243978184-laporan-praktikum-lampu-pijar-adi-surya-mahardika-doc.docx

  • Uploaded by: Hadi Apriandi
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 243978184-laporan-praktikum-lampu-pijar-adi-surya-mahardika-doc.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,677
  • Pages: 19
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I KARAKTERISTIK LAMPU PIJAR (RL.2)

Nama

: I Putu Adi Surya Mahardika

NIM

: 1208105002

Dosen

: Drs. Ida Bagus Alit Paramarta, M.Si I Ketut Sukarasa, S.Si, M.Si

Asisten Dosen

: Wahyulianti Arianti

JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2013

KARAKTERISTIK LAMPU PIJAR (RL.2)

I.

TUJUAN



Menyelidiki keberlakuan hukum ohm pada lampu pijar yang dialiri arus AC



Mengetahui penggunaan alat amperemeter dan voltmeter.



Bisa merangkai suatu rangkaian.

II.

DASAR TEORI

A.

LISTRIK

VOLTA DAN GALVANI Luigi Galvani (1737-1798) adalah seorang profesor medis di Universitas Bologna. Pada tahun 1981 Terinspirasi dari tulisan Sulzer, General Theory of Pleasures, Galvani bereksperimen untuk melihat pengaruh listrik terhadap pergerakan otot. Galvani membedah seekor katak ditempat dia melakukan percobaan dengan listrik statis, dengan menyentuh saraf skiatik yang terbuka dengan logam, lalu terjadi kontraksi pada kaki kodok.

Galvani menyimpulkan adanya pengaruh listrik terhadap pergerakan otot lebih jauh dia menyimpulkan bahwa hewan memiliki sumber listrik tersendiri, penyimpulannya tersebut dituliskan dan diterbitkan melalui De viribus electricitatis in motu musculari commentarius / Catatan mengenai pengaruh listrik terhadap pergerakan otot pada tahun 1791. Pada tahun itu pula Alessandro Giuseppe Antonio Anastasio Volta (1745-1827) seorang profesor fisika di Rayal School Como mulai mempelajari Catatan mengenai pengaruh listrik terhadap pergerakan otot yang ditulis Galvani dan menolaknya. Volta berargumen bahwa sebenarnya sumber listrik yang Galvani sebut itu sebenarnya berasal dari 2 buah logam tersambung yang digunakan, dan penolakan Volta disangkal Galvani pada tahun 1794 dengan pernyataan bahwa hal yang serupa terjadi ketika menggunakan sebuah logam saja meski kontraksi yang terjadi lebih lemah, Volta menjawab itu terjadi karena adanya larutan logam. 1797 Galvani kembali mengeluarkan penyangkalannya dengan menghubungkan dua syaraf tanpa ada campur tangan logam yang kini dikenal dengan elektrofisiologi. Belum sempat Volta

menjawab Galvani wafat pada tahun 1798.

B.

TEGANGAN Tegangan antara dua titik adalah kekuatan listrik yang akan menghasilkan arus listrik

antara dua titik tersebut. Lebih spesifik, tegangan adalah energi per satuan muatan. Dalam kasus medan listrik statis, tegangan antara dua titik sama dengan perbedaan potensial listrik antara kedua titik. Potensial listrik adalah energi yang dibutuhkan untuk memindahkan sebuah unit muatan listrik ke suatu tempat tertentu dalam medan listrik statis. Satuan ukuran tegangan adalah volt yang diambil dari nama Alessandro Giuseppe Antonio Anastasio Volta.

C.

ARUS LISTRIK Arus listrik adalah fenomena aliran muatan listrik atau laju kuantitas aliran muatan listrik.

Muatan listrik yang mengalir dibawa oleh elektron yang bergerak dalam konteks sebuah konduktor seperti kawat, pada konteks elektrolit muatan listrik yang bergerak dibawa oleh ion. Satuan ukuran arus adalah ampere yang diambil dari nama André-Marie Ampère dan diukur oleh alat amperemeter dengan persamaan sebagai berikut :

𝑰=

𝑸 𝒕

Keterangan

: I = kuat arus (ampere)

T = waktu (detik)

Q = Muatan listrik (coulomb)

D.

HAMBATAN Hambatan listrik adalah perbandingan antara tegangan listrik dari suatu komponen

elektronik (misalnya resistor) dengan arus listrik yang melewatinya. Satuan ukuran hambatan adalah ohm yang diambil dari nama Georg Simon Ohm. Hambatan, kuat arus dan tegangan mempunyai keterkaitan yaitu sebagai berikut :

𝑰= Keterangan

𝑽 𝒓

: I = kuat arus (ampere) V = tegangan (volt)

r = hambatan (ohm)

E.

DAYA Daya listrik didefinisikan sebagai laju hantaran energi listrik dalam sirkuit listrik yang

menyatakan banyaknya tenaga listrik yang mengalir per satuan waktu (joule/detik). Satuan ukuran daya adalah watt yang diambil dari nama James Watt dan persamaannya adalah :

𝑷 = 𝑽𝑰 Keterangan

: I = kuat arus (ampere)

P = daya (watt)

V = tegangan (volt)

F.

HUBUNGAN TEGANGAN, ARUS, HAMBATAN, DAN DAYA Ada dua hukum fisika yang dapat menghubungkan empat

hal diatas, yang pertama adalah hukum Ohm yang mengatakan nilai arus adalah sama dengan tegangan per hambatan. Yang kedua adalah turunan dari hukum Watt yang mengatakan daya adalah energi (joule) per detik, yang diturunkan kedalam kelistrikan menjadi :

Daya = Watt = joule / detik = (joule / coulumb) x (coulumb / detik)

Penambahan coulumb dalam persamaan hukum watt tidak mempengaruhi hasil persamaan, namun dengan penambahan coulumb dapat ditarik kesimpulan bahwa :

Daya = Watt = V x I. Sebab V = energi / muatan = joule / coulumb, dan I = muatan / detik = coulumb / detik

G.

CAHAYA Menurut teori kuantum, cahaya terdiri dari partikel nirmassa yand disebut foton yang dapat

berlaku seperti gelombang. foton dalam kondisi tertentu tidak dapat dilihat hanya dirasakan, foton dalam kondisi seperti itu disebut foton maya. Setiap muatan tunggal memiliki awan foto maya disekitarnya, bahkan sebenarnya muatan sendiri adalah kemampuan menghasilkan foton maya. Foton maya tercipta dengan sendirinya, tercipta dari yang tidak ada. Bahkan setelah foton maya tercipta, ketersediaan energi semakin

besar yaitu energi partikel dan energi foton, ini berarti foton dengan energi tinggi tidak dapat berpindah jauh sebab harus diserap kembali untuk menjaga keseimbangan energi, sedangkan foton dengan energi rendah dapat berpindah lebih jauh, hal ini menjelaskan mengapa ada gaya listrik, dan medan listrik tidak lain adalah awan foton maya. Jika muatan dijauhkan dari awan foton maya misal dengan adanya tumbukan partikel dengan partikel lain, foton maya menjadi yatim piatu, tanpa ada muatan sumber yang menyerap mereka kembali, maka mereka akan menjadi nyata, memburai dengan energi yang diambil dari hasil tumbukan. Dan dalam tingkat frekuensi tertentu mereka menjadi cahaya yang kita lihat.

H.

PENEMUAN LAMPU PIJAR

Joseph Swan in his 50's.

I had the mortification one fine morning of finding you on my track and in several particulars ahead of me -- but now I think I have shot ahead of you and yet I feel there is almost an infinity of detail to be wrought out in the large application now awaiting development and that your inventive genius as well as my own will find very ample room for exercise in carrying out this gigantic work that awaits execution. Joseph Swan in a letter to Thomas Edison, 24 September 1880 Edison bukanlah penemu satu-satunya yang berusaha dan terlibat dalam penemuan bola lampu. Salah satu pesaing utamanya adalah Joseph W. Swan dari Inggris. Swan adalah seorang ahli kimia, swan bereksperimen di tahun 1850 dan 60-an dengan filamen karbon. pada upaya awalnya dia gagal, karena pompa vakum pada tahun-tahun tersebut tidak dapat menghampakan udara dari lampu. Pada pertengahan 1870-an muncul baru lahir pompa yang dapat menghampakan udara dari lampu, hal tersebut memacu Swan kembali ke bereksperimen. Pada akhir 1878, Swan melaporkan keberhasilan ke Newcastle Chemical Society dan pada Februari 1879 menunjukkan lampu bekerja ke sebuah kampus di Newcastle. Lampu miliknya mengandung unsur-unsur yang sebagian besar terdapat pula pada lampu milik Edison pada bulan Oktober, sebuah lampu dengan bola lampu kaca yang hampa dan tertutup dari udara, kabel

penyambung platinum, dan elemen pemancar cahaya yang terbuat dari karbon. Meskipun demikian kenapa Edisonlah yang selalu dikreditkan sebagai penemu bola lampu? Seperti para penemu yang terlibat dalam penemuan bola lampu lainnya, Swan menggunakan batang karbon dengan tahanan listrik rendah pada lampunya. Karena hubungan antara resistensi dan arus, dengan elemen resistensi yang rendah maka banyak dibutuhkan arus listrik agar menjadi panas dan bersinar. Ini berarti bahwa konduktor pembawa listrik di lampu harus relatif pendek dan tipis, hal tersebut dapat diterima untuk percobaan atau demonstrasi, tapi tidak untuk dikomersilkan. Lampu Swan tidak dapat bertahan lama sebab terdapat gas yang terperangkap di batang lampu terlepas ketika lampu sudah tengah menyala, Jadi meski lampu Swan bekerja cukup baik dalam demonstrasi, namun tidak praktis digunakan dimasyarakat. Edison menyadari bahwa filamen yang tipis dengan tahanan listrik yang tinggi akan membuat lampu menjadi lebih baik. Resistensi tinggi berarti hanya sedikit arus listrik yang diperlukan untuk membuat filamen lebih bersinar. Lampu bristol milik edison yang dipublikasikan pada desember tahun 1879 memiliki umur kerja sampai 150 jam, dan lampu bambu miliknya yang dipublikasikan pada awal tahun 1880 dapat bertahan sampai 600 jam. Perealisasian tentang resistensi yang tinggi, dan untuk konsepsinya tentang lampu sebagai satu bagian dari sistem yang terintegrasi, maka wajarlah Edison dikreditkan menjadi penemu bola lampu praktis pertama. Swan tidak kalah dalam segala hal. Ia menulis surat kepada Edison (dikutip di atas), paten-nya cukup kuat untuk menang di pengadilan Inggris. mendorong Edison untuk bernegosiasi daripada kehilangan market di Inggris Pada tahun 1883 Edison & Swan United Electric Light Company didirikan. Yang lebih dikenal dengan nama "Ediswan", perusahaan tersebut menjual lampu dengan filamen selulosa yang Swan telah temukan pada tahun 1881. Variasi dari filamen selulosa menjadi standar industri, kecuali untuk Perusahaan Edison. Edison terus melanjutan penggunaan filamen bambu sampai 1892, perusahaan Edison melakukan merger sehingga berdirilah General Electric dan bergeser ke selulosa. I.

KONFIGURASI MATERIAL Selama perkembangannya selama lebih dari satu abad, lampu pijar telah mendapatkan

banyak penyempurnaan, tidak dari cara kerja namun dari material yang digunakan, bagaimana agar lampu pijar dapat menghasilkan cahaya dengan intensitas yang diinginkan dengan penggunaan energi yang efisien, bagaimana agar waktu kerja atau umur dari lampu pijar dapat

bertahan lama, dan semua itu dengan harga terjangkau. Itu semua diatasi dengan pemilihan material yang tepat.

J.

CARA KERJA LAMPU PIJAR

Dengan mengalirannya arus elektron melalui filamen menghasilkan tumbukan tumbukan elektron didalam filamen dan menyebabkan foton maya berubah menjadi foton nyata dan membentuk cahaya serta panas sebagai residu. Seiring bertambahnya voltase listrik yang digunakan maka semakin tinggi intensitas cahaya, sebab naiknya tegangan memacu naiknya aliran listrik karena resistan bersifat tetap jika kenaikan suhu dihiraukan, dan membesarnya aliran listrik maka membesar pula probabilitas terjadinya tumbukan didalam filamen.

K.

FILAMENT : TUNGSTEN

Filamen dibentuk melingkar-lingkar ditujukan agar dapat menahan panas dan meningkatkan luas permukaan. filamen adalah bagian utama dari lampu pijar, disinilah resistansi listrik dan pijaran terjadi, sebagai bagian paling utama, pemilihan material untuk bagian ini adalah paling penting.

Filamen yang digunakan dalam bola lampu awal terbuat dari karbon. Namun, filamen karbon tidak dapat bertahan lama pada suhu yang lebih tinggi dari 1.827o K. Karbon menguap pada suhu tersebut, dengan suhu lebih tinggi jelas akan memperpendek umur lampu. sedang jika dibawah itu lampu hanya akan memberi cahaya redup. Tungsten menawarkan kombinasi terbaik. Titik lebur tinggi dan tekanan uap rendah dari semua bahan yang dapat digunakan sebagai filamen, sebagaimana tabel diatas

L.

GAS PENGISI : ARGON

Sebagian besar lampu modern menggunakan argon sebagai gas pengisi, dengan sejumlah kecil nitrogen untuk menghambat arcing. Berat molekul tinggi dan konduktivitas panas rendah menghambat penguapan tungsten.

Gas kripton lebih sempurna dari argon dalam hal ini namun argon jauh lebih murah, Argon lebih murah karena merupakan produk sampingan dari produksi oksigen cair dan nitrogen cair dari unit pemisahan udara kriogenik, yang keduanya digunakan dalam skala industri besar. Gasgas mulia lainnya (kecuali helium) diproduksi dengan cara ini juga, tetapi argon adalah yang paling banyak karena memiliki konsentrasi tertinggi di atmosfer.

M.

KACA : BOROSILICATE Kaca lampu dibuat agar dapat menghalangi masuknya oksigen dan berinteraksi dengan

filament disaat sedang berpijar yang akan menyebabkan oksidasi dalam sesaat, bahan yang digunakan dalam kaca lampu adalah borosilikat yang tahan dalam temperatur tinggi, dan memiliki daya tahan yang lumayan, serta transparan terhadap ultraviolet.

III. ALAT DAN BAHAN 1.

Voltmeter AC

2.

Miliamperemeter

3.

Variac (transformator variable)

4.

Lampu pijar

5.

Kabel-kabel konektor dan saklar.

IV. PROSEDUR PERCOBAAN 1. Rangkaian disusun sesuai set-up eksperimen. 2. Rangkaian dihubungkan pada sumber arus AC. 3. Variac diputar hingga amperemeter menunjukkan angka yang dikehendaki sebagai variabel.

4. Kemudian diamati penunjuk voltmeter untuk masing-masing variable yang sudah ditentukan. 5. Dicatat hasil percobaan masing-masing variable sebanyak 5 kali.

V.

HASIL PENGAMATAN Pada sumber arus 6 volt No

Arus (A)

Tegangan (V)

1 2 3 4 5

5,33 5,33 5,35 5,34 5,33

5 x 10-4 5 x 10-4 5 x 10-4 6 x 10-4 5 x 10-4

Pada sumber arus 10 volt No

Arus (A)

Tegangan (V)

1

7,61

8 x 10−3

2

7,62

7,9 x 10−3

3

7,64

7,9 x 10−3

4

7,63

8 x 10−3

5

7,63

8 x 10−3

VI. Analisa / pengolahan data A.

RALAT 1.

Pada sumber arus 6V 

Ralat Tegangan

Pada sumber arus 8 volt No

Arus (A)

Tegangan (V)

1

6,55

3,5 x 10−3

2

6,56

3,5 x 10−3

3

6,54

10−3

4

6,57

3,6 x 10−3

5

6,58

3,6 x 10−3

3,57 x

V (V) 5,33

V (V) 5,336

5,33

V  V 

V  V  (V) 2

(V) -0,006

0,000036

5,336

-0,006

0,000036

5,35

5,336

0,014

0,000196

5,34

5,336

0,004

0,000016

5,33

5,336

-0,006

0,000036

V  V   0,000320 2

V  V  V  nn  1

2



0,000320  5(5  1)

0,000320  0,004Volt 20

(V  V )  (5,336V  0,000320V ) Ralat nisbi =

V 0,004 x100%  x100%  0,075% V 5,336

Kebenaran praktikum = 100% - 0,075% = 99,925% 

Kuat Arus I (A)

I (A)

(I-I) (A)

(I- I)2 (A)

5 x 10-4

5,2 x 10-4

-2 x 10-5

4 x 10-10

5 x 10-4

5,2 x 10-4

-2 x 10-5

4 x 10-10

5 x 10-4

5,2 x 10-4

-2 x 10-5

4 x 10-10

6 x 10-4

5,2 x 10-4

8 x 10-5

64 x 10-10

5 x 10-4

5,2 x 10-4

-2 x 10-5

4 x 10-10

∑(𝐼 − 𝐼)2 = 80 x 10-10

∆𝐼 = √

∑(𝐼 − 𝐼)2 𝑛(𝑛 − 1)

=√

80 x 10−10

5(5−1)

= √4. 10−10 = 2 x 10-5 A ( I  I )  (0,00052 A  0,00002 A)

Ralat nisbi

=

∆𝐼 𝐼

x 100%

2 x 10−5

= 5,2 x 10−4 x 100% = 3,85% Kebenaran Praktikum = 100 % - 3,85 % = 96,15 % 2.

Pada sumber 8V 

Ralat tegangan (V) V (V)

V (V)

V  V  (V)

6,55

6,56

-0,01

1 x 10-4

6.56

6,56

0

0

6,54

6,56

-0,02

2 x 10-4

6,57

6,56

0,01

1 x 10-4

6,58

6,56

0,02

2 x 10-4

V  V 

2

(V)

∑ V  V  = 6 x 10-4 2

V  V  V  nn  1

2



0,0006 5(5  1)

 0,00003

(V  V )  (6,56V  0,00003V ) Ralat nisbi

=

V 0,00003 x100%  x100%  0,00046% V 6,56

Kebenaran praktikum = 100% - 0,00046% = 99,99999543% 

Ralat kuat arus (I) I (A)

I (A)

I  I (A)

I  I  (A) 2

3,5 x 10−3

3,554 x 10−3

-5,4 x 10−5

29,16 x 10−10

3,5 x 10−3

3,554 x 10−3

-5,4 x 10−5

29,16 x 10−10

3,57 x 10−3

3,554 x 10−3

1,6 x 10−5

2,56 x 10−10

3,6 x 10−3

3,554 x 10−3

4,6 x 10−5

21,16 x 10−10

3,6 x 10−3

3,554 x 10−3

4,6 x 10−5

21,16 x 10−10 ∑ I  I  =1,032 x 10−8 2

I  I  nn  1

2

I 

1,032 x 10−8

=√

5(5−1)

1,032 x 10−8

=√

20

= √5,16 𝑥 10−10 = 2,22716 x 10−5 = 0,000022716 Ampere ( I  I )  (0,003554 A  0,000022716 A)

Ralat nisbi

=

I 0,000022716 x100%  x100%  0,639% I 0,003554

Kebenaran praktikum = 100% - 0,639 % = 99,361%

3.

Pada sumber 10V 

Ralat Tegangan (V) V (V)

V (V)

V  V  (V)

7,61

7,626

-0,016

2,56x 10-4

7,62

7,626

-0,006

36 x 10-4

7,64

7,626

0,014

1,96 x 10-4

7,63

7,626

0,004

16 x 10-4

7,63

7,626

0,004

16 x 10-4

V  V 

2

(V)

∑ V  V  = 72,52 x 10-4 2

V  V  nn  1

2

V 

-4



72,52 x 10 5(5  1)

 0,01904 (V  V )  (7,626 V  0,01904 V )

Ralat nisbi

=

V 0,01904 x100%  x100%  0,249% V 7,626

Kebenaran praktikum = 100% - 0,249% = 99,751%



Ralat Kuat Arus (I) I (A)

I (A)

(I-I) (A)

(I- I)2 (A)

x 10-3

x 10-3

x 10-3

x 10-10

8

7,96

0,04

16

7,9

7,96

-0,06

36

7,9

7,96

-0,06

36

8

7,96

0,04

16

8

7,96

0,04

16

∑(𝐼 − 𝐼)2 = 1,2 x 10-8

∆𝐼 = √

∑(𝐼 − 𝐼)2 𝑛(𝑛 − 1)

=√

1,2 x 10−8 5(5−1)

= √0,06 x 10

−8

= 0,245 x 10-4 A

( I  I )  (0,00796 A  0,0000245 A)

∆𝐼

=

Kebenaran Praktikum

= 100 % - 0,31 %

𝐼

x 100% =

0,245 𝑥 10−4

Ralat nisbi

7,96 𝑥 10−3

= 99,69 %

B.

PERHITUNGAN 1.

Hambatan Pada Percobaan 1 V R= I ̅ ±∆𝑉 𝑉

(5,336±0,00032)

= ̅ = 𝐼 ±∆𝐼 (0,00052±0,00002)

=( =( =(

5,336

)±(

5,336

)(

0,00052

0,00052

5,336

5,336

)±(

0,00052

5,336

5,336

0,00052

5,336

+(

0,00002

) (0,03805997)

0,00052

)

0,00052

) (0,00005997+0,038)

0,00052

)±(

0,00032

x 100% = 0,31 %

=(

5,336

)±(

0,00052

5,336

) (0,03805997)

0,00052

=(10261,5385) ± (390,553846) Ω 2.

Hambatan Pada Percobaan 2 V R= I ̅ ±∆𝑉 𝑉

(6,56±0,00003)

= ̅ = 𝐼 ±∆𝐼 (0,003554±0,000022716)

=( =( =( =(

6,56

)±(

6,56

)(

0,003554

0,003554

6,56

6,56

)±(

0,003554

6,56

6,56

0,003554

6,56

6,56

0,003554

0,000022716 0,003554

) (0,006396241)

0,003554

)±(

6,56

)+(

) (0,00000457+0,006391671)

0,003554

)±(

0,00003

) (0,006396241)

0,003554

=(1845,807541) ± (70,25137964) Ω 3.

Hambatan Pada Percobaan 3 V R= I ̅ ±∆𝑉 𝑉

(7,626±0,01904)

= ̅ = 𝐼 ±∆𝐼 (0,00796±0,0000245)

=(

7,626 0,00796

=( =( =(

)±(

7,626 0,00796 7,626 0,00796 7,626 0,00796

7,626

)(

0,00796

)±( )±( )±(

7,626

0,01904 7,626

)+(

0,0000245

) (0,005574611)

0,00796 7,626

)

) (0,002496722+0,003077889)

0,00796 7,626

0,00796

) (0,005574611)

0,00796

=(958,040201) ± (5,340701443) Ω

)

C.

Grafik

Kuat arus ( A )

Grafik perbandingan V dan I 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0

Kuat Arus (A) Linear (Kuat Arus (A))

0

2

4

6

8

10

Tegangan ( V )

D.

Tugas Pertanyaan

1.

:

Apa syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu penghantar yang dialiri arus patuh kepada Hukum Ohm?

2.

Bila ternyata hasil pengamatan grafik anda tidak linear, apa penafsiran anda?

3.

Apakah hasil grafiknya lewat (0,00)? Bila ternyata tidak lewat (0,0) apa penafsiran anda?

4.

Apakah hokum Ohm berlaku untuk setiap daya lampu yang tersedia? Bagaimana dengan daya lampu yang besar misalnya P >> 100W ? Jawaban

1.

:

Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu penghantar yang dialiri arus patuh terhadap Hukum Ohm ialah kuat arus yang di gunakan pada percobaan harus ≥ 1 mA. Suatu rangkaian listrik akan mengalirkan arus apabila dipenuhi syarat-syarat sebagai yaitu adanya sumber tegangan, penghubung serta beban. Syarat mengalir arus pada suatu rangkaian harus tertutup. Apabila saklar S ditutup maka akan mengalir arus ke beban R dan Ampere meter akan menunjuk. Pada suatu rangkaian tertutup, besarnya arus I berubah sebanding dengan tegangan V dan berbanding terbalik dengan beban tahanan R, atau dinyatakan dengan Rumus : I = V/R.

2.

Hasil pengamatan grafik yang kami peroleh dari praktikum yang kami lakukan ialah terjadi kesalahan pada saat pengukuran. Akan tetapi kesalahan pengukuran tersebut hanya terjadi pada percobaan 1. Hal tersebut dikarenakan pengukuran kuat arus yang kami lakukan tidak memenuhi syarat, dimana kuat arus yang kami dapatkan tidak ≥ 1 mA, melainkan kurang dari 1 mA. Lewat karena V dan I pasti mempunyai nilai, apabila salah satunya nol maka tidak aka nada hambatan yang menandakan bahwa hal tersebut adalah sebuah listrik statis.

3.

Lewat. Karena jika secara logika V dan I pasti mempunyai nilai. Apabila salah satunya memiliki nilai 0, maka akan menyebabkan tidak adanya hambatan yang menandakan bahwa yang diteliti pada praktikum ini adalah sebuah listrik statis.

4.

Ya, hukum Ohm berlaku untuk setiap daya lampu yang tersedia. Tidak, karena jika daya terlalu besar maka hambatan akan sangat kecil sehingga tidak berlaku lagi hukum ohm.

VII. PEMBAHASAN Pada percobaan ini ditentukan keberlakuan hukum ohm pada lampu pijar yang dialiri arus AC. Sumber arus yang digunakan adalah sebesar 6 V, 8 V, dan 10 V kemudian pada masingmasing sumber arus tersebut dicatat angka yang tertera pada voltmeter dan amperemeter untuk menentukan tegangan serta kuat arus yang mengalir. Pada sumber arus 6 V menurut ralat dan perhitungan didapat tegangan sebesar 5,336V  0,000320V serta kuat arus sebesar 0,00052 A  0,00002 A sehingga dengan rumus hukum ohm dapat ditentukan hambatannya yaitu sebesar (10261,5385)

± (390,553846)

Ω. Kebenaran

praktikum untuk pengukuran tegangan adalah sebesar 99,925% dan untuk kuat arus sebesar 96,15 % Pada sumber arus 8 V menurut ralat dan perhitungan didapat tegangan sebesar 6,56V  0,00003V serta kuat arus sebesar 0,003554 A  0,000022716 A sehingga dengan rumus hukum ohm dapat ditentukan hambatannya yaitu sebesar (1845,807541)

± (70,25137964)

Ω. Kebenaran

praktikum untuk pengukuran tegangan adalah sebesar 99,99999543% dan untuk kuat arus sebesar 99,361%

Pada sumber arus 10 V menurut ralat dan perhitungan didapat tegangan sebesar 7,626 V  0,01904 V serta kuat arus sebesar 0,00796 A  0,0000245 A sehingga dengan rumus hukum ohm dapat ditentukan hambatannya yaitu sebesar (958,040201)

± (5,340701443) Ω. Kebenaran

praktikum untuk pengukuran tegangan adalah sebesar 99,751% dan untuk kuat arus sebesar 99,69 %. Dari data yang didapat, maka hukum ohm berlaku pada lampu pijar yang dialiri arus AC dalam percobaan ini. Aliran listrik di dalam sebuah penghantar tidak sama besarnya, hal ini ditunjukkan oleh nyala lampu pijar maupun angka yang ditunjukkan oleh amperemeter. Ketidaksamaan ini disebabkan oleh penghantar yang selalu memiliki hambatan. Hambatan dari suatu penghantar mempengaruhi besar kecilnya arus listrik yang melewatinya.

VIII.

KESIMPULAN

1.

Hukum ohm berlaku pada lampu pijar yang dialiri arus AC yang lebih besar dari 1mA.

2.

Aliran listrik di dalam sebuah penghantar tidak sama besar.

3.

Hambatan yang diukur pada sumber tegangan 6 V adalah sebesar

(10261,5385) ±

(390,553846) Ω , pada sumber tegangan 8 V sebesar (1845,807541) ± (70,25137964) Ω dan pada sumber tegangan 10 V adalah (958,040201) 4.

± (5,340701443) Ω.

Untuk mengukur kuat arus, amperemeter dirangkai seri terhadap objek yang ingin diukur, sedangkan untuk mengukur tegangan, voltmeter dirangkai paralel terhadap objek yang ingin diukur.

5.

Praktikum yang kami lakukan tidak sepenuhnya benar, karena pengukuran kuat arus yang dilakukan pada percobaan pertama yaitu pada sumber 6V kurang dari 1 mA sehingga tidak memenuhi syarat. Oleh karena itu, grafik yang terbentuk tidak membentuk garis linier sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Alit Paramartha, Ida Bagus. 2013. Penuntun Praktikum Fisika Dasar II. Bali: Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Arthur,Beiser. 1995. Konsep Fisika Modern. Jakarta: Erlangga. Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Halliday dan Resnick. 1991. Fisika Jilid I Terjemahan. Jakarta: Erlangga. Tipler, P.A.,1998. Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan). Jakarta: Erlangga. http://id.wikipedia.org/wiki/Lampu_pijar (diakses tanggal 26 Mei 2013)

More Documents from "Hadi Apriandi"