266667_revisi Laporan Dit Lapangan B1-3.docx

  • Uploaded by: krisantus triputra wardaya
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 266667_revisi Laporan Dit Lapangan B1-3.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 15,347
  • Pages: 65
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM LAPANGAN DASAR-DASAR ILMU TANAH (PNT 1201)

Disusun Oleh : 1.

Esti

(14064)

2.

Muhammad Fitra Adi Nugraha

(14087)

3.

Alfianida Musyarofah

(14136)

4.

Normala Sari Nukuhaly

(14175)

5.

Galuh Friska Cahyani

(14362)

6.

Abdurrahman Umair Al Fary

(14368)

Golongan/ Kelompok

: B1/3

Asisten

: Asih Indah Utami

LABORATORIUM TANAH UMUM DEPARTEMEN TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2016

i

LEMBAR PENGESAHAN Laporan Praktikum Lapangan Dasar-Dasar Ilmu Tanah telah disetujui dan disahkan pada, Hari

:

Tanggal

:

Tempat

: Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Mengetahui, Asisten Praktikum,

(Asih Indah Utami)

ii

LEMBAR PENGESAHAN Laporan Praktikum Lapangan Dasar-Dasar Ilmu Tanah ini disusun sebagai salah satu sarana pendukung mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Dengam ini kami menyatakan bahwa : Nama/ NIM : 1.

Esti

(15/378258/PN/14064)

2.

Muhammad Fitra Adi Nugraha

(15/378281/PN/14087)

3.

Alfianida Musyarofah

(15/379682/PN/14136)

4.

Normala Sari Nukuhaly

(15/379721/PN/14175)

5.

Galuh Friska Cahyani

(15/383531/PN/14362)

6.

Abdurrahman Umair Al Fary

(15/383537/PN/14368)

Golongan/Kelompok : B1/3

Telah menyerahkan Laporan Praktikum Lapangan Dasar-Dasar Ilmu Tanah pada : Hari

:

Tanggal

:

Yogyakarta,

April 2015

Asisten,

(Asih Indah Utami)

iii

Commented [A1]: ????

KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Laporan Praktikum Lapangan Dasar–Dasar Ilmu Tanah dapat diselesaikan dengan baik. Laporan ini disusun sebagai wujud pertanggungjawaban hasil pengamatan lapangan yang dilaksanakan di sekitar kawasan daerah Bantul dan Gunung Kidul, Provinsi DIY pada Sabtu, 02 April 2016. Laporan ini berisi tentang morfologi tapak, karakteristik, dan klasifikasi dari profil tanah yang telah diamati selama praktikum lapangan. Laporan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan koreksi atau pembelajaran dalam mempelajari suatu jenis tanah. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada anggota tim penyusun dan rekan-rekan sesama praktikan, yang telah memberi koreksi, saran, dan kritik sehingga dapat menyempurnakan laporan ini. Tak lupa, kami juga mengucapkan terima kasih kepada para asisten Praktikum Dasar–Dasar Ilmu Tanah yang telah banyak memberi pengetahuan, pengalaman, pendapat, saran, dan koreksi untuk penyempurnaan laporan ini. Dengan terselesaikannya laporan ini, diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak yang membutuhkan informasi mengenai topik yang sama. Pendapat, saran, dan koreksi masih tetap dibutuhkan demi kesempurnaan Laporan Praktikum Lapangan Dasar–Dasar Ilmu Tanah kini dan selanjutnya.

Yogyakarta, 10 April 2016

Tim Penyusun

iv

Commented [A2]: Untuk keseluruhan, before after paragraph dibuat nol ya. Jadi antar paragraph gak terlalu jauh gini.

PENGHARGAAN Dalam penyusunan Laporan Resmi Praktikum Lapangan Dasar-Dasar Ilmu Tanah ini penulis banyak mendapat saran, dorongan, bimbingan serta keterangan-keterangan dari berbagai pihak yang tidak dapat diukur secara materi, namun dapat membukakan mata penulis bahwa sesungguhnya pengalaman dan pengetahuan tersebut adalah guru yang terbaik bagi penulis. Oleh karena itu dengan segala hormat dan kerendahan hati perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada : 

Bapak Ir. Suci Handayani sebagai Koordinator Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah



Segenap Asisten Praktikum golongan B1 yang telah membantu dalam pelaksanaan praktikum



Asih Indah Utami sebagai Asisten praktikum kelompok 3



Teman-teman yang telah bekerja sama dalam peaksanaan praktikum maupun penyusunan laporan resmi ini. Akhir kata semoga Laporan Resmi Praktikum Lapangan Dasar-Dasar Ilmu Tanah ini

dapat bermanfaat bagi penulis, institusi pendidikan dan masyarakat luas.

Yogyakarta,

April 2016

Tim Penyusun

v

DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................................................. Lembar Pengesahan..................................................................................................................... Kata Pengantar............................................................................................................................. Daftar Isi....................................................................................................................................... Daftar Gambar............................................................................................................................. Commented [A3]: Padahal disini setelah daftar isi daftar table dulu lhoo. Yang bener yg mana? Perbaiki lagi

Daftar Tabel..................................................................................................................................

PENGAMATAN PROFIL TANAH KABUPATEN BANTUL DAN GUNUNG KIDUL, DIY

Commented [A4]: Gak perlu ada ini. Perbaiki daftar isinya !

MORFOLOGI TANAH ENTISOL BANGUNTAPAN................................................ MORFOLOGI TANAH ULTISOL PATUK..................................................................... MORFOLOGI TANAH MOLLISOL HUTAN BUNDER.................................................. MORFOLOGI TANAH VERTISOL PLAYEN .............................................................. Commented [A5]: Di judul”nya gak ada kata tanahnya, disini kok ada ya?

MORFOLOGI TANAH ALFISOL MULO........................................................................ Lampiran..........................................................................................................................

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik Profil Stop Site I...................................................................... Tabel 2. Karakteristik Profil Stop Site II..................................................................... Tabel 3. Karakteristik Profil Stop Site III................................................................... Tabel 4. Karakteristik Profil Stop Site IV................................................................... Tabel 5. Karakteristik Profil Stop Site V....................................................................

7

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Morfologi Lahan Stop Site I (Banguntapan, Bantul)............................ Gambar 1. 2 Profil Tanah Entisol di Stop Site I (Banguntapan, Bantul)................ Gambar 2. 1 Morfologi Lahan Stop Site II(Patuk, Gunung Kidul)............................ Gambar 2. 2 Profil Tanah Latosol di Stop Site II(Patuk, Gunung Kidul)................... Gambar 3. 1 Morfologi Lahan di Stop Site III (Hutan Bunder, Gunung Kidul)......... Gambar 3. 2 Profil Tanah Mollisol di Stop Site III (Hutan Bunder, Gunung Kidul).. Gambar 4. 1 Morfologi Lahan di Stop Site IV (Playen, Gunung Kidul)................... Gambar 4. 2 Profil Tanah Vertisol di Stop Site IV (Playen, Gunung Kidul).............. Gambar 5. 1Morfologi Lahan di Stop Site V (Mulo, Gunung Kidul)........................ Gambar 5. 2Profil Tanah Alfisol di Stop Site V (Mulo, Gunung Kidul)...................

8

MORFOLOGI ENTISOL BANGUNTAPAN ABSTRAK Praktikum Lapangan Dasar-Dasar Ilmu Tanah Stopsite I yang berjudul “Morfologi Entisol Banguntapan” telah dilaksanakan pada hari Sabtu, 02 April 2016 di pesawahan daerah Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum lapangan stopsite I ini adalah boardlist, GPS (Global Positioning System), soil mussel, Munsel Soil Colour Charts, bor tanah, klinometer, kompas, palu pedologi, pnetrometer, kompas, meteran, pH meter, sekop, cangkul, pisau dan kamera. Bahan-bahan yang digunakan berupa chemicalia yang terdiri atas aquades, HCl 2 N, H2O2 3%, H2O2 10% serta tanah yang ada di daerah stopsite I. Praktikum lapangan ini bertujuan untuk menentukan morfologi tapak dan karakteristik profil pada lahan stopsite. Deskripsi profil tanah yang diamati adalah jeluk (cm), nama horizon, warna tanah, tekstur, struktur, konsistensi, perakaran, bahan kasar, uji khemikalia dan ph H2O. Hasil tanah menurut pengamatan jenis tanah di Banguntapan, Bantul, Yogyakarta termasuk dalam tanah entisol dengan penggunaan lahan untuk areal persawahan baik sawah teknis maupun tadah hujan pada daerah dataran rendah. Kata kunci: morfologi tanah, profil tanah, karakteristik tanah, entisol

Commented [A6]: Gak perlu pakai 0 Commented [A7]: Disekitar kawasan Commented [A8]: Ini alat apa yaaa? Adanya kan Soil Munsell Colour Chart aja Commented [A9]: Emang ada yang pakai bor? kok ngasal yaa Commented [A10]: Emang pakai ini? Commented [A11]: pH stick, bukan pH meter Commented [A12]: adakah yang pakai sekop dan cangkul? Sesuaikan dengan yang dipakai dilapangan ya! Jangan asal-asalan. Pisaunya namanya pisau belati. Commented [A13]: khemikalia Commented [A14]: diawali huruf kapital ya, Entisol

I.

PENGANTAR Praktikum

lapangan

dilakukan

yang bermanfaat untuk penamaan jenis

untuk mendapatkan hasil yang sesuai

tanah yang sesuai dengan kaidah aturan

dengan kenyataannya di lapangan serta

yang sudah tersedia. Percobaan yang

untuk membandingkan hasil yang telah

digunakan untuk bisa memisahkan jenis

diperoleh pada percobaan yang sudah

ordo tanah yang tersedia berfungsi untuk

dilakukan di laboratorium. Dari hasil yang

mengorganisasi

didapat bisa diperoleh perbedaan yang

hubungan individu tanah, memisahkan

mempengaruhi

percobaan

tanah berdasarkan sifatnya dan mengetahui

tersebut. Percobaan pada berbagai macam

pemanfaatan lahan yang sesuai untuk jenis

jenis tanah yang ada di lingkungan sekitar

tanah tersebut agar bisa mendapatkan nilai

sangat diperlukan untuk bisa mengetahui

produktivitasnya yang tinggi.

atas

hasil

perbedaan macam jenis tanah yang ada. Perbedaan

jenis

tanah

tersebut

Pengamatan

tanah,

mengetahui

lapangan

yang

bisa

dilakukan pada saat praktikum lapangan ini

dipengaruhi oleh berbagai faktor dan proses

sama halnya seperti dengan pelaksanaan

pembentukan tanah yang berbeda sehingga

survey. Penelitian survey digunakan untuk

menghasilkan jenis dan sifat tanah yang

melakukan penarikan kesimpulan secara

berbeda pada setiap jenisnya. Percobaan

umum (generalisasi) dari sampel yang

praktikum lapangan dilakukan dengan cara

ditentukan. Dalam penelitian ini sampel

mengamati morfologi tapak di sekitar

berfungsi

lingkungan tanah tersebut, melakukan

populasi penduga (Suryana dan Priyatna,

klasifikasi profil tanah yang ada dan

2008). Pada survey ini yang dijadikan

mendapatkan jenis klasifikasi ordo tanah

sebagai objek survey adalah tanah pada

sebagai

penduga

terhadap

9

Commented [A15]: perbaiki kalimat ini, pembaca bingung

suatu daerah yang pada pengamatan ini

selalu mengalami perkembangan yaitu

dilakukan

daerah

transformasi zat-zat mineral dan organik

Banguntapan. Survei tanah adalah metode

akibat dari adanya aktivitas iklim dan

atau cara mengumpulkan data dengan turun

organisme dalam jangka waktu tertentu

langsung kelapangan. Data yang diperoleh

(Minasnyet al., 2008). Tanah adalah suatu

berupa

biologi,

benda alami yang terdapat di permukaan

lingkungan dan iklim. Kegiatan survey

kulit bumi, yang tersusun dari bahan-bahan

terdiri dari kegiatan di lapangan, analisis

mineral sebagai hasil pelapukan sisa

laboratorium, mengklasifikasikan tanah ke

tumbuhan dan hewan, yang merupakan

dalam sistem taksonomi atau

sistem

medium pertumbuhan tanaman dengan

klasifikasi tanah, melakukan pemetaan

sifat-sifat tertentu yang terjadi akibat

tanah atau interpretasi atau penafsiran dari

gabungan dari factor-faktor iklim, bahan

survey tanah dan ahli teknologi pertanian

induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan

(Abdullah, 2006).

lamanya waktu pertumbuhan (Bale, 2001).

pada

data

tanah

fisik,

di

kimia,

Tanah adalah salah satu sistem

Tanah yang ada pada permukaan

bumi, yang bersama dengan sistem bumi

kulit bumi mempunyai jenis-jenis yang

lainnya, yaitu air alami dan atmosfer,

berbeda. Jenis-jenis macam tanah tersebut

menjadi

juga memiliki tata nama jenis tanah yang

inti

fungsi,

perubahan,

dan

kemantapan ekosistem (James, 1995).

berbeda

Menurut Soil Survey Staff (1999) tanah

penamaannya. Ada 3 aturan penamaan jenis

merupakan suatu benda alam yang tersusun

tanah yang terkenal yaitu, PPT, Food and

dari padatan (bahan mineral dan bahan

Agriculture of United Nations (FAO-PBB),

organic), cairan dan gas, yang menempati

Soil Taxonomy United State Department of

permukaan daratan, menempati ruang, dan

Agriculture (USDA). Sistem klasifikasi

dicirikan oleh salah satu atau kedua berikut:

tanah USDA ini memberikan Penamaan

horison-horison, atau lapisan-lapisan, yang

Tanah berdasarkan sifat utama dari tanah

dapat dibedakan dari bahan aslinya sebagai

tersebut, definisi-definisi horison pencirim

hasil dari suatu proses penambahan,

dan

kehilangan, pemindahan dan transformasi

(Hardjowigeno,1992).

energy dan materi, atau berkemampuan

tergantung

beberapa

Menurut

sifat

pada

Commented [A16]: Perbaiki !

aturan

penciri

lainnya

Hardjowigeno

(1992)

mendukung tanaman berakar di dalam

terdapat 10 ordo tanah dalam sistem

suatu lingkungan alam.

Taksonomi USDA 1975 dengan disertai

Tanah dibentuk dalam waktu yang

singkatan nama ordo tersebut, adalah

cukup lama melalui proses pedogenesis dan

sebagai berikut: 1. Alfisol --> disingkat: 10

Commented [A17]: Pengantar terlalu panjang bertele-tele. Pengantar itu memuat latar belakang dan tinjauan pustaka. -Untuk latar belakang uraikain  pentingnya praktikum lapangan ini dilakukan, diakhir kalimatnya dituliskan tujuan dari praktikum ini cukup 2-3 paragraf aja. - Untuk tipus langsung menjurus saja terkait jenis tanah pada stopsite ini. Mencakup : syarat-syarat dikatakan Entisol menurut soil taxonomy USDA 2010 (tidak perlu cari sumber lain, langsung focus ke USDA 2010 saja), factor2 yang mempengaruhi pembentukan Entisol (jangan faktor2 umum pembentuk tanah, tapi langsung menjurus ke entisol). Untuk stopsite” selanjutnya silakan menyesuaikan jenis tanahnya. Intinya yang ada di pengantar mencakup hal-hal ini !!

Alf, 2. Aridisol --> disingkat: Id, 3. Entisol

berdasarkan

--> disingkat: Ent, 4. Histosol --> disingkat:

Taxonomy United State Department of

aturan

penamaan

Soil

Ist, 5. Inceptisol --> disingkat: Ept, 6.

Agriculture (USDA).

Mollisol --> disingkat: Oll, 7. Oxisol -->

Tanah yang termasuk ordo Entisol

disingkat: Ox, 8. Spodosol --> disingkat:

merupakan tanah-tanah yang masih sangat

Od, 9. Ultisol --> disingkat: Ult, 10.

muda yaitu baru tingkat permulaan dalam

Vertisol --> disingkat: Ert. Taksonomi

perkembangan. Tidak ada horison penciri

tanah adalah cabang dari klasifikasi tanah.

lain kecuali epipedon ochrik, albik atau

Pada taksonomi tanah 2010, terdapat 18

histik. Kata Ent berarti recent atau baru.

horison bawah penciri yaitu horison Agrik,

Padanan dengan sistem klasifikasi lama

Argilik, Duripan, Fragipan, Glosik, Gipsik,

adalah termasuk tanah Aluvial atau Regosol

Kalsik, Kandik, Kambik, Natrik, Orstein,

(Hardjowigeno, S. 1992). Entisol yaitu

Oksik, Petrokalsik, Petrogipsik, Placik,

tanah yang baru terbentuk dan dicirikan

Salik,

Dalam

dengan perkembangan tanah yang belum

taksonomi tanah 2010 disajikan secara

terlihat jelas. Tanah Entisol umumnya

lengkap tentang prosedur pengelompokan

terdapat

tanah mulai dari kategori tinggi sampai

terkonsolidasi seperti pasir dan beberapa

kategori rendah. Prosedur taksonomi tanah

lapisan memperlihatkan horison di atas

adalah mengikuti:

lapisan batuan dasar (bedrock).

Sombrik

dan

Spodik.

pada

sedimen

yang

belum

1.

deskripsi profil tanah,

2.

penentuan horison penciri (epipedon

yang belum mengalami deferensiasi profil

dan horizon bawah penciri),

membentuk horizon yang nyata, sehingga

3.

penentuan sifat-sifat lain,

masih di anggap lapisan, tetapi untuk

4.

pemakaian kunci taksonomi dengan

entisol yang tua mulai terbentuk horizon A

urutan : ordo (ada 12 ordo), sub ordo,

dan C. Untuk morfologi lahan, tanah-tanah

kelompok besar (great group), anak

entisol mempunyai relief yang bervariasi

kelompok

dari relief datar sampai miring dan ada yang

(sub

Entisol merupakan golongan tanah

group),

keluarga

(family) dan seri (Marpaung, 2008).

berelief

Pada percobaan praktikum lapangan

Berdasarkan Keys to Soil Taxonomy 2010,

pada tanggal 02 April 2016 yang berlokasi

ordo tanah terdiri atas 12 ordo yaitu: salah

di stopsite I di daerah Banguntapan, Bantul,

satunya entisol yaitu tanah yang memiliki

Yogyakarta mendapatkan hasil bahwa

epipedon okrik, histik atau albik tetapi tidak

tanah yang terdapat pada lokasi tersebut

ada horison penciri lain (Soil Survey Staff,

tergolong

2010).

pada

jenis

tanah

Entisol

cekungan

(Sarwonno,

1985).

11

Entisol merupakan tanah yang baru

air

berkembang. Walaupun demikian tanah ini tidak hanya berupa bahan asal atau bahan

sukarmeresapdan

6.

Bahan induk yang tidak subur atau

induk tanah saja tetapi harus sudah terjadi

mengandung

proses

pembentukan

menghasilkan

epipedon

horzon

unsure-unsur

beracun

tanah

yang

bagi tanaman atauorganisme lain.

okhrik.

Pada

Diferensiasi oleh bahan organiktidak

entisol mungkin juga ditemukan epipedon anthropic,

reaksi-reaksi

tidak berjalan.

albik

dan

agrik

dapat terjadi. 7.

akumulasi garam, besi oksida dan lain-lain mungkin ditemukan tapi pada kedalaman

menghambat perkembangan horizon. 8.

lebih dari 1 meter. Proses pembentukan tanah entisol dipengaruhi oleh faktor-faktor

Selalu jenuh air atau bergenang,

Waktu

yang

singkat,

belum

memungkinkan perkembangan tanah. 9.

Perubahan yang dratis dari vegetasi.

secara spesifik sebagai berikut:

Kalau

1.

Iklim yang sangat kering sehingga

mempengaruhipembentukan

pelapukan dan reaksi-reaksi kimia

Spodosol (Podsol) diganti dengan

berjalan sangat lambat.

tumbuhan

Erosi yang kuat, dapat menyebabkan

profilSpodsol dapat berubah menjadi

bahan-bahan yang dierosikan lebih

Entisol dalam waktu kurang dari satu

banyak dari yang dibentuk melalui

abad (Hole, 1976).

proses pembentukan tanah. Banyak

Tanah entisol pada daerah Banguntapan

2.

3.

4.

5.

pohon-pohon

berdaun

cemara

lebar,

yang tanah

maka

terdapat di lereng-lereng yang curam.

mempunyai dua bagian horizontal tanah

Pengenndapan

menerus

yang terdiri atas horizontal A dan horizontal

menyebabkan pembentukan horizon

C. Horizon tanah adalah lapisan tanah yang

lebih

pengendapan.

kurang lebih sejajar dengan permukaan

Terdapat misalnya di daerah dataran

bumi dan mempunyai ciri-ciri tertentu

banjir di sekitar sungai, delta, lembah-

(khas). Profil dari tanah yang berkembang

lembah,

lanjut biasanya memiliki horizon-horizon

lambat

daerah

terus

dari

sekitar

gunung

berapi,bukit-bukit pasir pantai.

tanah.

Pembentukan

lapisan

atau

Imobilisasi plasma tanah menjadi

perkembangan horizon dapat membangun

bahan-bahan inert, misalnya flokulasi

tubuh alama yang disebut tanah (Hanafiah,

bahan-bahan olehkarbonat, silica dan

K. A., 2012). Horizon A merupakan horizon di

lain-lain.

permukaan yang tersusun oleh campuran bahan

Bahan induk yang sangat sukar dilapuk

organik danbahan mineral.Horizon A juga disebut

(inert), atau tidak permeable, sehingga 12

sebagai horison eluviasi (pencucian). Ada 3 jenis

sistem drainase untuk mengairi tanah ketika

horisonA, antara lain :a)

kadar

-

A1 : bahan mineral campur dengan humus

ditambah dengan pemupukan dengan hasil

dan berwarna gelap.b)

yang optimal. Pada tanah entisol tidak

A2 : horison dimana terjadi pencucian

terdapat

(aluviasi) maksimum terhadap liat Fe, Al dan

karena keadaanya yang kurang subur, dan

bahanorganik.c)

komposisi mineralnya adalah terdapatnya

A3 : horison peralihan A ke B, lebih

mineral kuarsa dan oksida besi.berasal dari

menyerupai A

abu-volkanik hasil erupsi yang dikeluarkan

Horizon C adalah lapisan tanah yang

gunung-gunung berapi berupa debu, pasir,

bahan penyusunnya masih serupa dengan

kerikil, batu bom dan lapili.Selain itu

batuan induk (R) atau belum terjadi

berasal dari gunduk pasir yang terjadi di

perubahan.Horizon C disebut juga dengan

sepanjang pantai, misalnya diantara Cilacap

regolithTerdiri.Tanaman

tidak

dan Parangtritis (selatan Yogyakarta), dan

menembus ke dalam lapisan ini, sangat

Karawang serta daerah Jawa lainnya yang

sedikit bahan organik yang ditemukan di

memiliki gunung berapi.Pemanfaatan tanah

lapisan ini.

entisol cukup beragam salah satunya

-

-

akar

asamnya

mulai

hewan-hewan

rendah,

seperti

dapat

cacing,

Tanah entisol cenderung memiliki

memberikan banyak hasil pada produksi

tekstur yang kasar dengan kadar organik

padi di daerah Karawang, Indramayu dan

dan nitrogen rendah, tanah ini mudah

Delta Brantas serta tanaman palawijaya dan

teroksidasi dengan udara, untuk tanah

tebu di Surabaya. Di Florida, Amerika

entisol, kelembapan dan pH nya selalu

Serikat, perkebunan jeruk terdapat pada

berubah, hal ini karena tanah entisol selalu

tanah-tanah Entisol berpasir (Psamment).

basah dan terendam dalam cekungan. Dan

Di daerah subhumid, semi arid, dan arid

tanah yang memiliki kadar asam yang

tanah-tanah Entisol yang kurang subur

kurang

banyak

baik

untuk

ditanami,

karena

digunakan

sebagai

padang

memiliki kadar asam yang sangat tinggi

pengembalaan sapi atau kambing.Tanah-

atau sangat rendah.

tanah Entisol yang belereng curam dan

Tanah entisol dapat digunakan apabila

berbatu-batu banyak yang dijadikan daerah

dikembangkan metode baru, misalnya

cagar alam.

II. METODOLOGI

April 2016 di beberapa wilayah di Daerah

Praktikum lapangan Dasar-Dasar Ilmu

Istimewa Yogyakarta. Stopsite pertama

Tanah ini dilakukan hari Sabtu, tanggal 02

yang diamati yaitu daerah yang terletak di 13

Commented [A18]: Gak perlu pakai 0, tanggalan itu gak ada yg diawali dari nol, perbaiki untuk keseluruhan!!

Banguntapan,

Bantul.

Alat-alat

yang

ditentukan dengan dibedakan berdasarkan

digunakan yaitu : boardlist, GPS (Global

warna tanahnya, perbedaan struktur, dan

Positioning System), soil mussel, Munsel

konsistensi yang ditandai oleh perbedaan

Soil Colour Charts, bor tanah, klinometer,

bunyi saat tanah dipukul-pukul. Syarat-

kompas,

palu

syarat pembuatan profil antara lain baru,

kompas,

meteran,

pedologi,

sekop,

tidak terkena sinar matahari langsung, tidak

cangkul, pisau dan kamera. Bahan-bahan

terendam air dan representatif (mewakili)

yang digunakan berupa chemicalia yang

dari daerah sekelilingnya. Setelah lapisan

terdiri atas aquades, HCl 2 N, H2O2 3%,

atau horizon dibedakan maka kedalaman

H2O2 10% serta tanah yang ada di daerah

tanah diukur secara kumulatif antar lapisan

stopsite I.

kemudian berturut diamati tiap lapisan

Cara lapangan

pH

pnetrometer,

kerja

dalam

meliputi

praktikum

mengenai

warna,

tekstur,

untuk

konsistensi, adanya bahan kasar, gleisai,

tapak

(site),

perakaran, reaksi-reaksi, dan klasifikasi.

pembuatan profil tanah atau karakteristik

Warna tanah ditentukan secara kuantitatif

profil tanah dan pengujian khemikalia

dengan menggunakan kartu warna Soil

kandungan tanah serta klasifikasi ordo

Munsell Color Charts. Tekstur ditentukan

tanah tersebut.

secara dipilin dengan dibasahi terlebih

morfologi

Pengamatan

meliputi

morfologi

dahulu.

tanah ditekan diantara ibu jari dan telunjuk,

deskripsi profil. Morfologi lahan berupa

pada tiga aras lengas yaitu basah, lembab,

nama pengamat, lokasi, tanggal, letak

dan kering.

litologi,

landform,

landuse,

Reaksi-reaksi

diuji

dengan

vegetasi,

khemikalia, keadaan kapur tanah diuji

kebatuan, pertumbuhan, lereng, arah lereng

dengan zat HCl 2N, adanya Mn diuji

jeluk air tanah, pola drainase, erosi, tingkat

dengan H2O2 3%, dan adanya BO H2O2

erosi, dan altitude.

10%. Kemiringan lereng diukur dengan

Pengamatan lapangan dilakukan

menggunakan

klinometer

sedangkan

dengan cara pembuatan profil tanah yaitu

ketinggian tempat dan koordinat lokasi

tanah

diukur dengan GPS.

dibuka

pedologi

profilnya

kemudian

dengan lapisan

palu

Commented [A21]: italic

Konsistensi dilakukan dengan

lahan di sekitar profil yang dibuat dan

lintang, kode, cuaca, fisiologi, topografi,

Commented [A20]: Perlatan disesuaikan dengan yang dilakukan saat dilapangan. Perbaiki lagi !! lihat di komen abstrak !!

struktur,

proses

penentuan

ini

meter,

Commented [A19]: Langsung sebutkan tempat stopsite satu dimana, jangan yang general seperti ini!!

Commented [A22]: kompas mana ??

tanah

Commented [A23]: jangan nyempil kayak gini, perbaiki formatnya!

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 14

Gambar 1.1. Morfologi Lahan Kawasan Banguntapan

Gambar 1.2. Profil Tanah Entisol Kawasan Banguntapan

PENGAMATAN LAPANGAN STOPSITE Commented [A24]: Judul” gini gak perlu, langsung judul table aja

A. Morfologi Tapak (Site) Nama Pengamat

: B1/3

Kode

: Stopsite 1

Lokasi

: Banguntapan

Landform

: Aluvial

Fisiografi

: Kaki Merapi

Litologi

: Aluvium

Topografi

: Datar

Arah Lereng

: 80 NE

Lereng

: 4%

Kebatuan

: Tidak Ada

Landuse

: Tegalan

Pertumbuhan

: Baik, subur

Vegetasi

: Pisang, papaya

Jeluk Air Tanah

:8m

Pola Drainase

: Dentritik

Tingkat Erosi

: Rendah

Erosi

: Lembar

Altitude

: 117 mdpl 15

Cuaca

: Cerah

Tanggal

Letak Lintang

: S: 7 48’ 20”

: 02 April 2016

E: 110 24’ 48,5”

Commented [A25]: Ini dibuat table ya, ditulis judul table juga jangan lupa.

Commented [A26]: Gak perlu, langsung judul tabel

B. Karatkteristik Profil Tabel 1. Karakteristik Profil Stopsite 1 No

Pengamatan

Lapisan I

Lapisan II

Lapisan III

Lapisan IV

1

Jeluk (cm)

0-30 cm

30-60 cm

65-90 cm

>90 cm

2

Nama Horizon

A1

A2

A3

C

3

Warna Tanah a. Matrik

5 YR 3/1

5 YR 4/1

5 YR 4/2

-

b. Karatan

-

-

-

-

c. Campuran

-

-

-

-

4

Tekstur

Geluh pasiran

Geluh pasiran

Geluh pasiran

Geluh pasiran

5

Struktur Gumpal

Gumpal

Gumpal

Gumpal

menyudut

menyudut

menyudut

menyudut

b. Kelas

Sedang-besar

Sedang-besar

Sedang-besar

c. Derajat

Lemah-sedang

Lemah-sedang

Sedang

a. Tipe

6

Tidak

lekat, Tidak

lekat, Tidak

plastis

plastis

plastis

a. Ukuran

Meso

Meso

Meso

b. Jumlah

Agak Banyak

Agak Banyak

Agak Banyak

Bahan Kasar

Tidak Ada

+

++

Konsistensi

lekat,

a. Kering b. Basah/lembab 7

8

Perakaran

a. Jenis b. Jumlah c. Ukuran 9

Uji Khemikalia a. BO (H2O2 10%) +

16

b. Mn (H2O2 3%)

-

+

+

c. Kapur (HCl 2N) -

-

-

10

pH H2O

6

7

11

Catatan Khusus

6

C. Klasifikasi Ordo Tanah PPT

: Regosol

FAO

: Fluvisol

Soil Taxonomy

: Entisol

Commented [A27]: Ini dibuat table juga ya, kasih judul table juga.

Stopsite pertama yang dikunjungi

Daerah Banguntapan ini memiliki

dalam praktikum lapangan ini berlokasi di

landform berupa alluvial dan litologi yang

daerah Banguntapan, Bantul, Yogyakarta

ada berupa alluvium yaitu sejenis tanah

yang termasuk ke dalam fisiografi kaki

liat, halus dan dapat menampung air hujan

gunung merapi dengan memiliki topografi

yang tergenang.

datar

berdasarkan

hasil

dari

Pertumbuhan yang terjadi secara

pengamatan.Pengamatan morfologi yang

alami atau buatan pada daerah tanah

dilakukan pada 2 April 2016 ini memiliki

entisol ini sangat subur dan baik dengan

cuaca yang cerah.Daerah ini memiliki

tidak adanya kandungan batuan yang

kelas lereng datar yakni 4% dan arah

terdapat di dalamnya karena tingkat erosi

lerengnya sebesar 80.

yang rendah.Pengamatan lainnya berupa memiliki

ketinggian atau yang dikenal dengan

landuse sebagai daerah tegalan yang bisa

altitude pada daerah tersebut adalah 117

juga menjadi sawah tadah hujan, hal

mdpl (meter di atas permukaan laut).

tersebut juga ditunjukkan dengan vegetasi

Daerah ini memiliki letak lintang pada

dominan dan pendukung yang ada di

angka S: 7 48’ 20” E: 110 24’ 48,5”.

sekitarnya

Daerah pengamatan ini memiliki jeluk

Daerah

Banguntapan

yaitu

rerumputan,

pohon

pisang dan papaya.Daerah tegalan tidak

tanah

memerlukan pengolahan yang intensif.

kedalaman sebesar 8 m.

Pola drainase yang terdapat pada daerah

yang

sangat

dalam

dengan

Pengamatan karakteristik profil

ini berupa pola dendritik serta jenis erosi

tanah

yang

yang terjadi pada daerah stopsite ini

Banguntapan mendapatkan hasil bahwa

berupa erosi lembar dengan tingkat

daerah

erosinya berada pada golongan rendah.

Penentuan lapisan tanah diperoleh dengan

ini

terkandung

terdapat

di

empat

daerah

lapisan.

17

Jadi untuk pembahasan, yg diborlist itu dibuat 3 tabel, per table dibahas ya, jadi pertama bahas table yg bagian morfologi tapak, setelah itu bahas table bagian deskripsi profil, setelah itu bahas table yg menyebutkan jenis tanahnya. Tambahkan pula teori” terkait jenis tanah yang bersangkutan. PERBAIKI UNTUK SEMUA STOPSITE

Commented [A28]: Setelah titik itu spasi dulu ys, banyak yg gak spasi, perbaiki.

beberapa

cara

yaitu

berdasarkan

perbedaan warna, perbedaan tekstur dan

pada semua lapisan profil tanah di daerah Banguntapan ini.

konsistensi lapisan tanah yang ditandai

Pengamatan selanjutnya berupa

dengan perbedaan bunyi yang keluar saat

pengamatan mengenai tekstur tanah.

tanah

palu

Tekstur tanah dapat ditentukan dengan

pedologi. Setelah mendapatkan lapisan-

dipukul-pukul

dengan

cara yaitu terlebih dahulu tanah dibahasi

lapisan yang terdapat dalam tanah tersebut

air agar dapat diketahui fraksi yang

maka

dominan

dilaksanakan

karakteristik

profil

pengamatan

pada

tanah

tersebut.

Saat

tanah.Pengamatan

percobaan, jenis tanah entisol tidak dapat

pertama yaitu melakukan pengukuran

dibentuk bola dan pita serta memiliki

terhadap tinggi (jeluk) masing-masing

karakteristik pasir yang dominan dengan

lapisan tanah yang ada. Hasil yang didapat

sedikit

adalah lapisan I memliki jeluk sebesar 0-

disimpulkan hasilnya bahwa seluruh

30 cm, lapisan II memliki jeluk sebesar

lapisan I sampai IV memiliki tekstur

30-65 cm, lapisan III memliki jeluk

berupa geluh pasiran. Entisol yang

sebesar 65-90 cm dan lapisan yang paling

didominasi tekstur geluh pasiran maka

akhir memliki jeluk lebih dari 90 cm.

memiliki pori yang besar yang berakibat

Lapisan yang terdapat pada tanah tersebut

entisol peka terhadap erosi dan kapasitas

memiliki empat horizon yang terdiri atas

infiltrasinya tinggi.

tekstur

geluh

maka

dapat

lapisan I atau horizon A1, lapisan II atau

Pengamatan yang kelima yaitu

horizon A2, lapisan III atau horizon A3

mengenai struktur tanah, tipe struktur

dan lapisan IV atau horizon C.

tanah yang didapat pada tiap lapisannya

Pengamatan

selanjutnya

yaitu

sama berupa gumpal menyudut dan kelas

warna tanah pada pembuatan profil tanah

strukturnya sama berupa sedang-besar

yang mendapatkan hasil warna yang

sedangkan derajat strukturnya memiliki

berbeda di setiap lapisannya.Lapisan

perbedaan pada lapisannya yaitu lapisan I

pertama memiliki matrik warna sebesar 5

dan lapisan II memiliki derajat lemah-

3

YR1, lapisan kedua memiliki matrik 4

warna sebesar 5 YR1 dan lapisan ketiga memiliki

matrik

warna

sebesar

5

4

sedang sedangkan lapisan III memiliki derajat sedang. Selanjutnya, pengamatan untuk menetukan konsistensi tanagnya dengan cara memijat tanah di antara ibu

YR .Pada hasil pengamatan dalam warna

jari dan telunjuk. Maka hasil yang didapat

profil tanah ini tidak mendapatkan hasil

untuk konsistensi setiap lapisannya sama

berupa karatan dan campuran yang ada

berupa tidak lekat dan plastis. Pada

2

18

Commented [A29]: spasi

pengamatan perakaran terdapat kesamaan

nilai +1 (+) sedangkan pada lapisan I tidak

pada semua lapisan tanahnya yaitu

memiliki kandungan Mn yang tersedia

berukuran meso dan memiliki jumlah

atau dengan nilai (-). Hasil terakhir yaitu

yang sama yaitu agak banyak. Percobaan

mengenai pengujian kandungan kapur

terakhir mengamati bahan kasar yang

yang dimiliki oleh semua lapisan tanah

terkandung pada jenis tanah ini dan

mendapatkan hasil yaitu tidak adanya

memiliki hasil bahwa tidak memiliki

kandungan kapur pada semua lapisan

kandungan bahan kasar pada semua

tanahnya.Kelemahan pada tanah entisol

lapisannya.

yaitu sedikitnya kandungan bahan organic

Pada percobaan klasifikasi profil

dan juga unsur hara yang terdapat pada

tanah ini juga dilakukan pengujian

lapisan tanahnya.Oleh karena itu, tanah

chemicalia pada lapisan tanah yang sudah

ini

diketahui

untuk

memperkaya bahan organiknya untuk

organic,

memperbaiki struktur tanah yang porous.

sebelumnya

diketahuikandungan

bahan

mangan dan kapur yang tersedia pada semua

lapisan

sebaiknya

dikelola

dengan

Pengamatan yang terakhir untuk

tersebut.Pengujian

mendapatkan nilai pH yang terkandung

kandungan bahan organik pada tanah

pada jenis tanah entisol ini dengan hasil

dilakukan dengan menambahkan H2O2

yang didapat yaitu lapisan I dan II dengan

10%,

dengan

nilai pH sebesar 6 dan lapisan III dengan

menambahkan H2O2 3% dan pengujian

nilai pH sebesar 7.Dalam artian bahwa

kapur dengan menambahkan HCl 2N pada

jenis tanah entisol pada saat itu memiliki

contoh setiap lapisan yang sudah diambil.

kandungan

Dari hasil pengjian kandungan bahan

dikatakan sebagai tanah yang subur.

kandungan

Mn

organik yang dimiliki bahwa lapisan III

pH

netral

Berdasarkan

hasil

yang

dapat

pengamatan

memiliki kandungan bahan organic yang

terhadap morfologi tapak, karateristik

paling tinggi dengan nilai +3 (+++)

profil dan pengujian chemicalia maka

sedangkan lapisan I dan II memiliki

tanah yang terdapat pada stopsite I ini

kandungan bahan organic yang sama

menurut klasifikasi PPT memiliki ordo

dengan nilai +1 (+). Indikasinya berupa

Regosol,

buih yang dihasilkan setelah penambahan

Agriculture of United Nations (FAO-

H2O2 10%. Hasil selanjutnya berupa

PBB)

kandungan Mn yang terdapat pada lapisan

sedangkan berdasarkan penamaan Soil

II dan III menunjukkan bahwa memiliki

Taxonomy United State Department of

berdasarkan

tanah

ini

Food

berordo

and

Fluvisol

jumlah kandungan Mn yang sama dengan 19

Agriculture

(USDA)

memiliki

ordo

Entisol.

Pengelolaan tanah entisol yang dasar

adalah

drainase

dan

akumulasi

pengelolaan pemakaian

tambahan kandungan unsur hara yang

IV. KESIMPULAN

pada

mengenai

Hasil pengamatan pada stopsite I

dapat

daerah

organik. Pengelolaan dengan cara lainnya

Banguntapan,

Bantul,

menambah

kandungan

dilakukan

Yogyakarta tersusun atas jenis tanah

dapat

regosol menurut PPT, jenis tanah fluvisol

memperbanyak tanaman penutup tanah

menurut FAO, dan jenis tanah entisol

seperti

menurut USDA sehingga memiliki tipe

pembuatan terasering pada lereng miring

penggunaan lahan tegalan atau sawah

agar tidak mudah tererosi serta pemberian

tadah hujan dengan adanya sawah,

mulsa

dan

Commented [A31]: Ini bhs inggris? Kalau iya berarti harus italic

rerumputan, pisang dan papaya.

bendengan untuk mengurangi penguapan.

Commented [A30]: kan gak semua jenis tanah Entisol tipe penggunaannya sebgai itu. Perbaiki kalimatnya, jangan rancu kalau dibaca.

rumput

(plastic

dengan

bahan

atau

atau

cara

alang-alang,

organic)

20

DAFTAR PUSTAKA Abdullah, T.S. 1996. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. PT Penebar Swadaya, Jakarta. Ali, Kemas. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Bale, A. 2001. Ilmu Tanah I. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Buol, S.W; F.D. Hole, and R.J. Mc.Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. TheIOWA State University Press, Ames. Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta. Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. CV. Akademika Pressindo,Jakarta

Home, James. 1995. Chemistry of Soils. Soil Science (SOIL) 702/802 (revised Jan 1998). http://pubpages.unh.edu/~harter/soil702.htm l Marpaung, P. 2008. Penuntun Praktikum Klasifikasi Tanah. Fakultas Pertanian. Univeritas Sumatera Utara. Medan. Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi. Bogor: Program Studi Teknik Geologi. Fakultas Teknik Universitas Pakuan, Bogor. Suryana dan Priyatna. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Tsabita, Bandung.

Commented [A32]: Dapus langsung nyambung aja dibawah kesimpulan, gak perlu ganti halaman.

Soil Survey Staff.2010. Keys To Soil Taxonomy. Eleventh Edition, 2010.United States Departement of Agriculture Natural Resources Conservatio Service. Washington.

Ukuran font untuk dapus itu tetep 12 ya, bukan 10. Perbaiki !

Tim Fakultas Geografi UGM.1996. Pengenalan Bentang Lahan Parangtritis- Bali. Yayasan Pembina Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta.

21

MORFOLOGI ULTISOL PATUK ABSTRAK Praktikum lapangan Dasar-Dasar ilmu tanah dilakukan pada hari Sabtu, 2 April 2016 di lokasi stopsite kedua adalah Patuk, Gungkidul yang mewakili jenis tanah ultisol. Alat alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah boardlist, bor tanah, penggaris, palu pedologi, meteran, pH stick, GPS (Global Position System), kompas, soil munsel color chart, dan kamera. Bahan-bahan yang digunakan berupa chemicalia yang terdiri atas aquadest, HCl 2N, H 2O2 3%, H2O2 10%, serta tanah yang ada di setiap stopsite.Praktikum lapangan ini dilakukan untuk mengamati profil tanah dan morfologi lahan di stopsite. Deskripsi profil tanah yang diamati adalah jeluk (cm), nama horizon, warna tanah, tekstur, struktur, konsistensi, perakaran, bahan kasar, uji khemikalia, dan ph H2O. Hasil tanah menurut pengamatan jenis tanah di Patuk, Gungkidul termasuk dalam tanah ultisol dengan penggunaan lahan untuk kebun campuran atau tegalan. Kata kunci: morfologi lahan, karakteristik tanah, klasifikasi tanah, profil tanah, ultisol

I.

Faktor pembentuk tanah merupakan

PENGANTAR Tanah

merupakan

salah

satu

faktor

yang

menentukan

dalam

komponen abiotik pada permukaan bumi

pembentukan jenis-jenis tanah. Faktor

yang

makhluk

pembentuk tanah terdiri dari bahan induk

Tanah menjadi sangat penting

dan faktor lingkungan yang mempengaruhi

karena tanah menyediakan unsur hara,

perubahan bahan induk menjadi tanah.

seperti mineral, bahan organik, air dan

Faktor-faktor pembentuk adalah : iklim,

udara

proses

organisme, relief atau satuan topografi,

fotosintesis.Tanah memiliki sifat, ciri-ciri,

bahan induk dan waktu. Tanah dan sifat

dan

berbeda-beda.

tanah yang terbentuk merupakan hasil

Perbedaan ini terletak pada perbedaan sifat

interaksi antara faktor-faktor pembentuk

fisik, sifat kimia dan sifat biologinya. Hal

tanah tersebut (Arifin, 2011).

hidup.

sangat

bagi

penting

tumbuhan

karakteristik

yang

bagi

untuk

ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

Kehidupan daur tanah dimulai dari

mempengaruhi pembentukan tanah. Oleh

taraf bahan induk, tanah muda atau belum

karena itu, diperlukan pengamatan secara

matang (immature), tanah dewasa atau

langsung di lapangan untuk mengetahui

matang (mature) dan berlanjut ke tanah tua

sifat, ciri-ciri dan karakteristik kelompok

(senil). Bahan induk dapat berubah menjadi

tanah di beberapa tempat. Selain itu,

tanah muda dalam suatu periode waktu

pengamatan di lapangan dapat digunakan

yang

untuk membandingkan informasi yang

lingkungan yang memungkinkan. Taraf ini

didapatkan

dicirikan oleh pelonggokan bahan organik

laboratorium.

dari

hasil

praktikum

di

relatif

pendek

dalam

kondisi

pada permukaan tanah. Pedogenesis tanah tingkat awal, dengan proses pelindian dan

22

alih tempat koloida tanah, horizon yang

karena

itu

untuk

dapat terbentuk adalah A dan C, sifat-sifat

produktivitas tanah Ultisol maka perlu

tanah masih jelas mewarisi sifat bahan

dilakukan penambahan bahan organik.

induk. Pada taraf dewasa, proses pelapukan

Pemberian

dan pedogenesa telah lanjut, sebagian besar

menurunkan bulk density tanah karena

mineral batuan telah lapuk, telah terjadi

membentuk agregat tanah yang lebih baik

diferensiasi horizon dengan jelas yang

dan memantapkan agregat yang telah

meliputi horizon A, B, dan C. Pada taraf tua

terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas

pelapukan telah sampai pada taraf akhir

dan infiltrasi menjadi lebih baik. Akibatnya

sehingga hanya mineral-mineral resisten

adalah daya tahan tanah terhadap erosi akan

saja yang tertinggal, pelindian, alih rupa,

meningkat (Sipayung, 2014). Tanah ultisol

alih tempat bahan telah lanjut, tekstur tanah

dibentuk oleh proses

halus, sering terdapat padas lempung

pembentukan

(Rajamuddin, 2009). Ultisol termasuk

intensifkarena

tanah tua dengan tingkat pelapukan lanjut,

lingkungan iklimtropika dan subtropika

pencucian hebat, dan kesuburan kimia,

yang bersuhu panasdan bercurah hujan

fisika, serta biologi yang sangat rendah.

tinggi (Sudarsono, 2009).

bahan

meningkatkan

organik

tanah

dapat

pelapukan

dan

yang

sangat

berlangsung

dalam

Kendala sifat fisika Ultisol yang kurang

Tanah Ultisol memiliki kondisi

baik, diantaranya daya pegang air rendah,

yang aquic pada beberapa waktu di tahun

tekstur lempung berliat, struktur kurang

normal (atau drainase buatan) dalam satu

mantap dan permeabilitas makin kebawah

atau lebih cakrawala dalam 50 cm dari

makin rendah. Penggunan jenis tanaman

permukaan tanah mineral dan satu atau

yang ditanam dan pengelolaan lahan pada

kedua hal berikut:

tanah hutan yang dikonversi, terutama

1. Fitur Redoximorphic di semua

lahan pertanian akan berpengaruh terhadap

lapisan, baik batas bawah dari suatu

sifat-sifat fisika tanah. (Junaedi, 2010)

horizon Ap atau kedalaman 25 cm

Tanah ultisol sering diidentikkan

dari permukaan tanah mineral,

dengan tanah yang tidak subur, dimana

mana

mengandung bahan organik yang rendah,

kedalaman 40 cm dan salah satu

nutrisi rendah dan pH rendah (kurang dari

dari berikut dalam atas 12,5 cm dari

5,5) tetapi sesungguhnya bias dimanfaatkan

argilik atau kandic horizon:

untuk

jika

a. Redoks konsentrasi dan 50

yang

persen atau lebih depletions

memperhatikan kendala yang ada. Oleh

redoks dengan kroma dari 2

lahan

dilakukan

pertanian

potensial

pengelolaan

yang

lebih

dalam,

dan

23

atau kurang, baik pada wajah

color chart, dan kamera. Bahan-bahan yang

peds atau dalam matriks; atau

digunakan berupa chemicalia yang terdiri

b. 50 persen atau lebih depletions

atas aquadest, HCl 2N, H2O2 3%, H2O2

redoks dengan kroma dari 1

10%, serta tanah yang ada di setiap stopsite.

atau kurang baik pada wajah

Pengamatan lapangan dilakukan

peds atau dalam matriks; atau

dengan pembuatan profil tanah. Profil tanah

c. konsentrasi yang berbeda atau

merupakan irisan tegak penampang tanah

menonjol redoks dan 50 persen

dengan lebar dan panjang 1-1,5 m dan

atau lebih rona 2.5Y atau 5Y

kedalaman 2 m. Syarat-syarat pembuatan

dalam matriks dan juga termis

profil antara lain baru, tidak terkena sinar

sebuah, isotermik, atau lebih

matahari langsung, tidak terendam air dan

hangat tanah rezim suhu;atau

representatif

(mewakili).

Pengamatan

2. Dalam 50 cm dari permukaan tanah

meliputi morfologi lahan di sekitar profil

mineral, cukup zat besi ferrous aktif

yang dibuat dan deskripsi profil. Morfologi

untuk memberikan reaksi positif

lahan berupa nama pengamat, lokasi,

terhadap alpha, alphadipyridyl pada

tanggal,

saat tanah tidak sedang irigasi

fisiologi, topografi, litologi, landform,

(USDA, 2010).

landuse, vegetasi, kebatuan, pertumbuhan,

letak

lintang,

kode,

cuaca,

lereng, arah lereng jeluk air tanah, pola II.

METODOLOGI

drainase, erosi, tingkat erosi, dan altitude.

Praktikum lapangan Dasar-dasar

Deskripsi profil berupa jeluk, warna tanah

Ilmu Tanah, dilaksanakan pada hari Sabtu,

(matrik, kartan, campuran), tekstur, struktur

2 April 2016 di beberapa wilayah di Daerah

(tipe, kelas, derajat), konsistensi, perakaran

Istimewa Yogyakarta. Pada praktikum ini,

(ukuran, jumlah), bahan kasar (jenis,

digunakan beberapa alat untuk mengamati

jumlah, ukuran), dan uji khemikalia dengan

suatu profil tanah. Alat-alat yang digunakan

H2O2 10% untuk menguji BO (Bahan

berupa boardlist, bor tanah, penggaris, palu

Organik), H2O2 3% untuk menguji Mn,

pedologi, meteran, pH stick, GPS (Global

HCl 2N untuk menguji kapur, dan H2O

Position System), kompas, soil munsel

untuk menguji pH.

24

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2.1. Morfologi Lahan Kawasan Patuk

Gambar 2.2. Profil Tanah Ultisoll Kawasan Patuk

PENGAMATAN LAPANGAN STOPSITE A. Morfologi Tapak (site) : B1/3

Lokasi

: Patuk

Fisiografi

: Baturagung

Kode

: Stop site 2

Topografi

: berombak,

Landform

: breksi andesit

Litologi

: breksi andesit

bergelombang

Letak Lintang

: S 70 31’ 9”

Nama pengamat

E 1100 20’ 18,8”

Lereng

: 9%

Arah Lereng

: 180 S

Landuse

: hutan sekunder

Kebatuan

: tidak ada

Vegetasi

: kelapa, jati, pisang

Pertumbuhan

: baik (subur)

Pola Drainase

: dendritik

Jeluk air tanah

: 14 meter

Erosi

: alur, lembar

Tingkat Erosi

: rendah-sedang

Cuaca

: cerah

Altitude

: 295 mdpl 25

Tanggal

: 02 April 2016

B. Karakteristik profil Tabel 2. Karakteristik Profil Stopsite 2 No 1 2 3

4 5

6

Pengamatan Jeluk (cm) Nama Horizon Warna Tanah a. Matrik b. Karatan c. Campuran Tekstur Struktur

Lapisan I 10-65 cm BC

Lapisan II 65-120 cm Bt I

Lapisan III 120-200 cm Bt II

Lapisan IV >200 cm Bt III

2,5 YR 3/6

2,5 YR 4/6

10 YR 4/6

7,5 YR 4/4

Geluh lempungan

lempungan

lempungan

lempungan

a. Tipe b. Kelas c. Derajat Konsistensi a. Kering

Gumpal menyudut kecil-sedang sedang

Gumpal menyudut kecil-sedang sedang

Gumpal menyudut kecil-sedang sedang

Gumpal menyudut kecil-sedang Sedang

Agak lekat, agak plastis

Teguh, agak lekat, agak plastis

Teguh, agak lekat, agak plastis

Teguh, agak lekat, agak plastis

Meso Sedikit

meso sedikit

meso sedikit

meso sedikit

10

b. Basah/lembab Perakaran a. Ukuran b. Jumlah Bahan Kasar a. Jenis b. Jumlah c. Ukuran Uji Khemikalia a. BO (H2O2 10%) b. Mn (H2O2 3%) c. Kapur (HCl 2N) pH H2O

11

Catatan Khusus

7

8

9

batuan Sedikit

batuan Sedikit

batuan Sedikit

batuan Sedikit

++++++

+++++

++++

+++

+++

++

+

+

5

4

5

5

C. Klasifikasi Ordo Tanah PPT : Latosol 26

FAO Soil Taxonomy

: Lixisol : Ultisol

Pengamatan terhadap tanah Ultisol ini

dilakukan

di

Kecamatan

Patuk,

kecerahan warna dengan warna putih sebagai pembanding; dan Chroma (3/6 atau

Kabupaten Gungkidul, Daerah Istimewa

4/

Yogyakarta. Fisiografinya berada pada

warna. Matrik tanah bergantung pada kadar

Baturagung dan altitude-nya 295 mdpl

kandungan bahan organiknya. Warna tanah

dengan koordinat S 70 31’ 9” E 1100 20’

juga bisa digunakan sebagai petunjuk untuk

18,8”.

dan

mengetahui, kandungan bahan organik,

bergelombang dengan arah lereng 180 S

keadaan drainase & aerasi, dan pembeda

dan kemiringan lereng 9%. Pola drainase

horizon.

tanah ini adalah dendritik dengan jenis erosi

mengandung bahan organik yang tinggi

alur dan lembar serta tingkat erosi rendah-

warna tanah semakin hitam dan tanah

sedang. Landform dari tanah ini berupa

semakin mudah di olah.

Topografinya

berombak

6)

yang menunjukan tingkat kemurnian

Umumnya

tanah

yang

breksi andesit. Pengamatan dilakukan pada

Berdasarkan hasil pengamatan yang

saat cuaca cerah sehingga mendukung

dilakukan pada saat praktikum lapangan

untuk melakukan pengamatan terhadap

tekstur tanah lapisan I teksturnya adalah

tanah Ultisol di daerah ini.

geluh lempungan. Sedangkan dari lapisan II

Pada

terhadap

sampai lapisan IV teksturnya adalah

karakteristik profilnya, tanah ini memiliki

lempungan. Strukturnya lapisan tanah di

4 lapisan. Lapisan I terletak pada jeluk 10-

daerah Patuk yaitu gumpal menyudut.

65cm, lapisan II 65-120 cm, lapisan III

Penentuan tipe lapisan dilakukan dengan

terletak pada jeluk 120-200 cm, dan lapisan

melakukan pemilinan terhadap tanah dari

IV terletak pada jeluk >200 cm. Matriks

masing-masing lapisan. Konsistensi tanah

warna tanah yang ditemukan untuk lapisan

lembab/basah di daerah Patuk yaitu lapisan

I yaitu 2,5 YR

pengamatan

3/

6

I agak lekat dan agak plastis, sedangkan

, lapisan III yaitu 10 YR 4/6 , lapisan IV

untuk lapisan II sampai lapisan IV

yaitu 7,5 YR 4/4. Metode yang digunakan

konsistensinya yaitu teguh, agak lekat, agak

yaitu secara kuantitatif menggunakan Soil

plastis.Mengenai ukuran perakaran, lapisan

Munsell Color Charts yang tersusunatas 3

I sampai dengan lapisan ke IV memiliki

unsur

yang

ukuran perakaran meso dan jumlah akar

menunjukan spectrum warana dominan;

yang sedikit. Bahan kasar yang terkandung

Value (YR) yang menunjukan tingkat

dalam tanah ini pada lapisan I sampai

yaitu

6,

lapisan II yaitu 2,5 YR

4/

Hue

(angka

10)

27

dengan lapisan IV adalah berjenis dengan jumlah yang sedikit. Untuk

Berdasarkan morfologi,

mengetahui

hasil

karakteristik

pengamatan profil

dan

adanya

pengujian khemikalia maka tanah di

kandungan bahan organik, Mn, dan kapur

stopsite empat ini menurut klasifikasi PPT

dilakukan

dengan

memiliki ordo Latosol, berdasarkan Food

menggunakan H2O2 10% , H2O2 3% dan

and Agriculture Organization of United

HCl 2 N. Ketika diuji dengan khemikalia

Nations (FAO-PBB) tanah ini berordo

BO dengan H2O2 10% ini lapisan I dan

Lixisol, sedangkan berdasarkan penamaan

lapisan

IImemiliki

bahan

Soil Taxonomy United State Department of

organik

sangat

tersebut

Agriculture (USDA) memiliki ordo Ultisol.

uji

khemikalia

kandungan

tinggi,

hal

ditunjukkan dengan buih yang dihasilkan lebih banyak.Hal ini berarti pada lapisan I

DAFTAR PUSTAKA

dan lapisan II tersebut sudah mengalami

Arifin , Zaenal. 2011. Analisis Nilai Indeks Kualitas Tanah Entisol pada Penggunaan Lahan Yang Berbeda. Agroteksos 21 (1):47-54. . Diakses tanggal 10 April 2016.

dekomposisi yang sempurna sehingga kandungan BO tinggi. Pada pengujian kandungan Mndigunakan H2O2 3% dan diperoleh hasil bahwa pada lapisan I memiliki kandungan Mn yang dan pada lapisan II, III dan IV memiliki kandungan Mn yang sangat sedikit.Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya buih yang dihasilkan

sangat

sedikit

apabila

dibandingkan dengan lapisan I. Sedangkan untuk menguji kandungan kapur dengan menggunakan (HCl 2N) hasilnya lapisan I sampai dengan lapisan IV tidak memiliki kandungan

kapur.

Pengujian

terakhir

terhadap pH tiap lapisan tanah dengan menggunakan ph stick. Lapisan I memiliki pH sebesar 5, lapisan II memiliki pH sebesar 4, dan lapisan III dan IV memiliki pH sebesar 5. Sehingga jenis tanah ultisol ini termasuk asam.

Junedi, H. 2010 .Perubahan Sifat Fisika Ultisol Akibat Konversi Hutan Menjadi Lahan Pertanian. Jurnal Hidrolitan 1 (2) :10-14 . . Diakses 10 April 2016. Rajamuddin, U. A. 2009. Kajian Tingkat Perkembangan Tanah pada Lahan Persawahan di Desa Kaluku Tinggu Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. J. Agroland 16(1):45-52. . Diakses 10 April 2016. Sipayung, E. S. Gantar S M.M. B Damanik. 2014. Perbaikan Sifat Fisik dan Kimia Tanah Ultisol Simalingkar B Kecamatan Pancur Batu dengan Pemberian Pupuk Organik Supernasa dan Rockphosphit serta Pengaruhnya terhadap Produksi TanamanJagung (Zea Mays L.). Jurnal Online Agroekoteknologi 2 (2) : 393-403. . Diakses pada 10 April 2016. Sudarsono, 2009. Tingkat Kesuburan Tanah Ultisol pada Lahan Pertambangan Batubara Sangatta,Kalimantan Timur. Jurnal Teknologi Lingkungan 10 (3) : 337-446.

28

. Diakses pada 10 April 2016. United States Department of Agriculture Natural Resources Conservation Service. 2010. Keys to Soil Taxonomy Eleventh Edition. . Diakses pada 10 April 2016.

29

MORFOLOGI MOLLISOL HUTAN BUNDER ABSTRAK Praktikum Lapangan Dasar–dasar Ilmu Tanah dilaksanakan pada hari Sabtu, 02 April 2016 bertempat di beberapa wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terbagi menjadi limastopsite, salah satunya adalah daerah Hutan Bunder, Gunungkidul. Praktikum ini bertujuan untuk mengenalkan kawasan serta jenis tanah, pada pengenalan jenis tanah setiap praktikan dapat melihat secara langsung sifat, ciri, dan kenampakan tanah di lapangan. Dengan demikian, diharapkan dapat mengetahui informasi secara langsung pemanfaatan dari tanah di daerah Hutan Bunder serta dapat membandingkan dengan tanah yang ada di laboratorium. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah palu pedologi, meteran, pH stick, GPS (Global Position System), soil munsel color chart, kamera, boardlist, bor tanah, belati dan papan jalan, adapun bahan yang digunakan selama praktikum adalah H2O210 %, H2O23%, HCl 2 dan aquades untuk uji khemikalia. Praktikum dilakukan dengan membuat profil tanah dan mendeskripsikannya. Deskripsi profil tanah yang diamati adalah jeluk, warna tanah, tekstur, struktur, konsistensi, perakaran, bahan kasar, kekerasan, kadar BO, Mn, kapur, dan pH tanah. Berdasarkan hasil pengamatan karakteristik tanah di daerah Hutan Bunder tersusun atas tanah mollisol menurut klasifikasi USDA, sedangkan menurut FAO adalah mollisol dan menurut PPT merupakan tanah rendzina. Kata Kunci : Profil Tanah, Karakteristik Tanah, Mollisol, Hutan Bunder.

I.

horison yang ditemui serta sebaran dan

PENGANTAR Pengenalan lapangan tanah-tanah di

Yogyakarta bertujuan untuk memberikan

penyusunan batu-batuan dan perakaran tanaman yang ada.

gambaran kepada mahasiswa mengenai

Tanah yang termasuk ordo Mollisol

sebaran jenis tanah berdasarkan satuan

merupakan tanah dengan tebal epipedon

fisiografi

dan

untuk

mengenalkan

lebih dari 18 cm yang berwarna hitam

geografi

tanah

yang

dijumpai

di

(gelap), kandungan bahan organik lebih

tentu

dari 1%, kejenuhan basa lebih dari 50%.

pengenalan ini belum mencakup semua

Agregasi tanah baik, sehingga tanah tidak

satuan geografi yang ada.Latar belakang

keras bila kering (Hardjowigeno, 1992).

dilakukan pengamatan dilapangan adalah

Kata Mollisol berasal dari kata Mollis

untuk mengungkapkan banyak fakta dan

yang berarti lunak.

Yogyakarta.

Sudah

barang

kemungkinan pencatatan dan ciri muka

Tanah mollisol adalah tanah yang

tanah yang tidak mungkin diperoleh dari

mempunyai horison permukaan berwarna

analisa laboratorium. Disamping hal itu

gelap yang mengandung bahan organik

pengamatan

menyajikan

yang tinggi. Kemasaman aktual yang

informasi secara langsung tentang sifat-

diukur dengan menggunakan ekstrak air

sifat

ketebalan

diperoleh

nilai

langsung tentang solum atau lapisan

sehingga

tanah

perakaran, lapisan kontras, substrata,

berharkat

netral-alkalis.

kedalaman,

mollisol termasuk kategori tinggi dan

lapangan

dimensional,

dan

seperi

ketebalan

horison-

kisaran

pH

mollisol

7,5-8,8 termasuk

KPK

tanah

30

memiliki kandungan Bahan Organik yang

Pada praktikum ini, digunakan beberapa

tinggi sehingga sangat subur untuk

alat untuk menyusun suatu profil tanah.

tanaman. Namun, tanah mollisol dapat

Alat-alat

yang

digunakan

berupa

mengalami konkresi Mangan tertumpuk

boardlist

yang

digunakan

untuk

di

pencandraan, altimetrer digunakan untuk

Horison

B

sehingga

dapat

menyebabkan di horison tersebut muncul

mengukur ketinggian tempat

bintil - bintil hitam. Konkresi Mangan

pedologi

dapat menyebabkan keracunan Mangan

konsistensi perbedaan lapisan tanah

bagi tanaman (Hanudin et al., 2012).

dengan cara dipukul dan dibandingkan

Proses pembentukan tanah tersebut

suaranya,

digunakan

meteran

untuk

digunakan

palu analisis

untuk

dikendalikan oleh lima faktor pembentuk

mengetahui jeluk tanah tiap lapisan, pH

tanah,

(parent

stick digunakan untuk mengetahui kadar

material), iklim (climate), organisme

pH tanah, GPS (Global Position System)

(organism), timbulan (relief), dan waktu

digunakan untuk mengetahui koordinat

(time).

kelima

tempat lokasi atau posisi, soil munsel

saling

color chart digunakan untuk analisis

mempengaruhi satu sama lain atau ada

warna tanah secara kuantitatif, cangkul

interdependensi antar faktor, misalnya

skop dan bor tanah digunakan dalam

antara organisme dan iklim. Genesa tanah

pembuatan profil tanah dan kamera

sangat membantu dalam penyusunan

digunakan untuk mendokumentasikan.

klasifikasi tanah yang tepat, pelukisan

Bahan-bahan yang digunakan berupa

batas-batas

khemikalia yang terdiri atas aquadest,

yaitu

bahan

Dalam

faktor

kenyataannya

tersebut

peramalan

induk

bersifat

satuan-satuan arah

tanah

dan

serta

tingkat

perubahankelakuan-kelakuan

tanah

dibawah perlakuan pengelolaan tertentu.

HCl 2N, H2O2 3%,

H2O2 10%, serta

tanah yang ada di setiap stopsite. Pengamatan

diawali

dengan

pembuatan profil tanah dengan irisan II. METODOLOGI

tegak penampang tanah sepanjang 1-1,5

Praktikum lapangan Dasar-dasar

m dengan kedalaman 2 m. Pembuatan

Ilmu Tanah, dilaksanakan pada hari

profil tersebut harus memenuhi syarat-

Sabtu, 02 April 2016 di beberapa wilayah

syarat pembuatan profil yaitu baru, tidak

di Daerah Istimewa Yogyakarta yang

terendam air, tidak terkena sinar matahari

terbagi menjadi 5 kawasan stopsite. Salah

langsung dan representatif. Pengamatan

satu dari stopsite adalah pengamatan di

yang dilakukan meliputi morfologi atau

daerah Hutan Bunder, Gunung Kidul.

kenampakan

di

sekitar

profil, 31

karakteristik profil meliputi jeluk, warna

sedikitnya kandungan bahan organik,

tanah,

konsistensi,

Mn, dan kapur ditunjukkan dengan

perakaran, bahan kasar, pH, dan uji

terbentuknya buih ketika tanah diberi

chemikalia

khemikalia tersebut. Setelah dilakukan

tekstur,

struktur,

berupa

pengujian

bahan

organik, Mn, dan kapur. Untuk pengujian

pengamatan

kandungan bahan organik digunakan

karakteristik

khemikalia berupa H2O2 10 %, pengujian

berdasarkan

kandungan kapur digunakan

kemudian

HCl ,

tentang

morfologi

tanah, hasil

yang

dijadikan

dan

kemudian diperoleh untuk

sedangkan H2O2 3% digunakan untuk

mengklasifikasikan tanah berdasarkan

pengujian

PPT, FAO, dan USDA.

kandungan

Mn.

Banyak

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3.1. Morfologi Lahan Kawasan Hutan Bunder

Gambar 3.2. Profil Tanah Mollisol Kawasan Hutan Bunder PENGAMATAN LAPANGAN STOPSITE 32

A. Morfologi Tapak (Site) Nama Pengamat

: B1/3

Kode

: Stopsite 3

Lokasi

: Hutan Bunder

Landform

: Angkatan

Fisiografi

:Cekungan Wonosari

Litologi

: Sedimen marin

Topografi

: Datar

Arah Lereng

: 40 NE

Lereng

: 4%

Kebatuan

: Sedikit

Landuse

: Hutan Sekunder

Pertumbuhan

: Baik

Vegetasi

: Rumput gajah, akasia, jati

Jeluk Air Tanah

: 10 m

Pola Drainase

: Dentritik

Tingkat Erosi

: Rendah

Erosi

: Rendah

Altitude

: 229 mdpl

Cuaca

: Cerah

Tanggal

: 02 April 2016

Letak Lintang

: S: 7 54’ 12,3” E: 110 33’ 8,5”

33

B. Karakteristik Profil Tabel 3. Karakteristik Profil Stopsite 3 C. No

Klasifikasi Ordo Tanah Pengamatan

1.

Jeluk (cm)

2.

Nama Horizon

2.

Warna Tanah

R

c. Campuran

Lempung debuan

a. Tipe

Gumpal menyudut

b. Kelas

Sedang

c. Derajat

Sedang

Konsistensi a. Kering b. Basah/Lembab

9.

A

-

Struktur

8.

> 80 vm

b. Karatan

4.

7.

80 cm

7,5 Yr 3/4

Tekstur

6.

Lapisan II

a. Matrik

3.

5.

Lapisan I

Lekat & sangat plastis

Perakaran a. Ukuran

Meso-Mikro

b. Jumlah

Sedikit

Bahan kasar a. Jenis

-

b. Jumlah

-

c. Ukuran

-

Uji khemikalia a. BO(H2O2 10%)

++++

b. Mn (H2O2 3%)

++++

c. Kapur (HCl 2N)

+

pH H2O

6

10. Catatan khusus

34



PPT

:

Rendzina



FAO

:

Mollisol



Soil Taxonomy / USDA :

Mollisol

Pada stopsite 3 yang terletak di

dendritik, yang memiliki ketahanan yang

hutan bunder ini dapat mengamati tanah

sama terhadap erosi. Pada saat dilakukan

jenis Rendzina/Molisol. Pada lokasi yang

pengamatan, cuaca di daerah ini cerah.

memiliki tekstur lempung pada tiap lapis

Tanah Rendzina yang kami amati

tanahnya, sehingga hutan bunder memiliki

mempunyai landform berupa angkatan

kandungan bahan organik yang tinggi. Pada

dengan litologi sedimen marine yang

musim kemarau tanah tetap lunak yang

didominasi oleh karst dan arah lerengnya

merupakan

tanah

40 NE. Jika dilihat dari pengamatan di

Rendzina/Molisol. Daerah hutan bunder ini

ciri-ciri

lapangan hanya terdapat sedikit bebatuan

memiliki fisiografi yang berupa cekungan

pada tanah jenis ini sehingga pertumbuhan

wonosari

tanaman pada pada tanah ini baik karena

dan

dari

topografi

yang

datar.

Kemiringan lerengnya 4%. Pada umumnya

tidak

Rendzina memiliki kandungan Ca dan Mg

rendzina juga memiliki jeluk air tanah yang

yang tinggi dengan pH antara 7,5 – 8,5 dan

tergolong dangkal. Jeluk air tanahnya 10 m,

peka terhadap erosi. Jenis tanah ini kurang

dan kondisi alamnya subur. dengan altitude

bagus untuk lahan pertanian, sehingga

atau ketinggian tempatnya 229 meter di atas

dibudidayakan

tanaman-tanaman

permukaan laut. Letak lintang daerah ini

keras semusim dan palawija. Tetapi,

adalah S: 7° 54’ 12,3’ LS dan E: 110° 33’

berdasarkan hasil pengamatan tanah ini

8,5”. Tanah ini juga merupakan tanah yang

memiliki pH 6 yang disana banyak

berasal dari batuan kapur dan bersifat

ditumbuhi pepohonan besar seperti akasia

alkalis.

untuk

terganggu

oleh

batuan.

Tanah

dan jati serta tumbuhan semak seperti

Untuk karakteristik profil Rendzina,

rumput gajah. Tanah yang di amati

terdapat 2 lapisan pada tanah yang diamati,

dimanfaatkan sebagai hutan, sehingga

pada lapisan pertama yaitu horizon A nilai

banyak terdapat pohon-pohon besar di

lapisan jeluknya 80 cm dan pada lapisan

daerah ini, diantaranya adalah pohon akasia

kedua yaitu horizon R nilai jeluknya >80

dan jati. Selain itu, di daerah ini tingkat

cm. Matrik tanah lapisan pertama bernilai

erosinya rendah karena lokasi di hutan

7,5 YR 3/4.. Tanah ini tidak memiliki

bunder tidak curam, hanya bergumuk. Pola

karatan pada lapisannya, dan tidak terdapat

drainase

campuran berupa batu pada lapisan pertama

pada

hutan

bunder

adalah

35

hingga lapisan yang terakhir, hanya saja ada

Pada pengamatan di lapangan ini

akar-akar dari pepohonan yang ukurannya

juga dilakukan uji khemikalia untuk

relatif kecil. Lapisan pertama memiliki

melihat kandungan bahan organik pada

tekstur

tanah tersebut. Ketika diuji kandungan

lempung

debuan.

Tanah

ini

memiliki struktur pada lapisan pertama tipe

bahan

struktur gumpal menyudut, kelas sedang

menggunakan H2O2 10% menunjukkan

serta derajat sedang. Tanah rendzina pada

buih yang melimpah saat tanah ditetesi

lapisan memiliki konsistensi yang lekat dan

larutan H2O2 10%, untuk kadar Mn dan

snagat plastis.. Perakaran pada tanah

kapur pada lapisan ini berada pada kisaran

rendzina di lapisan pertama berukuran

sedang. Berdasarkan hasil pengamatan

meso-makro dengan jumlah akar yang

secara langsung di lokasi, tanah di Hutan

sedikit. Pada tanah ini tidak ditemukan

Bunder

adanya bahan kasar pada tanah.

berdasarkan

Tanah

rendzina

organiknya

merupakan sistem

(BO)

tanah

dengan

Rendzina

tatanama

PPT,

memiliki

sedangkan menurut sistem FAO dan USDA

keteguhan yang tinggi, karena dalam

termasuk tanah mollisol karena adanya

keadaan kering tanah ini akan keras. Tanah

lapisan molik. Tanah mollisol cocok untuk

rendzina ynag meupakan tanah lempung,

budidaya

memiliki kemampuan menyerap air yang

kacangan, singkong) dan tanaman tahunan

baik, partikel lempung pada tanah rendzina

karena memiliki kadar kapur tanah yang

mampu menyimpan air dengan baik karena

cukup tinggi dan tanah sulit diolah saat

memiliki kadar lengas yang tinggi. Pada

keadaan basah.

tanaman

semusim

(kacang-

umumya tanah ini memiliki kadar lengas (KL) air yang tinggi sehingga memiliki kelekatan

dan

Berdasarkan

keliatan

Berdasarkan

pengamatan

yang

dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa

merupakan tanah yang terbentuk dari bahan

tanah mollisol adalah tanah yang berasal

induk kapur yang mengalami erkembangan,

dari bahan sedimen marine yang berasal

tetapi dalam pengamatan tidak ada kapur

dari bawah laut yang terangkat ke atas

yang

daratan. Tanah mollisol cocok untuk

dalam

tanah

tinggi. rendzina

terlihat

teori,

yang

IV. KESIMPULAN

tanah

tersebut.

Kemungkinan lapisan batuan berkapur ada

budidaya

tanaman

semusim

(kacang-

pada lapisan bawah tanah tersebut, tetapi di

kacangan, singkong) dan tanaman tahunan

lokasi tersebut juga ditemukan adanya batu

karena memiliki kadar kapur tanah yang

kapur yang tidak bercampur dengan tanah

cukup tinggi dan tanah sulit diolah saat

yang diamati

keadaan basah. 36

DAFTAR PUSTAKA Hanudin, E., M. Nurdin, dan J. W. Purnomo. 2012. Karakteristik konkresi mangan pada tanah mollisol Hutan Bunder Gunungkidul. Jurnal Agroforestri 3: 104—109. Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Edisi ketiga. PT. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.

37

MORFOLOGI VERTISOL PLAYEN ABSTRAK Praktikum lapangan Dasar-dasar Ilmu Tanah dilaksanakan pada hari Sabtu, 02 April 2016 di beberapa wilayah yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, dan untuk tujuan keempat adalah Playen, Gunung Kidul. Di daerah Playen tersebut mewakili satu macam tanah yang diamati, yaitu vertisol. Pelaksanaan praktikum lapangan ini bertujuan untuk mengenali jenis tanah dengan melakukan beberapa pengamatan meliputi morfologi dan karakteristik profil tanah. Selain itu, dengan dilaksanakannya praktikum ini dapat diketahui tipe penggunaan lahan yang sesuai dengan jenis tanah yang diamati. Alat-alat yang digunakan berupa boardlist, bor tanah, penggaris, palu pedologi, meteran, pH stick, GPS (Global Position System), kompas, soil munsel color chart, dan kamera. Bahan-bahan yang digunakan berupa chemicalia yang terdiri atas aquadest, HCl 2N, H 2O2 3%, H2O2 10%, serta tanah yang ada di setiap stopsite. Stopsite IV, yang bertempatkan di Playen tersusun atas jenis tanah grumusol menurut klasifikasi PPT, atau vertisol menurut klasifikasi menurut FAO dan USDA, sehingga memiliki tipe penggunaan lahan sebagai lahan tegalan. Kata Kunci : morfologi, karakteristik tanah, klasifikasi tanah, profil tanah, vertisol

I.

tersebut, atau dengan perkataaan lain suatu

PENGANTAR Pengamatan pada berbagai macam

jenis

tanah

sangat

diperlukan

untuk

mengetahui perbedaan satu tanah dengan tanah lain. Perbedaan yang terdapat pada jenis tanah disebabkan oleh adanya proses pembentukan tanah yang berbeda-beda sehingga menimbulkan sifat tanah yang berbeda-beda juga. Pengamatan tanah dilapangan

dilakukan

dengan

cara

mengamati morfologi dari setiap jenis tanah melalui pembuatan profil tanah. Dengan

demikian,

dapat

dilakukanan

analisis terhadap tanah yang diamati tersebut. Survey tanah adalah suatu kegiatan untuk memperoleh infomasi tentangkedaan tanah pada masing-masing loka (site) dan agihan ruang atau geografi berbagai sifat dan watak tanah. Tiap profil tanah mempunyai daerah sebaran tertentu sesuai dengan factor-faktor pembentuk tanah

profil tanah merupakan anasir dari suatu bentang darat yang khas. Ini berarti bahwa tnah tidak saja mempunyai tebal tapi juga luasan atau dikatakan sebagai bentuka yang berdimensi tiga. Profil tanah mempunyai seprangkat

sifat

merupakan

dan

karakternya

ciri-ciri dan

yang yang

membedakannya dari profil-profil yang lain. Karakter profil tersbut dapat dipakai ntuk membedakan atau menyamakan dua atau lebih profil tanah dan merupakan dasar penyusunan

system

klasifikasi

tanah

(Siradz, 1990). Tanah dapat diartikan sebagai hasil transformasi zat-zat mineral dan organik di permukaan bumi yang terbentuk di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang bekerja dalam masa yang sangat panjang. Komponen tanah (mineral, organik, air, dan udara) Oleh karena intensitas faktor-faktor pembentuk tanah daerah satu dengan yang lain berbeda seperti bahan induk, iklim, 38

topografi, organisme, dan waktu (time),

pencampuran, alih rupa, dan alih tempat.

maka tanah yang terbentuk juga berbeda

Proses ini menyebabkan terbentuknya

(Rodriquez-Iturbe and Amilcar, 2004).

lapisan-lapisan

Tanah merupakan komponen penting bagi

karakteristik berbeda antara satu dengan

pertanian. Tanaman akan dapat tumbuh

yang lainnya.

tanah

yang

memiliki

degan baik apabila kondisi tanah sesuai

Pada stopsite ke empat ini, tanah yang

dengan kebutuhan tanaman (Peverill et al.,

ada di daerah Playen adalah jenis tanah

2001).

diklasifikasikan

vertisol menurut USDA 2010. Syarat-

berdasarkan pada kadar lengas tanah, nilai

syarat tanah dikatakan dan dikelompokkan

perbandingan disperse tanah, tekstur tanah,

menjadi tanah Vertisol sendiri adalah tanah

struktur tanah, konsistensi tanah, bahan

dengan kandungan liat tinggi (lebih dari

organic tanah, muatan tanah, reaksi pH

30%) di seluruh horison, mempunyai sifat

tanah, dan kadar kapur tanah.

mengembang dan mengkerut. Kalau kering

tanah

dapat

Tanah merupakan lapisan permukaan

tanah mengkerut sehingga tanah pecah-

bumi yang secara fisik berfungsi sebagai

pecah dan keras. Kalau basah mengembang

tempat tumbuh berkembangnya perakaran

dan lengket. Padanan dengan sistem

penampang tegak tumbuhnya tanaman dan

klasifikasi lama adalah termasuk tanah

menyuplai

Grumusol atau Margalit.

kebutuhan

air

dan

udara

(Hanafiah, 2008). Tanah dibentuk dalam

Nama vertisol untuk jenis tanah liat

waktu yang cukup lama melalui proses

berwarna kelam-hitam yang bersifat fisik

pedogenesis

mengalami

berat ini diusulkan oleh Soil survey staff

perkembangan yaitu transformasi zat-zat

USDA. Dalam Buckman dan Brady (1982),

mineral dan organic akibat dari adanya

vertisols (berasal dari L. Vertere; verto;

aktivitas iklim dan organisme dalam jangka

vertic atau pembalikan) adalah jenis tanah

waktu tertentu (Minasnyet al., 2008).

mineral yang mempunyai warna abu

Berbagai

kehitaman,

dan

selalu

aktivitas

tersebut

akan

bertekstur

liat

dengan

mengakibatkan terjadinya perbedaan dalam

kandungan lempung lebih dari 30% pada

hal jenis, sifat, warna, dan tekstur tanah

horizon permukaan sampai kedalaman 50

yang terbentuk. Dalam hal ini dapat

cm

diketahui bahwa proses pembentukan tanah

montmorillonit

dipengaruhi oleh faktori klim, topografi,

mengembang dan mengerut. Pada musim

bahan

waktu

kering tanah ini membentuk retakan yang

pedogenesis

dalam dan lebar, sehingga sejumlah bahan

penghilangan,

yang ada di lapisan atas tanah dapat runtuh

induk,

organisme

(Sutanto,

2005).

Proses

meliputi

penambahan,

dan

yang

didominasi

jenis

sehingga

lempung dapat

39

masuk

ke

akan

Inceptisols - bawah permukaan tanah

menimbulkan pembalikan sebagian massa

dengan cakrawala lemah dikembangkan,

tanah (invert). Jenis tanah ini dahulu

Entisols - tanah dengan perkembangan

dikenal dengan nama grumusol yang

morfologi

diusulkan oleh Oakes dan Y. Thorp (1950),

(McDaniell,

berasal dari istilah gromus (gumpal keras)

umumnya terbentuk dari bahan sedimen

karena dapat membentuk gumpalan besar

yang mengandung mineral smektite dalam

dan keras pada musim kering. Nama-nama

jumlah tinggi, di daerah datar, cekungan

lain untuk jenis tanah ini antara lain tanah

hingga berombak (Driesen dan Dudal, 1989

margalite (Indonesia), regur (India), black

dalam Prasetyo, 2007). Bahan induknya

cotton soils (USA), vlei soil (Afrika

terbatas pada tanah bertekstur halus atau

Selatan) dan gilgai (Australia).

terdiri atas bahan-bahan yang sudah

Terdapat dua belas jenis tanah yang

mengalami pelapukan seperti batu kapur,

tercantum di bawah ini dalam urutan

batu napal, tuff, endapan aluvial dan abu

taksonomi tanah. Gelisols - tanah dengan

vulkanik. Pembentukan tanah vertisol

lapisan es dalam 2 m dari permukaan,

terjadi melalui dua proses utama, pertama

Histosols - organik tanah, Spodosols -

adalah proses terakumulasinya mineral 2:1

hutan tanah asam dengan akumulasi

(smektite)

kompleks bawah permukaan logam-humus,

mengembang dan mengerut yang terjadi

Andisols - tanah yang terbentuk dalam abu

secara

vulkanik, Oxisols - tanah pelapukan

slickenside

lingkungan tropis dan subtropis, Vertisols -

(vanWambeke,

tanah

2007).

liat

dalam

dan

retakan,

menyusut

tinggi

/

membengkak kapasitas, Aridisols - CaCO3 yang

mengandung

tanah

sedikit

atau

2009).

dan

Tanah

kedua

periodik atau

tidak

relief

1992

vertisol

adalah

hingga

ada

proses

membentuk mikro

dalam

gilgai

Prasetyo,

Dalam perkembangannya mineral

lingkungan

2:1 yang sangat dominan dan memegang

gersang dengan perkembangan horizon

peran penting pada tanah ini. Komposisi

bawah permukaan, Ultisols - tanah sangat

liat dari vertisol selalu didominasi oleh

tercuci dengan zona akumulasi bawah

mineral 2:1, biasanya monmorilonit dan

permukaan tanah liat dan
dalam jumlah sedikit sering dijumpai

sebesar

35%,

mineral liat lainnya seperti illith dan

Mollisols - alang dengan status tanah dasar

kalolinit (Ristori et al, 1992). Tanah ini

yang tinggi, Alfisols - tanah cukup tercuci

sangat

dengan zona akumulasi bawah permukaan

argillipedoturbation

tanah liat dan> kejenuhan basa 35%,

pencampuran tanah lapisan atas dan bawah

dipengaruhi

oleh yaitu

proses proses

40

yang diakaibatkan oleh kondisi basah dan

tanah atau pemboran tanah. Sifat-sifat dan

kering yang disertai pembentukan rekahan-

morfologi

rekahan secara periodik (Fanning, 1989

meliputi : susunan horizon, batas horizon,

dalam

warna tanah, tekstur, struktur, konsistensi,

Prasetyo,

2007).

Proses-proses

tanah

yang

diamati

dapat

tersebut menciptakan struktur tanah dan

keadaan perakaran, sisa-sisa

pola rekahan yang sangat spesifik. Ketika

warna matriks, karatan, reaksi tanah

basah tanah menjadi sangat lekat dan plastis

terhadap H2O2, serta sifat morfologi

serta kedap air, tetaapi ketika kering tanag

lainnya. Dari setiap horizon pada masing-

sangat keras dan masif atau membentuk

masing pedon diambil contoh tanah untuk

pola prisma yang terpisahkan oleh rekahan

analisis langsung di lapangan (Yuliana,

(van Wambeke, 1992 dalam Prasetyo,

2012).

2007).

Vertisol Faktor

pembentuk

tanah

yang

yang

berwarna abu-abu gelap hingga kehitaman,

dominan untuk vertisol adalah iklim yang

bertektur liat, mempunyai slickenside dan

relatif agak kering sampai kering, dengan

rekahan

bulan-bulan kering yang jelas dan atau

membuka dan menutup. Tanah Vertisol

bahan induk tanah yang relatif kaya basa,

umumnya terbentuk dari bahan sedimen

seperti bahan volkan intermedier, batu

yang mengandung mineral smektit dalam

gamping, napal, batu liat berkapur atau

jumlah tinggi, di daerah datar, cekungan

bahan alluvial. Selain itu topografi berupa

hingga berombak (Driessen and Dudal,

dataran antar perbukitan yang tertutup,

1989).

dalam arti, tidak terdapat aliran outlet

Vertisol adalah jenis tanah yang berwarna

keluar

dari

abu-abu gelap hingga kehitaman terdiri atas

lingkungan sekitar yang lebih tinggi

banyak mineral lempung yang dapat

berakumulasi di dataran, menyebabkan

mengembang

terbentuknya tanah vertisols, landform-nya,

vertisol dapat terlihat retak pada saat kering

dimaksudkan sebagai dataran volkan atau

dan sangat plastis dan lekat pada saat basah.

dataran antar perbukitan.

Hal ini menyebabkan pengolahan tanah

wilayah,

dan

tanah

adalah

vegetasi,

basa-basa

Syarat pembuatan profil tanah yang baik adalah dibuat vertikal, mewakili tapak di sekitarnya, baru, tidak terkena cahaya matahari

secara langsung,

yang

secara

dan

periodik

dapat

mengkerut.Tanah

vertisol untuk lahan pertanian menjadisulit (Miller et al., 2010). Vertisol, termasuk tanah yang unik

dan tidak

diantara tanah mineral yang berkembang

tergenang air. Sifat-sifat dan morfologi

dari batuan kapur. Kandungan liat yang

tanah diamati melalui pendiskripsian profil

tinggi menyebabkan tanah ini mampu 41

mengembang dan mengkerut. Kandungan

2004), dan tersebar di daerah Jawa Tengah,

bahan

Jawa Timur, Lombok, Sumbawa, Sumba

organic

pada

tanah

Vertisol

umumnya antara 1,5 - 4 % dengan pH

dan Timor (Subagjo, 1983).

berkisar 6,0 - 8,2, dan N-total 0,24 % (Sarideviet al., 2013). Pembentukan tanahII.

II. METODOLOGI

Vertisol terjadi melalui dua proses utama,

Praktikum lapangan Dasar-dasar

pertama adalah proses terakumulasinya

Ilmu Tanah, dilaksanakan pada hari Sabtu,

mineral 2:1 (smektit), dan yang kedua

2 April 2016 di beberapa wilayah di Daerah

adalah

dan

Istimewa Yogyakarta. Pada praktikum ini,

mengkerut yang terjadi secara periodic

digunakan beberapa alat untuk mengamati

sehingga membentuk slickensite atau relief

suatu profil tanah. Alat-alat yang digunakan

mikro gilgai. Tanah ini juga tergolong

berupa boardlist, bor tanah, penggaris, palu

rawan erosi Secara kimiawi Vertisol

pedologi, meteran, pH stick, GPS (Global

tergolong tanah yang relatif kaya akan hara

Position System), kompas, soil munsel

karena mempunyai cadangan sumber hara

color chart, dan kamera. Bahan-bahan yang

yang tinggi, dengan kapasitas tukar kation

digunakan berupa chemicalia yang terdiri

tinggidan pH netral hingga alkali (Prasetyo,

atas aquadest, HCl 2N, H2O2 3%, H2O2

2007).

10%, serta tanah yang ada di setiap stopsite.

proses

Tanah

mengembang

ordo

Pengamatan lapangan dilakukan

dengan

dengan pembuatan profil tanah. Profil tanah

kandungan liat tinggi (lebih dari 30%) di

merupakan irisan tegak penampang tanah

seluruh

sifat

dengan lebar dan panjang 1-1,5 m dan

mengembang dan mengkerut. Kalau kering

kedalaman 2 m. Syarat-syarat pembuatan

tanah mengkerut sehingga tanah pecah-

profil antara lain baru, tidak terkena sinar

pecah

matahari langsung, tidak terendam air dan

Vertisol

yang

merupakan

horison,

dan

keras.

termasuk tanah

mempunyai

Kalau

basah

mengembang dan lengket. Padanan dengan

representatif

sistem klasifikasi lama adalah termasuk

meliputi morfologi lahan di sekitar profil

tanah Grumusol atau Margalit.

yang dibuat dan deskripsi profil. Morfologi

Di daerah tropis, penyebaran Vertisol

(mewakili).

Pengamatan

lahan berupa nama pengamat, lokasi,

mencapai 200 juta hektar atau sekitar empat

tanggal,

letak

lintang,

kode,

cuaca,

persen dari luas daratan (Dudal and

fisiologi, topografi, litologi, landform,

Eswaran, 1988; Driessen and Dudal, 1989).

landuse, vegetasi, kebatuan, pertumbuhan,

Di Indonesia penyebaran Vertisol mencapai

lereng, arah lereng jeluk air tanah, pola

sekitar 2.1 juta hektar (Subagyo et al.,

drainase, erosi, tingkat erosi, dan altitude. 42

Deskripsi profil berupa jeluk, warna tanah

H2O2 10% untuk menguji BO (Bahan

(matrik, kartan, campuran), tekstur, struktur

Organik), H2O2 3% untuk menguji Mn,

(tipe, kelas, derajat), konsistensi, perakaran

HCl 2N untuk menguji kapur, dan H2O

(ukuran, jumlah), bahan kasar (jenis,

untuk menguji pH.

jumlah, ukuran), dan uji khemikalia dengan

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4.1 Morfologi Lahan Kawasan Playen

Gambar 4.2. Profil Tanah Vertisol Kawasan Playen

43

PENGAMATAN LAPANGAN STOPSITE A. Morfologi Tapak (Site) Nama Pengamat

: B1/3

Kode

: Stopsite 4

Lokasi

:Playen, Gunung Kidul

Landform

: Angkatan

Fisiografi

:Cekungan Wonosari

Litologi

: Sedimen marin

Topografi

: Datar

Arah Lereng

: 180 NE

Lereng

: 3%

Kebatuan

: Sedikit

Landuse

:Tegalan

Pertumbuhan

: Baik

Vegetasi

: Padi, jagung, bambu,

Jeluk Air Tanah

:8m

dan pisang Pola Drainase

: Dentritik

Tingkat Erosi

: Rendah

Erosi

:Alur

Altitude

: 186 mdpl

Cuaca

: Cerah

Tanggal

: 02 April 2016

Letak Lintang

: S: 7 58’ 521” E: 110 32’ 668”

B. Karakteristik Profil Tabel 4.1 Karakteristik profil stopsite 4

No

Pengamatan

Lapisan I

Lapisan II

0 – 33 cm

Lapisan III

IV

33 – 50 cm

>50 cm

-

A1

A2

C

-

a. Matrik

10 yr 3/1

10 yr 3/1

10 yr 8/1

-

b. Karatan

-

-

-

-

c. Campuran

-

-

-

-

1

Jeluk (cm)

2

Warna Tanah

Lempung 3

Tekstur

4

Struktur

debuan

a. Tipe

b. Kelas c. Derajat Konsistensi

Lempung Debuan

Lempung

-

Gumpal

5

Lapisan

Menyudut

Gumpal Menyudut

Kecil-sedang

Kecil-sedang

Sedang

Sedang

Gumpal Menyudut Kecilsedang Sedang

-

44

a. Kering

-

b. Basah /

Lekat plastis

lembab 6

7

Perakaran

plastis

-

-

-

Mikro-meso

Makro-meso

-

-

b. Jumlah

Agak Banyak

Sedikit

-

-

-

-

Bahan Kasar

b. Jumlah

c. Ukuran Uji Khemikalia a. BO (H2O2 10%) b. Mn (H2O2 3%) c. Kapur (HCl 2 N) 9

Lekat

a. Ukuran

a. Jenis

8

Lekat plastis

pH H2O

Kerikil

Kerikil

-

-

-

-

-

-

+++++

+++++

++++

+++++

++

+++++

7

7

Lapukan batuan Sedikit Kecilsedang -

++++++

++++

++++++ 8

-

-

-

C. Klasifikasi Ordo Tanah PPT

Grumusol

FAO

Vertisol

Soil Taxonomy

Vertisol

Stopsite ke-4

yang dikunjungi

lereng 184°. Daerah ini memiliki landform

apada praktikum lapangan ini bertempat di

berupa karst (angktana) dan Litologinya

Daerah Playen, Wonosari yang dimana

adalah sedimen marine dominasi napal

termasuk ke dalam fisiografi cekungan

maksudnya yaitu batuan sedimen yang

wonosari. Berdasarkan hasil pengamatan

diangkut oleh air laut dan batuan tersebut

terletak pada topografi datar, memiliki

didominasi oleh batu lempung gampingan.

kelas lereng datar yakni 3%, memiliki arah 45

Ketika dilakukan pengukuran dengan alat GPS, diketahui bahwa ketinggian Atau yang kita kenal sebagai altitude pada

dendritik. Berdasarkan pengamatan yang

daerah ini adalah 186 mdpl (meter di atas

telah dilakukan pada tanggal 2 April 2016,

permukaan laut).

ditemukan banyak batuan di sungai. Batuan

Daerah Playen memiliki landuse

tersebut dijumpai umumnya berlubang, hal

sebagai daerah tegalan atau bisa juga

tersebut

menjadi sawah tadah hujan, hal tersebut

aktivitas organisme yang tinggi. Aktivitas

ditunjukkan dengan vegetasi yang dominan

organisme mampu mempengaruhi proses

adalah tanaman padi, jagung, bambu, dan

pembentukan tanah yang ada di Playen.

pisang. Daerah tegalan merupakan daerah yang

tidak

perlu

terlalu

menunjukkan

Pengamatan

bahwa

karakteristik

adanya

profil

intensif

tanah di Daerah Playen, diperoleh hasil

pengolahannya. Hal tersebut berkaitan pula

bahwa daerah ini terdapat tiga lapisan.

dengan sifat pencampuran yang dilakukan

Penentuan lapisan tanah tersebut diperoleh

oleh tanah vertisol yakni jenis tanah di

dengan beberapa cara yaitu berdasarkan

Playen yang secara periodik mengalami

perbedaan

pedoturbasi. Daerah Playen memiliki jeluk

kemudian konsistensi yang ditandai dengan

air tanah 8 meter. Pola drainase dendritik

perbedaan bunyi saat tanah dipukul-pukul

merupakan pola drainase yang paling

dengan palu pedologi. Pada pengamatan

dominan di Yogyakarta, termasuk keempat

ini, warna tanah pada pembuatan profil,

daerah lain yang dijadikan sebagai daerah

memiliki warna yang sama pada lapisan I

pengamatan profil tanah. Jeluk air tanah

dan II yaitu sebesar 10yr

tersebut menunjukkan bahwa kedalaman air tanah tergolong agak dalam.

Tingkat erosi di Daerah Playen rendah

/

kecil.

teksur,

3

, sedangkan

1

untuk lapisan ketiga warnanya berbeda 8

pada hari itu sangat mendukung yaitu

tergolong

perbedaan

yaitu sebsar 10 yr , . Kemudian dilakukan

Saat dilakukan pengamatan cuaca

cerah.

warna,

Sehingga

pertumbuhan tanaman di Daerah Playen tergolong baik, dan tumbuhan yang hidup dapat tumbuh dengan subur di daerah tersebut. Pertumbuhan yang baik tersebut

1

penentuan dengan perbedaan tekstur, yang dilanjutkan dengan perbedaan konsistensi yang dilakukan dengan dipukul-pukul dari atas ke bawah, dan dihasilkan bunyi yang sama. Dari perlakuan tersebut, kemudian disimpulkan bahwa terdapat tiga macam lapisan tanah vertisol.

juga didukung dengan adanya pola drainase

46

Pada lapisan yang didapatkan,

struktur, tipe struktur yang dimiliki lapisan

yakni hanya lapisan I dan lapisan II ini

I, lapisan II, maupun lapisan III adalah

memiliki

karakteristik.

sama yaitu berupa gumpal menyudut, kelas

Pengamatan pertama, yakni lapisan I

yang dimiliki semua lapisan yang ada, juga

memiliki jeluk yakni 0-33cm, lapisan II

memiliki kelas yang sama yaitu antara kecil

memiliki jeluk 33-50cm, dan lapisan III

hingga sedang, yang bisa dikategorikan

memiliki jeluk air tanah sebesar >50cm.

termasuk dalam derajat sedang. Untuk

Kedua, warna tanah lapisan I memiliki

menentukan

beberapa

3

matrik 10yr 1, tidak diperoleh karatan, dan terdapat campuran berupa kapur, warna 3

tanah lapisan II memiliki matrik 10yr 1, tidak diperoleh karatan, dan terdapat campuran berupa kapur, sedangkan pada lapisan tanah III memiliki matrik sebesar10 8

yr , tidak memiliki karat dan memiliki 1

dapat

diantara ibu jari dan telunjuk, dan diperoleh konsistensi tanah ini adalah sangat plastis dan lekat, sehingga untuk mengolah tanah tidak dapat menggunakan pacul dan harus menggunakan

linggis

dan

ganco

dikarenakan tekstur yang dimiliki dominan lempung. Pada

pengamatan

perakaran,

sebelumnya.

didapatkan kesamaan ukuran perakaran

Campuran berupa kapur tersebut sesuai

lapisan I dan lapisan II yaitu mikro hingga

dengan landform yang dimiliki daerah ini

meso,

yakni karst atau kapur. Ketiga , pengamatan

perakarannya agak banyak dan pada

tentang tekstur, untuk menentukan tekstur

lapisan II perakarannya tergolong sedikit.

tanah dibasahi air terlebih dahulu agar

Pengamatan bahan kasar pada tanah pada

dapat diketahui fraksi yang dominan pada

stopsite 4 ini , lapisan III memiliki bahan

tanah tersebut, dan diperoleh hasil bahwa

kasar jenis lapukan batua, dalam jumlah

lapisan I memiliki tekstur lempung debuan,

sedikit, dan berukuran kecil hingga sedang,

serta lapisan II memiliki tekstur lempung

sedangkan lapisan I dan II tidak ditemukan

debuan, dan lapisan ketiga adalah lempung.

bahan kasar apapun. Pada stopsite ini hanya

Dari tekstur yang dimiliki maka tanah di

ada horizon A1, A2 dan horizon C.

daerah

lapisan

tanah

dilakukan dengan cara memijat tanah

kandungan kapur yang lebih banyak dibandingkan

konsistensi

tersebut

mampu

menekan

untuk

lapisan

satu

jumlah

Pada tanah ini juga dilakukan

berlangsungnya erosi, karena terdapat

pengujian

fraksi lempung sehingga akan cenderung

dengan H2O2 10%, pengujian kandungan

mengikat air lebih tinggi dan kuat.

Mn dengan menggunakan H2O2 3%, dan

Pengamatan

juga pengujian kapur dengan menggunakan

keempat

yakni

tentang

kandungan

bahan

organik

47

HCl 2N. Dari hasil pengujian, didapatkan

yang dilakukan dipengaruhi oleh kondisi

hasil bahwa lapisan dan lapisan III

tanah saat itu pada saat pembentukan tanah

memiliki kandungan bahan organik sangat

menghasilkan

tinggi, hal tersebut ditunjukkan dengan

sehingga kondisi tanah saat itu dapat

buih yang dihasilkan lebih banyak. Pada

dikatakan subur.

pengujian kandungan Mn diperoleh hasil

kondisi

Berdasarkan

tanah

hasil

karakteristik

netral,

pengamatan

bahwa pada lapisan II memiliki kandungan

morfologi,

profil

dan

Mn yang paling banyak karena terdapat

pengujian khemikalia maka tanah di

buih yang paling banyak saat pengujian dan

stopsite empat ini menurut klasifikasi PPT

pada lapisan I dan III memiliki Mn yang

memiliki ordo

sedang hal tersebut ditunjukkan dengan

Food and Agriculture Organization of

buih yang dihasilkan lebih sedikit apabila

United Nations (FAO-PBB) tanah ini

dibandingkan dengan lapisan II. Pada

berordo

pengujian kadar kapur pada tanah tersebut

berdasarkan penamaan Soil Taxonomy

terdapat banyak buih pada kedua lapisan

United State Department of Agriculture

hal ini terjadi karena batuan induk dalam

(USDA) memiliki ordo Vertisol.

Grumusol, berdasarkan

Vertisol,

sedangkan

proses pembentukan tanah vertisol yang

Tanah vertisol merupakan tanah

didominasi oleh bahan kapur, sehingga hal

yang memiliki sifat pedoturbasi yaitu

tersebut mengakibatkan sifat tanah tanah

mampu bertukar tempat antar lapisan

vertisol cenderung basa yang mengandung

terdekatnya

ion

Ca2+.Vertisol

sehingga

tanah

tersebut

yang berasal bahan

cenderung terlihat baru akibat adanya

Ca2+,

perputaran atau rotasi tanah dana akan

sehingga mengakibatkan kapasitas tukar

berlangsung seterusnya. Sifat pedoturbasi

ion tergolong tinggi dengan kisaran pH 5,5

yang dimiliki oleh tanah vertisol ini,

hingga 7,4 (Prasetyo,2007). Sehingga jika

mengakibatkan terjadinya pencampuran

tanah vertisol dimanfaatkan sebagai lahan

secara fisik atau biologi beberapa horison,

pertanian,

terhadap

hal tersebut yang menyebabkan horison-

misal

horison tanah yang telah terbentuk menjadi

dengan dinetralisir menggunakan pupuk

hilang. Tanah vertisol memiliki sifat

organik. Namun, pada hasil pengamatan

vertitum

didapatkan pH tanah vertisol sebesar 7,7

maksudnya ketika tanah kering maka tanah

dan 8 yang menunjukkan pH tanah netral

akan mengerut sehingga tanah pecah-pecah

cenderung

ada

dan keras umumnya terjadi pada musim

pengamatan

kemarau, sedangkan ketika tanah basah

vulkan yang didominasi oleh kation

pengolahan

tanah

tingginya Ca2+ harus dilakukan

basa.

kemungkinan

Hal

dikarenakan

tersebut

atau

sifat

kembang

kerut,

48

yang

umunya

terjadi

pada

musim

mikrogilgai. Tanah ini juga tergolong

penghujan maka tanah akan mengembang

rawan erosi, secara kimiawi Vertisol

dan lengket. Hal ini karena tanah Vertisol

tergolong tanah yang relatif kaya akan hara

mampu menyerap air yang cukup banyak

karena mempunyai cadangan sumber hara

akibat dari sifatnya yang lempung.

yang tinggi, dengan kapasitas tukar kation

Vertisol termasuk tanah yang unik

tinggi

dan

pH

netral

hingga

alkali

diantara tanah mineral yang berkembang

(Prasetyo, 2007). Tanah vertisol pada saat

dari batuan kapur. Kandungan liat yang

musim hujan cenderung lengket dan basah,

tinggi menyebabkan tanah ini mampu

hal tersebut karena tanah vertisol mampu

mengembang dan mengkerut. Kandungan

menyerap

bahan

vertisol

dikarenakan teksturnya didominasi oleh

umumnya antara 1,5 - 4 % dengan pH

fraksi lempung. Proses mengembang dan

berkisar 6,0 - 8,2, dan N-total 0,24 %

mengkerut

(Sarideviet al., 2013). Pembentukan tanah

penggunaan tanah vertisol. Tanah vertisol

Vertisol terjadi melalui dua proses utama,

memang kaya akan hara karena mineral 2:1

pertama adalah proses terakumulasinya

mampu menjerap unsur hara di dalam

mineral 2:1 (smektit), dan yang kedua

tanah,

adalah proses mengembang dan mengkerut

kationnya tinggi. Namun, pengolahan tanah

yang terjadi secara periodic sehingga

ini untuk pertanian menjadi sangat

organic

membentuk

pada

tanah

slickensite

atau

air

ini

sehingga

yang

cukup

menjadi

Kapasitas

banyak

pembatas

pertukaran

relief

sulit karena pada saat tanah ini basah akan

teksturnya yang didominasi oleh lempung.

sangat lengket dan pada saat kering akan

Proses kembang kerut yang sering terjadi

menjadi merekah dan sulit diolah juga.

pada jenis tanah, dikarenakan fraksi

Tanah vertisol didominasi oleh

penyusunnya yang didominasi oleh mineral

mineral 2:1 yakni mormorilonit, selain itu

mormorilonit 2:1 pada saat kondisi hujan,

proses

sangat

tanah akan mengkerut dan ketika cuaca

pedoturbasi.

berubah panas maka tanah secara alami

pembentukannya

dipengaruhi

oleh

proses

Tekstur tanah vertisol tergolong liat berat

akan

dengan kandungan fraksi liat >60%,

pembentukan tanah vertisol, faktor bahan

sehingga

induk

hal

tersebut

mengakibatkan

mengembang.

paling

Dalam

berpengaruh.

Hal

kecepatan infiltrasinya rendah (Prasetyo,

tersebutsesuai

2007). Namun,

morfologi yang dilakukan yakni landform

kemampuannya untuk

mengikat air sangat tinggi dikarenakan

dengan

proses

pengamatan

berupa karst.

49

Tanah vertisol yang mendominasi mineral

lempung

Montmorilonit

tipe yang

2:1

yakni

pertanian. Pengelolaan yang tepat dapat meningkatkan

kualitas

lahan

mempunyai

tersebut.Pengelolaan tanah vertisol yang

kemampuan mengikat air yang tinggi, maka

utama adalah pengaturan air, pengolahan

pengelolaan pada musim penghujan ketika

lahan dan pemberian bahan organik.

tanah mempunyai kandungan air yang cukup besar, akan menyebabkan kurang

IV. KESIMPULAN

baik bagi tanaman, disebabkan pada kondisi

Hasil pengamatan stopsite IV, yang

tersebut pengolahan tanah menyebabkan

bertempat di Playen

tanah menjadi lumpur dan jika kering

tanah grumusol menurut klasifikasi PPT,

menjadi sangat keras; maka Grumosol ini

atau vertisol menurut klasifikasi menurut

kurang sesuai untuk produksi pertanian

FAO dan USDA, sehingga memiliki tipe

dibandingkan dengan ordo tanah yang lain.

penggunaan lahan sebagai lahan tegalan

Tanah vertisol umumnya terdapat di daerah-daerah

yang

sehingga

merupakan

air

beriklim

tersusun atas jenis

atau sawah tadah hujan, dengan adanya

kering,

budidaya tanaman padi, jagung, bambu, dan

permasalahan

pisang. Pengelolaan tanah vertisol yang

serius yang sering dihadapi. Pengelolaan air

utama adalah pengaturan air, pengolahan

yang

lahan

tepat

perlu

dilakukan

untuk

dan

pemberian

bahan

organic.

meningkatkan pertumbuhan tanaman pada

Pemupukan akan membantu meningkatkan

lahan tersebut. Sifat-sifat tanah vertisol

ketersediaan unsur hara pada Grumusol

sendiri akan memengaruhi jenis tanaman

sehingga dapat meningkatkan produktifitas

yang

lahan, tentu saja

dapat

tumbuh

pengelolaannya

oleh

dan

teknik

manusia

yang

disesuaikan dengan sifat kha Grumusol.

memanfaatkan tanah vertisol sebagai lahan Grumusol

sendiri merupakan tanah

sebagai

lahan

pertanian.

Ciri

khas

bertekstur liat, berwarna gelap, memiliki

Grumusol yaitu adanya strukrtur baji dan

kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa

adanya

yang

permukaan tanah saat musim hujan.

tinggi

sehingga

memerlukan

gilgai

/

kouli

flower

pada

pengelolaan khusus untuk menjadikannya

50

DAFTAR PUSTAKA Buckman, H.O. dan N.C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Prof. Dr. Soegiman. Penerbit Bhratara Karya Aksara. Jakarta. Driessen, P. M., and R. Dudal (Eds). 1989. Lecture notes on the geography, formation, properties, and use of the major soils of the world. Agricultural University, Wageningen Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Saridevi, G. A. A. R., I. D. Atmaja, dan I. M. Mega. 2013. Perbedaan sifat biologi tanah pada beberapa tipe penggunaan lahan di tanah andosol, inceptisol, dan vertisol. Jurnal Agroekoteknologi Tropika 2: 214 - 223. Siradz, S. A. 1990. Taksonomi Tanah Bagian 1 : Morfologi dan Kunci Determinasi Tanah, Yogyakarta. Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta.Kanisius.

McDaniell, P. 2009. The Twelve Soil Orders Soil Taxonomy. . Diakses tanggal 8 April 2016.

Rodriquez-Iturbe, I and P. Amikar. 2004. Ecohydrology of Water-controlled Ecosystem: Soil Moisture and Plant Dynamics. Cambridge University Press, London.

Miller, W. L., A. S. Kishne, and C. L. S. Morgan. 2010. Vertisol morphology, classification, and seasonal cracking patterns in the Texas Gulf Coast Prairie. Soil Survey Horizons 51: 10 - 16.

Subagjo, H. 1983. Pedogenesis dua pedon Grumosol (Vertisols) dari bahan volkanik gunung Lawu dekat Ngawi dan Karanganyar. Pemberitaan Pen. Tanah dan Pupuk, No.2:818.

Minasny, B., A. B. McBratney, dan S. S. Blanes. 2008. Quantitative models for pedogenesisA review. Geoderma 144: 140 - 157.

Subagyo, H., N. Suharta dan A. B. Siswanto. 2004. Tanah-tanah pertanian di Indonesia.( 2166. ).

Peverill, K.I., L.A. Sparrow, dan D.J. Reuter. 2001. Soil Analysis: An Interpretation Manual. CSIRO, Australia.

Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Prasetyo, B. H. 2007. Perbedaan sifat-sifat tanah vertisol dari berbagai bahan induk. Jurnal Ilmu – Ilmu Pertanian Indonesia 9: 20 - 31.

Yuliana, E. D. 2012. Karakteristik dan klasifikasi tanah rawa pasang surut Jurnal Udayana Mengabdi Karang Agung Ulu Sumatera Selatan 8 : 1

51

MORFOLOGI ALFISOL MULO ABSTRAK Praktikum Lapangan Dasar-Dasar Ilmu Tanah dilaksanakan pada hari Sabtu, 02 April 2016 bertempat di Mulo, Gunung Kidul, Yogyakarta. Pengamatan yang dilakukan pada praktikum lapangan ini adalah pengamatan kedalaman jeluk air, warna tanah, tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi tanah, perakaran tanahan, bahan kasar, kekerasan tanah, kadar bahan organik, kandungan Mn, kandungan kapur, dan pH tanah. Alat yang digunakan dalam praktikum lapangan ini adalah palu pedologi, pisau, pH stick, GPS, klinometer, kompas, meteran, buku warna tanah (munsell soil colour chart), alat dokumentasi berupa kamera, dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam praktikum lapangan ini adalah H2O2 10%, H2O2 3%, HCl, dan aquades. Setiap lokasi memiliki jenis tanah yang berbeda sebagai perwakilan jenis tanah untuk diamati. Hasil yang didapatkan dari pengamatan yang dilakukan, jenis tanah di daerah Mulo adalah tanah alfisol. Keyword :morfologi lahan, profil tanah, mediteran, alfisol

I.

Pengamatan

PENGANTAR Tanah

merupakan

kumpulan

profil

tanah

di

lapangan meliputi pengamatan sifat fisik

yang

tanah dan sifat kimia tanah (Rajamuddin,

menyusun sebagian besar daratan, dan

2009).Syarat utama tanah jenis alfisol

mampu menumbuhkan tanaman serta

adalah ditemukannya timbunan lempung

sebagai tempat hidup makhluk hidup

di horison bawah (horison agrilik) dan

lainnya. Pembentukan tanah secara umum

mempunyai kejenuhan basa yang tinggi,

dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180

satunya adalah bahan induk. Bahan induk

cm. Lempung yang terakumulasi di

tanah berbeda antara satu tempat dengan

horison bawah berasal dari horison yang

tempat yang lain. Untuk itu, diperlukan

berada di atasnya dan tercuci ke bawah

pengamatan profil tanah di lapangan

bersama dengan gerakan perkolasi air.

sehingga dapat diketahui karakteristik

Padanan dengan sistem klasifikasi lama

masing-masing

Dengan

adalah tanah mediteran merah kuning,

mengetahui karakteristik tanah, akan

latosol, dan podzolik merah kuning

memudahkan dalam pemanfaatan lahan

(USDA, 2010).

mineral

dan

bahan

organik

tanah.

tersebut. Mineral yang ada di tanah diperoleh

dari

pelapukan

batuan,

Tanah alfisol adalah tanah yang mengandung

fraksi

lempung

dalam

sementara bahan organik diperoleh dari

jumlah banyak. Tanah alfisol merupakan

hasil dekomposisi jasad makhluk hidup

tanah muda yang pelapukan mineral dan

yang telah mati.

dekomposisi bahan organiknya belum sempurna, sehingga lapisan solum yang

52

terbentuk masih sangat tipis. Tanah alfisol

Pembentukan Epipedon Okhrik (Horison

umumnya berwarna coklat kemerahan

A). Bahan organik tidak tercampur terlalu

dengan bercak kuning pada lapisan kedua

dalam dengan bahan-mineral, karena akar-

atau ketiga. Warna merah muncul akibat

akar halus tanaman hutan tidak terlalu

adanya oksidasi bahan mineral besi.

banyak masuk ke dalam tanah seperti

Bercak kuning yang ada sebenarnya juga

daerah padang rumput. Bahan organik

merupakan besi yang mengalami oksidasi

yang

dan reduksi yang sempurna akibat ayunan

dicampur dengan bahan mineral oleh

air dalam tanah. Bercak kuning juga

cacing atau hewan-hewan lain, pada

menunjukkan bahwa aerasi tanah sangat

kedalaman 2-10 cm, sehingga terbentuk

baik (USDA, 2010).

lapisan

Secara umum, faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah alfisol adalah

prasyarat

untuk

pembentukan Alfisol. Kalsium karbonat (dan bikar-bonat) merupakan flocculant

Alfisol, karbonat perlu dicuci lebih dulu plasma

menjadi

(horison

A).

tanah

Proses

biocycling unsur hara dan basa-basa dari subsoil ke horison O dan A merupakan

permukaan menjadi hampir netral (pH 6,5-7,0), sedang reaksi tanah di subsoil menjadi lebih masam (pH 4,8-5,8). c. Pembentukan Horison Albik

yang kuat sehingga dalam pembentukan

agar

permukaan

Hal ini dapat menyebabkan reaksi tanah di

Pencucian karbonat dari lapisan merupakan

mull

di

proses yang penting untuk tanah Udalf.

a. Pencucian Karbonat

atas

terdapat

lebih

mudah

bergerak bersama dengan air perkolasi. Dengan pencucian karbonat ini tanah lapisan atas menjadi lebih masam kadangkadang sampai mencapai pH 4,5.

Beberapa jenis Alfisol ada yang memiliki horison E yang jelas berwarna pucat

yang

Besi sebagai flocculant dengan kekuatan sedang mengalami pencucian dari lapisan atas setelah karbonat, dan diendapkan di horison B, sehingga warna tanah menjadi coklat (braunification).

horison

albik

terbentuk sebagai akibat pencucian liat dan

bahan

mineralisasi b.Pencucian Besi dan Braunifikasi

disebut

(misalnya tanah Albaqualf). Horison ini

organik,

sedang

proses

sedikit

sekali

terjadi.

Pencucian liat berjalan secara mekanik (lessivage) bersama air perkolasi. Horison albik kadang-kadang juga mengandung juga mengandung cukup banyak bahan organik tetapi tidak berwarna. Mineralmineral resisten seperti kuarsa menjadi lebih banyak di horison A dan rasio 53

SiO2/R2O3 menjadi lebih besar dari Bt (Hardjowigeno, 2003).

kerja

yang

pertama

dilakukan adalah pembuatan profil tanah yang berupa irisan tanah secara vertikal

d. Pengendapan Argillan Terjadinya

Langkah

dengan panjang dan lebar kurang lebih 1

pengendapan

liat

meter dan kedalaman kurang lebih 1,5

(argillan) bersama seskuioksida dan bahan

meter.

organik di horison Bt disebabkan oleh

tanahnya

beberapa hal, yaitu air perkolasi tidak

solumnya. Tanah diambil dengan pisau

cukup banyak sehingga tidak dapat

untuk diamati tekstur dan strukturnya,

meresap lebih jauh ke dalam tanah, butir-

pengambilan dilakukan dari lapisan tanah

butir tanah yang mengembang, menutup

paling bawah. Hal tersebut bertujuan agar

pori-pori tanah sehingga air perkolasi

tanah yang jatuh saat pengambilan tidak

lambat bergerak, penyaringan oleh pori-

tercampur

pori halus yang tersumbat, dan flokulasi

bawahnya yang bisa mempengaruhi hasil

liat bermuatan negatif oleh besi oksida

pengamatan.

yang bermuatan positif di horison Bt dan

dilakukan dengan metode kualitatif, yaitu

oleh kejenukan basa yang lebih tinggi

apabila tanah kering, maka tanah dibasahi

setelah kemarau panjang mendorong

dengan air hingga liat. Selanjutnya tanah

pembentukan Alfisol

dibentuk bola, kemudian dibentuk pita dan

Kemudian dan

diamati diukur

dengan

lapisan

kedalaman

lapisan

tanah

Pengamatan

di

tekstur

diukur panjangnya, setelah itu tanah

II. METODOLOGI

dibuat bubur dan dirasakan teksturnya. Dasar-

Pengamatan struktur dilakukan dengan

Dasar Ilmu Tanah dilaksanakan pada hari

Praktikum

tanah sedikit diremas dan dilempar-

Sabtu,

lemparkan

2

April

Lapangan

2016,

berlokasi

di

di

atas

telapak

tangan,

Banguntapan, Pathuk, Hutan Bunder,

kemudian diamati ukuran dan bentuk

Playen,

agregat yang terbentuk. Selain itu, diamati

dan

Mulo,

Gunung

Kidul,

Yogyakarta. Alat yang digunakan dalam

juga

praktikum lapangan ini adalah palu

menggunakan H2O2 10% untuk menguji

pedologi,

kandungan BO, H2O2 3% untuk meguji

klinometer,

pisau,

pH

kompas,

stick, meteran,

GPS, alat

sifat

kandungan

kimia

Mn,

HCl

tanah

untuk

dengan

meguji

dokumentasi berupa kamera, dan alat tulis.

kandungan Ca, dan aquades dan pH stick

Bahan yang digunakan dalam praktikum

untuk menguji pH tanah. Selain itu juga

lapangan ini adalah H2O2 10%, H2O2 3%,

dilakukan

HCl, dan aquades.

ketinggian tempat, posisi, kemiringan,

pengamatan

terhadap

54

kedalaman jeluk, suhu, dan cuaca saat pengamatan, serta pertumbuhan vegetasi di lahan tersebut.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 5.1 Morfologi Lahan Kawasan Mulo

Gambar 5.2 Profil Tanah Alfisol Kawasan Mulo

55

PENGAMATAN LAPANGAN STOPSITE A. Morfologi Tapak (Site) Nama Pengamat

: B1/3

Kode

: Stopsite 5

Lokasi

: Mulo

Landform

: Angkatan

Fisiografi

: Pegunungan Seribu

Litologi

: Sedimen marin

Topografi

: Bergelombang

Arah Lereng

: 85 NE

Lereng

: 15%

Kebatuan

: Sedang

Landuse

: Perkebunan

Pertumbuhan

: Baik

Vegetasi

: Akasia, Ketela, Jati

Jeluk Air Tanah

: Dalam, ±30 m

Pola Drainase

: Dentritik

Tingkat Erosi

: Sedang

Erosi

: Alur

Altitude

: 190 mdpl

Cuaca

: Mendung

Tanggal

: 02 April 2016

Letak Lintang

080 02’

: S: 6,1” E: 1100 35’ 58,2”

B. Karakteristik Profil Tabel 5.1 Karakteristik profil stopsite 5 No Pengamatan 1 2 3

4 5

6

7

8

Jeluk (cm) Nama Horizon Warna Tanah a. Matrik b. Karatan c. Campuran Tekstur Struktur a. Tipe b. Kelas c. Derajat Konsistensi a. Kering b. Basah/Lembab Perakaran a. Ukuran b. Jumlah Bahan Kasar a. Jenis

Lapisan I

Lapisan II

0-32 cm BT 1

32-65 cm BT 2

2,5 YR 3/4 sedikit

2,5 YR 3/6 Sedikit

lempung

Lempung

Gumpal menyudut Kecil Sedang

Gumpal menyudut Kecil-sedang Sedang

Agak lengket agak plastis Agak lengket agak plastis Mikro Makro Sedikit

Mikro Makro Sedikit

-

56

9

9 10

b. Jumlah c. Ukuran Uji Khemikalia a. BO (H2O2 10%) b. Mn (H2O2 3%) c. Kapur (HCl 2N) pH H2O Catatan Khusus

-

-

8 4 0 7

7 6 0 7

C. Klasifikasi Ordo Tanah PPT

: Mediteran

FAO

: Luvisol

Soil Taxonomy

: Alfisol

Lokasi pengamatan yang ke lima

yang terdiri dari dua lapis horizon tanah.

adalah di daerah Mulo, Gunung Kidul,

Penentuan

Yogyakarta. Lahan yang diamati memiliki

dengan pengamatan perbedaan warna

vegetasi tanaman tahunan yang heterogen,

tanah

yang terdiri dari pohon akasia, pohon jati,

ditimbulkan saat tanah dipukul-pukul.

dan ketela pohon. Daerah ini sebagian

Lapisan pertama merupakan horizon B1

besar berupa hutan akasia, dan hanya

dengan ketebalan (0-32cm) dan lapisan

sedikit yang dimanfaatkan sebagai lahan

kedua merupakan horizon B2 dengan

pertanian. Topografi Mulo bergelombang

ketebalan (32-65cm). Warna lapisan tanah

dengan pola drainase dendritik. Pola

yang pertama menurut buku warna adalah

erosinya adalah alur, yaitu erosi yang

2,5 YR 3/4 sedangkan warna lapisan yang

terjadi karena adanya aliran air di

kedua adalah 2,5YR 3/6. Data tersebut

permukaan tanah dengan tingkat erositas

menunjukkan

sedang. Kawasan Mulo terbentuk dari

didominasi oleh warna merah. Warna

pengangkatan batuan dasar laut, hal

merah

tersebut dapat dilihat dari batuan atau

oksidasi mineral besi yang sempurna di

lapukan batuan kapur yang ditemukan di

dalam tanah. Oksidasi yang sempura

daerah ini.

menandakan bahwa aerasi di dalam tanah

Landform lahan berupa

perbukitan dengan kemiringan 15%. Berdasarkan

pengamatan

jumlah

dan

lapisan

perbedaan

bahwa

menunjukkan

dilakukan

bunyi

warna

adanya

yang

tanah

proses

terjadi dengan baik. yang

Tekstur tanah lapisan pertama

dilakukan, daerah Mulo memiliki tanah

dan kedua sama yaitu lempung. Struktur 57

tanah lapisan memiliki kesamaan, yaitu

Mangan apabila bereaksi dengan air akan

struktur gumpal

menyudut. Hal ini

membentuk basa namun, kandungan

menandakan bahwa ikatan antar butir

mangan pada tanah ini masih tergolong

tanahnya kuat, yang merupakan salah satu

sedikit sehingga tidak membuat tanah

ciri tekstur tanah yang didominasi oleh

menjadi basa. Pada pengujian pH tanah,

fraksi

lapisan

didapatkan pH pada lapisan pertama dan

memiliki

lapisan keduaa sebesar 7. pH tersebut

lempung.

pertama

dan

Konsistensi

kedua

juga

kesamaan yaitu lekat plastis. Konsistensi

menandakan bahwa tanah bersifat netral.

yang plastis menandakan bahwa tanah tersebut mengandung banyak lempung. Pada pengujian bahan organik tanah

sampel,

lapisan

Dari

pengamatan

morfologi

lahan dan profil tanah di atas, dapat diketahui tanah yang menyusun daerah

pertama

Mulo adalah tanah alfisol atau tanah

mengandung banyak BO dan lapisan

mediteran. Tanah alfisol dikenal sebagai

kedua mengandung lebih sedikit BO. Dari

tanah muda yang masih memiliki banyak

data tersebut diketahui bahwa tanah di

mineral

daerah Mulo memiliki kandungan bahan

pelapukan. Alfisol merupakan jenis tanah

organik yang banyak. Bahan organik yang

yang di lapisan paling bawahnya terbentuk

terdapat pada tanah tersebut berasal dari

timbunan tanah liat yang berasal dari

dekompisisi daun yang gugur, mengingat

eluviasi lempung pada lapisan di atasnya.

vegetasi yang ada di atasnya berupa

Alfisol sering dijumpai di daerah yang

hutan.Pada pengujian kandungan kapur,

memiliki curah hujan sedang hingga

lapisan

ditemukan

tinggi. Curah hujan mempengaruhi proses

kandungan kapur sedangkan pada lapisan

pelindihan lempung dari lapisan atas ke

kedua juga tidak ditemukan kandungan

lapisan

kapur.

kandungan

umumnya terbentuk pada lahan yang

ditemukan

difungsikan sebagai hutan.

pertama

Pada

mangan,

tidak

pengujian

lapisan

pertama

kandungan mangan dengan kadar yang sedikit, kandungan

lapisan

kedua

ditemukan

mangan

lebih

yang

mudah

bawahnya.

mengalami

Tanah

alfisol

Tanah alfisol terbentuk dari batuan induk sedimen marine. Alfisol berasal dari batuan

dasar

laut

yang

Alfisol

mengalami

banyak.Konkresi mangan terbentuk oleh

pengangkatan.

ditemukan

di

oleh proses oksidasi dan reduksi senyawa

banyak zona iklim, tetapi yang utama

Mn dalam tanah setelah mengalami

adalah di daerah beriklim sedang, dengan

penjenuhan air dan pengeringan secara

bahan induk relatif muda. Oleh karena itu

berturut-turut (Hanudin et all, 2012).

Alfisol adalah tanah yang relative muda, 58

masih

banyak

mengandung

mineral

bahan organik yang terkandung juga

primer yang mudah lapuk, mineral liat

masih sedikit. Solum yang terbentuk juga

kristalin dan kaya unsur hara.Alfisol

masih dangkal, karena pelapukan batuan

ditemukan di daerah-daerah datar sampai

induk yang berada di bawah solum belum

berbukit. Proses pembentukan alfisol

sempurna. Kedalaman solum lapisan

memerlukan waktu yang cukup lama

pertama yang tidak lebih dari 30 cm

karena lambatnya proses akumulasi liat

membuat akar tanaman sulit untuk masuk

untuk membentuk horison agrilik.

lebih dalam. Selain itu, sifat tanah yang

Pembentukan tanah alfisol dimulai dari pelapukan mineral natrium

asam

juga

berpengaruh

terhadap

pertumbuhan tanaman.

karbonat yang berada pada batuan induk.

Untuk

dilakukan

masalah

Kemudian terjadi oksidasi besi yang

tersebut,

diendapkan pada horison B, proses ini

tindakan. Untuk mencegah terjadinya

menyebabkan warna tanah menjadi merah

longsor, perlu ditanam tanaman keras

kecoklatan.

Selanjutnya

dapat

mengatasi

beberapa

terjadi

yang akarnya dapat menembus ke dalam

dekomposisi bahan organik di kedalaman

tanah dan mengikat tanah, sehingga

2-10 cm dengan bantuan organisme, dan

kemungkinan longsor dapat diperkecil.

terbentuklah horison O. Setelah itu terjadi

Akar

pelindihan bahan organik dan lempung,

mempercepat proses pelapukan batuan

karena pada saat itu mineral yang

induk yang berada di dalam tanah.

terbentuk

banyak,

Semakin cepat batuan melapuk, semakin

terbentuklah horizon albik. Selanjutnya,

dalam solum tanah yang terbentuk.

seiring dengan perkembangan waktu dan

Dengan begitu, tanaman dapat dengan

iklim yang terus berjalan, terbentuklan

mudah

tanah alfisol, yang merupakan tanah

pemberian pupuk, tingkat keasaman yang

muda. Horison agrilik terbentuk dari

ada didalam pupuk harus diperhatikan

pengendapan lempung dan bahan induk

mengingat pH tanah alfisol adalah netral.

(Kurniawan et. al., 2011).

Pupuk yang diberikan seharusnya tidak

belum

terlalu

tanaman

tumbuh

keras

pada

juga

tanah.

dapat

Untuk

Tanah alfisol tergolong tanah yang

terlalu asam dan tidak terlalu basa

kurang subur untuk lahan pertanian, hal itu

sehingga kenetralan pH tanah dapat

karena bentang lahan tanah alfisol yang

dijaga.

berupa perbukitan dan rawan longsor. Selain itu, karena tanah alfisol belum

IV. KESIMPULAN

mengalami perkembangan yang baik, 59

Alfisol merupakan tanah yang terbenntuk dari angkatan dasar laut. Tanah alfisol tergolong tanah muda yang masih belum

banyak

organik,

mengandung

sehingga

belum

bahan dapat

dimanfaatkan sebagai lahan pertanian secara optimal. Alfisol memiliki tekstur lempung dengan konsistensi plastis, dan struktur

gumpal

membulat.

Alfisol

memiliki kandungan kapur yang rendah dan hanya terdapat pada batuan induk yang belum melapuk sempurna (lapisan paling bawah). Kandungan mangannya

mempercepat proses pelapukan batuan induk. DAFTAR PUSTAKA Hanudin, E., M. Nurdin, dan J.W. Purnomo. 2012. Karakteristik konkresi mangan pada Mollisol Hutan Bunder Gunungkidul. Seminar Nasional Agroforestri III. 104-119. Jenny, H. 1941. Factors of Soil Formation. McGraw-Hill Book Company Inc, New York Kurniawan, Raditia Eka, S. Utomo, dan Mujiyo. 2011. Pendugaan perkembangan alfisols di kecamatan Jatipuro Karanganyar dengan model kestabilan genetik.Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 8(1) : 53-60

juga rendah, dan memiliki pH asam. Tanah alfisol sebenarnya potensial untuk dijadikan lahan pertanian, namun solum yang terlalu dangkal membuat perakaran tanaman sulit berkembang. Hal itu dapat diatasi dengan penanaman tanaman keras, sehingga

akar

tanaman

Rajamuddin, Ulfiyah A. 2009. Kajian tingkat perkembangan tanah pada lahan persawahan di desa kaluku tinggu kabupaten donggala sulawesi tengah. J. Agroland 16(1):45-52 United States Department of Agriculture Natural Resources Conservation Service. 2010. Keys to Soil Taxonomy Eleventh Edition

dapat

LAMPIRAN 60

Stopsite 1

Gambar 1.1. Morfologi Lahan Kawasan Banguntapan

Tanah Entisol an

Gambar 1.3. Khemikalia Tanah Entisol

61

Stopsite 2

Gambar 2.3. Khemikalia Tanah Gambar 2.1. Morfologi Lahan Kawasan Patuk Ultisol

Gambar 2.2. Profil Tanah Ultisol Kawasan Patuk

Gambar 2.4. Pengamatan Warna Tanah Menggunakan Soil Munsell Color Chart

62

Stopsite 3

Gambar 3.1. Morfologi Lahan Kawasan Hutan Bunder

Gambar 3.2. Profil Tanah Mollisol Kawasan Hutan Bunder

63

Stopsite 4

n

Gambar 4.3. Pengamatan Warna Tanah Menggunakan Soil Munsell Color Chart

Gambar 4.4. Khemikalia Tanah Vertisol

64

Stopsite 5

Gambar 5.1. Morfologi Lahan Kawasan Mulo

Gambar 5.2. Profil Tanah Alfisol Kawasan Mulo

Gambar 5.3. Khemikalia Tanah Alfisol

65

Related Documents


More Documents from "fara fichria"