297686772-filum-sarcomastigophora.docx

  • Uploaded by: Luthfi Syarifa
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 297686772-filum-sarcomastigophora.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,531
  • Pages: 23
1

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Mikrobiologi adalah ilmu mengenai organisme hidup yang berukuran

mikroskopis. Dunia mikroorganisme terdiri dari beberapa kelompok organisme: bakteri, protista, virus, dan fungi. Dalam bidang mirobiogi mempelajari banyak hal mengenai mikroorganisme yang mana meliputi karakteristik baik karakteristik morfologi, anatomi maupun fisiologi, habitat, reproduksi, pengendalian serta peranannya dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia. Mikroorganisme merupakan organisme yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, sehingga memerlukan bantuan dari alat seperti mikroskop, lup dan lain-lain. Mikroorganisme terdiri dari beberapa kelompok, seperti bakteri, virus, protista dan fungi. Mikroorganisme

erat

kaitannya

dengan

kehidupan

manusia,

ada

yang

menguntungkan dan ada yang merugikan. Masing-masing mikroorganisme memiliki karakteristik dan peranan yang berbeda satu sama lain. Protista secara harfiah berarti “yang paling pertama”. Setiap organisme yang digolongkan ke dalam protista memiliki persamaan, yaitu selnya sudah bersifat eukariotik (memiliki membran inti sel), bersifat uniseluler atau multiseluler sederhana, dan belum mempunyai jarngan sebenarnya (Khristiyono, 2010:15). Protista dikelompokkan menjadi protista menyerupai jamur, protista menyerupai hewan yang disebut protozoa dan protista menyerupai tumbuhan yang disebut algae. Protozoa berasal dari bahasa Yunani, proto: pertama dan zoa: hewan (Rahayu, 2014:2). Disebut protozoa karena organisme yang dikelompokan dalam filum ini memiliki ciri yang menyerupai hewan yaitu memiliki alat gerak dan tidak memiliki dinding sel. Umumnya protozoa berukuran 5-5000 mikron, rata-rata antara 30-300 mikron (Suwignyo et al, 2005: 26). Setiap individu protozoa tersusun dari organela–organela yang merupakan kesatuan lengkap dan sanggup melakukan semua fungsi kehidupan. Sebagian besar protozoa hidup bebas di alam, tetapi beberapa jenis hidup sebagai parasit pada binatang dan manusia. Protozoa dikelompokkan menjadi 7 filum yang meliputi

1

2

Sarcomastigophora, Labyrinthomorpha, Apicomplexa, Microspora, Acetospora, Myxozoa, dan Cilophora. Sarcomastigophora merupakan filum dari protozoa yang memiliki flagella, pseupodia, atau memiliki keduanya untuk bergerak dan makan. Sarcomastigophora diklasifikasikan menjadi subfilum Mastigophora yang terdiri dari kelas Phytomastifophora dan Zoomastigophora, subfilum Sarcodina yang terdiri dari kelas

Rhizopoda

dan

Actinopia

dan

subfilum

Opalina.

Sedangkan

Labyrinthomorpha merupakan filum dari protozoa yang bersifat parasit pada alga maupun tumbuhan laut. Baik Sarcomastigophora maupun Labyrintomorpha memiliki karakteristik yang berbeda serta peranannya dalam kehidupan manusia.

1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang berdasarkan latar belakang yaitu: (1) bagaimana karakteristik anggota filum Sarcomastigophora? (2) apakah peranan anggota filum Sarcomastigophora? (3) bagaimana karakteristik anggota filum Labyrinthomorpha? (4) apakah peranan anggota filum Labyrinthomorpha?

1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain: (1) untuk mengetahui karakteristik anggota filum Sarcomastigophora, (2) untuk mengetahui peranan anggota filum Sarcomastigophora, (3) untuk mengetahui karakteristik anggota filum Labyrinthomorpha, dan (4) untuk mengetahui peranan anggota filum Labyrinthomorpha.

1.4 Manfaat Penulisan Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu: (1) agar dapat memahami konsep dan klasifikasi protozoa, (2) agar dapat memahami karakteristik morfologi, anatomi, fisiologi, reproduksi, habitat, perikehidupan, dan peranan anggota filum Sarcomastigophora dam filum Labyrinthomorpha.

3

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Karakteristik Anggota Filum Sarcomastigophora Filum Sarcomastigophora, terdiri dari Protozoa yang memiliki flagella, kaki

semu (pseudopodia) atau memiliki keduanya yang digunakan untuk bergerak dan makan, berinti sel satu. Anggota filum ini sekitar 18.000 spesies, ada yang hidup bebas dan hidup parasit (Rahayu, 2014:6). Umumnya anggota filum Sarcomastigophora memiliki ciri uniseluler atau bersel tunggal,bergerak menggunakan flagel atau pseupodia (kaki semu) adapula yang bergerak menggunakan keduanya, bersifat autrotopik (mampu membuat makanan sendiri), saprozoik (hidup pada bahan organik yang membusuk), atau heterotrofik (memperoleh energi dari senyawa organik). Sarcomastigophora hanya memiliki satu macam nukleus. Umumnya anggota dari filum tersebut bereproduksi secara seksual.

2.1.1

Subfilum Mastigophora (Flagellata) Flagellata (dalam bahasa Latin diambil dari kata “flagell” yang berarti

cambuk) atau Mastigophora (dari bahasa Yunani,”mastig” yang berarti cambuk, dan “phora” yang berarti gerakan),Organisme yang dikelompokkan dalam subfilum mastigophora memiliki flagella (bulu cambuk) yang digunakan untuk bergerak. Gerakan flagellata mengasilkan dua dimensi, pergerakan seperti bulu cambuk dan pergerakkan sepeti berbentuk helik, yang digunakan untuk menarik dan mendorong protozoa di dalam medium cair (Rahayu, 2014: 8). Flagella tersebut juga digunakan untuk makan dan sebagai indera perangsang. Bulu cambuk terletak

pada bagian depan sel, ada juga yang berada di belakang sel. Bila alat geraknya berada di depan sel maka saat bergerak seperti menarik sel itu, sedangkan pada falgellata yang memiliki alat gerak di belakang maka gerakannya seperti mendorong sel. Flagel tidak hanya sebagai alat gerak tetapi juga sebagai alat pencipta gelombang di air sehingga makanannya dapat mendekat ke mulutnya dan dapat dimakan. Bentuk tubuh Flagellata sangat beragam, ada yang berbentuk

3

4

lonjong, menyerupai bola, memanjang, dan polimorfik (memiliki berbagai bentuk morfologi). Hidup secara soliter dan ada yang berkoloni. Air merupakan faktor penting keberaan Flagellata selain ketersediaan makanan, pH dan suhu. Flagellata dapat ditemukan di lingkungan air tawar, di danau,

sungai,

kolam,

atau

genangan

air,

misalnya

Euglenoida dan Volvocida, maupun air laut, misalnya Dinoflagellata. Banyak flgellata yang hidup sebagai parasit di dalam tubuh manusia, hewan tingkat rendah dan tumbuhan (Hegner,1957:54). Spesies zooflagellata sebagian besar bersifat parasit,

namun

adapula

yang

bersimbiosis

dengan

organisme

lain,

misalnya Myxotrica didalam usus rayap. Pada umumnya Flagellata membutuhkan suhu optimum antara 16-25°C, sedangkan pH antara pH 6-8. Flagellata memperoleh nutrisi dengan beberapa cara yaitu bersifat holozoik (heterotrof), apabila makanannya berupa organisme lain yang berukuran lebih kecil, bersifat holofilik (autotrof), dapat mensintesis makanannya sendiri dari zat organic yang berasal dari lingkungan karena memiliki kloroplas, bersifat saprofitik, yaitu menggunakan sisa bahan organic dari organisme yang telah mati dan bersifat parasitik dengan cara menempel pada inang untuk mendapat nutrisi. Reproduksi pada Flagellata ada 2 macam, yaitu vegetatif dan generatif. Reproduksi vegetatif dengan cara pembelahan biner secara longitudinal, misalnya pada Euglena. Reproduksi generatif terjadi karena persatuan antara ovum dan spermatozoid, misalnya pada Volvox. Reproduksi secara generatif berfungsi untuk memperkaya variasi genetik, sehingga menghasilkan individu mutan yang lebih tahan terhadap kondisi lingkungan. Pada Volvox terdapat koloni jantan yang menghasilkan sperma dan koloni betina yang menghasilkan ovum, namun ada juga koloni yang bersifat hermafrodit yang dapat menghasilkan sperma serta ovum. Meskipun koloni yang bersifat hermafrodit dapat menghasilkan sperma dan ovum dalam satu koloni, kematangan sperma dan ovum tidak pada saat yang bersamaan, sehingga tidak dapat terjadi pembuahan diri. Ovum dihasilkan oleh oogonium, sedangkan Volvox jantan menghasilkan spermatozoid oleh spermatogonium. Setelah terjadi fertilisasi akan menghasilkan zigot, zigot akan menghasilkan empat spora, yang kemudian akan menjadi individu baru. Subfilum Mastigophora dibedakan menjadi dua kelas, antara lain:

5

1) Kelas Phytamastigophora Kata Phytomastigophora berasal dari bahasa Yunani (Phyto; tumbuhan) (Rahayu, 2014:8). Phytomastigophora merupakan flagellata yang menyerupai tumbuhan karena memiliki klorofil dan dapat berfotosintesis sehingga bersifat autotrof. Phytomastigophora merupakan sumber makanan bagi organisme laut. Hasil fotosintesis phytomastigophora adalah oksigen yang ada di dalam laut. Phytomastigophora mempunyai tubuh yang diselubungi oleh membrane selulosa, misalnya volvox. ada pula yang memiliki lapisan pelikel, misalnya euglena. Pelikel adalah lapisan luar yang terbentuk dari selaput plasma yang mengandung protein. Phytomastigophora mencernakan makananya dengan berbagai cara, menelan lalu mencernakan didalam tubuhnya (holozoik), membuat sendiri makanannya (holofitrik), atau mencernakan organisme yang sudah mati (saprofitik). Habitat Phytomastigophora

adalah

Phytomastigophora

bergerak

diperairan

bersih

menggunakan

dan

diperairan

kotor.

flagella. Phytomastigophora

diklasifikasikan menjadi 3 kelas, yaitu: Euglenoida, Dinoflagellata, dan Volvocida.  Euglenoida Euglenoida merupakan anggota phytomastigophora yang hidup di air tawar (Rahayu, 2014: 9). Bentuk tubuh anggota Euglenoida mempunyai gelendong dan diselimuti oleh pelikel. Euglenoida mempunyai satu atau dua flagela di bagian ujung anterior. Di bagian ujung anterior juga terdapat bintik mata berwarna merah yang mengandung pigmen karoten. Ujung tubuhnya meruncing dengan satu bulu cambuk, sehingga dapat bergerak aktif dengan 5irri5sm. Gerakan ini disebut gerak euglenoid. Bintik mata berfungsi untuk melindungi daerah peka cahaya di pangkal 5irri5sm. Euglenoida memiliki stigma (bintik mata berwarna merah) untuk membedakan gelap dan terang; Memiliki kloroplas yang mengandung klorofil untuk berfotosintesis. Ada pula euglena yang tidak berkloroplas, misalnya Astasia; makanan masuk melalui sitofaring menuju vakuola, dan di vakuola inilah makanan yang berupa 5irri5sm kecil dicerna. Euglenoida bersifat haploid dan reproduksi aseksual dilakukan dengan pembelahan biner longitudinal untuk menghasilkan sel anakan. Sedangkan reproduksi aseksual tidak diketahui (Rahayu, 2014: 9). Anggota kelompok ini

6

adalah Euglena viridis. Euglena viridis banyak dijumpai di air tawar dengan ciri tubuhnya berukuran 35-60 mikron.

Gambar 1.1 Euglena viridis 

Dinoflagellata Dinoflagellata berasal dari bahasa Yunani (dinos, berputar-putar) berputar

cepat ketika bergerak melalui air. Dinoflagellata adalah komponen berlimpah dari plankton laut maupun plankton air tawar, komunitas mikroorganisme yang hidup di dekat permukaan air (Campbell et al, 2008:146). Kerja utama flagella pertama tersebut menyebabkan hewan berputar dalam sumbuh tubuhnya. Sedangkan akibat gerak flagella kedua hewan bergerak ke depan. Selain klorofil, beberapa dinoflagellata memiliki pigmen Xantofil sehingga memberikan warna coklat keemasan (Rahayu, 2014:8). Terdapat dinoflagellata yang dapat menghasilkan toksin yang dapat menyebabkan kematian pada organisme tertentu, misalnya Karenia brevis yang menyebabkan kematian massal invertebrata.

Gambar 1.2 Karenia brevis

7



Volvocida Bentuk tubuh hewan ini pada umumnya berbentuk bulat dan berkoloni.

Contoh

dari

volvocida

antara

lain

adalah Volvox globator.

Ciri–ciri

dari Volvox antara lain hidup secara berkoloni, koloni Volvox dapat terdiri dari ribuan sel yang masing – masing sel memiliki dua flagella. Setiap sel memiliki inti, vakuola

kontraktil,

stigma

lebih maju dekat

dan

kloroplas. Sel-sel memiliki anterior,

eyespots, yang

memungkinkan koloni untuk berenang menuju cahaya. Ciri-ciri Volvox antara lain koloninya terdiri dari ribuan individu bersel satu yang masing-masing memiliki dua flagela; setiap sel memiliki inti, vakuola kontraktil, stigma dan kloroplas. Sel-sel dihubungkan dengan benang-benang protoplasma membentuk hubungan fisiologis.

Gambar 1.3 Volvox

2) Kelas Zoomastigophora Zoomastigophora dikenal juga zooflagellata merupakan kelas dari filum mastigophora. Zooflagellata merupakan bentuk transisi (peralihan) antara organisme prokariotik dengan eukariotik, dan merupakan Protozoa yang paling primitif dibandingkan dengan jenis Protozoa lainnya. Semua zoomastigophora memiliki minimal satu flagellum. Organel serbaguna ini dapat mendorong organisme untuk bergerak, merasakan lingkungannya, dan menjerat mangsa (Ariwibowo et al, 2009:51). Zooflagellata sangat beragam, banyak yang hidup bebas di habitat tanah atau air, bersimbiosis, hidup di dalam organisme lain dengan hubungan mutualisme atau parasitik. Salah satu contoh simbiosis mutualisme yaitu

8

Triconympha sp. yang hidup dalam usus rayap. Kemampuan Triconympha sp. mengurai selulosa, memberi kemampuan pada rayap untuk mengonsumsi kayu.

Gambar 1.4 Triconympha sp.

2.1.2

Subfilum Sarcodina Sarcodina memiliki pseupodia untuk bergerak dan mendapatkan makanan,

tidak bercangkang atau ada yang memiliki cangkang. Sebagian besar hidup bebas. Beberapa Sarcodina juga mengalami perkembangan sebagai flagellata dalam siklus hidupnya. Fase flagellata terjadi selama gamet,

ditemukan

pada

Foraminifera. Subfilum Sarcodina, anggotanya adalah amoebae (tunggal = amoeba). Pada saat amoeba bergerak dan makan, maka akan membentuk perpanjangan membrane sel yang disebut pseupodia (tunggal = pseupodium). Terbentuknya pseupodia berlangsung sementara waktu saja. Pseupodia memiliki beberapa bentuk yaitu: a. Lobopodia (tunggal, lobopodium) merupakan perluasan sel yang melebar mengandung ektoplasma dan endoplasma digunakan untuk bergerak dan menelan makanan.

Gambar 1.5 Lobopodia Sumber: Siemensma, tanpa tahun

9

b. Filopodia (tunggal, filopodium) hanya mengandung ektoplasma dan menyediakan dua arah aliran untuk mengirimkan makanan tampak sebagai ban berjalan

Gambar 1.6 Filopodia Sumber: Siemensma, tanpa tahun

c. Reticulopodia (tunggal, reticulopodium) bentuknya sama seperti filopodia namun berbentuk cabang-cabang yang saling berhubungan

Gambar 1.7 Recticolopodia Sumber: Siemensma, tanpa tahun

d. Axopodia (tunggal, axopodium) berbentuk tipis bersifat filament, dan ditunjang oleh mikrotubulus dari sumbu utama tubuh. Sitoplasma yang menutup sumbu tubuh bersifat melekat dan dapat bergerak. Makanan ditangkap oleh axopodia, selanjutnya dikirim ke sitoplasma pusat dari amoeba (Rahayu, 2014:14).

Gambar 1.8 Axopodia Sumber: Siemensma, tanpa tahun 1) Superkelas Rhizopoda

10

Istilah rhizopoda berasal dari bahasa Yunani, rhizo yang berarti ‘akar’ dan podos yang berarti ‘kaki’. Jadi, rhizopoda berarti kaki yang menyerupai akar. Anggota Filum ini bergerak menggunakan pseudopodia (kaki semu). Disebut pseudopodia atau kaki semu karena terbentuk sebagai hasil penjuluran sitoplasma sel, yang seolah-olah berfungsi sebagai kaki. Selain untuk bergerak, kaki semu juga berfungsi untuk mencari makanan (Widayati, 2009).

Gambar 1.9 Pseupodia Sumber: Siemensma, tanpa tahun

Kelas Lobosea Memiliki pseupodia bertipe lobopodia, filopodia, reticulopodia. Contohnya: Amoeba, Entamoeba, Arcella, Difflugia. Anggotanya sekitar 4000 spesies.

a. Amoeba Sebagian besar amoeba tergolong dalam superkelas Rhizopoda, kelas Lobosea dan genus Amoeba . Hewan tersebut memakan protista lain dan bakteri. Makanan ditelan dengan fagositosis melalui proses perubahan sitoplasma seperti pergerakan amoeboid. Pada proses fagositosis, makanan akan dimasukkan ke dalam vakuola makanan (Rahayu, 2014:15). 

Habitat Amoeba Proteus terdapat dalam air tawar baik pada air yang menggenang,

maupun yang mengalir, dan hidup dalam perairan bersama-sama dengan tumbuhan hijau mikroskopik lainnya,. Merupakan hewan yang paling sederhana, hidup bebas dengan inti dan sitoplasma yang belum memiliki organel yang tetap. 

Struktur tubuh

11

Tubuh Amoeba terdiri atas beberapa bagian utama yaitu: a. Membrane sel yang sangat tipis dan elastic, disebut plasmolemma, berfungsi untuk menahan protoplasma di dalam sel, namun dapat dilewati oleh air, oksigen dan karbohidrat. b. Ektoplasma, merupakan bagian plasma yang terdapat di bagian luar, tampak jernih dan tidak bergranula. Yang berfungsi member bentuk pada sel. c. Plasma sebelah dalam yang merupakan bagian pokok, bergranula, endoplasma. Bagian ini terdiri atas dua lapisan sebelah luar berupa plasma sol dan sebelah dalam berupa plasma gel. Mempunyai peranan dalam terselenggaranya gerak. d. Nucleus yang berbentukcakram tidak tampak pada hewan yang masih hidup, berperan mengontrol proses vital dalam organism. e. Rongga-rongga yang disebut vakuola kontraktil berisi cairan yang secara periodik mendekati bagian permukaantubuh berkontraktil mengeluarkan isinya, kemudian terbentuk kembali, berfungsi mengatur kandungan air dalam tubuh. f. Vakuola lainnya berisi: Kristal-kristal, bulatan-bulatan minyakdan materimateri yang sangan kecil. Semuannya itu sebagai persediaan makanan atau sebagai bahan yang penting untuk metabolisme.

Gambar 1.10 Struktur amoeba Sumber: Kristy, 2014 Nukleus tidak dapat dilihat pada Amueba yang hidup. Pada hewan yang sudah mati setelah diberi zat warna baru terlihat. Nucleus akan tampak seperti cakram yang bikonkaf pada yang masih muda, sedangkan yang sudah tua berbentuk bola. Kedudukan dan bentuk nucleus tidak tetap didalam tubuh. Nucleus terbungkus oleh suatu membrane dan di dalamnya banyak tersebar butir-butir

12

khromatin selama Amoeba hidup, sebelum saat reproduksi nukleus memegang peranan yang penting dalam aktivitas metabolisme. Tanpa nucleus akan mati, hal ini terbukti apabila dibagi-bagi yang satu mengandung nucleus, dan yang lain tidak maka yang tidak bernukleus akan mati sedangkan yang bernukleus akan tetap hidup. Amoeba bergerak dari satu tempat ketempat yang lain dengan menonjolkan bagian dari tubuhnya seperti jari. Vakuola makananterbentuk apabila ada makanan yang diambil dari luar tubuh. Vakuola makanan berisi makanan dan berfungsi sebagai perut sementara. 

Perkembangbiakan Perkembang biakan berlangsung apabila ukuran tubuh amoeba dewasa telah

tercapai misalnya: Amoeba proteus mencapai 0,25 mm, maka amoeba segera mengadakan pembelahan diri yang berlangsung secara biner. 

Cara hidup Amoeba

Berdasarkan cara hidupnya Amoeba dibedakan: 1. Hidup diluar tubuh organism lain/ manusia di sebut Ecto Amoeba (Ectomoeba), contohnya amoeba proteus. 2. Hidup

di

(entamoeba),

dalam

organism

lain/manusiadisebut

contohnya Entamoeba

dysenteris/

EntoAmoeba Entamoeba

histolicia di usus halus danentamoeba coli penghuni usus tebal (Budirahayu, 2014).

Anggota lain dari superkelas Rhizopoda memiliki cangkang. Cangkang merupakan struktur pelindung tubuh yang disekresi oleh sitoplasma. Kandungan dari cangkang tersebut ada yang berupa kalkaerus (tersusun atas kalsium karbonat), proteinaseus (terbuat dari protein), siliseus (tersusun dari silika), atau kitineus (tersusun dari kitin suatu polisakarida). Pada protozoa bercangkang, biasanya dijumpai satu atau lebih lubang pada permukaan cangkang. Lubang ini untuk penjuluran kaki semu protozoa (Rahayu, 2014:17).

b. Arcella

13

Arcella merupakan amoeba bercangkang yang ditemukan di air tawar. Hewan tersebut bewarna coklat dan cangkangnya bersifat proteineus. Bentuk cangkang Arcella pada salah satu sisi memipih dan satunya menggembung. Kaki semu akan keluar dari lubang pada sisi yang memipih (Rahayu, 2014:17). 

Taksonomi

Kingdom

: Animalia

Phylum

: Protozoa

Subphylum

: Sarcodina

Superclass

: Rhizopoda

Class

: Lobosa

Order

: Arcellinida

Familly

: Arcellidae

Genus

: Arcella



Morfologi Seperti halnya makhluk hidup lainnya, Arcella terdiri dari protoplasma yang

dibungkus membrane sel (plasmalemma) yang berfungsi sebagai dinding sel. Protoplasma terdiri dari dua komponen utama yaitu inti sel dan sitoplasma. Arcella mempunyai pseupodiasebagai alat gerak, bentuk tidak tetap, membrane sel sangat tipis dan bersifat elastis disebut plasmolema, vakuola makanan untuk mencerna makanan, vakuola kontraktil untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme dan osmoregulasi serta mengatur kadar air dalam sel. Ukuran 50-60μm dengan menggunakan mikroskop akan terlihat bahwa sitoplasma terdiri atas dua bagian. Bagian terluar tampak homogeny dan jernih disebut ektoplasma, dan bagian dalam disebut endoplasma. Dalam endoplasma terlihat benda seperti butir kecil dan serabut benang halus yang ternyata adalah materi yang mengandung protein, karbohidrat, lemak, garam mineral, serta organel. 

Sistem Pernapasan Pernapasan pada Arcella berlangsung secara difusi, karena ada perbedaan

tekanan gas di dalam dan di luar sel 

Pergerakan

14

Arcella bergerak dengan pseupodia. Pseupodia berasal dari penjuluran sitoplasma, dan bersifat sementara terutama untuk berpindah tempat atau makan. Gerakan tersebut timbul akibat dari kontraksi protoplasma memanjang dan memendek secara lambat. Pseupodia dari Arcella ini bertipe lobopodia. 

Cara makan Arcella bersifat heterotrof dan dinding selnya terdiri dari membran tipis,

mengambil makanannya dengan cra membungkus makanan kemudia menelannya ke dalam sitoplasma. Cara ini disebut fagositosis. 

Metabolisme Arcella tidak memiliki sistem pencernaan yang sejati, sehingga makanan

yang masuk ke dalam sitoplasma bersama air akan ditempatkan dalam suatu rongga kecil yang disebut gastriola (vakuola makanan). Makanan dalam grastriola dicerna secara enzimatis. Hasil pencernaan disebarkan ke seluruh bagian protoplasma dengan proses pynocytose, sedangkan sisa pencernaan dibuang melalui lubang sementara pada membran sel. Kelebihan air dalam sel akan dikeluarkan oleh organel yang disebut vakuola kontraktil dengan gerakan sistol dan diastolnya. Vakuola kontraktilterdapat di dekat dinding selnya. 

Reproduksi Reproduksi Arcella dilakukan secara aseksual yaitu dengan cara membelah

diri menjadi dua atau banyak, yang dimulai dari inti sel kemudian diikuti pembelahan individu. Dimulai dengan menempelnya bahan genetic pada salah satu sisi membrane dari sel dewasa, kemudian diikuti dengan proses sintesis DNA dan replikasi. Setelah proses replikasi selesai maka salah satu sisi dari membran akan membuat lekukan dan akhirnya didikuti dengan proses pemanjangan sel dan pembelahan sel menjadi dua bagian yang memiliki bahan genetika yang sama.



Tempat hidup Arcella hidup bebas di air tawar dan mempunyai kemampuan untuk

mempertahankan diri terhadap diri terhadap kondisi lingkungan yang memburuk, yaitu dengan membentuk cyst yang resisten terhadap kekerigan, dingin atau panas

15

yang berupa selubung sebagai rumah (cangkang) yang terbuat dari selulosa atau fosfoprotein. 

Keuntungan Cangkang Arcella mengandung zat kitin. Dan zat kitin itu sendiri

merupakan bahan dasar dalam bidang biokimia, enzimologi, obat-obatan, pertanian, pangan gizi, mikrobiologi, tekstil, kosmetik. Dan zat kitin dapat menurunkan kolestrol. Namun kitin yang dimaksud disini adalah kitin yang berasal dari udang dan crustacean.

Gambar 1.11 Arcella Sumber: Siemensma, tanpa tahun

c. Difflugia Difflugia merupakan amoeba bercangkang yang ditemukan di air tawar. Cangkang berbentuk vas dan tersusun atas partikel-partikel yang diletakkan dalam suatu matrik (Rahayu, 2014:17).

Gambar 1.12 Difugllia Sumber: Tsukii, 2004

Semua amoeba yang hidup bebas adalah pemakan partikel dan untuk menangkap mangsa tersebut digunakan kaki semu, serta sebagian kecil bersifat patogen. Contohnya Entamoeba hystolitica yang merupakan penyebab disentri pada manusia. Amoeba hidup dilipatan dinding usus. Memakan zat tepung dan sekresi mukosa. Akibat adanya amoeba tersebut menjadikan usus meradang.

16

Disentri yang disebabkan oleh amoeba dicirikan adanya darah dan lender pada feses. Amoeba akan ditularkan ke manusia lainnya melalui makanan atau air yang terkontaminasi amoeba. Setelah kista berada di dalam tubuh manusia, selanjutnya kista tersebut pecah dan keluarlah amoeba yang akan menuju dinding usus (Rahayu, 2014:17).

2) Superkelas Actinopoda Meliputi Foraminifera, Helizoa, dan Radiolaria a. Foraminifera Foraminifera (foram) merupakan amoeba laut. Foraminifera memiliki reticulopodia dan mensekresi cangkang yang tersusun atas kalsium karbonat. Saat Foraminifera tumbuh, akan mensekresi ruangan baru yang berukuran besar dan akan melekat dengan ruang lama. Cangkang membesar mengikuti pola simetris yang merupakan hasil rangkaian lurus atau berbentuk spiral seperti cangkang siput. Cangkang dari foraminifera penyusun terbesar dari sedimen laut dan terkumpul di dasar laut dalam bentuk batu kapur atau endapan kapur. Karang putih di Dover Inggris adalah contoh endapan kapur dari cangkang foraminifera. Pada umumnya spesies yang hidup memiliki ukuran kurang dari 10 mm. Paling banyak ditemukan di laut dan air payau, dan sebagian kecil dilaporkan dari air tawar. Banyak tipe-tipe bagaimanapun foraminiferida merupakan organisme yang bergerak atau merayap secara pelan, atau ketika muda bermigrasi tetapi bersifat sesil saat tua. Berbagai macam organisme yang sesil telah ditemukan menempel pada rumput laut. Penempelan

pada rumput laut atau benda

mengambang yang lain mungkin akan menjadi faktor yang signifikan dalam distribusi dari spesiesnya. Cangkang foraminifera terbuat dari kalsium karbonat (CaCO3) atau partikel sedimen agglutinated. Sekitar 275.000 spesies diakui, baik yang hidup dan fosil . Foraminifera hampir sama denga amoeba, bedanya pada foraminifera terdapat cangkang yang dapat melindungi protoplasmanya. Cangkang dari foraminifera tersebut biasanya dijadikan sebagai penunjuk dalam pencarian sumberdaya minyak,gas alam atau mineral. Cangkang foraminifera sangat beragam mulai dara 5 mikron hingga beberapa sentimeter.

17

Berdasarkan cara hidup, foraminifera terbagi menjadi dua yaitu: 1. Planktonik, yang hidup dalam kolom air di kedalaman 0-200 m. 2. Bentik, yang hidup di permukaan dasar perairan. Foraminifera bentik terbagi menjadi organisme vagile (bergerak bebas) dan sesil (diam). Foraminifera hidup di laut, meskipun begitu famili Allogromidae dan Lagynidae hidup di air tawar. Pola sebaran foraminifera bentik dipengaruhi terutama oleh tipe sedimen permukaan. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor kimia-fisik lainnya yaitu kedalaman, suhu, tekanan hidrostatik, cahaya, kekeruhan air, gerakan aktif (arus vertikal, dan pergerakan habitat), salinitas, pH, oksigen terlarut, unsur nutrisi dan kondisi tropik, serta substansi racun dan interaksi biologi. Secara ekologis, foraminifera memiliki peran penting sebagai bioindikator. Foraminifera yang hidup pada lapisan sendimen pada dasar perairan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan mikro maupun makro lautan. Oleh karena itu foraminifera digunakan oleh peneliti sebagai penciri lingkungan pengendapan. Yang dimaksud dengan lingkungan pengendapan oleh para ahli geologi adalah tipe perairan. Sebagai contoh perairan dangkal, perairan payau, laut dalam, abisal, batial, dan lain-lain. Karena keanekaragaman mereka, kelimpahan, dan morfologi kompleks, fosil foraminifera berguna untuk

biostratigrafi, dan akurat dapat

memberikan tanggal relatif terhadap batuan. Para industri minyak sangat bergantung pada mikroorganisme seperti foram untuk menemukan deposit minyak potensial. Foraminifera digunakan sebagai penunjuk dalam ekspolrasi minyak bumi dimulai sejak perang dunia pertama, pada saat revolus industry dimulai pada saat itu pula dunia membutuhkan sumber minyak untuk berbagai aktivitas ekonomi. Sel foraminifera dibagi menjadi endoplasm granular dan ektoplasma transparan dari mana pseudopodial muncul melalui lubang tunggal. Siklus hidup Foraminifera melibatkan pergantian antara haploid dan diploid, meskipun mereka sebagian besar serupa dalam bentuk haploid atau gamet awalnya memiliki satu nukleus, dan membagi untuk memproduksi berbagai gamet, yang biasanya memiliki dua flagella. Diploid atau skhizon adalah multinukleat, dan setelah

18

meiosis fragmen untuk menghasilkan gamet baru. Beberapa putaran dari reproduksi aseksual antar generasi seksual tidak jarang dalam bentuk bentik

Gambar 1.13 Foraminifera

b. Heliozoa Heliozoa adalah amoeba akuatik yang selain bersifat plantonik atau hidup menempel dengan menggunakan tangkai pada beberapa substrat. Heliozoa ada yang tidak bercangkang dan ada yang memiliki cangkang yang terdapat lubang lubang untuk axopodia. Ciri khas ordo ini adalah tubuhnya terdiri dari dua bagian atau lapisan yaitu lapisan cortex dan lapisan medula yang berisi nucleus, vakuola makanan dan organel lain. Heliozoa memilki cangkok yang sederhana atau complex. Contoh actinophrys sol dan Actinosphaerium eichorni ditemukan hidup dalam tumbuh-tumbuhan air tawar.

Gambar 1.14 Heliozoa Sumber: Sole, 2014 c. Radiolaria Radiolaria adalah amoeba yang bersifat plantonik pada air tawar dan air laut. Ukuran relative besar, beberapa berbentuk koloni memiliki diameter beberapa

19

centimeter. Hewan ini mempunyais cangkang (tersusun atas silika) (Rahayu, 2014). Radiolaria, bersifat uniseluler seperti amoeba namun dilengkapi dengan eksoskeleton yang rumit disebut testa. Testa berfungsi sebagai pelindung. Biasanya berbentuk bulat simetris yang lebarnya dapat mencapai beberapa milimeter. Umumnya terbuat dari silika dan sering mempunyai tonjolan-tonjolan keluar. Testa berpori yang digunakan untuk menjulurkan pseudopodia guna mencari makan. Sitoplasma Radiolaria mengandung banyak vakuola yang membantu untuk tetap mengapung di perairan. Radiolaria berkembang-biak secara aseksual dengan pembelahan inti yang diikuti pemisahan sitoplasma dan sebagian testa. Radiolaria yang mati cangkangnya tenggelam dan mengendap membentuk lapisan tanah radiolaria di dasar laut dalam

Gambar 1.15 Cangkang Radiolaria

2.1.3

Subfilum Opalina Opalina adalah sufilum protozoa, umumnya berbentuk oval, tidak

berwarna dan transparan, ukurannya sekitar 1 mm. Opalina (dinamakan demikian oleh JE Purkinje dan G. Valentin), adalah genus dari Protozoa ditemukan dalam usus katak dan kodok. Ini adalah tanpa mulut atau kontraktil vakuola, ditutupi dengan hampir sama flagelliform silia, dan memiliki banyak inti, semua sama. Semua spesies endosymbionts obligat, kemungkinan besar komensal, improbably parasit, pada vertebrata berdarah dingin. Tubuhnya adalah daun seperti. Cytostome absen dan gizi yang saprozoic, sugestif peran komensal nya.Contoh spesies adalah Opalina ranarum.

20

Gambar 1.16 Opalina sp.

2.2

Peranan Anggota Filum Sarcomastigophora Flagellata memiliki peranan yang penting dalam lingkungan perairan.

Flagellata

berperan

sebagai

predator karena

memangsa

organisme uniseluler atau ganggang, bakteri, dan microfungi, sehingga populasi organisme dapat dikendalikan. Selain berfungsi sebagai pengendali, Flagellata yang bersifat saprofitik berperan sebagai dekomposer dalam rantai makanan. Di lingkungan perairan flagellata berperan sebagai phytoplankton dan zooplankton sebagai sumber pakan alami ikan dan udang. Euglena viridis dapat digunakan sebagai sumber Protein Sel Tunggal (PST), karena memiliki kandungan protein yang sangat tinggi. Trichonympha dan Myxotrichayang hidup di dalam usus rayap dapat menghasilkan enzim selulosa, sehingga membuat partikel kayu tersebut menjadi lebih lunak dan dapat dicerna rayap. Selain itu flagellate juga memiliki peranan yang merugikan diantaranya: 1. Tripanosoma lewisi parasit pada darah tikus 2. Tripanosoma cruci penyebab penyakit cagas (anemia anak) 3. Tripanosoma evansi sakit sura (malas) pada ternak, vector lalat tabanidae 4. Tripanosoma brucei penyakit nagano pada ternak 5. Tripanosoma gabiense sakit tidur, vektor lalat tsetse 6. Tripanosoma rhodosiense sakit tidur, vektor lalat tsetse 7. Tripanosoma vaginalis keputihan pada vagina 8. Leishmania donovani penyebab sakit kalaazar (demam dan anemia) 9. Leishmania tropika penyakit kulit

21

Pada filum Sarcodina ada peranan anggotanya yang menguntungkan dan merugikan, antara lain 1. Menguntungkan manusia : a. Foraminifera sebagai petunjuk sumber minyak bumi. b. Radiolaria, kerangkanya jika mengendap di dasar laut menjadi tanahradiolaria yang dapat digunakan sebagai bahan penggosok. 2. Merugikan manusia : a. Entamoeba gingivalis penyebab rusaknya gusi manusia. b. Entamoeba coli menyebabkan diare. c. Entamoeba histolista / entamoeba disentriae

2.3

Karakteristik Anggota Filum Labyrinthomorpha Filum Labyrinthomorpha merupakan filum yang sangat kecil, terdiri atas

protozoa berbentuk gelendong, tidak bersifat amoeboid, tersusun sel vegetative. Sebagian besar anggotanya berhabitat di laut, dan bersifat parasit pada alga atau rumput laut. Pada beberapa genus, sel-sel amoeboid bergerak dengan cara meluncur pada jalur yang tersusun atas lendir, contohnya adalah Labyrinthula (Rahayu, 2014:20).

Gambar 1.17 Labyrinthula

2.4

Peranan Anggota Filum Labyrinthomorpha Kebanyaka filum labyrinthomorpha merugikan bagi kehidupan, yaitu

sebagai bersifat parasit pada alga atau rumput laut.

BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan

22

Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 

Protozoa dikelompokkan menjadi 7 filum yang meliputi Sarcomastigophora, Labyrinthomorpha, Apicomplexa, Microspora, Acetospora, Myxozoa, dan Cilophora.



Filum Sarcomastigophora terdiri dari Protozoa yang memiliki flagella, kaki semu (pseudopodia). Filum Sarcodina terdiri dari tiga subfilum yaitu Mastigophora, Sarcodina, Opalina.



Filum Labyrinthomorpha adalah filum yang sangat kecil, terdiri atas protozoa berbentuk gelendong.



Peranan Filum Sarcomastigophora ada yang menguntungkan dan merugikan dalam kehidupan, namun kebanyakan peranan dari filum Labyrinthomorpha merugikan.

3.2 Saran Mikroorganisme memiliki banyak peran bagi kehidupan manusia. Mikroorganisme berada di sekitar kita oleh karena itu, diharapkan bagi pembaca agar dapat memanfaatkan peran mikroorganisme dengan tepat. Demikian juga, penulis membutuhkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat dipergunakan sebagai media pembelajaran yang baik.

22

22

23

DAFTAR RUJUKAN Ariwibowo, Moekti. Ferdinand, Fiktor. Praktis Belajar Biologi. 2009. Jakarta : Gramedia. Budirahayu, Ni Luh Eka. 2014. Zoologi Invertebrate Filum Protozoa, (online). (http://blogbudirahayu93.blogspot.com/2014/04/makalah-zoologiinvertebrata-filum.html), diakses 10 Januari 2015. Hegner, Robert W. dan Stiles, Karl A. 1957. College Zoology. United States of America. Khristiyono. 2010.Seri Pendalaman Materi Biologi Untuk SMA/MA.Jakarta : ESIS. Krysti, Yanti. 2014. Ciri Klasifikasi Amoeba, (online). (http://www.sridianti.com/ciri-klasifikasi-amoeba.html), diakses 10 Januari 2015. Rahayu, Sofia Ery. 2014. Protista Mirip Hewan. Reece, Jane B. Taylor, Martha R. Simon, Eric J. Dickey, Jean L. Campbell, Neil A. 2012. Campbell, Biology, Concepts & Connections, Seventh Edition. Amerika Serikat : Pearson Benjamin Cummings. Siemensana, Ferry. Tanpa tahun. Microworld World Of Amoeboid Organisms, (online). (http://www.arcella.nl), diakses 10 Januari 2015. Sole, eva monteiro. 2014. Heliozoa, (online). (http://grupoanticontaminacion.blogspot.com/2014/06/ciencias-naturales-seres-que-noparecen.html), diakses 10 Januari 2015. Suwignyo, Sugiarti, Widigdo, Bambang, Wardianto, Yusli dan Krisanti, Majariana. 2005. Avertebrata Air. Depok: Penebar Swadaya. Trixie, Yossi. 2010. Entamoeba histolytica, (online). (http://analislaboratoriumkesehatan.blogspot.com/2010/08/entamoebahistolytica.html), diakses 10 januari 2015. Tsukii, Y. 2004. Difflugia sp, (online). (http://protist.i.hosei.ac.jp/pdb/images/Sarcodina/Difflugia/sp_06.html), diakses 10 Januari 2015. Widayati, S., S. N. Rochmah dan Zubedi. 2009. Biologi : SMA dan MA Kelas X. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

23

More Documents from "Luthfi Syarifa"