278176_laprak.docx

  • Uploaded by: Adhi Mahardika
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 278176_laprak.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,164
  • Pages: 26
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU PEMULIAAN TERNAK

Disusun oleh: Gunawan Jun Y.M

200110170046

Helda Rahayu Novianti

200110170062

Nur M. Iskandar

200110170151

Enika

200110170154 Kelompok: 5

Kelas : C

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN SUMEDANG 2019

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ILMU PEMULIAAN TERNAK TAHUN AKADEMIK 2014/2015

Disusun Oleh : Gunawan Jun Y.M

200110170046

………………

Helda Rahayu Novianti

200110170062

………………

Nur M. Iskandar

200110170151

………………

Enika

200110170154

………………

Telah diterima dan disahkan oleh Dosen Mata Kuliah Ilmu Pemuliaan ternak pada tanggal…………………………..

Menerina dan mengesahkan Dosen Mata Kuliah Ilmu Pemuliaan Ternak

Ir. Primiani Edianingsih, MS. NIP 19600624 198503 2 003

ii

KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWr. Wrb. Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, kami, dalam hal ini, kelompok 5, telah menyusun laporan ini sebagai data hasil pengamatan kami. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada pihakpihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Tanpa bantuan mereka, maka laporan ini tidak dapat dirampungkan. Laporan ini disampaikan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Pemuliaan Ternak. Kami berharap laporan ini dapat berguna bagi teman-teman sekalian. Kami menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu kami meminta maaf bila ada kesalahan dalam kata-kata maupun penulisan. Untuk dijadikan bahan evaluasi guna memperbaiki praktikum Pemuliaan Ternak kedepannya. Wassalamualaikum Wr. Wrb Jatinangor, 25 Maret 2019

Penulis

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN .................................................. ii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 1.1

Latar Belakang .................................................................................................. 1

1.2

Tujuan Praktikum ............................................................................................ 2

1.3

Manfaat Praktikum .......................................................................................... 2

1.4

Metode Praktikum ............................................................................................ 2

1.4.1

Alat dan Bahan .......................................................................................... 2

1.4.2

Metode Pelaksanaan ................................................................................. 2

1.4.3

Analisis Data .............................................................................................. 3

HASIL KEGIATAN PRAKTIKUM ................................................................... 4 2.1

Deskripsi Populasi Dasar .................................................................................... 4

2.1.1

Landasan Teoritis ..................................................................................... 4

2.1.2

Hasil dan Pembahasan.............................................................................. 7

2.2

Nilai Ripitabilitas .............................................................................................. 9

2.2.1

Landasan Teori ......................................................................................... 9

2.2.2

Hasil dan Pembahasan............................................................................ 11

2.3

Pendugaan Nilai Heritabilitas dengan Regresi............................................. 13

2.3.1

Landasan Teori ....................................................................................... 13

2.3.2

Hasil dan Pembahasan............................................................................ 17

PENUTUP ............................................................................................................ 19 3.1

Kesimpulan ...................................................................................................... 19

3.2

Saran ................................................................................................................ 20

iv

v

I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi dan teknologi saat ini menyebabkan pergeseran pada gaya hidup dan pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia. Pola konsumsi saat ini bukan hanya berorientasi pada segi kuantitas, namun mulai memperhatikan kualitas, keberagaman, kebersihan, dan aspek nutrisi. Seiring pertambahan jumlah penduduk, permintaan akan pangan terus meningkat. Hal ini tidak dapat dihindari, karena pangan merupakan aspek krusial dalam kehidupan manusia. Pangan merupakan segala sesuatu yang dapat dikonsumsi serta bermanfaat bagi tubuh manusia. Salah satu sumber pangan yang dikonsumsi manusia berasal dari produk peternakan. Produk ternak yang dikonsumsi mempunyai nutrisi yang sarat untuk memenuhi kebutuhan gizi manusia. Seiring dengan meningkatnya permintaan akan produk ternak tersebut, salah satu permasalahan yang muncul adalah kurangnya produksi dari ternak yang dimiliki. Sifat produksi dari suatu ternak merupakan sifat kuantitatif yang diturunkan dari satu atau sepasang gen. Salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan sifat kuantitatif suatu ternak, adalah dengan Pemuliaan Ternak. Pemuliaan ternak adalah suatu cabang ilmu biologi, genetika terapan dan metode untuk peningkatan atau perbaikan genetik ternak. Pemuliaan ternak diartikan sebagai suatu teknologi beternak yang digunakan untuk meningkatkan mutu genetik. Mutu genetik adalah kemampuan warisan yang berasal dari tetua dan moyang individu. Kemampuan ini akan dimunculkan setelah bekerja sama dengan pengaruh faktor lingkungan di tempat ternak tersebut dipelihara. Pemunculannya disebut performans. Performans ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik dtentukan oleh susunan gen dan kromosom yang dimiliki individu, pengaruh faktor genetik bersifat baka, artinya tidak akan berubah selama hidupnya selama tidak terjadi mutasi gen penyusunnya. Pengaruh genetik dapat diwariskan kepada anak keturunannya. Sedangkan faktor lingkungan bersifat 1

2

tidak baka dan tidak dapat diwariskan, faktor lingkungan tergantung pada kapan dan dimana individu itu hidup. Pemuliaan ternak dapat ditinjau sebagai suatu metode, maka dalam mencapai tujuan memerlukan unsur-unsur pengamatan, percobaan, definisi, penggolongan, pengukuran, generalisasi, serta tindakan lainnya. Selanjutnya metode tersebut juga membutuhkan langkah-langkah penentuan masalah, perumusan hipotesis, pengumpulan data, penurunan kesimpulan dan pengujian hasil. Dua tugas atau peran utama pemuliaan ternak di bidang genetika adalah untuk mengetahui kemampuan genetik ternak dengan menggunakan catatan produksi. Kedua, meningkatkan potensi efisiensi gunakan seleksi dan sistem perkawinan. 1.2 Tujuan Praktikum 

Mengetahui Analisis Deskripsi Populasi.



Mengetahui nilai Ripitabilitas beberapa sifat produksi.



Mengetahui nilai Heritabilitas pada populasi ternak berdasarkan pola regresi.



Mengetahui nilai Heritabilitas dengan analisis ragam.

1.3 Manfaat Praktikum Praktikum pemuliaan ini bermanfaat dalam menyusun program pemuliaan ternak baik pada perusahaan peternakan ataupun pada populasi ternak di level masyarakat atau petani. 1.4 Metode Praktikum 1.4.1 Alat dan Bahan a. Alat 

Alat tulis



Alat hitung

b. Bahan 

Data populasi ternak

1.4.2 Metode Pelaksanaan Praktikum ini menggunakan metode simulasi.

3

1.4.3 Analisis Data Menggunakan analisis statistik 

Deskripsi populasi dasar menggunakan analisis statistic deskriptif.



Heritabilitas menggunakan analisis regresi dan analisis varians.



Repitabilitas menggunakan analisis korelasi.

II HASIL KEGIATAN PRAKTIKUM 2.1 Deskripsi Populasi Dasar 2.1.1 Landasan Teoritis Kegiatan pemuliaan ternak dimulai dari identifikasi, karakterisasi dan pengumpulan informasi serta menganalisis deskriptif terhadap populasi dasar. Populasi adalah sekelompok individu dalam satu spesies yang menempati suatu habitat yang menggunakan sumberdaya dengan cara yang sama dan dipengaruhi oleh faktor-faktor alam. Menurut Warwick dkk (1994) bahwa populasi ternak dalam suatu wilayah merupakan gambaran langsung keberadaan suatu ternak. Namun secara umum pandangan tentang populasi depengaruhi oleh beberapa faktor, faktor imigrasi yaitu masuknya sekelompok spesies kedalam wilayah tertentu, tingkat kelahiran, pengeluaran spesies dari wilayah dan tingkat kematian. Populasi dapat dibagi dua yakni populasi alamiah dan buatan. Populasi alamiah merupakan sekelompok individu dalam satu spesies yang menempati wilayah tertentu karena alasan alamiah, yakni kepentingan spesies bagi kehidupan secara social. Kondisi geografis mendukung kecukupan nutrisi dan mineral alam serta aktivitas reproduksi, daya dukung wilayah bagi perkembangan spesies. Populasi buatan merupakan populasi yang sengaja dibuat manusia dengan perlakuan dan lingkungan yang ditentukan untuk kepentingan tertentu pula, misalnya bisnis. Populasi dasar merupakan populasi yang secara umum belum dilakukan intervensi atas spesies yang terkandung didalamnya. Deskriptif terhadap populasi meliputi: 1. Ukuran tendensi pusat atau ukuran pemusatan, merupakan gambaran populasi yang dalam populasi panmaxima diduga menyebar normal. 

Rata-rata Hitung. Rata-rata ini hanya bisa dihitung untuk data dengan skala pengukuran paling

sedikit interval. Jika ada n data maka rata-rata hitung didefinisikan sebagai berikut: 𝑥̅ =

∑𝑥 𝑛

4

5

𝑥̅ = x rata rata. 

n = jumlah nilai populasi.

Modus (Mode). Modus adalah data yang paling sering muncul. Statistik ini bisa digunakan

untuk semua taraf pengukuran, baik nominal, ordinal, interval, dan ratio. Untuk skala nominal, modus adalah ukuran pemusatan satu-satunya. Perhitungan modus dalam data distribusi frekuensi 𝑏1

Mo = Bb + P(𝑏1+𝑏2) Dimana Bb = batas bawah kelas interval yang mengandung modus P = panjang kelas interval. b1 = selisish frekuensi kelas yang mengandung modus dengan frekuensi sebelumnya. b2 = selisish frekuensi kelas yang mengandung modus dengan frekuensi sesudahnya. 

Median Median adalah data yang terletak ditengah setelah data diurutkan. Bila

terdapat n data maka median terletak pada data ke (n+1)/n. Median ini bisa digunakan minimal untuk skala ordinal dan tidak sensitif terhadap adanya data ekstrim. Misal, sederet data terurut 2, 5, 7, 8, 10 mempunyai median 7. Jika angka 10 diganti dengan 100 maka mediannya tetap 7. 2. Ukuran Penyebaran untuk menggambarkan keragaman atau variasi tiap individu terhadap tendensi pusatnya. Semakin beragam suatu populasi maka penerapan seleksi smakin efektif. Meliputi : 

Ragam (S2) untuk Sampel dan σ2 untuk populasi σ S



2=

2

∑ X2 −

( ∑ X )2 𝑁

𝑁 ∑ X2 −

( ∑ X )2 𝑛−1 =

𝑛−1

Simpangan Baku

atau atau

𝜇 2 = ∑𝑛𝑖=1(𝑥 − 𝑥)2 S2 =

2 ∑𝑛 𝑖=1(𝑋− 𝓍)

𝑛−1

untuk populasi

6

Simpangan baku atau standar deviasi merupakan gambaran nilai penyimpangan dari tiap individu terhadap rata-ratanya.

∑X S=√



2 2− ( ∑ X ) 𝑛−1

𝑛−1

atau

S=√

2 ∑𝑛 𝑖=1(𝑋− 𝓍)

𝑛−1

Koefisien Keragaman Koefisien keragaman atau koefisien variasi. Merupakan gambaran

keragaman suatu sifat yang diukur, digunakan untuk membandingkan sifat-sifat yang diukur dengan satuan yang berbeda. Koefisien keragaman lebih mudah dihitung sebagai presentase dari rata-rata. 𝑠

kk = 𝜒 x 100% Dalam garis besarnya analisis statistic perlu dilakukan karena asalan sebagai berikut: 1. Adanya variasi atau perbedaan di antara populasi dan sample yang dipelajari. 2. Data yang dibutuhkan atau yang ada tidak sempurna. 3. Tak mungkin dan tak efisien untuk mengumpulkan data dalam jumlah besar dengan harapan dapat menarik kesimpulan bebas dari kesalahan. 4. Statistic merupakan cara yang rasional dan cocok untuk membuat kesimpulan-kesimpulan secara deduktif. Deskripsi populasi menyangkut sifat-sifat kuantitatif yang dalam populasi panmixia diduga menyebar normal, seperti berat lahir anak domba, nilai pemulian untuk karakteristik berat sapihan domba, tinggi dan berat sapi potong umur tertentu, data produksi harian per laktasi kelompok sapi perah dan lain-lain.

7

2.1.2 Hasil dan Pembahasan A. Hasil Data sebuah populasi ternak sebanyak 10 ekor, kemudian diukur lingkar dada dan tinggi pundaknya. No

Tinggi Pundak

Lingkar Dada

(cm)

(cm)

1

202.5

318.0

2

193.5

292.5

3

198.0

304.5

4

196.5

300.0

5

195.0

307.5

6

193.5

291.0

7

187.5

292.5

8

195.0

291.0

9

202.5

310.5

10

201.0

307.5

*Tinggi pundak (x); lingkar dada (y) A.

Nilai minimum: 

Tinggi Pundak : 187.5 cm



Lingkar Dada : 291 cm

B.

Nilai maksimum: 

Tinggi pundak : 202.5 cm



Lingkar dada : 318.0 cm

C.

Rata-rata:

𝜇=

1 𝑛

(X1+X2+X3+....+n)

𝜇𝑥 =

202.5 + 193.5 + 198.0 + 196.5 + 195.0 + 193.5 + 187.5 + 195.0 + 202.5 + 201.0 10

= 196.5

cm

8

𝜇𝑦 =

318.0 + 292.5 + 304.5 + 300.0 + 307.5 + 291.0 + 292.5 + 291.0 + 310.5 + 307.5 10

= 318.0

cm

D.

Ragam

𝛿2 =

(𝑋1−𝑋 )+(𝑋2−𝑋 )+⋯+(𝑋𝑛− 𝑋)2 𝑛

𝛿𝑥 2 =

𝛿𝑦 2

198 10

=

E.

= 19.8

819 = 81.9 10

Peragam

Cov(x,y) =

∑(𝑥𝑖−𝑥)(𝑦𝑖−𝑦) 10

=

330,75 10

= 33.075

F.

Standar Deviasi

Populasi 𝛿 = √𝛿 2 𝛿 2 𝑥 = √19.88 = 4.45 𝛿 2 𝑦 = √81.9 = 9.05

G.

Keofisien Variasi 𝛿

KV𝑥 = 𝜇 x 100% 4.45

= 196.5 x 100% = 2.26% 𝛿

KV𝑦 = 𝜇 x 100% 9.05

= 301.5 x 100% = 3.00%

9

H. r=

Koefisien Korelasi 𝑐𝑜𝑣 (𝑥,𝑦) 𝛿𝑥 𝛿𝑦 33.075

= (4.45)(9.05) = 0.82 I.

Koefisien Regresi

b=

𝑐𝑜𝑣 (𝑥,𝑦)

𝑏 =

𝛿2 33.075 19.8

= 1.67 B.

Pembahasan Koefisien variasi dari tinggi pundak dan lingkar dada dari populasi 10 ekor

ternak adalah 2.26% dan 3.00%. Tinggi pundak dan lingkar dada adalah seragam. Koefisien korelasi didapat hasil 0.82. kesimpulan yang didapat yaitu antara tinggi pundak dan lingkar dada keduanya berikatan karena koefesien korelasinya mendekati 1, dan sampel dari populasi itu seragam karena koefesien regresinya dibawah 10 %.

2.2 Nilai Ripitabilitas 2.2.1 Landasan Teori Ripitabilias (r) merupakan suatu pengukuran kesamaan antara pengukuran suatu sifat yang diukur berkali-kali pada ternak yang sama selama ternak tersebut hidup (Noor, 2008). Ripitabilitas juga diartikan sebagai sebuah ukuran kekuatan hubungan antara ukuran yang berulang-ulang pada suatu sifat dalam populasi (Pallawaruka, 1999). Nilai ripitabilitas suatu sifat akan ditentukan oleh keragaman komponen-komponen penyusunnya, yaitu komponen genetik yang terdiri atas genaditif, dominan, dan epistasis serta komponen lingkungan, yang bersifat permanen maupun yang bersifat sementara (Warwick et al., 1987). Besar nilai ripitabilitas suatu sifat dipengaruhi oleh besar nilai heritabilitas sifat yang sama. Semakin besar nilai ripitabilitas, semakin besar pula nilai

10

heritabilitas untuk sifat yang sama. Nilai ripitabilitas merupakan batas maksimal dari nilai heritabilitas. Nilai ripitabilitas berkisar antara 0-1 (Noor, 2008). Ripitabilitas dapat juga dihitung dari regresi data pengukuran yang lebih akhir terhadap pengukuran sebelumnya. Nilai inilah yang akan digunakan sebagai pendekatan terhadap nilai ripitabilitas (Warwick et al., 1987). Noor (2008) membagi nilai ripitabilitas ke dalam tiga kategori, rendah (0,0-0,2), sedang (0,20,4), dan tinggi (di atas 0,4). Warwick et al, (1987) menyatakan bahwa ripitabilitas suatu sifat berguna dalam memperkirakan produktivitas ternak pada masa yang akan datang berdasarkan satu atau lebih catatan produksi. Ripitabilitas menduga nilai maksimum heritabilitas yang dihitung dalam rata-rata beberapa kali pengukuran (Warwick et al., 1987). Hal yang sama juga dinyatakan Martojo dan Mansjoer (1995) bahwa ripitabilitas digunakan untuk menduga kemampuan produksi dalam masa produksi seekor ternak MPPA (Most Probable Producing Ability), dan untuk meningkatkan ketepatan seleksi. Nilai ripitabilitas (r) diduga dengan rumus:

r=

2 + 𝛿2 𝛿𝑔 𝐸𝑃 2 𝛿𝑃

𝛿𝑔2 = ragam genetic 2 𝛿𝐸𝑃 = ragam lingkungan permanen

𝛿𝑃2 = ragam fenotip Bila ragam lingkungan permanen sama dengan nol, maka artinya lingkungan permanen tidak memberikan respon, sehingga nilai r = ℎ2 . Akan tetapi jika ragam lingkungan permanen tidak sama dengan nol, maka artinya lingkungan permanen memberikan respon, sehingga nilai r > ℎ2 . Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa ripitabilitas merupakan batas atas dari heritabilitas.

11

2.2.2 Hasil dan Pembahasan A. Hasil Dibawah ini tabel hasil 3 kali pengukuran Total Solid produksi susu dari 8 ekor kerbau Lumpur. Sapi

catatan

Total

1

2

3

4

5

6

7

8

1

9.12

8.90

8.90

8.44

8.21

8.21

7.76

7.30

2

9.12

9.81

10.04

8.67

8.90

8.21

8.67

8.21

3

9.58

9.58

8.90

8.90

9.12

8.21

8.44

8.44



27.82

28.29

27.84

26.01

26.23

24.63

24.87

23.95

209.64

∑ 𝒙𝟐

258.12

267.22

259.22

225.61

229.78

202.21

206.62

191.92

1840.7

n = 8 ; k = 3 ; N = 8x3 = 24 209.642



FK =



JK Total = ∑𝒙𝟐 - FK = 1840.7 – 1831.2 = 9.5



JKW =

24

= 1831.2

(27.82)2 +(28.29)2 +(27.84)2 +(26.01)2 +(26.23)2 +(24.63)2 +(24.87)2 +(23.95)2 3



1831.2 = 6.31 

JKE = 9.5 – 6.31 = 3.19

Tabel Sidik Ragam Sumber Keragaman Antar Individu (W)

db

7

JK

6.31

KT

0.901

Komponen = 𝜹𝟐𝑬 + 𝒌𝜹𝟐𝑾

12

Dalam Individu (E) Total

16

3.19

23

9.5



𝛿𝐸2 = 0.199



2 2 𝛿𝑊 = 𝛿𝐸2 + 𝑘𝛿𝑊 = 0.901

0.199

= 𝜹𝟐𝑬

2 𝛿𝑊 = 0.234



r=

2 + 𝛿2 𝛿𝑔 𝐸𝑃 2 𝛿𝑃

1.04

= 1.04+0.88 = 0.5404 

2(1−𝑟)2 [1+(𝑘−1)𝑟]

S.E (r) = √

𝑘(𝑘−1)(𝑛−1)

2(1−0.5404)2 [1+(3−1)0.5404]

=√

3(3−1)(8−1)

0.8739

=√

42

= 0.14 r = 0.54 ± 0.14 B. Pembahasan Hasil pengamatan didapat adalah r = 0.54 ± 0.14 yang menunjukkan bahwa kemampuan seekor ternak untuk mengulang kembali kemampuan yang diwariskan dari tetuanya adalah sebesar 0,54 atau 54 % dengan standar error sebesar 0,14 atau 14%. Jadi nilai ripitabilitasnya berkisar 52-56 %. Noor (2008) membagi nilai ripitabilitas ke dalam tiga kategori, rendah (0,0-0,2), sedang (0,2-0,4), dan tinggi (di atas 0,4). Berdasarkan pendapat tersebut nilai ripitabilitas yang didapat tergolong dalam kategori tinggi.

13

2.3 Pendugaan Nilai Heritabilitas dengan Regresi 2.3.1 Landasan Teori Heritabilitas merupakan parameter paling penting dalam pemuliaan ternak. Semakin tinggi nilai heritabilitas suatu sifat yang diseleksi, maka semakin tinggi peningkatan sifat yang diperoleh setelah seleksi. Tingginya nilai heritabiltas suatu sifat menunjukkan tingginya korelasi ragam fenotipik dan ragam genetik. Pada kondisi ini seleksi fenotipik individu sangat efektif, sedangkan jika nilai heritabilitas rendah, maka sebaiknya seleksi dilakukan berdasarkan kelompok. Definisi Heritabilitas Sebagaimana diketahui bahwa fenotipe pada seekor ternak ditentukan oleh faktor genetik dan non genetik. Faktor genetik merupakan faktor yang mendapatkan perhatian pemulia ternak, karena faktor genetik tersebut diwariskan dari generasi tetua kepada anaknya. Selanjutnya perlu diketahui sampai sejauh mana fenotipe seekor ternak dapat digunakan sebagai indikator dalam menduga mutu genetik ternak. Untuk itulah kemudian dikembangkan suatu konsep berupa koefesien yang dikenal dengan heritabilitas. Heritabilitas merupakan perbandingan antara ragam genetik terhadap ragam fenotipik. Ragam fenotipik dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Ragam genetik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya introduksi bangsa ternak yang baru ke dalam kelompok ternak asli dapat meningkatkan ragam genetik, bila terjadi perkawinan di antara kedua bangsa ternak tersebut. Selain itu, efek seleksi dalam satu kelompok ternak pada sejumlah generasi dapat menurunkan ragam genetik. Penggunaan metode inbreeding dalam sistem perkawinan dapat menurunkan ragam genetik. Heritabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan bagian dari keragaman total (yang diukur dengan ragam) dari suatu sifat yang diakibatkan oleh pengaruh genetik. Ragam fenotipik (p) adalah jumlah dari ragam genetik (g) dan ragam lingkungan (E). Ragam genetik merupakan penjumlahan dari ragam genetik additif (A), ragam genetik dominan (D), dan ragam genetik epistasis (I). Pada umumnya dikenal dua pengertian tentang heritabilitas. Pertama, heritabilitas dalam

14

arti luas (broad sense), yaitu perbandingan antara ragam genetik yang merupakan gabungan dari ragam genetik aditif, dominan dan epistasis, dengan ragam fenotipik. Heritabilitas dalam arti luas hanya dapat menjelaskan berapa bagian dari keragaman fenotipik yang disebabkan oleh pengaruh genetik dan berapa bagian pengaruh faktor lingkungan, namun tidak dapat menjelaskan proporsi keragaman fenotipik pada tetua yang dapat diwariskan pada turunannya. Diketahui bahwa genotipe seekor ternak tidak diwariskan secara keseluruhan pada turunannya. Keunggulan seekor ternak yang disebabkan oleh gen-gen yang beraksi secara dominansi dan epistasis akan terpecah pada saat proses pindah silang dan segregasi dalam meoisis. Oleh karena itu, heritabilitas dalam arti luas tidak bermanfaat dalam pemuliaan ternak (Martojo, 1992). Kedua, heritabilitas dalam arti sempit (narrow sense) yaitu perbandingan antara ragam genetik additif dengan ragam fenotipik. Heritabilitas dalam arti sempit selanjutnya disebut heritabilitas atau dengan notasi h2. Untuk banyak tujuan, heritabilitas dalam arti sempit (ℎ2) merupakan dugaan yang paling banyak bermanfaat karena mampu menunjukkan laju perubahan yang dapat dicapai dengan seleksi untuk suatu sifat di dalam populasi. Pengaruh taksiran additif biasanya lebih penting dari pengaruh genetik total. Sedangkan ragam dominan dan epistasis pada umumnya kurang respon terhadap proses seleksi dan tidak diturunkan dari generasi tetua pada anaknya. Namun, simpangan dominan dan epistasis bermanfaat dalam program persilangan ternak, baik persilangan antar strain, persilangan antar jenis maupun galur inbred. Heritabilitas menunjukkan bagian atau persentase dari keragaman fenotipik yang disebabkan oleh keragaman genetik additif. Semakin tinggi nilai ℎ2 dapat diartikan bahwa keragaman sifat produksi lebih banyak dipengaruhi oleh perbedaan genotipe ternak dalam populasi, dan hanya sedikit pengaruh keragaman lingkungan. Secara teoritis nilai heritabilitas berkisar dari 0 – 1, namun jarang ditemukan nilai ekstrim nol atau 1 pada sifat kuantitatif ternak. Sifat produksi yang memiliki nilai heritabilitas nol adalah sifat dimana semua keragaman fenotipik pada ternak disebabkan semata-mata oleh pengaruh faktor lingkungan, dan diasumsikan

15

pengaruh genetik tidak ada sama sekali. Nilai heritabilitas 1 menunjukkan sifat kuantitatif dimana semua keragaman sifat disebabkan oleh faktor genetik. Nilai heritabilitas dibedakan atas tiga kategori yaitu kecil, sedang dan besar. Nilai heritabilitas dikatakan kecil (rendah) jika nilainya 0 – 0,2; sedang: 0,2 – 0,4 dan besar (tinggi) jika bernilai lebih dari 0,4. Preston dan Willis (1974) mengklasifikasikan nilai heritabilitas, dikatakan rendah jika kurang dari 0,25, sedang jika nilainya 0,25 – 0,50 dan besar jika bernilai lebih dari 0,50. Menurut Hardjosubroto (1994), nilai heritabilitas dikatakan rendah apabila bernilai kurang dari 0,10; sedang jika nilainya antara 0,10 – 0,30 dan tinggi jika lebih dari 0,30. Nilai heritabilitas memiliki sifat sebagai berikut: 1. Bukan suatu konstanta 2. Untuk setiap sifat (pada umumnya sifat kuantitatif) nilai heritabilitas suatu sifat dapat berbeda karena perbedaan lokasi pengamatan, perbedaan kelompok ternak, waktu pengamatan dan cara menghitung heritabilitas. Nilai heritabilitas dapat meningkat atau menurun dengan berubahnya bagian komponennya. Meningkatnya ℎ2 dapat disebabkan oleh turunnya ragam lingkungan atau meningkatnya ragam genetik. Sebaliknya bila ragam lingkungan meningkat atau ragam genetik menurun maka heritabilitas akan turun. Heritabilitas secara tepat hanya berlaku pada populasi dan lokasi dimana nilai ℎ2 tersebut dihitung. Nilai heritabilitas negatif yang diperoleh dari pendugaan dengan banyak cara analisis ragam (anova) kemungkinan disebabkan oleh : (a) jumlah pengamatan yang sedikit, dimana semakin sedikit jumlah pengamatan semakin besar kemungkinan heritabilitas bernilai negatif, (b) jika pendugaan nilai heritabilitas dihitung dari komponen pejantan maka peluang terjadinya nilai heritabilitas negatif lebih kecil jika jumlah pengamatannnya sama dan jika jumlah anak (pengamatan) dari setiap ekor pejantan atau induk tidak sama, dapat membuka peluang heritabilitas negatif yang lebih besar. Heritabilitas merupakan parameter paling penting dalam pemuliaan ternak. Semakin tinggi nilai heritabilitas suatu sifat yang diseleksi, maka semakin tinggi peningkatan sifat yang diperoleh setelah seleksi. Tingginya nilai heritabiltas suatu sifat menunjukkan bahwa korelasi antara ragam fenotipik dan ragam genetik yang

16

tinggi. Pada kondisi tersebut seleksi individu sangat efektif dilakukan, sebaliknya jika nilai heritabilitas rendah, maka sebaiknya seleksi dilakukan berdasarkan seleksi kelompok. Pengetahuan tentang nilai heritabilitas sangat diperlukan dalam melakukan program seleksi dan rancangan perkawinan untuk perbaikan mutu genetik ternak. Pengetahuan ini bermanfaat dalam menduga besarnya kemajuan untuk program pemuliaan berbeda. Disamping itu, memungkinkan pemulia membuat keputusan penting apakah biaya program pemuliaan yang dilakukan sepadan dengan hasil yang diharapkan. Nilai heritabilitas bermanfaat dalam menaksir nilai pemuliaan seekor individu ternak. Cara Menghitung Nilai Heritabilitas Nilai heritabilitas dapat dihitung dengan cara membandingkan atau mengukur hubungan atau kesamaan antara produksi individu-individu yang mempunyai hubungan kekerabatan. Nilai heritabilitas dapat dihitung menggunakan beberapa metode estimasi, diantaranya melalui persamaan fenotipe ternak yang mempunyai hubungan keluarga, yaitu antara saudara kandung (fullsib), saudara tiri (halfsib), antara induk dengan anak (parent and off spring). Selain itu dapat juga menentukan heritabilitas nyata (realized heritability) berdasarkan kemajuan seleksi. Estimasi nilai heritabilitas juga bisa didapat dengan menghitung nilai ripitabilitas, yakni penampilan sifat yang sama pada waktu berbeda dari individu yang sama sepanjang hidupnya. Ripitabilitas dapat digunakan untuk menduga sifat individu dimasa mendatang. Cara lain menduga nilai heritabilitas adalah dengan memakai hewan kembar identik asal satu telur. Hewan kembar identik memiliki genotipe yang sama sehingga perbedaan dalam sifat produksi diantara hewan kembar disebabkan oleh faktor non genetik. Dari sudut praktis, nilai heritabilitas dalam arti sempit dapat didefenisikan sebagai persentase keunggulan tetua yang diwariskan pada anaknya. Cara yang paling teliti untuk menentukan heritabilitas suatu sifat adalah dengan melakukan percobaan seleksi untuk beberapa generasi dan menentukan kemajuan yang diperolehnya, yang dibandingkan dengan jumlah keunggulan dari tetua terpilih dalam semua

17

generasi dari percobaan seleksi. Percobaaan seleksi dengan menggunakan ternak besar sangat mahal dan membutuhkan waktu beberapa generasi. Selain itu, hasilnya hanya berlaku khusus pada populasi ternak dimana seleksi dilakukan. Estimasi nilai heritabilitas beberapa sifat ekonomis penting pada ternak domba diungkapkan Lasley (1978) yang meliputi: nilai heritabilitas jumlah anak yang dilahirkan adalah 0,10 – 1,15; bobot lahir 0,30 – 0,35; bobot sapih 0,30 – 0,35 ; bobot umur satu tahun 0,40 – 0,45; pertambahan bobot badan setelah disapih 0,40 – 0,45; tipe tubuh 0,20 – 0,25 dan skor kondisi 0,10 – 0,15. Rendahnya nilai heritabilitas bukan hanya disebabkan olah rendahnya variasi genetik namun lebih banyak ditentukan oleh tingginya variasi lingkungan. Heritabilitas merupakan salah satu pertimbangan paling penting dalam melakukan evaluasi ternak, metode seleksi dan sistem perkawinan. Secara lebih spesifik heritabilitas merupakan bagian dari keragaman total pada sifat-sifat yang disebabkan oleh perbedaan genetik diantara ternak-ternak yang diamati. Heritabilitas merupakan perbandingan antara ragam genetik terhadap ragam fenotipik. 2.3.2 Hasil dan Pembahasan A. Hasil No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Induk (X) 12.46 15.20 16.44 16.49 16.96 17.38 17.71 18.25 18.29 18.56 19.74 19.76 19.93 20.30 20.63 20.67

Anak (Y) 18.87 20.38 20.24 21.77 22.39 21.57 21.57 21.25 20.61 21.36 21.17 22.35 19.99 20.24 23.02 21.59

(X-Xrata)2 33.52 9.30 3.28 3.10 1.66 0.76 0.29 0 0.0016 0.0961 2.22 2.28 2.82 4.20 5.66 5.96

(X-Xrata)(Y-Yrata) 13.259 2.379 1.6652 -1.0736 -1.5867 -0.8567 0.2214 0 -0.022 0.60 0.01 1.80 -1.97 -1.89 4.43 1.04

18

17 Jumlah Rata-rata

𝒉𝟐 =

21.57 310.34 18.25

𝟐𝑪𝒐𝒗(𝑿,𝒀) 𝝈𝟐𝒙

21.46 369.83 21.16

11.02 86.07 5.06

0.996 18.95 1.11

= 2 (1.11) : 5.06 = 0.43

B. Pembahasan Preston dan Willis (1974) mengklasifikasikan nilai heritabilitas, dikatakan rendah jika kurang dari 0,25. Dari hasil perhitungan menggunakan pola regresi didapatkan hasil 0.147. ini dikategorikan rendah. Semakin tinggi nilai ℎ2 dapat diartikan bahwa keragaman sifat produksi lebih banyak dipengaruhi oleh perbedaan genotipe ternak dalam populasi, dan hanya sedikit pengaruh keragaman lingkungan dan sebaliknya.

19

III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Kesimpualan yang dapat ditarik dari praktikum kali ini, antara lain: 1. Populasi adalah sekelompok individu dalam satu spesies yang menempati suatu habitat yang menggunakan sumberdaya dengan cara yang sama dan dipengaruhi oleh faktor-faktor alam. Populasi dapat dibagi dua yakni populasi alamiah dan buatan. Populasi alamiah merupakan sekelompok individu dalam satu spesies yang menempati wilayah tertentu karena alasan alamiah. Populasi buatan merupakan populasi yang sengaja dibuat manusia dengan perlakuan dan lingkungan yang ditentukan untuk kepentingan tertentu pula, misalnya bisnis. Koefisien variasi menentukan keberagaman dari suatu populasi. Koefisian korelasi yang didapat mendekati 1 dan sampel populasi itu seragam karena koefisien regresinya dibawah 10% 2. Ripitabilias (r) merupakan suatu pengukuran kesamaan antara pengukuran suatu sifat yang diukur berkali-kali pada ternak yang sama selama ternak tersebut hidup. Besar nilai ripitabilitas suatu sifat dipengaruhi oleh besar nilai heritabilitas sifat yang sama. Semakin besar nilai ripitabilitas, semakin besar pula nilai heritabilitas untuk sifat yang sama. Nilai ripitabilitas merupakan batas maksimal dari nilai heritabilitas. Ripitabilitas yang didapat pada praktikum ini tergolong tinggi. 3. Heritabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan bagian dari keragaman total dari suatu sifat yang diakibatkan oleh pengaruh genetic. Heritabilitas merupakan kemampuan tetua menurunkan sifat kepada anaknya. Semakin tinggi nilai heritabilitas dapat diartikan bahwa keragaman sifat produksi lebih banyak dipengaruhi oleh perbedaan genotipe ternak dalam populasi, dan hanya sedikit pengaruh keragaman lingkungan

dan

sebaliknya.

dikategorikan rendah.

Nilai

heritabilitas

yang

didapat

20

3.2 Saran Adapun saran dalam praktikum ini untuk memperbaiki praktikum selanjutnya antara lain: 1. Kurangnya ketelitian dari mahasiswa saat menghitung perhitungan, sebaiknya dalam menghitung lebih teliti lagi agar mendapat hasil yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

Martojo, H., 1992. Peningkatan Mutu Genetik Ternak. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB. Bogor. http//www.agrin.ttri.gov.tw (Diakses 29 Mei 2015) Noor, R. R. 2008. Genetika Ternak. Cetakan ke-4. Penebar Swadaya, Jakarta. Pallawaruka, 1999. Ilmu Pemuliaan Ternak Perah. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Warwick, E. J., J. Maria Astuti & W. Harjosubroto. 1987. Pemuliaan Ternak. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

21

More Documents from "Adhi Mahardika"