dengan berbagai masalah psikologis, seperti depresi, masalah memori, kesulitan belajar, impulsivitas, dan kesulitan dalam membina hubungan (Glod, 1998). 2) Disfungsi sistem keluarga (mis., kurangnya sifat pengasuhan, komunikasi yang buruk, kurangnya batasan antar generasi, dan perasaan terjebak) disertai dengan keterampilan koping yang tidak adekuat antaranggota keluarga dan model peran yang buruk dari orang tua. 3. Faktor lingkungan a. Kemiskinan, perawatan pranatal yang tidak adekuat, nutrisi yang buruk, dan kurang terpenuhinya kebutuhan akibat pendapatan yang tidak mencukupi dapat memberi pengaruh buruk pada pertumbuhan dan perkembangan normal anak. b. Tunawisma, anak-anak tunawisma memiliki berbagai kebutuhan kesehatan yang memengaruhi perkembangan emosi dan psikologi mereka. Berbagai penelitian menunjukkan adanya peningkatan angka penyakit ringan kanak-kanak, keterlambatan perkembangan dan masalah psikologis diantara anak tunawisma ini bila dibandingkan dengan sampel kontrol (Townsend, 1999). c. Budaya keluarga. Perilaku orang tua yang secara dramatis berbeda dengan budaya sekitar dapat mengakibatkan kurang diterimanya anak-anak oleh teman sebaya dan masalah psikologik.

Gangguan jiwa pada Anak dan Remaja|

4

Faktor lain yang mempengaruhi Gangguan jiwa pada anak & remaja; a. Sibling rivalry, persaingan dengan sudara kandung, "seorang anak yang dibandingkan dengan sauadara kandungnya secara terus menerus dan dalam jangka waktu lama maka dia bisa mengalami gangguan konsep diri harga diri rendah". b. Loneliness, kesepian atau kesendirian adalah sebuah situasi dimana anak tidak memiliki teman, jarang bermain dengan teman sebaya karena berbagai alasan, diharuskan mengasuh adik, diminta bekerja oleh orang tua, dipekerjakan oleh orang lain dll, resiko yang mungkin muncul adalah halusinasi c. Salah pergaulan, jika anak salah berkumpul dengan grup yang salah maka mereka bisa melakukan perilaku kekerasan secara kelompok. d.

Karena status orang tua, seorang anak yang memiliki seorang bapak yang ditetapkan menjadi tersangka kasus korupsi kemudian ditahan maka anak tersebut akan berusaha menghindar dari sosial atau melakukan isolasi social.

C. Patofisiologi Retardasi mental termasuk kelemahan atau ketidak mampuan kognitif yang muncul pada masa kanak – kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai dengn fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang) dan disertai dengan keterbatasan – keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaptif : berbahasa dan berbicara, ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan, keterampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, bersantai dan bekerja (AAMR 1992). Penyebab retardasi mental dapat digolongkan menjadi penyebab Gangguan jiwa pada Anak dan Remaja|

5

prenatal,yaitu penyakit kromosom (trisomi 21/down sindrom, sindrom Fragile-X,

ganggunan

sindrom

(distrofi

otot

duchenne,

neurofibromatosis (tipe1)) dan gangguan metabolisme sejak lahir (fenilketonuria), perinatal, penyebab perinatal yaitu yang berhubungan dengan masalah intrauterin seperti abrupti plasenta, DM, prematur, serta kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intra kranial, posnatal yaitu mencakup kondisi-kondisi yang terjadi karena cedera kepala, infeksi dan gangguan degeneratif dan demielinisdasi. Sindrom Fragile X, sindrom Down, dan sindrom alkohol fetal merupakan sepertiga

individu-individu

yang

menderita

retardasi

mental.

Munculnya masalah-masalah seperti paralisis serebral, defisit sensoris, gangguan psikiatrik dan kejang berhubungan dengan retardasi mental yang lebih berat. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak, prognosis jangka panjang ditentukan seberapa jauh penderita dapat berfungsi mandiri dalam masyarakat.

D. Manifestasi Klinik 

Gangguann kognitif



Lambatnya ketrampilan ekpresi dan resepsi bahasa



Gagal melewati tahap perkembangan yang utama



Lingkar kepala diatas atau dibawah normal



Kemungkinan lambatnya pertumbuhan



Kemungkinan tonus otot abnormal



Kemungkinan ciri-cir dismorfik



Terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar Gangguan jiwa pada Anak dan Remaja|

6

E. Jenis Gangguan Jiwa Anak dan Remaja 1. Gangguan perkembangan pervasif. Ditandai dengan masalah awal pada tiga area perkembangan utama: perilaku, interaksi sosial, dan komunikasi. a. Retardasi mental Muncul sebelum usia 18 tahun dan dicirikan dengan keterbatasan sustandar dalam berfungsi, yang dimanifestasikan dengan fungsi intelektual secara signifikan berada dibawah ratarata (mis., IQ dibawah 70) dan keterbatasan terkait dalam dua bidang ketrampilan adaptasi atau lebih (mis., komunikasi, perawatan diri, aktivitas hidup sehari-hari, ketrampilan sosial, fungsi dalam masyarakat, pengarahan diri, kesehatan dan keselamatan, fungsi akademis, dan bekerja. b. Autisme Dicirikan dengan gangguan yang nyata dalam interaksi sosial dan komunikasi, serta aktivitas dan minat yang terbatas (Johnson,

1997).

Gejala-gejalanya

meliputi

kurangnya

responsivitas terhadap orang lain, menarik diri dan berhubungan sosial, kerusakan yang menonjol dalam komunikasi, dan respon yang aneh terhadap lingkungan (mis., tergantung pada benda mati dan gerakan tubuh yang berulang-ulang seperti mengepakkan tangan, bergoyang-goyang, dan memukul-mukul kepala). c. Ganguan perkembangan spesifik

Gangguan jiwa pada Anak dan Remaja|

7

Dicirikan dengan keterlambatan perkembangan yang mengarah pada kerusakan fungsional pada bidang-bidang, seperti membaca, aritmatika, bahasa, dan artikulasi verbal. 2. Defisit perhatian dan gangguan perilaku disrutif a. Attention Deficit-Hyperactivity Disorder (ADHD) Dicirikan dengan tingkat gangguan perhatian, impulsivitas, dan hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan. Menurut DSM IV, ADHD pasti terjadi di sekitanya dua tempat (mis., disekolah dan di rumah) dan terjadi sebelum usia 7 tahun (DSM IV, 1994). b. Gangguan perilaku Dicirikan

dengan

perilaku

berulang,

disuptif,

dan

kesengajaan untuk tidak patuh, termasuk melanggar norma dan peraturan social. Sebagian besaranak-anak dengan gangguan ini mengalami penyalahgunaan zat atau gangguan kepribadian antisocial setelah berusia 18 tahun. Contoh perilaku pada anakanak dengan gangguan ini meliputi mencuri, berbohong, menggertak, melarikan diri, membolos, menyalahgunakan zat, melakukan pembakaan, bentuk vandalisme yang lain, jahat terhadap binatang, dan seranga fisik terhadap orang lain. c. Gangguan penyimpangan oposisi Gangguan ini merupakan bentuk gangguan perilaku yang lebih ringan, meliputi perilaku yangkurang ekstrim. Perilaku dalam gangguan ini tidak melanggar hak-hak orang lain sampai tingkat yang terlihat dalam gangguan perilaku. Perilaku dalam gangguan

ini

menujukkan

sikap

menentang,

seperti

berargumentasi, kasar, marah, toleransi yang rendah erhadap Gangguan jiwa pada Anak dan Remaja|

8

frustasi, dan menggunakan minuman keras, zat terlarang, atau keduanya. 3. Gangguan ansietas sering terjadi pada Anak dan Remaja dan berlanjut ke masa dewasa. a. Gangguan obsesif kompulsif, gangguan ansietas umum, dan fobia banyak terjadi pada anak-anak dan remaja, dengan gejala yang sama dengan yang terlihat pada orang dewasa. b. Gangguan ansietas akibat perpisahan adalah gangguan masa kanak-kanak yang ditandai dengan rasa takut berpisah dari orang yangpaling dekat dengannya. Gejala-gejalanya meliputi menolak pergi ke sekolah, keluhan somatic, ansietas berat terjadap perpisahan dan khawatir tentang adanya bahaya pada orang-orang yang mengasuhnya. 4. Skizofrenia a. Skizofrenia anak-anak jarang terjadi dan sulit didiagnosis. Gejalagejalanya dapat menyerupai gangguan pervasive, seperti autisme. Walaupun penelitian tentang skizofrenia anak-anak sangat sedikit, namun telah dijumpai perilaku yang khas (Antai-Otong, 1995b), seperti beberapa gangguan kognitif dan perilaku, menarik diri secara social, komunikasi. b. Skizofrenia pada remaja merupakan hal yang umum dan insidensinya selama masa remaja akhir sangat tinggi. Gejalagejalanya mirip dengan skizofrenia dewasa. Gejala awalnya meliputi perubahan ekstrim dalamperilaku sehari-hari, isolasi social, sikap yang aneh, penurunan nilai-nilai akademik, dan mengekspresikan perilaku yang tidak disadarinya. 5. Gangguan mood Gangguan jiwa pada Anak dan Remaja|

9

a. Gangguan ini jarang terjadi pada masa anak-anak dan remaja dibanding pada orang dewasa (Kelter, 1999). Prevalensi pada anak-anak dan remaja berkisar antara 1% sampai 5% untuk gangguan depresi. Eksistensi gangguan biolar (jenis manik) pada anak-anak masih controversial. Prevalensi penyakit bipolar pada remaja diperkirakan 1%. Gejala depresi pada anak-anak sama dengan yang diobservasi pada orang dewasa. b. Bunuh diri. Adanya gangguan mood merupakan faktor yang serius untuk bunuh diri. Bunuh diri adalah penyebab kematian utama ketiga pada individu berusia 15 sampai 24 tahun. Tandatanda bahaya bunuh diri pada remaja meliputi menarik diri secara tiba-tiba,

berperilaku

keras

atau

sangat

memberontak,

menyalahgunakan obat atau alkohol, secara tidak biasanya mengabaikan penampilan diri, kualitas tugas-tugas sekolah menurun, membolos, keletian berlebihan dan keluhan somatic, respon yang buruk terhadap pujian, ancaan bunuh diri yang terang-terangan secara verbal, dan membuang benda-benda yang didapat sebagai hadiah ( Newman, 1999). 6. Gangguan penyalahgunaan zat. a. Gangguan ini banyak terjadi ; diperkirakan 32% remaja menderita gangguan

penyalahgunaan

zat

(Johnson,

1997).

Angka

penggunaan alkohol atau zat terlarang lebih tinggi pada anak lakilaki dibanding perempuan. Risiko terbesar mengalami gangguan ini terjadi pada mereka yang berusia antara 15 sampai 24 tahun. Pada remaja, perubahan penggunaan zat dapat berkembang menjadi ketegantungan zat dalam waktu 2 tahun sedangkan pada orang dewasa membutuhkan waktu antara 15 sampai 20 tahun. b. Komorbiditas dengan gangguan psikiatrik lainya merupakan hal yang banyak terjadi, termasuk gangguan mood, gangguan ansietas, dan gangguan perilaku disruptif. Gangguan jiwa pada Anak dan Remaja|

10

c. Tanda-bahaya penyalahgunaan zat pada remaja, diantaranya adalah penurunan fungsi sosial dan akademik, perubahan dari fungsi sebelumnya, seperti perilaku menjadi agresif atau menarik diri dari interaksi keluarga, perubahan kepribadian dan toleransi yang rendah terhadap frustasi, berhubungan dengan remaja lain yang juga menggunakan zat, menyembunyikan atau berbohong tentang penggunaan zat.

F. Teori Perkembangan Jiwa Anak dan Remaja a. teori perkembangan fisio-biologis. Tiga konsep utama yang melandasi fisio-biologis perkembangan individu adalah kepribadian, sifat (traits), dan tempramen. Kepribadian didefenisikan sebagai elemen-elemen yang membentuk reaksi menyeluruh individu terhadap lingkungan. Tempramen adalah gaya prilaku sebagai reaksinya terhadap lingkungan dan berkaitan dengan traits yang atribut kepribadian. Walau tidak bersifat genetic, sifat bawaan (inbron trsits) menghasilkan respon sosial yang berbeda yang mempengaruhi pola keterkaitan (attachment patterns) dan perkembangan psikologis. Body image (citra tubuh) merupakan konsep biofisik yang juga mempunyai dimensi biologis dan sosial dalam perkembangan seseorang. Bersifat dinamis, dan berkembangan mengikuti berkembang mengikuti perkembangan internasional, lingkungan, dan citra tubuh ideal dan penyesuaian sebagai respon terhadap pertumbuhan fisik dan pengalaman hidup. Maturasi secara teratur dan berangsur terbentuk yang membedakan anak sebagai bagian yang terpisah dari ibunya, dan skema tubuh mereka menjadi lebih mantap dan stabil pada akhirnya masa remaja. b. Teori Perkembangan Psikologis Teori psikoanalitis yang dikembangkan oleh Freud, begitu pula teori interpersonal yang dikenalkan oleh Sullivan mendasari teori psikologis perkembangan. Freud adalah orang pertama yang menemukan teori perkembangan kepribadian dalam pengobatan psikoanalitis pada orang Gangguan jiwa pada Anak dan Remaja|

11

dewasa. Ia menekankan pada tahapan perkembangan dan pengaruh pengalaman masa kecil terhadap perilaku pada saat dewasa. Freud menyatakan bahwa masa lima tahun pertama kehidupan anak sangat penting dan pada usia lima tahun karakter dasar yang dimiliki anak telah terbentuk dan tidak daapt diubah lagi. Freud juga mengenalkan antara lain konsep transferens, ego, mekanisme koping (coping mechanism),. Sullivan memfokuskan teori perkembangan anak pada hubungan antara manusia. Tema sentral teori Sullivan berkisar pada ansietas dan menekankan bahwa masyarakat sebagai pembentuk keribadian. Anak belajar perilaku tertentu karena hubungan interpersonal. c. Teori Perkembangan Kognitif Teori Piaget menekankan bahwa cara anak berpikir berbeda dengan orang dewasa, bahkan anak belajar secara spontan tanpa mendapatkan masukan dari orang dewasa. Menurut Piaget, anak belajar melalui proses meniru dan bermain. Menunjukkan proses kegiatan asimilasi dan akomodasi, yang menjabarkan tiap tahap dan usai dari kematangan kognitif anak. Perkembangan kognitif mengintegrasikan struktur pola perilaku sebelumnya ke arah pola perilaku baru yang lebih kompleks. Kecepatan tiap tahap perkembangan dipengaruhi oleh perbedaan tiap individu dan pengaruh sosial. Piaget tidak setuju dengan pendapat ilmuwan lain bahwa orang dewasa dipengaruhi oleh tingkat perkembangan sebelumnya. d. Teori Perkembangan Bahasa Penguasaan bahasa merupakan tugas perkembangan utama pada masa kanak-kanak, yang mana struktur linguistik dan kognitif berkembang secara paralel. Chomsky (1975) dalam teorinya menyatakan bahwa anak menggunakan dan menginterpretasikan kalimat baru melalui proses kognitif internal yang disebut dengan transformasi, yaitu penyusunan kata menjadi kalimat. Mula-mula anak memverbalisasi persepsi mereka dengan memberi nama tentang hal yng dipersepsikan, kemudian meningkat dengan memverbalisasi emosi mereka. Pemberian nama pada objek dan perasaan yang dialami, meningkatkan rasa kontrol anak terhadap Gangguan jiwa pada Anak dan Remaja|

12

perasaannya, yang dengan sendirinya membantu mereka untuk membedakan apa yang nyata dan yang tidak. Perkembangan anak memudahkan uji realitas dan sebagai dasar terhadap identitas dan perbedaan semua dimensi pada anak yang sedang berkembang. e. Teori Perkembangan Moral Perkembangan moral diartikan sebagai konversi sikap dan konsep primitif ke dalam standar moral yang komprehensif. Proses transformasi ini merupakan bagian dari/dan tergantung pada kumpulan pertumbuhan kognitif anak, yang timbul sejalan dengan hubungan anak dengan dunia luar. Teori perkembangan moral anatara lain dikemukakan oleh Freud, Piaget, dan Kohlberg. f. Teori Psikologis Ego Teori psikologi ego yang menjembatani psikoanalisis dengan psikologi perkembangan ini menggunakan pendekatan struktural untuk memnahami individu dengan berfokus pada ego atau diri sebagai unsur mandiri. Ilmuwan yang mendukung teori ini berkeyakinan bahwa ego dan unsur rasional yang menentukan pencapaian intelektual dan sosial terdiri dari sumber energi, motif, dan rasa tertarik. Pada dasarnya tidak ada satu teori pun yang secara lengkap menjelaskan perkembangan jiwa anak dan menyimpulkan secara holistik tentang penyimpangan kesehatan jiwa pada anak termasuk landasan intervensi yang perlu dilakukan. Oleh karena itu dalam keperawatan jiwa pada anak dapat digunakan suatu pendekatan yang berfokus pada keterampilan kompetensi ego anak. Menurut Stuart dan Sundeen (1995), pendekatan ini sangat efektif dan sensitif secara kultural dalam merencanakan dan mengimplementasikan intervensi keperawatan apapun diagnosis psikiatri atau dimanapun tatanan pelayanan kesehatan jiwa diberikan. Sembilan keterampilan kompetensi ego yang perlu dimiliki oleh semua anak untuk menjadi seorang dewasa yang kompeten menurut Strayhorn (1989) adalah : a. Menjalin hubungan dekat dengan penuh rasa percaya. b. Mengatasi perpisahan dan membuat keputusan yang mandiri. Gangguan jiwa pada Anak dan Remaja|

13

c. Membuat keputusan dan mengatasi konflik interpersonal secara bersama. d. Mengatasi frustrasi dan kejadian yang tidak menyenangkan. e. Menyatakan perasaan senang dan merasakan kesenangan. f. Mengatasi penundaan kepuasan. g. Bersantai dan bermain. h. Proses kognitif melalui kata-kata, simbol dan citra (image). i. Membina perasaan adaptif terhadap arah dan tujuan. G. Penatalaksanaan Gangguan Psikiatrik pada Anak-anak dan Remaja 1. Perawatan berbasis komunitas saat ini lebih banyak terdapat pada managed care. a. Pencegahan primer melalui berbagai program sosial yang ditujukan untuk menciptakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan anak. Contohnya adalah perawatan pranatal awal, program intervensi dini bagi orang tua dengan faktor resiko yang sudah diketahui dalam membesarkan anak, dan mengidentifikasi anak-anak yang berisiko untuk memberikan dukungan dan pendidikan kepada orang tua dari anak-anak ini. b. Sekunder dengan menemukan kasus secara dini pada anak-anak yang mengalami kesulitan di sekolah sehingga tindakan yang tepat dapat segera dilakukan. Metodenya meliputi konseling individu dengan program bimbingan sekolah dan rujukan kesehatan jiwa komunitas, layanan intervensi krisis bagi keluarga yang mengalami situasi traumatik, konseling kelompok di sekolah, dan konseling teman sebaya. c. Dukungan terapeutik bagi anak-anak diberikan melalui psikoterapi individu, terapi bermain, dan program pendidikan khusus untuk anakanak yang tidak mampu berpartisipasi dalam sistem sekolah yang normal. Metode pengobatan perilaku pada umumnya digunakan untuk membantu anak dalam mengembangkan metode koping yang lebih adaptif.

Gangguan jiwa pada Anak dan Remaja|

14

d. Terapi keluarga dan penyuluhan keluarga penting untuk membantu keluarga mendapatkan keterampilan dan bantuan yang diperlukan guna membuat perubahan yang dapat meningkatkan fungsi semua anggota keluarga. 2. Pengobatan berbasis rumah sakit a. Unit khusus untuk mengobati anak-anak dan remaja, terdapat di rumah sakit jiwa. Pengobatan di unit-unit ini biasana diberikan untuk klien yang tidak sembuh dengan metode alternatif yang kurang restriktif, atau bagi klien yang beresiko tinggi melakukan kekerasan terhadap dirinya sendiri ataupun orang lain. b. Program hospitalisasi parsial juga tersedia, memberikan program sekolah di tempat (on-site) yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan khusus anak yang menderita penyakit jiwa. c. Seklusi dan restrein untuk mengendalikan perilaku disruptif masi menjadi kontroversi. Penelitian menunjukkan bahwa metode ini dapat bersifat traumatik pada anak-anak dan tidak efektif untuk pembelajaran respon adaptif. Tindakan yang kurang restriktif meliputi istirahat (timeout), penahanan terapeutik, menghindari adu kekuatan, dan intervensi dini untuk mencegah memburuknya perilaku. 3. Farmakoterapi Medikasi digunakan sebagai satu metode pengobatan. Medikasi psikotropik digunakan dengan hati-hati pada klien anak-anak dan remaja karena memiliki efek samping yang beragam. a. Perbedaan fisiologi anak-anak dan remaja memengaruhi jumlah dosis, respon klinis, dan efek samping dari medikasi psikotropik. b. Perbedaan perkembangan neurotransmiter pada anak-anak dapat memengaruhi hasil pengobatan psikotropik, mengakibatkan hasil yang tidak konsisten, terutama dengan antidepresan trisiklik. H. Komplikasi 

Serebral palsi



Ganguan kejang Gangguan jiwa pada Anak dan Remaja|

15



Gangguan kejiwaan



Gangguan konsentrasi/hiperaktif



Defisit komunikasi



Konstipasi (karena penurunan motilitas usus akibat obat-obatan antikonvulsi, kurang mengkonsumsi makanan berserat dan cairan)

I. Rentang respon Respon adaptif Responsif

Asertif

Respon maladaptif Pasif

Frustasi

Depresi

Penjelasan nya yakni: Responsif adalah respon emosional yang terbuka dan sadar akan perasaannya. Pada rentang ini individu dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal dan internal. Asertif yakni klien mampu menggungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan memberikan kelegaan. Pasif yakni klien merasa tidak dapat mengungkapkan perasaannya, tidak berdaya dan menyerah. Frustasi yakni klien gagal mencapai tujuan kepuasan/ saat marah dan tidak dapat menentukan alternatif. Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih dan berduka yang berlebihan dan berkepanjangan. Depresi dapat juga digunakan untuk menunjukan berbagai fenomena. Rentang respon emosi seseorang normalnya bergerak secara dinamis. Bukan merupakan titik yang statis dan tetap.

2.2 Keperawatan Gangguan Psikiatrik pada Anak-anak dan Remaja Gangguan jiwa pada Anak dan Remaja|

16

A. Pengkajian a. Kaji kembali riwayat klien untuk adanya jhal-hal yang mencetuskan stressor atau data yang signifikan, antara lain riwayat keluarga, peristiwa-peristiwa hidup yang menimbulkan stres, hasil pemeriksaan kesehatan

jiwa,

riwayat

masalah

fisik

dan

psikologis

serta

pengobatannya. b. Catat pola pertumbuhan dan perkembangan anak dan bandingkan dengan alat standar, seperti The Developmental Screening Test dan versi yang sudah direvisi (Wong, 1997). c. Catat bukti pencapaian tugas perkembangan yang sesuai bagi anak atau remaja. d. Lakukan pemeriksaan fisik pada anak atau remaja, catat data normal atau abnormal. e. Kaji respon perilaku yang dapat mengindikasikan gangguan pada anakanak atau remaja. Pastikan untuk mengkaji interaksi langsung, observasi permainan, dan interaksi dengan keluarga dan teman sebaya. f. Identifikasi bukti gangguan kognitif. g. Observasi adanya bukti-bukti gangguan mood. h. Kaji kelebihan dan kelemahan sistem keluarga. B. Pohon Masalah Gangguan pertumbuhan dan perkembangan ↑ Ketidakmampuan kognitif

Gangguan jiwa pada Anak dan Remaja|

17

↑ Retradasi mental ↑ Gangguan jiwa pada anak dan remaja



koping inefektif ↑









terganggunya fungsi adaptasi Factor psikobiologik dinamika keluarga lingkungan ↓ Isolasi social Menarik diri

C. Masalah keperawatan dan Diagnosa Keperawatan a. Masalah Keperawatan 1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan 2. Isolasi social menarik diri b. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kelainan fungsi kognitif.

Gangguan jiwa pada Anak dan Remaja|

18

2. Isolasi social menarik diri berhubungan dengan tidak efektifnya koping individu D. Rencana Tindakan Keperawatan 1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kelainan fungsi kognitif. Tujuan : a. Berinteraksi dengan orang lain b. Keluarga mampu merawat pasien gangguan pertumbuhan dan perkembangan di rumah. Kriteria Hasil: a. Anak dan keluarga aktif terlibat dalam program stimulai. b. Keluarga menerapkan konsep-konsep dan melanjutkan aktivitas perawatan anak di rumah. c. Anak melakukan aktivitas hidup sehari-hari pada kapasitas optimal d. Keluarga mencari tahu tentang program pendidikan. Strategi Pelaksanaan 1: Pasien: 1) Bina hubungan saling percaya 2) Libatkan anak dan keluarga dalam program stimulasi dini pada anak dan remaja. 3) Kaji kemajuan perkembangan anak dengan interval regular, buat catatan yang terperinci untuk membedakan perubahan fungsi samar 4) Bantu keluarga menyusun tujuan yang realitas untuk anak, 5) Berikan penguatan positif / tugas-tugas khusus untuk perilaku anak 6) Berikan pada remaja informasi praktik sosial dan kode prilaku yang kongkrit dan terdefinisi dengan baik. Keluarga: 1) Berikan informasi pada keluarga sesegera mungkin bagaimana merawat pasien retardasi mental. 2) Ajak kedua orang tua untuk hadir pada konferensi pemberian informasi.

Gangguan jiwa pada Anak dan Remaja|

19

3) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang manfaat dari perawatan dirumah, 4) Beri kesempatan pada mereka untuk menyelidiki semua alternatif residensial sebelum membuat keputusan. 2. Isolasi social menarik diri berhubungan dengan tidak efektifnya koping individu Tujuan : a. Pasien mampu Menyadari penyebab isolasi social b. Berinteraksi dengan orang lain c. Keluarga mampu merawat pasien isolasi social di rumah. Kriteria hasil : Pasien : a. Membina hubungan saling percaya b. Menyadari penyebab isolasi social c. Keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain d. Melakukan interaksi dengan orang lain secara bertahap. Keluarga : a. Masalah isolasi social dan dampaknya pada pasien b. Penyebab isolasi social c. Sikap keluarga untuk membantu pasien mengatasi isolasi sosialnya d. Pengobatan yang berkelanjutan dan mencegah putus obat e. Tempat rujukan dan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi pasien Stategi pelaksanaan 1 : Pasien : 1) Identifikasi penyebab 2) Tanyakan keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain 3) latih berkenalan 4) jelaskan kepada klien cara berinteraksi dengan orang lain 5) berikan contoh cara berinteraksi dengan orang lain 6) berikan kesempatan pasien mempraktekkan cara berinteraksi dengan orang lain yang dilakukan dihadapan perawat.

Gangguan jiwa pada Anak dan Remaja|

20

7) Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang teman / anggota keluarga Keluarga : 1) Identifikasi masalah yang di hadapi keluarga dalam merawat pasien 2) Penjelasan isolasi social 3) Cara merawat pasien isolasi social 4) Latih ( stimulasi ) 5) RTL keluarga ./ jadwal keluarga untuk merawat pasien. E. Evaluasi 1. Pasien mencapai potensi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. 2. Pasien dan keluarganya menunjukkan perbaikan keterampilan koping

Gangguan jiwa pada Anak dan Remaja|

21

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Gangguan Jiwa pada Anak dan Remaja adalah perilaku yang tidak sesuai dengan tingkat usianya, menyimpang bila dibandingkan dengan norma budaya, yang mengakibatkan kurangnya atau terganggunya fungsi adaptasi (Townsend, 1999). Dasar untuk memahami gangguan yang terjadi pada anak dan remaja adalah dengan menggunakan teori perkembangan. Penyimpangan dari norma-norma perkembangan merupakan tanda bahaya penting adanya suatu masalah. Berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan, remaja adalah usia yang rentan, konsep diri nya belum matang, masih terlalu mudah meniru perilaku dari idolanya, kemampuan analisisnya masih rendah, kemampuan kontrol emosi juga masih rendah. 3.2 Saran 1) Untuk Penulis Agar

dapat

meningkatkan

pengetahuan

maupun

wawasan

pembelajaran serta pengalaman dalam praktek asuhan keperawatan. Khususnya mengenai asuhan keperawatan gangguan jiwa pada anak dan remaja. 2) Untuk Pembaca Gangguan jiwa pada Anak dan Remaja|

22

Diharapkan dapat menjadi bahan kajian maupun referensi dalam menambah wawasan tentang gangguan jiwa pada anak dan remaja.

DAFTAR PUSTAKA

Isaac, Ann. 2004. Panduan Belajar : Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik.Jakarta: EGC file:///G:/net%20keperawatan%20jiwa/asuhan-keperawatan-jiwa-anak-danremaja.html file:///G:/net%20keperawatan%20jiwa/gangguan-jiwa-pada-remaja.html file:///G:/net%20keperawatan%20jiwa/Askep-Gangguan-Jiwa-PADAREMAJA-OBSESIF.htm

Gangguan jiwa pada Anak dan Remaja|

23

Gangguan jiwa pada Anak dan Remaja|

24

More Documents from "Tio Arbaan"