29693-laporan (1).docx

  • Uploaded by: Bamwinata
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 29693-laporan (1).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,837
  • Pages: 21
Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sistem saraf bersifat unik dalam hal proses berpikir dan fungsi pengaturan yang sangat kompleks yang dapat dilakukannya. Sistem ini setiap menit menerima berjuta juta informasi yang berasal dari bermacam-macam saraf sensorik dan organ sensorik, kemudian mengintegrasikan semuanya untuk menentukan respons tubuh. sistem saraf adalah salah satu dari dua sistem regulatorik utama tubuh; yang lain adalah sistem endokrin. Ketiga jenis fungsional dasar neuron (neuron aferen, neuron eferen dan antarneuron) membentuk jalinan interaktif komplekes sel peka ransang. Sembilan puluh persen sel sistem saraf adalah sel glia yang tidak peka rangsang, sistem saraf pusat (SSP) yang terdiri dari otak dan medula spinalis, menerima masukan tentang lingkungan eksternal dan internal dari neuron aferen. SSP menyortir dan mengolah masukan ini memalui interneuron dan kemudian memulai arahan yang sesuai di neuron eferen, yang membawa perintah ke kelenjar atau otot untuk melaksanakan respons yang diinginkan, yaitu beberapa jenis sekresi dan pergerakan. Berbagai aktivitas yang di kontrol oleh saraf ini ditunjukan untuk mempertahankan homeostasis. Pada umumnya sistem saraf bekerja melalui sinyal listrik (potensial aksi) dan pelepsan neurontransmiter untuk mengontrol respons cepat pada tubuh. Terdapat tiga jenis jaringan otot dalam tubuh otot rangka (textus muscularis striatus skeletalis), otot polos (textus muscularis levis), dan otot jantung (textus muscularis striatus cardiacus). Setiap jenis otot memiliki kemiripan struktur dan fungsi, dan juga perbedaan. Semua jaringan otot terdiri atas sel-sel memanjang yang disebut serat. Sitoplasma sel otot disebut sarkoplasma (sarcoplasma) dan membran sel sekitar atau plasmalema disebut sarkolema (sarcolemma). Setiap sarkoplasma serat otot (myorfibra) mengandung banyak miofibril (myofibrilla), yang mengandung dua jenis filamem protein kontraktil, aktin (actinum) dan miosin (myosinum). 1.2 Tujuan Adapun tujuan praktikum histologi ini adalah untuk mengetahui struktur mikroskopik dari preparat cerebrum, cerebellum, spinal cord, plexus choroideus, medulla spinalis pada system saraf serta pada preparat otot rangka, otot jantung, otot polos, tulang kompak, cartilago embrional, cartilage hialin, cartilage elastic, osteoclast pada muskuluskeletal.

Disamping itu, dapat megetahui karakteristik yang khas dari masing-masing preparat, sehingga secara tidak langsung dapat mengetahui bagaimana peranannya masing-masing 1.1 Manfaat 1.1.1 Mahasiswa dapat mengamati berbagai macam struktur anatomi

mikroskopi berbagai

jaringan preparat dari sistem saraf, otot dan tulang yang telah disediakan 1.1.2 Mahasiswa dapat membedakan struktur anatomi mikroskopi berbagai macam jenis jaringan preparat dari sistem saraf, otot dan tulang yang telah disediakan 1.1.3 Mahasiswa mengetahui ciri-ciri, letak, dan fungsi berbagai macam jaringan preparat dari sistem saraf, otot dan tulang yang telah disediakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Masukan ke sistem saraf dimungkinkan oleh reseptor sensorik yang mengenali bermacam-macam rangsangan sensorik seperti sentuhan, bunyi,cahaya, nyeri, dingin, dan hangat. Tujuan bab ini adalah membahas mekanisme dasar yang dipakai oleh reseptor untuk mengubah rangsangan sensorik menjadi sinyal saraf yang kemudian akan disampaikan ke dan diproses dalam sistem saraf pusat. sistem saraf adalah salah satu dari dua sistem regulatorik utama tubuh; yang lain adalah sistem endokrin. Ketiga jenis fungsional dasar neuron (neuron aferen,neuron eferen dan antar neuron) membentuk jalinan interaktif komplekes selpeka ransang. Sembilan puluh persen sel sistem saraf adalah sel glia yang tidak pekarangsang, sistem saraf pusat (SSP) yang terdiri dari otak dan medula spinalis, menerima masukan tentang lingkungan eksternal dan internal dari neuron aferen. SSP menyortir dan mengolah masukan ini memalui interneuron dan kemudian memulai arahan yang sesuaidi neuron eferen, yang membawa perintah ke kelenjar atau otot untuk melaksanakan respons yang diinginkan, yaitu beberapa jenis sekresi dan pergerakan. Berbagai aktivitas yang dikontrol oleh saraf ini ditunjukan untuk mempertahankan homeostasis. Pada umumnya sistem saraf bekerja melalui sinyal listrik (potensial aksi) dan pelepsan neurontransmiter untuk mengontrol respons cepat pada tubuh. Sistem saraf tersusun menjadi sistem saraf pusat (SSP) yang terdiri dari otak dan korda spinalis, dan sistem saraf tepi (SST) yang terdiri dari serat-serat saraf yang membawa informasi antara SSP dan bagian tubuh lain (perifer). SST dibagi lagi menjadi divisi aferen dan eferen. Divisi aferen membawa informasi ke SSP, memberi tahu tentang lingkungan eksternal dan aktivitas internal yang sedang diatur oleh susunan saraf (a berasal dari ad, yang berarti "menuju", seperti dalam advance; feren berarti "membawa"; karena itu, aferen artinya "membawa ke"). Instruksi dari SSP disalurkan melalui divisi eferen ke organ efektor—otot atau kelenjar yang melaksanakan perintah agar dihasilkan efek yang sesuai (e berasal dari eks, yang berarti "dari", seperti dalam exit; karena itu, eferen berarti "membawa dari"). Sistem saraf eferen dibagi menjadi sistem saraf somatik, yang terdiri dari serat-serat neuron motorik yang menyarafi otot rangka; dan sistem saraf autonom, yang terdiri dari serat-serat yang menyarafi otot polos, otot jantung, dan kelenjar. Sistem yang terakhir ini dibagi lagi menjadi sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis, keduanya menyarafi sebagian besar organ yang disarafi oleh sistem saraf autonom. Selain SSP dan SST, sistem saraf enterik merupakan anyaman saraf luas di dinding saluran cerna. Aktivtas digestif dikontrol oleh sistem saraf autonom, sistem

saraf enterik, dan hormon. Sistem saraf enterik dapat bekerja independen tanpa sistem saraf lainnya tetapi juga dipengaruhi oleh serat autonom yang berakhir di neuron enterik. Sistem saraf enterik kadang-kadang dianggap sebagai komponen ketiga sistem saraf autonom, sistem yang hanya menyarafi organ digestif. Otot adalah spesialis kontraksi pada tubuh. Otot rangka melekat pada tulang. Sel otot rangka, atau serat otot, berbentuk silindris, panjang, dan lurik. Serat otot tersusun dari miofibril, yang merupakan struktur kontraktil berbentuk silindris yang terletak di sepanjang seratdan memiliki pita terang dan gelap bergantian sehingga memberikan gambaran lurik pada serat otot. Kontraksi otot rangka menggerakkan tulang yang dilekatinya, memungkinkan tubuh melaksanakan berbagai aktivitas motorik. Otot rangka yang menunjang homeostasis mencakup otot-otot yang penting dalam mendapatkan, mengunyah, dan menelan makanan dan otot-otot yang esensial bagi pernafasan. Kontraksi otot penghasil panas juga penting dalam regulasi suhu. Otot rangka juga digunakan untuk memindahkan tubuh menjauhi bahaya. Kontraksi otot rangka juga penting bagi berbagai aktivitas non-homeostatik, seperti menari atau mengoprasikan komputer. Otot polos ditemukan di dinding organ dan saluran berongga. Kontraksi ototpolos yang terkontrol mengatur perpindahan darah memalui pembuluh darah, makanan melalui saluran cerna,udara melalui saluran pernafasan,dan urine ke luar tubuh. Otot jantung hanya terdapat di dinding jantung,yang kontraksinya memompa darah yang penting dalam mempertahankan kehidupan ke seluruh tubuh. Jantung terdiri atas tiga tipe otot jantung utama yakni: ototatrium, otot ventrikel, serta serat otot eksitatorik dan penghantar khusus. Tipe otot atrium dan ventrikel berkontraksi dengan cara yang sama seperti otot rangka, hanya saja durasi kontraksi otot otot tersebut lebih lama. Namun, serat eksitatorik dan penghantar khusus berkontraksi dengan lemah sebab serat-serat ini hanya mengandung sedikit fibril kontraktil; serat ini malah memperlihatkan lepasan muatan listrik berirama otomatis dalam bentuk potensial aksi, maupun penghantaran potensial aksi melalui jantung, sehingga menjadi suatu sistem eksitatorik yang mengatur denyut jantung berirama. Otot membentuk kelompok jaringan terbesar ditubuh, menghasilkan sekitar separuh berat tubuh. Otot rangka saja membentuk sekitar 40% berat tubuh pada pria dan 32% pada wanita, dengan otot polos dan otot jantung membentuk 10% berat lainnya. Meskipun ketiga jenis otot secara struktural dan fungsional berbeda, mereka dapat diklasifikasikan dalam dua cara berlainan berdasarkan karakteristik umumnya Pertama, otot dikategorikan sebagai lurik (otot rangka dan otot jantung) atau polos (otot polos), bergantung pada ada-tidaknya pita terang gelap bergantian, atau striatians (garis-garis), jika otot dilihat di bawah mikroskop cahaya.

Kedua, otot dapat dikelompokkan sebagai volunter (otot rangka) atau involunter (otot jantung dan otot polos), masing-masing bergantung pada apakah mereka disarafi oleh sistem saraf somatik dan berada di bawah kontrol kesadaran, atau disarafi oleh sistem saraf autonom dan tidak berada di bawah kontrol kesadaran. Meskipun otot rangka digolongkan sebagai volunter, karena dapat dikontrol oleh kesadaran, banyak aktivitas otot rangka juga berada di bawah kontrol involunter bawah-sadar, misalnya yang berkaitan dengan postur, keseimbangan, dan gerakan stereotipe seperti berjalan.

BAB III METODE PRATIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Pratikum ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu 1, Universitas Islam Al-Azhar, Mataram. Terdapat dua waktu yang digunakan dalam melakukan praktikum sistem saraf dan otot tulang yaitu yang pertama pada hari Jum’at, tanggal 22 Februari 2019, pukul WITA sampai dengan 14.40 WITA dan pratikum kedua pada hari Rabu tanggal 06 Maret 2019, pukul 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat - Mikroskop listrik

-

lensa 3.2.2 Bahan - Sediaan Preparat Pratikum 1 : cerebrum, cerebellum, spinal cord, plexus choroideus dan medulla spinalis

- Sediaan

Preparat Pratikum 2 : otot rangka, otot jantung, otot polos, tulang kompak, cartilago embrional,

cartilage

hialin, cartilage elastic, dan osteoclast. 3.3 Cara Kerja 1. Nyalakan mikroskop kemudian letakkan preparat pertama dengan perbesaran 10 x 10 atau dengan perbesaran 40 x 10 lalu amati dan gambar hasil pengamatannya 2. Kemudian ganti preparat kedua dan atur dengan perbesaran yang sama yang pertama dengan perbesaran 10 x 10 maupun 40 x 10 lalu amati dan gambar hasil pengamatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Tabel 1 Hasil pengamatan menggunakan mikroskop pratikum pertama pada sistem saraf Keterangan No. Gambar 1

Nama : Cerebrum Struktur :

2

Nama : Cerebelum Struktur :

3

Nama : Spinal Chord Struktur :

4

Nama : Plexus Choroideus Struktur :

5

Nama : Medula Spinalis Struktur :

Tabel 2 Hasil Pengamatan menggunakan mikroskop pratikum kedua pada otot dan tulang Keterangan No. Gambar 1

Nama : Otot Lurik Struktur :

2

Nama : Otot Polos Struktur :

3

Nama : Otot Jantung Struktur :

4

Nama : Tulang Compacta Struktur :

5

Nama : Cartilago Fibrosa Struktur :

6

Nama : Cartilago Hialin Strukrur :

7

Nama : Cartilago Elastic Struktur :

4.2 Pembahasan a) Pratikum 1 Sistem Saraf 1. Cerebrum Berdasarkan hasil pengamatan menggunakan mikroskop terlihat bahwa cerebrum memiliki substansia grisea korteks serebri yang tersebar di enam lamina, dengan satu atau lebih jenis sel mendominasi di masing-masing lamina. Meskipun terdapat variasi susunan sel di bagian korteks serebri yang berbeda, namun lamina tersebut dapat dikenali secara jelas. Akson horizontal dan radial berkaitan dengan sel neuronal di berbagai lamina menyebabkan korteks serebri tampak berlapis japis. Berbagai lamina tersebut yaitu , pertama yang paling superfisial adalah lamina molecularis. Lamina.molecularis dilapisi oleh jaringan ikat otak yang halus, pia mater. Bagian tepi lamina molecularis terutama terdiri dari sel neuroglia dan sel horizontal cajal. Akson-aksonnya membentuk serat horizontal yang tampak di lamina molecularis.Kedua, lamina granularis externa terutama mengandung berbagai jenis sel neuroglia dan sel piramid kecil (neuron pyramidale parvum). Sel piramid semakin membesar di lapisan korteks yang lebih dalam. Dendrit apikal sel piramid mengarah ke bagian tepi korteks sedangkan aksonnya berasal dari basal sel. Ketiga yaitu lamina pyramidalis externa, sel piramid ukuran-sedang yang mendominasi. Kemudian yang keempat adalah lamina granularis interna merupakan suatu lapisan tipis yang mengandung banyak sel granular (neuron granulare) kecil, beberapa sel piramid, dan berbagai neuroglia yang membentuk hubungan yang kompleks dengan sel piramid. Lalu yang kelima, lamina piramidalis interna mengandung banyak sel neuroglia dan sel piramid terbesar, terutama di daerah motoric korteks serebri. Kemudian terdapat lamina terdalam adalah lamina multiformis. Lamina ini berdekatan dengan substansia alba korteks serebri. Lamina multiformis mengandung campuran sel dalam berbagai bentuk dan ukuran, misalnya sel fusiform (neuron fusiforme), sel granula, sel stelata (neuron stellatum), dan sel Martinotti. Berkas akson masuk dan keluar substansia alba. 2. Cerebellum Berdasarkan hasil pengamatan menggunakan mikroskop terlihat bahwa struktur dari cerebellum memiliki bentuk berkelok-kelok yaitu folia serebeli (tunggal, folium) yang dipisahkan oleh sulci. Folia serebeli dilapisi oleh jaringan ikat tipis, pia mater, yang mengikuti permukaan setiap folium ke dalam zulci. Terlepasnya pia mater dan korteks serebeli adalah suatu artefak akibat fiksasi dan persiapan jaringan. Masing-masing lipatan disangga di bagian tengah oleh medulla serebeli. Setiap kali

lipat memiliki lapisan molekul yang berbeda dan lapisan granular. Pembesaran tinggi (40 X 100) menunjukkan bahwa lapisan granular yang mengelilingi medula adalah padat dengan berbagai jenis badan sel saraf bulat sangat kecil. Lapisan molekul luar terdiri dari neuropil dengan lebih sedikit, lebih banyak tersebar neuron kecil. Lapisan yang membentuk otak kecil (otak kecil) terdiri dari subsatia grisea yang terletak ditepi (dinamakan korteks serebeli). Korteks serebeli tersusun atas 3 lapisan: 

Lapisan molekular lapisan terluar dan langsung terletak di bawah lapisan pia dan sedikit berisi sel saraf kecil, serat saraf tak bermielin, sel stelata, dan dendrit sel Purkinje dari lapisan dibawahnya.



Lapisan Purkinje disebut lapisan ganglioner, banyak sel-sel Purkinje yang besar dan berbentuk seperti botol dan khas untuk serebelum. Dendritnya bercabang dan mengganti lapisan molekular, sementara akson termielinasi menembus substansia alba.



Lapisan granular lapisan terdalam dan tersusun atas sel-sel kecil dengan 3-6 dendrit naik ke lapisan molekular dan terbagi atas 2 cabang latera

Pada perbesaran 40 x 100 menunjukkan potongan kecil korteks serebeli di atas substansia. Sel Purkinje membentuk stratum purkijense, dengan nukleus dan nukleolus yang mencolok, tersusun dalam satu deretan di antara stratum moleculaie dan stratum granulosum. Stratum moleculare mengandung neuron corbiforme yang tersebar dengan akson tidak bermielin yang biasanya berjalan horizontal. Di stratum granulosum terdapat banyak sel granula kecil dengan nukleus terpulas-gelap dan sedikit sitoplasma. 3. Spinal Cord atau Medula Spinalis Medula spinalis atau spinal cord adalah suatu silinder panjang langsing jaringan saraf yang berjalan dari batang otak yang keluar melalui sebuah lubang besar di dasar tengkorak, dibungkus oleh kolumna vertebralis protektif sewaktu turun melalui kanalis vertebralis. Di daerah torakal medula spinalis berbeda dari daerah servikal. Medula spinalis torakal mempunyai kornu posterior (cornu posterius) grisea yang lebih tipis dan kornu anterior (cornu anterius) grisea yang lebih kecil dengan neuron motorik yang lebih sedikit. Sebaliknya, kornu lateral (cornu laterale) grisea berkembang baik di daerah torakal. Daerah torakal ini mengandung neuron motorik dari divisi simpatis susunan saraf otonom. Struktur lain di daerah mid-torakal medula spinalis mirip dengan yang

terdapat di daerah servikal. Struktur ini adalah sulcus medianus posterior, fissura mediana ant erior, fasciculus gracilis dan fasciculus cuneatus (terlihat di bagian tengah sampai bagian atas torakal medula spinalis) di kolumna posterior alba), kolumna lateral alba, kanalis sentralis, dan commisura grisea. Pada kornu posterior grisea terdapat akson-akson radiks posterior, sementara keluar dari kornu anterior grisea adalah akson radiks anterior. Di sekitar medula spinalis terdapat lapisan jaringan ikat meninges. Jaringan ikat ini adalah dura mater di sebelah luar yang merupakan jaringan fibrosa tebal, araknoid mater yaitu lapisan tengah yang lebih tipis, dan pia mater yang merupakan lapisan dalam yang tipis dan melekat erat pada permukaan medula spinalis. Di dalam pia mater terdapat banyak pembuluh darah spinal anterior dan posterior dengan berbagai ukuran. Di antara araknoid mater dan pia mater terdapat spatium subarachnoideum. Trabekula halus berada di dalam spatium subarachnoideum menghubungkan pia mater dengan araknoid mater. 4. Plexus Choroideus Berdasarkan hasil pengamatan meggunakan mikroskop terlihat bahwa plexus choroideus terdiri atas regio jaringan system saraf pusat yang sangat khusus dan mengandung sel ependim dan pia mater bervaskular yang menonjol dari dinding ventrikel spesifik. Sel ependim adalah sel epitel seperti yang membentuk satu lapisan yang melapisi ventrikel cairan dan kanal pusat SSP. Melapisi ventrikel otak, sel-sel ependim kolumnar memperpanjang silia dan mikrovili dari permukaan apikal ke ventrike. Modifikasi ini membantu sirkulasi CSS dan memantau isinya. Sel ependim memiliki taut kompleks di ujung apikal seperti dari sel-sel epitel tetapi tidak memiliki lamina basal. Sel-sel ujung basal yang meruncing, proses cabang yang memperluas dan menembus beberapa jarak ke neurofil yang berdekatan. Daerah lain ependima bertanggung jawab untuk produksi CSS. Sel ependim juga melapisi kanalis sentralis dari sumsum tulang belakang membantu memindahkan CSS di wilayah. Potongan plexus choroideus bilateral

yang menonjol ke dalam ventrikel

keempat (V) di dekat serebrum dan serebelum. Pleksus ini terlipat secara rumit dengan banyak vili yang menyerupai jari. Pada pembesaran yang lebih kuat, setiap vilus tampak tervaskularisasi baik dengan kapiler dan dilapisi oleh suatu lapisan kontinu sel ependim. Plexus choroideus khusus untuk mengangkut air dan ion melalui endotel kapiler dan lapisan ependim dan pelepasannya sebagai cairan serebrospinal (CSS).

5. Otot jantung -

Berdasarkan hasil pengamatan menggunakan mikroskop kami mengamati otot jantung yang terpotong memanjang (longitudinal) dan melintang. Serat otot jantung memiliki beberapa ciri yang terlihat pada serat otot rangka. Serat otot jantung sangat mirip dengan yang terlihat pada otot rangka. Meskipu begitu, serat otot jantung memperlihatkan percabangan tanpa banyak perubahan pada diameternya. Serat otot jantung juga lebih pendek daripada serat otot rangka dan memiliki satu nukleus yang terletak di tengah. Letak intinya yang di tengah jelas terlihat pada serat yang terpotong melintang. Di sekitar inti terdapat daerah jernih yaitu sarcoplasma perinucleare nonfibrillare. Pada potongan melintang, sarcoplasma perinucleare tampak sebagai rongga kosong jika irisan tidak melalui inti. Pada potongan melintang juga terlihat miofibril sel otot jantung. Salah satu ciri khas untuk membedakan serat otot jantung adalah diskus interkalaris. Struktur terpulas-gelap ini ditemukan pada interval tidak teratur di otot jantung dan merupakan kompleks taut khusus antara serat-serat otot jantung. Otot jantung memiliki suplai darah yang sangat banyak. Banyak pembuluh darah kecil dan kapiler yang ditemukan di sekat iaringan ikat dan endomisium di antara masing-masing serat otot.

-

Pada pengamatan dengan potongan memanjang serat otot iantung memiliki crossstriation, percabangan, dan inti tunggal di tengah. Diskus interkalaris terpulas-gelap menghubungkan setiap serat otot jantung. Di dalam setiap serat otot jantung terlihat miofibril halus. Dimana serat iaringan ikat halus mengelilingi masing-masing serat otot jantung.

6. Otot rangka Serat otot rangka adalah sel multinukleus silindris panjang, dengan inti-inti tersebar di perifer. Otot ini memiliki banyak nukleus karena penyatuan prekursor sel otot mioblas (myoblastus) selama perkembangan embrionik. Setiap serat otot terdiri dari subunit-subunit yang disebut miofibrilyang terentang di sepanjangserat. Miofibril, selanjutnya, terdiri daribanyakmiofilamen (myofilamentum) yang dibentuk oleh protein kontraktil tipis, aktin, dan protein kontraktil tebal, miosin. Di dalam sarkoplasma, susunan fi.lamen aktin dan miosin sangat teratur, membentuk pola crossstriation,yang dilihat di bawah mikroskop cahaya berupa stria I (discus isotropicus) terang dan stria A (discus anisotropicus) gelap di setiap serat otot. I(arena cross-striation ini, otot rangka disebut juga textus muscularis striatus (striated muscle).

Pemeriksaan dengan mikroskop elektron memperlihatkan susunan internal protein kontraktil di setiap miofibril. Gambaran resolusi-tinggi ini menunjukkan bahwa setiap stria I terang terpisah menjadi dua oleh linea Z (diskus atau pita) padat melintang. Di antara dua linea Zyangberdekatan terdapat unit kontraktil otot terkecif sarkomer (sarcomerum). Sarkomer adalah unit kontraktil berulang yang terlihat di sepanjang setiap miofibril dan merupakan ciri khas sarkoplasma serat otot rangka dan jantung' Otot rangka dikelilingi oleh lapisan jaringan ikat padat tidak teratur yang disebut epimisium (epimysium). Dari epimisium, lapisan jaringan ikat kurang padat tidak teratur, disebut perimisium (perimysium), masuk dan memisahkan bagian dalam otot menjadi berkas-berkas yang lebih kecil yaitu fasikulus (fasciculus muscularis); setiap fasikulus dikelilingi oleh perimisium. Selapis tipis serat jaringan ikat retikular, endomisium (endomysium), membungkus setiap serat otot. Di selubung jaringan ikai terdapat pembuluh darah (vas sanguineum), saraf, dan pembuluh limfe (lihat Gambaran Umum 6). Hampir semua otot rangka terdapat reseptor regang sensitif, yaitu gelendong neuromuskular (iunctio neuromuscularis fusi). Gelendong ini terdiri atas kapsul jaringan ikat, tempat ditemukannya serat otot modifikasi yaitu serat intrafusal (myofibra intrafusalis) dan banyak ujung saraf (terminationes neurales), dlkelilingl oleh ruang berisi-cairan. Gelendong neuromuskular memantau perubahan (peregangan) panjang otot dan mengaktifkan refleks kompleks untuk mengatur aktivitas otot. 7. Otot polos Otot polos memiliki distribusi yang luas dan ditemukan di banyak organ berongga. Serat otot polos juga mengandung filamen kontraktil aktin dan miosin; namun, filamen-filamen ini tidak tersusun dalam pola cross-striation teratur seperti pada otot rangka dan otot jantung. Akibatnya, serat otot ini tampak polos atau tidak berserat. Serat otot polos adalah otot involunter dan, karenanya, berada di bawah kontrol sistem saraf otonom dan hormon. Serat-seratnya kecil dan berbentuk fusiformis atau kumparan, dan mengandung satu inti di tengah. Di bawah mikroskop cahaya, otot polos tampak sebagai serat tunggal atau berkas tipis yaitu fasikuIus' Otot polos banyak dijumpai melapisi organ visera berongga dan pembuluh darah. Di organ saluran Pencernaan, uterus, ureter, dan organ berongga lainnya, otot polos terdapat dalam bentuk lembaran atau lapisan. Jaringan ikat membungkus masing-masing serat otot dan lapisan otot. Di pembuluh darah, serat otot

tersusun dengan pola melingkar, tempat otot ini mengendalikan tekanan darah dengan mengubah diameter lumen pembuluh. 8. Tulang kompak Tulang kompak terdiri dari sistem-sistem Havers. Setiap sistem Havers terdiridari saluran Havers (Canalis= saluran) yaitu suatu saluran yang sejajar dengan sumbutulang,

di

dalam

saluran

terdapat

pembuluh-pembuluh

darah

dan

saraf.Disekeliling sistem havers terdapat lamela-lamela yang konsentris dan berlapislapis.Lamela adalah suatu zat interseluler yang berkapur. Pada lamela terdapat ronggarongga yang disebut lacuna. Di dalam lacuna terdapat osteosit. Dari lacuna keluar menuju ke segala arah saluran-saluran kecil yang disebut canaliculi yang berhubungan dengan lacuna lain atau canalis Havers. Canaliculi penting dalam nutrisiosteosit. Di antara sistem Havers terdapat lamela interstitial yang lamella-lamelanyatidak berkaitan dengan sistem Havers. Pembuluh darah dari periostem menembustulang kompak melalui saluran volkman dan berhubungan dengan pembuluh darahsaluran Havers. Kedua saluran ini arahnya saling tegak lurus. Dan tulang spons tidak mengandung sistem Havers. Tulang kompak memiliki susunan yang teratur dimana lamella tulang tersusun konsentri mengelilingi saluran Havers yang arahnya selalu menurut kepanjangan tulang. Lamella tulang terdiri atas lamella sirkumfrensial luar, lamella sirkufrensial dalam lamella interstisial, dan lamella konsentris. Lamella sirkumfrensial luar terletak pada bagian di bawah periosteum, sedangkan lamella sirkumfrensial dalam terdapat diatas endosteum. Kedua lamella medulla sebagai pusat lamella sirkumfrensial luar memiliki lamella yang lebih banyak dibandingkan dengan lamella sirkumfrensial dalam. Lamella interstisial merupakan lamella yang terdapat diantara lamella konsentris dan berada diantara kedua lamella sirkumfrensial. Lamella ini berjalan sejajar berbentuk segi tiga dan kadang-kadang tidak teratur. Iamerupakan sisa-sisa lamella yang ditinggalkan oleh sistem havers yang dirusak selama pertumbuhan tulang. Lamella konsentris dibentuk oleh serabut kolagen yang tersusun konsentris atau sejajar mengelilingi suatu saluran yang disebut saluran Havers. Saluran Havers dan lamella yang tersusun konsentris disebut sistem Havers. Di dalam saluran havers terdapat: pembuluh darah, pembuluh syaraf, pembuluh limfed, dan jaringan ikat. Saluran havers berhubungan dengan rongga sumsum, periosteum & saluranhavers lain melalui saluran volkman Di dalam diafisis. Lamella-lamella

memperlihatkan suatu susunan khas. Terdiri atas sistem havers. Sistem sirkumferensial luar dan dalam dan sistem intermediat. Setiap sistemhavers merupakan suatu serabut yang panjang, sering bercabang dua dan sejajar dengan diafisis. Sel ini penting dalam pertumbuhan dan perbaikan tulang. oleh sebabitu bersifat osteogenik. Sifat osteogenik periosteum berlangsung secara aposis dantidak pernah

secara

interstitial.

Dalam

periosteum

terdapat

pembuluh

darah.

Pembuluhsyaraf dan limfe (pada rawan tidak ada)Saluran havers dihubungkan dengan permukaan sebelah dalam dan sebelahluar oleh saluran Volkman. Saluran ini tidak dikelilingi oleh lamella tulang. Saluranini melewatkan pembuluh darah, pembuluh syaraf pembuluh limfe dan jaringan ikat. 9. Cartilago Elastika Dan Fibrosa Tulang rawan elastic berbeda dari tulang rawan hialin terutama oleh banyaknya serat elastic di dalam matriks. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat adanya serat elastik tipis. Serat elastik masuk ke matriks tulang rawan dari perikondrium jaringan ikat sekitar dan menyebar membentuk serat-serat yang bercabang dan beranastomosis dalam berbagai ukuran. Densitas serat bervariasi di antara tulang rawan elastik dan juga di antara bagian lain pada tulang rawan yang sama. Seperti pada tulang rawan hialin, kondrosit besar di dalam lacuna lebih banyak ditemukan di bagian dalam lempeng. Kondrosit kecil dan gepeng terletak di pinggir pada lapisan kondrogenik. Cartilago elastic menunjukkan bahwa struktur jenis ini ditandai oleh adanya tulang rawan dengan serat elasti halus bercabang di dalam matriks tulang rawannya, selain kondrosit dan lakuna. Adanya serat elastik menyebabkan kelenturan tulang rawan ini, selain sebagai penyokong. Di sekeliling tulang rawan elastik terdapat lapisan jaringan ikat padat tidak teratur, yaitu perikondrium. Perikondrium sebelah dalam, tempat kondroblas terbentuk untuk menyintesis matriks tulang rawan. Di perikondrium juga terlihat fibrosit jaringan ikat dan venula.

BAB V PENUTUP

5.1 KESIMPULAN Melalui praktikum ini dapat disimpulkan bahwa jaringan musculoskeletal berhubungan erat. Dimulai dari system saraf (neuro) yang tersusun menjadi sistem saraf pusat (SSP) yang terdiri dari otak dan korda spinalis, dan sistem saraf tepi (SST) yang terdiri dari seratserat saraf yang membawa informasi antara SSP dan bagian tubuh lain (perifer). System otot dan tulang (musculoskeletal) yang terdiri dari otot polos, otot jantung, otot rangka, tulang rawan hialin, tulang kompak, dan tulang elastic dan fibrosa. Dimana otot tersebut memiliki karakteristik seperti eksitabilitas, kontrabilitas ekstensisibilitas dan elastisitas yan berbeda-beda.

Related Documents


More Documents from "Kevin Bran"

Pdf.pdf
December 2019 10
Ppt Mkdu Bahasa Inggris.pptx
December 2019 11
Skeletal.pdf
December 2019 6
29693-laporan (1).docx
June 2020 10