29176_pembahasan Sabun Transparan.docx

  • Uploaded by: Sarta Hidayat
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 29176_pembahasan Sabun Transparan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,244
  • Pages: 5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan a. Tinggi dan stabilitas busa: 3,8 cm dan stabil dalam 5 menit b. Uji organoleptik Warna

: Putih

Bau

: Aroma kelapa

Tekstur

: Padat dan agak licin

Bentuk

: bulat

c. Uji daya bersih Dapat membersihkan noda dengan baik dan cepat d. Sensasi setelah penggunaan Sejuk, tidak licin, bersih, harum, namun agak sedikit lengket e. Keasaman (pH) pH sediaan = 8 B. Pembahasan Sabun padat transparan merupakan salah satu inovasi dari sabun untuk membuat sabun menjadi lebih bervariasi dan menarik. Sabun transparan mempunyai busa yang lebih halus jika dibandingkan dengan sabun yang tidak transparan (Qisty, 2009). Faktor yang dapat mempengaruhi transparansi sabun adalah kandungan alkohol, gula, dan gliserin dalam sabun. Ketika sabun akan dibuat jernih dan bening, maka hal yang paling penting adalah kualitas gula, alkohol, dan gliserin. Kandungan gliserin baik untuk kulit karena berfungsi sebagai pelembab pada kulit dan membentuk fasa gel pada sabun (Rahadiana dkk., 2014). Dua komponen utama penyusun sabun adalah asam lemak dan alkali. Pemilihan jenis asam lemak menentukan karakteristik sabun yang dihasilkan, karena setiap jenis asam lemak akan memberikan sifat yang berbeda pada sabun (Widiyanti, 2009). Asam lemak merupakan komponen utama penyusun lemak dan minyak, sehingga pemilihan jenis minyak yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun merupakan hal

yang sangat penting. Untuk menghasilkan sabun dengan kualitas yang baik, maka harus menggunakan bahan baku dengan kualitas yang baik pula. Pada praktikum kali ini, kelompok kami melakukan pembuatan sabun transparan dengan menggunakan ekstrak lidah buaya (Aloe vera L.) sebagai bahan aktif utamanya. Pemilihan lidah buaya sebagai bahan aktif utama didasarkan kepada kandungannya yang baik untuk merawat dan menjaga kulit. Menurut (Suryowidodo, 1988), lidah buaya sebagai bahan baku kosmetik memiliki khasiat untuk membuat kulit tidak cepat kering dan berfungsi sebagai pelembab. Kandungan muccopolysaccharides pada lidah buaya dapat membantu dalam meningkatkan kelembapan kulit karena lidah buaya merangsang fibroblast yang menghasilkan serat kolagen dan elastin yang membuat kulit lebih elastis dan mengurangi kerutan. Selain itu, dalam gel lidah buaya juga mengandung saponin dan lignin yang berkhasiat membersihkan kotoran dari kulit, melembutkan, melembabkan dan menambah kehalusan kulit (Hambali, 2005). Untuk menjadikan lidah buaya sebagai bahan baku pembuatan sabun transparan, perlu dilakukan pengupasan dan pengambilan sari atau ekstraksi. Hal tersebut bertujuan untuk mendapat bagian yang diperlukan saja. Selain itu, karena kami ingin membuat sabun transparan, maka kami melakukan proses penyaringan untuk mendapatkan ekstrak yang jernih dan bebas dari ampas. Ampas dari lidah buaya dapat mengakibatkan sabun terlihat kotor atau tidak jernih. Pada proses ekstraksi, sebelumnya lidah buaya perlu dicuci dan direndam dahulu untuk mengurangi getah dari lidah buaya itu sendiri. Proses perendaman dilakukan sekitar 1 jam, kemudian dibilas kembali dengan air. Setelah ekstrak siap, maka ekstrak tinggal ditambahkan pada basis sabun. Prosedur kerja selanjutnya yaitu menyiapkan alat dan menimbang bahan, kemudian setelah semua bahan ditimbang, fase minyak (minyak kelapa dan asam stearate) dilebur di atas penangas air hingga suhu 70ºC. Tujuan peleburan yaitu agar asam stearat yang berbentuk padatan dapat bercampur dengan minyak kelapa dan bahan lainnya. Penggunaan asam stearat berfungsi untuk mengeraskan sabun ketika dingin nanti (setelah dimasukkan ke cetakan). Alasan peleburan dilakukan pada suhu 70ºC adalah agar minyak kelapa tidak teroksidasi yang menyebabkan bau tengik. Selanjutnya ditambahkan larutan NaOH sambil diaduk hingga terbentuk masa yang homogen dan kalis sambil tetap dilakukan pemanasan dengan tujuan agar larutan sabun yang di buat menjadi kental dan mengeras. Tahap ini merupakan titik kritis, dimana apabila pengadukan dilakukan dengan tidak konstan,

maka sabun akan memadat. Proses ini disebut dengaan proses saponifikasi yang dimana merupakan suatu reaksi pembentukan sabun yang melibatkan basa (NaOH) menghidrolisis trigliserida dan merupakan suatu reaksi yang irreversibel sehingga menghasilkan sabun dan gliserol. Setelah terbentuk massa yang kalis ditambahkan gula dan Na2EDTA yang telah di larutkan dengan air terlebih dahulu. Tujuan penambahan Na 2EDTA adalah sebagai pengompleks, sedangkan sukrosa berfungsi sebagai humektan yang dikenal dapat membantu pembusaan sabun. Jumlah gula yang digunakan sangat berpengaruh kepada sabun yang dihasilkan. Jika gula yang digunakan terlalu banyak maka produk sabun akan menjadi lengket, dan pada permukaannya akan keluar gelembung kecil-kecil. Setelah itu ditambahkan gliserin sebagai produk samping dari reaksi hidrolisis antara minyak nabati dengan air untuk menghasilkan asam lemak, dan juga berfungsi sebagai humektan sehingga melembabkan kulit setelah berpeneterasi ke dalam kulit karena sifatnya yang mampu mengikat air. Setelah itu ditambahkan etanol yang berfungsi untuk melarutkan sabun menjadi kristal-kristal yang lebih kecil sehingga terlihat transparan dan juga memiliki kemampuan membersihkan dan pembasah kulit yang lebih baik di bandingkan air karena etanol dapat menurunkan tegangan permukaan kulit, setelah masa yang sebelumnya berbentuk kalis berubah menjadi larutan kemudian ditambahkan ekstrak lidah buaya sebagai zat aktif. Setelah semua melarut sempurna, suhu diturunkan menjadi 50-60˚C dan ditambahkan parfum setelah itu tuangkan campuran ke dalam cetakan dan di diamkan hingga mengeras. Pada pembuatan sabun dari minyak kelapa tidak sepenuhnya terjadi secara sempurna, hal ini dapat di karenakan beberapa faktor diantaranya saat pemanasan minyak tidak memperhatikan suhu, yang dimana suatu lemak memiliki turbidy poin/titik kritis yaitu suhu dimana minyak/lemak cair menjadi fase padat, yang dimana agar minyak dan lemak melarut dengan sempurna membentuk larutan yang jernih, maka dilakukan pemanasan, namun

kenaikan suhu melebihi suhu optimum, maka dapat

menyebabkan pengurangan hasil karena harga konstanta keseimbangan reaksi akan turun. Selain karena suhu faktor lain yang mempengaruhi proses pembuatan sabun yaitu penambahan NaOH yang dilakukan secara langsung tidak sedikit demi sedikit juga pengadukan yang tidak konstan dapat mempengaruhi terbentuknya campuran sabun yang berbeda

Evaluasi Sediaan Yang pertama dilakukan uji stabilitas busa sediaan sabun transparan, tujuan uji stabilitas ini adalah untuk mengetahui stabilitas yang diukur dengan tinggi busa dalam tabung reaksi dengan skala dengan rentan waktu tertentu dan kemampuan surfaktan untuk menghasilkan busa. Menurunnya volume cairan yang mengalir dari busa setelah rentan waktu tertentu setelah busa pecah dan menghilang dinyatakan sebagai persen. Stabilitas busa dinyatakan sebagai ketahanan suatu gelembung untuk mempertahankan ukuran dan atau pecahnya lapisan film dari gelembung, untuk stabilitas busa setelah lima menit busa harus mampu bertahan antara 60-70% dari volume awal (Dragon et al., 1969). Penelitian Golemanov et al, (2008) menyatakan bahwa kombinasi surfaktan anionik dan amfoterik (SLS dan CAPB) membentuk film gelembung yang tipis dan laju penurunan busa secara vertikal sangat cepat dan hilang dalam waktu 100 detik. Pembentukan busa disebabkan adanya perbedaan tegangan osmotik dalam cairan, molekul terlarut seperti surfaktan mengubah tegangan permukaan cairan yang kemudian akan membentuk gelembung. Busa yang didapat pada hasil sediaan sabun kali ini yakni setinggi 3,8 cm dimana busa stabil selama 5 menit dan mampu bertahan 60-70% dari tinggi busa. Selanjutnya dlakukan uji pH sabun, evaluasi pH merupakan salah satu aspek pada evaulasi sediaan sabun padat transparan, pengukuran pH dilakukan bertujuan untuk melihat pH sediaan yang terpengaruh terhadap sifat iritasi kulit. Menurut (Jellinek et al.,1970 cit Fachmi, 2008), pH sabun umumnya berkisar antara 9,5–10,8 jumlah alkali yang ada dalam sabun mempengaruhi besarnya nilai pH. Pembuatan sabun melibatkan pemakaian sejumlah besar NaOH yang mempengaruhi pH. Didapat hasil pH sediaan sabun transaparan jadi kelompok ini yakni nilai pH 8. pH yang sangat tinggi atau sangat rendah dapat meningkatkan daya absorbsi kulit sehingga kulit menjadi teriritasi. Uji organoleptik berupa warna, bau dan tekstur. Sabun yang kami hasilkan memiliki warna putih yang tidak terlalu transparan dimana hal ini menunjukkan terdapat kesalahan dari cara pengerjaan. Bau dari sabun kami adalah aroma coconut dimana baunya wangi dan lembut. Tekstur dari sabun kami halus, padat dan homogen.

Sensasi setelah penggunaan dilakukan ke pada masing-masing anggota kelompok 3 kemudian dicatat pendapat kita setelah menggunakan sabun. Kelompok kami menyatakan bahwa tangan terasa halus, lembut bersih namun terasa sedikit lengket setelah penggunaannya. Hal ini menandakan bahwa sabun terbukti cukup baik.

Related Documents

Sabun
October 2019 24
Sabun Batangan.docx
December 2019 16
Home Industri Sabun Bening
December 2019 7
Jual Sabun Mandi Padat
December 2019 23
Sabun Cuci Batangan
December 2019 12

More Documents from "pakde jongko"

29840_uji Boraks.docx
October 2019 10
Smp Sukabumi
May 2020 29
Soal Us 9
May 2020 40
Doc1.docx
April 2020 33