250012222-role-play-kelompok-gina.docx

  • Uploaded by: rista aguskurdani
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 250012222-role-play-kelompok-gina.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,542
  • Pages: 21
ROLE PLAY KOMUNIKASI TERAPEUTIK Self Awareness PADA PASIEN yang Membutuhkan Pertolongan

A. KOMUNIKASI TERAPEUTIK 1. Pengertian Komunikasi terapeutik adalah proses di mana perawat yang menggunakan pendekatan terencana mempelajari klien. Proses memfokuskan kepada klien namun direncanakan dan di pimpin oleh seseorang professional (Keltner, Schwecke, dan bostrom 1991). Komukasi terapeutik mengembangkan hubungan interpersonal antara klien dan perawat. Proses ini meliputi kemampuan khusus, karena perawat harus memperhatikan kepada berbagai interaksi dan tingkah laku non verbal (Potter & Perry, 1993). Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang di rencanakan secara sadar bertujuan dan kegiatan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. (Christina 2013 komunikasi kebidanan EGC, Jakarta) Dari beberapa pengertian diatas maka dapat kami simpulkan bahwa komunikasi terapeutik adalah interaksi antara perawat dan pasien yang terbina melalui hubungan saling percaya baik berupa verbal maupun non verbal yang bertujuan untuk peningkatan derajat kesehatan pasien. 2.

Tujuan Dengan memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik, perawat akan lebih mudah menjalin hubungan saling percaya dengan klien, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan akan meningkatkan profesi. Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien ke arah yang lebih positif atau adaptif dan di arahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi: a. Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. Klien yang menderita penyakit kronis ataupun terminal umumnya mengalami perubahan dalam dirinya, ia tidak mampu menerima keberadaan dirinya, mengalami gangguan gambaran diri, penurunan harga diri, merasa tidak berarti, dan pada akhirnya merasa putus asa dan depresi. b. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling bergantung dengan orang lain. Menurut Hibdon (2000), melalui komunikasi terapeutik klien belajar bagaimana menerima dan diterima oleh orang lain. Dengan komunikasi

1

terbuka, jujur, dan menerima klien apa adanya, perawat akan dapat meningkatkan kemampuan klien dalam membina hubungan saling percaya. c. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis. Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuannya. d. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri. Klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri dan mengalami harga diri rendah. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan perawat dapat membantu klien meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri yang jelas. (Sharif La Ode, 2012 Konsep Dasar Keperawatan, Nuhamedika Yogyakarta). 3. Tekhnik Komunikasi Terapeutik

TEKNIK Mendengar aktif

Mendengar pasif

Penerimaan

PENGERTIAN CONTOH Proses aktif dan penerimaan Mendengarkan informasi serta penelaahan reaksi keluh kesah klien seseorang terhadap pesan yang dan memberikan diterima (Hubson, S dalam Suryani, respon atas masalah tersebut. 2005)

Kegiatan mendengar dengan kegiatan non verbal untuk klien. Misalnya dengan kontak mata, menganggukkan kepala dan juga keikutsertaan secara verbal

Mendengarkan keluh kesah klien dan memberikan respon atas masalah tersebut.

Mendukung dan menerima Mendengarkan informasi dengan tingkah laku yang keluhan klien dan menunjukkan ketertarikan dan menerima dengan lapang dada. tidak menilai. Penerimaan bukan berarti persetujuan. Menunjukkan penerimaan berarti kesediaan mendengar tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan.

2

Klarifikasi

Menanyakan kepada klien apa “saya tidak yakin yang tidak dimengerti perawat saya mengikuti apa yang anda katakan “ terhadap situasi yang ada,atau menjelaskan kembali ide atau pikiran klien yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti dari ungkapannya (Gerald, D “ apa yang katakan tadi adalah…” dalam Suryani, 2005).

Observasi

Kegiatan mengamati klien/orang “anda tampak cemas dan pucat” lain. Observasi dilakukan apabila terdapat konflik antara verbal dan “apakah anda non verbal klien dan saat tingkah laku verbal dan non verbal nyata merasa tidak tenang apabila anda…..” dan tidak biasa ada pada klien, Stuart & Sundeen, cit Nurjanah (2001). Observasi dilakukan sedemikian rupa sehingga klien tidak menjadi malu atau marah. Digunakan untuk memberikan Klien : “Saya kesempatan pada klien sebelum jengkel kepada menjawab pertanyaan perawat. suami saya.” Diam akan memberikan kesempatan Perawat : Diam kepada perawat dan klien untuk (member mengorganisasi pikiran masingkesempatan klien) masing (Stuart & Sundeen dalam Klien : “Suami Suryani, 2005). saya selalu telat pulang kerja tanpa alasan yang jelas, kalau saya tanya pasti marah.” Kemampuan dengan secara P: “maaf bu apakah meyakinkan dan nyaman ibu bersedia untuk

Diam (memelihara ketenangan);

Assertive

3

mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak orang lain, Nurjanah, 2001

Menyimpulkan

saya infus?” k: apakah infus adalah jalan satusatunya? P:“iya,bu karna dengan di infus ibu tidak akan kekurangan cairan dan dapat memudahkan ibu untuk mengonsumsi obat,yaitu dengan cara memasukan kedalam cairan infus” “Dari hasil pengkajian disini bahwa pasien menderita penyakit DBD”

Membawa poin-poin penting dari diskusi untuk meningkatkan pemahaman. Memberi kesempatan untuk mengklarifikasi komunikasi agar sama denga ide dalam pikiran, Varcarolis, cit, Nurjanah, 2001 Giving recognition Memberi penghargan merupakan “Selamat pagi Ibu (memberiakan tehnik untuk memberikan Sri.” Atau “Assalmualaikum” pengakuan/ pengakkuan dan menandakan penghargaan) kesadaran, Schultz & Videbeck, cit, “Saya perhatikan Nurjanah, 2001. Ibu sudah bisa berjalan dan bisa beraktifitas kembali”. Offering Sel Menyediakan diri anda tanpa “ jika ibu (menawarakan diri); respon bersyarat atau respon yang membutuhkan diharapkan, Schultz & bantuan saya ibu Videbeck.cit. Nurjanah, 2001 bisa panggil saya di ruangan/ibu bisa menekan tombol yang ada di samping tempat tidur” “Saya ingin anda merasa tenang dan

4

Offering general leads (memberikan petunjuk umum);

Giving broad opening (memberikan pertanyaan terbuka):

Placing the time in time/sequence (penempatan urutan/waktu);

Reflekting (Refleksi):

nyaman” Mendukung klien untuk “ saya mendukung meneruskan, Schultz & Videbeck jika ibu melakukan cit, Nurjanah, 2001 terapi supaya ibu bisa berjalan seperti biasanya” Mendorong klien untuk “apa yang anda pikirkan hari ini” menyeleksi topik yang akan dibicarakan. Kegiatan ini bernilai terapeuitik apabila klien menunjukkan penerimaan dan nilai dari inisiatif klien dan menjadi non terapeuitk apabila perawatan mendominasi interaksi dan menolak res[pon klien, Stuart % Sundeen, cit, Nurjanah, 2001. Melakukan klarifikasi antara waktu - “Apakah yang dan kejadian atau antara satu terjadi sebelum dan sesudahnya”. kejadian dengan kejadian lain. Teknik bernilai terapeutik - “Kapan kejadian apabila perawat dapat tersebut terjadi”. mengeksplorasi klien dan memahami masalah yang penting. Tehnik ini menjadi tidak terapeutik bila perawat memberikannasehat, meyakinkan atau tidak mengakui klien. Digunakan pada saat klien K: “Apakah menanyakan pada perawat tentang menurutmu saya peneliaian atau kesetujuannya. harus Tehnik ini akan membantu perawat mengatakannya untuk tetap memelihara pendekatan kepada dokter?” yang tidak menilai, Boyd & Nihart, P: “Apakah cit, Nurjanah menurut anda, anda harus mengatakannya?” K: “Suami saya sudah lama tidak datang mengunjungi

5

saya, bahwa tidak menelpon saya, kalau dia datang saya tidak ingin berbicara dengannya. P: “Ini menyebabkan anda marah”. Eksploring (Eksporasi); Mempelajari suatu topik lebih “ceritakan tentang mendalam. Eksplorasi bertujuan apa yang telah anda untuk mencari atau menggali lebih gambarkan tadi” jauh atau lebih dalam masalah yang dialami klien (Antai-Otong dalam Suryani, 2005) supaya masalah tersebut bisa diatasi. Tehnik ini bermanfaat pada tahap kerja untuk mendapatkan gambaran yang detail tentang masalah yang dialami klien.

Presenting reality (menghadikan realitas/kenyataan)

Menyediakan informasi dengan perilaku yang tidak menilai

“saya tidak mendengar seorang pun bicara disini”

Voucing doubt (menunjukkan keraguan);

Menyelipkan persepsi perawat mengenai realitas. Tehnik ini digunakan dengan sangat berhatihati dan hanya pada saat perawat merasa yakin tentang suatu yang detil. Ini digunakan pada saat perawat ingin memberi petunjuk pada klien mengenai penjelasan lain.

“ceritakan kepada saya bagaimana perasaan saudara ketika akan di operasi” “apa yang sedang terjadi”

6

Seeking consensual validation

Pencarian pengertian mengenai komunikasi baik oleh perawat maupun klien. Membantu klien lebih jelas terhadap apa yang mereka pikirkan.

K : “saya tidak dapat tidur nyenyak, sepanjang malam saya terjaga”

P : “ Saudara mengalami kesulitan untuk tidur….” Verbalizing the implied Memverbalisasikan kata-kata yang “ Sebaiknya ibu klien tunjukkan atau anjuran. dianjurkan untuk melakukan terapi agar ibu cepat sembuh” Encouraging evaluation Perawat membantu klien “Apa ibu sudah (mendukung evaluasi): mempertimbangkan orang dan yakin dengan pilihan ibu saat ini?” kejadian kedalam nilai dirinya.

Klien : “Petugas kesehatan yang ada di rumah sakit ini kurang perhatian pada pasiennya”. Perawat : “Apakah Ibu sudah minum obat? Menawarkan informasi Menyediakan tambahan informasi Klien : “Suster, dengan tujuan untuk mendapatkan kenapa suhu tubuh respon lebih lanjut. Beberapa saya masih tinggi? keuntungan dari menawarkan Padahal saya sudah informasi adalah akan memfasilitasi minum obat, kirakomunikasi, mendorong kira kenapa ya pendidikan kesehatan, dan Suster?” memfasilitasi klien untuk Perawat : “Baik mengambil keputusan, Stuart & saya jelaskan, panas Sundeen, cit, Nurjanah, (2001). tubuh atau suhu tubuh meningkat dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya karena Fokusing

Kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk membatasi area diskusi sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti, Stuart & Sundeen, cit Nurjanah (2001).

7

ada proses infeksi, dehidrasi atau karena metabolism tubuh yang meningkat.” “ada apa ibu sejak tadi ibu melamun”

Attempting to translate Membantu klien untuk into feeling (usaha mengidentifikasi perasaan menerjemahkan berhubungan dengan kejadian atau perasaan); pernyataan . Suggesting Penekanan kegiatan kerja dengan Perawat untuk collaborating klien tidak menekan melakukan mendapatkan (menganjurkan sesuatu untuk klien. Mendukung kesembuhan pasien kolaborasi): pandangan bahwa terdapat yang maksimal kemungkinan perubahan melalui perawat bisa kolaborasi. mengkolaborasi terapi di berikan ke pasien seperti fisioterapi dan okupasi terapi “ saya yakin, pasti sembuh” Encouragingformulation Memberikan kesempatan pada Tidak ada hanya tim of plan of action klien untuk mengantisipasi medis yang (mendukung alternative dari tindakan untuk mengadakan sebuah terbentuknya rencana masa yang akan datang. tindakan terhadap tindakan): pasien tetapi juga harus ada dukungan rencana tindakan dari pasien itu sendiri Estabilising guidelines Statemen yang menunjukkan “Memberikan (menyediakan peran, tujuan dan batasan untuk gelang pasien untuk petunjuk); interaksi. Hal ini akan menolong membedakan,sesuai klien untuk mengetahui apa yang dia dengan harapkan dari dirinya. penyakitnya

4.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik

Proses komunikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor (Potter dan Perry, 1993): 8

a. Perkembangan Agar dapat berkomunikasi efektif dengan seseorang, perawat harus mengerti pengaruh dari perkembangan usia baik dari sisi bahasa maupun proses pikir dari orang tersebut. Cara berkomunikasi dengan anak usia remaja dan anak usia balita sangat berbeda. Kepada remaja anda mungkin perlu belajar bahasa “gaul”, sehingga mereka yang di ajak bicara akan merasa kita mengerti dan komunikasi di harapkan berlangsung lancar. b. Persepsi Persepsi adalah pandangan pribadi seorang terhadap suatu kejadian atau peristiwa. Persepsi ini di bentuk oleh harapan atau pengalaman. Perbedaan persepsi dapat mengakibatkan terhambatnya komunikasi. Misalnya, kata “virus” akan mempunya persepsi yang berbeda bagi seorang ahli komputer dan seorang dokter. c. Nilai Nilai adalh standar yang mempengaruhi perilaku, sehingga penting bagi perawat untuk menyadari nilai seseorang. Perawat perlu berusaha untuk mengatahui dan mengklarifikasi nilai sehingga dapat membuata keputusan dan interaksi yang tepat dengan klien. Dalam hubungan professionalnya diharapkan perawat tidak terpengaruh oleh nilai pribadinya. Perbedaan nilai tersebut dapat di contohkan sebagai, misalnya klien memandang abortus bukan merupakan perbuatan dosa sementara perawat memandang abortus merupakan tindakan dosa. Hal ini dapat menyebabkan konflik antara perawat dan klien. d. Latar belakang sosial budaya Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhioleh faktor budaya. Budaya juga akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi. Seorang remaja putri ingin membeli makanan khas di suatu daerah. Remaja putri tersebut berasal dari daerah lain. Pada saat membeli makanan tersebut, si remaja tiba-tiba menjadi pucat ketakutan karena si penjual menanyakan kepadanya berapa banyak cabe merah yang di butuhkan untuk campuran makanan yang akan di berikan. Apa yang terjadi ? si remaja tersebut merasa di marahi oleh si penjual oleh karena cara bertanya si penjual seperti membentak, padahal si penjual merasa tidak memarahi si remaja tersebut. Hal ini di karenakan budaya dan logat bicara si penjual yang memang keras dan tegas sehingga terkesan marah-marah bagi orang dengan latar budaya yang berbeda. e. Emosi Emosi merupakan perasaan subjektif terhadap suatu kejadian. Emosi seperti marah seperti marah, sedih, senang akan memengaruhi perawat dalam berkomunikasi dengan orang lain. Perawat perlu mengkaji emosi klien dan keluarga sehingga perawat perlu memberikan asuhan keperawatan dengan tepat. Sselain itu perawat juga perlu mengevaluasi emosi yang ada pada dirinya agar dalam melakukan askep tidak terpengaruh oleh emosi di bawah sadarnya. f. Pengetahuan Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi yang di lakukan seseorang yang tingkat pengetahuannya rendah akan sulit brespon terhadap pertanyaan yang mengandung bahasa verbal dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi. 9

g. Jenis kelamin Setiap jenis kelamin mempunyai gaya komunikasi yang berbda-beda. Tunned (1990) menyebutkan bahwa wanita dan laki-laki mempunya perbedaan gaya komunikasi. Dari usia 3 tahun wanita bermain dengan teman baiknya atau dalam grup kecil dan menggunakan bahasa untuk mencari kejelasan, meminimalkan perbedaan, serta membangun dan mendukung keintiman. Laki-laki di pihak lain, menggunakan bahasa untuk mendapatkan manan.jika mereka ingin berteman mereka melakukannya dengan bermain.

h. Peran dan Hubungan Gaya hubungan sesuai dengan peran dan hubungan di antara orang berkomunikasi. Cara komunikasi seseorang perawat dengan koleganya dengan cara berkomunikasi seorang perawat kepada kliennya akan berbeda tergantung perannya. Demikian juga antara guru dan murid. i. Lingkungan Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi yang efektif. Suasana yang bisisng tidak ada privacy yang tepat akan menimbulkan kerancunan, ketegangan, dan ketidaknyamanan. Misalnya, berpacaran di pasar tentunya tidak nyaman. Untuk itulah perawat perlu menyiapkan lingkungan yang tepat dan nyaman sebelum memulai interaksi dengan klien. 5.

Tahap-tahap Komunikasi Terapeutik Langkah-langkah yang tepat untuk melakukan komunikasi terapeutik yang efektif : a. Tahap pra interaksi Tahap ini di sebut juga tahap apersepsi dimana perawat menggali lebih dahulu kemampuan yang dimiliki sebelum kontak/berhubungan dengan klien termasuk kondisi kecemasan yang menyelimuti diri perawat terdapat dua unsur yang perlu dipersiapkan dan dipelajari pada tahap prainteraksi yaitu unsur diri sendiri dan unsur dari klien. Hal-hal yang dipelajari dari diri sendiri adalah sebagai berikut.  pengetahuan yang dimiliki yang terkait dengan penyakit dan masalah klien.  kecemasan dan ketakutan diri  analisis kekuatan diri.  waktu pertemuan baik saat pertemuan maupun lama pertemuan b.

Tahap Orientasi Pada tahap orientasi ini perawat menggali keluhan-keluhan yang di rasakan oleh klien dan divalidasi dengan tanda dan gejala yang lain untuk memperkuat perumusan diagnosis keperawatan. Tugas perawat pada tahap orientasi ini meliputi hal-hal berikut:  Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan komunikasi terbuka

10





Merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik pembicaraan) bersamasama dengan klien dan menjelaskan atau mengklarifikasi kembali kontrak yang telah disepakati bersama. Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien yang umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi pertanyaan terbuka. Merumuskan tujuan interaksi dengan klien

c.

Tahap Kerja



Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik (Stuart,G.W,1998). Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi terapeutik karena didalamnya perawat dituntut untuk membantu dan mendukung klien untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya dan kemudian menganalisa respons ataupun pesan komunikasi verbal dan non verbal yang disampaikan oleh klien. Dalam tahap ini pula perawat mendengarkan secara aktif dan dengan penuh perhatian sehingga mampu membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian masalah dan mengevaluasinya. Dibagian akhir tahap ini, perawat diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya dengan klien. Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, dan membantu perawat dan klien memiliki pikiran dan ide yang sama (Murray,B. & Judith,P,1997 dalam Suryani,2005). Dengan dilakukannya penarikan kesimpulan oleh perawat maka klien dapat merasakan bahwa keseluruhan pesan atau perasaan yang telah disampaikannya diterima dengan baik dan benar-benar dipahami oleh perawat. d. Tahap Terminasi Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien. Tahap terminasi dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir (Stuart,G.W,1998). Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien, setelah hal ini dilakukan perawat dan klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati bersama. Sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh perawat setelah menyelesaikan seluruh proses keperawatan.

6.

Komunikasi Terapeutik Pada Tingkat Usia Remaja

Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap yaitu : 1) Masa remaja awal (10-12 tahun): • Tampak dan memang merasa lebih de:kat dengan teman sebaya, • Tampak dan merasa ingin bebas, • Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak), 11

2) Masa remaja tengah (13-15 tahun) : • Tampak dan ingin mencari identitas diri, • Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis, • Timbul perasaan cinta yang mendalam. 3) Masa remaja akhir (16-19 tahun) : • Menampakkan pengungkapan kebebasan diri, • Dalam mencari teman sebaya lebih selektif. • Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya, • Dapat mewujudkan perasaan cinta, dan • Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak (Widyastuti dkk, 2009).

B. ROLE PLAY KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA USIA REMAJA Peran Anggota Kelompok: Rangga : Narator Cep Rohmat : Pasien ( Doni ), Memiliki karakter yang masih labil, berputus asa, tertutup. Denden Gemaloka : Ayah Pasien ( Ayah ) Memiliki karakter yang bijaksana, penyabar, tegas menyampaikan pendapatnya Nela Puri Handayani : Ibu Pasien ( Ibu ) Memiliki karakter yang penyayang, gampang panik dan khawatir Gina Anggraeni : Perawat 1 ( Zr Gina ) Memiliki karakter yang ramah, teliti, cepat tanggap, berempati Ahmad Gaos : Setan Memiliki karakter jahat, suka menghasut Rohmat Rohwandi : Perawat 2 ( Br Rohmat ) Memiliki karakter ramah, teliti, cepat tanggap, berempati Imam Nurdiansyah : Perawat UGD ( Br Imam ) Nurlela : Perawat 3 ( Suster Lele ) Memiliki karakter yang cuek, judes, tidak berempati Nana Sutisna : Dokter UGD ( dokter Nana ) Memiliki karakter yang cepat tanggap, lincah Riyana Setiadi : Malaikat Memiliki karakter baik, suka mengingatkan akan kebaikan

Durasi

: 20 Menit

12

Kasus Pasien Remaja berusia 17 tahun bernama Doni telah satu kali melakukan usaha bunuh diri dengan cara menyayat pergelangan tangannya dan berhasil diselamatkan tepat pada waktunya. Alasan bunuh dirinya, disebabkan pasien tersebut mengalami depresi karena ia tidak bisa masuk ke universitas yang di cita-citakannya setelah mencoba tesnya berkali-kali. Pasien tersebut merasa sangat putus asa dan kehilangan harapan. Padahal kedua orang tuanya sudah memberikan dukungan yang sudah maksimal, baik itu dukungan mental, material dan maupun pendidikannya. Karena perasaan bersalah yang ditimbulkan dan mengecewakan orang tuanya, tidak berhasil atas kemampuannya sendirilah yang mengakibatkan pasien tersebut melakukan tindakan bunuh diri.

Skenario Jalannya Cerita: Dirumah Pasien...

(Doni pun kemudian beranjak pergi dan mengambil cutter. Tanpa pikir panjang lagi, Doni pun lalu menyayat pergelangan tangannya) Beberapa Menit kemudian... Ayah

: ( Menggedor pintu) “Nak, nak... Doni, bangun nak, sudah pagi nak. Cepat bangun nak, bantu bapak betulkan atap kita yang bocor yok nak. (Merasa tidak ada yang menjawab, ayah pun lalu membukan pintu) (Ekspresi kaget dan panik) “Doni..., kau kenapa ni nak? Nak, nak, bangun nak. Doni, Doni... Ya ampun nak, kenapa lah kau kayak gini... (sedih dan kemudian memanggil Ibu) “Bu, bu, oo bu!! Coba kesini bentar, coba kau liat anak kita bu”.

Ibu

: (Datang sambil tergopoh-gopoh) “Kenapa sih pak? Astaghfirullah, nak, kau kenapa nak?? Pak, kenapa dia ni pak??”

Ayah

: “Lihatlah tangannya tu.. udah berdarah-darah dah. Nak, nak kenapa lah kau kayak gini, cepat telpon ambulans bu”.

Ibu

: “Iy, Pak. Tunggu bentar, Ibu ngambil Hp lok..” (Setelah mengambil Hp dan menelpon ambulans, Doni pun dibawa ke rumah sakit terdekat) Setelah percobaan bunuh dirinya, remaja tersebut dibawa kerumah sakit untuk dilakukan tindakan medis. Di ruangan IGD sudah langsung ditangani oleh dokter jaga IGD dan perawat IGD telah terpasang infus ditangan kanan dan oksigen

Dr Nana 13

: “ Selamat siang Ibu dan Bapak, anak anda membutuhkan 2 kantong darah, dikarenakan kandungan hemoglobin di dalam darahnya kurang akibat banyak kehabisan darah...” Ayah : “ Baik dok... saya ingin yang terbaik untuk anak saya... saya ingin anak saya sadar...” Dr Nana : “ Baiklah pak... saya akan berusaha melakukan yang terbaik untuk anak bapak, sekarang bapak tolong bantu mendoakannya” Ibu : “Nak... sadar nak” (sambil menangis tersedu-sedu) Setelah pasien mendapat kan penanganan transfusi, penjahitan luka, penanganan kegawat daruratan, observsi dan dilihat dari keadaan umum dan pemeriksaan fisiknya akhirnya kondisinya pun stabil Br Imam : “ Selamat siang,... ” Datanglah perawat Imam yang bertugas shift siang, setelah operan dengan shift pagi mengenai semua pasien yang ada di IGD. Dan Imam pun bertemu dengan keluarga Doni Br Imam : “ Selamat siang pak bu perkenalkan nama saya imam, perawat yang jaga siang, bagaimana kabarnya hari ini ?” (tersenyum) (Teknik broad opening) Ayah : (Tampak kebingungan) “Saya bingung pak, bagaimana apakah saya bisa menggunakan BPJS disini, saya akan menyuruh saudara saya untuk mebuatnya ke kantor BPJS” Br Imam : “Oh... karena itu bapak merasa bingung ?” (kontak mata lebih dalam) (Teknik Reflekting) Ayah : “Iya pak.. saya mohon penjelasannya, tadi di pendaftaran tidak menjelaskannya” Br Imam : “Baik pak, saya akan menjelaskan mengenai prosedur BPJS, bagaimana kalau selama 5 menit dan kita bisa duduk di ruang sebelah untuk mejelaskannya ?” Ayah : “Baik pak... saya setuju” Mereka pun berlalu dan duduk di ruang sebelah Br Imam : “Begini pak, BPJS kesehatan itu nama tempatnya dan nama programnya itu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang terdiri dari dua peserta yaitu bayar iur terdiri dari Jamkesmas, Jamkesda, SKTM yang dibayarkan pemerintah dan non iur pembayaran secara mandiri. Dan menurut peraturan yang ada bila kita membuat kartu BPJS mandiri itu bisa aktif digunakan setelah 7 hari dari 14

pendaftaran dan untuk yang ditanggung pemerintah bisa aktif setelah 1 bulan terdaftar. Pendaftarannya pun tak bisa diwakilkan oleh orang, lain dan semua anggota keluarga harus ikut terdaftar” (Teknik giving information) Ayah : “Oh begitu ya pak... terima kasih infonya, saya membuat pun tidak bisa langsung digunakan...” Br Imam : “Benar pak, namun jika bapak ingin membuatnya tetap ajukan saja dari sekarang, kita tidak tahu kan.. keadaan kita bila tiba-tiba sakit atau kondisi yang tak diinginkan...” (dengan nada sedikit tegas dan meyakinkan) (Teknik assertive) Ayah : “Baiklah pak terima kasih banyak, besok saya sendiri akan ke kantor BPJS untuk mendaftarkan semua keluarga saya..” Br Imam : “Iya pak, saya setuju sekali kalau bapak mau mendaftar ke BPJS (Teknik offering general leads) “jika bapak sudah paham... sekarang saya akan memeriksa tekanan darah anak bapak, jika ada hal yang kurang dimengerti, bapak jangan segan panggil saya... mari” Setelah melakukan observasi beberapa jam kondisi pasien pun dinyatakan stabil, meskipun belum sadar, dan bisa dipindahkan ke ruangan perawatan. Perawat yang bertugas di ruangan perawatan tersebut sudah mempersiapkan diri dan menganalisis diri sejauh mana kesiapan fisik, psikologis pengetahuan dan cara mengendalikan hambatan yang ada dalam dirinya sebelum menghadapi pasien.

Di Ruang perawatan .... Ibu : “Aduh, nak, nak. Kasian dirimu.. pasti sakit kan nak. Janganlah kayak gitu lagi”. Ayah : “Sudahlah bu. Anak kita lagi nggak sadar. Nggak mungkin dengar suara ibu”. Ibu : “Iy pak, tau. Tetap aja sedih ngeliatnya kayak gitu”. (menutup muka dan mata berkaca-kaca) Zr Gina Br ohmat Zr Lele

: “Assalamualaikum. Selamat Pagi Pak, Bu...” (tersenyum) : “Assalamualaikum... (tersenyum) : (hanya diam sambil meletakkan tangan kanan dan kiri ke dalam saku baju dengan muka yang ketus)

Ayah & Ibu : “Waalaikumsalam, Selamat pagi....” (tersenyum) Zr Gina : ”Perkenalkan pak, nama saya perawat Gina dan ini ada perawat Rohmat dan 15

perawat Lele, saya yang akan bertugas melakukan perawatan kepada anak ibu dari jam 8 sampai dengan jam 2 siang nanti bu. Bagaimana bu keadaan anak ibu? Apa belum masih menunjukan tanda – tanda akan sadar? (Teknik broad opening) Ayah : “Kata dokter tadi sih anak saya sudah tidak dalam kondisi kritis. Tapi, dari tadi anak saya masih belum sadar juga. Kenapa ya ?” Zr Gina : (Diam mendengarkan penuh perhatian) (Teknik diam) “Oh, baguslah kalau begitu. Anak bapak sudah melewati kondisi kritisnya. Anak bapak masih belum sadar mungkin karena pengaruh obat bius yang diberikan oleh tim medis tadi saat penjahitan lukanya. Baiklah pak bu, izinkan saya untuk memeriksa tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, suhu anak ibu kurang lebih selama 7 menit ke depan. Bolehkah bu?. (Teknik active listening, Teknik giving information) Ibu : “Oh, ya. Silahkan ....” Zr Lele : ( Tergesa-gesa mengangkat handphone di saku baju yang berdering) “Hallo mas Bram, aku tunggu di airport ya nanti sore, dah...“ (sambil berlalu meninggalkan kamar pasien) Ibu : “Bagaimana ? Tanda-tanda vitalnya bagaimana? “ Zr Gina : “Oh, iya bu. Tadi saya sudah menghitung denyut nadi, tekanan darah, suhu tubuh dan napas anak ibu. Semuanya normal kecuali tekanan darah anak ibu yang masih agak rendah akibat kehilangan darah sewaktu dia terluka tadi. (Teknik giving information) Ayah : ”Wah gawat dong ya?” Br Rohmat : “Tenang saja. Karena tadi telah melakukan transfusi darah, tidak lama lagi tekanan darah anak ibu akan kembali normal kok pak”. (Teknik klarifikasi) Ayah : “Oh, begitu ya.. Syukurlah” Br Rohmat : “Iya, pak. Kalau begitu kami permisi dulu ya pak. Jika pasien atau keluarga ada perlu, silahkan hubungi saya di ruangan perawat dengan menggunakan bel disamping tempat tidur atau langsung datang keruangan, kami ingin bapak dan keluarga merasa nyaman disini”. (Teknik offering sel) Tak beberapa lama kemudian... Ibu : (memencet bel berulang-ulang) sudah selama 3 menit Zr Lele : ( mendengar bunyi bel dari ruang 4, namun perawat Lele memutus colokan kabelnya karena merasa berisik dan dia meneruskan membuat lipatan 16

kassa sambil mengomel ) “ini pasien baru saja masuk sudah pencet-pencet bel, rese.....!” Ayah : ( bergegas ke ruang perawat, karena merasa perawat tidak ada yang datang juga ke kamar) “ Permisi sus... bisa ke ruangan anak saya dulu untuk melihat kondisinya ?”.. Zr Lele : “ Baik... pak, saya akan ke sana nanti “ (sambil pandangan mata ke bawah dan tetap melanjutkan melipat kassa ) Waktu sudah berlalu 10 menit, namun perawat Lele tetap saja tidak kunjung ke kamar pasien, dia tetap saja melanjutkan melipat kasa dan menonton televisi.. Kemudian Ayah yang tidak sengaja bertemu perawat Gina dan perawat Rohmat yang baru keluar dari kamar lain dan segera memanggilnya.. Ayah : “Permisi ..., bisa lihat keadaan anak saya sebentar... ( Perawat Gina dan Rohmat pun segera bergegas...) Ayah : “Ini anu... alhamdulillah anak saya sudah sadar”. Zr Gina : “Oh, baguslah Pak.. Selamat siang saudara Doni, bagaimana kabarnya ?” (tersenyum). (Teknik broad opening) Doni : (Diam, dengan tatapan kosong) Br Rohmat : “Bagaimana keadaan mu ?” Doni : “Akkkkkkkhhhhhhh... jangan dekati aku. Aku tak mau diganggu (berontak) Br Rohmat : “Tenang, tenang (sambil mengusap punggung Doni ) Saya tidak akan menyakiti mu...” Doni : “Tidaaak!! Jangan sentuh aku. Keluar! Keluar dari ruangan ini sekarang...” Ibu : “Tenang nak, tenang.... perawatnya hanya mau bicara.” Zr Gina : “Iya betul. Kami cuma mau tahu kabar mu...” (lebih mendekat kepada pasien)

Doni pun menjadi sedikit tenang. Br Rohmat : “Baiklah, karena saudara Doni sudah tenang, perkenalkan nama saya perawat Rohmat dan ini perawat Gina.., di sini kami yang akan merawat saudara Doni. Jangan segan sama saya, jika ada yang ingin saudara ceritakan 17

keluh kesahnya silahkan cerita kepada kami, kami siap mendengarkan dan semoga kami bisa membantu” ( senyum ) (Teknik broad opening, Teknik exploring) Karena keramahan perawat, perasaan Doni pun menjadi lebih tenang Doni : “Begini, saya depresi karena saya tidak pernah lolos di universitas yang saya favoritkan, saya sangat sedih sus, rasanya saya tidak akan bisa menggapai cita cita saya, saya sangat berambisi untuk dapat menggapai cita cita saya. Saya stress.... Zr Gina : “Memangnya apa cita-cita Doni ?”(Teknik exsploring) Doni : “Saya ingin menjadi Pilot sus. Karena biaya kuliahnya mahal, jadi saya coba ikut tes di beberapa universitas yang menyelenggarakan beasiswa. Udah berapa kali, Cuma gagal terus. Emang nasib, nasib”. Zr Gina : “Oooh.. Doni ingin menjadi Pilot.. Kenapa? Apa alasannya? (Teknik exploring) Doni : “Begini sus, saya ingin membantu perekonomian keluarga. Dari kabar yang saya dengar, katanya pilot lebih mudah dapat uang banyak. Lagipula, saya juga bisa sekalian mengajak keluarga saya jalan-jalan karena kami jarang berpergian. Itu cita-cita saya dari kecil sus”. Ibu : “Benar sus. Dari kecil anak saya memang bercita-cita jadi pilot. Mungkin terpengaruh oleh pamannya yang telah sukses menjadi pilot”. Ayah : “Iya, betul. Tapi ayah nggak nyangka kalo samapai segitunya kamu kepingin jadi pilot. Sampai mau bunuh diri gitu, Nak...” Br Rohmat : “Iya, Doni, cita-cita mu sangat bagus (Teknik giving recognition). Apa yang kamu lakukan bukanlah jalan keluar yang terbaik. Walaupun itu cita-cita mu, tetap saja hal itu hanya akan membuat kamu dan kedua orang tua mu menjadi lebih susah. Sebaiknya, jika ada masalah, Doni dan keluarga harus bicara baik-baik, dan Doni belajar untuk berpikir panjang atas resiko tindakan yang dilakukan..”(Teknik giving information, Teknik menyimpulkan) Doni : “Tapi sus, saya hanya ingin membahagiakan kedua orang tua saya. Pasti Ibu dan Ayah kecewa sekali sama Doni”. ( sambil menunduk dan penuh penyesalan) Ayah : “Jangan salah paham dulu nak. Ayah dan ibu, hanya menginginkan yang terbaik buat Doni”. Ibu : “Iya, betul nak. Jalan untuk menjadi sukses bukan cuma menjadi pilot saja. Orang sukses adalah orang yang telah diridhoi oleh orang tuanya. Mungkin 18

Doni kali ini gagal, tapi kegagalan adalah awal dari sebuah keberhasilan. Doni : “Iya, Bu. Doni sudah sadar. Maafkan Doni ya Bu, Yah. Doni janji tidak akan mengulangi perbuatan ini lagi dan akan terus berusaha untuk membahagiakan Ayah dan Ibu. Walaupun tidak dengan menjadi pilot. Terima kasih sus, atas nasehatnya”. Zr Gina : “Iya, saudara Doni, sama-sama (tersenyum) Kalau begitu kami permisi dulu. Semoga cepat sembuh. Dan untuk Bapak sama Ibu tolong awasi keadaan Doni, dan apabila ada keperluan, silahkan pencet bel disamping tempat tidur, saya ingin semuanya merasa nyaman disini ” (Teknik offering sel) Ayah : “ Iya terimakasih sus.. oh iya sus, saya kurang suka sama perawat Lele.. dia acuh tak acuh sama kami “. (dengan nada sedikit kesal) “ Kami memencet bel, dan saya ke ruang perawat ternyata ada suster Lele tapi dia tak kunjung juga ke ruangan kami, malah asik menonton TV ” Zr Gina : “ Oh.. begitu ya Pak, baik Pak nanti kami akan bicarakan dengan perawat Lele, dan sebelumnya kami minta maaf atas sikap perawat Lele itu. Permisi semuanya... “ Setelah 2 hari kemudian, saudara Doni pun diperbolehkan oleh tim medis untuk pulang kerumahnya. Perawatan berjalan dengan baik, discharge planing sudah dipersiapkan perwat dan dijalankan sesuai perencanaannya. Sementara suster Lele dipanggil oleh kepala ruangan dan komite karena banyak pasien dan keluarga yang mengeluhkan mengenai sikapnya, suster Lele pun menceritakan semua hambatannya dan dibantu oleh rekan-rekan kerjanya akhirnya suster Lele dapat memperbaiki sikapnya

C. PEMBAHASAN Pada percakapan mengenai role play komunikasi terapeutik pada pasien usia remaja di atas, terdapat tahap-tahap komunikasi terapeutik, mulai dari pra interaksi, interaksi (orientasi, fase kerja), terminasi. Dimana pada tahap prainteraksi perawat yang bertugas di ruangan perawatan tersebut sudah mempersiapkan diri dan menganalisis diri sejauh mana kesiapan fisik, psikologis, pengetahuan dan cara mengendalikan hambatan yang ada dalam dirinya sebelum menghadapi pasien. Pada fase interaksi, tahap orientasi dimana perawat sudah melakukan membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan komunikasi terbuka, merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik pembicaraan) bersama19

sama dengan klien dan menjelaskan atau mengklarifikasi kembali kontrak yang telah disepakati bersama, menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien yang umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi pertanyaan terbuka, merumuskan tujuan interaksi dengan klien. Kemudian pada tahap kerja perawat sudah membantu dan mendukung klien untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya dan kemudian menganalisa respons ataupun pesan komunikasi verbal dan non verbal yang disampaikan klien, mendengarkan secara aktif dan dengan penuh perhatian sehingga mampu membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian masalah dan mengevaluasinya, menyimpulkan percakapannya dengan klien. Pada tahap terminasi dilakukan terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien, setelah hal ini dilakukan perawat dan klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati bersama. Adapun dalam komunikasinya, karena pasien yang dihadapi adalah usia remaja maka pada percakapan di atas, perawat sudah menyesuaikan dengan tahap perkembangan dan emosi klien yang berumur 17 tahun dimana pasien menampakkan pengungkapan kebebasan diri, memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya bahwa dia ingin bersikeras menjadi pilot, perlu adanya arahan dan dampingan atas emosi dan pola pikir remaja yang masih labil sehingga dapat berpikir panjang atas resiko perbuatan yang dilakukannya. Perawat menggunakan komunikasi verbal dan nonverbal, sementara itu teknik-teknik yang digunakan dalam percakapan di atas adalah : Teknik broad opening Memberikan pertanyaan terbuka, mendorong klien untuk menyeleksi topik yang akan dibicarakan. Kegiatan ini bernilai terapeuitik apabila klien menunjukkan penerimaan dan nilai dari inisiatif klien dan menjadi non terapeuitk apabila perawatan mendominasi interaksi dan menolak respon klien, (Stuart Sundeen, cit, Nurjanah, 2001). Teknik Reflekting Digunakan pada saat klien menanyakan pada perawat tentang penilaian atau kesetujuannya. Tehnik ini akan membantu perawat untuk tetap memelihara pendekatan yang tidak menilai, ( Boyd & Nihart, cit, Nurjanah) Teknik assertive Kemampuan dengan secara meyakinkan dan nyaman mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak orang lain, (Nurjanah, 2001). Teknik offering general leads Memberikan petunjuk umum, mendukung klien untuk meneruskan, (Schultz & Videbeck cit, Nurjanah, 2001). Teknik active listening

20

Proses aktif dan penerimaan informasi serta penelaahan reaksi seseorang terhadap pesan yang diterima (Hubson, S dalam Suryani, 2005). Teknik giving information Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan respon lebih lanjut. Beberapa keuntungan dari menawarkan informasi adalah akan memfasilitasi komunikasi, mendorong pendidikan kesehatan, dan memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan, (Stuart & Sundeen, cit, Nurjanah, (2001). Teknik diam Memelihara ketenangan, digunakan untuk memberikan kesempatan pada klien sebelum menjawab pertanyaan perawat. Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisasi pikiran masing-masing (Stuart & Sundeen dalam Suryani, 2005) Teknik klarifikasi Menanyakan kepada klien apa yang tidak dimengerti perawat terhadap situasi yang ada,atau menjelaskan kembali ide atau pikiran klien yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti dari ungkapannya (Gerald, D dalam Suryani, 2005). Teknik exsploring Mempelajari suatu topik lebih mendalam. Eksplorasi bertujuan untuk mencari atau menggali lebih jauh atau lebih dalam masalah yang dialami klien (Antai-Otong dalam Suryani, 2005) supaya masalah tersebut bisa diatasi. Tehnik ini bermanfaat pada tahap kerja untuk mendapatkan gambaran yang detail tentang masalah yang dialami klien. Teknik offering sel Menawarkan diri, menyediakan diri anda tanpa respon bersyarat atau respon yang diharapkan, (Schultz & Videbeck.cit. Nurjanah, 2001) Teknik giving recognition Memberikan pengakuan atau penghargaan, memberi penghargan merupakan tehnik untuk memberikan pengakuan dan menandakan kesadaran, (Schultz & Videbeck, cit, Nurjanah, 2001).

Pada percakapan di atas terdapat sikap perawat Gina dan Rohmat yang menggunakan komunikasi terapeutik yang bertujuan untuk kesembuhan pasien, sedangkan perawat Lele merupakan gambaran perawat yang tidak responsif dan tidak menggunakan komunikasi terapeutik baik verbal maupun non verbal secara baik sehingga akan menimbulkan komplain dari pasien atau keluarga, bahkan menghambat kerjasama dengan rekan kerjanya.

21

More Documents from "rista aguskurdani"