258314_referat_radiologi_sarah Nova Gradiska.docx

  • Uploaded by: Vincent Wesley
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 258314_referat_radiologi_sarah Nova Gradiska.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,844
  • Pages: 13
REFERAT GAMBARAN RADIOLOGI PNEUMOTHORAX

Dosen Pembimbing: Dr. Tri Harjanto, Sp.Rad, M.sc

Disusun Oleh: Sarah Nova Gradiska 1865050044

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI PERIODE 25 FEBRUARI 2019 – 30 MARET 2019 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA JAKARTA 2019

DAFTAR ISI

Daftar Isi

i

BAB 1 PENDAHULUAN

1

1. 1 Latar Belakang

1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2

2. 1 Definisi

2

2. 2 Klasifikasi

3

2. 3 Patofisiologi

4

2. 4 Manifestasi Klinis

5

2. 5 Pemeriksaan Penunjang

5

2. 6 Tatalaksana

7

2. 7 Prognosis

9

BAB 3 KESIMPULAN

10

BAB 4 DAFTAR REFERENSI

11

i

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Paru-paru merupakan unsur elastis seperti balon dan akan mengeluarkan udaranya melalui trakea. Paru-paru sebenarnya mengapung dalam rongga thorax yang dikelilingi oleh suatu lapisan tipis yaitu cairan pleura, cairan ini akan menjadi pelumas bagi gerakan paru di dalam rongga. Jadi pada keadaan normal rongga pleura akan berisi sedikit cairan dengan tekanan negatif yang ringan1. Pneumothorax adalah suatu keadaan terdapatnya udara di dalam rongga pleura yang dapat menyebabkan kolaps pada paru-paru2. Pada kondisi normal, rongga pleura tidak terisi udara sehingga paru-paru dapat mengembang terhadap rongga dada. Udara pada rongga pleura dapat ditimbulkan oleh karena robeknya pleura visceralis. Pneumothorax dapat diklasifikasikan menjadi pneumothorax spontan, pneumothorax traumatik dan pneumothorax ventil3. Pada penelitian yang dilakukan di Manado pada tahun 2016 didapatkan 41 pasien yang mengalami pneumothorax dan paling banyak yaitu pasien pneumothorax spontan sekunder sebanyak 18 pasien atau 43,9%4.

1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pneumothorax adalah keadaan terdapatnya udara di rongga pleura yang dapat menyebabkan kolaps pada paru-paru2.

2.2 Klasifikasi Pnemothorax dapat dikelompokkan menurut penyebabnya, yaitu:3,4 1. Pneumothorax Spontan Pneumothorax spontan dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, pneumothorax spontan primer yaitu pneumothorax yang terjadi secara tibatiba tanpa diketahui sebabnya dan pneumothorax spontan sekunder yang terjadi dengan didasari oleh riwayat penyakit paru yang telah dimiliki sebelumnya seperti fibrosis kistik, PPOK, kanker paru-paru, asma dan infeksi paru. 2. Pneumothorax Traumatik Pneumothorax traumatik terjadi akibat adanya suatu trauma yang menyebabkan robeknya pleura, dinding dada atau paru. Pneumothorax ini dibagi menjadi iatrogenik yaitu berupa tindakan medis sengaja maupun tidak disengaja yang dapat menyebabkan pneumothorax seperti biopsi pleura dan noniatrogenik yaitu selain tindakan medis seperti jejas kecelakaan. Pneumothorax berdasarkan jenis fistulanya dibagi menjadi: 1. Pneumothorax Tertutup (Simple Pneumothorax) Pada tipe ini, pleura dalam keadaan tertutup (tidak ada jejas terbuka pada dinding dada), sehingga tidak ada hubungan dengan dunia luar. Tekanan di dalam rongga pleura awalnya akan positif, namun akan berubah 2

menjadi negatif karena diserap oleh jaringan paru disekitarnya. Pada kondisi tersebut paru belum mengalami re-ekspansi, sehingga masih ada rongga pleura. 2. Pneumothorax Terbuka (Open Pneumothorax) Pneumothorax ini terdapat hubungan antara rongga pleura dengan dunia luar (terdapat luka terbuka pada dada). Pada pneumothorax terbuka tekanan intrapleura sekitar nol. Perubahan tekanan ini sesuai dengan perubahan tekanan yang disebabkan oleh gerakan pernapasan. Pada saat inspirasi tekanan menjadi negatif dan pada saat ekspirasi tekanan menjadi positif. Selain itu, pada saat inspirasi mediastinum dalam keadaan normal tetapi saat ekspirasi mediastinum akan bergeser ke arah dinding dada yang terluka (sucking wound).

3

3. Pneumothorax Ventil (Tension Pneumothorax) Pada pneumothorax ventil tekanan intrapleura yang positif makin lama akan bertambah besar karena ada fistel di pleura viseralis yang bersifat ventil. Pada saat inspirasi udara masuk melalui trakea, bronkus serta percabangannya dan selanjutnya menuju pleura melalui fistel yang terbuka. Sedangkan saat ekspirasi udara di dalam rongga pleura tidak dapat keluar, akibatnya tekanan dalam rongga pleura makin lama makin tinggi dan melebihi tekanan atmosfer. Udara yang terkumpul dalam rongga pleura akan menekan paru sehingga menimbulkan gagal napas.

2.3 Patofisiologi Normal tekanan negatif pada ruang pleura adalah -10 sampai dengan (-) 12 mmHg, fungsinya adalah membantu pengembangan paru selama pernapasan. Pada saat inspirasi tekanan intra pleura lebih negative dari tekanan intra bronchial, sehingga paru-paru akan mengembang mengikuti dinding thorax lalu udara dari luar (tekanan 0) akan masuk ke bronchus sampai ke alveoli. Pada saat ekspirasi dinding dada menekan rongga dada sehingga tekanan intra pleura akan lebih tinggi dari tekanan di alveolus ataupun di bronchus sehingga udara akan ditekan keluar melalui bronchus3.

4

Pneumothorax dapat mengakibatkan kolaps sebagian atau komplit pada paru sehingga udara/cairan masuk ke rongga pleura. Volume di rongga pleura akan meningkat dan mengakibatkan tekanan intra thorax meningkat. Jika tekanan intra thorax meningkat, maka akan menimbulkan distress pernapasan dan gangguan pertukaran gas lalu akan menyebabkan tekanan pada mediastinum yang dapat mencetuskan gangguan jantung dan sirkulasi sistemik5.

2.4 Manifestasi Klinis Berdasarkan anamnesis, gejala dan keluhan yang timbul akibat pneumothorax adalah6: a. Sesak napas dirasakan mendadak dan makin lama makin berat. Pasien bernapas tersengal, pendek-pendek dengan mulut terbuka. b. Nyeri dada dirasakan tajam pada sisi yang sakit, tertekan dan terasa lebih nyeri pada saat bernapas. c. Batuk-batuk. d. Denyut jantung meningkat. e. Kulit kemungkinan tampak sianosis karena kadar oksigen dalam darah berukang. f. Tidak menimbulkan gejala, biasanya pada pasien pneumothorax jenis spontan primer. 2.5 Pemeriksaan Penunjang 1. Foto Rontgen Gambaran radiologis yang tampak pada foto rontgen kasus pneumothorax antara lain5:

5

a. Bagian pneumothorax akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps akan tampak garis yang perupakan tepi paru. Kadang paru yang kolaps tidak membentuk garis tetapi berbentuk lobuler sesuai dengan lobus paru. b. Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radioopaq yang berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang luas. Besar kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan sesak napas yang dikeluhkan. c. Jantung dan trachea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium intercostalis melebar, diafragma melebar dan tertekan kebawah. Keadaan ini umumnya terjadi pada pneumothorax ventil dengan tekanan intra pleura yang tinggi.

2. CT-Scan thorax Indikasi dilakukan CT-Scan Thorax yaitu untuk menilai adanya pneumothorax minimal yang sulit ditemukan pada pemeriksaan thorax foto, pada pasien yang tidak memungkinkan untuk dilakukan foto thorax dan evaluasi lanjut pada pasien dengan cedera atau yang memiliki riwayat penyakit paru sebelumnya5.

6

Hasil dari pemeriksaan ini adalah ditemukannya udara di rongga pleura dan paru-paru menjadi kolaps. CT-Scan akan menunjukkan gambaran yang lebih sensitif.

2.6 Tatalakasana Tujuan utama penatalaksana pneumothorax adalah untuk mengurangi tekanan pada paru-paru dengan cara mengeluarkan udara dari rongga pleura dan mencegah untuk kambuh kembali. Beberapa tatalaksana pneumothorax, yaitu:5,7 1. Observasi dan pemberian oksigen Observasi dilakukan dalam beberapa hari dengan foto serial thorax setiap 12 – 24 jam pertama selama 2 hari. Tindakan ini dilakukan terutama untuk pneumothorax traumatik terbuka maupun tertutup. Lalu pemberian oksigen akan meningkatkan rearbsorpsi paru. 2. Tindakan dekompresi Dekompresi dilakukan seawall mungkin pada kasus pneumothorax dengan luas > 15%. Tujuan dari tindakan ini adalah mengurangi tekanan intra pleura dengan membuat hubungan antara rongga pleura dengan udara luar, dengan cara: a. Menusukkan jarum melalui dinding dada masuk rongga pleura, dengan demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan berubah menjadi negative karena udara dalam rongga pleura akan mengalir ke luar melalui jarum tersebut. b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil - Memakai jarum infus set Jarum ditusuk ke dinding dada sampai ke dalam rongga pleura, kemudian infus set yang telaj dipotong pada pangkal saringan tetesan dimasukkan ke botol yang berisi air. Setelah klem penyumbat dibuka, akan tampak gelembung udara yang keluar dari ujung infus set yang berada di dalam botol.

7

-

Memakai abbocath

Tusukkan jarum pada posisi yang tetap di dinding thorax sampai menembus rongga pleura, jarum dicabut dan kanula tetap ditinggal. Kanula kemudian dihubungkan dengan pipa plastik infus set. Pipa infus set selanjutnya dimasukkan ke botol yang berisi air. Setelah klem penyumbat dibuka, akan tampak gelembung udara yang keluar dari ujung infus set yang berada di dalam botol. -

Water Sealed Drainage (WSD)

Pipa khusus (thorax kateter) steril, dimasukkan ke rongga pleura dengan perantara troakar atau dengan bantuan klem penjepit. Pemasukkan troakar dapat dilakukan melalui celah yang telah dibuat dengan bantuan insisi kulit di sela iga ke-4 pada linea mid aksilaris atau linea aksilaris posterior. Selain itu dapat pula melalui sela iga ke-2 di garis mid clavicula. Setelah troakar masuk, maka kateter thorax segera dimasukkan ke ronga pleura dan kemudian troakar dicabut, sehingga hanya kateter thorax yang masih tertinggal di rongga pleura. Selanjutnya ujung kateter toraks yang ada di dada dan pipa kaca WSD dihubungkan melalui pipa plastik lainnya. Posisi ujung pipa kaca yang berada di botol sebaiknya berada 2 cm di bawah permukaan air supaya gelembung udara dapat dengan mudah keluar melalui perbedaan tekanan tersebut7,8. Penghisapan dilakukan terus-menerus apabila tekanan intrapleura tetap positif. Penghisapan ini dilakukan dengan memberi tekanan negatif sebesar 10-20 cm H2O, dengan tujuan agar paru cepat mengembang. Apabila paru telah mengembang maksimal dan tekanan intra pleura sudah negatif kembali, maka sebelum dicabut dapat dilakukuan uji coba terlebih dahulu dengan cara pipa dijepit atau ditekuk selama 24 jam. Apabila tekanan dalam rongga pleura kembali menjadi positif maka pipa

8

belum bisa dicabut. Pencabutan WSD dilakukan pada saat pasien dalam keadaan ekspirasi maksimal.

3. Kassa tiga sisi Pada pneumothorax terbuka hal yang harus dilakukan adalah menutup lubang pada dinding dada caranya yaitu menutup dengan kassa 3 sisi atau kassa kedap udara. Pada kassa 3 sisi, kassa ditutup pada 3 sisi sedangkan pada sisi satunya dibiarkan terbuka. Lalu jika menggunakan kassa kedap udara maka harus sering dilakukan evaluasi agar tidak menjadi tension pneumothorax8. 2.7 Prognosis Prognosis pada pasien pneumothorax akan baik jika dapat didiagnosis dini dan pengobatan atau tatalaksana sesegera mungkin. Secara keseluruhan prognosis tergantung pada cedera dan mobiditas pasien5.

9

BAB 3 KESIMPULAN Pneumothorax merupakan terdapatnya udara pada rongga pleura sehingga menyebabkan paru-peru terdesak yang dapat menimblkan gangguan pada saat respirasi atau bernapas. Beradasarkan penyebabnya, pneumothorax dapat diklasifikasikan menjadi pneumothorax spontan dan pneumothorax traumatik. Pneumothorax spontan terbagi menjadi primer dan sekunder. Untuk menentukan diagnose pneumothorax didasari pada hasil rontgen berupa gambaran translusen tanpa adanya corakam bronchovaskuler pada lapang paru yang terkena, disertai garis putih yang merupakan batas paru (collaps line). Dari hasil rontgen dapat diketahui seberapa berat proses yang terjadi melalui luas area paru yang terkena pendesakkan serta kondisi jantung dan trakea. Pada prinsipnya penangan pneumothorax adalah untuk mengurangi tekanan pada paru-paru dengan cara mengeluarkan udara dari rongga pleura dan mencegah untuk kambuh kembali.

10

BAB 4 DAFTAR REFERENSI 1. Guyton, Arthur, C. Hall, John, E. Buku Ajar Etiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC; 1997.p. 598. 2. Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Edisi II. Badan Penerbitan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2018.p. 216 3. Sudoyo, Aru, W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. K, Marcellus, Simadibrata. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalan. Jilid II. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006.p. 1063 4. Masengi, Windy. Loho, Elvie. Tubagus, Vonny. Profil hasil pemeriksaan foto thorax pada pasien pneumothorax di SMF Radiologi FK Unsrat RSUP Prof. Dr. D. Kandou Manado periode Januari 2015 – Agustus 2016. Manado: 2016 5. Zarogoulidis, P., Kioumis, I., Pitsiou, G., Porpodis, K., Lampaki, S., Papaiwannou, A., Katsikogiannis, N., Zaric, B., Branislav, P., Secen, N., Dryllis, G., Machairiotis, N., Rapti, A., … Zarogoulidis, K. (2014). Pneumothorax: from definition to diagnosis and treatment. Journal of thoracic disease, 6(Suppl 4), S372-6. 6. Choi W. I. (2014). Pneumothorax. Tuberculosis and respiratory diseases, 76(3), 99-104. 7. MacDuff A, Arnold A, Harvey J. Management of spontaneous pneumothorax: British Thoracic Society pleural disease guideline 2010. Thorax 2010;65:ii18-ii31. 8. Sharma, A., & Jindal, P. (2008). Principles of diagnosis and management of traumatic pneumothorax. Journal of emergencies, trauma, and shock, 1(1), 34-41.

11

Related Documents

Nova
August 2019 62
Nova Legislacao
April 2020 13
Nova Lista2
October 2019 42
Re Nova
June 2020 19
Arte Nova
July 2020 11
Nova Era
June 2020 16

More Documents from "Carol"